• Tidak ada hasil yang ditemukan

B1J010230 12.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "B1J010230 12."

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

3

II.

TELAAH PUSTAKA

Pengadaan benih kentang hingga saat ini masih merupakan masalah utama

yang dihadapi petani kentang di Indonesia. Pola yang dapat dikembangkan untuk

mempercepat swasembada benih kentang adalah perbanyakan benih dengan metode

kultur in vitro. Metode propagasi secara in vitro dapat menghasilkan umbi mikro dan

stek mikro kentang yang bebas patogen, seragam, dan tidak bergantung musim

(Dianawati et al., 2013). Teknik ini juga dapat menghasilkan umbi mikro kentang

dalam jumlah banyak dan dapat diproduksi secara singkat dengan biaya yang lebih

murah (Badoni, 2009).

Teknik lain yang dapat digunakan dalam penyediaan benih kentang adalah

teknik aeroponik. Aeroponik merupakan metode budidaya alternatif di lahan sempit

dalam lingkungan pertumbuhan yang dikendalikan. Menurut Mbiyu et al., (2013)

keuntungan sistem aeroponik dibandingkan dengan sistem budidaya lain,

diantaranya: 1) menggunakan jauh lebih sedikit air; 2) memberikan ketersediaan air

yang seragam bagi tanaman sepanjang tahun; 3) memudahkan pengamatan umbi dan

pemanenan umbi mini lebih nyaman dan bersih; 4) mengoptimalkan aerasi pada

akar; 5) memungkinkan produksi intensif dalam area yang terbatas. Larutan nutrien

diberikan dengan cara pengkabutan. Sistem Aeroponik mengoptimalkan aerasi akar

yang merupakan faktor utama untuk meningkatkan hasil dibandingkan dengan

hidroponik (Soffer & Burger, 1988 dalam Farran & Mingo-Castel, 2006).

Sistem aeroponik memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan cara tanam

konvensional dengan media tanah. Hasil umbi mini secara konvensional berkisar 3-5

umbi per tanaman (Adiyoga et al.,2004), sedangkan secara aeroponik sekitar 1629

umbi per tanaman (Muhibuddin et al., 2009). Tanaman yang ditumbuhkan dengan

sistem aeroponik menunjukkan peningkatan pertumbuhan vegetatif dan pembentukan

umbi terjadi lebih lambat, tetapi menghasilkan total produksi umbi per tanaman 70%

lebih tinggi dengan jumlah umbi 2,5 kali lebih tinggi daripada sistem hidroponik

(Ritter et al., 2001). Tingginya produksi dengan aeroponik terutama disebabkan

efisiensi penyerapan nutrien yang tinggi, perkembangan stolon yang tinggi, relatif

bebas hama penyakit, dan terdapat kemudahan dalam pengontrolan tanaman

(Dianawati et al., 2013).

Tanaman kentang merupakan salah satu tanaman yang cukup banyak

membutuhkan air untuk keberlangsungan hidupnya. Kebutuhan air untuk

(2)

4

pertumbuhan tanaman kentang adalah sebanyak 650 mm yang digunakan untuk fase

awal, fase vegetatif, pembungaan, pembuahan, dan pemasakan (Agus et al., 2002).

Nilai evapotranspirasi tanaman kentang dalam budidaya konvensiaonal sebesar 350 –

625 mm untuk satu musim tanam (Doorenbos & Pruitt, 1979). Sedangkan pada

sistem aeroponik dilaporkan bahwa kehilangan airnya jauh lebih sedikit sehingga

penggunaan air sangat efisien (Simangunsong, 2011). Pada sistem aeroponik, air

yang digunakan sangat efektif karena air yang telah disemprotkan ke akar, air yang

tidak terserap akar akan kembali ke bak penampungan (sistem sirkulasi) (Gunawan

dan Afrizal, 2009).

Menurut Doorenbos & Pruitt (1979) dalam Simangunsong (2011) air dan

nutrien pada tanaman merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, karena nutrien

yang dibutuhkan oleh tanaman akan diserap oleh akar dalam bentuk nutrien terlarut

dalam air. Menurut Otazu (2010) terdapat beberapa formulasi nutrien baku yang

telah diperkenalkan misalnya larutan nutrien stok A yang terdiri dari nutrien N, K, Ca

dan Fe dan Stok B yang terdiri dari nutrien P, Mg, S, B, Mn, Cu, Na, Mo, dan Zn.

Stok A dan B dipisahkan dengan tujuan untuk menghindari reaksi pengendapan jika

dicampurkan dalam kondisi pekat. Oleh sebab itu, pencampuran kedua stok ini dapat

dilakukan dalam kondisi konsentrasi rendah.

Penelitian ini menggunakan 4 jenis nutrien yang memiliki komposisi yang

berbeda. Nutrien Farran dan Otazu merupakan nutrien yang telah digunakan pada

budidaya tanaman secara aeroponik. Nutrien Growmore merupakan pupuk anorganik

dengan bentuk fisik kristal yang mengandung nutrien makro dan mikro yang dapat

meningkatkan pertumbuhan tanaman pangan dan hortikultura serta tanaman

perkebunan (Lingga & Marsono, 2001). Nutrien growmore belum pernah digunakan

pada budidaya tanaman secara aeroponik. Nutrien Hoagland merupakan nutrien yang

telah umum digunakan pada budidaya tanaman secara hidroponik yang memiliki

banyak N dan K (Hoagland & Arnon, 1950).

Penelitian Farran & Mingo-Castel (2006) menunjukkan bahwa aeroponik

merupakan sistem yang tepat untuk memproduksi umbi mini kentang. Tanaman yang

ditumbuhkan pada sistem aeroponik dengan komposisi KNO3 (0,4 me.l-1) ; Ca

(NO3)2 (3,1 me.l-1) ; NH4NO3 (4,4 me.l-1) dan MgSO4 (1,5 me.l-1), menghasilkan

tinggi tanaman, panjang cabang dan jumlah stolon lebih besar daripada ditumbuhkan

pada sistem hidroponik. Aeroponik dapat menghasilkan umbi mini sampai 800

umbi/m2 yang diperoleh dari kepadatan tanam 60 batang/m2 serta panen dapat

(3)

5

dilakukan secara berulang setiap minggunya. Umbi mini yang dihasilkan melalui

sistem aeroponik sehat dan bebas penyakit.

Hasil penelitian Merlyn (2006) mendapatkan bahwa perlakuan pupuk daun

super ACI konsentrasi 3 cc liter pada varietas atlantik meningkatkan tinggi tanaman

39,9%, luas daun 77,2%, jumlah umbi 61%, dan diameter batang 8,9% dibandingkan

tanpa pupuk daun, tetapi produksi umbi yang dihasilkan berkulit tipis, sehingga

rentan terhadap busuk umbi. Terjadinya variasi pertumbuhan dan hasil, serta kulit

umbi kentang yang tipis diduga belum optimalnya formulasi nutrien yang dibutuhkan

tanaman kentang. Menurut penelitian Muhibuddin et al., (2009) formulasi NPK

(10:12:16) ppm memberikan pengaruh terbaik dalam meningkatkan tinggi tanaman

23% dan jumlah daun 30%. Formulasi NPK (10:12:16) ppm + FeMnCu (3,0;1,5;0,6)

ppm memberikan pengaruh terbaik dalam meningkatkan tinggi tanaman 12% dan

jumlah daun 19%.

Menurut Zelalem et al., (2009) pemberian nutrien N sangat penting untuk

pertumbuhan daun. Zebarth & Rosen (2007) menyatakan bahwa nutrien N berperan

penting terhadap perkembangan kanopi dan akumulasi bobot kering tanaman.

Namun peningkatan dosis N di atas dosis optimum dapat menurunkan pertumbuhan

daun, meskipun tidak sampai menyebabkan daun terbakar.

Hipotesis yang dapat diajukan pada penelitian ini adalah pertumbuhan tajuk

tanaman kentang kultivar granola dipengaruhi oleh formulasi nutrien aeroponik yang

digunakan dan formulasi nutrien Farran merupakan nutrien aeroponik terbaik untuk

meningkatkan pertumbuhan tajuk tanaman kentang kultivar granola.

Referensi

Dokumen terkait

Monica, bekerja sama dengan Magic Wave dan Bernie’s Surf School Indopurejoy mengadakan sesi meditasi pantai dan menghubungkannya dengan selancar. Aturan mainnya sangat

Sebagai pemikir pendidikan (akhlak) Islam klasik, syekh az-Zarnuji di dalam kitab ta’limul muta’allim thariq at-ta’allum memiliki beberapa pandangan mengenai metode

Materi teknis yang disajikan mencakup perencanaan program Pengembangan Kawasan Permukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan, Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum,

Kondisi perairan Teluk Ambon Luar memiliki indeks pencemaran perairan berdasarkan baku mutu untuk biota laut seluruhnya dalam kondisi baik meskipun ada beberapa

Seni memotong kertas Cina, yang merupakan kehidupan alami dan seni dari dengan warna seni visual internasional yang kuat, telah menunjukkan dalam seni modern dan tahap

Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ketamin dosis tunggal 40 mg/kg terhadap ekspresi kaspase-3 pada korteks serebri

Menggunakan kata-kata yang jarang digunakan dalam bahasa sehari-hari Mantra hanya akan bekerja ditangan orang-orang yang telah menjalani penempaan batin dan kebulatan

Penelitian ini akan difokuskan pada upaya untuk mengatasi permasalahan yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa kelas I SDN Tinap 2 Kecamatan Sukomoro