• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Sifat Fisika Tanah Ultisol Menggunakan Pembenah Kompos Bertanaman Pakcoy (Brassica rapa L.) Dengan Tingkat Pemberian Air Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Sifat Fisika Tanah Ultisol Menggunakan Pembenah Kompos Bertanaman Pakcoy (Brassica rapa L.) Dengan Tingkat Pemberian Air Berbeda"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanah Ultisol

Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi, setempat-setempat dimodifikasi atau bahkan dibuat oleh manusia dari bahan bumi, mengandung gejala-gejala kehidupan, dan mampu menopang pertumbuhan tanaman di luar rumah. Tanah meliputi horison-horison tanah yang terletak di atas bahan batuan dan terbentuk sebagai hasil interaksi sepanjang waktu dari iklim, organisme hidup, bahan induk dan relief. Pada umumnya, ke arah bawah tanah beralih ke batuan yang keras atau ke bahan bumi (yang tidak keras) yang tidak mengandung akar, tanaman, hewan, atau tanda-tanda kegiatan biologi lain (Hardjowigeno, 1993).

Tanah melestarikan beragam komunitas organisme tanah yang membentuk simbiosis dengan akar tanaman, mendaur ulang nutrisi penting bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah dengan dampak positif bagi kapasitas memegang air

tanah dan nutrisi, yang pada akhirnya meningkatkan produksi tanaman (Anikwe et al., 2016).

Tanah alami adalah kesatuan yang kompleks terdiri dari padat, cair dan gas. Distribusi ukuran partikel yang luas, struktur pori yang kompleks, dan permukaan kasar, perbedaan sifat kimia yang cukup adalah keunggulan dari tanah alami, dan sering menyebabkan peningkatan retensi karena pori-pori tanah yang sempit dan lebih bergerak atau lambat alirannya (Wang et al., 2014).

(2)

pertanian. Terdapat tersebar di daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya. Daerah-daerah ini direncanakan sebagai daerah perluasan areal pertanian dan pembinaan transmigrasi. Sebagian besar merupakan hutan tropika dan padang alang-alang. Problema tanah ini adalah reaksi masam, kadar Al tinggi sehingga menjadi racun tanaman dan menyebabkan fiksasi P, unsur hara rendah, diperlukan tindakan pengapuran dan pemupukan (Hardjowigeno, 1993).

Tanah ultisol yang terdegradasi ditandai dengan kesuburan rendah dan keasaman tinggi yang mungkin karena erosi atau pencucian. Petani dalam upaya untuk mengatasi tantangan ini menggunakan aplikasi pupuk kimia. Pendekatan petani terhadap penggunaan pupuk kimia telah menjadi ancaman besar untuk status mutu fisik tanah. Kurangnya perhatian yang diberikan kepada status fisik tanah tanpa mempertimbangkan fakta bahwa baik kimia dan fungsi biologis dari tanah dengan mengacu produksi tanaman dikendalikan oleh status fisik tanah. Struktur tanah yang buruk dan keasaman adalah efek jangka panjang dari aplikasi berkelanjutan dari pupuk kimia (Anikwe et al., 2015).

(3)

upaya untuk meningkatkan kesuburannya baik kesuburan fisika, kimia dan biologi, seperti dengan pembenahan tanah dengan kompos (Fitzpatrick, 1986). Kompos

Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan, jerami, alang-alang, rumput, kotoran hewan, sampah kota, dan sebagainya. Proses pelapukan bahan-bahan tersebut dapat dipercepat melalui bantuan manusia. Membuat kompos berarti merangsang perkembangan bakteri (jasad-jasad renik) untuk menghancurkan atau menguraikan bahan-bahan yang dikomposkan hingga terurai menjadi senyawa lain. Penguraian bahan-bahan tersebut dibantu oleh suhu 60oC. Proses penguraian tersebut mengubah unsur hara yang terikat dalam senyawa organik sukar larut menjadi senyawa organik larut sehingga berguna bagi tanaman (Lingga dan Marsono, 2000).

Pengomposan bertujuan untuk menurunkan rasio C/N. Tergantung jenis tanamannya, rasio C/N sisa tanaman yang masih segar umumnya tinggi sehingga

mendekati rasio C/N tanah. Rasio C/N adalah perbandingan C (karbon) dan N (nitrogen). Bila bahan organik yang memiliki rasio C/N tinggi tidak

dikomposkan terlebih dahulu (langsung diberikan ke tanah) maka proses penguraiannya akan terjadi di tanah. Ini tentu kurang baik karena proses penguraian bahan segar dalam tanah biasanya berjalan cepat karena kandungan air dan udaranya cukup. Akibatnya, CO2 dalam tanah meningkat sehingga dapat

(4)

Berdasarkan SNI 19-7030-2004, Standart kualitas kompos dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Standart Kualitas Kompos

No. Parameter Satuan Min Maks No. Parameter Satuan Min Maks

Keterangan : * Nilainya lebih besar dari minimum atau lebih kecil dari maksimum

(Badan Standardisasi Nasional, 2004)

(5)

Tabel 2. Hasil Pengukuran Kompos

Parameter (%)

N-Total 2,10

P2O5 2,96

K2O 4,45

MgO 2,13

Na2O 1,44

C-Organik 22,51

C/N 10,72

Sumber: (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2014).

Dari data kompos yang diperoleh disimpulkan bahwa kompos dikategorikan sebagai kompos yang baik karena sesuai dengan SNI 19-7030-2004 dimana batas maksimum dan minimum yang ditetapkan dalam parameter sesuai (Tabel 1.) sehingga penggunaan kompos sebagai bahan pembenah tanah dapat meningkatkan bahan organik tanah, berperan baik untuk meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah sebagai media tumbuh tanaman serta kemampuan tanah dalam menahan air meningkat.

Kompos dapat meningkatkan bahan organik tanah, meningkatkan pH, meningkatkan aktivitas enzim dan respirasi tanah. Pertumbuhan tanaman secara umum dapat ditingkatkan setelah penambahan kompos, tetapi jumlah pemberian kompos harus disesuaikan dengan kebutuhan tanah terhadap pertumbuhan tanaman. Kompos dapat digunakan pada perbaikan tanaman dan sifat fisik tanah. Tanah yang miskin unsur hara dan tanah yang terdegradasi seperti tanah bekas pertambangan adalah target penting dalam langkah memperbaiki atau memulihkan fungsi tanah tersebut karena kegiatan pertambangan, dapat dilakukan dengan meningkatkan kandungan bahan organik dan aktivitas mikroba pada tanah (Oliva et al., 2016).

(6)

Pupuk organik tidak lain adalah bahan yang dihasilkan dari pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Ada beberapa kelebihan dari pupuk organik ini sehingga ia sangat disukai petani, diantaranya sebagai berikut: (1) memperbaiki struktur tanah, (2) menaikkan daya serap tanah terhadap air, (3) menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah, (4) sebagai sumber zat makanan bagi tanaman (Lingga dan Marsono, 2008).

Kandungan unsur hara di dalam kompos sangat bervariasi. Tergantung dari jenis bahan asal yang digunakan dan cara pembuatan kompos. Kandungan unsur hara kompos sebagai berikut: nitrogen 0,1-0,6 % ; phospor 0,1-0,4 % ; kalium 0,8-1,5 % ; kalsium 0,8-1,5 %. Ciri fisik kompos yang baik adalah berwarna cokelat kehitaman, agak lembab, gembur, dan bahan pembentuknya sudah tidak tampak lagi. Produsen kompos yang baik akan mencantumkan besarnya kandungan unsur hara pada kemasan. Meskipun demikian, dosis pemakaian pupuk organik tidak seketat pada pupuk buatan karena kelebihan dosis pupuk organik tidak akan merusak tanaman. Penggunaan dosis tertentu pada pupuk kompos lebih berorientasi untuk memperbaiki sifat fisik tanah dan kimia tanah dari pada untuk menyediakan unsur hara (Novizan, 2002).

(7)

Tekstur Tanah

Batasan tekstur tanah sebagai ukuran yang menyusun tanah. Para pakar edapologi hanya membatasi perhatian pada jarah-jarah dengan ukuran < 0,002 mm (pisahan lempung), 0,002-0,05 mm (pisahan debu) dan 0,05-0,2 mm (pisahan pasir). Berdasarkan ini maka tekstur tanah diberi batasan sebagai perbandingan nisbi pisahan-pisahan tanah di dalam suatu volume massa tanah. Pada kasus khusus, pemerian terhadap jarah-jarah berukuran lebih besar dari pisahan pasir dan lebih kecil dari pisahan lempung juga dilakukan (Poerwowidodo, 1991).

Tekstur tanah sangat mempengaruhi kemampuan tanah dalam memegang air. Tanah bertekstur liat memiliki kemampuan yang lebih besar dalam memegang air dari pada tanah bertekstur pasir hal ini terkait dengan luas permukaan adsorbtifnya. Semakin halus teksturnya akan semakin besar kapasitas menyimpan airnya (Haridjaja et al., 2013).

Klasifikasi ukuran, jumlah dan luas permukaan fraksi-fraksi tanah menurut sistem USDA dan Sistem Internasional tertera pada Tabel 3.

Tabel 3. Beberapa Karakteristik Dari Separat Tanah Separat Tanah

Liat <0,002 <0,002 90.250.853.000 8.000.000 (Foth, 1951).

Di Laboratorium, tekstur tanah umumnya ditetapkan melalui dua metode,

(8)

(lebih teliti), yang keduanya didasarkan pada perbedaan kecepatan jatuhnya pertikel-partikel tanah didalam air dengan asumsi bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang berkerapatan (density) sama dalam suatu larutan akan meningkat secara linear apabila radius partikel bertambah secara kuadratik. Proporsi hasil penetapan masing-masing fraksi tanah ini kemudian dicocokkan dengan proporsi pada segitiga tekstur (gambar 1), misalnya contoh tanah O berkadar pasir 25 %, debu 25 % dan liat 50 %, maka berarti tanah bertekstur liat (Hanafiah, 2005).

Secara skematis klasifikasi tanah tersebut dapat dilihat melalui klasifikasi segitiga USDA, seperti terlihat pada Gambar 1.

(9)

tanah. Stabilitas dan ukuran distribusi agregat tanah diukur sebagai diameter berat, persentase agregat air yang stabil dan persentase masing-masing fraksi ukuran. Penggunaan lahan mempengaruhi stabilitas dan ukuran distribusi agregat tanah melalui integrasi bahan organik tanah, Fe dan Al oksida. Struktur tanah memiliki pengaruh penting pada lingkungan. Struktur ini sering diukur olehstabilitas agregat tanah. Agregasi tanah menopang kesuburan tanah karena mengurangi erosi dan menengahi aerasi tanah serta infiltrasi air dan penyimpanan. Selanjutnya, agregasi tanah melindungi bahan organik tanah dari mineralisasi karena secara fisik mengurangi aksesibilitas senyawa organik untuk mikroorganisme, ekstraseluler enzim lular, dan oksigen. Distribusi ukuran serta stabilitas tanah agregat berkorelasi dengan bahan organik tanah dan mineral lempung. Sifat-sifat tanah di setiap fraksi ukuran memainkan peran yang berbeda di stabilitas agregat tanah (Zhao et al., 2016).

Bahan Organik Tanah

Bahan organik tanah memberi pengaruh yang dominan dalam fungsi tanah pertanian, terutama pada pertanian organik. Bahan organik tanah dianggap sebagai indikator yang baik dari sistem tanah yang sehat, karena berperan penting dalam berbagai sifat tanah dan proses seperti pemeliharaan struktur tanah, kapasitas retensi air, siklus hara dan stimulasi kegiatan biologis tanah. Penambahan residu

bahan organik untuk tanah meningkatkan unsur hara tanah, memodifikasi sifat-sifat kimia, fisika dan biologi tanah, meningkatkan total N pada tanah, dan

(10)

dilakukan dengan aktivitas dan keragaman makro dan mikroorganisme yang penting untuk pengurangan kerentanan tanaman terhadap hama, serta untuk nutrisi tanaman (Sharma et al., 2016).

Bahan organik mempunyai peranan penting sebagai bahan pemicu kesuburan tanah, baik secara langsung sebagai pemasok hara bagi organisme authotrof (tanaman) juga sebagai sumber energi bagi organisme heterotrof (fauna dan mikroorganisme tanah). Meningkatnya aktivitas biologi tanah akan mendorong terjadinya kebaikan kesuburan tanah, baik kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah. Perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang searah dengan kebutuhan tanaman (plant requirement) tanaman target akan mampu memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman (Subowo, 2010).

Unsur hara yang diserap oleh tanaman berasal dari 3 sumber sebagai berikut: (1) bahan organik, sebagian besar unsur hara terkandung di dalam bahan organik. Sebagian dapat langsung digunakan oleh tanaman, sebagian lagi tersimpan untuk jangka waktu yang lebih lama. Bahan organik harus mengalami

dekomposisi (pelapukan) terlebih dahulu sebelum tersedia bagi tanaman, (2) mineral alami, setiap jenis batuan mineral yang membentuk tanah

(11)

jumlah unsur hara. Lewat pengaturan pH tanah, unsur hara ini dapat diubah menjadi unsur hara yang tersedia bagi tanaman (Novizan, 2002).

Penetapan bahan organik di laboratorium dapat dilakukan dengan metode Pembakaran, metode Walkley & Black, dan metode Colorimetri (Walkley & Black Modification). Prinsip Metode Walkley & Black adalah C-organik dihancurkan

oleh oksidasi Kalium bikromat yang berlebih akibat penambahan asam sulfat. Kelebihan kromat yang tidak direduksi oleh C-organik tanah kemudian ditetapkan dengan jalan titrasi dengan larutan ferro. Rumus yang digunakan adalah:

C organik (%) = 5 x (1-T

Bahan organik dapat dihitung dengan persamaan:

Bahan organik = % C Organik x 1,724 ………(1) (Mukhlis, 2007).

(12)

merusak atmosfer. Sisa tanaman dapat kembali ke tanah dengan pengelolaan sisa tanaman adalah strategi yang berguna dalam agronomi untuk pemeliharaan struktur tanah dan kesuburannya, untuk penyerapan karbon di dalam tanah, dan dalam memitigasi emisi gas rumah kaca ke atmosfer. Aspek komposisi kimia dan struktur dari komponen bahan organik tanah, serta struktur tanah akan dipengaruhi oleh efek dari budidaya jangka panjang (Song et al., 2016).

Tanah menyimpan dua atau tiga kali lebih C (karbon) daripada ada di

atmosfer sebagai CO2, dan sensitivitas suhu pembusukan bahan organik

(organic matter) di tanah sebagian menentukan berapa banyak C. Curah hujan yang tinggi, meningkatkan kadar air tanah yang mengurangi dekomposisi karbon

organik tanah (SOC) dengan meningkatkan akumulasi di dalam tanah (Hassan et al., 2013).

Produksi tanaman primer dan aktivitas mikroba tanah adalah dua proses biologis utama yang mengatur input dan output dari bahan organik tanah (SOM). Pohon melalui dekomposisi sampah, biomassa akar merupakan sumber tinggi C organik tanah (SOC). SOC dapat sangat ditingkatkan ketika tanah mendegradasi dan ekosistem dikembalikan dan tanah marginal yang diubah menjadi penggunaan lahan restoratif. Sebaliknya, hilangnya SOC diamati ketika tanah yang dipadatkan karena hutan menjadi padang rumput atau padang rumput untuk konversi hutan tanaman dan peningkatan dekomposisi bahan organik tanah oleh gangguan tanah yang terlibat dalam pembangunan perkebunan dan juga dengan perubahan dari hutan menjadi perkebunan (Vicente et al., 2016).

(13)

agroekologi (curah hujan dan suhu), dan manajemen intervensi seperti penggunaan pupuk kandang dan pupuk mineral, pengolahan tanah dan irigasi. Agregasi tanah merupakan indikator yang baik dari kualitas tanah karena menengahi masukan mikroba, C dan N berada di tanah. Penggabungan biochar dalam tanah dapat meningkatkan stabilitas agregat tanah dengan meningkatkan status kation yang dapat dipertukarkan tanah, seperti kalsium, sehingga

menghambat dispersi liat dan gangguan terkait agregat tanah (Fungo et al., 2016).

Agregat tanah yang melindungi bahan organik tanah melalui pembentukan hambatan fisik yang memisahkan substrat dan biomassa mikroba, sehingga mencegah proses enzimatik dan mikroba. Perlindungan fisik bahan organik tanah terutama karena mikro agregat tanah, meskipun makro agregat tanah juga penting. Mikro agregat terbentuk dalam makro agregat dan stabilisasi bahan organik tanah berlangsung dalam mikro agregat. Mikroagregat mendominasi distribusi ukuran agregat air yang stabil di lapisan atas. Hal ini sesuai dengan penelitian lain pada Ultisol yang makro agregat tidak selalu dominan. Dalam jenis tanah, kandungan tanah liat cukup rendah di horizon permukaan (14% di atas 25 cm). Tekstur tanah yang rendah liat (atau lebih besar tekstur pasir) dengan ukuran agregat relatif kecil

dan akibatnya dengan tingkat yang lebih kecil dari makro agregat (Hontoria et al., 2016).

Kerapatan Massa Tanah (Bulk Density)

Bulk density adalah sifat fisik tanah yang penting dibutuhkan untuk

(14)

untuk mendapatkan perkiraan yang tepat dari bahan organik tanah. Faktor seperti kedalaman, kandungan bahan organik atau pemadatan memiliki pengaruh pada nilai-nilai bulk density. Secara keseluruhan, perbedaan dalam jumlah besar nilai bulk density antara tanah disebabkan adanya perbedaan nilai particle density.

Variasi dalam nilai bulk density dikaitkan dengan faktor-faktor struktural lainnya seperti bahan organik. Data tekstur tanah digunakan untuk memperkirakan nilai bulk density (Martin et al., 2016).

Bulk density merupakan parameter yang paling penting yang diguna kan

untuk menghitung penyimpanan karbon organik tanah. Sebagai dasar sifat fisik tanah, bulk density tidak hanya mempengaruhi ketersediaan soil moisture dan nutrisi, tetapi juga secara tidak langsung mencerminkan kualitas tanah dan produktivitas. Bulk density adalah parameter kunci untuk menghitung penyimpanan karbon organik tanah, tetapi juga salah satu sumber penting dalam memperkirakan penyimpanan karbon organik pada skala besar (Xu et al., 2016).

Berat tanah disebut sebagai bulk density tanah, yang merupakan ukuran yang dari berat (massa) dari tanah per satuan volume daerah tanah, biasanya diberikan secara oven-kering pada suhu 105-110oC dan dinyatakan dalam g/cm3. Variasi dalam bulk density disebabkan oleh proporsi relatif dan berat jenis partikel organik dan anorganik padat dan porositas tanah. Sebagian besar tanah mineral memiliki kepadatan massa antara 1,0 dan 2,0 g/cm3. Pengukuran kepadatan harus diketahui untuk menentukan sifat-sifat tanah yang luas (kuantitatif) untuk seluruh profil tanah dan lebih sesuai dengan kond isi lokal (Hossain et al., 2015).

Bulk density yaitu bobot padatan (pada kering konstan) dibagi total volume

(15)

dengan kandungan bahan organik tinggi, bulk density sangat bervariasi antar

horizon tergantung pada tipe dan derajat agregasi, tekstur dan bahan organik tanah. Bulk density sangat sensitif terhadap pengolahan tanah (Kurnia et al., 2006).

Bandi (2014) telah melakukan kajian mengenai pengaruh lama penggenangan terhadap kualitas air dan sifat fisik tanah andosol serta pertumbuhan tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dimana nilai kerapatan massa tanah yakni 0,59 g/cm3 dan nilai kerapatan partikel tanah yakni 1,58 g/cm3, karena adanya pengayakan dan penggerusan tanah sebelum pemantapan tanah serta kandungan bahan organik yang tinggi.

Bulk density menunjukkan berat tanah kering per satuan volume tanah

(termasuk pori-pori tanah). Bulk density biasanya dinyatakan dalam satuan g/cc. Bulk density dapat digunakan untuk menghitung ruang pori total (total porosity)

tanah dengan dasar bahwa kerapatan zarah (particle density) tanah = 2,65 g/cc. Bulk density

Particle densityx 100 = % bahan padat tanah % total porosity = 100 % - % bahan padat tanah.

Bulk density dapat digunakan untuk menghitung berat tanah lapisan oleh

per hektar. Bila bulk density 1,1 g/cc maka berat tanah 20 cm lapisan oleh setiap hektar adalah:

= 100 m x 100 m x 20 cm x 1,1 g/cc = 100.000.000 cm2 x 20 cm x 1,1 g/cc

= 200.000.000 cc x 1,1 g/cc = 2.200.000.000 g = 2.200.000 kg

(16)

Kerapatan massa tanah menunjukkan perbandingan berat tanah terhadap volume total (udara, air, dan padatan) yang dapat dihitung dengan persamaan berikut:

ρ

b

=

Ms

Vt

………(2)

dimana:

ρ

b= kerapatan massa tanah (gr/cm

3

) Ms = massa tanah (gr)

Vt = volume total (cm3)

(Hillel, 1981).

Metode penentuan bulk density yang paling sering dilakukan adalah dengan ring sample atau dengan metode clod (gumpalan). Pada metode clod,

gumpalan tanah dicelupkan ke dalam cairan plastik kemudian ditimbang biasa (di udara) dan di dalam air untuk mengetahui berat dan volume dari clod tersebut

(Hardjowigeno, 1993).

Guna menentukan bulk density adalah untuk:

(1) Deteksi adanya lapisan padas dan tingkat perkembangannya. Makin berkembang makin tinggi bulk density.

(2) Menentukan adanya kandungan abu volkan dan batu apung yang cukup tinggi. Tanah dengan kandungan abu volkan/batu apung yang tinggi mempunyai bulk density kurang dari 0,85 g/cc.

(3) Menunjukkan tingkat pelapukan batuan. Bulk density turun dari 2,65 menjadi kurang dari 2, dengan meningkatnya pelapukan karena terbentuknya pori-pori tanah.

(17)

dengan bulk density tinggi akar tanaman tidak dapat menembus lapisan tanah tersebut.

(5) Evaluasi perubahan volume tanah karena proses pembentukan tanah, akibat penambahan dan pencucian dari horison-horison tertentu

(Hardjowigeno, 1993).

Kerapatan Partikel Tanah (Particle Density)

Kerapatan partikel tanah (particle density) adalah kajian dari tanah yang penting untuk menghitung porositas tanah dan angka pori. Banyak studi yang mengasumsikan nilai konstan, biasanya 2,65 Mg/m3 untuk ditanami pada tanah mineral. Sebuah data dengan 79 sampel tanah dari 16 lokasi di Denmark menunjukkan bahwa nilai particle density tanah liat adalah sekitar 2,86 Mg/m3, sedangkan partikel pasir dan lumpur bisa diperkirakan 2,65 Mg/m3. Regresi linier berganda menunjukkan bahwa kombinasi dari tanah liat dan bahan organik tanah bisa menjelaskan hampir 92 % dari variasi particle density yang diukur. Nilai particle density sebenarnya bervariasi di seluruh jenis tanah dan wilayah

geografis. Particle density menurun dengan meningkatnya kandungan bahan organik tanah. Nilai particle density menurun untuk tanah dengan meningkatkan kandungan pasir (Schjonning et al., 2016).

Kerapatan partikel tanah menunjukkan perbandingan antara massa tanah kering terhadap volume tanah kering dengan persamaan:

ρ

s

=

Ms

Vs………(3)

dimana:

ρ

s= kerapatan partikel (gr/cm3) Vs = volume tanah (cm3)

(18)

Ukuran agregat tanah di lapangan masih bisa mencapai beberapa sentimeter, yang jauh lebih besar dari agregat tanah yang disiapkan di laboratorium sebelum rekonstruksi sampel. Di laboratorium, tanah diuji alami

biasanya udara kering, digiling dan diayak menjadi beberapa milimeter (Wang et al., 2016).

Jika particle density suatu lahan rendah, maka tanah tersebut kurang baik untuk dijadikan media tanam, sebaliknya jika nilai particle density tinggi, maka baik untuk dijadikan suatu media tanam bagi produktivitas tanaman. Bahan organik memiliki berat yang lebih kecil dari berat benda padat tanah mineral yang lain dalam volume yang sama, jumlah bahan organik dalam tanah jelas mempengaruhi kerapatan butir. Akibatnya tanah permukaan biasanya kerapatan butirnya lebih kecil dari sub soil (Hardjowigeno, 1992).

Faktor-faktor yang mempengaruhi particle density yaitu kadar air, tekstur tanah, struktur tanah, bahan organik, dan topografi. Kandungan bahan organik di dalam tanah sangat mempengaruhi kerapatan butir tanah. Semakin banyak kandungan bahan organik yang terkandung dalam tanah, maka makin kecil nilai particle densitynya. Selain itu, dalam volume yang sama, bahan organik memiliki

berat yang lebih kecil daripada benda padat tanah mineral yang lain. Sehingga

jumlah bahan organik dalam tanah mempengaruhi kerapatan butir. Dengan adanya bahan organik, menyebabkan nilai particle densitynya semakin kecil (Hanafiah, 2005).

(19)

Pemadatan dapat dilakukan dengan cara mekanis, misalnya dengan menambahkan bahan organik, seperti gambut dan kompos (McGrath and Henry, 2016).

Proses pemadatan tanah didefinisikan sebagai operasi sederhana dari perubahan volume untuk suatu massa tanah akibat beban yang diterapkan untuk yang volume tanah padat dan cair tidak mengalami perubahan yang cukup. Perubahan volume berlangsung dalam fase gas dari tanah dan sebagian besar disebabkan penurunan pori makro tanah. Pemadatan tanah, selain jelas mempengaruhi volume tanah, pori-pori dan distribusi ukuran pori, dapat mengubah pengaturan pori. Kontinuitas pori mempengaruhi transportasi gas. Ketika tanah sepenuhnya jenuh dengan air, pori makro adalah penentu hampir seluruh proses pengangkutan air tanah ini (Kuncoro et al., 2014).

Porositas Tanah

Porositas antar dalam agregat dilihat pada porositas yang tidak terbatas dan mekanisme penyimpanan adsorpsi air tidak dipengaruhi oleh variasi porositas dan kapasitas terbatas aliran. Namun, porositas antar agregat dapat dilihat pada porositas yang saling berhubungan dan mekanisme penyimpanan air dipengaruhi oleh perubahan angka pori. Fungsi distribusi nilai porositas mendefinisikan hubungan antara kepadatan ukuran pori dan ukuran pori, sementara fungsi distribusi pori hisap mendefinisikan hubungan antara kepadatan ukuran pori dan hisap matriks (Zhai and Rahardjo, 2015).

(20)

kapiler dibedakan menjadi intra agregat pori-pori di dalam agregat (matriks

porositas) dan antar agregat pori-pori antara agregat (porositas struktural) (Antinoro et al., 2016).

Porositas dari tanah adalah hasil dari kerapatan massa tanah dan kerapatan partikel tanah adalah nilai dari persamaan:

Porositas (%) = (1-ρb

ρs) x 100………...………...(4)

Dimana: ρb= kerapatan massa tanah ρs= kerapatan partikel tanah (Hausenbuiller, 1982).

Tabel 4. Kelas Porositas Tanah

Porositas (%) Kelas

100 Sangat porous

60-80 Porous

50-60 Baik

40-50 Kurang baik

30-40 Buruk

< 30 Sangat buruk

(Arsyad, 1989).

Nilai porositas pada tanah pertanian bervariasi dari 40 sampai 60 %, sedangkan nilai rasio rongga dari 0,3-0,2. Porositas dipengaruhi oleh ukuran partikel dan struktur. Tanah berpasir mempunyai porositas rendah (40 %) dan tanah lempung mempunyai porositas tinggi. Jika strukturnya baik dapat mempunyai porositas 60 % (Islami dan Utomo, 1995).

(21)

pengembangan, pengerutan, agregasi, dispersi, pemadatan dan pengerakan (Lubis, 2015).

Hubungan antara partikel tanah dan struktur pori dalam perannya meretensi air tanah sangat penting. Struktur tanah telah dianggap sebagai salah satu dalam menentukan kualitas tanah, yang mempengaruhi sifat hidrolik media tak jenuh, seperti kurva retensi air tanah. Struktur pori-pori tanah dipengaruhi oleh tanah fase padat. Selain itu, pemisahkan tanah (yaitu, tanah liat, lumpur dan pasir) mempengaruhi perbedaan pori-pori. Setiap tingkat partikel memiliki tingkat yang sesuai dari pori-pori partikel (Ding et al., 2015).

Struktur pori tanah terdiri dari banyak pori-pori terus menerus dalam berbagai diameter lebar dari beberapa nanometer ke sentimeter. Di tanah agregat, pori-pori yang disusun secara teratur dengan primer (tekstur) dan sekunder (struktural) sistem pori. Tekstur (matriks) porositas didefinisikan sebagai ruang

pori antara partikel primer atau pori-pori intra-agregat. Porositas struktural adalah ruang pori antara mikro agregat dan antara agregat, yang mengandung

pori makro seperti void antar pedal, biopori dan retak pengeringan (Zaffar and Gao, 2015).

(22)

air dan gerakan zat terlarut, dan penyerapan karbon organik. Karakteristik pori tanah sangat berguna untuk mengevaluasi struktur tanah dan kualitas tanah. Struktur pori tanah sangat sensitif terhadap praktek pengelolaan tanah dan perubahan lingkungan. Penggunaan lahan, pengolahan, pemupukan, dan

pemadatan bisa mengubah porositas total, ukuran distribusi dan fungsi dari pori-pori tanah dan dengan demikian mempengaruhi kimia, proses fisik dan biologis di tanah. Pengolahan tanah dan pemadatan umumnya menurun

macroporosity tanah dan distribusi ukuran pori. Kuantifikasi ukuran, bentuk

dan kontinuitas pori-pori dapat membantu untuk memahami dampak dari praktik manajemen dan lingkungan dalam perubahan kualitas tanah (Gao Lu et al., 2014).

Tanah merupakan media berpori dengan ukuran partikel yang berbeda dan tekstur yang kompleks. Pemadatan granular tanah yang berbeda terkait dengan kepadatan kering yang berbeda dan porositas, dimana air di media berpori dengan ukuran pori yang berbeda menunjukkan ketegangan yang berbeda. Secara umum, granular tanah dengan kepadatan kering yang lebih besar memiliki nilai udara masuk yang lebih besar dan kandungan air sisa lebih besar. Struktur microporosity tanah menunjukkan bahwa tanah dengan rasio kekosongan yang berbeda jelas berbeda dalam struktur agregat antar tanah (Zhou et al., 2014).

(23)

menjadi hambatan fisik bagi mikroba untuk bergerak, tapi pada saat yang sama hambatan seperti mengurangi aksesibilitas mereka terhadap predator. Kemungkinan bahwa tingkat yang cukup besar dari difusi udara dalam sampel pori besar, bersama dengan ketersediaan oksigen yang lebih besar. Tanah mengalami penambahan bahan organik segar dari akar tanaman hidup, akar, tunas residu, dan biota tanah. Pada kondisi kelembaban optimal, umumnya dekat

dengan kapasitas lapangan di mana aerasi dan potensi air tidak membatasi proses mikroba, dekomposisi bahan baru ditambahkan dan pergerakan

produk dekomposisi alam tanah yang berdekatan bisa sangat cepat (Kravchenko and Guber, 2016).

Berkenaan dengan tanaman yang berbeda dan sistem akar, saluran akar tua, yang memiliki celah di permukaan tanah dan akar membusuk di kedalaman tertentu dalam arah vertikal umumnya dianggap sebagai pori makro tanah. Pengolahan tanah ini mempengaruhi sifat fisik dan hidrolik tanah menghancurkan sebagian besar celah aliran di permukaan tanah, dan mengurangi jumlah jalur air untuk bergerak melalui gravitasi ke dalam profil tanah. Proses infiltrasi air tanah umumnya termasuk aliran matriks dan aliran preferensial. Yang pertama adalah gerakan relatif lambat dan bahkan air dan zat terlarut melalui tanah, hal ini terjadi di sebagian besar tanah dan sering dikaitkan dengan makro pori aliran melalui retak, celah, atau void dan antara peds atau melalui biopori, seperti liang cacing tanah dan saluran akar. Namun, aliran preferensial di tanah tidak terbatas pada aliran macropore (Jiang et al., 2016).

(24)

satu dengan yang lain yang disebut pori-pori mikro dan makro tanah. Porositas tanah adalah jumlah ruang volume seluruh pori-pori makro dan mikro dalam tanah yang dinyatakan dalam persentase volume tanah di lapangan. Atau dengan kata lain, porositas tanah adalah bagian dari volume tanah yang tidak ditempati oleh padatan tanah (Aak, 1991).

Suhu Tanah

Suhu tanah merupakan suatu konsep yang bersifat luas, karena dapat digunakan untuk menggolongkan sifat-sifat panas dari suatu sistem. Selain itu, suhu tanah merupakan faktor penting dalam menentukan proses-proses fisika yang terjadi di dalam tanah, serta pertukaran energi dan massa dengan atmosfer, termasuk proses evaporasi dan aerasi. Suhu tanah juga mempengaruhi

proses biologi seperti perkecambahan biji, pertumbuhan benih dan

perkembangannya, perkembangan akar, maupun aktivitas mikroba dalam tanah (Irsal, 1979).

(25)

atau digunakan seperti proses evaporasi, pembasahan dan kondensasi) (Lubis, 2015).

Sehubungan dengan adanya pengaruh-pengaruh suhu tanah yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, diperlukan pengendalian suhu tanah, yang sekaligus juga berarti pengelolaan kelembaban tanah. Untuk pengendalian suhu tanah, bahan yang umum dipergunakan yaitu serasah jerami atau sisa-sisa tanaman yang ditutupkan ke permukaan tanah (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002).

Suhu tanah merupakan salah satu sifat tanah yang digunakan dalam klasifikasi tanah. Kelas-kelas suhu tanah atau rejim tanah dibatasi berdasarkan suhu tanah rata-rata tahunan (mean annual soil temperature) di daerah perakaran pada kedalaman 5-100 cm. Oleh karena itu, penggunaan tanah untuk usaha pertanian maupun kehutanan, biasanya dihubungkan dengan rejim suhu tanah. Suhu tanah diukur pada kedalaman sekitar 50 cm di bawah permukaan tanah dan dinyatakan dalam derajat Celcius (Irsal, 1979).

Ultisol hanya ditemukan di daerah-daerah dengan suhu tanah rata-rata lebih dari 8oC. Ultisol adalah tanah dengan horison argilik bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa pada kedalaman 1,8 m dari permukaan tanah kurang dari 35 % (Hardjowigeno, 1993).

Permeabilitas Tanah

(26)

antara lain: (1) memperbaiki struktur tanah dapat dilakukan melalui pemberian bahan organik, pemberian bahan pemantap tanah, perbaikan porositas dan aerasi permukaan dan bawah permukaan tanah, serta penanaman vegetasi penutup lahan. Vegetasi penutup tanah berperan dalam menjaga tersumbatnya pori permukaan tanah oleh pecahan partikel tanah, perbaikan aerasi dan porositas bawah permukaan tanah melalui akarnya, dan memberikan tambahan bahan organik ke dalam tanah, (2) memperbaiki drainase tanah, perbaikan drainase tanah mencakup perbaikan drainase permukaan tanah dan bawah permukaan tanah (Rohmat dan Soekarno, 2006).

Permeabilitas adalah parameter karakteristik untuk media berpori dimana kemudahan air mengalir melalui rongga yang saling berhubungan. Karena secara langsung mempengaruhi laju aliran air dalam tanah. Dalam profil tanah, setiap lapisan dapat memiliki sifat sendiri yang mungkin tidak sama dibandingkan dengan lapisan bawah atau lapisan atas (Gupta et al., 2016).

Karakteristik kurva air tanah dan fungsi permeabilitas adalah sifat hidrolik yang paling penting yang dibutuhkan untuk analisis rembesan tanah tak jenuh. Pengetahuan tentang sifat-sifat hidrolik dapat diperoleh dengan pengukuran langsung di laboratorium atau di lapangan. Metode tidak langsung biasanya digunakan untuk mendapatkan sifat ini. Salah satu metode tidak langsung yang paling umum adalah untuk mengukur kurva karakteristik air tanah dan permeabilitas jenuh dan kemudian memperkirakan fungsi permeabilitas dari pengukuran tersebut (Rahimi et al., 2014).

(27)

K= ql

AhL ……….(5)

dimana: k = nilai koefisien permeabilitas (cm/jam) q = debit (cm3/jam)

hL = gradien hidrolik (cm)

A = luas penampang (cm2) L = tebal kedalaman tanah (cm) (Craig, 1987).

Kelas permeabilitas tanah tertera pada Tabel 5. Tabel 5. Kelas Permeabilitas Tanah

Kelas Permeabilitas (cm/jam)

Sangat lambat <0,125

Lambat 0,125-0,50

Agak lambat 0,50-2,00

Sedang 2,00-6,25

Agak cepat 6,25-12,50

Cepat 12,50-25,00

Sangat cepat > 25,00

(Uhland and O’neal, 1951).

Distribusi ukuran agregat, kandungan bahan organik, komposisi mineral dan air isi tanah mempengaruhi transportasi gas melalui jaringan pori tanah. Transportasi fluida tidak bergantung pada sifat fisik tanah tapi tergantung pada kadar air tanah. Dalam keadaan ini, transportasi cair mengatur ruang yang tersedia dalam pori-pori tanah, yang mengarah ke pengurangan koefisien difusi gas dari tanah. Selain itu, transfer fluida juga diatur oleh tingkat kelembaban di tanah, yang digilirannya tergantung pada proses infiltrasi dimana air masuk tanah dan menambah total kelembaban tanah. Adanya materi organik mempengaruhi difusi

(28)

Kadar Air Kapasitas Lapang

Kemampuan tanah menahan air dianggap setara dengan kadar air kapasitas lapang. Secara umum kadar air kapasitas lapang didefenisikan sebagai kadar air tanah di lapang pada saat air drainase sudah berhenti atau hampir berhenti mengalir karena adanya gaya grafitasi setelah sebelumnya tanah tersebut mengalami jenuh sempurna (Jury et al., 1991).

Kapasitas lapang (field capacity) adalah kapasitas menahan air yang maksimum dimana banyaknya dinyatakan dalam persen (%), karena keadaan ini sama dengan keadaan kondisi menahan air dari tanah yang kering dengan permukaan air tanah yang rendah sesudah mendapatkan curah hujan yang cukup selama 1 sampai 2 hari (Sosrodarsono dan Takeda, 2003).

Menurut Abdurachman et al., (2006) metode gravimetrik adalah metode yang paling sederhana secara konseptual dalam menentukan kadar air tanah. Pada prinsipnya mencakup pengukuran kehilangan air dengan menimbang contoh tanah sebelum dan sesudah dikeringkan pada suhu 105-110oC dalam oven. Hasilnya dinyatakan dalam presentase air dalam tanah, yang dapat diekspresikan dalam presentase terhadap berat kering, berat basah atau terhadap volume. Masing-masing dari presentase berat ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Kandungan air tanah (%) = berat basah-berat kering

berat kering x 100% ...(6) Berat basah tanah dalam pengukuran kadar air kapasitas lapang merupakan kadar air dalam kondisi tanah mencapai kapasitas lapang.

(29)

analitik. Umumnya pengukuran cara ini dilakukan terhadap hasil ekstraksi yang telah dipisahkan secara fisik. Bila pemisahan secara pengeringan atau pembakaran, maka penimbangan dilakukan terhadap bahan sisa sedangkan analitnya telah hilang. Dengan demikian bobot (massa) analit diperoleh dari pengurangan bobot bahan awal dengan bobot bahan yang telah dikeringkan atau dibakar. Tetapi jika pemisahan secara pengendapan maka yang ditimbang adalah analitnya. Analisis tanah yang pengukurannya secara gravimetri adalah kadar air tanah, baik dalam keadaan kering udara maupun dalam keadaan kapasitas lapang, kadar bahan organik tanah metode pembakaran, kadar pasir, debu dan liat (tekstur) tanah (Mukhlis, 2007).

Klasifikasi kadar air tanah meliputi air tersedia, air tidak tersedia, air higroskopis dan air adhesi. Air tersedia terdapat pada kisaran kapasitas lapang dan titik layu permanen (pF 2,54-4,17), air tidak tersedia yaitu air yang berada pada tegangan diatas titik layu permanen (pF > 4,17), air higroskopis yaitu air yang diikat oleh partikel tanah dengan sangat kuat sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman, air adhesi juga air yang terikat kuat antara tanah dan air sehingga tidak dapat digunakan oleh air dan tanaman (Ichsan et al., 2010).

Air Tersedia Bagi Tanaman

(30)

Konsentrasi air tanah sebagai konsentrasi pori makro dimodelkan sebagai volume kombinasi tertimbang matriks dan pori makro lanjutan, massa zat terlarut melalui penggunaan pupuk kandang. Selain itu, air yang lebih tinggi juga dapat memperluas mobilisasi fosfor dari dalam profil tanah (Frey et al., 2016).

Hillel (1980) menyatakan bahwa ketersediaan air bagi tanaman dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu (1) air cukup tersedia bagi tanaman dari kondisi kapasitas lapang hingga titik layu permanen, (2) air tersedia dari kondisi kapasitas lapang hingga titik kritis, dan (3) ketersediaan air berkurang dari kondisi mulai mulai kapasitas lapang hingga titik layu permanen. Ketidaktepatan penyediaan air dapat menyebabkan cekaman bagi pertumbuhan tanaman.

Tanaman menghisap air dari tanah. Air bebas hampir tak dapat dihisap oleh tanaman. Karena bila air bebas tinggal di permukaan tanah, maka tanah akan kekurangan air sehingga tanaman akan layu. Bila air turun, dan turunnya begitu cepat, juga tak dapat dihisap oleh akar. Tanaman menghisap air dari tanah, hanya air kapiler yang dihisap lebih dulu, sehingga lapisan air pada permukaan agregat sedikit demi sedikit akan berkurang. Lama-kelamaan tanah akan mengering atau tinggal sedikit sekali, semakin kering atau sedikitnya air lapisan pada agregat itu makin dipertahankan dan makin sulit dihisap oleh tanaman (Aak, 1991).

Batasan-batasan yang menyatakan kandungan air dalam tanah ialah: (1) kapasitas menahan maksimal ialah jumlah air maksimal yang dapat ditampung

(31)

kosong, air menempel antara bidang pertemuan agregat-agregat dan air sebagian besar terdapat dalam pori-pori mikro, (3) titik layu permanen ialah keadaan air di dalam tanah pada saat tanaman menjadi layu permanen. Pada saat ini kandungan air tanah sedemikian sedikit dan akar tanaman tidak cukup kuat untuk menyerapnya, (4) kandungan air tersedia bagi tanaman ialah selisih kandungan air antara kapasitas lapang dan titik layu permanen (Aak, 1991).

Air yang berada dalam pori pemegang air disebut air tersedia bagi tanaman, berada antara titik layu (pF 4,2) dan kapasitas lapang (pF 2,54). Air tersedia adalah selisih kandungan air pada kapasitas lapang dan titik layu permanen, dengan persamaan:

AWmaks = Air kapasitas lapang - titik layu permanen……….(7)

dimana AWmaks adalah air tersedia, nilainya tergantung terkstur tanah (Abdurachman, 2006).

Kandungan air yang mudah dihisap oleh tanaman berkisar antara 50 % − 66 % dari kapasitas tersedia, yang berarti bahwa tanah yang berdaya tahan

30 gr air per 100 gr tanah kering dan yang berkapasitas tersedia adalah 15 gr, hanyalah 8 − 10 gr dapat dihisap oleh tanaman dengan mudah. Pengertian ini penting sekali untuk menentukan saat dan banyaknya penyiraman (Aak, 1991).

(32)

Cara paling mudah untuk menentukan status air dalam tanaman adalah dengan mengukur kandungan air, baik berdasarkan bobot basah (bb) maupun bobot kering (bk) tanaman. Untuk menghitung kandungan air tanaman perlu diketahui bobot basah tanaman dan bobot kering tanaman, dan kandungan air berdasarkan bobot basah (kab) dan kandungan air berdasarkan bobot kering (kak) (Islami dan Utomo, 1995).

Evapotranspirasi

Evapotranspirasi adalah penguapan dari seluruh air, tanah, salju, es, tumbuh-tumbuhan dan permukaan-permukaan lain ditambah transpirasi. Evapotranspirasi potensial yang dikenalkan oleh Thornthwaite didefinisikan sebagai kehilangan air yang akan terjadi, bila tidak pernah terdapat kekurangan air dalam tanah untuk digunakan oleh tanaman. Evapotranspirasi potensial tidak bergantung pada sifat ataupun keadaan permukaannya, kecuali berkenaan dengan kelengasan yang tersedia ataupun harus ditetapkan dalam besaran permukaan yang khusus (Linsley et al., 1989).

Evapotranspirasi merupakan gabungan proses evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah peristiwa air menjadi uap naik ke udara dan berlangsung terus menerus dari permukaan air, permukaan tanah, padang rumput, persawahan, hutan

dan lain-lain, sedangkan transpirasi adalah peristiwa perpindahan air dari tanah ke atmosfer melalui akar, batang, dan daun. Evapotranspirasi tanaman dapat ditentukan secara tidak langsung dan secara langsung. Salah satu cara penentuan evapotranspirasi tanaman secara tidak langsung adalah metode Blaney and Criddle yang telah diubah seperti berikut:

(33)

k = kt x kc ...(9)

kt= 0,0311t+0,240...(10)

dimana:

U = Evapotranspirasi tanaman bulanan (mm/bulan) kt = Koefisien suhu

kc = Koefisien tanaman

P = Persentase jam siang Lintang Utara (%) (Sosrodarsono dan Takeda, 2003).

Cara penentuan evapotranspirasi secara langsung yang paling banyak digunakan untuk mengetahui besarnya evaporasi dari permukaan air bebas adalah dengan menggunakan panci evaporasi. Beberapa percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa evaporasi yang terjadi dari panci evaporasi lebih cepat dibanding dari permukaan air yang luas. Untuk itu hasil pengukuran dari panci evaporasi harus dikalikan dengan suatu koefisien seperti terlihat pada rumus dibawah ini :

E = k x Ep ... (11) dimana :

E = evaporasi dari badan air (mm/hari) k = koefisien panci (0,7)

Ep = evaporasi dari panci (mm/hari)

(34)

Nilai evapotranspirasi dapat diperoleh dengan pengukuran dilapangan atau dengan rumus-rumus empirik. Untuk keperluan perhitugan kebutuhan air irigasi dibutuhkan nilai evapotranspirasi potensial (Et0) yaitu evapotranspirasi terjadi

apabila tersedia cukup air. Kebutuhan air untuk tanaman adalah nilai Et0 dikalikan

dengan suatu koefisien tanaman.

ET = kc x Eto………...(12)

atau kc = ET

Et0………..………..(13)

dimana :

ET = Evapotranspirasi tanaman (mm/hari)

Eto = Evaporasi tetapan / tanaman acuan(mm/hari)

kc = Koefisien tanaman (Limantara, 2010).

Sosrodarsono dan Takeda (2000) menyatakan bahwa alat penguapan air di Jepang dengan diameter 20 cm dan dalamnya 10 cm besarnya air yang menguap 2 kali dari jumlah penguapan air pada permukaan air yang luas. Dengan perkataan lain bahwa besarnya penguapan air pada permukaan air yang luas 0,50 kali hasil yang dicapai dengan alat tersebut.

Nilai evapotranspirasi di lapangan dapat ditentukan berdasarkan berkurangnya kadar air tanah dari kapasitas lapang dalam jangka waktu tertentu. Melalui pengukuran kadar air tanah secara gravimetri diperoleh kadar air tanah basis kering, kemudian dirubah menjadi kadar air volumetrik. Untuk menghitung besarnya kehilangan air karena evapotranspirasi digunakan persamaan :

(35)

dan ET = θxhT

T ... (15)

Dimana :

ET = Evapotranspirasi (cm/hari) θ = kadar air volumetrik (%) W = kadar air basis kering (%)

ρb = kerapatan massa tanah (g/cm3)

ρw = berat jenis air (g/cm3) hT = kedalaman tanah (cm)

T = waktu (hari) (James, 1988).

Tanaman Pakcoy (Brassica rapaL.)

Klasifikasi tanaman pakcoy adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rhoeadales

Famili : Cruciferae (Brassicaceae) Genus : Brassica

Spesies : Brassica rapa L. (Haryanto dan Suhartini, 2002).

(36)

mendatar, tersusun dalam spiral rapat, melekat pada batang yang tertekan. Tangkai daun, berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan berdaging, tanaman mencapai tinggi 15-30 cm (Cahyono, 2003).

Pertumbuhan pakcoy yang baik membutuhkan suhu udara yang berkisar antara 19oC-21oC. Keadaan suhu suatu daerah atau wilayah berkaitan erat dengan ketinggian tempat dari permukaan laut (dpl). Daerah yang memiliki suhu berkisar antara 19oC-21oC adalah daerah yang ketinggiannya 1000-1200 mdpl, semakin tinggi letak suatu daerah dari permukaan laut, suhu udaranya semakin rendah, sementara itu pertumbuhan tanaman dipengaruhi suhu udara. Misalnya proses perkecambahan, pertunasan, pertumbuhan, dan lain-lain (Cahyono, 2003).

Gambar

Tabel 1. Standart Kualitas Kompos
Tabel 2. Hasil Pengukuran Kompos
Tabel 3. Beberapa Karakteristik Dari Separat Tanah
Gambar 1. Diagram Segitiga Tekstur Tanah Menurut USDA (Foth, 1951).
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut menunjukkan bahwa hanya variabel organisasi yang berpengaruh terhadap keputusan mahasiswa sedangkan variabel-variabel yang lain yaitu karakteristik

[r]

[r]

judul “ Perilaku pembuangan limbah medis olehmahasiswa kepaniteraan klinik di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara Medan ” yang merupakan salah

Ini semua terjadi karena pada tanaman terdapat pembuluh tanaman yang dapat mengangkut makanan ke seluruh bagian tanaman.ketika air menguap dari tanaman,akar menarik molekul

Profesionalisme adalah Kemampuan, keterampilan dan pengalaman pegawai negeri sipil Kecamatan Landasan Ulin kota Banjarbaru dalam mengantisipasi dan menghadapi

Apakah yang bapak lakukan ketika tidak mendapatkan hasil

Skils assessment indicator include directing students to show achievement of learning outcomes, project task according student progress, time frame of work, rubric