PERAN HUBUNGAN DIPLOMATIK ANTARA INDONESIA DAN FILIPINA DALAM PEMBEBASAN WNI OLEH KELOMPOK
TERORIS ABU SAYYAF TAHUN 2016
DICKY IMANSYAH PUTRA HUTABARAT
ABSTRAK
Alat utama dalam melaksanakan pekerjaan diplomasi adalah perundingan-perundingan dan permusyawaratan-permusyawaratan. Perundingan-perundingan-perundingan ini ada yang dilahirkan atau dilaksanakan dengan mengadakan pertemuan-pertemuan dan konferensi-konferensi dan ada pula yang dilakukan dengan perantaraan surat atau pertukaran nota serta yang lainnya. Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan diplomatik antara satu negara dengan negara lain menurut hukum Internasional, bagaimana peran hubungan diplomatik dalam menyelesaikan suatu masalah khususnya terorisme menurut hukum Internasional, bagaimana upaya Indonesia dalam memanfaatkan hubungan diplomatik dengan Filipina sebagai cara untuk membebaskan WNI yang disandera.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan dilakukan dengan cara meneliti bahan kepustakaan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Penelitian ini melakukan analisis data secara kualitatif
Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa hubungan diplomatik antara satu negara dengan negara lain menurut hukum Internasional diatur dalam Konvensi Wina 1961. Peran hubungan diplomatik dalam menyelesaikan suatu masalah khususnya terorisme menurut hukum Internasional yaitu sesuai dengan fungsi dari perwakilan diplomatik yang tertuang dalam konvensi Wina 1961 disebutkan bahwa salah satu fungsinya untuk proteksi atau melindungi. Peran Diplomat Indonesia dalam menyelesaikan kasus penculikan WNI oleh kelompok Abbu Sayyaf tersebut dengan menjalankan tugasnya yakni mewakili pemerintah Indonesia untuk menjalankan fungsi yang lain yakni fungsi proteksi atau perlindungan yang mana melindungi kepentingan negara pdan warga negaranya dalam batas yang diperbolehkan hukum internasional dalam hal ini membebaskan WNI yang disandera dengan melakukan perundingan atau negosiasi. Upaya Indonesia dalam memanfaatkan hubungan diplomatik dengan Filipina sebagai cara untuk membebaskan WNI yang disandera berlaku efektif sebab dengan adanya upaya diplomasi maka para sandera dapat dibebaskan. Upaya pembebasan para sandera WNI oleh Abu Sayyaf dengan cara memilih berdiplomasi melalui hubungan diplomatik lebih efektif ketimbang melaui cara kekerasan maupun perang.
Kata Kunci : Hubungan Diplomatik, Pembebasan WNI, Teroris Abu Sayyaf.