• Tidak ada hasil yang ditemukan

Naskah Publikasi sept

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Naskah Publikasi sept"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI KECAMATAN LAWEYAN, KECAMATAN SERENGAN, DAN KECAMATAN PASAR KLIWON

KOTAMADYA SURAKARTA

Artikel Publikasi Ilmiah

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains

Disusun oleh:

Yan Bagus Muhammad Ferdiansah M0410068

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI KECAMATAN LAWEYAN, KECAMATAN SERENGAN, DAN KECAMATAN PASAR KLIWON

KOTAMADYA SURAKARTA

1)Yan Bagus Muhammad Ferdiansah,2)Prof. Drs. Sutarno, M.Sc.,Ph.D., 3)Dr. Agung Budiharjo, M.Si.

1)yhebheferdi@gmail.com,2)nnsutarno@mipa.uns.ac.id 3)budiharjo_ag@yahoo.com

Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRAK

Perubahan kawasan perkotaan menyebabkan habitat burung berkurang. Informasi tentang keanekaragaman burung perkotaan di Kota Surakarta saat ini masih sangat sedikit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah, jenis, keanekaragaman burung, dan kemelimpahan burung di Kota Surakarta.

Penelitian dilakukan dengan metode point count atau titik hitung dan metode jelajah, melalui rute yang telah dibuat dan mencatat jenis burung yang terlihat di sekitarnya. Pengamatan sampel dilakukan di tiga kecamatan meliputi Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan dan Kecamatan Pasar Kliwon. Identifikasi burung dilakukan berdasarkan karakteristik morfologi dengan buku panduan Jawa dan Bali dari MacKinnon. Analisis data untuk keanekaragaman jenis burung menggunakan pendekatan deskriptif, dan diperbandingkan di tiga wilayah tersebut, untuk indeks keanekaragaman burung dihitung dengan rumus Shannon-Wiener.

Hasil penelitian menunjukan di 3 kecamatan Kota Surakarta ditemukan sejumlah 1963 burung yang dikelompokkan ke dalam 24 jenis burung masuk ke dalam 14 famili. Urutan indeks keanekaragaman dari ketiga kecamatan tersebut meliputi Kecamatan Pasar Kliwon (H’=1,76), Kecamatan Laweyan (H’=1,72), dan Kecamatan Serengan (H’=1,68).

(3)

THE BIRD DIVERSITY IN LAWEYAN , SERENGAN, AND PASAR KLIWON SUBDISTRICTS IN SOLO CITY

1)Yan Bagus Muhammad Ferdiansah,2)Prof. Drs. Sutarno, M.Sc.,Ph.D., 3)Dr. Agung Budiharjo, M.Si.

1)yhebheferdi@gmail.com,2)nnsutarno@mipa.uns.ac.id 3)budiharjo_ag@yahoo.com

Program Study of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Science, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

ABSTRACT

Changes in urban areas cause the habitat of bird is reduced. Information on the diversity of urban birds in the city of Surakarta is still very few. The purpose of this study is to determine the bird’s number, type, diversity, and abundance in the city of Surakarta.

The research was done by application point count method and cruising method, through the route that has been made and record the kind of birds seen. Sample observation was conducted in three sub districts, Laweyan, Serengan and Pasar Kliwon. Birds were identified based on morphological characteristics by using Java and Bali bird guidebook from MacKinnon. Data for the diversity of bird species were analyzed descriptively, and compared in the three areas. The index of bird diversity was calculated by using the formula of Shannon-Wiener.

The research results 1963 birds were found in the three sub districts in Surakarta City. They were from 24 species and be grouped into 14 families. The bird diversity indexes were 1.76, 1.72, and 1.68 for Pasar Kliwon, Laweyan and Serengan sub district.

(4)

PENDAHULUAN

Burung adalah salah satu makhluk yang memiliki keunikan dan nilai yang tinggi baik nilai ekologi, ilmu pengetahuan, wisata dan budaya (Bibby et al.,

2004). Banyaknya spesies burung yang sekarang ini menjadi idaman masyarakat untuk dipelihara dapat menyebabkan semakin berkurang jumlah burung dialam liar. Keanekaragaman jenis burung yang relatif tinggi tersebut, tidak diikuti dengan perkembangan daerah dimana burung tersebut berada, termasuk dikawasan perkotaan (Augusta, 2006).

Kota sebagai pusat aktivitas manusia dalam berbagai hal semakin tidak memberikan ruang lingkup untuk kehidupan burung. Ancaman pada burung terus meningkat menyebabkan beragam jenis burung harus dilindungi karena populasinya sudah terancam punah (near threatened) sampai terancam punah (endangered) (IUCN, 1994).

Pembangunan kota terutama di Surakarta ini secara terus menerus menurut perkembangan waktu dan kepadatan penduduk, yang menuntut perubahan ruang demi terpenuhinya kebutuhan manusia. Peningkatan populasi perkotaan mengakibatkan perubahan seperti daerah pertanian dan hutan. Penggunaan lahan untuk tujuan manusia ini dapat mengubah struktur dan fungsi ekosistem sehingga dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati (Realeet al., 2005).

Pembangunan kerapkali dipandang hanya dari segi komersil. Hal ini menyebabkan ruang-ruang dianggap tidak dapat memberikan kontribusi ekonomi secara langsung terhadap pemenuhan kebutuhan manusia dianggap kurang produktif sehingga ruang tersebut dilakukan upaya konversi lahan. Banyak bagian

lahan yang merupakan habitat alami ditebang, dan dimodifikasi dengan cara yang ekstrim seperti pada hutan kayu, pertanian tradisional, dan lain-lain (Marzluff, 1997). Perubahan habitat pada daerah perkotaan ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan keanekaragaman burung diperkotaan menjadi semakin berkurang (Shochatet al., 2010).

(5)

masyarakat perkotaan mengenai konsep-konsep ekologi, pengembangan daerah konservasi di perkotaan, dll (Clergeau et al., 2001).Tekanan terhadap spesies dan habitat alami akan terus berlanjut bila tidak segera dilakukan studi ilmiah dan invetarisasi. Informasi akurat dari kegiatan-kegiatan tersebut dibutuhkan sebagai dasar dalam penyusunan skala prioritas yang layak dijadikan acuan dalam rencana pelestarian keanekaragaman hayati (Sujatnikaet al., 1995).

Penelitian mengenai burung perkotaan ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau referensi dalam pembangunan sebuah daerah perkotaan. Di daerah Kota Surakarta ini penelitian mengenai burung perkotaan belum banyak dilakukan, oleh karena itu keanekaragaman jenis burung di Kota Surakarta ini

menarik untuk dikaji lebih.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada tanggal 4 Januari 2016- 1 Februari 2016 di Kota Surakarta. Pengambilan data lapangan meliputi tiga Kecamatan di Kota Surakarta meliputi Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan dan Kecamatan Pasar Kliwon. Pengambilan data meliputi daerah sekitar jalan, gedung dan area yang terdapat vegetasi seperti taman ataupun ruang terbuka hijau yang biasa digunakan burung untuk beraktifitas. Pengamatan sampel untuk penelitian dilakukan dengan metode jelajah. Metode dilaksanakan dengan menjelajahi rute yang telah dibuat

dan mencatat semua jenis burung yang terlihat di sekitar rute tersebut (Hidayatet al., 1996) dan menggunakan metode point count ( titik hitung). Pengamatan

dilakukan pada pagi hari, antara jam 06.00-08.00 wib dan sore hari jam 15.00-17.00 wib. Dalam 1 minggu dilakukan sebanyak 4 kali pengamatan. Data yang diambil meliputi jumlah dan jenis burung.

(6)

Burung diidentifikasi berdasarkan morfologi. Semua spesies diidentifikasi dengan mengkroscekkan antara fakta yang diperoleh di lapangan melalui observasi langsung dengan sumber pustaka yang ada, yaitu buku panduan lapangan burung-burung Jawa dan Bali dari MacKinnon. Pencatatan data meliputi: jenis burung dan jumlah burung. Sedangkan untuk mengetahui Indeks Keanekaragaman burung dihitung dengan rumus Indeks Keanekaan Shannon-Wiener (Bibbyet al.,2000).

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keanekaragaman Jenis Burung di Tiga Kecamatan

Berdasarkan hasil pengamatan di tiga kecamatan didapatkan 24 spesies burung yang termasuk ke dalam 14 famili, dan beberapa di antaranya merupakan endemik di Jawa. Beberapa famili yang ditemukan dilapangan saat pengamatan antara lain : Passeridae, Apodidae, Estrildidae, Cuculidae, Alcedinidae, Dicaeidae, Sylviidae, Nectariniidae, Pycnonotidae, Zosteropidae, Turdidae, Collumbidae, Sturnidae, dan Hirundinidae.

Dari penelitian ini didapat jenis burung yang dominan di tiga kecamatan tersebut yaitu gereja erasia (Passer montanus),walet linchi (Collocalia linchi), kapinis rumah (Apus affinis) dengan presentase perbandingan 3,1%. Selain itu terdapat jenis-jenis burung lain yang juga teramati di tiga kecamatan tersebut seperti data yang tersaji pada Tabel 2.

Keanekaragaman spesies burung umumnya berbeda antara habitat satu dengan lainnya, sehingga ditemukan jenis burung yang berbeda-beda di setiap kawasan. Perbedaan jenis-jenis burung pada masing-masing pengamatan menurut Hernowo, et al (1989), apabila kondisi habitat kurang baik dalam mendukung kehidupan burung seperti kurangnya sumber pakan atau faktor lain (luas area dan iklim) dapat mempengaruhi keberadaan jenis burung. Menurut Jarulis (2005) mengatakan bahwa kehadiran jenis burung kemungkinan disebabkan oleh perbedaan jenis tumbuhan, tingkat kenyaman dan habitat pendukung yang

(7)

dan komposisi vegetasi dan luas lokasi dapat mempengaruhi jumlah jenis burung pada suatu kawasan.

Tabel 2. Keberadaan jenis burung di tiga Kecamatan Kotamadya Surakarta

Famili Nama Ilmiah Nama Lokal Kecamatan

A B C

Passeridae Passer montanus Gereja erasia

Apus affinis Kapinis rumah

Apodidae Collocalia linchi Walet linchi

Estrildidae Lonchura leucogastroides Bondol jawa

Lonchura maja Bondol haji -

Lonchura punctulata Bondol peking - Cuculidae Cacomantis sepulcralis Wiwik uncuing -

-Alcedinidae Halcyon chloris Cekakak sungai - -

Dicaeidae Dicaeum trochileum Cabai jawa

-Sylviidae Orthotomus ruficeps Cinenen Kelabu Orthotomus sepium Cinenen jawa - -Orthotomus sutorius Cinenen pisang - - Prinia familiaris Prenjak jawa - -Nectariniidae Anthreptes malacensis Madu kelapa - -Cynniris jugularis Madu sriganti Pycnonotidae Pycnonotus goiavier Merbah cerucuk Pycnonotus aurigaster Cucak kutilang - Zosteropidae Zosterops palpebrosus Kacamata biasa - -

Turdidae Copsychus saularis Kucica kampung -

-Collumbidae Columba livia Merpati

Streptopelia chinensis Tekukur biasa Geopelia striata Perkutut jawa - -Sturnidae Acridotheres javanicus Kerak kerbau - - Hirundinidae Hirundo tahitica Layang-Layang

(8)

keanekaragaman jenis burung pemakan serangga akan membantu pengedalian hama secara alami. Begitu pula dengan burung pemakan nektar ( nectarivora) yang mencari makan pada bunga dan burung pemakan buah (frugivora), secara tidak langsung burung telah membantu penyerbukan dan penyebaran biji.

B. Kemelimpahan Jenis Burung

Dari hasil pengamatan di 3 kecamatan di Kota Surakarta, diperoleh data sejumlah 1936 burung, yang dikelompokkan kedalam 24 spesies dengan kemelimpahan yang berbeda di masing-masing wilayah. Dari data diperoleh jumlah burung yang ditemukan paling besar berada di Kecamatan Laweyan dengan jumlah 884 burung, sedangkan kecamatan yang mempunyai jumlah spesies paling sedikit yaitu Kecamatan Serengan sejumlah 354 burung (Tabel 3).

Adapun jenis burung merpati (Columba livia) juga ditemukan di ketiga tempat dengan jumlah yang tidak sedikit, diduga kuat burung ini dipelihara manusia, sehingga burung ini juga adaptif terhadap lingkungan manusia. Burung yang jumlahnya sedikit merupakan burung yang tidak adaptif terhadap lingkungan

perkotaan, diduga karena mereka tidak dapat bersarang di keramaian perkotaan. Menurut Hernowoet al. (1989) faktor keamanan dari berbagai bentuk gangguan, struktur dan komposisi jenis vegetasi dan luas lokasi dapat mempengaruhi jumlah jenis burung pada suatu kawasan.

Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya nilai H ini adalah kondisi lingkungan, jumlah jenis dan sebaran individu pada masing-masing jenis (Alikodra, 1990). Menurut Welty (1988), penyebaran dan populasi burung di suatu habitat dipengaruhi oleh faktor fisik/lingkungan seperti tanah, air, temperatur, cahaya matahari dan faktor biologis yang meliputi vegetasi dan satwa lainnya.

(9)

Tabel 3. Jumlah jenis burung dan Indeks Keragaman di 3 kecamatan

No Nama Ilmiah Nama Lokal Jumlah

A B C

1 Passer montanus Gereja erasia 136 58 94 2 Collocalia linchi Walet linchi 431 175 336

3 Apus affinis Kapinis rumah 105 35 92

4 Lonchura leucogastroides

Bondol jawa 32 24 61

5 Lonchura maja Bondol haji - 4 28

6 Lonchura punctulata Bondol peking 74 - 15 7 Cacomantis sepulcralis Wiwik

9 Dicaeum trochileum Cabai jawa 12 2 -10 Orthotomus ruficeps Cinenen

Kelabu

5 4 3

11 Orthotomus sepium Cinenen jawa 1 - -12 Orthotomus sutorius Cinenen

pisang

- - 2

13 Prinia familiaris Prenjak jawa 1 - -14 Anthreptes malacensis Madu kelapa 4 - -15 Cynniris jugularis Madu sriganti 17 12 10 16 Pycnonotus goiavier Merbah

cerucuk

25 9 17

17 Pycnonotus aurigaster Cucak kutilang 4 - 7 18 Zosterops palpebrosus Kacamata

20 Columba livia Merpati 21 22 16

21 Streptopelia chinensis Tekukur biasa 3 5 4 22 Geopelia striata Perkutut jawa - 3

(10)

Layang-Berdasarkan urutan indeks keanekaragaman burung (Tabel 3), yang memiliki indeks keanekaragaman tertinggi yaitu Kecamatan Pasar Kliwon, daerah ini memiliki lokasi yang baik karena terdapat area pepohonan yang rimbun dan juga memiliki unsur penunjang lain yaitu adanya lahan terbuka dan dekat dengan area persawahan juga aliran sungai. Hal ini menyebabkan bertambahnya tingkat keanekaragaman burung, karena adanya variasi habitat yang berupa daerah pertanian dan perairan, sehingga pada saat pengamatan dilokasi ini ditemui burung dari famili Estrildidae, yaitu bondol jawa (Lonchura leucogastroides), bondol haji (Lonchura maja), dan bondol peking (Lonchura punctulata) yang merupakan burung pemakan biji-bjian dan burung perairan seperti cekakak sungai

(Halycon chloris )(Mac Kinnonet al,.1998).

Seperti burung lainnya, sebagian besar burung menggunakan waktu hariannya untuk mencari makan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk anggota keluarga burung tersebut. Burung membutuhkan makanan untuk dapat melakukan aktivitas, karena burung tidak menyimpan makanan kecuali untuk anaknya. Pada pagi hari burung pergi mencari makan dalam keadaan lapar dan pulang ke tempat istirahatnya dalam keadaan kenyang. Burung membutuhkan makanan sekitar sepertiga dari berat tubuhnya ( Hernowo, 1989). Sebagian waktu harian burung digunakan untuk aktivitas pendukung kehidupannya. Masing-masing burung mempunyai jenis makanan sendiri, yaitu carnivora adalah burung pemakan daging,frugivoraadalah pemakan buah,granivoraadalah pemakan biji-bijian, insectivora adalah pemakan serangga,nectarivora adalah pemakan nektar, danpiscivoraadalah pemakan ikan (Hadinotoet al., 2012).

Adapun saat pengamatan ditemukan burung yang jarang terlihat di perkotaan seperti wiwik uncuing (Cacomantis sepulcralis). Keberadaan burung ini diduga karena keluar dari habitatnya dan kemelimpahannya tidak umum, karena menurut Mackinon et al (1998) kebiasaan burung ini yang menyukai hutan, tepi hutan, tumbuhan sekunder, perkebunan dan kebun-kebun pedesaan. Burung wiwik uncuing memiliki suara yang sangat yang diulang-ulang sepuluh (10) sampai dua puluh lima kali (25) dengan siulan sedih “wiit” atau ‘pii-wiit”

(11)

Dalam lingkup konservasi satwa, secara umum status burung di Indonesia dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu dilindungi, diperhatikan, dan tidak dilindungi Undang-undangan. Berdasarkan hasil pengamatan dari 24 jenis burung yang ditemukan di 3 kecamatan kota Surakarta memiliki status IUCN LC (Least Concern) artinya tidak mengkhawatirkan, namun ada beberapa burung yang

dilindungi menurut UU No.5 Tahun 1990 dan PP No.7 Tahun 1999 yaitu burung cekakak sungai (Halcyon chloris), burung madu kelapa (Anthreptes malacensis), burung madu sriganti (Cynniris jugularis), burung cinenen jawa (Orthotomus sepium), burung cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) dan burung cinenen pisang

(Orthotomus sutorius).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Dari 3 kecamatan di Kota Surakata (Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, dan Kecamatan Pasar Kliwon) ditemukan sebanyak 24 jenis burung yang dikategorikan ke dalam 14 famili.

2. Dari 3 kecamatan walet linchi sering ditemukan disemua lokasi pengamatan, sehingga tingkat kemelimpahan pada masing-masing kecamatan memiliki tingkat kemelimpahan umum.

3. Indeks keanekaragaman dari 3 kecamatan tersebut tergolong sedang dengan urutan indeks paling atas yaitu Kecamatan Pasar Kliwon (H’=1,76), diikuti

Kecamatan Laweyan (H’=1,721), dan Kecamatan Serengan (H’=1,684).

(12)

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada saat musim kemarau untuk mengetahui perbandingan jenis burung pada saat musim hujan dan musim

kemarau.

2. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya burung bagi ekosistem masih rendah. Oleh karenanya perlu perhatian dari pihak terkait dalam hal ini pemerintah setempat.

3. Pemerintah diharapkan dapat mengupayakan ketersediaan kawasan ideal untuk habitat burung, sehingga tidak terjadi perburuan yang tidak bertanggung jawab.

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar Jilid 1. Pusat Antar Universitas IPB. Bogor.

Bibby, C., M. Jones and S.Marsden. 2000. Teknik-teknik Ekspedisi Lapangan Survei Burung.Bird life International-Indonesia Program. Bogor.

Bibby, C., Neil D. Burgess. David Hill. 2004. Bird CensusTechniques. The Cambridge University Press, UK

Clergeau, P,. Jukka Jokimaki,. And Jean Pierre L. Savard.2001. Are Urban Bird Communities Influenced by the Bird Diversity of adjacent landscape. Journal of Applied Ecology. 38: 1122-1134.

Hadinoto., Mulyadi,A., dan Siregar, Yi. 2012. Keanekaragaman Jenis Burung di Hutan Kota Pekanbaru.Jurnal Ilmu Lingkungan. ISSN 1978-5283.

Hernowo, J.B. 1989. Suatu Tinjauan terhadap Keanekaragaman Jenis Burung dan perananya di Hutan Lindung Bukit Suharto, Kalimantan Timur.

Media Konservasi Vol II. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

(13)

Mackinnon J, Philips K and B. Van Balen. 1998. Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Puslitbang Biologi-LIPI/Birdlife Indonesia.

Shochat, eyal., Susannah B, Lerman,. John M. Anderies,. Paige S.Warren,. Stanley H.Faeth, and Charles H.Nilon. 2010. Invasion, Competition, and Biodiversity Loss in Urban Ecosystems.BioScience60:199-208.

Gambar

Tabel 2. Keberadaan jenis burung di tiga Kecamatan Kotamadya Surakarta
Tabel 3.  Jumlah jenis burung dan Indeks Keragaman di 3 kecamatan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Menurut Nazir (1988, hlm. 66) menyatakan bahwa subjek penelitian dalam studi kasus dapat berupa individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. 66) menyatakan penelitian

Mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa kelas VIII yang menggunakan dan tidak menggunakan Media Pembelajaran Mengenal Produk Hasil Pengawetan Bahan Hewani yang

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 9 variabel bebas yang dianalisis, terdapat 3 variabel bebas yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian

Dalam kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) mahasiswa praktikan dari Universitas Negeri Semarang (UNNES) diharapkan memperoleh pengalaman lapangan yang digunakan

Melalui penggunaan media gambar yang baik dan kreatif serta sesuai dengan materi pembelajaran, guru dapat membuat siswa lebih fokus pada materi yang akan dipelajari

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah kualitas pelayanan dan harga berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan, adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan Rental Mobil Fany di Kota Palu?; 3). Apakah nilai pelanggan berpengaruh positif dan signifikan

Penelitian yuridis normatif dilakukan untuk menjelaskan pengawasan perbankan dengan mengacu pada hukum positif Indonesia, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor