• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN LEAFLET Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Obat Sebelum Dan Sesudah Pemberian Leaflet Pada Masyarakat Kabupaten Jepara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN LEAFLET Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Obat Sebelum Dan Sesudah Pemberian Leaflet Pada Masyarakat Kabupaten Jepara."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

0

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT

SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN LEAFLET

PADA MASYARAKAT KABUPATEN JEPARA

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

SIGIT SETYO PRASOJO

K100100106

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA

(2)
(3)

2

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT SEBELUM DAN

SESUDAH PEMBERIAN LEAFLET PADA MASYARAKAT KABUPATEN

JEPARA

THE DIFFERENT LEVEL OF KNOWLEDGE ABOUT MEDICINE BEFORE AND AFTER GIVING THE LEAFLET FOR REGENCY JEPARA

Sigit Setyo Prasojo*#, Nurul Mutmainah*

*Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. A. Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102

#E-mail: sigitsetyop@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penggunaan obat berkhasiat merupakan salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan dalam masyarakat. Salah satu upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang obat dengan penyampaian leaflet tentang obat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang obat dan mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyampaian leaflet kepada masyarakat Kabupaten Jepara.

Penelitian ini termasuk jenis experimental design menggunakan pretest-posttest design. Pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling dengan jumlah sampel 200 responden. Penelitian ini menggunakan instrumen koesioner dan penyampaian leaflet. Analisa data menggunakan uji t (paired t-test).

Penelitian ini menunjukkan hasil nilai rata-rata pengetahuan responden sebelum penyampaian leaflet sebesar 50,67 ± 18,90 yang masuk kategori rendah dan setelah penyampaian leaflet pengetahuan responden meningkat dengan nilai rata-rata 75,66 ± 9,35 yang masuk dalam kategori tinggi. Dapat disimpulkan ada perbedaan antara pengetahuan sebelum dan sesudah penyampaian leaflet tentang obat yang dapat dilihat dari hasil uji signifikan t hitung < 0,05.

Kata Kunci : Obat, leaflet, Pengetahuan, Kabupaten Jepara.

(4)

3

ABSTRACT

Efficacious drugs as one of the efforts in overcome health problems in the community. For that in this research effort to increase public knowledge about the drug with leaflets on drug delivery. The purpose of this study to determine the level of knowledge of the drug and determine differences in the level of knowledge before and after the delivery of leaflets for the people of Jepara.

This research includes experimental design using a pretest-posttest design. Sampling using stratified random sampling with a sample size of 200 respondents. This study used a questioner instruments and distribute leaflets. Analysis using the t test (paired t-test).

This study shows the results of the average value of the respondents' knowledge prior to the delivery of leaflets of 50.67 ± 18.90 in the category of low and after the delivery of leaflets knowledge respondents increased with an average value of 75.66 ± 9.35 were included in the high category. Can be concluded that there is a difference between knowledge before and after the delivery of leaflets about medicines that can be seen from the results significantly t test <0.05.

Keywords: Medicine, leaflets, Knowledge, Jepara regency.

PENDAHULUAN

Penemuan obat baru telah banyak ditemukan seiring dengan perkembangan

dunia kesehatan dan semakin banyaknya informasi yang berkaitan dengan perkembangan

obat tersebut juga semakin banyak (Depkes RI, 2008). Pesatnya kemajuan di bidang

kesehatan menyebabkan produksi berbagai jenis obat juga meningkat pesat. Setiap

perilaku kesehatan dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu sikap, persepsi dan

pengetahuan (ISFI, 2008).

Obat bermanfaat untuk mendiagnosa, menyembuhkan dari penyakit atau

memelihara kesehatan tubuh, dan mencegah adanya penyakit apabila penggunaanya tepat

dan takarannya yang sesuai (Depkes RI, 2008). Obat adalah senyawa kimia unik yang

dapat menghasilkan efek dengan melewati berbagai proses absorbsi, distribusi,

metabolisme, dan eliminasi, terpenting obat harus mencapai tempat aksinya (Ikawati,

2008). Agar obat mencapai tempat aksinya, sifat obat dan cara pemakaian obat harus

diketahui agar tepat dan aman dalam menggunakannya (Depkes RI, 2008).

Ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi obatnya dikarenakan

ketidakpahaman pasien terhadap terapi yang sedang dijalaninya (Perwitasari, 2010).

Kurangnya informasi tentang pengobatan dan informasi tentang obat yang dikonsumsi

menjadi penyebab ketidakpatuhan pasien tersebut terjadi (Depkes RIa, 2007). Informasi obat yang tepat dan terkini merupakan pelayanan yang diperlukan dalam upaya

penggunaan obat yang rasional oleh pasien (Vinker et al, 2007). Informasi dalam bentuk

(5)

4

tulisan misalnya dari buku-buku pedoman seperti Informasi Spesialit Obat (ISO),

Farmakologi dan Terapi, Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI), serta berbagai buku

lainnya, kemudian pula informasi bisa melalui brosur obat yang sering disertakan dalam

kemasan obat (Depkes RI, 2006).

Leaflet atau brosur merupakan informasi yang sederhana dan lengkap, selain itu

leaflet atau brosur juga merupakan informasi yang paling dipercaya karena jenis informasi

obat dari industri farmasi yang penyiapannya dikontrol oleh Departemen Kesehatan RI

(UGM, 2007). Leaflet atau brosur dapat bermanfaat tergantung pada kemauan membaca

dan pemahaman pasien (Vinker et al, 2007)

Penelitian menurut Nurhastanti (2013) di Desa Kopen Kecamatan Pringsurat

Kabupaten Temanggung menunjukkan tingkat pengetahuan responden tentang obat

sebelum pemberian leaflet adalah rendah dengan nilai rata-rata 52,46±11,23 dan setelah pemberian leaflet tingkat pengetahuan responden meningkat dengan nilai rata-rata 75,69±6,63. Penelitian oleh Supardi (1998) di Kecamatan Warungkondang Kabupaten

Cianjur menghasilkan peningkatan pengetahuan responden terhadap pengobatan sendiri

setelah dilakukan penyuluhan obat menggunakan leaflet obat sebesar 93,2% dan pada

responden kontrol yang tidak diberi perlakuan 12,1%. Menurut penelitian Supriati (2005)

di Universitas Muhammadiyah Surakarta bahwa ada pengaruh dari pemberian leaflet dan

penggunaan obat maag, sebelum perlakuan tingkat pengetahuan 20,4% kemudian

meningkat menjadi 23,74% setelah perlakuan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa pemberian edukasi menggunakan leaflet dapat meningkatkan pengetahuan tentang

obat kepada responden.

Penelitian ini dilakukan dengan harapan mendapatkan gambaran tingkat

pengetahuan tentang obat melalui media leaflet obat kepada masyarakat Kabupaten Jepara

yang hasil wawancara dengan Ibu Ari (2014) bagian promosi kesehatan dinas kesehatan

Kabupaten Jepara jumlah penduduk Kabupaten Jepara sebanyak 1.144.916 jiwa. Mayoritas

penduduk Kabupaten Jepara bekerja sebagai wiraswasta, petani dan nelayan. Sarana

kesehatan di Kabupaten Jepara terdapat 5 Rumah Sakit, diantaranya Rumah Sakit RA.

Kartini, Rumah Sakit Islam Sultan Hadirin, Rumah Sakit Rehatta, Rumah Sakit Graha

Husada dan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, kemudian selain Rumah Sakit juga

terdapat sarana kesehatan 20 Puskesmas. Penelitian ini sekaligus dapat meningkatkan

pengetahuan dan pemahaman tentang obat pada masyarakat Kabupaten Jepara.

(6)

5

METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis experimental design yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui efek perlakuan pemberian informasi tentang obat

menggunakan leaflet yang disampaikan oleh peneliti, dengan bertujuan memberikan

informasi obat yang benar dan membandingkan pengaruh sebelum dan sesudah perlakuan

dengan menggunakan pretest-posttest design. Penelitian ini dengan pemberian informasi melalui penyampaian leaflet. Pengukuran dilakukan dua kali yaitu sebelum dan sesudah

penyampaian leaflet.

Berikut pada Tabel 1 merupakan rancangan penelitian untuk perlakuan atau responden:

Penelitian dilakukan di Kabupaten Jepara. Penelitian ini dilakukan pada bulan

November 2014.

C. Batasan Penelitian

Tentang leaflet sebagai sumber informasi tentang obat meliputi pengertian

tentang spesifikasi obat, cara penggunaan obat yang tepat, penggolongan obat, waktu

penggunaan obat, efek samping, cara penyimpanan yang benar, bentuk sediaan obat, dan

cara pemusnahan obat.

Tentang pengetahuan obat meliputi sejauh mana responden mengetahui tentang

obat, spesifikasi obat, penggolongan obat, efek samping obat, cara penggunaan obat yang

tepat, waktu penggunaan obat, cara penyimpanan obat yang tepat, efek samping obat,

bentuk sediaan, dan cara pemusnahan obat.

Responden adalah masyarakat Kabupaten Jepara dengan usia 17 tahun sampai

60 tahun, bisa membaca, bisa menulis dan bersedia menjadi responden.

D. Populasi dan Sampel

Populasi : Masyarakat Kabupaten Jepara

Sampel : Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak 200 orang

masyarakat Kabupaten Jepara.Teknik pengambilan sampel secara stratified random sampling. Teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel dengan memperhatikan strata (tingkatan) di dalam populasi. Dari enam belas kecamatan yang terdapat di Kabupaten

(7)

6

Jepara dipilih tiga kecamatan secara acak yang mewakili tiga wilayah Kabupaten Jepara

diantaranya Kecamatan Batealit mewakili wilayah selatan, Kecamatan Pakis Aji mewakili

wilayah tengah dan Kecamatan Mlonggo mewakili wilayah utara. Kemudian dari tiga

kecamatan tersebut dipilih satu desa secara acak mewakili setiap kecamatan tersebut yaitu

berturut-turut: Desa Bringin, Desa Tanjung, Desa Suwawal. Selanjutnya dari tiga desa

tersebut terpilih tempat pengambilan sampel yaitu di RT 3/RW 2 Desa Bringin, RT 1/RW

1 Desa Tanjung, RT 2/RW 1 Desa Suwawal.

E. Alat dan Bahan

1. Leaflet

Bersisi tentang informasi obat meliputi penggolongan obat, cara penggunaan

obat, Efek samping, Waktu penggunaan obat, macam-macam bentuk sediaan obat, cara

penyimpanan obat yang baik dan cara memusnahkan obat.

2. Kuesioner

Terdiri dari 6 pertanyaan pada bagian I tentang data pribadi responden,

kemudian 20 pertanyaan pada bagian II tentang pengetahuan umum obat dan 10

pertanyaan pada bagian III tentang pengetahuan leaflet obat.

F. Metode Pengambilan Data

Responden mengisi data pribadi dan tanda tangan sebelum pengumpulan data

sebagai tanda bukti ketersediaan menjadi responden. Selanjutnya responden mengisi

kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti. Pada hari yang sama kuesioner dikumpulkan dan

peneliti selanjutnya menyampaikan leaflet informasi tentang obat kepada responden sekaligus tanya jawab kemudian dilanjutkan dengan mengisi kuesioner yang pertanyaanya

sama dengan koesioner sebelum penyampaian leaflet. Peneliti kemudian mengumpulkan

data tertulis yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

Pengambilan data di Desa Suwawal RT 2/RW 1 diambil diforum pengajian yang

bertempat di Masjid, kemudian pengambilan data di Desa Bringin RT 3/RW 2 diambil

diforum pengajian bertempat di Mushola dan pengambilan data di Desa Tanjung RT 1/RW

1 diambil diforum rapat RT.

G. Analisis Data

Dilakukan analisis data pada data yang sudah didapat dengan cara statistik

sebagai berikut:

1) Skoring

Terdiri dari 20 pertanyaan pada bagian II tentang pengetahuan umum obat,

dan 10 pertanyaan pada bagian III tentang pengetahuan leaflet obat. Diberi skor 4 pada

setiap pertanyaan yang jawabannya benar pada pertanyaan bagian II dan skor 2 pada

(8)

7

setiap pertanyaan yang jawabannya benar pada pertanyaan bagian III kemudian skor 0

pada pertanyaan bagian II dan III bagi jawaban yang salah. Dicari nilai rata-rata dari

hasil-hasil jumlah skor benar, kemudian hasil nilai rata-rata dikategorikan untuk

mengetahui tingkat pengetahuan responden.

Kategori Pengetahuan Menurut Nursalam (2003) yaitu kategori tinggi =

skor 76 – 100; kategori sedang = skor 56 – 75; kategori rendah = skor 0 – 55.

2) Uji t

Uji t digunakan untuk melihat perbedaan antara hasil pre-test dengan post-test. Apabila t hitung < (0,05) maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima.

Hipotesis nol: pre-test dengan post-test tidak ada perbedaan. Sedangkan hipotesis alternatif: pre-test dengan post-test ada perbedaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2014 yang mengambil tempat di

Kabupaten Jepara yaitu salah satu kota di Propinsi Jawa Tengah yang letaknya dipaling

utara Pulau Jawa yang hasil wawancara dengan Ibu Ari (2014) bagian promosi kesehatan

dinas kesehatan Kabupaten Jepara jumlah penduduk Kabupaten Jepara sebanyak 1.144.916

jiwa kemudian Sarana kesehatan di Kabupaten Jepara terdapat 5 Rumah Sakit, diantaranya

Rumah Sakit RA. Kartini, Rumah Sakit Islam Sultan Hadirin, Rumah Sakit Rehatta,

Rumah Sakit Graha Husada dan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, kemudian selain

Rumah Sakit juga terdapat sarana kesehatan 20 Puskesmas. Mayoritas penduduk

Kabupaten Jepara bekerja sebagai wiraswasta, petani dan nelayan. Pendidikan terakhir

sebagian besar SMP. Penghasilan penduduk sebagian besar < Rp1.000.000,-.

B. Karakteristik Responden

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 200 responden. Yang

diambil yaitu masyarakat Kabupaten Jepara dengan batasan usia 17 – 60 tahun. Data yang

diambil meliputi data pengukuran sebelum penyampaian leaflet dan data setelah penyampaian leaflet, kemudian diambil juga data pribadi responden meliputi nama, alamat, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan dan penghasilan.

(9)

8

Berikut tabel karakteristik responden:

Tabel 2. Karakteristik Responden Masyarakat Kabupaten Jepara

Keterangan Jumlah Presentase (%)

Umur

Karakteristik masyarakat yang bersedia menjadi responden pada penelitian ini

sebagian besar berumur 50 - 60 tahun sebanyak 75 responden atau sebesar 37,5%,

sedangkan sebagian kecil yang bersedia menjadi responden berumur 28 – 38 tahun

sebanyak 35 responden atau sebesar 17,5%.

Dilihat dari pendidikan terakhir responden sebagian besar SMP/Sederajat sebanyak

62 responden atau sebesar 31%, sedangkan sebagian kecil responden dengan pendidikan

sarjana/pascasarjana sebanyak 26 responden atau sebesar 13%.

Berdasarkan pekerjaan sebagian besar responden bekerja sebagai wiraswasta

sebanyak 53 responden atau sebesar 26,5%, sedangkan sebagian kecil responden bekerja

sebagai pegawai negeri non kesehatan sebanyak 7 responden atau sebesar 3,5%.

Berdasarkan penghasilan sebagian besar penghasilan responden < Rp1.000.000,-

sebanyak 97 responden atau sebesar 48,5%, sedangkan sebagian kecil responden dengan

penghasilan > Rp5.000.000,- sebanyak 11 responden atau sebesar 5,5%.

C. Tingkat Pengetahuan Responden

Hasil pengukuran terhadap pengetahuan responden sebelum dan sesudah

penyampaian leaflet tentang obat terdapat dalam tabel 2.

Tabel 3. Nilai Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Penyampaian Leaflet di Kabupaten Jepara, November 2014

Kategori Pre-test F Post-test F

Nilai tertinggi 78 13 88 19

Nilai terendah 20 10 40 1

Nilai rata-rata

(X ± SD) 50,67 ± 18,90 75,66 ± 9,35

Nilai tertinggi responden di Kabupaten Jepara sebelum penyampaian leaflet sebesar 78 sebanyak 13 responden kemudian nilai terendah sebelum penyampaian leaflet sebesar

(10)

9

20 sebanyak 10 responden. Sedangkan setelah penyampaian leaflet nilai tertinggi responden di Kabupaten Jepara meningkat menjadi 88 sebanyak 19 responden kemudian

nilai terendah setelah penyampaian leaflet juga meningkat menjadi 40 sebanyak 1 responden. Dengan hasil tersebut menunjukkan ada peningkatan pengetahuan tentang obat

terhadap responden di Kabupaten Jepara setelah perlakuan dengan penyampaian leaflet. Nilai rata-rata yang didapat dari responden di Kabpaten Jepara sebelum

penyampaian leaflet termasuk kategori rendah yaitu 50,67 ± 18,90, sedangkan nilai rata-rata dari responden di Kabupaten Jepara sesudah penyampaian leaflet termasuk kategori tinggi yaitu 75,66 ± 9,35. Dari nilai rata-rata tersebut menunjukkan adanya peningkatan

pengetahuan responden di Kabupaten Jepara dari sebelum perlakuan sebesar 50,67 ± 18,90

menjadi sebesar 75,66 ± 9,35. Uji t (paired t test) dari nilai sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan menunjukkan p=0,00, menandakan ada perbedaan signifikan nilai sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan.

Kenyamanan responden saat perlakuan pemberian informasi tentang obat

mempengaruhi peningkatan pengetahuan responden tentang obat. Kenyamanan tersebut

misalnya terdapat tempat untuk duduk yang nyaman untuk responden agar responden bisa

menerima informasi tentang obat dengan nyaman, kemudian tersedianya materi dan alat

pendukung yang memadai untuk memberikan informasi pada responden dan pelayanan

informasi pada responden yang nyaman (Abdullah, 2010)

Sebelum penyampaian leaflet tentang obat pengetahuan responden tentang obat lebih rendah dibanding setelah penyampaian leaflet tentang obat. Menurut penelitian yang dilakukan Supardi (1998) menyatakan peningkatan skor pengetahuan penduduk

dipengaruhi dengan aktifitas penduduk atau pekerjaan penduduk yang diduga banyak

terpapar tentang informasi obat, misalnya adalah pedagang

Peningkatan pengetahuan responden sebelum dan sesudah penyampaian leaflet

dipengaruhi dari pembelajaran melalui penyampaian leaflet yang dilakukan oleh peneliti, selain itu juga adanya sumber lain yang mempengaruhi responden dari sebelum

pengambilan data. Misalnya media elektronik seperti TV, radio, internet dan media lainnya

yang mempengaruhi tingkat pengetahuan responden (Sitepu, 2008).

(11)

10

Tabel 4. Nilai Rata-Rata Pengetahuan Responden Tiap Kecamatan Sebelum dan Sesudah Penyampaian Leaflet di Kabupaten Jepara, November 2014

Kecamatan Pre-test Post-test Peningkatan

Mlonggo 48,77 75,57 26,8

Batealit 53,91 76,15 22,24

Pakis Aji 49,43 75,29 25,86

Pada penelitian ini menunjukkan ada peningkatan pengetahuan tentang obat yang

berbeda disetiap kecamatan di Kabupaten Jepara. Pada responden di Kecamatan Mlonggo

nilai rata-rata pre-test sebesar 48,77, kemudian pada waktu post-test nilai rata-rata meningkat menjadi 75,57 dengan peningkatan nilai rata-rata 26,8. Pada responden di

Kecamatan Batealit nilai rata-rata pre-test sebesar 53,91, kemudian pada waktu post-test

meningkat menjadi 76,15 dengan peningkatan nilai rata-rata 22,24. Pada responden di

kecamatan Pakis Aji nilai rata-rata pre-test sebesar 49,43, kemudian pada waktu post-test

meningkat menjadi 75,29 dengan peningkatan nilai rata-rata 25,86. Dari penelitian ini

dapat dilihat peningkatan nilai rata-rata paling tinggi sebesar 26,8 pada responden di

Kecamatan Mlonggo sedangkat peningkatan nilai rata-rata paling rendah sebesar 22,24

pada responden di Kecamatan Batealit, hal ini menunjukkan di Kecamatan Batealit

peningkatan pengetahuan responden paling rendah dibanding dengan Kecamatan Mlonggo

dan Kecamatan Pakis Aji.

Pada responden di Kecamatan Batealit perlu diadakan penyampaian informasi

tentang obat dengan metode lain agar peningkatan pengetahuan tentang obat lebih tinggi,

misalnya dengan metode pemutaran film tentang informasi obat atau dengan metode lain

yang bisa mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang obat pada responden di Kecamatan

Batealit.

Berdasarkan nilai rata-rata pre-test responden Kecamatan Mlonggo sebesar 48,77, responden Kecamatan Batealit sebesar 53,91 dan responden Kecamatan Paks Aji sebesar

49,43. Dari nilai rata-rata responden tiga kecamatan tersebut termasuk kategori rendah.

Sesuai dengan kategori pengetahuan menurut Nursalam (2003) kategori rendah = skor 0 –

55, hal ini menunjukkan responden Kecamatan Mlonggo, responden Kecamatan Batealit

dan responden Kecamatan Pakis Aji pengetahuan tentang obat sebelum penyampaian

leaflet termasuk rendah.

Berdasarkan nilai rata-rata post-test responden Kecamatan Mlonggo sebesar 75,57, responden Kecamatan Batealit sebesar 76,15 dan responden Kecamatan Pakis Aji sebesar

75,29. Dari nilai rata-rata tersebut responden Kecamatan Mlonggo sebesar 75,57 dan

responden Kecamatan Batealit sebesar 76,15 termasuk kategori tinggi. Sedangkan nilai

(12)

11

rata-rata responden Kecamatan Pakis Aji sebesar 75,29 termasuk kategori sedang. Sesuai

dengan kategori pengetahuan menurut Nursalam (2003) kategori tinggi = skor 76 – 100

dan kategori sedang = skor 56 – 75, hal ini menunjukkan responden Kecamatan Mlonggo

dan responden Kecamatan Batealit pengetahuan tentang obat sesudah penyampaian leflet

termasuk tinggi sedangkan responden Kecamatan Pakis Aji pengetahuan tentang obat

sesudah penyampaian leaflet termasuk sedang.

Tabel 5. Jumlah Responden Yang Menjawab Kuesioner dengan Benar di Kabupaten Jepara, November 2014

Kategori Pertanyaan Pre-test % Post-test % Peningkatan %

Kuesioner Bagian II

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan jumlah responden yang

mengalami peningkatan pengetahuan tentang obat yang dibagi menjadi beberapa kategori

dari dua bagian kuesioner. Pada kuesioner bagian II terdapat kategori penggolongan obat,

kategori cara penggunaan obat, kategori waktu penggunaan obat, kategori penyimpanan

obat, kategori pemusnahan obat dan kategori pengertian informasi obat. Pada kuesioner

bagian III merupakan kategori pengetahuan tentang leaflet obat. Pada kategori

penggolongan obat sebanyak 46 responden atau sebesar 23% yang benar semua menjawab

pertanyaan pre-test, kemudian terjadi peningkatan sebanyak 20 responden atau sebesar

10% pada waktu post-test menjadi 66 responden atau sebesar 33%. Kategori cara penggunaan obat pada waktu pre-test sebanyak 53 responden atau sebesar 26,5% yang menjawab dengan benar semua, kemudian terjadi peningkatan sebanyak 51 responden atau

sebesar 25,5% pada waktu post-test menjadi 104 responden atau sebesar 52%. Kategori waktu penggunaan obat pada waktu pre-test sebanyak 40 responden atau 20% yang menjawab dengan benar semua, kemudian terjadi peningkatan sebanyak 54 responden atau

sebesar 27% pada waktu post-test menjadi 94 responden atau sebesar 47%. Kategori penyimpanan obat pada waktu pre-test sebanyak 53 responden atau sebesar 26,5% yang menjawab dengan benar semua, kemudian terjadi peningkatan sebanyak 82 responden atau

sebesar 41% pada waktu post-test menjadi 135 responden atau sebesar 67,5%. Kategori

(13)

12

pemusnahan obat pada waktu pre-test sebanyak 43 responden atau sebesar 21,5% yang menjawab dengan benar semua, kemudian terjadi peningkatan sebanyak 97 responden atau

sebesar 48,5% pada waktu post-tes menjadi 140 responden atau sebesar 70%. Kategori pengertian informasi obat pada waktu pre-test sebanyak 41 responden atau sebesar 20,5%

yang menjawab dengan benar semua, kemudian terjadi peningkatan sebanyak 15

responden atau sebesar 7,5% pada waktu post-test menjadi 56 responden atau sebesar 28%. Kategori pengetahuan tentang leaflet obat sebanyak 28 responden atau sebesar 14% yang menjawab dengan benar semua pada waktu pre-test, kemudian terjadi peningkatan sebanyak 20 responden atau sebesar 10% menjadi 48 responden atau sebesar 24% pada

waktu post-test. Dari penilitian ini dapat dilihat peningkatan pengetahuan responden yang paling tinggi pada kategori pemusnahan obat dengan peningkatan sebanyak 97 responden

atau sebesar 48,5% yang menjawab dengan benar semua dan peningkatan responden yang

paling rendah pada kategori pengertian informasi obat dengan peningkatan sebanyak 15

responden atau sebesar 7,5% yang menjawab dengan benar semua, hal ini menunjukkan

bahwa peningkatan pengetahuan responden tentang obat lebih pada kategori cara

pemusnahan obat.

Pada metode penyampaian tentang informasi obat kategori pengertian informasi

obat perlu dengan metode lain agar peningkatan pengetahuan tentang informasi obat

kategori pengertian informasi obat lebih tinggi. Solusinya dengan metode pemutaran film

dengan adegan menerangkan informasi yang tercantum dalam obat.

Berdasarkan pre-test pada tabel 5 jumlah responden terendah yang menjawab kuesioner dengan benar terdapat pada kategori pengetahuan tentang leaflet obat dengan

jumlah responden sebanyak 28 atau sebesar 14%, sedangkan jumlah responden tertinggi

yang menjawab kuesioner dengan benar pada saat pre-test sebanyak 53 atau sebesar 26,5% terdapat pada kategori cara penggunaan obat dan kategori penyimpanan obat, hal ini

menunjukkan pengetahuan responden tentang obat sebelum penyampaian leaflet tentang obat pada kategori cara penggunaan obat dan kategori penyimpanan obat lebih tinggi

dibanding dibanding dengan kategori yang lainnya, sedangkan pada kategori pengetahuan

tentang leaflet obat sebelum penyampaian leaflet tentang obat jumlah respondennya lebih rendah dibanding kategori yang lainnya.

Berdasarkan post-test tabel 5 jumlah responden terendah yang menjawab kuesioner dengan benar terdapat pada kategori pengetahuan tentang leaflet obat dengan jumlah responden sebanyak 48 atau sebesar 24%, sedangkan jumlah responden tertinggi yang

(14)

13

menjawab kuesioner dengan benar pada saat post-test sebanyak 140 atau sebesar 70% terdapat pada kategori pemusnahan obat, hal ini menunjukkan pengetahuan responden

tentang obat setelah penyampaian leaflet tentang obat pada kategori pemusnahan obat lebih tinggi dibanding dengan kategori yang lainnya, sedangkan pada kategori pengetahuan

tentang leaflet obat setelah penyampaian leaflet tentang obat jumlah respondennya lebih rendah dibanding kategori yang lainnya.

Perlakuan dengan penyampaian leaflet kepada responden berisi informasi umum obat meliputi penggolongan obat, informasi pada kemasan, tanda peringatan, cara

pemilihan obat, cara penggunaan obat, efek samping, cara penyimpanan obat, tanggal

kadaluarsa dan dosis. Kemudian ada hal-hal tambahan seperti apabila sakit berlanjut atau

ada keraguan dengan obat hubungi dokter atau apoteker (Depkes RI, 2006).

KESIMPULAN DAN SARAN

.A. Kesimpulan

Penelitian dengan penyampaian leaflet tentang obat pada masyarakat Kabupaten Jepara dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Tingkat pengetahuan responden:

a. Sebelum dilakukan penyampaian leaflet tentang obat adalah kategori rendah dengan skor 50,67 ± 18,90.

b. Sesudah dilakukan penyampaian leaflet tentang obat adalah kategori tinggi dengan skor 75,66 ± 9,35.

2. Hasil uji signifikan t hitung < 0,05 menandakan ada perbedaan bermakna pengetahuan

sebelum penyampaian leaflet dan sesudah penyampaian leaflet tentang obat.

B. Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan:

1. Dengan cara penyampaian leaflet dapat juga digunakan sebagai metode memberikan informasi kepada masyarakat tentang materi-materi lainnya.

2. Perlu dilakukan penyuluhan dengan metode lain misalnya pemutaran film yang

didalamya ada adegan cara penggunaan obat, waktu penggunaan obat, penyimpanan

obat dan pemusnahan obat kemudian adadialog yang mendukung untuk pengertian

informasi obat beserta penggolongan obat agar peningkatan pengetahuan responden

tentang obat bisa meningkat khususnya di daerah yang tingkat pengetahuannya rendah.

(15)

14

3. Perlu metode lain misalnya dengan pemutaran film dengan adegan menerangkan

informasi yang tercantum dalam obat untuk meningkatkan kategori pengertian

informasi obat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, N. A., 2010, Pengetahuan, Sikap dan Kebutuhan Pengunjung Apotek Terhadap

Informasi Obat di Kota Depok, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 13 No. 4 Oktober 2010. Hal 344-352.

Adisasmito, W. 2012. Sistem Kesehatan. PT RajaGrafindo Persada : Jakarta

Anief, M. 2000. Apa yang Diketahui Tentang Obat. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.

Depkes RI. 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Direktorat Bina

Farmasi Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan :

Jakarta.

Depkes RIa. 2007. Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian Di Sarana Kesehatan, Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Depkes RIb. 2007. Kompendia Obat Bebas. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.

Depkes RI. 2008. Informasi Obat Nasional Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia : Jakarta.

Ikawati, Z. 2008. Pengantar Farmakologi Molekuler. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta

ISFI. 2008. Informasi Spesialite Obat Indonesia, Volume 43. PT ISFI : Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rhineka Cipta : Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rhineka Cipta : Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Rhineka Cipta : Jakarta.

Nurhastanti, A. S. 2013. Pengaruh Pemberian Informasi Obat Melalui Leaflet Terhadap

Tingkat Pengetahuan Tentang Obat Pada Masyarakat Desa Kupen Kecamatan

Pringsurat Kabupaten Temanggung, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

(16)

15

Nursalam, 2003, Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman

Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Salemba Medika :

Jakarta.

Perwitasari, D. A. 2010. Farmasis Mengenal Penyakit. Imperium : Yogyakarta.

Sirait, M. 2001. Tiga Dimensi Farmasi. Institut Darma Mahardika : Jakarta.

Sitepu, A., 2008, Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Metode Ceramah

Disertai Pemutaran VCD dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Ibu

Tentang Penyakit Pneumonia pada Balita di Kecamatan Stabat Kabupaten

Langkat, Tesis, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera, Medan.

Supardi, S., Sampurno, OD., Notosiswoyo, M. 1998. Pengaruh Penyuluhan Obat

Terhadap Peningkatan Perilaku Pengobatan Sendiri Yang Sesuai Dengan Aturan. Departemen Kesehatan RI : Jakarta.

Supriati, E. 2005. Pengaruh Pemberian Leaflet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Tentang

Obat Maag Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta, Skripsi,

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tjay, TH dan Rahardja K., 2006. Obat-Obat Penting. Gramedia : Jakarta.

UGM, 2007. Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas gadjah Mada,

Informasi Obat. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.

Vinker MD, Shlomo, Vered Eliyahu MD, John Yaphe MD. 2007. The Effect of Drug

Information Leaflets on Patient Behavior. IMAJ Vol.9 May 2007. Hal 383-386.

Gambar

Tabel 3. Nilai Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Penyampaian Leaflet di Kabupaten Jepara, November 2014
Tabel 4. Nilai Rata-Rata Pengetahuan Responden Tiap Kecamatan Sebelum dan Sesudah Penyampaian Leaflet  di Kabupaten
Tabel 5.  Jumlah Responden Yang Menjawab Kuesioner dengan Benar di Kabupaten Jepara, November 2014

Referensi

Dokumen terkait

Indonesia yang akan disampaikan pada waktu melakukan penelitian. d) Menentukan metode yang relevan dengan karakteristik siswa, bahan ajar dan proses belajar mengajar yang

KONDISI----KONDISI YANG BERHUBUNGAN KONDISI YANG BERHUBUNGAN KONDISI YANG BERHUBUNGAN KONDISI YANG BERHUBUNGAN DENGAN BRONKIEKTASIS.. DENGAN BRONKIEKTASIS DENGAN

interferensi gramatikal bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia dalam karangan siswa bermula dari adanya kontak bahasa dan transfer negatif bahasa Jawa ke dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan pola latihan circuit training terhadap peningkatan kondisi fisik atlet tim sepakbola PORDA Kota

UPAYA MEMBANGUN KONSEP DIRI PADA EKS PEKERJA SEKS

Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penggunaan media papan flanel dengan teknik lainnya yang lebih variatif dalam meningkatkan kemampuan mengenal lambang

serta bagaimana perlindungan yang harus diberikan oleh pemeritah terhadap seseorang yang telah menjadi korban kejahatan. Disini dapat terlihat bahwa korban sebenarnya juga

Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran IPA materi perubahan kenampakan benda langit dengan menerapkan model SAVI (Somatic Auditory Visual