• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG NILAI GUNA REKAM MEDIS DENGAN PERILAKU PENGISIAN DOKUMEN REKAM MEDIS OLEH TENAGA KESEHATAN DI RSUD LARANTUKA | G | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 126 412 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG NILAI GUNA REKAM MEDIS DENGAN PERILAKU PENGISIAN DOKUMEN REKAM MEDIS OLEH TENAGA KESEHATAN DI RSUD LARANTUKA | G | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 126 412 1 PB"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

REKAM M EDI S DENGAN PERI LAKU PENGI SI AN DOKUM EN

REKAM M EDI S OLEH TENAGA KESEHATAN DI RSUD LARANTUKA

Dominika Paulina G

1

, Lily Widjaja

2

, Hosizah

3

, M ulyo Wiharto

4

1,2,3 Prodi Kesehatan M asyarakat, Fakultas I lmu-ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul Jakarta 4) Bagian Rekam M edis RSUD Larantuka, Nusa Tenggara Timur

dolintukan@gmail.com

Abstract

Since 2009, medical records have been become an important issue in healthcare facili ties because it becomes the basis for calculating the cost of healthcare participants JAMKESMAS with INA-CBG›s system. The medical record is also a maj or element of standarization hospital accreditation. Therefore, the medical records must be recorded complete and accurate based on Decree of Ministry of Health of Republic Indonesia No. 269 of 2008. The results of quantitative analysis in RSUD Larantuka, the completeness authentication of inpati ent medical records by attending physi cians was 52.75%. The study aimed to determine the relationship between knowledge of medical records value and Behavioral on Medical Records Documentation by healthcare provider in RSUD Larantuka. The design cross-sectional study. Populati on study was 148 consists of physicians and nurses in RSUD Larantuka, sample size 60 consists of 6 physicians, 20 nurses of outpatient and 34 nurses of inpatient by simple random sampling. Data analysis was conducted by descriptive and Spearman Rank test. The Spearman Rank correl ation value Knowl edge of Medical Records and Behavioral on Medical Records

Records and Behavioral on Medical Records Documentation of physicians and nurses in RSUD Larantuka.

Keywords: knowledge, medical records, behavioral,

Abstrak

Sejak tahun 2009 rekam medis menjadi isu penting dalam pelayanan kesehatan karena menjadi dasar perhitungan biaya pelayanan kesehatan peserta Jamkesmas dengan sistem INA-CBG’s. Selain itu rekam medis sebagai unsur penting dalam akreditasi rumah sakit Oleh karena itu, pengisian rekam medis harus dilakukan secara lengkap, akurat dan tepat waktu. Hal ini diatur dalam Permenkes No. 269 Tahun 2009 tentang Rekam oleh tenaga kesehatan di RSUD Larantuka terdapat sebesar 52,75%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara Pengetahuan tentang Nilai Guna Rekam Medis dengan Perilaku Pengisian Dokumen Rekam Medis oleh Tenaga Kesehatan di RSUD Larantuka. Disain penelitian ini cross sectional (potong lintang). Populasi penelitian seluruh dokter dan perawat di RSUD Larantuka sebanyak 148 orang 60 orang diambil secara proporsional dari jumlah populasi sehingga sampel dokter diperlukan sebanyak 6 orang, perawat rawat jalan sebanyak 20 orang dan perawat rawat inap sebanyak 34 orang dengan teknik sampling secara simple random sampli ng uji korelasi Spearman Rank. Korelasi hubungan Pengetahuan tentang Nilai Guna Rekam Medis dengan Perilaku Pengisian Dokumen Rekam Medis r=0,794 dengan p=0,000 (p<0,005). Dengan demikian hubungan antara Pengetahuan tentang Nilai Guna Rekam Medis dengan Perilaku Pengisian Dokumen Rekam Medis perawat dan dokter di RSUD Larantuka

Kata Kunci: Pengetahuan; Perilaku; Rekam Medis

PENDAHULUAN

Menurut WHO rumah sakit adalah suatu bagian menyeluruh dari organisasi sosi al dan medis berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap kepada masyarakat, baik kuratif maupun

(2)

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan perorangan adalah sebagai bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang multi kompleks karena rumah saki t merupakan institusi yang padat modal, padat karya, padat profesi juga padat teknologi diperlukan rekam medis sebagai sarana untuk berinteraksi satu sama lain.

Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan membawa pengaruh penting terhadap peningkatan peranan rekam medis karena secara implisit membutuhkan adanya rekam medis yang bermutu sebagai bukti pelaksanaan pelayanan medis yang bermutu pula. Sejak diterbitkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), maka pemerintah dalam hal ini Kementrian Kesehatan RI sejak Tahun 2005 mengimplementasikannya dengan melaksanakan program jaminan kesehatan sosial di mulai dengan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (JPKMM) atau lebih dikenal dengan program Askeskin (2005-2007). Kemudian berubah nama menjadi program Jamkesmas dan sekarang dikenal dengan nama program Jaminan K esehatan Nasi onal (JK N). Beberapa tahun terakhir tepatnya sejak tahun 2009 sampai sekarang rekam medis menjadi isu penting dalam pelayanan kesehatan karena menjadi dasar perhitungan biaya pelayanan kesehatan peserta Jamkesmas dengan sistem INA-CBG’ s. Selain itu rekam medis sebagai unsur penting dalam akreditasi rumah sakit.

Kesulitan dalam menghadapi tuntutan hukum, kesulitan merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien, dan sebagainya karena dokumen rekam medis belum lengkap. Oleh karena itu, pengisian rekam medis harus dilakukan secara lengkap dan langsung pada waktunya dan tidak ditunda-tunda. Hal ini diatur dalam pasal 46 UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran: (1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis; (2) Rekam Medis sebagaimana dimaksud ayat (1) harus dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan; (3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama,

waktu dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan. Pada Permenkes RI Nomor 269 tahun 2008 pasal 5 dijelaskan bahwa setiap pencatatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan terkait yang memberikan pelayanan kesehatan atau tindakan medis secara langsung. Perilaku pengisian dokumen rekam medis adalah suatu kegiatan atau aktivitas dari tenaga kesehatan dalam mengisi dokumen rekam medis berisi tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien serta harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan oleh tenaga kesehatan dengan melakukan pencatatan yang baik.

Berdasarkan pengalaman dan penelitian, perilaku yang di dasari ol eh pengetahuan akan l ebi h langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Untuk itu perilaku tenaga kesehatan dalam pengisian dokumen rekam medis dapat terlaksana dengan lengkap bila didukung oleh pengetahuan akan nilai guna rekam medis. Nilai guna rekam medis mencakup: administrasi; legal; masyarakat; perencanaan dan pemasaran.

(3)

Perilaku Pengisian Dokumen Rekam M edis

M enurut Notoatmodj o (2007), peri l aku dari pandangan bi ologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Untuk kepentingan kerangka analisi s dapat dikatakan bahwa peri laku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung. Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (sti mulus) dan tanggapan (respon). Selanjutnya perilaku menurut Robert Kwick adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan sebagai suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respons ini terdiri dari dua macam bentuk yakni pertama bentuk pasif yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Seseorang itu tahu akan sesuatu hal namun belum melakukan secara konkrit, perilaku ini masih terselubung (conver t behavior). Yang kedua bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Perilaku seseorang sudah tampak dalam bentuk nyata (overt behavior).

Menurut Green (Notoatmodj o, 2003), peril aku dipengaruhi oleh tiga faktor utama yakni:

1) Faktor perdisposisi (predisposing factors)

Faktor perdisposisi merupakan suatu keadaan pikiran tentang sesuatu yang menguntungkan faktor-faktor yang mempengaruhi peri laku mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan lain sebagainya. Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk perilaku kesehatan misalnya: pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya.

Di samping itu kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu tersebut untuk periksa kehamilan. Misalnya orang hamil tidak

boleh di suntik (periksa hamil termasuk suntik anti tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.

2) Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-f aktor i ni mencakup ketersedi aan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, pol i kl i ni k, posyandu, pol i ndes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya. Untuk berprilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya: perilaku pemeriksaaan kehamilan. Ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena dia tahu dan sadar manfaat perikksa hami l saja, melainkan i bu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil, misalnya: puskesmas, polindes, bidan praktek, ataupun rumah sakit. Fasi l i tas i ni pada hakekatnya mendukung atau memungki nkan terwujudnya peri laku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin.

3) Faktor-faktor penguat (rei nforcing factors)

(4)

pasien, pemeri ksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Sedangkan menurut Depkes RI, rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam tentang identitas pasien, anamnesa, pemeriksaan dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. Menurut SK Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 135/KEP/ M.PAN/12/ 2002 tentang Jabatan Fungsional Perekam Medis dan Angka Kreditnya, rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien di sarana pelayanan kesehatan.

Menurut Edna K. Huffman (1994), rekam medis adalah kumpulan dari fakta-fakta atau bukti dari kehidupan seorang pasien, riwayat penyakit masa lalu dan penyakit serta pengobatan saat ini, yang ditulis oleh profesi kesehatan yang memberikan pelayanan kepada pasien tersebut.

Dokumen rekam medis wajib dibuat oleh tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, hal ini diatur dalam UU Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran, Permenkes Nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medi s, Permenkes RI Nomor 1438 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran, Kepmenkes Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal dan Konsil Kedokteran Indonesia.

UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran, tenaga kesehatan adalah tenaga yang bertanggung jawab dalam mengisi rekam medis adalah dokter umum/spesialisis; dokter gigi/dokter gigi spesialis serta tenaga kesehatan lain yang ikut memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada pasien. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengatahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan..

Pengetahuan tentang Nilai Guna Rekam

M edis

Menurut Aristoteles, pengetahuan merupakan hasil penerapan akal manusia yang dibagi ke dalam tiga

kelompok, yaitu pengetahuan teoritis (pengetahuan yang diupayakan untuk kepentingan diri sendiri pengetahuan praktis (pengetahuan yang diaktualkan seperti eti ka dan pol i ti k), serta pengetahuan produktif (pengetahuan yang dikejar untuk membuat, menghasilkan dan menciptakan sesuatu). Ketiga-tiganya didasarkan pada proses persepsi induktif intuiti f yang menyingkap kaitan-kaitan niscaya diantara bentuk-bentuk parti kular yang dialami seseorang. Jika memil i ki sistem deduktif yang teratur, pengetahuan disebut ilmu.

Parmenides mengakui adanya dua pengetahuan baik pengetahuan khusus maupun pengetahuan umum. Pengetahuan khusus (indra) itu bukan pengetahuan yang sebenarnya karena i ndra i tu ti dak dapat dipercaya, sedangkan pengetahuan yang sebenarnya menurut Parmenides hanyalah pengetahuan umum yang disebut pengetahuan budi.

Pengertian lain diungkapkan pula oleh Notoatmojo, bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Menurut Bloom (Notoatmodjo, 2003) pengetahuan dalam memberikan bukti seseorang melalui proses pengingatan atau pengenalan informasi ide yang sudah pernah diterima sebelumnya. Sumber lain menyebutkan bahwa pengetahuan berasal dari kata ” tahu” , mendapatkan awalan dan akhiran pe dan an. Imbuhan Pe-an berarti menunjukkan adanya proses. Jadi menurut susunan perkataannya, pengetahuan berarti proses mengetahui, dan menghasilkan sesuatu yang disebut pengetahuan. Adapun pengetahuan itu adalah sesuatu yang ada secara niscaya pada diri manusia. Keberadaannya diawali dari kecenderungan psikis manusia sebagai bawaan kodrat manusia, yaitu dorongan ingin tahu yang bersumber dari kehendak atau kemauan. Sedangkan kehendak adalah satu diantara unsur kekuatan kejiwaan. Adapun unsur lainnya adalah akal pikiran dan perasaan. Ketiganya berada dalam satu kesatuan, dan secara terbuka bekerja saling mempengaruhi menurut situasi dan keadaan.

(5)

pengertian tersebut adal ah bahwa pengetahuan merupakan hasil dari proses belajar terlebih dahulu yang di perol eh mel al ui pengamatan i nderawi . Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.

Kegunaan atau manfaat rekam medis menurut Huffman (1999), adalah:

1) Dalam pengelolaan pasien. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan perkembangan penyaki t, dan pengobatan sel ama pasi en berkunjung/dirawat pada institusi pelayanan kesehatan. Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga ahli lainnya yang ikut ambil bagian di dalam memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan kepada pasien. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus diberikan kepada pasien.

2) Dal am pengeval uasi an kual i tas pel ayanan, digunakan sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien.

3) Dal am pembayaran atas pel ayanan pasi en, digunakan sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medis pasien. 4) Dalam perlindungan hukum, digunakan untuk

melindungi kepentingan hukum bagi pasien, institusi pelayanan kesehatan, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya.

5) Dalam pendidikan, dapat menyediakan kasus studi yang aktual bagi pendidikan profesional kesehatan.

6) Dalam penelitian, rekam medis menyediakan data yang dapat memperluas pengetahuan medis. 7) Dalam kesehatan masyarakat

wabah penyakit sehingga perencanaan dapat dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan secara nasional dan internasional.

8) Dalam perencanaan dan pemasaran

Rekam medis dapat dipakai untuk mengiden-promosi jasa pelayanan kesehatan.

Rekam medis mempunyai kegunaan yang sangat luas, karena tidak hanya menyangkut antara pasien dengan pemberi pelayanan saja. Kegunaan rekam medis secara umum adalah:

1) Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga ahli lainnya yang ikut ambil bagian di dal am memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan kepada pasien.

2) Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/ perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien.

3) Sebagai bukti tertul is atas segal a tindakan pel ayanan, perkembangan penyaki t dan pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat di rumah sakit.

4) Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penel iti an, dan eval uasi terhadap kual i tas pelayanan yang diberikan kepada pasien. 5) Melindungi kepentingan hukum bagi pasien,

rumah sakit maupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya.

6) Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperl uan penel i ti an dan pendidikan.

7) Sebagai dasar di dal am perhi tungan bi aya pembayaran pelayanan medik pasien.

8) Menjadi sumber ingatan yang harus didokumen-tasi kan, serta sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan.

Dari beberapa pengertian akan pengetahuan yang tel ah di kemukakan sebel umnya, maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang nilai guna rekam medis adalah hasil tahu dengan mempelajari atau mengamati tentang nilai guna rekam medis mencakup: administrasi; legal ; finansi al; riset; edukasi ; dokumentasi ; kesehatan masyarakat; perencanaan dan pemasaran.

Perilaku tenaga kesehatan dalam pengisian dokumen rekam medis bila tidak ditunjang dengan pengetahuan tentang nilai guna rekam medis secara mendalam oleh tenaga kesehatan maka akan mengakibatkan terj adi nya keti daklengkapan pencatatan rekam medis. Dengan demikian maka pengetahuan tentang nilai guna rekam medis yang dimiliki oleh tenaga kesehatan berpengaruh terhadap perilaku pengisian dokumen rekam medis.

H I POTESI S PENEL I TI AN

Ada hubungan antara pengetahuan tentang nilai guna rekam medis dengan perilaku pengisian dokumen rekam medi s ol eh tenaga kesehatan di RSUD Larantuka.

M ETODE PENELI TI AN

(6)

pengambilan data hanya dilakukan satu kali saja selama periode waktu penelitian. Populasi penelitian seluruh dokter dan perawat di RSUD Larantuka sebanyak 148 orang 60 orang diambil secara proporsional dari jumlah populasi sehingga sampel dokter diperlukan sebanyak 6 orang, perawat rawat jalan sebanyak 20 orang dan perawat rawat inap sebanyak 34 orang dengan teknik sampling secara simple random sampling

uji korelasi Spearman Rank.

HASI L

Tabel 1: Karakteristik Responden

Kategori Jumlah Persentase

Sex Laki-laki 12 20,0

Perempuan 48 80,0

Usia 26 43,33

>39tahun 34 56,67

Pendidikan SPK 2 3,3

D3 Keperawatan 44 73,4

S1 12 20,0

S2 2 3,3

Masa Kerja 20 33,3

>10 tahun 40 66,7

n=60

Berdasarkan tabel 1 sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu 48 orang atau sebesar 80%, umur responden sebagian besar di atas 39 tahun yaitu sebanyak 34 orang atau sebesar 56,67%, pendi di kan responden sebagi an besar adalah D3 Keperawatan yaitu sebanyak 44 orang atau sebesar 73,4%, sebagian besar responden mempunyai masa kerja lebih dari 10 tahun yaitu sebanyak 40 orang atau 66,7 %.

Tabel 2: Hasil Uji Normalitas Data

Berdasarkan hasil uji kol mogorov smi r nov pada tabel 2 didapatkan skor pengetahuan tentang nilai guna rekam medis sebagai variabel independen data berdistribusi tidak normal karena nilai p-value dokumen rekam medis sebagai variabel dependen data berdi stribusi ti dak normal karena p-value 0,001< 0,05.

Pengetahuan tentang Nilai Guna Rekam

M edis

Tabel 3. Hasil Analisis Deskriptif Pengetahuan tentang Nilai Guna Rekam M edis

Variabel n

Min-Max

Mean Median SD

Pengetahuan tentang Nilai Guna Rekam Medis

60 18-28 24,80 26 3,172

Pada tabel 3 diperoleh nilai mean 24,80, median sebesar 26, modus 28, standar deviasi 3,172, nilai minimum 18 dan maksimum 28. Dalam mengukur pengetahuan tentang ni l ai guna rekam medi s dipergunakan 2 kategori yaitu tinggi dan rendah. Pengetahuan responden kategori tinggi diperoleh dari skor lebih dari nilai median sedangkan pengetahuan responden kategori rendah diperoleh dari skor kurang atau sama dengan nilai median sehingga diperoleh prosentase seperti terlihat pada tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Pengetahuan tentang Nilai Guna Rekam M edis di RSUD Larantuka

Pengetahuan tentang Nilai Guna Rekam Medis

Jumlah Persentase (%)

Tinggi ( > 26) Rendah ( < 26)

21 39

35,0 65,0

Total 60 100

Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat di ketahui pengetahuan responden tentang nilai guna rekam medis di RSUD Larantuka sebagian besar masih rendah yaitu sebesar 65 %.

Perilaku Pengisian Dokumen Rekam M edis

Tabel 5. H asil Analisis Deskriptif Per ilaku Pengisian Dokumen Rekam M edis

Variabel n Min-Max Mean Median SD Perilaku

Pengisian Dokumen Rekam Medis

60 5-13 9,27 9 1,999

(7)

Perilaku pengisian dokumen rekam medis kategori baik, diperoleh dari frekuensi skor l ebih besar dari nilai median dan perilaku pengisian dokumen kategori kurang baik diperoleh dari frekuensi skor lebih kecil atau sama dengan nilai median. Kategori perilaku pengisian dokumen rekam medis di RSUD Larantuka dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Perilaku Pengisian Dokumen Rekam M edis di RSUD Larantuka

Peri laku Pengi si an Dokumen Rekam Medis

Jumlah Persentase (%)

Baik ( > 26) Kurang Baik ( < 26)

28 32

46,7 53,3

Total 60 100

Perilaku tenaga kesehatan dalam pengisian dokumen rekam medis di RSUD Larantuka masih kurang baik yakni sebesar 53,3%.

Tabel 7: Hasil Uji Korelasi Spearman Rank Hubungan Pengetahuan tentang Nilai Guna RM dengan Perilaku Pengisian Dokumen RM di RSUD Larantuka

Pada tabel 7 menunjukkan bahwa hasil uji korelasi antara vari abel pengetahuan tentang nilai guna rekam medis dengan perilaku pengisian dokumen rekam medis sebesar 0,794. Hal ini memperlihatkan bahwa nilai r berada pada range 0,70–0,90 yang berarti bahwa hubungan antara pengetahuan tentang nilai guna rekam medis dengan perilaku pengisian dokumen rekam medi s ol eh tenaga kesehatan tergolong kuat, sedangkan tanda positif pada nilai r tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel adalah positif, artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang nilai guna rekam medis maka semakin tinggi pula perilaku pengisian dokumen rekam medis oleh tenaga kesehatan. Nilai p=0,000

pengetahuan nilai guna rekam medis dengan perilaku pengi si an dokumen rekam medi s ol eh tenaga kesehatan di RSUD Larantuka.

PEM BAHASAN

Pengetahuan tentang Nilai Guna Rekam M edis

Pengetahuan tenaga kesehatan tentang nilai guna rekam medis rendah. Sebagian besar pendidikan terakhir tenaga kesehatan adalah D3 Keperawatan yai tu sebesar 73,4%. Dengan l atar bel akang pendidikan tersebut tentulah pengetahuan tentang rekam medis tidak mendalam seperti pengetahuan yang di mi l i ki ol eh seseorang dengan l atar bel akang pendidikan formal D3 Rekam Medis dan Informasi K esehatan. Ti ngkat pendi di kan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Lebih lanjut, pengetahuan tenaga kesehatan di RSUD Larantuka rendah tentang nilai guna rekam medis pada aspek kesehatan masyarakat dan aspek perencanaan dan pemasaran. Menurut responden nilai guna rekam medi s yang mereka ketahui mel alui pendidikan formal maupun seminar bahwa nilai guna rekam medi s l ebi h mengandung aspek A dmi ni strasi , Legal, Finansial, Riset, Edukasi, Dokumentasi atau disingkat ALFRED.

Untuk i tu manaj emen RSUD Larantuka, perl u merencanakan dan melaksanakan program pelatihan bagi seluruh tenaga kesehatan dengan latar belakang pendidikan DIII Keperawatan mengenai pengetahuan tentang rekam medis dan nilai guna rekam medis baik perawat baru maupun perawat lama. Program pelatihan ini dapat dilakukan di rumah sakit mau pun di luar rumah sakit.

Perilaku Pengisian Dokumen Rekam M edis

Perilaku tenaga kesehatan dalam pengisian dokumen rekam medis di RSUD Larantuka sebagian besar kurang baik yakni sebesar 53,3%.

(8)

Berdasarkan data pada tabel 1 diketahui sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 48 orang (80 %). Menurut beberapa kepala ruangan bahwa dalam satu minggu tingkat ijin kerja pulang cepat atau ijin tidak masuk kerja dari staf sangat tinggi dengan alasan ada urusan keluarga. Hal ini menyebabkan pendokumentasian pencatatan rekam medis tidak lengkap karena kekurangan staf pada shift yang bersangkutan.

Sesuai teori yang diungkapkan oleh Shye (1991) dalam Ilyas (2002), mengemukakan bahwa tidak wanita dan perawat pria. Walaupun demikian jenis kelamin perlu diperhatikan karena sebagian besar tenaga kesehatan berj eni s kel amin wanita dan sebagian kecil berjenis kelamin pria. Pada pria beban keluarga tinggi akan meningkatkan jam kerja per minggu, sebaliknya wanita dengan beban keluarga tinggi akan mengurangi jam kerja perminggu. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Damayati (1998), bahwa meskipun jenis kelamin laki-laki jumlahnya lebih sedikit tetapi mempunyai peran dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Namun berbeda dengan teori dari Robbi ns (2003), menyatakan bahwa tidak ada perbedaan konsisten antara pria dan wanita dalam kemampuan memecahkan maksud, keterampi l an anal i si s, dorongan kompetitif, moti vasi, sosiabili tas atau kemampuan belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Gi bson (1997), yang menyatakan bahwa j enis kelamin memberikan pengaruh tidak langsung kepada kinerja individu. Dengan melihat uraian tersebut, untuk memperbaiki perilaku pengisian dokumen rekam medis maka pihak manajemen rumah sakit harus memperhatikan atau mengevaluasi tingkat kehadiran tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas sesuai jadwal dinas sehingga perlu adanya pemberian reward dan puni shment. Peningkatan kemampauan tenaga kesehatan dengan melakukan

tour of duty atau rotasi bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas, wewenang dan tanggung jawab. Dengan adanya tour of duty secara rutin, maka masing-masing tenaga kesehatan tidak hanya mempunyai pengal aman cukup banyak dal am berbagai bidang tugas dan tanggung jawab, akan tetapi mereka akan mempunyai motivasi yang ti nggi karena adanya suasana kerja baru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Di samping itu mereka akan mengalami pemerataan perasaan. Dalam arti setiap tenaga kesehatan akan melaksanakan dan menikmati pada bagian yang

basah dan kering, bagian yang loaded dan longgar

di tempat kerjanya. Selain itu, perlu melakukan evaluasi terhadap pendokumentasian rekam medis secara rutin sehingga dapat memberikan masukan kepada tenaga kesehatan untuk tindakan perbaikan atau perubahan perilakunya tersebut.

H ubungan Pengetahuan Tenaga K esehatan tentang Nilai Guna Rekam M edis dengan Perilaku Pengisian Dokumen Rekam M edis

tenaga kesehatan tentang nilai guna rekam medis dengan perilaku pengisiain dokumen rekam medis di RUSD Larantuka.

Berdasarkan hasil penelitian ini, perilaku tenaga kesehatan dal am pengi si an dokumen rekam medi s sebagi an besar adal ah kurang bai k dan pengetahuannya tentang nilai guna rekam medis sebagian besar adalah rendah.

Menurut penelitian Rogers (1994) terbukti bahwa peri l aku yang di dasari ol eh pengetahuan dan kesadaran akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan kesadaran. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku ia harus tahu terlebih dahulu apa arti dan manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau bagi organisasi.

Pengetahuan sangat erat hubunganya dengan perilaku praktek pendokumentasian rekam medis, oleh karena i tu tenaga kesehatan harus punya pengetahuan mengenai pendokumentasian rekam medis. Pengetahuan dasar yang harus dimiliki tenaga kesehatan antara lain pengertian pendokumentasian, sumber data pendokumentasian, arti pentingnya pendokumentasi an, tuj uan pendokumentasi an, manfaat atau nilai guna pendokumentasian rekam medis. Hal ini didukung pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Martini (2007), menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan responden dengan praktek pendokumentasian asuhan keperawatan. Menurut Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan salah satu faktor yang menghambat pendokumentasian keperawatan adal ah kurang pemahaman tentang dasar-dasar dokumentasi keperawatan serta kurangnya kesadaran tentang pentingnya dokumentasi keperawatan.

(9)

yang diadakan di rumah sakit atau di luar rumah sakit. Perubahan perilaku tenaga kesehatan melalui cara pendidikan dan pelatihan atau promosi tentang nilai guna rekam medis ini diawali dengan cara pemberi an i nformasi -i nformasi tentang rekam medis, hal i ni akan meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan. Selanjutnya dengan pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran dan akhirnya akan menyebabkan orang berperil aku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memakan waktu yang lama tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri (bukan karena paksaan).

Perubahan perilaku melalui pendidikan dan pelatihan akan menghasilkan perubahan yang efektif bi la dilakukan melalui metode diskusi partisipasi. Cara ini dalam memberikan informasi tentang rekam medis tidak bersifat searah saja tetapi dua arah. Ini berarti tenaga kesehatan akan aktif berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya. Dengan demikian maka pengetahuan tentang nilai guna rekam medis sebagai dasar perilaku mereka, diperoleh lebih mantap dan mendalam dan akhirnya perilaku yang mereka peroleh akan lebih mantap juga, bahkan merupakan referensi untuk perilaku orang lain.

SI M PULAN

1. Pengetahuan tenaga kesehatan tentang nilai guna rekam medis di RSUD Larantuka sebagian besar masih rendah sebesar 65%, khususnya pada nilai guna aspek kesehatan masyarakat, perencanaan dan pemasaran. Pengetahuan tersebut rendah berasal dari sebagian tenaga kesehatan yang berlatar belakang pendidikan Diploma III Keperawatan.

2. Peri laku tenaga kesehatan dal am pengisian dokumen rekam medis di RSUD Larantuka sebagian besar adalah kurang baik sebesar 53,3% berasal dari karakteristik tenaga kesehatan yang sebagian besar berjenis kelamin perempuan, berumur di atas 39 tahun dan masa kerja di atas 10 tahun.

kesehatan tentang nil ai guna rekam medi s dengan peril aku pengisian dokumen rekam medis di RSUD Larantuka dengan tingkat hubungan yang kuat.

DAFTAR PUSTAKA

Asmuji, Manaj emen Keperawatan, (Yogyakarta: AR-Ruzz Media, 2012)

Dinarti et al., Dokumentasi Keperawatan, (Jakarta: Trans Info Media, 2009)

D i r ek tor at B i na Pel ay anan K eperaw atan,

Dokumentasi K eper awatan, Di tj en Bi na Pelayanan Medik-Kementrian Kesehatan RI, 2008 (CD ROM)

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan, Pedoman Pengembangan Jenjang Kari r Profesi onal Per awat, (Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2006)

Di rektorat Bi na Pel ayanan K eperawatan dan Keteknisian Medik, Petunj uk Pel aksanaan Jenj ang Kar i r Per awat Di Rumah Saki t , (Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2003) Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, Standar

Pel ayanan Mi nimal Rumah Saki t, (Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2008)

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Pedoman Pengelol aan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia, (Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 1997)

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit, (Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2006)

Huffman, Edna K., Health Information Management, (Illinois: Physicians Record Company, 1999) Hatta, Gemala (Ed.), Pedoman Manajemen Informasi

Kesehatan Di Sarana Pelayanan Kesehatan, (Jakarta: UI-Press, 2008)

Hosizah, Kumpulan Peraturan Perundangan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (Yogyakarta: aptiRMIK Press, 2014)

(10)

Mentri Kesehatan RI, Kepmenkes Nomor 129/Menkes/ SK /I I /2008 tentang Standar Pel ayanan Mi ni mal Rumah Sakit, (Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2008)

Notoatmodjo, Soekidjo, Ilmu Kesehatan Masyarakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003)

Notoatmodjo, Soekidjo, Ilmu Peri laku Kesehatan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010)

Notoatmodj o, Soeki dj o, M etodol ogi Penel i ti an Kesehatan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) Pasolong, Harbani, Metode Peneltian Administrasi

Publ ik, (Bandung: Alfabeta, 2012)

Sanusi , A nwar, M etodol ogi Penel i ti an Bi sni s,

(Jakarta: Salemba Empat, 2011)

Sari, Dewi Puspito, Anal isis Karakteri stik Individu dan Moti vasi Eksentr i k Terhadap Ki ner j a Dokter Dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pasi en Rawat Jalan Di Rumah Sakit Hermina Depok, tesis pasca sarjana (Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011)

Sarwono, Jonathan, Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuanti tati f M enggunakan Prosedur SPSS, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2012) Setiadi, Konsep Dan Penulisan Dokumentasi Asuhan

Keperawatan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012) Sudarmanto, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi

SDM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) Sunyoto, Danang, Anal i si s U ntuk Penel i ti an

Kesehatan, (Yogyakarta: Nuha Medika, 2011) Wi dj ayanti , Tri sna Budi , H ubungan Antar a

K a r a k t er i st i k I n d i v i d u , P si ko l o g i s D a n O r g a n i sa si D en g a n P er i l a k u Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Unit Rawat Inap RS.MH.Thamrin Purwakarta, tesis pasca sarjana (Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012) Wijaya, Lily, Manaj emen Infor masi Kesehatan 3

Gambar

Tabel 1: Karakteristik Responden
Tabel 6. Perilaku Pengisian Dokumen Rekam Medis di RSUD Larantuka

Referensi

Dokumen terkait

Menurut pandangan saya isi artikel ini sangat menarik, sebab cerpen ini membahas suatu permasalahan terbesar yang berpotensi untuk menghantui setiap orang

sebagai plagiarisme dalam bentuk yang lain, yang dilakukan oleh seorang penulis yang menulis kembali karyanya, baik secara keseluruhan maupun menggunakan kembali

016 Jumlah Lembaga Pendidikan Keagamaan Katolik Tingkat Dasar dan Menengah yang mendapat bantuan Sarana Prasarana [buku perpustakaan]. 017 Jumlah PTAKS

Saat melakukan konsultasi dengan guru pembimbing, ternyata materi yang harus disiapkan untuk mengajar di kelas adalah materi pembelajaran dan RPP PENJAS. Materi ini sengaja

Bertujuan memberikan arah kebijakan pelaksanaan Reformasi Birokrasi Nasional selama kurun waktu 2010-2025  agar Reformasi Birokrasi di K/L dan Pemda dapat berjalan

Rekapitulasi Sikap Petani pada Usahatani Padi terhadap Kelangkaan Pupuk Urea di Desa Lengkong dan Desa Suco Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember ... Rekapitulasi Sikap

[r]