• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laju Emisi Gas Metan (CH4), Suhu Udara Dan Produksi Padi Sawah Ip 400 Pada Fase Vegetatif Musim Tanam I Akibat Varietas dan Bahan Organik Yang Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laju Emisi Gas Metan (CH4), Suhu Udara Dan Produksi Padi Sawah Ip 400 Pada Fase Vegetatif Musim Tanam I Akibat Varietas dan Bahan Organik Yang Berbeda"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman padi merupakan tanaman pangan terpenting di dunia, karena

lebih dari setengah penduduk Asia menggantungkan hidupnya pada beras yang

dihasilkan dari tanaman padi. Sekitar 1,75 miliar dari sekitar tiga miliar penduduk

Asia, termasuk 210 juta penduduk Indonesia menggantungkan kebutuhan

kalorinya dari beras. Sementara itu, dari sekitar 1,2 miliar penduduk di Afrika dan

Amerika Latin sebesar 100 juta diantaranya hidup dari beras (Andoko, 2002).

Berbagai upaya peningkatan produksi dan produktivitas telah dilakukan

pada tahun–tahun sebelumnya, namun hal ini belumlah cukup sehingga perlu

terobosan di tahun 2009 dan tahun-tahun berikutnya. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan adalah dengan mengembangkan Indeks Pertanaman Padi 400 (IP Padi

400) yang merupakan pilihan menjanjikan guna meningkatkan produksi padi

nasional tanpa memerlukan tambahan fasilitas irigasi (badan litbang pertanian,

2009).

Dasar pertimbangan pengembangan padi IP 400 yaitu tersedianya varietas

yang super genjah (Ciherang dan Inpari 1). Inpari 1 mempunyai ketahanan

terhadap penyakit Hawar Daun Bakteri, tahan rebah dan umur tanaman yang

relatif pendek (93 hari). Produksi rata-rata varietas Inpari 1 mencapai 7,32 ton/ha

Gabah Kering Giling (GKG) dan varietas Ciherang mempunyai ketahanan

terhadap penyakit Hawar Daun Bakteri, tahan rebah dan Umur tanaman 103 hari,

dengan produksi rata-rata 6 ton/ha GKG. Salah satu cara yang dapat ditempuh

(2)

untuk mencapai produksi tersebut adalah dengan menggunakan metode tanam SRI

(System of Rice Intensification) (Departemen Pertanian, 2008).

Selama ini teknik budidaya padi sawah menggunakan metode konvensional, yaitu

dengan memberikan air (menggenangi lahan) selama fase vegetatif dan pada fase

generatif lahan dikeringkan, namun dengan System of Rice Intensification (SRI) justru

kebalikkannya, dimana selama fase vegetatif lahan dibiarkan dalam keadaan lembab dan

pada fase generatif lahan digenangi hingga 10 hari menjelang panen. Lahan dibiarkan

dalam keadaan lembab bertujuan untuk memperlancar aerasi dalam tanah sehingga tanah

sampai retak-retak dan oksigen mudah masuk ke dalam tanah. Oksigen dibutuhkan bagi

perkembangan akar sehingga pertumbuhan dan perkembangan akar bagus akibatnya

pertumbuhan bagian atas tanaman juga akan sempurna (Barkelaar, 2001).

Untuk mendukung pengembangan batang dan perakaran yang baik

diperlukan juga bahan organik yang banyak karena penambahan bahan organik

dapat menambah hara, sehingga kandungan unsur hara dapat meningkat didalam

tanah dan mampu meningkatkan pertumbuhan serta produksi padi sawah. Hasil

penelitian penggunaan bahan organik, seperti sisa-sisa tanaman yang melapuk,

kompos dan pupuk kandang sapi dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah

serta efisiensi pemupukan. Dalam meningkatkan produksi padi perlu dilakukan

pelestarian lingkungan, termasuk mempertahankan kandungan bahan organik

tanah dengan memanfaatkan jerami padi. Penggunaan kompos jerami dan pupuk

kandang sapi dengan takaran 10 ton/ha dapat meningkatkan pertumbuhan dan

produksi padi sawah serta memperbaiki sifat fisik-kimia tanah. Pemberian bahan

organik akan meningkatkan kandungan Nitrogen tanah sehingga mengurangi

jumlah pupuk Nitrogen yang diberikan kepada tanaman.

(3)

Disamping itu, hasil penelitian PPLH-IPB pada tahun 2009 menyatakan

bahwa sektor kehutanan (deforestri) adalah sector yang menyumbang emisi gas

rumah kaca (GRK) terbesar di Indonesia yaitu 42,5% disusul energi dan

transportasi sebesar 40,9%; sedangkan sektor pertanian menyumbangkan 13,4%

emisi GRK. Pertanian padi terutama yang selalu tergenang merupakan sumber

dari tiga macam GRK yaitu : karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan

dinitrogen oksida (N2O), kontribusi masing-masing GRK tersebut terhadap

pemanasan global dari tanah sawah adalah berturut-turut sebesar 55%, 24% dan

15% (Setyanto, 2008).

Di bidang pertanian terutama pada budidaya padi sawah, upaya mitigasi

yang dapat dilakukan adalah dengan pemilihan varietas, pengelolaan air irigasi,

penggunaan pupuk yang ramah lingkungan dan juga penggunaan jerami padi yang

telah dikomposkan. Upaya pemecahan persoalan produksi dan peningkatan

produktivitas tanah sawah harus diimbangi dengan upaya pelestarian fungsi

sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan demikian upaya untuk menurunkan

tingkat emisi CH4 dari tanah sawah harus tetap dilakukan tanpa mengorbankan

produksi beras (Setyanto dan Prihasto, 2004).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang emisi CH4 pada lahan padi sawah IP 400 fase vegetatif akibat pemberian

berbagai bahan organik pada musim tanam I

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui laju emisi gas CH4,

suhu udara pada lahan padi sawah IP 400 fase vegetatif akibat pemberian

berbagai bahan organik pada musim tanam I

(4)

Hipotesis Penelitian

1. Varietas tanaman padi sawah mempengaruhi laju emisi gas CH4, suhu udara

dan produksi padi IP 400 di lahan padi sawah pada fase vegetatif musim tanam

I.

2. Bahan organik mempengaruhi laju emisi gas CH4, suhu udara dan produksi

padi IP 400 di lahan padi sawah pada fase vegetatif musim tanam I.

3. Interaksi antara Varietas tanaman padi sawah dan Bahan Organik

mempengaruhi laju emisi gas CH4,

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi petani padi

sawah untuk mendapatkan teknik budidaya dan cara pemberian jerami yang

terbaik bagi budidaya padi sawah nantinya (ramah lingkungan dan produksi

yang tinggi).

suhu udara dan produksi padi IP 400 di

lahan padi sawah pada fase vegetatif musim tanam I.

Kegunaan Penelitian

2. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian

Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

Medan

Referensi

Dokumen terkait

Dari analisis unsur intrinsik roman yang berupa alur, penokohan, dan latar maka dapat diketahui tema dalam roman Les Jambes d’Alice karya Nimrod Bena Djangrang yaitu

Menurut Abrams (1994: 216), latar atau setting merupakan hal yang menyaran dalam hal tempat, waktu, dan lingkungan sosial dari rangkaian peristiwa cerita fiksi..

Inovasi adalah suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya.Tiga jenis inovasi yaitu inovasi produk (untuk menghasilkan

Maksud penelitian ini adalah mengembangkan berbagai penelitian tentang balok bambu laminasi terdahulu agar pemakaian bambu sebagai bahan bangunan pengganti kayu dapat lebih

User guru terlibat dalam pembelajaran secara langsung dan mampunyai fasilitas dapat melihat daftar mata pelajaran dan mengupload materi yang nantinya akan

Pengertian studi kelayakan proyek atau bisnis adalah penelitihan yang menyangkut berbagai aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek

Berdasarkan pengujian yang sudah dilakukan maka didapatkan kesimpulan yaitu Sistem otomatisasi penyimpanan barang sesuai klasifikasi berbasis RFID yang dirancang