ANALISIS YURIDIS PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PENGALIHAN SAHAM PERSEROAN MELALUI PERJANJIAN JUAL
BELI SAHAM (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
110200224
FEBRI ANDISTA HASIBUAN
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS YURIDIS PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PENGALIHAN SAHAM PERSEROAN MELALUI PERJANJIAN JUAL
BELI SAHAM (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 2678 K/Pdt/2011)
Oleh :
110200224
FEBRI ANDISTA HASIBUAN
Disetujui Oleh :
Ketua Departemen Hukum Ekonomi
NIP. 197501122005012002 Windha, S.H., M.Hum
Pembimbing I Pembimbing II
Prof.Dr.Bismar Nasution,SH,
NIP. 195603291986011001 NIP. 197002012002122001 MH Dr.T.KeizerinaDevi Azwar,SH,CN,M.Hum
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
ANALISIS YURIDIS PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PENGALIHAN SAHAM PERSEROAN MELALUI PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM (Studi Putusan
Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)
1Febri Andista Hasibuan
**
Bismar Nasution ***
1
Mahasiswa Fakultas Hukum USU
**
Dosen Pembimbing I
***
Dosen Pembimbing II
T. Keizerina Devi Azwar
Saham perseroan dapat dialihkan oleh pemegang saham salah satunya dengan cara jual beli saham. Jual beli saham secara otomatis akan terjadi pengalihan hak atas saham yang diperjualbelikan tersebut. Jual beli menurut pengertian KUHPerdata Pasal 1457 adalah suatu perjanjian atau suatu persetujuan timbal balik antara pihak yang satu selaku penjual yang berjanji untuk menyerahkan suatu barang kepada pihak lain yaitu pembeli. Pasal 56 ayat (1) UUPT dikatakan bahwa pengalihan hak atas saham dalam hal ini melalui jual beli harus dilakukan dengan akta pengalihan hak, baik akta otentik maupun akta di bawah tangan. Para pihak harus tunduk atas segala hal yang diperjanjikan yang tertuang di dalam akta pengalihan. Namun, dewasa ini seringkali pihak penjual saham menyembunyikan informasi mengenai saham yang menjadi objek jual beli yang tidak tercantum di dalam akta jual beli saham sehingga pihak pembeli mengalami kerugian. Hal tersebut dapat menjadi suatu perbuatan melawan hukum karena telah menyalahi syarat-syarat yang terdapat di dalam akta jual beli saham seperti yang dikaitkan dengan putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011. Adapun permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah mengenai bagaimanakah hak kebendaan atas saham perseroan, bagaimanakah aspek hukum pengalihan hak atas saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham, dan bagaimana bentuk-bentuk perbuatan melawan hukum dalam pengalihan hak atas saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham yang terdapat dalam putusan MA No. 2678 K/Pdt/2011.
Metode penelitian yang dipakai untuk menyusun skripsi ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian kepustakaan, yang menggunakan sumber data sekunder, berupa buku-buku, undang-undang, internet, dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
Saham merupakan bukti penyertaan modal seseorang dalam perseroan yang memberikan hak kebendaan bagi pemiliknya. Saham sebagai objek jual beli harus dibuat akta jual belinya yang disepakati oleh pihak yang terkait. Perjanjian jual saham secara harus memenuhi kaidah dari suatu perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Perjanjian jual beli saham ini harus sama-sama saling diuntungkan. Apabila terdapat hal-hal atau informasi mengenai saham perseroan tersebut yang disembunyikan oeh pihak penjual dan tidak diberitahukan kepada pembeli saham sementara perjanjian jual beli sudah dilakukan dan pembayaran sudah terlaksana, maka hal tersebut oleh penjual telah melakukan suatu perbuatan melawan hukum. Suatu perbuatan dikategorikan sebagai melawan hukum memenuhi perbuatan dan merugikan pihak lain. Menurut Pasal 1365 KUHPerdata suatu hal yang dikatakan perbuatan melawan hukum dalam hal ini terkait perjanjian jual beli saham, maka pihak pelaku harus mengganti kerugian baik materiil maupun immateriil karena kesalahannya seperti pada putusan MA No. 2678 K/Pdt/2011.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Dengan segenap kerendahan hati dan keikhlasan hati penulis panjatkan
puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
dan ridha-Nya yang begitu besar kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Begitu pula shalawat beiring
salam penulis panjatkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW
(Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad, wa ‘ala sayyidina wa maulana
Muhammad) semoga kita mendapatkan syafaatnya di hari kelak.
Sudah menjadi suatu kewajiban bagi mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara untuk membuat suatu karya ilmiah dalam
menyelesaikan masa kuliahnya. Untuk menyelesaikan masa kuliah dan untuk
memperoleh gelar Sarjana Hukum maka penulis mempersembahkan sebuah
skripsi yang berjudul “Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011).” Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa hasil yang diperoleh masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis akan
sangat berterima kasih jika ada kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini kedepan terlebih kepada penulis sendiri.
Di dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah mendapatkan banyak
bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara,
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH.,MH., DFM selaku Pembantu Dekan II
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
4. Bapak Dr. O.K. Saidin, SH., M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara,
5. Ibu Windha, SH., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
6. Bapak Ramli Siregar, SH., M.Hum selaku Sekretaris Departemen Hukum
Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
7. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., MH selaku Pembimbing I yang
telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bantuan,
bimbingan, dan arahan kepada penulis pada saat penulisan skripsi,
8. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH.,CN.,M.Hum selaku Pembimbing II
yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bantuan,
bimbingan, dan arahan kepada penulis pada saat penulisan skripsi,
9. Bapak Dr. Mahmud Mulyadi, SH., M.Hum selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan banyak masukan selama masa
perkuliahan,
10.Bapak/Ibu Dosen Staf Pengajar yang telah banyak memberikan ilmu
pegawai yang telah memberikan pelayanan dengan baik selama
perkuliahan,
11.Kepada orang tuaku tercinta yang menjadi penyemangat hidup penulis,
Bapak Ali Irsan Hasibuan dan Mamak Rosnani. Terima kasih tak
terhingga atas segala doa, dukungan, kesabaran dan segala pemberian baik
materil maupun moril yang telah diberikan selama ini. Nothing can change
you both in this whole world, I love you the most,
12.Abang dan adikku tercinta Alfian Syah Putra Hasibuan, ST, dan Tri Satria
Darmawan Hasibuan. Terima kasih tak terhingga atas segala doa,
dukungan, dan bantuannya selama ini. I love you the most, my brother.
Begitu pula dengan seluruh keluarga besar yang telah memberikan banyak
doa kepada penulis selama ini,
13.Buat sahabat-sahabatku David Parulian Sinurat, Vonny Fransisca
Simarmata, Miftahul Rahmah, Abdel Khalish, Abdul Rasyid Mustafa,
Hirmawaty Fanny, Marni Novita, Ahmad Husein Pan Harahap,
Rahmansyah Putra, Rika Hanifah, Christy Pratami, Susan Oktaviana,
Arius Prima, Pranto Situmorang, Satria Waruwu, Happy Day, Dayana,
Ezra Sipayung, Juantha Barus, Fetricya Naomi, Dian Julia, Yuliana
Siregar, teman-teman Grup E Stambuk 2011, dan seluruh teman-teman
IMAHMI Departeman Hukum Ekonomi Stambuk 2011 Fakultas Hukum
Sumatera Utara. Terima kasih buat semua kebersamaannya selama ini.
14. Buat sahabat-sahabatku Parsidikalang , ISOTOP dan LIQUID Ibrahim
Yohana, Pasu, Peniel, Sara, Mino, Sartika, Miss Endang, Cokro, Susi,
Peniel dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima Kasih
atas dukungan dan kekompakannya selama ini.
15.Seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih atas semua partisipasi dari
berbagai pihak yang telah membantu, dan penulis juga meminta maaf apabila
masih ada pihak yang mendukung penulis tetapi belum sempat dimuat namanya.
Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 9 Maret 2015
Penulis,
Febri Andista Hasibuan
DAFTAR ISI
ABSTRAK………...………i
KATA PENGANTAR………ii
DAFTAR ISI……… vii
BAB I PENDAHULUAN ………..1
A. Latar Belakang ………1
B. Rumusan Masalah ………...6
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ………7
D. Keaslian Penulisan ………..8
E. Tinjauan Kepustakaan ………9
F. Metode Penelitian ………..15
G. Sistematika Penulisan ………18
BAB II HAK KEBENDAAN ATAS SAHAM DALAM PERSEROAN………21
A. Pengertian dan Konsep Yuridis Saham ………21
B. Saham Sebagai Benda Bergerak ………...25
C. Bukti dan Hak Kepemilikan Saham ………..32
D. Klasifikasi Saham ……….46
E. Hak Pemegang Saham Atas Saham Yang Dimilikinya Dalam Hal Pengalihan Saham Perseroan ……….58
BAB III ASPEK HUKUM PENGALIHAN SAHAM PERSEROAN ME- LALUI PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM………..63
A. Konsep Perjanjian ………63
C. Syarat dan Tata Cara Pengalihan Saham Perseroan ………87
D. Pengalihan Hak Atas Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham ………..94
BAB IV PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PENGALI- HAN SAHAM PERSEROAN MELALUI PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/ Pdt/2011 ) ……….100
A. Aspek Yuridis Perbuatan Melawan Hukum ( Onrechtmatige Daad ) Dalam Perjanjian Jual Beli Saham Terkait Proses Pengalihan Saham Perseroan ………...100
B. Perlindungan Hukum Terhadap Pihak Yang Dirugikan Atas Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham ….106 C. Bentuk-bentuk Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/ Pdt/2011 ) ……….112
1. Kasus Posisi ………112
2. Analisis Putusan ………..123
BAB V PENUTUP ………134
A. KESIMPULAN ………134
B. SARAN ………136
ABSTRAK
ANALISIS YURIDIS PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PENGALIHAN SAHAM PERSEROAN MELALUI PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM (Studi Putusan
Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)
1Febri Andista Hasibuan
**
Bismar Nasution ***
1
Mahasiswa Fakultas Hukum USU
**
Dosen Pembimbing I
***
Dosen Pembimbing II
T. Keizerina Devi Azwar
Saham perseroan dapat dialihkan oleh pemegang saham salah satunya dengan cara jual beli saham. Jual beli saham secara otomatis akan terjadi pengalihan hak atas saham yang diperjualbelikan tersebut. Jual beli menurut pengertian KUHPerdata Pasal 1457 adalah suatu perjanjian atau suatu persetujuan timbal balik antara pihak yang satu selaku penjual yang berjanji untuk menyerahkan suatu barang kepada pihak lain yaitu pembeli. Pasal 56 ayat (1) UUPT dikatakan bahwa pengalihan hak atas saham dalam hal ini melalui jual beli harus dilakukan dengan akta pengalihan hak, baik akta otentik maupun akta di bawah tangan. Para pihak harus tunduk atas segala hal yang diperjanjikan yang tertuang di dalam akta pengalihan. Namun, dewasa ini seringkali pihak penjual saham menyembunyikan informasi mengenai saham yang menjadi objek jual beli yang tidak tercantum di dalam akta jual beli saham sehingga pihak pembeli mengalami kerugian. Hal tersebut dapat menjadi suatu perbuatan melawan hukum karena telah menyalahi syarat-syarat yang terdapat di dalam akta jual beli saham seperti yang dikaitkan dengan putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011. Adapun permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah mengenai bagaimanakah hak kebendaan atas saham perseroan, bagaimanakah aspek hukum pengalihan hak atas saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham, dan bagaimana bentuk-bentuk perbuatan melawan hukum dalam pengalihan hak atas saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham yang terdapat dalam putusan MA No. 2678 K/Pdt/2011.
Metode penelitian yang dipakai untuk menyusun skripsi ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian kepustakaan, yang menggunakan sumber data sekunder, berupa buku-buku, undang-undang, internet, dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
Saham merupakan bukti penyertaan modal seseorang dalam perseroan yang memberikan hak kebendaan bagi pemiliknya. Saham sebagai objek jual beli harus dibuat akta jual belinya yang disepakati oleh pihak yang terkait. Perjanjian jual saham secara harus memenuhi kaidah dari suatu perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Perjanjian jual beli saham ini harus sama-sama saling diuntungkan. Apabila terdapat hal-hal atau informasi mengenai saham perseroan tersebut yang disembunyikan oeh pihak penjual dan tidak diberitahukan kepada pembeli saham sementara perjanjian jual beli sudah dilakukan dan pembayaran sudah terlaksana, maka hal tersebut oleh penjual telah melakukan suatu perbuatan melawan hukum. Suatu perbuatan dikategorikan sebagai melawan hukum memenuhi perbuatan dan merugikan pihak lain. Menurut Pasal 1365 KUHPerdata suatu hal yang dikatakan perbuatan melawan hukum dalam hal ini terkait perjanjian jual beli saham, maka pihak pelaku harus mengganti kerugian baik materiil maupun immateriil karena kesalahannya seperti pada putusan MA No. 2678 K/Pdt/2011.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perekonomian yang diselenggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta menjaga dengan keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional perlu didukung oleh lembaga perekonomian yang
kokoh dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, untuk
lebih meningkatkan pembangunan perekonomian nasional dan sekaligus
memberikan landasan yang kokoh bagi dunia usaha dalam menghadapi
perkembangan perekonomian dunia dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknolo
gi pada era globalisasi sekarang dan akan terus berlanjut pada masa mendatang,
juga perlu dukungan lembaga perseroan terbatas yang dapat menjamin
terselenggaranya iklim dunia usaha yang kondusif yang tentunya digerakkan
dalam kerangka yang kokoh dari undang-undang yang mengatur tentang
perseroan terbatas.2
Kehadiran perseroan terbatas sebagai bentuk badan usaha dalam
kehidupan sehari-hari tidak lagi dapat diabaikan. Tidak berlebihan bila dikatakan
bahwa kehadiran perseroan terbatas sebagai salah satu sarana untuk melakukan
kegiatan ekonomi sudah menjadi suatu keniscayaan yang tidak dapat
ditawar-tawar. Praktik bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha, baik itu pedagang,
2
industrialis, investor, kontraktor, distributor, banker, perusahaan asuransi, pialang,
agen dan lain sebagainya tidak lagi dipisahkan dari kehadiran perseroan terbatas.3
Perseroan Terbatas (PT) merupakan bentuk usaha kegiatan ekonomi yang
paling disukai saat ini, di samping karena pertanggung jawabannya yang bersifat
terbatas juga memberikan kemudahan bagi pemilik (pemegang saham) untuk
mengalihkan perusahaannya (kepada setiap orang) dengan menjual seluruh saham
yang dimilikinya pada perusahaan tersebut.
Kata “perseroan” menunjuk kepada modalnya yang terdiri atas sero
(saham). Sedangkan kata “terbatas” menunjuk kepada tanggung jawab pemegang
saham yang tidak melebihi nilai nominal saham yang diambil bagian dan
dimilikinya.
4
Saham adalah bukti kepemilikan atas sejumlah modal dalam suatu
perseroan terbatas. Demikian yang dirumuskan dalam Pasal 51 Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut dengan
UUPT).5
3
Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan Terbatas (Jakarta: Aksara, 2014), hlm. 1.
4
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hlm.1.
5
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab, Bab III, Pasal 51 “Pemegang saham diberi bukti pemilikan saham untuk saham yang dimilikinya.”
Saham merefleksikan sesuatu hak yang merupakan benda yang dapat
dikuasai dengan hak milik, yang memiliki wujud konkrit, yang dapat dilihat dan
dikuasai secara fisik oleh setiap pemegang saham dalam suatu perseroan terbatas.
memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang6
Jual beli menurut pengertian yang diberikan oleh undang-undang dalam
hal ini Pasal 1457 KUHPerdata adalah suatu perjanjian atau suatu persetujuan
timbal balik antara pihak yang satu selaku penjual yang berjanji untuk
menyerahkan suatu barang kepada pihak lain, yaitu pembeli, dan pembeli
membayar harga yang telah dijanjikan. Dengan demikian, jual beli dianggap telah
terjadi antara kedua belah pihak seketika setelah para pihak yang bersangkutan
mencapai kata sepakat tentang barang dan harganya, meskipun barang itu belum
diserahkan dan harganya belum dibayar.
sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7
Penjualan saham akan menyebabkan terjadinya pengalihan hak atas saham
dari penjual kepada pembeli saham. Selanjutnya pengalihan hak atas saham Pasal 613 KUHPerdata menjelaskan bahwasanya saham ditempatkan
sebagai barang bergerak dan penyerahannya (levering) dilakukan dengan akta
otentik ataupun di bawah tangan dengan mana hak-hak atas kebendaan saham itu
dilimpahkan kepada orang lain. Pasal 56 angka 1 UUPT dikatakan bahwa
pengalihan hak atas saham dilakukan dengan akta pengalihan. Berdasarkan
keterangan yang terdapat dalam KUHPerdata bahwa saham dapat dijadikan
sebagai obyek jual beli namun pengalihan hak atas saham menurut
undang-undang Perseroan Terbatas harus dilakukan dengan akta pengalihan hak, baik akta
otentik maupun akta di bawah tangan.
6
Instansi yang berwenang adalah instansi yang berdasarkan undang-undang berwenang mengawasi perseroan yang melakukan kegiatan usahanya di bidang tertentu. Misalnya Otoritas Jasa Keuangan berwenang mengawasi perseroan terbatas di bidang perbankan.
7
tersebut harus dilakukan berdasarkan akta pengalihan hak atas saham atau akta
pemindahan hak yang dapat dibuat di hadapan Notaris maupun akta bawah tangan
(Penjelasan Pasal 56 Ayat (1) UUPT). Kemudian para pihak dalam proses
pengalihan hak atas saham ini diharuskan untuk menyampaikan akta tersebut atau
salinannya secara tertulis kepada perseroan (Pasal 56 Ayat (2) UUPT) dan
kemudian direksi perseroan berkewajiban untuk melakukan pencatatan mengenai
perubahan susunan pemegang saham yang terjadi akibat pengalihan hak atas
saham tersebut serta memberikan pemberitahuan kepada Menteri Hukum dan
HAM (Pasal 56 Ayat (3) UUPT).
Pengalihan saham melalui jual beli saham tidak terlepas dengan adanya
perikatan yang terjadi diantara kedua belah pihak yang terlibat. Jual beli sebagai
suatu perjanjian konsensuil, artinya ia sudah dilahirkan sebagai suatu perjanjian
yang sah (mengikat atau mempunyai kekuatan hukum) pada detik tercapainya
sepakat antara penjual dan pembeli mengenai unsur-unsur yang pokok yaitu
barang dan harga baik jual beli itu mengenai barang bergerak maupun barang
tidak bergerak.
Saham yang menjadi objek yang diperjualbelikan oleh pihak yang
mengadakan perjanjian jual beli sama dengan perjanjian biasanya dimana harus
terpenuhinya syarat-syarat sah perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1320
KUHPerdata, yakni :
1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
4. Sebab yang halal.
Keempat syarat ini merupakan syarat pokok bagi setiap perjanjian, artinya
perjanjian adalah sah, jika memenuhi keempat syarat tersebut. Dengan demikian,
perjanjian tersebut berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya (Pasal 1338 KUHPerdata).
Berdasarkan keempat syarat tersebut dapat dibedakan atas 2 (dua)
golongan, yaitu:8
a. Syarat pertama dan kedua disebut sebagai syarat subyektif, karena menyangkut
orang atau person yang melakukan perjanjian. Dalam perjanjian jual beli
artinya terdapat pihak yang mengikatkan diri yaitu penjual dan pembeli.
b. Syarat ketiga dan keempat disebut sebagai syarat obyektif, karena mengenai
perbuatan yang diperjanjikan. Dalam perjanjian jual beli di sini artinya ada
obyek yang diperjanjikan berdasarkan kesepakatan para pihak yaitu saham.
Segala kesepakatan mengenai perjanjian jual beli saham untuk
mengalihkan hak milik atas saham tersebut dimuat dalam akta perjanjian jual beli.
Akta perjanjian jual beli tersebut dapat tercantum mengenai kesepakatan harga
yang dibuat oleh para pihak, mengenai waktu pembayaran, penyerahan objek jual
beli saham, mengenai pilihan hukum (choice of law) penyelesaian sengketa
apabila terjadi di kemudian hari, dan hal-hal terkait lainnya yang mengenai proses
pengalihan saham. Apabila salah satu pihak baik itu penjual maupun pembeli
melanggar ketentuan yang terdapat di dalam akta perjanjian jual beli saham dan
mengakibatkan salah satu pihak mengalami kerugian, maka hal tersebut telah
8
melanggar kesepakatan yang telah diperbuat dan dapat diajukan gugatan
mengenai perbuatan melawan hukum.
Terkait dengan perbuatan melawan hukum khususnya menyangkut
perjanjian jual beli saham ini harus memenuhi unsur-unsur pelanggaran yang telah
diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang menyatakan adanya perbuatan,
perbuatan itu harus melawan hukum, adanya kerugian baik itu kerugian materiil
maupun immateriil, adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan
hukum itu dengan kerugian yang dialami, dan adanya kesalahan (schuld) seperti
yang terjadi berdasarkan Studi Kasus pada Putusan Mahkamah Agung No. 2678
K/Pdt/2011. Untuk itu, penulis merasa hal tersebut menjadi kajian menarik untuk
diteliti dalam penulisan skripsi yang diberi judul “Analisis Yuridis Perbuatan
Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual
Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011).”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut sebelumnya, dalam penelitian ini akan dibahas
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah hak kebendaan atas saham dalam suatu perseroan ?
2. Bagaimana aspek hukum pengalihan saham perseroan melalui perjanjian jual
beli saham ?
3. Bagaimanakah bentuk perbuatan melawan hukum dalam pengalihan saham
perseroan melalui perjanjian jual beli saham (studi putusan Mahkamah Agung
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hak kebendaan atas saham dalam suatu perseroan.
2. Untuk mengetahui aspek hukum pengalihan saham perseroan melalui
perjanjian jual beli saham.
3. Untuk mengetahui bentuk perbuatan melawan hukum dalam pengalihan
saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham yang dianalisis melalui
studi putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011.
Adapun yang menjadi manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Memberikan pengetahuan yang besar bagi penulis sendiri mengenai kasus
perbuatan melawan huku dalam pengalihan saham perseroan melalui
perjanjian jual beli saham serta dalam pembangunan ilmu pengetahuan dalam
bidang hukum ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan pengalihan hak
atas saham perseroan.
2. Manfaat praktis
a. Memberikan kontribusi terhadap masyarakat dan pelaku bisnis untuk
dapat mengetahui mengenai perbuatan melawan hukum dalam pengalihan
saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham;
b. Memberikan masukan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya terhadap hukum perusahaan dan juga memberikan pemahaman
pada pihak terkait seperti; praktisi hukum, praktisi legal corporate, dan
D. Keaslian Penulisan
Skripsi dengan judul “Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam
Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan
Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)” ini disusun berdasarkan pengumpulan
bahan-bahan baik berupa bahan pustaka, literatur, undang-undang, maupun
peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan permasalahan
yang diangkat dalam penulisan skripsi ini.
Untuk mengetahui keaslian penulisan, penulis sebelumnya sudah
melakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada catalog
skripsi departemen hukum ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
dan tidak menemukan judul yang sama. Melalui surat tertanggal 15 Desember
2014 yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara/ Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa judul skripsi ini belum
pernah ditulis oleh orang lain di lingkungan Universitas Sumatera Utara maupun
di lingkungan universitas/ perguruan tinggi lainnya dalam wilayah Republik
Indonesia. Apabila dikemudian hari, ternyata terdapat judul yang sama atau telah
ditulis oleh orang lain dalam berbagai tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini
dibuat, maka hal tersebut dapat dimintakan pertanggungjawaban.
E. Tinjauan Kepustakaan
Adapun yang menjadi kerangka studi atau tinjauan kepustakaan dalam
1. Saham
Saham adalah surat berharga yang menyatakan bahwa pemiliknya
mempunyai andil dalam memodali perusahaan. Besarnya andil ini tergantung dari
jumlah uang yang disetor atau setara utang lainnya, misalnya karena keahliannaya
seseorang dianggap telah menyetor uang setara dengan keahliannya tersebut.
Sedangkan besarnya jumlah saham secara keseluruhan tergantung kesepakatan
pada saat pendirian perseroan.9
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 24/32 tanggal 12 Agustus
1991 tentang Kredit Kepada Perusahaan Sekuritas dan Kredit dengan Agunan
Saham, dalam Pasal 1 butir c dinyatakan bahwa saham adalah surat bukti
pemilikan suatu Perseroan Terbatas (PT), baik yang diperjualbelikan di pasar
modal maupun yang tidak. Sedangkan saham menurut Kamus Bank Indonesia
adalah surat bukti kepemilikan atau bagian modal suatu Perseroan Terbatas yang
dapat diperjualbelikan, baik di dalam maupun di luar pasar modal yang
merupakan klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan dan memberikan hak
atas dividen sesuai dengan bagian modal.10
Saham itu tidak harus dikeluarkan, artinya dapat dikeluarkan atau tidak.
Jika saham itu dikeluarkan, saham itulah satu-satunya alat pembuktian bagi
perseroan atau pemegang saham. Jika tidak, daftar persero yang biasanya ada di
kantor perseroan dapat diakui alat pembuktian bagi persero. Kutipan dari daftar
persero yang ditandatangani oleh Direksi dapat pula dipakai sebagai bukti turut
sertanya seseorang dalam perseroan. Kalau saham itu dikeluarkan atas nama,
9
Sawidji Widiatmodjo, Seri Membuat Uang Bekerja Untuk Anda Cara Cepat Memulai Investasi Saham (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004), hlm. 39
10
nama pembeli ditulis dalam surat saham yang merupakan bukti bagi
pemegangnya.11 Saham mempunyai tiga fungsi utama, yaitu :12
a. Saham sebagai bagian dari modal. Pada dasarnya, saham itu merupakan
modal yang sering dibaca dalam akta pendirian Perseroan Terbatas.
Karena itu, dapat dikatakan bahwa setiap saham merupakan bagian dari
modal yang menjelma dalam harga saham;
b. Saham sebagai tanda anggota. Setiap orang yang akan ikut serta sebagai
anggota dalam kerja sama dalam Perseroan Terbatas diwajibkan untuk
memberikan pemasukan sejumlah uang sebagai inbreng ke dalam
Perseroan Terbatas. Pemasukan inilah yang diperhitungkan dalam bentuk
saham. Nominal uang pemasukan itu tercantum sama dalam saham.
Dengan dimilikinya saham menunjukkan bahwa orang tersebut adalah
anggota yang disebut persero dan sebagai bukti diberikanlah saham
sebagai tanda anggota;
c. Saham sebagai alat legitimasi, saham merupakan suatu surat yang
menunjuk kepada pemegangnya sebagai orang yang berhak.
Saham sebagai benda bergerak sewaktu-waktu dapat dialihkan oleh
pemegang saham kepada pihak lain dengan suatu perbuatan hukum, salah satunya
melalui perjanjian jual beli saham. Pengalihan kepemilikan saham dalam jual beli
saham diatur dalam Pasal 56 UUPT yang menyebutkan bahwa pemindahan hak
atas saham dilakukan dengan akta pemindahan hak.
11
Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas (Bandung: Alumni, 2004), hlm. 102 (Selanjutnya disebut Rachmadi Usman I).
2. Perjanjian
Charles L. Knapp dan Nathan M. Crystal menyatakan, perjanjian adalah
suatu persetujuan antara dua orang atau lebih, tidak hanya memberikan
kepercayaan tetapi secara bersama-sama saling pengertian untuk melakukan
sesuatu pada masa mendatang oleh seseorang atau keduanya dari mereka.13
R. Subekti menyatakan, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana ada
seorang berjanji kepada orang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal.14
M. Yahya Harahap mengatakan, perjanjian adalah suatu hubungan hukum
kekayaan harta benda antara dua orang atau lebih yang member kekuatan hak
pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak
lain untuk menunaikan prestasi. Dari pengertian ini dapat dijumpai beberapa
unsure antara lain hubungan hukum (rechtsbetrekking) yang menyangkut hukum
kekayaan antara dua orang atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan
kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi. Unsur-unsur yang tercantum dua
orang dalam definisi di atas, yaitu:15
a. Hubungan hukum
Hubungan hukum merupakan hubungan yang menimbulkan akibat hukum.
Dimana akibat hukum di sini adalah timbulnya hak dan kewajiban.
13
Salim, H.S., Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Cet. 1 (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), hlm. 16 (Selanjutnya disebut Salim H.S. I).
14
Syahmin, Hukum Kontrak Internasional, Cet, 1 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 1.
15
b. Subjek hukum
Subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban.
c. Prestasi
Prestasi terdiri atas melakukan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat
sesuatu.
d. Di bidang harta kekayaan.
Artinya yang menjadi objek dalam perjanjian adalah sesuatu yang dapat
dinilai dengan uang.
Perjanjian jual beli (menurut B.W.) adalah perjanjian bertimbal balik dalam
mana pihak yang satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas
suatu barang, sedang pihak yang lainnya (si pembeli) berjanji untuk membayar
harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik
tersebut. Perjanjian jual beli tersebut sudah dilahirkan pada detik tercapainya
“sepakat” mengenai barang dan harga. Begitu kedua pihak sudah setuju tentang
barang dan harga, maka lahirlah perjanjian jual beli yang sah.16
Pasal 511 KUHPerdata, menyebutkan saham merupakan benda bergerak
tak berwujud, dalam suatu pengalihan hak atas saham (benda) yang
diperjualbelikan harus disertai dengan adanya suatu penyerahan. Dengan kata lain
hak atas benda (saham) yang diperjualbelikan belum beralih dari penjual kepada
pembeli, hak milik atas benda itu baru beralih setelah adanya penyerahan. Pada
umumnya penyerahan (levering) atas pengalihan saham perseroan melalui
16
perjanjian jual beli berdasarkan Pasal 613 ayat (1) KUHPerdata dilakukan dengan
cara membuat akta otentik atau di bawah tangan (yang dinamakan cessie).17
3. Perbuatan melawan hukum
Akta otentik yang menjadi pedoman kuat dalam hal perjanjian jual beli
saham tersebut, apabila dari pihak penjual maupun pihak pembeli tidak menaati
hal-hal yang tercantum di dalam akta otentik perjanjian jual beli saham tersebut
maka dapat dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum.
Pengaturan tentang melawan hukum dalam KUHPerdata hanya dalam
beberapa pasal saja, sebagaimana juga terjadi di negara-negara yang menganut
sistem Eropa Kontinental lainnya, tetapi kenyataannya menunjukkan bahwa
gugatan perdata yang ada di pengadilan di dominasi oleh gugatan melawan
hukum, di samping gugatan ingkar janji kontrak (wanprestasi).
Perbuatan melawan hukum di sini dimaksudkan adalah sebagai melawan
hukum keperdataan. Di negara-negara Eropa Kontinental, misalnya Belanda
dikenal istilah “Onrechtmatige Daad,” atau di negara-negara Anglo Saxon dikenal
dengan istilah “tort”. Pengertian perbuatan melawan hukum adalah perbuatan
yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum yang oleh karena salahnya telah
menimbulkan kerugian bagi orang lain. Ilmu hukum dikenal adanya 3 (tiga)
kategori dari perbuatan melawan hukum, yaitu sebagai berikut:
1) Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan (Pasal 1365 KUHPerdata);
2) Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan/tanpa unsur kesengajaan
maupun kelalaian (pasal 1366 KUHPerdata);
17
3) Perbuatan melawan hukum karena kelalaian (Pasal 1367 KUHPerdata).
Perbuatan melawan hukum menurut M. A. Moegini Djodjodirdjo, adalah:
suatu perbuatan dapat dianggap sebagai perbuatan melawan hukum, kalau
bertentangan dengan hak orang lain atau bertentangan dengan kewajiban
hukumnya sendiri atau bertentangan dengan kesusilaan yang baik atau
bertentangan dengan keharusan yang harus diindahkan dalam pergaulan
masyarakat mengenai orang lain atau benda. Adalah kealpaan berbuat, yang
melanggar hak orang lain atau bertentangan dengan kepatutan yang harus
diindahkan dalam pergaulan masyarakat tentang orang lain atau barang. M.A.
Moegini Djodjodirdjo, menjelaskan yang dimaksud:18
a. Bertentangan dengan hak orang lain adalah bertentangan dengan
kewenangan yang berasal dari suatu kaidah hukum, dimana yang diakui
dalam yurisprudensi, diakui adalah hak-hak pribadi seperti hak atas
kebebasan, hak atas kehormatan, dan hak atas kekayaan;
b. Bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri adalah berbuat atau
melalaikan dengan bertentangan dengan keharusan atau larangan yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan;
c. Melanggar kesusilaan yang baik adalah perbuatan atau melalaikan sesuatu
yang bertentangan dengan norma-norma kesusilaan, sepanjang norma
tersebut oleh pergaulan hidup diterima sebagai peraturan peraturan hukum
yang tidak tertulis;
18
d. Bertentangan dengan peraturan yang diindahkan adalah bertentangan
dengan sesuatu yang menurut hukum tidak tertulis harus diindahkan dalam
lalu lintas masyarakat.
F. Metode Penelitian
Soerjono Soekanto menyebutkan bahwa penelitian dimulai ketika
seseorang berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara sistematis
dengan metode dan teknik tertentu yang bersifat ilmiah, artinya bahwa metode
atau teknik yang digunakan tersebut bertujuan untuk satu atau beberapa gejala
dengan jalan menganalisanya dan dengan mengadakan pemeriksaan yang
mendalam terhadap fakta tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu
pemecahan atas masalah yang ditimbulkan faktor tersebut.19
1. Spesifikasi penelitian
Penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah
bersifat deskriptif yang mengacu kepada penelitian hukum normatif yaitu
menguji, mengkaji ketentuan-ketentuan mengenai perbuatan melawan hukum
yang dilakukan dalam pengalihan saham perseroan melalui perjanjian jual beli
saham. Adapun metode pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan
yuridis.
Penelitian yuridis normatif dapat dikatakan juga dengan penelitian
sistematik hukum sehingga bertujuan mengadakan identifikasi terhadap
pengertian-pengertian pokok/dasar dalam hukum, yakni masyarakat hukum,
19
subyek hukum, obyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum dan hubungan
hukum.20
2. Data penelitian
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.21
a. Bahan hukum primer
Sumber data
dapat dari data primer dan data sekunder. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sumber data sekunder, dimana data yang diperoleh secara
tidak langsung.
Yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang
berwenang. Dalam tulisan ini diantaranya Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUHPerdata), Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia (PERMENKUMHAM RI) No. 4 Tahun 2014 tentang
Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan
Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan
Terbatas, Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011, dan
peraturan-peraturan lainnya.
b. Bahan hukum sekunder
Yaitu semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang
hukum perjanjian jual beli dan kegiatan dalam pengalihan saham
perseroan seperti buku-buku, karya-karya ilmiah serta tulisan yang ada
20
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cetakan ketigabelas (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 15.
21
hubunganna dengan permasalahan yang diajukan dalam penulisan skripsi
ini.
c. Bahan hukum tertier
Yaitu berupa bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti Kamus
Hukum dan Kamus Bahasa Indonesia dan lain sebagainya.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah dengan studi dokumen dengan penelusuran pustaka (library research)
yaitu mengumpulkan data dari informasi dengan bantuan buku, karya ilmiah, dan
juga peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan materi penelitian.
Menurut M. Nazil dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian, dikemukakan
bahwa studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan
studi penelaahan terhadap buku-buku, literature-literatur, catatan-catatan dan
laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.22
4. Analisis Data
Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder menyajikan data
berikut dengan analisisnya.23
Metode penarikan kesimpulan pada dasarnya ada dua, yaitu metode
penarikan kesimpulan secara deduktif dan induktif. Metode penarikan kesimpulan
secara deduktif adalah suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui Metode analisis data yang dilakukan adalah dengan
metode kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara deduktif.
22
M. Nazil, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 111.
23
dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih
khusus.24 Metode penarikan kesimpulan secara induktif adalah proses berawal dari
proposisi-proposisi khusus (sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada
kesimpulan (pengetahuan baru) berupa asas umum.25
G. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini akan dibagi menjadi lima bab untuk
mempermudah penulisan dan penjabaran dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini dikemukakan tentang latar belakang, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan
kepustakaan, metode penulisan, serta sistematika penulisan.
BAB II HAK KEBENDAAN ATAS SAHAM DALAM PERSEROAN
Bab ini akan dipaparkan mengenai hak kebendaan atas saham
dalam perseroan. Bab ini berisikan tentang pengertian dan konsep
yuridis saham, saham sebagai benda bergerak, bukti dan hak
kepemilikan saham, klasifikasi saham, serta hak pemegang saham
atas saham yang dimilikinya dalam hal pengalihan saham
perseroan.
24
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 11.
25
BAB III ASPEK HUKUM PENGALIHAN SAHAM PERSEROAN
MELALUI PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM
Bab ini akan dipaparkan mengenai bagaimana aspek hukum
pengalihan saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham.
Bab ini berisikan mengenai konsep perjanjian, asas-asas hukum
perjanjian jual beli, syarat dan tata cara pengalihan saham
perseroan, serta pengalihan hak atas saham perseroan melalui
perjanjian jual beli saham.
BAB IV PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PENGALIHAN
SAHAM PERSEROAN MELALUI PERJANJIAN JUAL BELI
SAHAM (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)
Bab ini akan dipaparkan mengenai bagaimana bentuk-bentuk
perbuatan melawan hukum yang terjadi dalam hal pengalihan
saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham berdasarkan
kasus yang terjadi berdasarkan putusan Mahkamah Agung No.
2678 K/Pdt/2011. Bab ini berisikan mengenai aspek hukum
perbuatan melawan hukum dalam perjanjian jual beli saham terkait
proses pengalihan saham, perlindungan hukum terhadap pihak yang
dirugikan atas perbuatan melawan hukum dalam pengalihan saham
perseroan melalui perjanjian jual beli saham, serta bentuk-bentuk
perbuatan melawan hukum dalam pengalihan saham perseroan
Agung tersebut, yang dilengkapi dengan kasus posisi serta analisis
putusan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan yang dikemukakan berdasarkan
permasalahan yang telah dibahas dan di analisis, dalam bab ini juga
dikemukakan berbagai saran dari penulis atas penelitian yang
BAB II
HAK KEBENDAAN ATAS SAHAM PERSEROAN
A. Pengertian dan Konsep Yuridis Saham
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas tidak
memberikan pengertian dari saham. Dalam undang-undang hanya disebutkan
bahwa modal dasar perseroan terbatas terdiri atas seluruh nilai nominal saham.
Saham merupakan bukti penyertaan modal seseorang dalam sebuah
perusahaan, pengertian ini terlihat dari bunyi Pasal 1 angka 1 UUPT yaitu
perseroan terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh undang-undang ini serta peraturan
pelaksanaannya.
Berdasarkan ketentuan tersebut dapat diambil pengertian bahwa saham
merupakan bukti persekutuan modal perusahaan. Hal ini ditegaskan juga oleh M.
Irsan Nasarudin dan Indra Surya dalam bukunya yang mengatakan bahwa saham
pada dasarnya merupakan instrumen penyertaan modal seseorang atau lembaga
dalam sebuah perusahaan.26
Para pemegang saham diberikan bukti kepemilikan atas saham yang
dimilikinya. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 51 UUPT yaitu pemegang saham Ketentuan tersebut sesuai dengan aturan yang
terdapat dalam Pasal 31 Ayat (1) UUPT yang menyatakan modal dasar
perusahaan terdiri atas seluruh nominal saham.
26
diberi bukti pemilikan saham untuk saham yang dimilikinya. Dalam penjelasan
pasal yang sama diterangkan bahwa pengaturan bentuk bukti pemilikan saham
ditetapkan dalam anggaran dasar sesuai dengan kebutuhan.
Ketentuan lain dalam UUPT tepatnya dalam Pasal 48 Ayat (1) disebutkan
bahwa saham perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya. Jadi, dengan demikian
bukti kepemilikan saham adalah adanya nama yang tertera/tertulis dalam sertifikat
saham yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. Nama yang tercantum dalam
sertifikat saham merupakan bukti bahwa pemilik sertifikat saham itu adalah sesuai
dengan nama yang tercantum.
Selain itu bukti kepemilikan lain, adalah adanya catatan kepemilikan
saham yang dimiliki oleh perusahaan yang mengeluarkan saham yang dibuat oleh
direksi perseroan. Dalam catatan tersebut dapat dilihat pihak-pihak yang memiliki
saham dan hal-hal yang tersangkut dengan saham-saham, misalnya apakah saham
itu dijadikan jaminan utang atau tidak, serta perubahan pemilikan saham dan
klasifikasi sahamnya. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 50 Ayat (1), Ayat (2), dan
Ayat (3) UUPT yang berbunyi:
Ayat (1), direksi perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar
pemegang saham, yang sekurang-kurangnya memuat:
1. Nama dan alamat pemegang saham;
2. Jumlah, nomor, dan tanggal perolehan saham yang dimiliki pemegang saham,
dan klasifikasinya dalam hal dikeluarkan lebih dari satu klasifikasi;
4. Nama dan alamat dari orang perseorangan atau badan hukum yang
mempunyai hak gadai atas saham atau sebagai penerima jaminan fidusia
saham dan tanggal perolehan hak gadai atau tanggal pendaftaran jaminan
fidusia tersebut;
5. Keterangan penyetoran saham dalam bentuk lain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 34 ayat (2).
Ayat (2), selain daftar pemegang saham sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), direksi perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar khusus yang
memuat keterangan mengenai saham anggota direksi dan dewan komisaris beserta
keluarganya dalam perseroan dan/atau pada perseroan lain serta tanggal saham itu
diperoleh.
Ayat (3), dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dicatat pula setiap perubahan kepemilikan
saham.
Saham haruslah memiliki nilai nominal. Ini berlaku mutlak, karena UUPT
melarang suatu perusahaan untuk menerbitkan saham tanpa nilai nominal. Namun
demikian, tidak ada ketentuan berapa nilai nominal untuk masing-masing saham
tersebut. Jadi, untuk satu saham dapat mempunyai nilai nominal misalnya Rp
1000,- , Rp 5000,- , dan sebagainya. Kecuali untuk perusahaan terbuka dimana
nilai nominal sahamnya sudah ditentukan oleh peraturan di bidang pasar modal
dan harus seragam untuk semua perusahaan.27
27
Batas minimal modal yang ditentukan dalam pendirian perseroan terbatas
adalah Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Namun apabila sebuah perseroan
terbatas hendak melakukan penawaran umum di pasar modal maka
persyaratannya adalah sahamnya harus dimiliki sekurang-kurangnya Rp
300.000.000.000,- (tiga ratus milyar rupiah). Jadi apabila perseroan tertutup akan
menambah modalnya melalui pasar modal maka harus memenuhi persyaratan
tersebut jika tidak maka perusahaan tersebut tidak dapat melakukan penawaran
umum. Adapun ketentuan yang mengatur pengurangan saham antara lain:28
a. Saham perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya. Perseroan hanya
diperkenankan mengeluarkan saham atas nama pemiliknya dan perseroan
tidak boleh mengeluarkan saham atas tunjuk.
b. Persyaratan kepemilikan saham dapat ditetapkan dalam anggaran dasar
dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Persyaratan kepemilikan saham sebagaimana dimaksud pada poin ke-2, telah
ditetapkan dan tidak dipenuhi, pihak yang memperoleh kepemilikan saham
tersebut tidak dapat menjalankan hak selaku pemegang saham dan saham
tersebut tidak diperhitungkan dalam kuorum yang harus dicapai sesuai
dengan ketentuan UUPT dan/ atau anggaran dasar.
Nilai nominal saham dalam Pasal 49 UUPT dikatakan:29
1) Nilai saham harus dicantumkan dalam mata uang rupiah.
28
Nindyo Pramono, Hukum Bisnis Aktual (bunga rampai) (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006), hlm. 135.
29
2) Saham tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan.
3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak menutup kemungkinan
diaturnya pengeluaran saham tanpa nilai nominal dalam peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal.
Perkembangan saham tanpa nilai nominal ini menjadi instrumen bursa
pasar modal yang sangat likuid di Amerika, khususnya sebagai instrument
lembaga mutual fund atau investment fund semacam reksa dana di pasar modal.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah
mengintrodusir saham tanpa nilai nominal dalam lembaga reksa dana yang
berbentuk perseroan.30
B. Saham Sebagai Benda Bergerak
1. Penggolongan Benda
Mengacu pada KUHPerdata, benda itu sesuatu dan tiap hak yang dapat
dimiliki oleh seseorang. Di dalam KUHPerdata terdapat beberapa pasal yang
mengatur mengenai kebendaan. Pasal 499 KUHPerdata menurut undang-undang,
barang adalah tiap benda dan tiap hak yang dapat menjadi obyek dari hak milik.
Benda dari segi tetap atau tidaknya dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu:
a. Benda tak bergerak, yang termasuk benda tak bergerak menurut
KUHPerdata, yaitu:31
1) Hak pakai hasil dan hak pakai barang tak bergerak
2) Hak pengabdian tanah
30
Nindyo Pramono, Op. Cit., hlm. 139.
31
3) Hak numpang karang
4) Hak guna usaha
5) Bunga tanah, baik dalam bentuk uang maupun dalam bentuk barang
6) Hak sepersepuluhan
7) Besar atau pasar yang yang diakui oleh pemerintah dan hak istimewa
yang berhubungan dengan itu
8) Gugatan guna menuntut pengembalian atau penyerahan barang tak
bergerak
b. Benda bergerak yang termasuk benda bergerak, yaitu:32
1) Hak pakai hasil dan hak pakai barang-barang bergerak
2) Hak atas bunga yang dijanjikan, baik bunga yang terus-menerus
maupun bunga cagak hidup
3) Perikatan dan tuntutan mengenai jumlah uang yang dapat ditagih atau
mengenai barang bergerak
4) Bukti saham atau saham dalam persekutuan perdagangan uang,
persekutuan perusahaan, sekalipun barang-barang bergerak yang
bersangkutan dan perusahaan itu merupakan milik persekutuan. Bukti
saham atau saham ini dipandang sebagai barang bergerak, tetapi hanya
terhadap masing-masing peserta saja, selama persekutuan berjalan
5) Saham dalam utang Negara Indonesia, baik yang terdaftar dalam buku
besar maupun sertifikat, surat pengakuan utang, obligasi atau surat
32
berharga lainnya, beserta kupon atau surat-surat bukti bukti bunga yang
berhubungan dengan itu
6) Sero-sero atau kupon obligasi dari pinjaman lainnya, termasuk juga
pinjaman yang dilakukan Negara-negara asing.
Macam-macam benda berdasarkan keberadaannya dalam KUHPerdata
antara lain dimuat dalam Pasal 503 sampai dengan Pasal 518.
1) Dalam Pasal 503 disebutkan bahwa benda itu ada yang bertubuh dan
ada yang tidak bertubuh
2) Pasal 504 menyebutkan bahwa barang itu ada yang bergerak dan ada
yang tidak bergerak
3) Pasal 505 menyebutkan bahwa barang bergerak ada 2 (dua) macam
yaitu; barang bergerak yang dapat dihabiskan dan tidak dapat
dihabiskan.
4) Dalam Pasal 506-508 disebutkan benda-benda yang tergolong benda tak
bergerak, yaitu:
a) Tanah dan segala apa yang tumbuh dan didirikan di atasnya serta
yang ada di dalamnya
b) Barang-barang pabrik baik yang ada di dalamnya maupun hasil
produksinya
c) Barang-barang rumah dan segala barang yang berhubungan dengan
rumah baik yang menempel maupun yang tidak
d) Barang-barang yang diletakkan pada benda tak bergerak untuk
e) Sedangkan dalam Pasal 508 disebutkan berbagai macam hak milik.
(pasal ini telah dijelaskan sebelumnya)
2. Saham sebagai benda bergerak dan akibat hukumnya
Pasal 499 KUHPerdata menyebutkan, yang dinamakan dengan kebendaan
adalah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak, yang dapat dikuasai oleh hak milik.
Benda dalam terminologinya secara umum dapat dinyatakan sebagai segala yang
ada di alam yang berwujud atau berjasad. Benda adalah segala sesuatu yang dapat
dikuasai manusia dan dapat dijadikan objek hukum, dan pada umumnya benda
berwujud, harta kekayaan dan hak.33
Hak kebendaan adalah hak mutlak dan tidak dapat diganggu gugat oleh
pihak lainnya.34 Hak kebendaan memberikan kekuasaan atas suatu benda, artinya
hak kebendaan itu tetap berhubungan dengan bendanya, bahkan sekalipun ada
campur tangan dari pihak luar. Dengan demikian, dapat diketahui hak kebendaan
itu termasuk dalam hak keperdataan yang bersifat mutlak/absolut, yang
mengandung arti bahwa seseorang mempunyai kekuasaan langsung atas sesuatu
benda, sehingga hak seseorang atas sesuatu benda tersebut dapat dipertahankan
terhadap siapa pun juga.35
Hak kebendaan memiliki sifat mutlak/absolut yang secara singkat
memiliki pengertian bahwa hak mutlak/absolut tersebut berarti hak itu mengikat
33
Marium Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional (Bandung: PT. Alumni, 2010), hlm. 35.
34
Gunawan Widjaja, Memahami Prinsip Keterbukaan dalam Hukum Perdata (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006), hlm. 242 (Selanjutnya disebut Gunawan Widjaja I).
35
setiap orang. Adapun ciri-ciri hak kebendaan yang bersifat mutlak/absolut tersebut
sebagai berikut:36
a. Hak kebendaan merupakan hak mutlak/jamak arah, dalam arti dapat
dipertahankan terhadap siapa pun juga;
b. Hak kebendaan mempunyai zaaksgevolg atau droit de suit, artinya hak
tersebut diikuti benda pada siapa hak tersebut berada;
c. Hak kebendaan adalah hal prioritas (yang lebih dahulu) terjadinya, tingkat
hak yang lebih dahulu lebih tinggi dari hak yang terjadi kemudian;
d. Hak kebendaan berupa droit de preference atau hak didahulukan;
e. Pada hak kebendaan orang mempunyai macam-macam aksi sebagai cara
untuk mengatasi gangguan terhadap haknya. Gugatan yang menyangkut
hak kebendaan disebut gugat kebendaan. Misalnya penuntutan kembali
oleh pemilik benda semula atau penuntutan ganti rugi terhadap siapa yang
mengganggu haknya;
f. Pemindahan hak kebendaan itu harus dilakukan secara penuh.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata membagi benda terdiri atas:
1) Benda bergerak
a) Benda berwujud
b) Benda tidak berwujud
2) Benda tidak bergerak
Sesuai dengan sifat tertutup dalam hukum kebendaan, maka pengertian
benda bergerak dan benda tidak bergerak juga telah diatur secara limitatif
36
sepanjang belum diubah oleh peraturan perundangan lainnya. Benda tidak
bergerak adalah benda yang karena sifatnya tidak dapat dipindahkan atau
berpindah. Dalam KUHPerdata kebendaan yang tidak bergerak ini telah diatur
dalam Pasal 506 sampai dengan Pasal 508. Kemudian yang dimaksud dengan
benda bergerak adalah karena dilihat dari sifatnya yang dapat berpindah atau
dipindahkan (Pasal 509 KUHPerdata).
Saham (sero) menurut Pasal 511 KUHPerdata dianggap sebagai benda
bergerak, hal ini dapat dilihat dari banyaknya literatur yang mengklasifikasikan
Pasal 511 KUHPerdata ini dalam sub bab benda bergerak yang kemudian dapat
dimengerti adalah saham benar-benar bagian dari benda bergerak.
Saham (sero) itu senidiri adalah tanda penyertaan modal pada perseroan
terbaats. Saham adalah suatu bentuk kekayaan yang dimiliki oleh pemilik modal
yang mana suatu saat dapat dipindahkan kepada siapapun sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Saham dikenal sebagai saham atas nama dan saham atas tunjuk. Saham
atas nama adalah yang mencantumkan nama pemegang atau pemiliknya.
Sedangkan saham atas tunjuk adalah saham yang tidak mencantumkan nama
pemegang atau pemiliknya. Dalam dunia usaha, klasifikasi saham tidak hanya
terbagi menjadi 2 (dua) bagian yakni saham atas nama dan saham atas tunjuk saja
melainkan memiliki banyak varian dengan klasifikasi yang berbeda-beda.
Contohnya adalah dikenalnya saham umu (common stock) dan saham preferen
(preferren stock) atau sering disebut juga saham prioritas.37
37
Sentral hukum kebendaan adalah hak milik, maka saham dalam Perseroan
juga merupakan bukti kepemilikan. Saham merupakan bukti kepemilikan. Saham
merupakan bukti kepemilikan dari pemodal yang yang menginvestasikannya
dalam Perseroan.
Berdasarkan pemaparan di atas maka dalam hukum kebendaan dapat
dilihat bahwa saham (sero) adalah merupakan benda sehingga termasuk dalam
hukum kebendaan, benda tersebut merupakan benda yang dapat dimiliki oleh
seseorang dan kepemilikannya tersebut bersifat mutlak/absolut, sehingga secara
yuridis saham diakui sebagai benda bergerak tidak berwujud (Pasal 511
KUHPerdata).
Saham (sero) sebagai benda tidak pernah dilepaskan dengan perihal
kepemilikan dan akibat yang timbul dari adanya saham itu sendiri. Dalam Pasal
60 Ayat (1) UUPT dikatakan bahwa saham merupakan benda bergerak dan
memberikan hak menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS, menerima
pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi dan menjalankan hak
lainnya berdasarkan undang-undang perseroan terbatas kepada pemiliknya.38
Adapun akibat dari saham sebagai benda bergerak ini aalah saham dapat
diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia sepanjang tidak ditentukan lain
dalam anggaran dasar (Pasal 60 Ayat (2) UUPT). Saham dapat digadaikan atau
dijadikan jaminan dengan memindahkan barang tersebut dari satu tempat ke
tempat yang lain tanpa harus menghilangkan hak atas kepemilikannya. Namun,
38
pencatatan akan gadai tersebut diberlakukan demi terciptanya kepastian hukum
atas status sementara saham tersebut berada di tangan pihak lain.
C. Bukti dan Hak Kepemilikan Saham
Saham adalah benda bergerak yang memberikan hak kebendaan bagi
pemiliknya. Hak-hak pemegang saham lahir dari kebendaan tersebut. Saham yang
dimiliki oleh pemegang saham memberikan hak kepada pemegang saham. Pasal
51 UUPT mengatur tentang kewajiban perseroan untuk:
1. Memberi “bukti pemilikan” saham kepada pemegang saham sesuai dengan
jumlah yang dimilikinya,
2. Menurut Penjelasan pasal ini, mengenai pengaturan bentuk bukti pemilikan
saham dapat ditetapkan dalam Anggaran Dasar sesuai dengan kebutuhan.
Saham juga mengandung arti kepemilikan (eigenaar, ownership) yang
bersifat tidak dapat diraba (intangible) yang harus dibuktikan kepemilikannya.
Untuk itulah undang-undang menentukan Perseroan member bukti pemilikan
saham untuk saham yang dimiliki oleh pemegang saham. Pada umumnya, bukti
saham yang diberikan kepada pemegang saham (aandelhouder, shareholder)
berbentuk surat “sertifikat saham” (certificaat van aandelen, depositary receipt
for shares).39
Hak pemilik saham diatur pada Pasal 52 UUPT. Akan tetapi perlu diingat,
hak yang disebut pada pasal ini, dapat dikatakan merupakan hak yang paling
39
pokok, karena ada lagi berbagai hak yang diatur pada pasal lain.40 Sesuai dengan
ketentuan Pasal 52 Ayat (1), Ayat (2), Ayat (3), Ayat (4), dan Ayat (5) UUPT
mengenai hak kepemilikan saham yang berbunyi:41
a. Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;
Ayat (1), Saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk :
b. Menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi;
c. Menjalankan hak lainnya berdasarkan Undang-Undang ini.
Ayat (2), Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku setelah
saham dicatat dalam daftar pemegang saham atas nama pemiliknya.
Ayat (3), Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan
huruf c tidak berlaku bagi klasifikasi saham tertentu sebagaimana ditetapkan
dalam Undang-Undang ini.
Ayat (4), Setiap saham memberikan kepada pemiliknya hak yang tidak
dapat dibagi.
Ayat (5), dalam hal 1 (satu) saham dimiliki oleh lebih dari 1 (satu) orang,
hak yang timbul dan saham tersebut digunakan dengan cara menunjuk 1 (satu)
orang sebagai wakil bersama.
Adapun hak dan kewajiban yang dimiliki oleh para pemegang saham
antara lain :
a. Hak pemegang saham
1) Hak memesan terdahulu
40
Ibid., 262-263. 41
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas menjelaskan bila perseroan terbatas menerbitkan saham yang
baru, terlebih dahulu ditawarkan kepada pemegang saham lama secara
seimbang dengan pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang
sama.42
2) Hak mengajukan gugatan ke pengadilan
Dalam rangka memnuhi kewajiban pasal tersebut, maka pihak
manajemen perusahaan menawarkan ke pemegang saham lama.
Sedangkan pihak pemegang saham lama akan melakukan pemesanan
saham yang akan diterbitkan.
Bila pemegang saham melihat tindakan yang dilakukan oleh
RUPS, komisaris, direksi dapat membahayakan kelangsungan
perseroan, maka pemegang saham dapat mengajukan gugatan ke
pengadilan bahwa tindakan yang dilakukan organ PT tersebut dapat
merugikan pemegang saham. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 61 UUPT
yang mengemukakan, setiap pemegang saham berhak mengajukan
gugatan terhadap perseroan ke pengadilan negeri apabila dirugikan
karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan
yang wajar, sebagai akibat keputusan RUPS, komisaris, atau direksi.
Gugatan semacam ini dinamakan dengan personal rights yang dimiliki
oleh setiap pemegang saham. Selain itu, terdapat juga bentuk gugatan
derivative action, yaitu suatu gugatan berdasarkan atas hak utama
(primary rights) dari perseroan, tetapi dilaksanakan oleh pemegang
42
saham atas nama perseroan, gugatan mana dilakukan karena adanya
suatu kegagalan dalam perseroan, atau dengan perkataan lain derivative
action merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh para pemegang
saham untuk dan atas nama perseroan.
3) Hak saham dibeli dengan harga wajar
Ada kemungkinan perseroan akan membeli kembali saham yang
telah dikeluarkan. Bila terjadi hal yang semacam ini, dalam
undang-undang perseroan perbatas dijelaskan bahwa para pemegang saham
berhak mendapatkan harga yang wajar terhadap saham yang
dipegangnya. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 62 Ayat (1) UUPT, yang
mengemukakan bahwa setiap pemegang saham berhak meminta kepada
perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang
bersangkutan tidak menyetujui tindakan perseroan yang merugikan
pemegang saham atau perseroan, berupa :
(1) Perubahan anggaran dasar
(2) Pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan yang mempunyai
nilai lebih dari 50% (lima puluh persern) kekayaan bersih
perseroan
(3) Penggabungan, peleburan, pengambilalihan atau pemisahan.
Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh perseroan
dan gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh
perseroan sendiri dan/atau perseroan lain yang sahamnya secara
10% (sepuluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dalam
perseroan, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di
bidang pasar modal.43 Dalam hal saham yang diminta untuk dibeli
melebihi batas ketentuan pembelian kembali saham oleh perseroan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 Ayat (1) huruf b UUPT,
perseroan wajib mengusahakan agar sisa saham dibeli oleh pihak
ketiga.44
4) Hak meminta ke pengadilan negeri menyelenggarakan RUPS
Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
dilakukan sekali dalam setahun, namun dalam hal tertentu, para
pemegang saham dapat meminta diadakan RUPS. Hal ini dijabarkan
dalam Pasal 79 UUPT yaitu sebagai berikut :
(1) Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan dan RUPS lainnya
dengan didahului pemanggilan RUPS ;
(2) Penyelenggaraan RUPS dapat dilakukan atas permintaan 1 (satu)
orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili
1/10 (satu persepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan
hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang
kecil atau dewan komisaris
Yang diajukan kepada direksi dengan surat tercatat disertai dengan
alasannya. Dalam hal permintaan dating dari pemegang saham, maka
surat tercatat tersebut tembusannya disampaikan kepada dewan
43
Ibid., Pasal 37.
44Ibid.,
komisaris. Bagi PT, sebelum pemanggilan RUPS dilakukan wajib
didahului dengan pengumuman mengenai akan diadakan pemanggilan
RUPS dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan di pasar
modal. Pengumuman dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 14
(empat belas) hari sebelum pemanggilan RUPS.
Direksi wajib melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu
paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal permintaan
penyelenggaraan RUPS diterima. Dalam hal Direksi tidak melakukan
pemanggilan RUPS, maka :
(1) Dalam hal permintaan penyelenggaraan RUPS dilakukan oleh
pemegang saham, maka harus diajukan kembali kepada dewan
komisaris; atau
(2) Dalam hal permintaan dilakukan oleh dewan komisaris, maka
dewan komisaris melakukan pemanggilan sendiri RUPS.
Dewan komisaris melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka
waktu paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal
permintaan penyelenggaraan RUPS diterima. Dalam hal direksi
atau dewan komisaris tidak melakukan pemanggilan RUPS dalam
jangka waktu tersebut di atas, pemegang saham yang meminta
penyelenggaraan RUPS dapat mengajukan permohonannya kepada
Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat
kedudukan Perseroan untuk menetapkan pemberian izin kepada
pengadilan negeri setelah memanggil dan mendengar pemohon,
direksi dan/ atau dewan komisaris, menetapkan pemberian izin
untuk menyelenggarakan RUPS apabila pemohon secara sumir
telah membuktikan bahwa persyaratan telah dipenuhi dan pemohon
mempunyai kepentingan yang wajar untuk menyelenggarakan
RUPS.
Penetapan ketua pengadilan negeri memuat juga mengenai :
(1) Bentuk RUPS, mata acara RUPS sesuai dengan permohonan
pemegang saham, jangka waktu pemanggilan RUPS, serta
penunjukan ketua rapat, sesuai dengan atau tanpa terikat pada
ketentuan undang-undang ini atau anggaran dasar; dan/atau
(2) Perintah yang mewajibkan direksi dan/atau dewan komisaris untuk
hadir dalam RUPS.
(3) Penetapan ketua pengadilan negeri mengenai pemberian izin
tersebut bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap atau
merupakan instansi pertama dan terakhir.45
5) Hak menghadiri RUPS
Salah satu hak yang cukup penting bagi pemegang saham adalah
menghadiri RUPS. Dalam Pasal 85 UUPT dijelaskan sebagai berikut :
(1) Pemegang saham dengan hak suara yang sah, baik sendiri maupun
diwakili berdasarkan surat kuasa tertulis berhak menghadiri RUPS
dan menggunakan hak suaranya sesuai dengan jumlah saham yang
dimilikinya;
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi
pemegang saham dan saham tanpa hak suara;
(3) Dalam pemungutan suara, suara yang dikeluarkan oleh pemegang
saham berlaku untuk seluruh saham yang dimilikinya dan
pemegang saham tidak berhak memberikan kuasa kepada lebih dan
seorang kuasa untuk sebagian dan jumlah saham yang dimilikinya
dengan suara yang berbeda;
(4) Dalam pemungutan suara, anggota direksi, anggota dewan
komisaris, dan karyan perseroan yang bersangkutan dilarang
bertindak sebagai kuasa dan pemegang saham sebagaimana
dimaksud pada ayat (1);
(5) Dalam hal pemegang saham hadir sendiri dalam RUPS, surat kuasa
yang telah diberikan tidak berlaku untuk rapat tersebut;
Saham juga memberikan hak kepada pemiliknya untuk :46
(a) Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;
(b) Menerima