• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS YURIDIS PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PENGALIHAN SAHAM PERSEROAN MELALUI PERJANJIAN JUAL

BELI SAHAM (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

110200224

FEBRI ANDISTA HASIBUAN

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS YURIDIS PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PENGALIHAN SAHAM PERSEROAN MELALUI PERJANJIAN JUAL

BELI SAHAM (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 2678 K/Pdt/2011)

Oleh :

110200224

FEBRI ANDISTA HASIBUAN

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

NIP. 197501122005012002 Windha, S.H., M.Hum

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.Bismar Nasution,SH,

NIP. 195603291986011001 NIP. 197002012002122001 MH Dr.T.KeizerinaDevi Azwar,SH,CN,M.Hum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

ABSTRAK

ANALISIS YURIDIS PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PENGALIHAN SAHAM PERSEROAN MELALUI PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM (Studi Putusan

Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)

1Febri Andista Hasibuan

**

Bismar Nasution ***

1

Mahasiswa Fakultas Hukum USU

**

Dosen Pembimbing I

***

Dosen Pembimbing II

T. Keizerina Devi Azwar

Saham perseroan dapat dialihkan oleh pemegang saham salah satunya dengan cara jual beli saham. Jual beli saham secara otomatis akan terjadi pengalihan hak atas saham yang diperjualbelikan tersebut. Jual beli menurut pengertian KUHPerdata Pasal 1457 adalah suatu perjanjian atau suatu persetujuan timbal balik antara pihak yang satu selaku penjual yang berjanji untuk menyerahkan suatu barang kepada pihak lain yaitu pembeli. Pasal 56 ayat (1) UUPT dikatakan bahwa pengalihan hak atas saham dalam hal ini melalui jual beli harus dilakukan dengan akta pengalihan hak, baik akta otentik maupun akta di bawah tangan. Para pihak harus tunduk atas segala hal yang diperjanjikan yang tertuang di dalam akta pengalihan. Namun, dewasa ini seringkali pihak penjual saham menyembunyikan informasi mengenai saham yang menjadi objek jual beli yang tidak tercantum di dalam akta jual beli saham sehingga pihak pembeli mengalami kerugian. Hal tersebut dapat menjadi suatu perbuatan melawan hukum karena telah menyalahi syarat-syarat yang terdapat di dalam akta jual beli saham seperti yang dikaitkan dengan putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011. Adapun permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah mengenai bagaimanakah hak kebendaan atas saham perseroan, bagaimanakah aspek hukum pengalihan hak atas saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham, dan bagaimana bentuk-bentuk perbuatan melawan hukum dalam pengalihan hak atas saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham yang terdapat dalam putusan MA No. 2678 K/Pdt/2011.

Metode penelitian yang dipakai untuk menyusun skripsi ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian kepustakaan, yang menggunakan sumber data sekunder, berupa buku-buku, undang-undang, internet, dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

Saham merupakan bukti penyertaan modal seseorang dalam perseroan yang memberikan hak kebendaan bagi pemiliknya. Saham sebagai objek jual beli harus dibuat akta jual belinya yang disepakati oleh pihak yang terkait. Perjanjian jual saham secara harus memenuhi kaidah dari suatu perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Perjanjian jual beli saham ini harus sama-sama saling diuntungkan. Apabila terdapat hal-hal atau informasi mengenai saham perseroan tersebut yang disembunyikan oeh pihak penjual dan tidak diberitahukan kepada pembeli saham sementara perjanjian jual beli sudah dilakukan dan pembayaran sudah terlaksana, maka hal tersebut oleh penjual telah melakukan suatu perbuatan melawan hukum. Suatu perbuatan dikategorikan sebagai melawan hukum memenuhi perbuatan dan merugikan pihak lain. Menurut Pasal 1365 KUHPerdata suatu hal yang dikatakan perbuatan melawan hukum dalam hal ini terkait perjanjian jual beli saham, maka pihak pelaku harus mengganti kerugian baik materiil maupun immateriil karena kesalahannya seperti pada putusan MA No. 2678 K/Pdt/2011.

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Dengan segenap kerendahan hati dan keikhlasan hati penulis panjatkan

puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,

dan ridha-Nya yang begitu besar kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Begitu pula shalawat beiring

salam penulis panjatkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW

(Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad, wa ‘ala sayyidina wa maulana

Muhammad) semoga kita mendapatkan syafaatnya di hari kelak.

Sudah menjadi suatu kewajiban bagi mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara untuk membuat suatu karya ilmiah dalam

menyelesaikan masa kuliahnya. Untuk menyelesaikan masa kuliah dan untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum maka penulis mempersembahkan sebuah

skripsi yang berjudul “Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011).” Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa hasil yang diperoleh masih jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis akan

sangat berterima kasih jika ada kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini kedepan terlebih kepada penulis sendiri.

Di dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah mendapatkan banyak

bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan

(5)

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara,

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH.,MH., DFM selaku Pembantu Dekan II

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

4. Bapak Dr. O.K. Saidin, SH., M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara,

5. Ibu Windha, SH., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

6. Bapak Ramli Siregar, SH., M.Hum selaku Sekretaris Departemen Hukum

Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

7. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., MH selaku Pembimbing I yang

telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bantuan,

bimbingan, dan arahan kepada penulis pada saat penulisan skripsi,

8. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH.,CN.,M.Hum selaku Pembimbing II

yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bantuan,

bimbingan, dan arahan kepada penulis pada saat penulisan skripsi,

9. Bapak Dr. Mahmud Mulyadi, SH., M.Hum selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah memberikan banyak masukan selama masa

perkuliahan,

10.Bapak/Ibu Dosen Staf Pengajar yang telah banyak memberikan ilmu

(6)

pegawai yang telah memberikan pelayanan dengan baik selama

perkuliahan,

11.Kepada orang tuaku tercinta yang menjadi penyemangat hidup penulis,

Bapak Ali Irsan Hasibuan dan Mamak Rosnani. Terima kasih tak

terhingga atas segala doa, dukungan, kesabaran dan segala pemberian baik

materil maupun moril yang telah diberikan selama ini. Nothing can change

you both in this whole world, I love you the most,

12.Abang dan adikku tercinta Alfian Syah Putra Hasibuan, ST, dan Tri Satria

Darmawan Hasibuan. Terima kasih tak terhingga atas segala doa,

dukungan, dan bantuannya selama ini. I love you the most, my brother.

Begitu pula dengan seluruh keluarga besar yang telah memberikan banyak

doa kepada penulis selama ini,

13.Buat sahabat-sahabatku David Parulian Sinurat, Vonny Fransisca

Simarmata, Miftahul Rahmah, Abdel Khalish, Abdul Rasyid Mustafa,

Hirmawaty Fanny, Marni Novita, Ahmad Husein Pan Harahap,

Rahmansyah Putra, Rika Hanifah, Christy Pratami, Susan Oktaviana,

Arius Prima, Pranto Situmorang, Satria Waruwu, Happy Day, Dayana,

Ezra Sipayung, Juantha Barus, Fetricya Naomi, Dian Julia, Yuliana

Siregar, teman-teman Grup E Stambuk 2011, dan seluruh teman-teman

IMAHMI Departeman Hukum Ekonomi Stambuk 2011 Fakultas Hukum

Sumatera Utara. Terima kasih buat semua kebersamaannya selama ini.

14. Buat sahabat-sahabatku Parsidikalang , ISOTOP dan LIQUID Ibrahim

(7)

Yohana, Pasu, Peniel, Sara, Mino, Sartika, Miss Endang, Cokro, Susi,

Peniel dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima Kasih

atas dukungan dan kekompakannya selama ini.

15.Seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih atas semua partisipasi dari

berbagai pihak yang telah membantu, dan penulis juga meminta maaf apabila

masih ada pihak yang mendukung penulis tetapi belum sempat dimuat namanya.

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 9 Maret 2015

Penulis,

Febri Andista Hasibuan

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………...………i

KATA PENGANTAR………ii

DAFTAR ISI……… vii

BAB I PENDAHULUAN ………..1

A. Latar Belakang ………1

B. Rumusan Masalah ………...6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ………7

D. Keaslian Penulisan ………..8

E. Tinjauan Kepustakaan ………9

F. Metode Penelitian ………..15

G. Sistematika Penulisan ………18

BAB II HAK KEBENDAAN ATAS SAHAM DALAM PERSEROAN………21

A. Pengertian dan Konsep Yuridis Saham ………21

B. Saham Sebagai Benda Bergerak ………...25

C. Bukti dan Hak Kepemilikan Saham ………..32

D. Klasifikasi Saham ……….46

E. Hak Pemegang Saham Atas Saham Yang Dimilikinya Dalam Hal Pengalihan Saham Perseroan ……….58

BAB III ASPEK HUKUM PENGALIHAN SAHAM PERSEROAN ME- LALUI PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM………..63

A. Konsep Perjanjian ………63

(9)

C. Syarat dan Tata Cara Pengalihan Saham Perseroan ………87

D. Pengalihan Hak Atas Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham ………..94

BAB IV PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PENGALI- HAN SAHAM PERSEROAN MELALUI PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/ Pdt/2011 ) ……….100

A. Aspek Yuridis Perbuatan Melawan Hukum ( Onrechtmatige Daad ) Dalam Perjanjian Jual Beli Saham Terkait Proses Pengalihan Saham Perseroan ………...100

B. Perlindungan Hukum Terhadap Pihak Yang Dirugikan Atas Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham ….106 C. Bentuk-bentuk Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/ Pdt/2011 ) ……….112

1. Kasus Posisi ………112

2. Analisis Putusan ………..123

BAB V PENUTUP ………134

A. KESIMPULAN ………134

B. SARAN ………136

(10)

ABSTRAK

ANALISIS YURIDIS PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PENGALIHAN SAHAM PERSEROAN MELALUI PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM (Studi Putusan

Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)

1Febri Andista Hasibuan

**

Bismar Nasution ***

1

Mahasiswa Fakultas Hukum USU

**

Dosen Pembimbing I

***

Dosen Pembimbing II

T. Keizerina Devi Azwar

Saham perseroan dapat dialihkan oleh pemegang saham salah satunya dengan cara jual beli saham. Jual beli saham secara otomatis akan terjadi pengalihan hak atas saham yang diperjualbelikan tersebut. Jual beli menurut pengertian KUHPerdata Pasal 1457 adalah suatu perjanjian atau suatu persetujuan timbal balik antara pihak yang satu selaku penjual yang berjanji untuk menyerahkan suatu barang kepada pihak lain yaitu pembeli. Pasal 56 ayat (1) UUPT dikatakan bahwa pengalihan hak atas saham dalam hal ini melalui jual beli harus dilakukan dengan akta pengalihan hak, baik akta otentik maupun akta di bawah tangan. Para pihak harus tunduk atas segala hal yang diperjanjikan yang tertuang di dalam akta pengalihan. Namun, dewasa ini seringkali pihak penjual saham menyembunyikan informasi mengenai saham yang menjadi objek jual beli yang tidak tercantum di dalam akta jual beli saham sehingga pihak pembeli mengalami kerugian. Hal tersebut dapat menjadi suatu perbuatan melawan hukum karena telah menyalahi syarat-syarat yang terdapat di dalam akta jual beli saham seperti yang dikaitkan dengan putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011. Adapun permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah mengenai bagaimanakah hak kebendaan atas saham perseroan, bagaimanakah aspek hukum pengalihan hak atas saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham, dan bagaimana bentuk-bentuk perbuatan melawan hukum dalam pengalihan hak atas saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham yang terdapat dalam putusan MA No. 2678 K/Pdt/2011.

Metode penelitian yang dipakai untuk menyusun skripsi ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian kepustakaan, yang menggunakan sumber data sekunder, berupa buku-buku, undang-undang, internet, dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

Saham merupakan bukti penyertaan modal seseorang dalam perseroan yang memberikan hak kebendaan bagi pemiliknya. Saham sebagai objek jual beli harus dibuat akta jual belinya yang disepakati oleh pihak yang terkait. Perjanjian jual saham secara harus memenuhi kaidah dari suatu perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Perjanjian jual beli saham ini harus sama-sama saling diuntungkan. Apabila terdapat hal-hal atau informasi mengenai saham perseroan tersebut yang disembunyikan oeh pihak penjual dan tidak diberitahukan kepada pembeli saham sementara perjanjian jual beli sudah dilakukan dan pembayaran sudah terlaksana, maka hal tersebut oleh penjual telah melakukan suatu perbuatan melawan hukum. Suatu perbuatan dikategorikan sebagai melawan hukum memenuhi perbuatan dan merugikan pihak lain. Menurut Pasal 1365 KUHPerdata suatu hal yang dikatakan perbuatan melawan hukum dalam hal ini terkait perjanjian jual beli saham, maka pihak pelaku harus mengganti kerugian baik materiil maupun immateriil karena kesalahannya seperti pada putusan MA No. 2678 K/Pdt/2011.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perekonomian yang diselenggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi

dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan

lingkungan, kemandirian, serta menjaga dengan keseimbangan kemajuan dan

kesatuan ekonomi nasional perlu didukung oleh lembaga perekonomian yang

kokoh dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, untuk

lebih meningkatkan pembangunan perekonomian nasional dan sekaligus

memberikan landasan yang kokoh bagi dunia usaha dalam menghadapi

perkembangan perekonomian dunia dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknolo

gi pada era globalisasi sekarang dan akan terus berlanjut pada masa mendatang,

juga perlu dukungan lembaga perseroan terbatas yang dapat menjamin

terselenggaranya iklim dunia usaha yang kondusif yang tentunya digerakkan

dalam kerangka yang kokoh dari undang-undang yang mengatur tentang

perseroan terbatas.2

Kehadiran perseroan terbatas sebagai bentuk badan usaha dalam

kehidupan sehari-hari tidak lagi dapat diabaikan. Tidak berlebihan bila dikatakan

bahwa kehadiran perseroan terbatas sebagai salah satu sarana untuk melakukan

kegiatan ekonomi sudah menjadi suatu keniscayaan yang tidak dapat

ditawar-tawar. Praktik bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha, baik itu pedagang,

2

(12)

industrialis, investor, kontraktor, distributor, banker, perusahaan asuransi, pialang,

agen dan lain sebagainya tidak lagi dipisahkan dari kehadiran perseroan terbatas.3

Perseroan Terbatas (PT) merupakan bentuk usaha kegiatan ekonomi yang

paling disukai saat ini, di samping karena pertanggung jawabannya yang bersifat

terbatas juga memberikan kemudahan bagi pemilik (pemegang saham) untuk

mengalihkan perusahaannya (kepada setiap orang) dengan menjual seluruh saham

yang dimilikinya pada perusahaan tersebut.

Kata “perseroan” menunjuk kepada modalnya yang terdiri atas sero

(saham). Sedangkan kata “terbatas” menunjuk kepada tanggung jawab pemegang

saham yang tidak melebihi nilai nominal saham yang diambil bagian dan

dimilikinya.

4

Saham adalah bukti kepemilikan atas sejumlah modal dalam suatu

perseroan terbatas. Demikian yang dirumuskan dalam Pasal 51 Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut dengan

UUPT).5

3

Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan Terbatas (Jakarta: Aksara, 2014), hlm. 1.

4

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hlm.1.

5

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab, Bab III, Pasal 51 “Pemegang saham diberi bukti pemilikan saham untuk saham yang dimilikinya.”

Saham merefleksikan sesuatu hak yang merupakan benda yang dapat

dikuasai dengan hak milik, yang memiliki wujud konkrit, yang dapat dilihat dan

dikuasai secara fisik oleh setiap pemegang saham dalam suatu perseroan terbatas.

(13)

memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang6

Jual beli menurut pengertian yang diberikan oleh undang-undang dalam

hal ini Pasal 1457 KUHPerdata adalah suatu perjanjian atau suatu persetujuan

timbal balik antara pihak yang satu selaku penjual yang berjanji untuk

menyerahkan suatu barang kepada pihak lain, yaitu pembeli, dan pembeli

membayar harga yang telah dijanjikan. Dengan demikian, jual beli dianggap telah

terjadi antara kedua belah pihak seketika setelah para pihak yang bersangkutan

mencapai kata sepakat tentang barang dan harganya, meskipun barang itu belum

diserahkan dan harganya belum dibayar.

sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7

Penjualan saham akan menyebabkan terjadinya pengalihan hak atas saham

dari penjual kepada pembeli saham. Selanjutnya pengalihan hak atas saham Pasal 613 KUHPerdata menjelaskan bahwasanya saham ditempatkan

sebagai barang bergerak dan penyerahannya (levering) dilakukan dengan akta

otentik ataupun di bawah tangan dengan mana hak-hak atas kebendaan saham itu

dilimpahkan kepada orang lain. Pasal 56 angka 1 UUPT dikatakan bahwa

pengalihan hak atas saham dilakukan dengan akta pengalihan. Berdasarkan

keterangan yang terdapat dalam KUHPerdata bahwa saham dapat dijadikan

sebagai obyek jual beli namun pengalihan hak atas saham menurut

undang-undang Perseroan Terbatas harus dilakukan dengan akta pengalihan hak, baik akta

otentik maupun akta di bawah tangan.

6

Instansi yang berwenang adalah instansi yang berdasarkan undang-undang berwenang mengawasi perseroan yang melakukan kegiatan usahanya di bidang tertentu. Misalnya Otoritas Jasa Keuangan berwenang mengawasi perseroan terbatas di bidang perbankan.

7

(14)

tersebut harus dilakukan berdasarkan akta pengalihan hak atas saham atau akta

pemindahan hak yang dapat dibuat di hadapan Notaris maupun akta bawah tangan

(Penjelasan Pasal 56 Ayat (1) UUPT). Kemudian para pihak dalam proses

pengalihan hak atas saham ini diharuskan untuk menyampaikan akta tersebut atau

salinannya secara tertulis kepada perseroan (Pasal 56 Ayat (2) UUPT) dan

kemudian direksi perseroan berkewajiban untuk melakukan pencatatan mengenai

perubahan susunan pemegang saham yang terjadi akibat pengalihan hak atas

saham tersebut serta memberikan pemberitahuan kepada Menteri Hukum dan

HAM (Pasal 56 Ayat (3) UUPT).

Pengalihan saham melalui jual beli saham tidak terlepas dengan adanya

perikatan yang terjadi diantara kedua belah pihak yang terlibat. Jual beli sebagai

suatu perjanjian konsensuil, artinya ia sudah dilahirkan sebagai suatu perjanjian

yang sah (mengikat atau mempunyai kekuatan hukum) pada detik tercapainya

sepakat antara penjual dan pembeli mengenai unsur-unsur yang pokok yaitu

barang dan harga baik jual beli itu mengenai barang bergerak maupun barang

tidak bergerak.

Saham yang menjadi objek yang diperjualbelikan oleh pihak yang

mengadakan perjanjian jual beli sama dengan perjanjian biasanya dimana harus

terpenuhinya syarat-syarat sah perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1320

KUHPerdata, yakni :

1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri;

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

(15)

4. Sebab yang halal.

Keempat syarat ini merupakan syarat pokok bagi setiap perjanjian, artinya

perjanjian adalah sah, jika memenuhi keempat syarat tersebut. Dengan demikian,

perjanjian tersebut berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya (Pasal 1338 KUHPerdata).

Berdasarkan keempat syarat tersebut dapat dibedakan atas 2 (dua)

golongan, yaitu:8

a. Syarat pertama dan kedua disebut sebagai syarat subyektif, karena menyangkut

orang atau person yang melakukan perjanjian. Dalam perjanjian jual beli

artinya terdapat pihak yang mengikatkan diri yaitu penjual dan pembeli.

b. Syarat ketiga dan keempat disebut sebagai syarat obyektif, karena mengenai

perbuatan yang diperjanjikan. Dalam perjanjian jual beli di sini artinya ada

obyek yang diperjanjikan berdasarkan kesepakatan para pihak yaitu saham.

Segala kesepakatan mengenai perjanjian jual beli saham untuk

mengalihkan hak milik atas saham tersebut dimuat dalam akta perjanjian jual beli.

Akta perjanjian jual beli tersebut dapat tercantum mengenai kesepakatan harga

yang dibuat oleh para pihak, mengenai waktu pembayaran, penyerahan objek jual

beli saham, mengenai pilihan hukum (choice of law) penyelesaian sengketa

apabila terjadi di kemudian hari, dan hal-hal terkait lainnya yang mengenai proses

pengalihan saham. Apabila salah satu pihak baik itu penjual maupun pembeli

melanggar ketentuan yang terdapat di dalam akta perjanjian jual beli saham dan

mengakibatkan salah satu pihak mengalami kerugian, maka hal tersebut telah

8

(16)

melanggar kesepakatan yang telah diperbuat dan dapat diajukan gugatan

mengenai perbuatan melawan hukum.

Terkait dengan perbuatan melawan hukum khususnya menyangkut

perjanjian jual beli saham ini harus memenuhi unsur-unsur pelanggaran yang telah

diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang menyatakan adanya perbuatan,

perbuatan itu harus melawan hukum, adanya kerugian baik itu kerugian materiil

maupun immateriil, adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan

hukum itu dengan kerugian yang dialami, dan adanya kesalahan (schuld) seperti

yang terjadi berdasarkan Studi Kasus pada Putusan Mahkamah Agung No. 2678

K/Pdt/2011. Untuk itu, penulis merasa hal tersebut menjadi kajian menarik untuk

diteliti dalam penulisan skripsi yang diberi judul “Analisis Yuridis Perbuatan

Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual

Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011).”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut sebelumnya, dalam penelitian ini akan dibahas

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah hak kebendaan atas saham dalam suatu perseroan ?

2. Bagaimana aspek hukum pengalihan saham perseroan melalui perjanjian jual

beli saham ?

3. Bagaimanakah bentuk perbuatan melawan hukum dalam pengalihan saham

perseroan melalui perjanjian jual beli saham (studi putusan Mahkamah Agung

(17)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui hak kebendaan atas saham dalam suatu perseroan.

2. Untuk mengetahui aspek hukum pengalihan saham perseroan melalui

perjanjian jual beli saham.

3. Untuk mengetahui bentuk perbuatan melawan hukum dalam pengalihan

saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham yang dianalisis melalui

studi putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011.

Adapun yang menjadi manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Memberikan pengetahuan yang besar bagi penulis sendiri mengenai kasus

perbuatan melawan huku dalam pengalihan saham perseroan melalui

perjanjian jual beli saham serta dalam pembangunan ilmu pengetahuan dalam

bidang hukum ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan pengalihan hak

atas saham perseroan.

2. Manfaat praktis

a. Memberikan kontribusi terhadap masyarakat dan pelaku bisnis untuk

dapat mengetahui mengenai perbuatan melawan hukum dalam pengalihan

saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham;

b. Memberikan masukan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

khususnya terhadap hukum perusahaan dan juga memberikan pemahaman

pada pihak terkait seperti; praktisi hukum, praktisi legal corporate, dan

(18)

D. Keaslian Penulisan

Skripsi dengan judul “Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam

Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan

Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)” ini disusun berdasarkan pengumpulan

bahan-bahan baik berupa bahan pustaka, literatur, undang-undang, maupun

peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan permasalahan

yang diangkat dalam penulisan skripsi ini.

Untuk mengetahui keaslian penulisan, penulis sebelumnya sudah

melakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada catalog

skripsi departemen hukum ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

dan tidak menemukan judul yang sama. Melalui surat tertanggal 15 Desember

2014 yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara/ Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa judul skripsi ini belum

pernah ditulis oleh orang lain di lingkungan Universitas Sumatera Utara maupun

di lingkungan universitas/ perguruan tinggi lainnya dalam wilayah Republik

Indonesia. Apabila dikemudian hari, ternyata terdapat judul yang sama atau telah

ditulis oleh orang lain dalam berbagai tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini

dibuat, maka hal tersebut dapat dimintakan pertanggungjawaban.

E. Tinjauan Kepustakaan

Adapun yang menjadi kerangka studi atau tinjauan kepustakaan dalam

(19)

1. Saham

Saham adalah surat berharga yang menyatakan bahwa pemiliknya

mempunyai andil dalam memodali perusahaan. Besarnya andil ini tergantung dari

jumlah uang yang disetor atau setara utang lainnya, misalnya karena keahliannaya

seseorang dianggap telah menyetor uang setara dengan keahliannya tersebut.

Sedangkan besarnya jumlah saham secara keseluruhan tergantung kesepakatan

pada saat pendirian perseroan.9

Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 24/32 tanggal 12 Agustus

1991 tentang Kredit Kepada Perusahaan Sekuritas dan Kredit dengan Agunan

Saham, dalam Pasal 1 butir c dinyatakan bahwa saham adalah surat bukti

pemilikan suatu Perseroan Terbatas (PT), baik yang diperjualbelikan di pasar

modal maupun yang tidak. Sedangkan saham menurut Kamus Bank Indonesia

adalah surat bukti kepemilikan atau bagian modal suatu Perseroan Terbatas yang

dapat diperjualbelikan, baik di dalam maupun di luar pasar modal yang

merupakan klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan dan memberikan hak

atas dividen sesuai dengan bagian modal.10

Saham itu tidak harus dikeluarkan, artinya dapat dikeluarkan atau tidak.

Jika saham itu dikeluarkan, saham itulah satu-satunya alat pembuktian bagi

perseroan atau pemegang saham. Jika tidak, daftar persero yang biasanya ada di

kantor perseroan dapat diakui alat pembuktian bagi persero. Kutipan dari daftar

persero yang ditandatangani oleh Direksi dapat pula dipakai sebagai bukti turut

sertanya seseorang dalam perseroan. Kalau saham itu dikeluarkan atas nama,

9

Sawidji Widiatmodjo, Seri Membuat Uang Bekerja Untuk Anda Cara Cepat Memulai Investasi Saham (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004), hlm. 39

10

(20)

nama pembeli ditulis dalam surat saham yang merupakan bukti bagi

pemegangnya.11 Saham mempunyai tiga fungsi utama, yaitu :12

a. Saham sebagai bagian dari modal. Pada dasarnya, saham itu merupakan

modal yang sering dibaca dalam akta pendirian Perseroan Terbatas.

Karena itu, dapat dikatakan bahwa setiap saham merupakan bagian dari

modal yang menjelma dalam harga saham;

b. Saham sebagai tanda anggota. Setiap orang yang akan ikut serta sebagai

anggota dalam kerja sama dalam Perseroan Terbatas diwajibkan untuk

memberikan pemasukan sejumlah uang sebagai inbreng ke dalam

Perseroan Terbatas. Pemasukan inilah yang diperhitungkan dalam bentuk

saham. Nominal uang pemasukan itu tercantum sama dalam saham.

Dengan dimilikinya saham menunjukkan bahwa orang tersebut adalah

anggota yang disebut persero dan sebagai bukti diberikanlah saham

sebagai tanda anggota;

c. Saham sebagai alat legitimasi, saham merupakan suatu surat yang

menunjuk kepada pemegangnya sebagai orang yang berhak.

Saham sebagai benda bergerak sewaktu-waktu dapat dialihkan oleh

pemegang saham kepada pihak lain dengan suatu perbuatan hukum, salah satunya

melalui perjanjian jual beli saham. Pengalihan kepemilikan saham dalam jual beli

saham diatur dalam Pasal 56 UUPT yang menyebutkan bahwa pemindahan hak

atas saham dilakukan dengan akta pemindahan hak.

11

Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas (Bandung: Alumni, 2004), hlm. 102 (Selanjutnya disebut Rachmadi Usman I).

(21)

2. Perjanjian

Charles L. Knapp dan Nathan M. Crystal menyatakan, perjanjian adalah

suatu persetujuan antara dua orang atau lebih, tidak hanya memberikan

kepercayaan tetapi secara bersama-sama saling pengertian untuk melakukan

sesuatu pada masa mendatang oleh seseorang atau keduanya dari mereka.13

R. Subekti menyatakan, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana ada

seorang berjanji kepada orang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk

melaksanakan suatu hal.14

M. Yahya Harahap mengatakan, perjanjian adalah suatu hubungan hukum

kekayaan harta benda antara dua orang atau lebih yang member kekuatan hak

pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak

lain untuk menunaikan prestasi. Dari pengertian ini dapat dijumpai beberapa

unsure antara lain hubungan hukum (rechtsbetrekking) yang menyangkut hukum

kekayaan antara dua orang atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan

kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi. Unsur-unsur yang tercantum dua

orang dalam definisi di atas, yaitu:15

a. Hubungan hukum

Hubungan hukum merupakan hubungan yang menimbulkan akibat hukum.

Dimana akibat hukum di sini adalah timbulnya hak dan kewajiban.

13

Salim, H.S., Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Cet. 1 (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), hlm. 16 (Selanjutnya disebut Salim H.S. I).

14

Syahmin, Hukum Kontrak Internasional, Cet, 1 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 1.

15

(22)

b. Subjek hukum

Subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban.

c. Prestasi

Prestasi terdiri atas melakukan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat

sesuatu.

d. Di bidang harta kekayaan.

Artinya yang menjadi objek dalam perjanjian adalah sesuatu yang dapat

dinilai dengan uang.

Perjanjian jual beli (menurut B.W.) adalah perjanjian bertimbal balik dalam

mana pihak yang satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas

suatu barang, sedang pihak yang lainnya (si pembeli) berjanji untuk membayar

harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik

tersebut. Perjanjian jual beli tersebut sudah dilahirkan pada detik tercapainya

“sepakat” mengenai barang dan harga. Begitu kedua pihak sudah setuju tentang

barang dan harga, maka lahirlah perjanjian jual beli yang sah.16

Pasal 511 KUHPerdata, menyebutkan saham merupakan benda bergerak

tak berwujud, dalam suatu pengalihan hak atas saham (benda) yang

diperjualbelikan harus disertai dengan adanya suatu penyerahan. Dengan kata lain

hak atas benda (saham) yang diperjualbelikan belum beralih dari penjual kepada

pembeli, hak milik atas benda itu baru beralih setelah adanya penyerahan. Pada

umumnya penyerahan (levering) atas pengalihan saham perseroan melalui

16

(23)

perjanjian jual beli berdasarkan Pasal 613 ayat (1) KUHPerdata dilakukan dengan

cara membuat akta otentik atau di bawah tangan (yang dinamakan cessie).17

3. Perbuatan melawan hukum

Akta otentik yang menjadi pedoman kuat dalam hal perjanjian jual beli

saham tersebut, apabila dari pihak penjual maupun pihak pembeli tidak menaati

hal-hal yang tercantum di dalam akta otentik perjanjian jual beli saham tersebut

maka dapat dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum.

Pengaturan tentang melawan hukum dalam KUHPerdata hanya dalam

beberapa pasal saja, sebagaimana juga terjadi di negara-negara yang menganut

sistem Eropa Kontinental lainnya, tetapi kenyataannya menunjukkan bahwa

gugatan perdata yang ada di pengadilan di dominasi oleh gugatan melawan

hukum, di samping gugatan ingkar janji kontrak (wanprestasi).

Perbuatan melawan hukum di sini dimaksudkan adalah sebagai melawan

hukum keperdataan. Di negara-negara Eropa Kontinental, misalnya Belanda

dikenal istilah “Onrechtmatige Daad,” atau di negara-negara Anglo Saxon dikenal

dengan istilah “tort”. Pengertian perbuatan melawan hukum adalah perbuatan

yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum yang oleh karena salahnya telah

menimbulkan kerugian bagi orang lain. Ilmu hukum dikenal adanya 3 (tiga)

kategori dari perbuatan melawan hukum, yaitu sebagai berikut:

1) Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan (Pasal 1365 KUHPerdata);

2) Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan/tanpa unsur kesengajaan

maupun kelalaian (pasal 1366 KUHPerdata);

17

(24)

3) Perbuatan melawan hukum karena kelalaian (Pasal 1367 KUHPerdata).

Perbuatan melawan hukum menurut M. A. Moegini Djodjodirdjo, adalah:

suatu perbuatan dapat dianggap sebagai perbuatan melawan hukum, kalau

bertentangan dengan hak orang lain atau bertentangan dengan kewajiban

hukumnya sendiri atau bertentangan dengan kesusilaan yang baik atau

bertentangan dengan keharusan yang harus diindahkan dalam pergaulan

masyarakat mengenai orang lain atau benda. Adalah kealpaan berbuat, yang

melanggar hak orang lain atau bertentangan dengan kepatutan yang harus

diindahkan dalam pergaulan masyarakat tentang orang lain atau barang. M.A.

Moegini Djodjodirdjo, menjelaskan yang dimaksud:18

a. Bertentangan dengan hak orang lain adalah bertentangan dengan

kewenangan yang berasal dari suatu kaidah hukum, dimana yang diakui

dalam yurisprudensi, diakui adalah hak-hak pribadi seperti hak atas

kebebasan, hak atas kehormatan, dan hak atas kekayaan;

b. Bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri adalah berbuat atau

melalaikan dengan bertentangan dengan keharusan atau larangan yang

ditentukan dalam peraturan perundang-undangan;

c. Melanggar kesusilaan yang baik adalah perbuatan atau melalaikan sesuatu

yang bertentangan dengan norma-norma kesusilaan, sepanjang norma

tersebut oleh pergaulan hidup diterima sebagai peraturan peraturan hukum

yang tidak tertulis;

18

(25)

d. Bertentangan dengan peraturan yang diindahkan adalah bertentangan

dengan sesuatu yang menurut hukum tidak tertulis harus diindahkan dalam

lalu lintas masyarakat.

F. Metode Penelitian

Soerjono Soekanto menyebutkan bahwa penelitian dimulai ketika

seseorang berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara sistematis

dengan metode dan teknik tertentu yang bersifat ilmiah, artinya bahwa metode

atau teknik yang digunakan tersebut bertujuan untuk satu atau beberapa gejala

dengan jalan menganalisanya dan dengan mengadakan pemeriksaan yang

mendalam terhadap fakta tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu

pemecahan atas masalah yang ditimbulkan faktor tersebut.19

1. Spesifikasi penelitian

Penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah

bersifat deskriptif yang mengacu kepada penelitian hukum normatif yaitu

menguji, mengkaji ketentuan-ketentuan mengenai perbuatan melawan hukum

yang dilakukan dalam pengalihan saham perseroan melalui perjanjian jual beli

saham. Adapun metode pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan

yuridis.

Penelitian yuridis normatif dapat dikatakan juga dengan penelitian

sistematik hukum sehingga bertujuan mengadakan identifikasi terhadap

pengertian-pengertian pokok/dasar dalam hukum, yakni masyarakat hukum,

19

(26)

subyek hukum, obyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum dan hubungan

hukum.20

2. Data penelitian

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.21

a. Bahan hukum primer

Sumber data

dapat dari data primer dan data sekunder. Sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sumber data sekunder, dimana data yang diperoleh secara

tidak langsung.

Yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang

berwenang. Dalam tulisan ini diantaranya Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata (KUHPerdata), Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia (PERMENKUMHAM RI) No. 4 Tahun 2014 tentang

Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan

Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan

Terbatas, Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011, dan

peraturan-peraturan lainnya.

b. Bahan hukum sekunder

Yaitu semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang

hukum perjanjian jual beli dan kegiatan dalam pengalihan saham

perseroan seperti buku-buku, karya-karya ilmiah serta tulisan yang ada

20

Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cetakan ketigabelas (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 15.

21

(27)

hubunganna dengan permasalahan yang diajukan dalam penulisan skripsi

ini.

c. Bahan hukum tertier

Yaitu berupa bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti Kamus

Hukum dan Kamus Bahasa Indonesia dan lain sebagainya.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

adalah dengan studi dokumen dengan penelusuran pustaka (library research)

yaitu mengumpulkan data dari informasi dengan bantuan buku, karya ilmiah, dan

juga peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan materi penelitian.

Menurut M. Nazil dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian, dikemukakan

bahwa studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan

studi penelaahan terhadap buku-buku, literature-literatur, catatan-catatan dan

laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.22

4. Analisis Data

Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder menyajikan data

berikut dengan analisisnya.23

Metode penarikan kesimpulan pada dasarnya ada dua, yaitu metode

penarikan kesimpulan secara deduktif dan induktif. Metode penarikan kesimpulan

secara deduktif adalah suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui Metode analisis data yang dilakukan adalah dengan

metode kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara deduktif.

22

M. Nazil, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 111.

23

(28)

dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih

khusus.24 Metode penarikan kesimpulan secara induktif adalah proses berawal dari

proposisi-proposisi khusus (sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada

kesimpulan (pengetahuan baru) berupa asas umum.25

G. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini akan dibagi menjadi lima bab untuk

mempermudah penulisan dan penjabaran dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini dikemukakan tentang latar belakang, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan

kepustakaan, metode penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II HAK KEBENDAAN ATAS SAHAM DALAM PERSEROAN

Bab ini akan dipaparkan mengenai hak kebendaan atas saham

dalam perseroan. Bab ini berisikan tentang pengertian dan konsep

yuridis saham, saham sebagai benda bergerak, bukti dan hak

kepemilikan saham, klasifikasi saham, serta hak pemegang saham

atas saham yang dimilikinya dalam hal pengalihan saham

perseroan.

24

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 11.

25

(29)

BAB III ASPEK HUKUM PENGALIHAN SAHAM PERSEROAN

MELALUI PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM

Bab ini akan dipaparkan mengenai bagaimana aspek hukum

pengalihan saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham.

Bab ini berisikan mengenai konsep perjanjian, asas-asas hukum

perjanjian jual beli, syarat dan tata cara pengalihan saham

perseroan, serta pengalihan hak atas saham perseroan melalui

perjanjian jual beli saham.

BAB IV PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PENGALIHAN

SAHAM PERSEROAN MELALUI PERJANJIAN JUAL BELI

SAHAM (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)

Bab ini akan dipaparkan mengenai bagaimana bentuk-bentuk

perbuatan melawan hukum yang terjadi dalam hal pengalihan

saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham berdasarkan

kasus yang terjadi berdasarkan putusan Mahkamah Agung No.

2678 K/Pdt/2011. Bab ini berisikan mengenai aspek hukum

perbuatan melawan hukum dalam perjanjian jual beli saham terkait

proses pengalihan saham, perlindungan hukum terhadap pihak yang

dirugikan atas perbuatan melawan hukum dalam pengalihan saham

perseroan melalui perjanjian jual beli saham, serta bentuk-bentuk

perbuatan melawan hukum dalam pengalihan saham perseroan

(30)

Agung tersebut, yang dilengkapi dengan kasus posisi serta analisis

putusan.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan yang dikemukakan berdasarkan

permasalahan yang telah dibahas dan di analisis, dalam bab ini juga

dikemukakan berbagai saran dari penulis atas penelitian yang

(31)

BAB II

HAK KEBENDAAN ATAS SAHAM PERSEROAN

A. Pengertian dan Konsep Yuridis Saham

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas tidak

memberikan pengertian dari saham. Dalam undang-undang hanya disebutkan

bahwa modal dasar perseroan terbatas terdiri atas seluruh nilai nominal saham.

Saham merupakan bukti penyertaan modal seseorang dalam sebuah

perusahaan, pengertian ini terlihat dari bunyi Pasal 1 angka 1 UUPT yaitu

perseroan terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang

merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan

kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan

memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh undang-undang ini serta peraturan

pelaksanaannya.

Berdasarkan ketentuan tersebut dapat diambil pengertian bahwa saham

merupakan bukti persekutuan modal perusahaan. Hal ini ditegaskan juga oleh M.

Irsan Nasarudin dan Indra Surya dalam bukunya yang mengatakan bahwa saham

pada dasarnya merupakan instrumen penyertaan modal seseorang atau lembaga

dalam sebuah perusahaan.26

Para pemegang saham diberikan bukti kepemilikan atas saham yang

dimilikinya. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 51 UUPT yaitu pemegang saham Ketentuan tersebut sesuai dengan aturan yang

terdapat dalam Pasal 31 Ayat (1) UUPT yang menyatakan modal dasar

perusahaan terdiri atas seluruh nominal saham.

26

(32)

diberi bukti pemilikan saham untuk saham yang dimilikinya. Dalam penjelasan

pasal yang sama diterangkan bahwa pengaturan bentuk bukti pemilikan saham

ditetapkan dalam anggaran dasar sesuai dengan kebutuhan.

Ketentuan lain dalam UUPT tepatnya dalam Pasal 48 Ayat (1) disebutkan

bahwa saham perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya. Jadi, dengan demikian

bukti kepemilikan saham adalah adanya nama yang tertera/tertulis dalam sertifikat

saham yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. Nama yang tercantum dalam

sertifikat saham merupakan bukti bahwa pemilik sertifikat saham itu adalah sesuai

dengan nama yang tercantum.

Selain itu bukti kepemilikan lain, adalah adanya catatan kepemilikan

saham yang dimiliki oleh perusahaan yang mengeluarkan saham yang dibuat oleh

direksi perseroan. Dalam catatan tersebut dapat dilihat pihak-pihak yang memiliki

saham dan hal-hal yang tersangkut dengan saham-saham, misalnya apakah saham

itu dijadikan jaminan utang atau tidak, serta perubahan pemilikan saham dan

klasifikasi sahamnya. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 50 Ayat (1), Ayat (2), dan

Ayat (3) UUPT yang berbunyi:

Ayat (1), direksi perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar

pemegang saham, yang sekurang-kurangnya memuat:

1. Nama dan alamat pemegang saham;

2. Jumlah, nomor, dan tanggal perolehan saham yang dimiliki pemegang saham,

dan klasifikasinya dalam hal dikeluarkan lebih dari satu klasifikasi;

(33)

4. Nama dan alamat dari orang perseorangan atau badan hukum yang

mempunyai hak gadai atas saham atau sebagai penerima jaminan fidusia

saham dan tanggal perolehan hak gadai atau tanggal pendaftaran jaminan

fidusia tersebut;

5. Keterangan penyetoran saham dalam bentuk lain sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 34 ayat (2).

Ayat (2), selain daftar pemegang saham sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), direksi perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar khusus yang

memuat keterangan mengenai saham anggota direksi dan dewan komisaris beserta

keluarganya dalam perseroan dan/atau pada perseroan lain serta tanggal saham itu

diperoleh.

Ayat (3), dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dicatat pula setiap perubahan kepemilikan

saham.

Saham haruslah memiliki nilai nominal. Ini berlaku mutlak, karena UUPT

melarang suatu perusahaan untuk menerbitkan saham tanpa nilai nominal. Namun

demikian, tidak ada ketentuan berapa nilai nominal untuk masing-masing saham

tersebut. Jadi, untuk satu saham dapat mempunyai nilai nominal misalnya Rp

1000,- , Rp 5000,- , dan sebagainya. Kecuali untuk perusahaan terbuka dimana

nilai nominal sahamnya sudah ditentukan oleh peraturan di bidang pasar modal

dan harus seragam untuk semua perusahaan.27

27

(34)

Batas minimal modal yang ditentukan dalam pendirian perseroan terbatas

adalah Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Namun apabila sebuah perseroan

terbatas hendak melakukan penawaran umum di pasar modal maka

persyaratannya adalah sahamnya harus dimiliki sekurang-kurangnya Rp

300.000.000.000,- (tiga ratus milyar rupiah). Jadi apabila perseroan tertutup akan

menambah modalnya melalui pasar modal maka harus memenuhi persyaratan

tersebut jika tidak maka perusahaan tersebut tidak dapat melakukan penawaran

umum. Adapun ketentuan yang mengatur pengurangan saham antara lain:28

a. Saham perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya. Perseroan hanya

diperkenankan mengeluarkan saham atas nama pemiliknya dan perseroan

tidak boleh mengeluarkan saham atas tunjuk.

b. Persyaratan kepemilikan saham dapat ditetapkan dalam anggaran dasar

dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang

berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Persyaratan kepemilikan saham sebagaimana dimaksud pada poin ke-2, telah

ditetapkan dan tidak dipenuhi, pihak yang memperoleh kepemilikan saham

tersebut tidak dapat menjalankan hak selaku pemegang saham dan saham

tersebut tidak diperhitungkan dalam kuorum yang harus dicapai sesuai

dengan ketentuan UUPT dan/ atau anggaran dasar.

Nilai nominal saham dalam Pasal 49 UUPT dikatakan:29

1) Nilai saham harus dicantumkan dalam mata uang rupiah.

28

Nindyo Pramono, Hukum Bisnis Aktual (bunga rampai) (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006), hlm. 135.

29

(35)

2) Saham tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan.

3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak menutup kemungkinan

diaturnya pengeluaran saham tanpa nilai nominal dalam peraturan

perundang-undangan di bidang pasar modal.

Perkembangan saham tanpa nilai nominal ini menjadi instrumen bursa

pasar modal yang sangat likuid di Amerika, khususnya sebagai instrument

lembaga mutual fund atau investment fund semacam reksa dana di pasar modal.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah

mengintrodusir saham tanpa nilai nominal dalam lembaga reksa dana yang

berbentuk perseroan.30

B. Saham Sebagai Benda Bergerak

1. Penggolongan Benda

Mengacu pada KUHPerdata, benda itu sesuatu dan tiap hak yang dapat

dimiliki oleh seseorang. Di dalam KUHPerdata terdapat beberapa pasal yang

mengatur mengenai kebendaan. Pasal 499 KUHPerdata menurut undang-undang,

barang adalah tiap benda dan tiap hak yang dapat menjadi obyek dari hak milik.

Benda dari segi tetap atau tidaknya dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu:

a. Benda tak bergerak, yang termasuk benda tak bergerak menurut

KUHPerdata, yaitu:31

1) Hak pakai hasil dan hak pakai barang tak bergerak

2) Hak pengabdian tanah

30

Nindyo Pramono, Op. Cit., hlm. 139.

31

(36)

3) Hak numpang karang

4) Hak guna usaha

5) Bunga tanah, baik dalam bentuk uang maupun dalam bentuk barang

6) Hak sepersepuluhan

7) Besar atau pasar yang yang diakui oleh pemerintah dan hak istimewa

yang berhubungan dengan itu

8) Gugatan guna menuntut pengembalian atau penyerahan barang tak

bergerak

b. Benda bergerak yang termasuk benda bergerak, yaitu:32

1) Hak pakai hasil dan hak pakai barang-barang bergerak

2) Hak atas bunga yang dijanjikan, baik bunga yang terus-menerus

maupun bunga cagak hidup

3) Perikatan dan tuntutan mengenai jumlah uang yang dapat ditagih atau

mengenai barang bergerak

4) Bukti saham atau saham dalam persekutuan perdagangan uang,

persekutuan perusahaan, sekalipun barang-barang bergerak yang

bersangkutan dan perusahaan itu merupakan milik persekutuan. Bukti

saham atau saham ini dipandang sebagai barang bergerak, tetapi hanya

terhadap masing-masing peserta saja, selama persekutuan berjalan

5) Saham dalam utang Negara Indonesia, baik yang terdaftar dalam buku

besar maupun sertifikat, surat pengakuan utang, obligasi atau surat

32

(37)

berharga lainnya, beserta kupon atau surat-surat bukti bukti bunga yang

berhubungan dengan itu

6) Sero-sero atau kupon obligasi dari pinjaman lainnya, termasuk juga

pinjaman yang dilakukan Negara-negara asing.

Macam-macam benda berdasarkan keberadaannya dalam KUHPerdata

antara lain dimuat dalam Pasal 503 sampai dengan Pasal 518.

1) Dalam Pasal 503 disebutkan bahwa benda itu ada yang bertubuh dan

ada yang tidak bertubuh

2) Pasal 504 menyebutkan bahwa barang itu ada yang bergerak dan ada

yang tidak bergerak

3) Pasal 505 menyebutkan bahwa barang bergerak ada 2 (dua) macam

yaitu; barang bergerak yang dapat dihabiskan dan tidak dapat

dihabiskan.

4) Dalam Pasal 506-508 disebutkan benda-benda yang tergolong benda tak

bergerak, yaitu:

a) Tanah dan segala apa yang tumbuh dan didirikan di atasnya serta

yang ada di dalamnya

b) Barang-barang pabrik baik yang ada di dalamnya maupun hasil

produksinya

c) Barang-barang rumah dan segala barang yang berhubungan dengan

rumah baik yang menempel maupun yang tidak

d) Barang-barang yang diletakkan pada benda tak bergerak untuk

(38)

e) Sedangkan dalam Pasal 508 disebutkan berbagai macam hak milik.

(pasal ini telah dijelaskan sebelumnya)

2. Saham sebagai benda bergerak dan akibat hukumnya

Pasal 499 KUHPerdata menyebutkan, yang dinamakan dengan kebendaan

adalah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak, yang dapat dikuasai oleh hak milik.

Benda dalam terminologinya secara umum dapat dinyatakan sebagai segala yang

ada di alam yang berwujud atau berjasad. Benda adalah segala sesuatu yang dapat

dikuasai manusia dan dapat dijadikan objek hukum, dan pada umumnya benda

berwujud, harta kekayaan dan hak.33

Hak kebendaan adalah hak mutlak dan tidak dapat diganggu gugat oleh

pihak lainnya.34 Hak kebendaan memberikan kekuasaan atas suatu benda, artinya

hak kebendaan itu tetap berhubungan dengan bendanya, bahkan sekalipun ada

campur tangan dari pihak luar. Dengan demikian, dapat diketahui hak kebendaan

itu termasuk dalam hak keperdataan yang bersifat mutlak/absolut, yang

mengandung arti bahwa seseorang mempunyai kekuasaan langsung atas sesuatu

benda, sehingga hak seseorang atas sesuatu benda tersebut dapat dipertahankan

terhadap siapa pun juga.35

Hak kebendaan memiliki sifat mutlak/absolut yang secara singkat

memiliki pengertian bahwa hak mutlak/absolut tersebut berarti hak itu mengikat

33

Marium Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional (Bandung: PT. Alumni, 2010), hlm. 35.

34

Gunawan Widjaja, Memahami Prinsip Keterbukaan dalam Hukum Perdata (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006), hlm. 242 (Selanjutnya disebut Gunawan Widjaja I).

35

(39)

setiap orang. Adapun ciri-ciri hak kebendaan yang bersifat mutlak/absolut tersebut

sebagai berikut:36

a. Hak kebendaan merupakan hak mutlak/jamak arah, dalam arti dapat

dipertahankan terhadap siapa pun juga;

b. Hak kebendaan mempunyai zaaksgevolg atau droit de suit, artinya hak

tersebut diikuti benda pada siapa hak tersebut berada;

c. Hak kebendaan adalah hal prioritas (yang lebih dahulu) terjadinya, tingkat

hak yang lebih dahulu lebih tinggi dari hak yang terjadi kemudian;

d. Hak kebendaan berupa droit de preference atau hak didahulukan;

e. Pada hak kebendaan orang mempunyai macam-macam aksi sebagai cara

untuk mengatasi gangguan terhadap haknya. Gugatan yang menyangkut

hak kebendaan disebut gugat kebendaan. Misalnya penuntutan kembali

oleh pemilik benda semula atau penuntutan ganti rugi terhadap siapa yang

mengganggu haknya;

f. Pemindahan hak kebendaan itu harus dilakukan secara penuh.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata membagi benda terdiri atas:

1) Benda bergerak

a) Benda berwujud

b) Benda tidak berwujud

2) Benda tidak bergerak

Sesuai dengan sifat tertutup dalam hukum kebendaan, maka pengertian

benda bergerak dan benda tidak bergerak juga telah diatur secara limitatif

36

(40)

sepanjang belum diubah oleh peraturan perundangan lainnya. Benda tidak

bergerak adalah benda yang karena sifatnya tidak dapat dipindahkan atau

berpindah. Dalam KUHPerdata kebendaan yang tidak bergerak ini telah diatur

dalam Pasal 506 sampai dengan Pasal 508. Kemudian yang dimaksud dengan

benda bergerak adalah karena dilihat dari sifatnya yang dapat berpindah atau

dipindahkan (Pasal 509 KUHPerdata).

Saham (sero) menurut Pasal 511 KUHPerdata dianggap sebagai benda

bergerak, hal ini dapat dilihat dari banyaknya literatur yang mengklasifikasikan

Pasal 511 KUHPerdata ini dalam sub bab benda bergerak yang kemudian dapat

dimengerti adalah saham benar-benar bagian dari benda bergerak.

Saham (sero) itu senidiri adalah tanda penyertaan modal pada perseroan

terbaats. Saham adalah suatu bentuk kekayaan yang dimiliki oleh pemilik modal

yang mana suatu saat dapat dipindahkan kepada siapapun sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

Saham dikenal sebagai saham atas nama dan saham atas tunjuk. Saham

atas nama adalah yang mencantumkan nama pemegang atau pemiliknya.

Sedangkan saham atas tunjuk adalah saham yang tidak mencantumkan nama

pemegang atau pemiliknya. Dalam dunia usaha, klasifikasi saham tidak hanya

terbagi menjadi 2 (dua) bagian yakni saham atas nama dan saham atas tunjuk saja

melainkan memiliki banyak varian dengan klasifikasi yang berbeda-beda.

Contohnya adalah dikenalnya saham umu (common stock) dan saham preferen

(preferren stock) atau sering disebut juga saham prioritas.37

37

(41)

Sentral hukum kebendaan adalah hak milik, maka saham dalam Perseroan

juga merupakan bukti kepemilikan. Saham merupakan bukti kepemilikan. Saham

merupakan bukti kepemilikan dari pemodal yang yang menginvestasikannya

dalam Perseroan.

Berdasarkan pemaparan di atas maka dalam hukum kebendaan dapat

dilihat bahwa saham (sero) adalah merupakan benda sehingga termasuk dalam

hukum kebendaan, benda tersebut merupakan benda yang dapat dimiliki oleh

seseorang dan kepemilikannya tersebut bersifat mutlak/absolut, sehingga secara

yuridis saham diakui sebagai benda bergerak tidak berwujud (Pasal 511

KUHPerdata).

Saham (sero) sebagai benda tidak pernah dilepaskan dengan perihal

kepemilikan dan akibat yang timbul dari adanya saham itu sendiri. Dalam Pasal

60 Ayat (1) UUPT dikatakan bahwa saham merupakan benda bergerak dan

memberikan hak menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS, menerima

pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi dan menjalankan hak

lainnya berdasarkan undang-undang perseroan terbatas kepada pemiliknya.38

Adapun akibat dari saham sebagai benda bergerak ini aalah saham dapat

diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia sepanjang tidak ditentukan lain

dalam anggaran dasar (Pasal 60 Ayat (2) UUPT). Saham dapat digadaikan atau

dijadikan jaminan dengan memindahkan barang tersebut dari satu tempat ke

tempat yang lain tanpa harus menghilangkan hak atas kepemilikannya. Namun,

38

(42)

pencatatan akan gadai tersebut diberlakukan demi terciptanya kepastian hukum

atas status sementara saham tersebut berada di tangan pihak lain.

C. Bukti dan Hak Kepemilikan Saham

Saham adalah benda bergerak yang memberikan hak kebendaan bagi

pemiliknya. Hak-hak pemegang saham lahir dari kebendaan tersebut. Saham yang

dimiliki oleh pemegang saham memberikan hak kepada pemegang saham. Pasal

51 UUPT mengatur tentang kewajiban perseroan untuk:

1. Memberi “bukti pemilikan” saham kepada pemegang saham sesuai dengan

jumlah yang dimilikinya,

2. Menurut Penjelasan pasal ini, mengenai pengaturan bentuk bukti pemilikan

saham dapat ditetapkan dalam Anggaran Dasar sesuai dengan kebutuhan.

Saham juga mengandung arti kepemilikan (eigenaar, ownership) yang

bersifat tidak dapat diraba (intangible) yang harus dibuktikan kepemilikannya.

Untuk itulah undang-undang menentukan Perseroan member bukti pemilikan

saham untuk saham yang dimiliki oleh pemegang saham. Pada umumnya, bukti

saham yang diberikan kepada pemegang saham (aandelhouder, shareholder)

berbentuk surat “sertifikat saham” (certificaat van aandelen, depositary receipt

for shares).39

Hak pemilik saham diatur pada Pasal 52 UUPT. Akan tetapi perlu diingat,

hak yang disebut pada pasal ini, dapat dikatakan merupakan hak yang paling

39

(43)

pokok, karena ada lagi berbagai hak yang diatur pada pasal lain.40 Sesuai dengan

ketentuan Pasal 52 Ayat (1), Ayat (2), Ayat (3), Ayat (4), dan Ayat (5) UUPT

mengenai hak kepemilikan saham yang berbunyi:41

a. Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;

Ayat (1), Saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk :

b. Menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi;

c. Menjalankan hak lainnya berdasarkan Undang-Undang ini.

Ayat (2), Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku setelah

saham dicatat dalam daftar pemegang saham atas nama pemiliknya.

Ayat (3), Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan

huruf c tidak berlaku bagi klasifikasi saham tertentu sebagaimana ditetapkan

dalam Undang-Undang ini.

Ayat (4), Setiap saham memberikan kepada pemiliknya hak yang tidak

dapat dibagi.

Ayat (5), dalam hal 1 (satu) saham dimiliki oleh lebih dari 1 (satu) orang,

hak yang timbul dan saham tersebut digunakan dengan cara menunjuk 1 (satu)

orang sebagai wakil bersama.

Adapun hak dan kewajiban yang dimiliki oleh para pemegang saham

antara lain :

a. Hak pemegang saham

1) Hak memesan terdahulu

40

Ibid., 262-263. 41

(44)

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas menjelaskan bila perseroan terbatas menerbitkan saham yang

baru, terlebih dahulu ditawarkan kepada pemegang saham lama secara

seimbang dengan pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang

sama.42

2) Hak mengajukan gugatan ke pengadilan

Dalam rangka memnuhi kewajiban pasal tersebut, maka pihak

manajemen perusahaan menawarkan ke pemegang saham lama.

Sedangkan pihak pemegang saham lama akan melakukan pemesanan

saham yang akan diterbitkan.

Bila pemegang saham melihat tindakan yang dilakukan oleh

RUPS, komisaris, direksi dapat membahayakan kelangsungan

perseroan, maka pemegang saham dapat mengajukan gugatan ke

pengadilan bahwa tindakan yang dilakukan organ PT tersebut dapat

merugikan pemegang saham. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 61 UUPT

yang mengemukakan, setiap pemegang saham berhak mengajukan

gugatan terhadap perseroan ke pengadilan negeri apabila dirugikan

karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan

yang wajar, sebagai akibat keputusan RUPS, komisaris, atau direksi.

Gugatan semacam ini dinamakan dengan personal rights yang dimiliki

oleh setiap pemegang saham. Selain itu, terdapat juga bentuk gugatan

derivative action, yaitu suatu gugatan berdasarkan atas hak utama

(primary rights) dari perseroan, tetapi dilaksanakan oleh pemegang

42

(45)

saham atas nama perseroan, gugatan mana dilakukan karena adanya

suatu kegagalan dalam perseroan, atau dengan perkataan lain derivative

action merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh para pemegang

saham untuk dan atas nama perseroan.

3) Hak saham dibeli dengan harga wajar

Ada kemungkinan perseroan akan membeli kembali saham yang

telah dikeluarkan. Bila terjadi hal yang semacam ini, dalam

undang-undang perseroan perbatas dijelaskan bahwa para pemegang saham

berhak mendapatkan harga yang wajar terhadap saham yang

dipegangnya. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 62 Ayat (1) UUPT, yang

mengemukakan bahwa setiap pemegang saham berhak meminta kepada

perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang

bersangkutan tidak menyetujui tindakan perseroan yang merugikan

pemegang saham atau perseroan, berupa :

(1) Perubahan anggaran dasar

(2) Pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan yang mempunyai

nilai lebih dari 50% (lima puluh persern) kekayaan bersih

perseroan

(3) Penggabungan, peleburan, pengambilalihan atau pemisahan.

Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh perseroan

dan gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh

perseroan sendiri dan/atau perseroan lain yang sahamnya secara

(46)

10% (sepuluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dalam

perseroan, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di

bidang pasar modal.43 Dalam hal saham yang diminta untuk dibeli

melebihi batas ketentuan pembelian kembali saham oleh perseroan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 Ayat (1) huruf b UUPT,

perseroan wajib mengusahakan agar sisa saham dibeli oleh pihak

ketiga.44

4) Hak meminta ke pengadilan negeri menyelenggarakan RUPS

Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

dilakukan sekali dalam setahun, namun dalam hal tertentu, para

pemegang saham dapat meminta diadakan RUPS. Hal ini dijabarkan

dalam Pasal 79 UUPT yaitu sebagai berikut :

(1) Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan dan RUPS lainnya

dengan didahului pemanggilan RUPS ;

(2) Penyelenggaraan RUPS dapat dilakukan atas permintaan 1 (satu)

orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili

1/10 (satu persepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan

hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang

kecil atau dewan komisaris

Yang diajukan kepada direksi dengan surat tercatat disertai dengan

alasannya. Dalam hal permintaan dating dari pemegang saham, maka

surat tercatat tersebut tembusannya disampaikan kepada dewan

43

Ibid., Pasal 37.

44Ibid.,

(47)

komisaris. Bagi PT, sebelum pemanggilan RUPS dilakukan wajib

didahului dengan pengumuman mengenai akan diadakan pemanggilan

RUPS dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan di pasar

modal. Pengumuman dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 14

(empat belas) hari sebelum pemanggilan RUPS.

Direksi wajib melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu

paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal permintaan

penyelenggaraan RUPS diterima. Dalam hal Direksi tidak melakukan

pemanggilan RUPS, maka :

(1) Dalam hal permintaan penyelenggaraan RUPS dilakukan oleh

pemegang saham, maka harus diajukan kembali kepada dewan

komisaris; atau

(2) Dalam hal permintaan dilakukan oleh dewan komisaris, maka

dewan komisaris melakukan pemanggilan sendiri RUPS.

Dewan komisaris melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka

waktu paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal

permintaan penyelenggaraan RUPS diterima. Dalam hal direksi

atau dewan komisaris tidak melakukan pemanggilan RUPS dalam

jangka waktu tersebut di atas, pemegang saham yang meminta

penyelenggaraan RUPS dapat mengajukan permohonannya kepada

Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat

kedudukan Perseroan untuk menetapkan pemberian izin kepada

(48)

pengadilan negeri setelah memanggil dan mendengar pemohon,

direksi dan/ atau dewan komisaris, menetapkan pemberian izin

untuk menyelenggarakan RUPS apabila pemohon secara sumir

telah membuktikan bahwa persyaratan telah dipenuhi dan pemohon

mempunyai kepentingan yang wajar untuk menyelenggarakan

RUPS.

Penetapan ketua pengadilan negeri memuat juga mengenai :

(1) Bentuk RUPS, mata acara RUPS sesuai dengan permohonan

pemegang saham, jangka waktu pemanggilan RUPS, serta

penunjukan ketua rapat, sesuai dengan atau tanpa terikat pada

ketentuan undang-undang ini atau anggaran dasar; dan/atau

(2) Perintah yang mewajibkan direksi dan/atau dewan komisaris untuk

hadir dalam RUPS.

(3) Penetapan ketua pengadilan negeri mengenai pemberian izin

tersebut bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap atau

merupakan instansi pertama dan terakhir.45

5) Hak menghadiri RUPS

Salah satu hak yang cukup penting bagi pemegang saham adalah

menghadiri RUPS. Dalam Pasal 85 UUPT dijelaskan sebagai berikut :

(1) Pemegang saham dengan hak suara yang sah, baik sendiri maupun

diwakili berdasarkan surat kuasa tertulis berhak menghadiri RUPS

(49)

dan menggunakan hak suaranya sesuai dengan jumlah saham yang

dimilikinya;

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi

pemegang saham dan saham tanpa hak suara;

(3) Dalam pemungutan suara, suara yang dikeluarkan oleh pemegang

saham berlaku untuk seluruh saham yang dimilikinya dan

pemegang saham tidak berhak memberikan kuasa kepada lebih dan

seorang kuasa untuk sebagian dan jumlah saham yang dimilikinya

dengan suara yang berbeda;

(4) Dalam pemungutan suara, anggota direksi, anggota dewan

komisaris, dan karyan perseroan yang bersangkutan dilarang

bertindak sebagai kuasa dan pemegang saham sebagaimana

dimaksud pada ayat (1);

(5) Dalam hal pemegang saham hadir sendiri dalam RUPS, surat kuasa

yang telah diberikan tidak berlaku untuk rapat tersebut;

Saham juga memberikan hak kepada pemiliknya untuk :46

(a) Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;

(b) Menerima

Referensi

Dokumen terkait

Perjanjian jual beli saham PT Kaltim Satria Samudera tidak dapat dibatalkan secara sepihak.Cara pembatalan perjanjian yang dapat dilakukan secara hukum yaitu pertama

Penelitian ini bertujuan untuk mengtahui proses pelaksanaan perjanjian jual beli, peraturan serta hak dan kewajiban antara penjual dengan pembeli, dan mengetahui tanggung

Perdata. Ada beberapa alasan masyarakat membuat perjanjian yang bersifat simulasi. Beberapa diantaranya bahwa perbuatan semu tersebut dilakukan untuk menutupi perjanjian yang

Perseroan dan para Pembeli telah menandatangani Pengikatan Perjanjian Jual Beli Saham pada tanggal 29 Juli 2022 (“PPJB”) sehubungan dengan rencana Perseroan untuk

Dalam hal terjadinya pembatalan perjanjian sanksi yang diberlakukan akibat terjadinya pembatalan sepihak atas pengikatan jual beli perumahan dapat berakses hukum

Hak dan kewajiban penjual dan pembeli sebagai para pihak dalam perjanjian jual beli harus dilaksanakan dengan benar dan lancar, apabila para pihak meperhatikan

Pada transaksi jual-beli secara elektronik, khususnya melalui website, biasanya calon pembeli akan memilih barang tertentu yang ditawarkan oleh penjual atau pelaku usaha, dan

Jual beli tanah bangunan yang diawali dengan perjanjian pendahuluan yaitu perjanjian pengikatan jual beli, yang aktanya dibuat sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku dan