BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perekonomian yang diselenggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta menjaga dengan keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional perlu didukung oleh lembaga perekonomian yang
kokoh dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, untuk
lebih meningkatkan pembangunan perekonomian nasional dan sekaligus
memberikan landasan yang kokoh bagi dunia usaha dalam menghadapi
perkembangan perekonomian dunia dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknolo
gi pada era globalisasi sekarang dan akan terus berlanjut pada masa mendatang,
juga perlu dukungan lembaga perseroan terbatas yang dapat menjamin
terselenggaranya iklim dunia usaha yang kondusif yang tentunya digerakkan
dalam kerangka yang kokoh dari undang-undang yang mengatur tentang
perseroan terbatas.2
Kehadiran perseroan terbatas sebagai bentuk badan usaha dalam
kehidupan sehari-hari tidak lagi dapat diabaikan. Tidak berlebihan bila dikatakan
bahwa kehadiran perseroan terbatas sebagai salah satu sarana untuk melakukan
kegiatan ekonomi sudah menjadi suatu keniscayaan yang tidak dapat
ditawar-tawar. Praktik bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha, baik itu pedagang,
2
industrialis, investor, kontraktor, distributor, banker, perusahaan asuransi, pialang,
agen dan lain sebagainya tidak lagi dipisahkan dari kehadiran perseroan terbatas.3
Perseroan Terbatas (PT) merupakan bentuk usaha kegiatan ekonomi yang
paling disukai saat ini, di samping karena pertanggung jawabannya yang bersifat
terbatas juga memberikan kemudahan bagi pemilik (pemegang saham) untuk
mengalihkan perusahaannya (kepada setiap orang) dengan menjual seluruh saham
yang dimilikinya pada perusahaan tersebut.
Kata “perseroan” menunjuk kepada modalnya yang terdiri atas sero
(saham). Sedangkan kata “terbatas” menunjuk kepada tanggung jawab pemegang
saham yang tidak melebihi nilai nominal saham yang diambil bagian dan
dimilikinya.
4
Saham adalah bukti kepemilikan atas sejumlah modal dalam suatu
perseroan terbatas. Demikian yang dirumuskan dalam Pasal 51 Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut dengan
UUPT).5
3
Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan Terbatas (Jakarta: Aksara, 2014), hlm. 1.
4
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hlm.1.
5
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab, Bab III, Pasal 51 “Pemegang saham diberi bukti pemilikan saham untuk saham yang dimilikinya.”
Saham merefleksikan sesuatu hak yang merupakan benda yang dapat
dikuasai dengan hak milik, yang memiliki wujud konkrit, yang dapat dilihat dan
dikuasai secara fisik oleh setiap pemegang saham dalam suatu perseroan terbatas.
memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang6
Jual beli menurut pengertian yang diberikan oleh undang-undang dalam
hal ini Pasal 1457 KUHPerdata adalah suatu perjanjian atau suatu persetujuan
timbal balik antara pihak yang satu selaku penjual yang berjanji untuk
menyerahkan suatu barang kepada pihak lain, yaitu pembeli, dan pembeli
membayar harga yang telah dijanjikan. Dengan demikian, jual beli dianggap telah
terjadi antara kedua belah pihak seketika setelah para pihak yang bersangkutan
mencapai kata sepakat tentang barang dan harganya, meskipun barang itu belum
diserahkan dan harganya belum dibayar.
sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7
Penjualan saham akan menyebabkan terjadinya pengalihan hak atas saham
dari penjual kepada pembeli saham. Selanjutnya pengalihan hak atas saham Pasal 613 KUHPerdata menjelaskan bahwasanya saham ditempatkan
sebagai barang bergerak dan penyerahannya (levering) dilakukan dengan akta
otentik ataupun di bawah tangan dengan mana hak-hak atas kebendaan saham itu
dilimpahkan kepada orang lain. Pasal 56 angka 1 UUPT dikatakan bahwa
pengalihan hak atas saham dilakukan dengan akta pengalihan. Berdasarkan
keterangan yang terdapat dalam KUHPerdata bahwa saham dapat dijadikan
sebagai obyek jual beli namun pengalihan hak atas saham menurut
undang-undang Perseroan Terbatas harus dilakukan dengan akta pengalihan hak, baik akta
otentik maupun akta di bawah tangan.
6
Instansi yang berwenang adalah instansi yang berdasarkan undang-undang berwenang mengawasi perseroan yang melakukan kegiatan usahanya di bidang tertentu. Misalnya Otoritas Jasa Keuangan berwenang mengawasi perseroan terbatas di bidang perbankan.
7
tersebut harus dilakukan berdasarkan akta pengalihan hak atas saham atau akta
pemindahan hak yang dapat dibuat di hadapan Notaris maupun akta bawah tangan
(Penjelasan Pasal 56 Ayat (1) UUPT). Kemudian para pihak dalam proses
pengalihan hak atas saham ini diharuskan untuk menyampaikan akta tersebut atau
salinannya secara tertulis kepada perseroan (Pasal 56 Ayat (2) UUPT) dan
kemudian direksi perseroan berkewajiban untuk melakukan pencatatan mengenai
perubahan susunan pemegang saham yang terjadi akibat pengalihan hak atas
saham tersebut serta memberikan pemberitahuan kepada Menteri Hukum dan
HAM (Pasal 56 Ayat (3) UUPT).
Pengalihan saham melalui jual beli saham tidak terlepas dengan adanya
perikatan yang terjadi diantara kedua belah pihak yang terlibat. Jual beli sebagai
suatu perjanjian konsensuil, artinya ia sudah dilahirkan sebagai suatu perjanjian
yang sah (mengikat atau mempunyai kekuatan hukum) pada detik tercapainya
sepakat antara penjual dan pembeli mengenai unsur-unsur yang pokok yaitu
barang dan harga baik jual beli itu mengenai barang bergerak maupun barang
tidak bergerak.
Saham yang menjadi objek yang diperjualbelikan oleh pihak yang
mengadakan perjanjian jual beli sama dengan perjanjian biasanya dimana harus
terpenuhinya syarat-syarat sah perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1320
KUHPerdata, yakni :
1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
4. Sebab yang halal.
Keempat syarat ini merupakan syarat pokok bagi setiap perjanjian, artinya
perjanjian adalah sah, jika memenuhi keempat syarat tersebut. Dengan demikian,
perjanjian tersebut berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya (Pasal 1338 KUHPerdata).
Berdasarkan keempat syarat tersebut dapat dibedakan atas 2 (dua)
golongan, yaitu:8
a. Syarat pertama dan kedua disebut sebagai syarat subyektif, karena menyangkut
orang atau person yang melakukan perjanjian. Dalam perjanjian jual beli
artinya terdapat pihak yang mengikatkan diri yaitu penjual dan pembeli.
b. Syarat ketiga dan keempat disebut sebagai syarat obyektif, karena mengenai
perbuatan yang diperjanjikan. Dalam perjanjian jual beli di sini artinya ada
obyek yang diperjanjikan berdasarkan kesepakatan para pihak yaitu saham.
Segala kesepakatan mengenai perjanjian jual beli saham untuk
mengalihkan hak milik atas saham tersebut dimuat dalam akta perjanjian jual beli.
Akta perjanjian jual beli tersebut dapat tercantum mengenai kesepakatan harga
yang dibuat oleh para pihak, mengenai waktu pembayaran, penyerahan objek jual
beli saham, mengenai pilihan hukum (choice of law) penyelesaian sengketa
apabila terjadi di kemudian hari, dan hal-hal terkait lainnya yang mengenai proses
pengalihan saham. Apabila salah satu pihak baik itu penjual maupun pembeli
melanggar ketentuan yang terdapat di dalam akta perjanjian jual beli saham dan
mengakibatkan salah satu pihak mengalami kerugian, maka hal tersebut telah
8
melanggar kesepakatan yang telah diperbuat dan dapat diajukan gugatan
mengenai perbuatan melawan hukum.
Terkait dengan perbuatan melawan hukum khususnya menyangkut
perjanjian jual beli saham ini harus memenuhi unsur-unsur pelanggaran yang telah
diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang menyatakan adanya perbuatan,
perbuatan itu harus melawan hukum, adanya kerugian baik itu kerugian materiil
maupun immateriil, adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan
hukum itu dengan kerugian yang dialami, dan adanya kesalahan (schuld) seperti
yang terjadi berdasarkan Studi Kasus pada Putusan Mahkamah Agung No. 2678
K/Pdt/2011. Untuk itu, penulis merasa hal tersebut menjadi kajian menarik untuk
diteliti dalam penulisan skripsi yang diberi judul “Analisis Yuridis Perbuatan
Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual
Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011).”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut sebelumnya, dalam penelitian ini akan dibahas
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah hak kebendaan atas saham dalam suatu perseroan ?
2. Bagaimana aspek hukum pengalihan saham perseroan melalui perjanjian jual
beli saham ?
3. Bagaimanakah bentuk perbuatan melawan hukum dalam pengalihan saham
perseroan melalui perjanjian jual beli saham (studi putusan Mahkamah Agung
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hak kebendaan atas saham dalam suatu perseroan.
2. Untuk mengetahui aspek hukum pengalihan saham perseroan melalui
perjanjian jual beli saham.
3. Untuk mengetahui bentuk perbuatan melawan hukum dalam pengalihan
saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham yang dianalisis melalui
studi putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011.
Adapun yang menjadi manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Memberikan pengetahuan yang besar bagi penulis sendiri mengenai kasus
perbuatan melawan huku dalam pengalihan saham perseroan melalui
perjanjian jual beli saham serta dalam pembangunan ilmu pengetahuan dalam
bidang hukum ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan pengalihan hak
atas saham perseroan.
2. Manfaat praktis
a. Memberikan kontribusi terhadap masyarakat dan pelaku bisnis untuk
dapat mengetahui mengenai perbuatan melawan hukum dalam pengalihan
saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham;
b. Memberikan masukan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya terhadap hukum perusahaan dan juga memberikan pemahaman
pada pihak terkait seperti; praktisi hukum, praktisi legal corporate, dan
D. Keaslian Penulisan
Skripsi dengan judul “Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam
Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan
Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)” ini disusun berdasarkan pengumpulan
bahan-bahan baik berupa bahan pustaka, literatur, undang-undang, maupun
peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan permasalahan
yang diangkat dalam penulisan skripsi ini.
Untuk mengetahui keaslian penulisan, penulis sebelumnya sudah
melakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada catalog
skripsi departemen hukum ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
dan tidak menemukan judul yang sama. Melalui surat tertanggal 15 Desember
2014 yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara/ Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa judul skripsi ini belum
pernah ditulis oleh orang lain di lingkungan Universitas Sumatera Utara maupun
di lingkungan universitas/ perguruan tinggi lainnya dalam wilayah Republik
Indonesia. Apabila dikemudian hari, ternyata terdapat judul yang sama atau telah
ditulis oleh orang lain dalam berbagai tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini
dibuat, maka hal tersebut dapat dimintakan pertanggungjawaban.
E. Tinjauan Kepustakaan
Adapun yang menjadi kerangka studi atau tinjauan kepustakaan dalam
1. Saham
Saham adalah surat berharga yang menyatakan bahwa pemiliknya
mempunyai andil dalam memodali perusahaan. Besarnya andil ini tergantung dari
jumlah uang yang disetor atau setara utang lainnya, misalnya karena keahliannaya
seseorang dianggap telah menyetor uang setara dengan keahliannya tersebut.
Sedangkan besarnya jumlah saham secara keseluruhan tergantung kesepakatan
pada saat pendirian perseroan.9
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 24/32 tanggal 12 Agustus
1991 tentang Kredit Kepada Perusahaan Sekuritas dan Kredit dengan Agunan
Saham, dalam Pasal 1 butir c dinyatakan bahwa saham adalah surat bukti
pemilikan suatu Perseroan Terbatas (PT), baik yang diperjualbelikan di pasar
modal maupun yang tidak. Sedangkan saham menurut Kamus Bank Indonesia
adalah surat bukti kepemilikan atau bagian modal suatu Perseroan Terbatas yang
dapat diperjualbelikan, baik di dalam maupun di luar pasar modal yang
merupakan klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan dan memberikan hak
atas dividen sesuai dengan bagian modal.10
Saham itu tidak harus dikeluarkan, artinya dapat dikeluarkan atau tidak.
Jika saham itu dikeluarkan, saham itulah satu-satunya alat pembuktian bagi
perseroan atau pemegang saham. Jika tidak, daftar persero yang biasanya ada di
kantor perseroan dapat diakui alat pembuktian bagi persero. Kutipan dari daftar
persero yang ditandatangani oleh Direksi dapat pula dipakai sebagai bukti turut
sertanya seseorang dalam perseroan. Kalau saham itu dikeluarkan atas nama,
9
Sawidji Widiatmodjo, Seri Membuat Uang Bekerja Untuk Anda Cara Cepat Memulai Investasi Saham (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004), hlm. 39
10
nama pembeli ditulis dalam surat saham yang merupakan bukti bagi
pemegangnya.11 Saham mempunyai tiga fungsi utama, yaitu :12
a. Saham sebagai bagian dari modal. Pada dasarnya, saham itu merupakan
modal yang sering dibaca dalam akta pendirian Perseroan Terbatas.
Karena itu, dapat dikatakan bahwa setiap saham merupakan bagian dari
modal yang menjelma dalam harga saham;
b. Saham sebagai tanda anggota. Setiap orang yang akan ikut serta sebagai
anggota dalam kerja sama dalam Perseroan Terbatas diwajibkan untuk
memberikan pemasukan sejumlah uang sebagai inbreng ke dalam
Perseroan Terbatas. Pemasukan inilah yang diperhitungkan dalam bentuk
saham. Nominal uang pemasukan itu tercantum sama dalam saham.
Dengan dimilikinya saham menunjukkan bahwa orang tersebut adalah
anggota yang disebut persero dan sebagai bukti diberikanlah saham
sebagai tanda anggota;
c. Saham sebagai alat legitimasi, saham merupakan suatu surat yang
menunjuk kepada pemegangnya sebagai orang yang berhak.
Saham sebagai benda bergerak sewaktu-waktu dapat dialihkan oleh
pemegang saham kepada pihak lain dengan suatu perbuatan hukum, salah satunya
melalui perjanjian jual beli saham. Pengalihan kepemilikan saham dalam jual beli
saham diatur dalam Pasal 56 UUPT yang menyebutkan bahwa pemindahan hak
atas saham dilakukan dengan akta pemindahan hak.
11
Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas (Bandung: Alumni, 2004), hlm. 102 (Selanjutnya disebut Rachmadi Usman I).
2. Perjanjian
Charles L. Knapp dan Nathan M. Crystal menyatakan, perjanjian adalah
suatu persetujuan antara dua orang atau lebih, tidak hanya memberikan
kepercayaan tetapi secara bersama-sama saling pengertian untuk melakukan
sesuatu pada masa mendatang oleh seseorang atau keduanya dari mereka.13
R. Subekti menyatakan, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana ada
seorang berjanji kepada orang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal.14
M. Yahya Harahap mengatakan, perjanjian adalah suatu hubungan hukum
kekayaan harta benda antara dua orang atau lebih yang member kekuatan hak
pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak
lain untuk menunaikan prestasi. Dari pengertian ini dapat dijumpai beberapa
unsure antara lain hubungan hukum (rechtsbetrekking) yang menyangkut hukum
kekayaan antara dua orang atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan
kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi. Unsur-unsur yang tercantum dua
orang dalam definisi di atas, yaitu:15
a. Hubungan hukum
Hubungan hukum merupakan hubungan yang menimbulkan akibat hukum.
Dimana akibat hukum di sini adalah timbulnya hak dan kewajiban.
13
Salim, H.S., Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Cet. 1 (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), hlm. 16 (Selanjutnya disebut Salim H.S. I).
14
Syahmin, Hukum Kontrak Internasional, Cet, 1 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 1.
15
b. Subjek hukum
Subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban.
c. Prestasi
Prestasi terdiri atas melakukan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat
sesuatu.
d. Di bidang harta kekayaan.
Artinya yang menjadi objek dalam perjanjian adalah sesuatu yang dapat
dinilai dengan uang.
Perjanjian jual beli (menurut B.W.) adalah perjanjian bertimbal balik dalam
mana pihak yang satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas
suatu barang, sedang pihak yang lainnya (si pembeli) berjanji untuk membayar
harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik
tersebut. Perjanjian jual beli tersebut sudah dilahirkan pada detik tercapainya
“sepakat” mengenai barang dan harga. Begitu kedua pihak sudah setuju tentang
barang dan harga, maka lahirlah perjanjian jual beli yang sah.16
Pasal 511 KUHPerdata, menyebutkan saham merupakan benda bergerak
tak berwujud, dalam suatu pengalihan hak atas saham (benda) yang
diperjualbelikan harus disertai dengan adanya suatu penyerahan. Dengan kata lain
hak atas benda (saham) yang diperjualbelikan belum beralih dari penjual kepada
pembeli, hak milik atas benda itu baru beralih setelah adanya penyerahan. Pada
umumnya penyerahan (levering) atas pengalihan saham perseroan melalui
16
perjanjian jual beli berdasarkan Pasal 613 ayat (1) KUHPerdata dilakukan dengan
cara membuat akta otentik atau di bawah tangan (yang dinamakan cessie).17
3. Perbuatan melawan hukum
Akta otentik yang menjadi pedoman kuat dalam hal perjanjian jual beli
saham tersebut, apabila dari pihak penjual maupun pihak pembeli tidak menaati
hal-hal yang tercantum di dalam akta otentik perjanjian jual beli saham tersebut
maka dapat dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum.
Pengaturan tentang melawan hukum dalam KUHPerdata hanya dalam
beberapa pasal saja, sebagaimana juga terjadi di negara-negara yang menganut
sistem Eropa Kontinental lainnya, tetapi kenyataannya menunjukkan bahwa
gugatan perdata yang ada di pengadilan di dominasi oleh gugatan melawan
hukum, di samping gugatan ingkar janji kontrak (wanprestasi).
Perbuatan melawan hukum di sini dimaksudkan adalah sebagai melawan
hukum keperdataan. Di negara-negara Eropa Kontinental, misalnya Belanda
dikenal istilah “Onrechtmatige Daad,” atau di negara-negara Anglo Saxon dikenal
dengan istilah “tort”. Pengertian perbuatan melawan hukum adalah perbuatan
yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum yang oleh karena salahnya telah
menimbulkan kerugian bagi orang lain. Ilmu hukum dikenal adanya 3 (tiga)
kategori dari perbuatan melawan hukum, yaitu sebagai berikut:
1) Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan (Pasal 1365 KUHPerdata);
2) Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan/tanpa unsur kesengajaan
maupun kelalaian (pasal 1366 KUHPerdata);
17
3) Perbuatan melawan hukum karena kelalaian (Pasal 1367 KUHPerdata).
Perbuatan melawan hukum menurut M. A. Moegini Djodjodirdjo, adalah:
suatu perbuatan dapat dianggap sebagai perbuatan melawan hukum, kalau
bertentangan dengan hak orang lain atau bertentangan dengan kewajiban
hukumnya sendiri atau bertentangan dengan kesusilaan yang baik atau
bertentangan dengan keharusan yang harus diindahkan dalam pergaulan
masyarakat mengenai orang lain atau benda. Adalah kealpaan berbuat, yang
melanggar hak orang lain atau bertentangan dengan kepatutan yang harus
diindahkan dalam pergaulan masyarakat tentang orang lain atau barang. M.A.
Moegini Djodjodirdjo, menjelaskan yang dimaksud:18
a. Bertentangan dengan hak orang lain adalah bertentangan dengan
kewenangan yang berasal dari suatu kaidah hukum, dimana yang diakui
dalam yurisprudensi, diakui adalah hak-hak pribadi seperti hak atas
kebebasan, hak atas kehormatan, dan hak atas kekayaan;
b. Bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri adalah berbuat atau
melalaikan dengan bertentangan dengan keharusan atau larangan yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan;
c. Melanggar kesusilaan yang baik adalah perbuatan atau melalaikan sesuatu
yang bertentangan dengan norma-norma kesusilaan, sepanjang norma
tersebut oleh pergaulan hidup diterima sebagai peraturan peraturan hukum
yang tidak tertulis;
18
d. Bertentangan dengan peraturan yang diindahkan adalah bertentangan
dengan sesuatu yang menurut hukum tidak tertulis harus diindahkan dalam
lalu lintas masyarakat.
F. Metode Penelitian
Soerjono Soekanto menyebutkan bahwa penelitian dimulai ketika
seseorang berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara sistematis
dengan metode dan teknik tertentu yang bersifat ilmiah, artinya bahwa metode
atau teknik yang digunakan tersebut bertujuan untuk satu atau beberapa gejala
dengan jalan menganalisanya dan dengan mengadakan pemeriksaan yang
mendalam terhadap fakta tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu
pemecahan atas masalah yang ditimbulkan faktor tersebut.19
1. Spesifikasi penelitian
Penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah
bersifat deskriptif yang mengacu kepada penelitian hukum normatif yaitu
menguji, mengkaji ketentuan-ketentuan mengenai perbuatan melawan hukum
yang dilakukan dalam pengalihan saham perseroan melalui perjanjian jual beli
saham. Adapun metode pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan
yuridis.
Penelitian yuridis normatif dapat dikatakan juga dengan penelitian
sistematik hukum sehingga bertujuan mengadakan identifikasi terhadap
pengertian-pengertian pokok/dasar dalam hukum, yakni masyarakat hukum,
19
subyek hukum, obyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum dan hubungan
hukum.20
2. Data penelitian
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.21
a. Bahan hukum primer
Sumber data
dapat dari data primer dan data sekunder. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sumber data sekunder, dimana data yang diperoleh secara
tidak langsung.
Yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang
berwenang. Dalam tulisan ini diantaranya Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUHPerdata), Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia (PERMENKUMHAM RI) No. 4 Tahun 2014 tentang
Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan
Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan
Terbatas, Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011, dan
peraturan-peraturan lainnya.
b. Bahan hukum sekunder
Yaitu semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang
hukum perjanjian jual beli dan kegiatan dalam pengalihan saham
perseroan seperti buku-buku, karya-karya ilmiah serta tulisan yang ada
20
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cetakan ketigabelas (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 15.
21
hubunganna dengan permasalahan yang diajukan dalam penulisan skripsi
ini.
c. Bahan hukum tertier
Yaitu berupa bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti Kamus
Hukum dan Kamus Bahasa Indonesia dan lain sebagainya.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah dengan studi dokumen dengan penelusuran pustaka (library research)
yaitu mengumpulkan data dari informasi dengan bantuan buku, karya ilmiah, dan
juga peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan materi penelitian.
Menurut M. Nazil dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian, dikemukakan
bahwa studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan
studi penelaahan terhadap buku-buku, literature-literatur, catatan-catatan dan
laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.22
4. Analisis Data
Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder menyajikan data
berikut dengan analisisnya.23
Metode penarikan kesimpulan pada dasarnya ada dua, yaitu metode
penarikan kesimpulan secara deduktif dan induktif. Metode penarikan kesimpulan
secara deduktif adalah suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui Metode analisis data yang dilakukan adalah dengan
metode kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara deduktif.
22
M. Nazil, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 111.
23
dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih
khusus.24 Metode penarikan kesimpulan secara induktif adalah proses berawal dari
proposisi-proposisi khusus (sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada
kesimpulan (pengetahuan baru) berupa asas umum.25
G. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini akan dibagi menjadi lima bab untuk
mempermudah penulisan dan penjabaran dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini dikemukakan tentang latar belakang, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan
kepustakaan, metode penulisan, serta sistematika penulisan.
BAB II HAK KEBENDAAN ATAS SAHAM DALAM PERSEROAN
Bab ini akan dipaparkan mengenai hak kebendaan atas saham
dalam perseroan. Bab ini berisikan tentang pengertian dan konsep
yuridis saham, saham sebagai benda bergerak, bukti dan hak
kepemilikan saham, klasifikasi saham, serta hak pemegang saham
atas saham yang dimilikinya dalam hal pengalihan saham
perseroan.
24
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 11.
25Ibid.,
BAB III ASPEK HUKUM PENGALIHAN SAHAM PERSEROAN
MELALUI PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM
Bab ini akan dipaparkan mengenai bagaimana aspek hukum
pengalihan saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham.
Bab ini berisikan mengenai konsep perjanjian, asas-asas hukum
perjanjian jual beli, syarat dan tata cara pengalihan saham
perseroan, serta pengalihan hak atas saham perseroan melalui
perjanjian jual beli saham.
BAB IV PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PENGALIHAN
SAHAM PERSEROAN MELALUI PERJANJIAN JUAL BELI
SAHAM (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)
Bab ini akan dipaparkan mengenai bagaimana bentuk-bentuk
perbuatan melawan hukum yang terjadi dalam hal pengalihan
saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham berdasarkan
kasus yang terjadi berdasarkan putusan Mahkamah Agung No.
2678 K/Pdt/2011. Bab ini berisikan mengenai aspek hukum
perbuatan melawan hukum dalam perjanjian jual beli saham terkait
proses pengalihan saham, perlindungan hukum terhadap pihak yang
dirugikan atas perbuatan melawan hukum dalam pengalihan saham
perseroan melalui perjanjian jual beli saham, serta bentuk-bentuk
perbuatan melawan hukum dalam pengalihan saham perseroan
Agung tersebut, yang dilengkapi dengan kasus posisi serta analisis
putusan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan yang dikemukakan berdasarkan
permasalahan yang telah dibahas dan di analisis, dalam bab ini juga
dikemukakan berbagai saran dari penulis atas penelitian yang