• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perekonomian yang diselenggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi

dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan

lingkungan, kemandirian, serta menjaga dengan keseimbangan kemajuan dan

kesatuan ekonomi nasional perlu didukung oleh lembaga perekonomian yang

kokoh dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, untuk

lebih meningkatkan pembangunan perekonomian nasional dan sekaligus

memberikan landasan yang kokoh bagi dunia usaha dalam menghadapi

perkembangan perekonomian dunia dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknolo

gi pada era globalisasi sekarang dan akan terus berlanjut pada masa mendatang,

juga perlu dukungan lembaga perseroan terbatas yang dapat menjamin

terselenggaranya iklim dunia usaha yang kondusif yang tentunya digerakkan

dalam kerangka yang kokoh dari undang-undang yang mengatur tentang

perseroan terbatas.2

Kehadiran perseroan terbatas sebagai bentuk badan usaha dalam

kehidupan sehari-hari tidak lagi dapat diabaikan. Tidak berlebihan bila dikatakan

bahwa kehadiran perseroan terbatas sebagai salah satu sarana untuk melakukan

kegiatan ekonomi sudah menjadi suatu keniscayaan yang tidak dapat

ditawar-tawar. Praktik bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha, baik itu pedagang,

2

(2)

industrialis, investor, kontraktor, distributor, banker, perusahaan asuransi, pialang,

agen dan lain sebagainya tidak lagi dipisahkan dari kehadiran perseroan terbatas.3

Perseroan Terbatas (PT) merupakan bentuk usaha kegiatan ekonomi yang

paling disukai saat ini, di samping karena pertanggung jawabannya yang bersifat

terbatas juga memberikan kemudahan bagi pemilik (pemegang saham) untuk

mengalihkan perusahaannya (kepada setiap orang) dengan menjual seluruh saham

yang dimilikinya pada perusahaan tersebut.

Kata “perseroan” menunjuk kepada modalnya yang terdiri atas sero

(saham). Sedangkan kata “terbatas” menunjuk kepada tanggung jawab pemegang

saham yang tidak melebihi nilai nominal saham yang diambil bagian dan

dimilikinya.

4

Saham adalah bukti kepemilikan atas sejumlah modal dalam suatu

perseroan terbatas. Demikian yang dirumuskan dalam Pasal 51 Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut dengan

UUPT).5

3

Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan Terbatas (Jakarta: Aksara, 2014), hlm. 1.

4

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hlm.1.

5

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab, Bab III, Pasal 51 “Pemegang saham diberi bukti pemilikan saham untuk saham yang dimilikinya.”

Saham merefleksikan sesuatu hak yang merupakan benda yang dapat

dikuasai dengan hak milik, yang memiliki wujud konkrit, yang dapat dilihat dan

dikuasai secara fisik oleh setiap pemegang saham dalam suatu perseroan terbatas.

(3)

memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang6

Jual beli menurut pengertian yang diberikan oleh undang-undang dalam

hal ini Pasal 1457 KUHPerdata adalah suatu perjanjian atau suatu persetujuan

timbal balik antara pihak yang satu selaku penjual yang berjanji untuk

menyerahkan suatu barang kepada pihak lain, yaitu pembeli, dan pembeli

membayar harga yang telah dijanjikan. Dengan demikian, jual beli dianggap telah

terjadi antara kedua belah pihak seketika setelah para pihak yang bersangkutan

mencapai kata sepakat tentang barang dan harganya, meskipun barang itu belum

diserahkan dan harganya belum dibayar.

sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7

Penjualan saham akan menyebabkan terjadinya pengalihan hak atas saham

dari penjual kepada pembeli saham. Selanjutnya pengalihan hak atas saham Pasal 613 KUHPerdata menjelaskan bahwasanya saham ditempatkan

sebagai barang bergerak dan penyerahannya (levering) dilakukan dengan akta

otentik ataupun di bawah tangan dengan mana hak-hak atas kebendaan saham itu

dilimpahkan kepada orang lain. Pasal 56 angka 1 UUPT dikatakan bahwa

pengalihan hak atas saham dilakukan dengan akta pengalihan. Berdasarkan

keterangan yang terdapat dalam KUHPerdata bahwa saham dapat dijadikan

sebagai obyek jual beli namun pengalihan hak atas saham menurut

undang-undang Perseroan Terbatas harus dilakukan dengan akta pengalihan hak, baik akta

otentik maupun akta di bawah tangan.

6

Instansi yang berwenang adalah instansi yang berdasarkan undang-undang berwenang mengawasi perseroan yang melakukan kegiatan usahanya di bidang tertentu. Misalnya Otoritas Jasa Keuangan berwenang mengawasi perseroan terbatas di bidang perbankan.

7

(4)

tersebut harus dilakukan berdasarkan akta pengalihan hak atas saham atau akta

pemindahan hak yang dapat dibuat di hadapan Notaris maupun akta bawah tangan

(Penjelasan Pasal 56 Ayat (1) UUPT). Kemudian para pihak dalam proses

pengalihan hak atas saham ini diharuskan untuk menyampaikan akta tersebut atau

salinannya secara tertulis kepada perseroan (Pasal 56 Ayat (2) UUPT) dan

kemudian direksi perseroan berkewajiban untuk melakukan pencatatan mengenai

perubahan susunan pemegang saham yang terjadi akibat pengalihan hak atas

saham tersebut serta memberikan pemberitahuan kepada Menteri Hukum dan

HAM (Pasal 56 Ayat (3) UUPT).

Pengalihan saham melalui jual beli saham tidak terlepas dengan adanya

perikatan yang terjadi diantara kedua belah pihak yang terlibat. Jual beli sebagai

suatu perjanjian konsensuil, artinya ia sudah dilahirkan sebagai suatu perjanjian

yang sah (mengikat atau mempunyai kekuatan hukum) pada detik tercapainya

sepakat antara penjual dan pembeli mengenai unsur-unsur yang pokok yaitu

barang dan harga baik jual beli itu mengenai barang bergerak maupun barang

tidak bergerak.

Saham yang menjadi objek yang diperjualbelikan oleh pihak yang

mengadakan perjanjian jual beli sama dengan perjanjian biasanya dimana harus

terpenuhinya syarat-syarat sah perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1320

KUHPerdata, yakni :

1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri;

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

(5)

4. Sebab yang halal.

Keempat syarat ini merupakan syarat pokok bagi setiap perjanjian, artinya

perjanjian adalah sah, jika memenuhi keempat syarat tersebut. Dengan demikian,

perjanjian tersebut berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya (Pasal 1338 KUHPerdata).

Berdasarkan keempat syarat tersebut dapat dibedakan atas 2 (dua)

golongan, yaitu:8

a. Syarat pertama dan kedua disebut sebagai syarat subyektif, karena menyangkut

orang atau person yang melakukan perjanjian. Dalam perjanjian jual beli

artinya terdapat pihak yang mengikatkan diri yaitu penjual dan pembeli.

b. Syarat ketiga dan keempat disebut sebagai syarat obyektif, karena mengenai

perbuatan yang diperjanjikan. Dalam perjanjian jual beli di sini artinya ada

obyek yang diperjanjikan berdasarkan kesepakatan para pihak yaitu saham.

Segala kesepakatan mengenai perjanjian jual beli saham untuk

mengalihkan hak milik atas saham tersebut dimuat dalam akta perjanjian jual beli.

Akta perjanjian jual beli tersebut dapat tercantum mengenai kesepakatan harga

yang dibuat oleh para pihak, mengenai waktu pembayaran, penyerahan objek jual

beli saham, mengenai pilihan hukum (choice of law) penyelesaian sengketa

apabila terjadi di kemudian hari, dan hal-hal terkait lainnya yang mengenai proses

pengalihan saham. Apabila salah satu pihak baik itu penjual maupun pembeli

melanggar ketentuan yang terdapat di dalam akta perjanjian jual beli saham dan

mengakibatkan salah satu pihak mengalami kerugian, maka hal tersebut telah

8

(6)

melanggar kesepakatan yang telah diperbuat dan dapat diajukan gugatan

mengenai perbuatan melawan hukum.

Terkait dengan perbuatan melawan hukum khususnya menyangkut

perjanjian jual beli saham ini harus memenuhi unsur-unsur pelanggaran yang telah

diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang menyatakan adanya perbuatan,

perbuatan itu harus melawan hukum, adanya kerugian baik itu kerugian materiil

maupun immateriil, adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan

hukum itu dengan kerugian yang dialami, dan adanya kesalahan (schuld) seperti

yang terjadi berdasarkan Studi Kasus pada Putusan Mahkamah Agung No. 2678

K/Pdt/2011. Untuk itu, penulis merasa hal tersebut menjadi kajian menarik untuk

diteliti dalam penulisan skripsi yang diberi judul “Analisis Yuridis Perbuatan

Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual

Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011).”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut sebelumnya, dalam penelitian ini akan dibahas

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah hak kebendaan atas saham dalam suatu perseroan ?

2. Bagaimana aspek hukum pengalihan saham perseroan melalui perjanjian jual

beli saham ?

3. Bagaimanakah bentuk perbuatan melawan hukum dalam pengalihan saham

perseroan melalui perjanjian jual beli saham (studi putusan Mahkamah Agung

(7)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui hak kebendaan atas saham dalam suatu perseroan.

2. Untuk mengetahui aspek hukum pengalihan saham perseroan melalui

perjanjian jual beli saham.

3. Untuk mengetahui bentuk perbuatan melawan hukum dalam pengalihan

saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham yang dianalisis melalui

studi putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011.

Adapun yang menjadi manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Memberikan pengetahuan yang besar bagi penulis sendiri mengenai kasus

perbuatan melawan huku dalam pengalihan saham perseroan melalui

perjanjian jual beli saham serta dalam pembangunan ilmu pengetahuan dalam

bidang hukum ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan pengalihan hak

atas saham perseroan.

2. Manfaat praktis

a. Memberikan kontribusi terhadap masyarakat dan pelaku bisnis untuk

dapat mengetahui mengenai perbuatan melawan hukum dalam pengalihan

saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham;

b. Memberikan masukan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

khususnya terhadap hukum perusahaan dan juga memberikan pemahaman

pada pihak terkait seperti; praktisi hukum, praktisi legal corporate, dan

(8)

D. Keaslian Penulisan

Skripsi dengan judul “Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam

Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan

Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)” ini disusun berdasarkan pengumpulan

bahan-bahan baik berupa bahan pustaka, literatur, undang-undang, maupun

peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan permasalahan

yang diangkat dalam penulisan skripsi ini.

Untuk mengetahui keaslian penulisan, penulis sebelumnya sudah

melakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada catalog

skripsi departemen hukum ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

dan tidak menemukan judul yang sama. Melalui surat tertanggal 15 Desember

2014 yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara/ Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa judul skripsi ini belum

pernah ditulis oleh orang lain di lingkungan Universitas Sumatera Utara maupun

di lingkungan universitas/ perguruan tinggi lainnya dalam wilayah Republik

Indonesia. Apabila dikemudian hari, ternyata terdapat judul yang sama atau telah

ditulis oleh orang lain dalam berbagai tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini

dibuat, maka hal tersebut dapat dimintakan pertanggungjawaban.

E. Tinjauan Kepustakaan

Adapun yang menjadi kerangka studi atau tinjauan kepustakaan dalam

(9)

1. Saham

Saham adalah surat berharga yang menyatakan bahwa pemiliknya

mempunyai andil dalam memodali perusahaan. Besarnya andil ini tergantung dari

jumlah uang yang disetor atau setara utang lainnya, misalnya karena keahliannaya

seseorang dianggap telah menyetor uang setara dengan keahliannya tersebut.

Sedangkan besarnya jumlah saham secara keseluruhan tergantung kesepakatan

pada saat pendirian perseroan.9

Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 24/32 tanggal 12 Agustus

1991 tentang Kredit Kepada Perusahaan Sekuritas dan Kredit dengan Agunan

Saham, dalam Pasal 1 butir c dinyatakan bahwa saham adalah surat bukti

pemilikan suatu Perseroan Terbatas (PT), baik yang diperjualbelikan di pasar

modal maupun yang tidak. Sedangkan saham menurut Kamus Bank Indonesia

adalah surat bukti kepemilikan atau bagian modal suatu Perseroan Terbatas yang

dapat diperjualbelikan, baik di dalam maupun di luar pasar modal yang

merupakan klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan dan memberikan hak

atas dividen sesuai dengan bagian modal.10

Saham itu tidak harus dikeluarkan, artinya dapat dikeluarkan atau tidak.

Jika saham itu dikeluarkan, saham itulah satu-satunya alat pembuktian bagi

perseroan atau pemegang saham. Jika tidak, daftar persero yang biasanya ada di

kantor perseroan dapat diakui alat pembuktian bagi persero. Kutipan dari daftar

persero yang ditandatangani oleh Direksi dapat pula dipakai sebagai bukti turut

sertanya seseorang dalam perseroan. Kalau saham itu dikeluarkan atas nama,

9

Sawidji Widiatmodjo, Seri Membuat Uang Bekerja Untuk Anda Cara Cepat Memulai Investasi Saham (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004), hlm. 39

10

(10)

nama pembeli ditulis dalam surat saham yang merupakan bukti bagi

pemegangnya.11 Saham mempunyai tiga fungsi utama, yaitu :12

a. Saham sebagai bagian dari modal. Pada dasarnya, saham itu merupakan

modal yang sering dibaca dalam akta pendirian Perseroan Terbatas.

Karena itu, dapat dikatakan bahwa setiap saham merupakan bagian dari

modal yang menjelma dalam harga saham;

b. Saham sebagai tanda anggota. Setiap orang yang akan ikut serta sebagai

anggota dalam kerja sama dalam Perseroan Terbatas diwajibkan untuk

memberikan pemasukan sejumlah uang sebagai inbreng ke dalam

Perseroan Terbatas. Pemasukan inilah yang diperhitungkan dalam bentuk

saham. Nominal uang pemasukan itu tercantum sama dalam saham.

Dengan dimilikinya saham menunjukkan bahwa orang tersebut adalah

anggota yang disebut persero dan sebagai bukti diberikanlah saham

sebagai tanda anggota;

c. Saham sebagai alat legitimasi, saham merupakan suatu surat yang

menunjuk kepada pemegangnya sebagai orang yang berhak.

Saham sebagai benda bergerak sewaktu-waktu dapat dialihkan oleh

pemegang saham kepada pihak lain dengan suatu perbuatan hukum, salah satunya

melalui perjanjian jual beli saham. Pengalihan kepemilikan saham dalam jual beli

saham diatur dalam Pasal 56 UUPT yang menyebutkan bahwa pemindahan hak

atas saham dilakukan dengan akta pemindahan hak.

11

Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas (Bandung: Alumni, 2004), hlm. 102 (Selanjutnya disebut Rachmadi Usman I).

(11)

2. Perjanjian

Charles L. Knapp dan Nathan M. Crystal menyatakan, perjanjian adalah

suatu persetujuan antara dua orang atau lebih, tidak hanya memberikan

kepercayaan tetapi secara bersama-sama saling pengertian untuk melakukan

sesuatu pada masa mendatang oleh seseorang atau keduanya dari mereka.13

R. Subekti menyatakan, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana ada

seorang berjanji kepada orang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk

melaksanakan suatu hal.14

M. Yahya Harahap mengatakan, perjanjian adalah suatu hubungan hukum

kekayaan harta benda antara dua orang atau lebih yang member kekuatan hak

pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak

lain untuk menunaikan prestasi. Dari pengertian ini dapat dijumpai beberapa

unsure antara lain hubungan hukum (rechtsbetrekking) yang menyangkut hukum

kekayaan antara dua orang atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan

kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi. Unsur-unsur yang tercantum dua

orang dalam definisi di atas, yaitu:15

a. Hubungan hukum

Hubungan hukum merupakan hubungan yang menimbulkan akibat hukum.

Dimana akibat hukum di sini adalah timbulnya hak dan kewajiban.

13

Salim, H.S., Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Cet. 1 (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), hlm. 16 (Selanjutnya disebut Salim H.S. I).

14

Syahmin, Hukum Kontrak Internasional, Cet, 1 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 1.

15

(12)

b. Subjek hukum

Subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban.

c. Prestasi

Prestasi terdiri atas melakukan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat

sesuatu.

d. Di bidang harta kekayaan.

Artinya yang menjadi objek dalam perjanjian adalah sesuatu yang dapat

dinilai dengan uang.

Perjanjian jual beli (menurut B.W.) adalah perjanjian bertimbal balik dalam

mana pihak yang satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas

suatu barang, sedang pihak yang lainnya (si pembeli) berjanji untuk membayar

harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik

tersebut. Perjanjian jual beli tersebut sudah dilahirkan pada detik tercapainya

“sepakat” mengenai barang dan harga. Begitu kedua pihak sudah setuju tentang

barang dan harga, maka lahirlah perjanjian jual beli yang sah.16

Pasal 511 KUHPerdata, menyebutkan saham merupakan benda bergerak

tak berwujud, dalam suatu pengalihan hak atas saham (benda) yang

diperjualbelikan harus disertai dengan adanya suatu penyerahan. Dengan kata lain

hak atas benda (saham) yang diperjualbelikan belum beralih dari penjual kepada

pembeli, hak milik atas benda itu baru beralih setelah adanya penyerahan. Pada

umumnya penyerahan (levering) atas pengalihan saham perseroan melalui

16

(13)

perjanjian jual beli berdasarkan Pasal 613 ayat (1) KUHPerdata dilakukan dengan

cara membuat akta otentik atau di bawah tangan (yang dinamakan cessie).17

3. Perbuatan melawan hukum

Akta otentik yang menjadi pedoman kuat dalam hal perjanjian jual beli

saham tersebut, apabila dari pihak penjual maupun pihak pembeli tidak menaati

hal-hal yang tercantum di dalam akta otentik perjanjian jual beli saham tersebut

maka dapat dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum.

Pengaturan tentang melawan hukum dalam KUHPerdata hanya dalam

beberapa pasal saja, sebagaimana juga terjadi di negara-negara yang menganut

sistem Eropa Kontinental lainnya, tetapi kenyataannya menunjukkan bahwa

gugatan perdata yang ada di pengadilan di dominasi oleh gugatan melawan

hukum, di samping gugatan ingkar janji kontrak (wanprestasi).

Perbuatan melawan hukum di sini dimaksudkan adalah sebagai melawan

hukum keperdataan. Di negara-negara Eropa Kontinental, misalnya Belanda

dikenal istilah “Onrechtmatige Daad,” atau di negara-negara Anglo Saxon dikenal

dengan istilah “tort”. Pengertian perbuatan melawan hukum adalah perbuatan

yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum yang oleh karena salahnya telah

menimbulkan kerugian bagi orang lain. Ilmu hukum dikenal adanya 3 (tiga)

kategori dari perbuatan melawan hukum, yaitu sebagai berikut:

1) Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan (Pasal 1365 KUHPerdata);

2) Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan/tanpa unsur kesengajaan

maupun kelalaian (pasal 1366 KUHPerdata);

17

(14)

3) Perbuatan melawan hukum karena kelalaian (Pasal 1367 KUHPerdata).

Perbuatan melawan hukum menurut M. A. Moegini Djodjodirdjo, adalah:

suatu perbuatan dapat dianggap sebagai perbuatan melawan hukum, kalau

bertentangan dengan hak orang lain atau bertentangan dengan kewajiban

hukumnya sendiri atau bertentangan dengan kesusilaan yang baik atau

bertentangan dengan keharusan yang harus diindahkan dalam pergaulan

masyarakat mengenai orang lain atau benda. Adalah kealpaan berbuat, yang

melanggar hak orang lain atau bertentangan dengan kepatutan yang harus

diindahkan dalam pergaulan masyarakat tentang orang lain atau barang. M.A.

Moegini Djodjodirdjo, menjelaskan yang dimaksud:18

a. Bertentangan dengan hak orang lain adalah bertentangan dengan

kewenangan yang berasal dari suatu kaidah hukum, dimana yang diakui

dalam yurisprudensi, diakui adalah hak-hak pribadi seperti hak atas

kebebasan, hak atas kehormatan, dan hak atas kekayaan;

b. Bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri adalah berbuat atau

melalaikan dengan bertentangan dengan keharusan atau larangan yang

ditentukan dalam peraturan perundang-undangan;

c. Melanggar kesusilaan yang baik adalah perbuatan atau melalaikan sesuatu

yang bertentangan dengan norma-norma kesusilaan, sepanjang norma

tersebut oleh pergaulan hidup diterima sebagai peraturan peraturan hukum

yang tidak tertulis;

18

(15)

d. Bertentangan dengan peraturan yang diindahkan adalah bertentangan

dengan sesuatu yang menurut hukum tidak tertulis harus diindahkan dalam

lalu lintas masyarakat.

F. Metode Penelitian

Soerjono Soekanto menyebutkan bahwa penelitian dimulai ketika

seseorang berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara sistematis

dengan metode dan teknik tertentu yang bersifat ilmiah, artinya bahwa metode

atau teknik yang digunakan tersebut bertujuan untuk satu atau beberapa gejala

dengan jalan menganalisanya dan dengan mengadakan pemeriksaan yang

mendalam terhadap fakta tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu

pemecahan atas masalah yang ditimbulkan faktor tersebut.19

1. Spesifikasi penelitian

Penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah

bersifat deskriptif yang mengacu kepada penelitian hukum normatif yaitu

menguji, mengkaji ketentuan-ketentuan mengenai perbuatan melawan hukum

yang dilakukan dalam pengalihan saham perseroan melalui perjanjian jual beli

saham. Adapun metode pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan

yuridis.

Penelitian yuridis normatif dapat dikatakan juga dengan penelitian

sistematik hukum sehingga bertujuan mengadakan identifikasi terhadap

pengertian-pengertian pokok/dasar dalam hukum, yakni masyarakat hukum,

19

(16)

subyek hukum, obyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum dan hubungan

hukum.20

2. Data penelitian

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.21

a. Bahan hukum primer

Sumber data

dapat dari data primer dan data sekunder. Sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sumber data sekunder, dimana data yang diperoleh secara

tidak langsung.

Yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang

berwenang. Dalam tulisan ini diantaranya Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata (KUHPerdata), Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia (PERMENKUMHAM RI) No. 4 Tahun 2014 tentang

Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan

Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan

Terbatas, Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011, dan

peraturan-peraturan lainnya.

b. Bahan hukum sekunder

Yaitu semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang

hukum perjanjian jual beli dan kegiatan dalam pengalihan saham

perseroan seperti buku-buku, karya-karya ilmiah serta tulisan yang ada

20

Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cetakan ketigabelas (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 15.

21

(17)

hubunganna dengan permasalahan yang diajukan dalam penulisan skripsi

ini.

c. Bahan hukum tertier

Yaitu berupa bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti Kamus

Hukum dan Kamus Bahasa Indonesia dan lain sebagainya.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

adalah dengan studi dokumen dengan penelusuran pustaka (library research)

yaitu mengumpulkan data dari informasi dengan bantuan buku, karya ilmiah, dan

juga peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan materi penelitian.

Menurut M. Nazil dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian, dikemukakan

bahwa studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan

studi penelaahan terhadap buku-buku, literature-literatur, catatan-catatan dan

laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.22

4. Analisis Data

Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder menyajikan data

berikut dengan analisisnya.23

Metode penarikan kesimpulan pada dasarnya ada dua, yaitu metode

penarikan kesimpulan secara deduktif dan induktif. Metode penarikan kesimpulan

secara deduktif adalah suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui Metode analisis data yang dilakukan adalah dengan

metode kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara deduktif.

22

M. Nazil, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 111.

23

(18)

dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih

khusus.24 Metode penarikan kesimpulan secara induktif adalah proses berawal dari

proposisi-proposisi khusus (sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada

kesimpulan (pengetahuan baru) berupa asas umum.25

G. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini akan dibagi menjadi lima bab untuk

mempermudah penulisan dan penjabaran dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini dikemukakan tentang latar belakang, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan

kepustakaan, metode penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II HAK KEBENDAAN ATAS SAHAM DALAM PERSEROAN

Bab ini akan dipaparkan mengenai hak kebendaan atas saham

dalam perseroan. Bab ini berisikan tentang pengertian dan konsep

yuridis saham, saham sebagai benda bergerak, bukti dan hak

kepemilikan saham, klasifikasi saham, serta hak pemegang saham

atas saham yang dimilikinya dalam hal pengalihan saham

perseroan.

24

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 11.

25Ibid.,

(19)

BAB III ASPEK HUKUM PENGALIHAN SAHAM PERSEROAN

MELALUI PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM

Bab ini akan dipaparkan mengenai bagaimana aspek hukum

pengalihan saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham.

Bab ini berisikan mengenai konsep perjanjian, asas-asas hukum

perjanjian jual beli, syarat dan tata cara pengalihan saham

perseroan, serta pengalihan hak atas saham perseroan melalui

perjanjian jual beli saham.

BAB IV PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PENGALIHAN

SAHAM PERSEROAN MELALUI PERJANJIAN JUAL BELI

SAHAM (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)

Bab ini akan dipaparkan mengenai bagaimana bentuk-bentuk

perbuatan melawan hukum yang terjadi dalam hal pengalihan

saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham berdasarkan

kasus yang terjadi berdasarkan putusan Mahkamah Agung No.

2678 K/Pdt/2011. Bab ini berisikan mengenai aspek hukum

perbuatan melawan hukum dalam perjanjian jual beli saham terkait

proses pengalihan saham, perlindungan hukum terhadap pihak yang

dirugikan atas perbuatan melawan hukum dalam pengalihan saham

perseroan melalui perjanjian jual beli saham, serta bentuk-bentuk

perbuatan melawan hukum dalam pengalihan saham perseroan

(20)

Agung tersebut, yang dilengkapi dengan kasus posisi serta analisis

putusan.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan yang dikemukakan berdasarkan

permasalahan yang telah dibahas dan di analisis, dalam bab ini juga

dikemukakan berbagai saran dari penulis atas penelitian yang

Referensi

Dokumen terkait

Jika dilihat dari esensi dari transaksi pengalihan saham melalui internet yang dilakukan secara elektronik, sepanjang para pihak tidak keberatan dengan prasyarat dalam

208 K/Pdt/2006 TENTANG TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS PATRA JASA UNTUK MENGEMBALIKAN UANG PANJER DALAM PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI TANGGAL 18 AGUSTUS.. 1990 DIHUBUNGKAN

Keabsahan perjanjian jual beli melalui transaksi elektronik (online shop) antara konsumen dengan Kaskus, melalui Forum Jual Beli: a. Perjanjian yang dilakukan

Perdata. Ada beberapa alasan masyarakat membuat perjanjian yang bersifat simulasi. Beberapa diantaranya bahwa perbuatan semu tersebut dilakukan untuk menutupi perjanjian yang

“ saya menggunakan Risalah atau Notulen Rapat sebagai dasar jual beli saham itu karena saya pribadi tidak mengetahui proses jual beli saham dan juga pemegang saham

Dalam hal terjadinya pembatalan perjanjian sanksi yang diberlakukan akibat terjadinya pembatalan sepihak atas pengikatan jual beli perumahan dapat berakses hukum

Jual beli tanah bangunan yang diawali dengan perjanjian pendahuluan yaitu perjanjian pengikatan jual beli, yang aktanya dibuat sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku dan

Permasalahan yang sering terjadi dalam jual beli tanah di Indonesia, karena adanya salah satu pihak yang melakukan perbuatan melawan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 KUH