• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (Studi Kasus Pada Panti Alpha Omega di Kabanjahe)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (Studi Kasus Pada Panti Alpha Omega di Kabanjahe)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Lembaga Sosial

Lembaga sosial adalah sekumpulan tata aturan yang mengatur interaksi

dan proses-proses sosial di dalam masyarakat (Bungin 2006: 48). Dalam lembaga

sosial ini ada norma berupa aturan, tata, cara, kegiatan yang terorganisir dengan

baik. Dimana lembaga sosial itu memiliki fungsi-fungsi tertentu yaitu:

1. Memberi pedoman kepada warga masyarakat bagaimana mereka

harus bertingkah laku atau bersikap menghadapi masalah-masalah

dalam masyarakat terutama yang menyangkut kebutuhan pokok.

2. Untuk menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan.

3. Memberi pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem

pengendalian sosial.

Lembaga sosial juga memiliki karakteristik sendiri yaitu:

1. Memiliki tujuan utama yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus

masyarakat.

2. Lembaga mempunyai nilai-nilai pokok yang bersumber dari

anggotanya.

3. Lembaga relatif bersifat permanen.

4. Dasar-dasar lembaga sosial begitu luas sehingga kegiatan-kegiatan

mereka menempati kedudukan sentral dalam masyarakat.

5. Lembaga disusun dan diorganisasikan secara sempurna disekitar

rangkaian pola-pola norma, nilai, dan perilaku yang diharapkan.

6. Ide-ide lembaga pada umumnya diterima oleh mayoritas anggota

masyarakat tidak peduli apakah mereka turut berpartisipasi atau tidak

(2)

2.2 Teori Fungsional Menurut Robert K. Merton

Robert K. Merton dalam Ritzer (2003:138-139) mengatakan bahwa fungsi

adalah konsekuensi-konsekuensi yang dapat diamati yang menimbulkan adaptasi

atau penyesuaian dari sistem tertentu. Stuktur atau institusi dapat menyumbang

pemeliharaan bagian-bagian lain dari sistem sosial, stuktur atau institusi. Teori ini

menilai bahwa semua sistem yang ada di dalam masyarakat pada hakikatnya

mempunyai fungsi tersendiri. Dalam pikiran Merton sasaran studi struktural

fungsional antara lain peran sosial, pola institusional, proses sosial, pola kultural,

norma sosial, organisasi kelompok, struktur sosial, perlengkapan untuk

pengendalian sosial. Teori fungsional ini memandang bahwa segala pranata sosial

yang ada dalam masyarakat itu bersifat fungsional dalam artian positif dan

negatif.

Merton menjelaskan bahwa aliran fungsionalis dapat juga diterapkan pada

organisasi, institusi dan kelompok. Selain itu ia memperkenalkan mengenai fungsi

manifest (nyata) merupakan fungsi yang diharapakan dan fungsi laten

(tersembunyi) merupakan fungsi yang tidak diharapkan. Dimana fungsi

tersembunyi ini adalah satu jenis dari akibat yang tidak diharapkan. Ia

berpendapat bahwa teori ini merupakan strategi untuk analisa. Kedua fungsi ini

memiliki konsekuensi yang kemungkinan mengutungkan sistem. (Doyle

1986:158)

Menurut sudut pandang Merton bahwa analsisis fungsional memusatkan pada

organisasi, kelompok, masyarakat dan kebudayaan, harsuslah terpola dan

berlangsung. Lebih jauh dari itu konsepnya mengenai fungsi manifest dan laten

(3)

a. Fungsi Manifes

Terdapat fungsi yang oleh banyak orang dipandang dan diharapkan akan

dipenuhi oleh lembaga itu sendiri. Contoh: Keluarga harus memelihara anak.

Lembaga ekonomi harus menghasilkan dan mendistribusikan kebutuhan pokok

dan mengarahkan arus modal ke tempat yang membutuhkan. Sekolah harus

mendidik anak-anak. Fungsi manifes adalah jelas, diakui dan biasanya, dipuji.

b. Fungsi Laten

Terdapat beberapa konsekuensi lembaga yang tidak dikehendaki dan tidak

dapat diramalkan. Lembaga pendidikan tidak hanya mendidik anak-anak, tetapi

juga menyelenggarakan hiburan dan menjauhkan orang-orang muda usia dari

pasar tenaga kerja, yang menurut beberapa ahli teori konflik, melindungi

anak-anak orang kaya dari persaingan dengan anak-anak-anak-anak orang miskin. Program

kesejahteraan pemerintah tidak hanya membantu orang miskin, tetapi juga

memberikan pekerjaan kepada kelas menengah. Fungsi laten adalah suatu tipe

konsekuensi yang tidak terantisipasi, sesuatu yang fungsional bagi sistem yang

dirancang.

(http://www.idpeurope.org/docs/uio_upi_inclusion_book/6Menuju_Inklusi_da

n_Pengayaan.pdf)

2.3 Lembaga Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang wajib didapat oleh seorang anak. Dimana

Pendidikan sangat membantu seseorang untuk berkarya. Untuk mencapai

(4)

pendidikan. Lembaga pendidikan sebagai suatu wadah untuk mendidik anak

memiliki beberapa fungsi diantaranya fungsi manifest dan fungsi laten. Fungsi

manifest adalah fungsi yang diharapkan yaitu :

- Mempersiapkan anggota masyarakat mencari nafkah.

- Mengembangkan bakat seseorang demi kepuasan pribadi maupun anggota

masyarakat.

- Melestarikan kebudayaan.

- Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.

Sedangkan fungsi laten adalah fungsi yang terselubung. Fungsi laten

pendidikan antara lain:

- Pemupukan keremajaan

- Pengurangan pengendalian orang tua

- Penyediaan sarana untuk pembangkangan

- Dipertahankannya sistem kelas sosial

- Penundaan usia perkawinan

Alpha Omega sebagai lembaga pendidikan untuk ABK memiliki peran

penting dalam mengembangkan potensi anak yaitu :

 Menjalin komunikasi dua arah dengan anak

 Mengembangkan situasi belajar yang menyenangkan tanpa

membebani anak harus belajar diluar kemampuannya.

(5)

2.4 Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang

berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada

ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Anak dengan kebutuhan khusus adalah

anak yang secara signifikan mengalami kelainan/ penyimpangan (fisik, mental,

intelektual, sosial, dan emosional) dalam proses tumbuhkembangannya

dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia sehingga memerlukan pelayanan

pendidikan khusus.

Anak berkebutuhan khusus (ABK) ini ada dua kelompok, yaitu: ABK

temporer (sementara) dan permanen (tetap). Adapun yang termasuk kategori ABK

temporermeliputi: anak-anak yang berada di lapisan strata sosial ekonomi yang

paling bawah, anak jalanan (anjal), anak korban bencana alam,

anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-anak-anak-anak yang menjadi

korban HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk kategori ABK permanen adalah

anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, Autis, ADHD

(Attention Deficiency andHiperactivity Disorders), Anak Berkesulitan Belajar,

Anak berbakat dan sangat cerdas (Gifted). Anak berkebutuhan khusus yang paling

banyak mendapat perhatian guru antara lain.

a. Tunagrahita (Mental retardation)

Definisi tunagrahita yang dipublikasikan oleh American Association on

Mental Retardation (AAMR). Di awal tahun 60-an, tunagrahita merujuk pada

keterbatasan fungsi intelektual umum dan keterbatasan pada keterampilan adaptif.

Keterampilan adaptif mencakup area komunikasi, merawat diri, keterampilan

(6)

ini, ketunagrahitaan muncul sebelum usia 18 tahun. Menurut WHO seorang

tunagrahita memiliki dua hal yang esensial yaitu fungsi intelektual secara nyata di

bawah rata-rata dan adanya ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan

norma dan tututan yang berlaku dalam masyarakat.

b. Tunalaras (Emotional or behavioral disorder)

Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan

emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku

menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku

disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor

eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.Secara umum mereka selalu

dalam keadaan pervasive dan tidak menggembirakan atau depresi.

c. Tunarungu Wicara (Communication disorder and deafness)

Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran

baik permanen maupun tidak permanen, karena memiliki hambatan dalam

pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga

mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu

menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara

internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara.

Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu

(7)

d. Tunanetra (Partially seing and legally blind)

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan.

tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind)

dan low vision. Tunanetra memiliki keterbatasan dalam indra penglihatan maka

proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan

indra pendengaran

e. Tunadaksa (physical disability)

Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan

oleh kelainanneuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau

akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat

gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam

melakukan aktivitas fisiktetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang

yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi

sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak

mampu mengontrol gerakan fisik.

f. Tunaganda (Multiple handicapped)

Tunaganda adalah mereka yang mempunyai kelainan perkembangan

mencakup kelompok yang mempunyai hambatan-hambatan perkembangan

neurologis yang disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam

kemampuan seperti intelegensi, gerak, bahasa, atau hubungan pribadi di

(8)

g. Kesulitan Belajar (Learning disabilities)

Anak dengan kesulitan belajar adalah individu yang memiliki gangguan pada

satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan

penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat memengaruhi kemampuan

berfikir, membaca,berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan

persepsi, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu

kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan

motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah

dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.

h. Anak Berbakat (Giftedness and special talents)

Anak berbakat adalah mereka yang mempunyai skor IQ 140 atau lebih diukur

dengan instrument Stanford Binet, mempunyai kreativitas tinggi kemampuan

memimpin dan kemampuan dalam seni drama, seni tari dan seni rupa. Anak

berbakat mempunyai empat kategori, sebagai berikut:

 Mempunyai kemampuan intelektual atau intelegensi yang

menyeluruh, mengacu pada kemampuan berpikir secara abstrak

dan mampu memecahkan masalah secara sistematis dan masuk

akal.

 Kemampuan intelektual khusus, mengacu pada kemampuan yang

berbeda dalam matematika, bahasa asing, music, atau ilmu

(9)

 Berpikir kreatif atau berpikir murni menyeluruh. Pada umumnya

mampu berpikir untuk menyelesaikan masalah yang tidak umum

dan memerlukan pemikiran tinggi.

 Mempunyai bakat kreatif khusus, bersifat orisinil dan berbeda

dengan yang lain.

i. Anak Autistik

Autism Syndrome merupakan kelainan yang disebabkan adanya hambatan

pada ketidakmampuan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan pada otak.

Gejala-gejalanya antara lain:

 Senang tidur bermalas-malasan atau duduk menyendiri dengan

tampang acuh, muka pucat, dan mata sayu dan selalu

memandang ke bawah.

 Selalu diam sepanjang waktu.

 Jika ada pertanyaan terhadapnya, jawabannya sangat pelan

dengan nada monoton, kemudian dengan suara yang aneh akan

menceritakan dirinya dengan beberapa kata kemudian diam

menyendiri lagi.

 Tidak pernah bertanya, tidak menunjukkan rasa takut dan tidak

menyenangi sekelilingnya.

 Tidak tampak ceria.

 Tidak peduli terhadap lingkungannya, kecuali terhadap benda yang

(10)

Secara umum anak autis mengalami kelainan dalam berbicara, kelainan

fungsi saraf dan intelektual, Hal tersebut dapat terlihat dengan adanya keganjilan

perilaku dan ketidakmampuan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

j. Hiperaktif(Attention Deficit Disorder with Hyperactive)

Hiperaktif bukan merupakan penyakit tetapi suatu gejala atau symptoms.

Dewasa ini banyak kalangan medis masih menyebut anak hiperaktif dengan istilah

attention deficit disorder (ADHD) (http://www.gbkp.or.id).

2.5 Perkembangan Pendidikan berkebutuhan Khusus di Indonesia

Di Indonesia, perkembangan pendidikan luar biasa dimulai sebelum masa

kemerdekaan yaitu dengan berdirinya dan untuk pertama kalinya, Lembaga

Penyandang Cacat Tunanetra di Bandung pada tahun 1901. Lalu pada 1927

dibuka sekolah bagi anak tunagrahita di kota yang sama dan pada saat yang

hampir bersamaan didirikan sekolah khusus bagi anak tunarungu pada 1930 di

Bandung juga. Selain itu ada juga YPAC Surakarta yang berdiri Tanggal 5

Februari 1953 di Surakarta dan didirikan oleh Prof. DR. dr. Soeharso. Untuk

Sumatera Utara sendiri pada tahun 1964 di Medan di didirikan sekolah untuk anak

cacat.

Hingga saat ini pendidikan luar biasa di Indonesia sebagian besar masih

bersifat segregratif, yaitu memisahkan antara anak berkebutuhan khusus dari

anak-anak normal dan menempatkan mereka di sekolah khusus atau yang dikenal

dengan Sekolah Luar Biasa (SLB). Model pendidikan segregratif ini bertujuan

(11)

sehingga dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal. SLB terdiri dari

jenjang pra sekolah TKLB, pendidikan dasar (SDLB, SMPLB) dan pendidikan

menengah (SMLB). Dengan penggolongan jenis sekolah yaitu:

 SLB A untuk Tunanetra  SLB B untuk tunarungu  SLB C untuk tunagrahita

 SLB D untuk tunadaksa  SLB E untuk tunalaras  SLB G untuk tunaganda.

Selain model pendidikan segregatif ada juga model pendidikan inklusif

yaitu sekolah yang menampung semua murid di kelas yang sama, sekolah ini

menyediakan pendidikan yang layak, dan sesuai dengan kemampuan dan

kebutuhan setiap murid. Biasanya ABK disekolahkan di tempat yang terdekat

dengan mereka. Mulai 2001 pendidikan inklusi telah menjadi program Direktorat

Pendidikan Luar Biasa yang bertugas untuk mengatur pelaksanaan pendidikan

luar biasa tidak hanya di SLB namun juga di sekolah-sekolah reguler, termasuk

salah satunya adalah membekali para guru di semua sekolah reguler dengan

pengetahuan dan keterampilan layanan bagi anak berkebutuhan khusus.

Beberapa sekolah baik itu SD, SMP dan SMA reguler telah ditunjuk

menjadi sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. Walaupun memang dalam

pelaksanaannya masih terdapat hambatan. Untuk memenuhi guru yang mengajar

di sekolah luar biasa yang diperuntukkan bagi anak luar biasa, didirikan lembaga

(12)

PLB yang pertama, Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa (SGPLB), didirikan di

Bandung pada tahun 1952.

(http://www.google.co.id/urlsaANAK+BERKEBUTUHAN+KHUSUS

Referensi

Dokumen terkait

3.3.1.7 Menceritakan kembali isi cerita secara sederhana 3.3.1.8 Menyebutkan tokoh – tokoh yang ada dalam cerita 3.4 Mengenal pembendaharaan kata sifat (nakal , pelit , baik hati

Model pembelajaran portofolio merupakan pembelajaran sebagai proses kegiatan belajar mengajar yang bersoko guru pada aktivitas belajar siswa kadar tinggi dan multi domain

[r]

Pada hari ini Selasa tanggal Tujuh bulan Agustus tahun Dua Ribu Dua Belas kami yang bertandatangan di bawah ini Panitia Pengadaan Rehabilitasi Gedung Sekolah Madrasah Tsanawiyah

[r]

Terkait dengan keabsahan dan keaslian semua dokumen yang telah dikirimkan ke Panitia Pengadaan.. Barang/Jasa untuk Kegiatan Rehab 4 Ruang Kelas Pada MTsN

Jumlah Penyedia yang memasukan/meng-upload penawaran lengkap (dokumen kualifikasi dan dokumen penawaran administasi, teknis dan harga)d. Jumlah Penyedia yang memasukan/meng-upload

[r]