• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dalam Hal Terjadinya Kebakaran Lahan (Studi Putusan Nomor:228 Pid.Sus 2013 PN.PLW)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dalam Hal Terjadinya Kebakaran Lahan (Studi Putusan Nomor:228 Pid.Sus 2013 PN.PLW)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dan lingkungan ibarat dua sisi mata koin yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan hubungan yang sangat erat dan tidak terpisahkan. Manusia memerlukan lingkungan agar dapat bertahan hidup. Manusia membutuhkan oksigen untuk dapat bertahan hidup. Oksigen dihasilkan tumbuhan dari proses fotosintesis. Lingkungan pun membutuhkan manusia karena lingkungan tidak dapat merawat dirinya sendiri. Tumbuhan membutuhkan manusia untuk melakukan serangkaian kegiatan untuk menjaga dan melestarikan keberadaan tumbuhan itu sendiri.

Setiap orang berhak atas hidup yang layak termasuk memperoleh udara yang bersih dan sehat. Negara Indonesia sebagai Negara hukum telah menjamin hal tersebut. Undang-Undang Dasar 1945 adalah landasan konstitusional bagi penyelenggaraan pemerintah Negara yang mewajibkan agar bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya (sumberdaya alam) digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat1. Pasal 28 H Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga Negara Indonesia2

1

Syamsul Arifin, Hukum Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta:PT.Sofmedia,2012),Hal.39

2

(2)

Perkebunan adalah segala kegiatan sumber daya alam, sumber daya manusia, alat dan mesin, budi daya, panen, pengolahan, dan pemasaran terkait tanaman perkebunan3

Indonesia memiliki wilayah 750 juta hektar dengan luas daratan 193 juta hektar. Di atas daratan tersebut, terdapat hutan seluas 143, 9 juta hektar. Wilayah hutan seluas itu sebagian besar berada di Kalimantan, Sumatera, Irian Jaya bagian Timur, dan Jawa yang merupakan tipe hutan hujan tropik. Sebagian berupa hutan tropik musiman berada di Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Irian Jaya bagian selatan. Sebagian kecil dari wilayah hutan tersebut berupa hutan rawa air tawar, yaitu di Sumatera bagian timur, Kalimantan Selatan dan Irian Jaya

. Perkebunan adalah usaha yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tentu saja usaha tesebut memanfaatkan apa yang disediakan oleh alam. Salah satunya adalah lahan, dimana lahan ini adalah salah satu modal untuk melakukan kegiatan usaha perkebunan tersebut.

4

Dewasa ini, kemajuan teknologi menyebabkan banyak perubahan sudut pandang manusia. Manusia mulai mengembangkan ide-ide untk mengusahakan hal-hal sekitarnya menjadi sesuatu yang lebih berguna. Salah satunya ialah keberadaan lahan. Sebuah lahan tidak dipandang hanya dari aspek lingkungan saja. Keberadaan suatu lahan juga dipandang menjadi aset yang mampu dialihkan ke sektor lain. Sektor-sektor tersebut ialah sektor industri,sektor perkebunan, sektor pertanian, sektor

.

3

UU No. 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan.

4

(3)

pembangunan wilayah perumahan dan lainnya. Keberadaan suatu lahan diperlukan sebagai media atau tempat pendirian sektor-sektor usaha tersebut.

Pelaksanan alih fungsi lahan memerlukan izin dari pihak pemerintah setempat. Pemberian izin tidak boleh sembarangan. Selain karena harus sesuai tata prosedur peraturan perundang-undangan yang berlaku, harus juga menjunjung kelestarian hutan dan daerah disekitar lahan yang akan dialihfungsikan. Tata prosedur yang telah ditentukan pemerintah, tidak serta merta ditaati oleh korporasi yang akan melakukan alih fungsi lahan. Korporasi lebih memilih “cara nakal” untuk memuluskan rencana alih fungsi lahan. Cara ini kerap melibatkan birokrasi yang juga tidak berintegritas. Akibatnya timbullah suap antara birokrasi dan korporasi yang tercipta secara massif.

Untuk memuluskan langkah untuk alih fungsi lahan, perusahaan kerap melakukan tindakan pembakaran lahan. Pembakaran lahan yang tidak sesuai posedur merupakan jalan yang ditempuh beberapa korporasi untuk melakukan alih fungsi lahan ke sektor lain dengan cara yang cepat, dan tentunya menelan biaya yang tidak mahal. Tentu dengan cara ini, korporasi menjadi lebih cepat mendirikan sektor usaha di atas lahan yang telah dialihfungsikan tersebut.

(4)

luas lahan yang terbakar sepanjang tahun 2014 adalah sekitar 23625,6 hektar 5

Efek lain yang timbul tentu masalah asap. Proses pembakaran menghasilkan asap yang tidak baik untuk kesehatan manusia. Asap ini merupakan akibat pembakaran hutan di lahan tersebut. Proses penanggulangannya sangat lambat karena asap tersebut berwujud gas dan telah menyatu dengan udara bersih. Kebakaran di Riau pada tahun 2015 telah menunjukkan kepada semua lapisan masyarakat Indonesia bahwa asap hasil pembakaran hutan dan lahan tersebut sangat mengganggu tatanan kehidupan di bumi ini. Efek lanjut dari asap ini adalah meningkatnya kasus penyakit ISPA (Infeksi Saluran Penafasan Akut). Kasus ini meningkat tajam ketika . Sebagian besar lahan sengaja dibakar untuk kegiatan pembukaan lahan industry. Hal ini disebut dengan Land Clearling (Pembersihan lahan). Hal ini secara mendasar tentu menimbulkan “sakit” pada tanah tersebut. Dimana tanah atau pun lahan itu tersebut diibaratkan sengaja dirusak oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Akhirnya kebakaran lahan pun terjadu. Akibat lainnya ialah, musnahnya habitat asli margasatwa yang ada di dalam hutan. Tentu tidak sedikit hewan yang berada dalam hutan dan menjadikan hutan sebagai rumahnya. Lahan yang juga seharusnya diolah dengan baik menjadi rusak. Bisa kita bayangkan bahwa, binatang-binatang tersebut kehilangan tempat tinggal dan malah bisa masuk ke areal lingkungan masyarakat sekitar.

5

(5)

terjadi pembakaran hutan yang cukup besar pada tahun 2015 kemarin. ISPA tidak hanya menyerang orang dewasa, anak-anak pun menjadi korban empuk dari asap ini.

Dinas Kesehatan Provinsi Riau mencatat bahwa ada sekitar 43.386 korban ISPA yang ada di Riau6 Ini masih data korban yang mendaftarkan diri ke rumah sakit maupun puskesmas. Menteri kesehatan sendiri memaparkan bahwa terdapat 425.377 korban penyakit ISPA yang ada di tujuh provinsi di Indonesia7

Hal ini tentu menjadi beban tambahan bagi pemerintah. Pemerintah harus tetap menjamin keselamatan seluruh lapisan masyarakat. Salah satu bentuknya, Pemerintah mengucurkan dana untuk pembelian masker serta kegiatan medis dalam rangka penanggulang penyakit ISPA. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana mengatakan bahwa kerugian Negara akibat kebakaran hutan di Riau mencapai 20 Triliun bahkan diperkirakan lebih

. Dalam hal ini telah terjadi peningkatan korban dari yang sebelumnya. Korbannya mayoritas adalah anak-anak serta orang dewasa. Kemungkinan terparahnya dapat menyebabkan kanker paru-paru dalam waktu lima belas sampai dua puluh tahun kedepan.

8

. Pemerintah juga menerjunkan pihak-pihak terkait seperti tim medis untuk penanganan korban kebakaran hutan yang terjadi. Hal ini tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit.

(6)

Tidak hanya pemerintah, masyarakat secara tidak langsung banyak dirugikan dengan adanya bencana asap yang merupakan akibat kebakaran hutan. Masyarakat menjadi tidak nyaman dalam melaksanakan seluruh kegiatan aktivitas sehari-hari. Udara yang dihirup juga udara yang tidak sehat, dapat menghalangi penglihatan apabila membawa kendaraan. Hal seperti ini tentu mengganggu kenyamanan setiap masyarakat. Secara garis besar mengakibatkan “kelumpuhan” ekonomi dalam skala yang cukup besar. Asap yang mengganggu masyarakat juga merupakan salah satu bentuk bencana yang besar. Bisa dibayangkan, akibat kebakaran hutan dan lahan tahun 2015 mengakibatkan hampir seluruh pulau Sumatera menjadi lumpuh kegiatan industri maupun perekonomiannya.

Efek asap tidak hanya dialami oleh Negara Indonesia saja. Negara tetangga juga ikut meluncurkan protes. Negara-negara tetangga ikut merasakan dampak asap kiriman dari Indonesia. Hal ini tentu menjadi pukulan bagi kita. Bagaimaa tidak, kita sebuah negara yang lebih besar dari Singapura saja, tidak mampu menjaga hutan kita dari tangan orang yang tidak bertanggung jawab. Hal ini sempat memengaruhi kondisi hubungan diplomatik Indonesia dengan Negara tetangga. Singapura melalui Menteri Luar Negerinya memberikan pernyataan bahwa Indonesia "sangat tidak memikirkan keselamatan warga kami, dan warga mereka sendiri"9

. Selain Singapura, Malaysia dan Thailand juga memberikan komentar. Bahkan Malaysia sendiri harus menutup beberapa sekolahnya dikarenakan terganggu asap kiriman dari Indonesia.

(7)

Korporasi merupakan subjek yang disorot tajam dalam bencana kebakaran lahan maupun hutan. Hal ini karena pelaku yang menyebabkan kebakaran merupakan suruhan pihak korporasi. Hal ini yang dipandang perlu diteliti ulang tentang produk hukum Indonesia yang mengatur keberadaan korporasi dalam sistem hukum Indonesia. Memang korporasi tidak dapat dipertanggungjawabkan secara badan, namun yang menjadi masalah adalah sejauh mana korporasi dapat diminta pertanggungjawaban secara pidana bila melakukan pembakaran lahan. Ketentuan pertanggungjawaban pidana yang diminta karena pada konteknya sebenarnya korporasi telah menimbulkan akibat yang tidak merugakan individu atau hanya korporasi, namun merugikan banyak orang baik secara langsung maupun tidak langsung.

Beberapa korporasi yang diduga menjadi pelaku tindak pidana pembakaran lahan, diantaranya korporasi yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit diantaranya PT. Tebo Alam Lestari, PT. Ricky Kurniawan Kartapersada, PT. Agro Tunggul Gemilang Abadi10

10

http://sp.beritasatu.com/home/12-perusahaan-di-jambi-diperiksa-terkait-kasus-kebakaran-hutan/100009

(8)

Oleh karena itu penulis tertarik membahas tentang pertanggungjawaban pidana korporasi, terkhususnya dalam hal terjadinya kebakaran lahan. Penulis melihat efek kebakaran lahan yang ditimbulkan sangat merugikan semua pihak. Maka perlu ditinjau dan dibahas bagaimana korporasi dapat dituntut pertanggungjawaban pidananya. Bab–Bab selanjutnya akan membahas bagimana kedudukan sebuah korporasi di mata hukum Indonesia, bagaimana pertanggungjawaban pidana sebuah korporasi dalam hal terjadinya kebakaran lahan. Selanjutnya akan diuraikan bagaimana pertanggungjawaban secara teori yang berlaku serta akan mengimplemetasikan teori tersebut dalam sebuah analisa putusan. Dimana putusan yang akan dianalisa merupakan Putusan Pengadilan Negeri Pelalawan terhadap PT. Adei Plantation & Industry yang diduga sengaja melakukan pembakaran lahan di lahan perkebunan mereka sendiri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah pada penulisan skripsi ini adalah

1. Bagaimana Bentuk Pertanggungjawaban Pidana pada Korporasi dalam hal terjadinya kebakaran lahan?

(9)

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian skripsi ini adalah

1. Untuk mengetahui Bentuk Pertanggungjawaban Pidana pada Korporasi dalam hal terjadinya kebakaran lahan

2. Untuk mengetahui Pertimbangan Hakim tentang Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dalam menjatuhkan Putusan terhadap PT. Adei Plantation & Industry? (Studi Putusan No. 228/Pid.Sus/2013/PN.PLW)

D. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari Penulisan Skripsi ini adalah: 01.Secara Teoritis

Hasil Penulisan Skripsi ini diharapakan bermanfaat untuk memberi masukan berupa tambahan ilmu hukum dan sumbangsih pemikiran terkait dengan hukum pidana secara khusus tentang hukum lingkungan.

02.Secara Praktis

(10)

E. Keaslian Penulis

Skripsi yang memiliki judul “Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Hal Terjadinya Kebakaran Lahan (Studi Putusan Nomor.228/Pid.Sus/2013/PN.PLW) sepengetahuan penulis belum ada penulis lain yang menuliskan skripsi dengan judul yang sama dan penulis telah melakukan uji bersih ke Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

F. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana

Pertanggungjawaban pidana erat kaitannya dengan tindak pidana/perbuatan pidana. Walaupun dalam pengertian tindak pidana itu sendiri, tindak pidana hanya menunjuk kepada dilarangnya suatu perbuatan. Hal ini disebabkan tidak semua perbuatan pidana harus dipidana. Pertanggungjawaban pidana lahir dengan diteruskannya celaan (verwijtbaarheid) yang objektif terhadap perbuatan sebagai tindak pidana berdasarkan hukum pidana yang berlaku dan secara subjektif kepada pembuat yang memenuhi persyaratan untuk dikenai pertanggungjawaban pidana11

Perbuatan pidana hanya mengacu pada hal yang dilarang dan ancaman sanksi yang dikenakan. Terhadap orang yang melakukan perbuatan tersebut tidak boleh sembarang diterapkan sanksi pidana. Harus dilihat apakah perbuatan yang dilakukan tersebut, dia memiliki kesalahan. Sebab asas dalam pertanggungjawaban hukum

11

(11)

pidana ialah: Tidak dipidana jika tidak ada kesalahan (Geen straf zonder schuld; Actus non facit reum nisi mens sist rea)12

Kesalahan adalah adanya keadaan psikis yang tertentu pada orang yang melakukan perbuatan pidana dan adanya hubungan antara keadaan tersebut dengan perbuatan yang dilakukan yang sedemikian rupa, hingga orang itu dapat dicela karena melakukan perbuatan tadi.

.

Seseorang tidak dapat dikenai pidana apabila tidak terbukti melakukan suatu perbuatan pidana. Perbuatan pidana tidak serta merta dipidana karena suatu perbuatan pidana dapat terjadi karena adanya kealpaan. Seseorang dapat lalai atau alpa terhadap hal-hal yang menurut pandangan masyarakat wajib dilakukan. Namun ada juga orang yang sudah melakukan semua kewajiban tapi tetap terjadi sebuah perbuatan pidana. Misalnya seorang pengendara mobil sudah lengkap semua kewajibannya yang sesuai standart, tapi tiba-tiba ada seseorang yang seketika memotong jalan yang menyebabkan terjadinya sebuah kecelakaan dan ada yang meninggal dunia. Disini tidak serta merta si pengendara dapat disalahkan.

Jadi sebenarnya, perlu dirumuskan sebenarnya bagaimana pengertian kesalahan yang tepat. Menurut Simons

13

1. Harus ada keadaan batin tertentu

Dari pengertian diatas bahwa untuk terjadinya suatu kesalahan maka:

12

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta:Penerbit Rineka Cipta, 2015), Hal. 165

13Ibid

(12)

2. Harus ada hubungan antara keadaan batin tersebut dengan perbuatan yang dilakukan.

Berdasarkan kedua uraian diatas ,terlebih dahulu melihat pihak-pihak yang dapat dimintai pertanggungjawaban. Hanya orang-orang ”normal” sajalah kita dapat dimintai pertanggungjawaban pidana. Orang normal disini ialah yang waras dan tidak dibawah pengampuan. Hal ini penting agar ketika dimintai pertanggungjawaban pidana, orang tersebut mampu melaksanakan pertanggungjawaban tersebut. Hal ini telah termuat dalam Pasal 44 KUHP yang berbunyi: Barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya disebabkan karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya, atau terganggu karena penyakit, tidak dipidana.

Setelah melihat pihak-pihak yang dapat dimintai pertanggungjawaban pidana, selanjutnya adalah menguraikan perbuatan-perbuatan yang dapat dimintai pertanggungjawaban. Pada dasarnya, tidak semua perbuatan pidana yang dapat dimintai pertanggungjawaban pidananya. Ada perbuatan yang terjadi karena kelalaian/kealpaan.

(13)

onachtzaamheidatau culpa14

2. Korporasi

. Kita juga mengenal adanya alasan pemaaf dan alasan pembenar. Namun pada intinya setiap perbuatan harusnya diiringi oleh pertanggungjawaban terhadap resiko yang dihasilkan. Begitu juga dengan suatu perbuatan pidana. Sebuah perbuatan pidana yang menghasilkan suatu akibat yang merugikan pihak tertentu harus dituntut pertanggung jawaban pidananya terhadap orang yang melakukan perbuatan tersebut. Dalam penjatuhan sanksinya, harus melihat apakah orangnya memang layak dimintai pertanggungjawaban pidana atau tidak.

Korporasi secara etimologis dikenal dalam berbagai bahasa, seperti bahasa Inggris yakni Corporation, dalam bahasa Belanda dikenal dengan nama corporatie. Secara sempit, pengertian korporasi adalah Badan Hukum. Hukum Romawi telah memperkenalkan konsep “Korporasi” namun hingga abad ke XVIII tidak mengalami suatu perkembangan. Dalam perkembangan sistem Hukum Indonesia, istilah “Korporasi” merupakan bahasa yang lazim diantara pakar hukum. Biasanya kata korporasi ini digunakan dalam bidang keperdataan sebagai badan hukum (rechtpersoon) atau legal entities atau corporation15

Dalam Black’s Law Dictionary disebutkan pengertian korporasi sebagai badan hukum, yakni sebagai berikut:

.

14Ibid

Hal 176

15

(14)

Corporation, an artificial persons or legal created by or under the authority of the laws of a state. An association of persons created by statuate as a legal entity. The law treats the corporation itself as a person which can sue and be sued. An entity (usually a business) having authority under law to act as a single person distinct from the shareholders who own it and having rights to issuestock an exist indefinitely, a group or succession of persons established in accordance with legal rules into a legal or juristic person that has legal personality distinct from the natural persons who make it up, exists indefinitely apart from them, and has the legal powers that is constitution gives it.

(Korporasi adalah subjek berupa orang buatan atau badan hukum yang dibentuk berdasarkan hukum suatu Negara. Persekutuan orang-orang tersebut dijadikan statusnya sebagai badan hukum. Hukum memberikan korporasi tersebut sebagai orang yang dapat menggugat dan digugat. Korporasi tersebut mempuyai kewenangan sebagaimana layaknya orang yang tidak dimiliki oloeh pemegang sahamnya, mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan saham dan memiliki keberadaan hukum untuk waktu yang tak terbatas. Korporasi adalah badan hukum yang memiliki kepribadian hukum yang berbeda dengan orang-orang yang membuatnya, memiliki kebendaan yang berbeda dari orang-orang tersebut dan memiliki kewenangan berdasarkan hukum yang mengaturnya).

Sistem Hukum Indonesia mengenal subjek hukum yang kemudian terbagi atas 2 bentuk yakni :

1. Manusia (person)

2. Badan hukum (rechtpersoon)

Korporasi yang melakukan perbuatan hukum memenuhi unsur-unsur untuk dapat dikatakan sebagai subjek hukum16

16Ibid

, Hal 9

(15)

corpus yang struktur fisiknya dan kedalamnya hukum memasukkan unsur animus yang membuat badan tersebut mempunyai kepribadian17

Ialah suatu gabungan orang yang dalam pergaulan hukum bertindak bersama-sama sebagai suatu objek hukum tersendiri suatu personifikasi. Korporasi adalah badan hukum yang beranggota, tetapi mempunyai hak kewajiban sendiri terpisah dari hak kewajiban anggota masing-masing

.

Adapun pengertian para sarjana tentang korporasi yakni :

Menurut Utrecht/Moh. Soleh Djindang tentang korporasi :

18

Korporasi adalah suatu perkumpulan orang, dalam korporasi biasanya yang mempunyai kepentingan adalah orang-orang yang merupakan anggota dari korporasi itu, anggota mana juga memiliki kekuasaan dalam peraturan korporasi berupa rapat anggota sebagai alat kekuasaan yang tertinggi dalam peraturan korporasi

Menurut Subekti dan Tjitrosudibio ialah:

“Yang dimaksud dengan corporatie atau korporasi adalah suatu perseroan yang merupakan badan hukum”.

Menurut Wirjono Prodjodikoro, ialah

19

Korporasi adalah organ mati namun dihidupkan oleh orang-orang yang memiliki kepentingan terhadap berdirinya korporasi tersebut. Keberadaan korporasi ditentukan dari eksistensi orang-orang yang menjalankan roda pergerakan korporasi

17

Muladi dan Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, (Jakarta:Kencana,2010), Hal 24.

18Ibid

Hal 25

19Ibid

(16)

itu, yakni melalui direksinya ataupun dari keputusan-keputusan para pemegang saham korporasi tersebut.

Ada beberapa bentuk dari korporasi20

1. Korporasi Publik

:

yakni suatu bentuk korporasi yang didirikan oleh pemerintah yang mana korporasi tersebut didirikan untuk memenuhi tugas-tugas administrasi di bidang public

2. Korporasi Privat

yakni korporasi yang didirikan untuk kepentingan pribadi atau privat yang bergerak dalam bidang keuangan , perdagangan, industri. Dalam kenyataannya, saham dalam korporasi privat ini dapat dijual kepada masyarakat.

3. Korporasi Publik Quasi

yakni bentuk korporasi yang lebih dikenal dengan nama korporasi yang melayani kepentingan umum (Public services)21

Korporasi sebagai salah satu subjek hukum tidak dapat melakukan sendiri segala kegiatan korporasi. Secara mendasar, korporasi adalah benda mati. Korporasi dijalankan oleh 3 unsur penting yakni adanya 1. Rapat Umum Pemegang Saham, 2. Direksi, 3. Dewan Komisaris.

.

I.S Susanto mengatakan bahwa Korporasi secara umum memiliki lima ciri penting yakni:

1. Merupakan subjek hukum buatan yang memiliki kedudukan hukum khusus. 2. Memiliki jangka waktu hidup yang tak terbatas

3. Memperoleh kekuasaan (dari negara) untuk melakukan kegiatan bisnis tertentu 4. Dimiliki oleh pemegang saham

5. Tanggung jawab pemegang saham terhadap kerugian korporasi yang sebatas saham miliknya.

20Ibid

Hal. 28

21

(17)

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 yang diundangkan tanggal 16 Agustus 2007 (Lembaran Negara RI, Tahun 2007 No. 06, Tambahan Lembar Negara RI No. 4756) memuat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagai urutan pertama dari 3 organ dalam perseroan terbatas. Indonesia yang menganut sistem hukum sipil (civil law system) menggunakan sistem two-tier management system yang mana terdapat lembaga Direksi yang menjalankan manajemen perusahaan dan Dewan Komisaris yang mengawasi jalannya manajemen perusahaan oleh Direksi. Sedangkan negara common law mengenal sistem single-tier management structure22

RUPS memiliki wewenang maupun hak tersendiri yang mana tidak ada pada organ perseroan lainnya seperti Direksi maupun pada organ Dewan Komisaris. Ketentuan-ketentuan tentang Rapat Umum Pemegang Saham itu sendiri ada dalam

. Sistem Common law tidak mengenal adanya Dewan Komisaris.

Pendirian suatu perseroan terbatas berdasarkan pasal 1 angka 1 UUPT merupakan persekutuan modal dari para pendiri PT tersebut. Pasal 1 angka 4 UUPT menyatakan;

“Rapat umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut RUPS adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang dan/atau anggaran dasar.”

22

(18)

UUPT pada Bab VI, dimulai dari Pasal 75 hingga Pasal 91. RUPS merupakan wadah tertinggi dalam sebuah perseroan terbatas yang memiliki peran penting dalam pengambilan keputusanb untuk setiap perbuatan hukum perseroan terbatas. Kewenangan RUPS sendiri banyak, seperti yang dimuat dalam UUPT. Secara ringkasnya, ada beberapa yang menjudi kewenangan RUPS yakni:

1. RUPS berwenang memberi persetujuan atas perbuatan hukum calon pendiri pra pendirian PT.

2. RUPS berwenang member persetujuan atas perbuatan hukum yang dilakukan oleh PT sebelum PT tersebut memiliki status badan hukum.

3. RUPS berwenang memberi persetujuan atas perubahan anggaran dasar PT. 4. RUPS berwenang memberi persetujuan untuk pengangkatan dan

pemberhentian anggota direksi dan dewan komisaris PT.

5. RUPS berwenang member persetujuan atas penggabungan, peleburan, pengambilalihan atau pemisahan.

6. RUPS berwenang memberi persetujuan atas pembubaran dan likuidasi perseroan.23

2. Direksi

Keberadaan direksi merupakan hal yang penting dalam eksistensi sebuah korporasi. Tiada Perseroan tanpa adanya direksi24

23Ibid

Hal.

(19)

tidak ada perseroan. Jadi kedua hal ini saling membutuhkan. Perseroan sebagai badan hukum memilki kekayaan terpisah dengan direksi dan dianggap seakan-akan subyek hukum. Secara umum tugas direksi adalah mengurus dan menjalankan perseroan sesuai dengan tujuan perseroan tersebut.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pada pasal 1 angka 5 telah merumuskan bahwa Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai ketentuan anggaran dasar25

1. Mengatur atau mengelola kegiatan-kegiatan Perseroan. .

Direksi dalam sebuah perseroan terbatas memiliki beberapa tanggung jawab dan wewenang, diantaranya;

2. Mengurus kekayaan perseroan.

3. Mewakili perseroan di dalamn dan di luar pengadilan.

Undang-undang Perseroan Terbatas memuat secara rinci tugas direksi dalam sebuah perseroan. Hal tersebut dimuat dalam Pasal 92 ayat 2 Undang-Undang Perseroan Terbatas. Tugas-tugas tersebut pada dasarnya bersifat tekstual. Artinya

24

T.Suhaimi, Pertanggungjawaban Pidana Direksi, (Bandung:Books Terrace & Library, 2010), Hal. 41

25

(20)

ialah direksi dalam sebuah korporasi dapat melakukan beberapa hal diluar yang telah diatur Undang-Undang asalkan tetap berdasarkan anggaran dasar korporasi tersebut.

3. Dewan Komisaris

Secara spesifik ada 2 tugas pokok dari komisaris. Pertama, Komisaris bertugas mengawasi kebijakan dari Direksi. Kedua, memberikian nasihat kepada Direksi26

Komisaris memiliki cara tersendiri untuk menjalankan pengawasan terhadap direksi. Cara yang pertama ialah menggunakan undang-undang maupun anggaran dasar yang telah membuat ketentuan bahwa setiap perbuatan tertentu harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari komisaris sebelum dijalankan oleh direksi

. Perseroan memiliki komisaris hanya satu orang. Namun, dapat pula lebih dari satu. Apabila komisaris dalam sebuah perseroan lebih dari satu orang, maka akan disebut dewan komisaris.

27

01.Bertanggung jawab atas pengawasan perseroan

. Ataupun dengan cara dokumen yang bersangkutan ditandangani oleh direksi sekaligus ikut pula ditandatangani oleh komisaris. Maupun dengan cara komisaris menerbitkan surat persetujuan tersendiri.Adapun yang menjadi tanggung jawab dari Komisaris ialah:

02.Wajib dengan ikhtikad baik, kehati-hatian dan bertanggung jawab menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat pada direksi.

26

Pasal 108 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

27

(21)

03.Bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.

04.Apabila komisaris berjumlah lebih dari satu orang maka b erlaku tanggung jawab secara rentengt bagi setiap dewan komisaris.

Komisaris merupakan salah satu bagian penting dalam organ perseroan. Sebuah korporasi memerlukan organ yang bertindak sebagai pengawas. Hal ini dilakukan agar pada dasarnya korporasi itu dijalankan tetap berdasarkan anggaran dasar yang telah disepakati di RUPS. Komisaris bertugas mengawasi sistem kerja dari sebuah korporasi.

3. Kebakaran Lahan

Lahan memiliki banyak pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Diantaranya Purwodidodo yang berpendapat bahwa lahan memiliki pengertian: “Suatu lingkungan fisik yang mencakup iklim, relief tanah, hidrologi dan tumbuhan yang sampai pada batas tertentu akan mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan”28

“Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan, termasuk didalamnya hasil kegiatan manusia dimasa lalu dan sekarang seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan seperti yang tersalinasi”

. Selain itu Arsyad juga mengemukakan pendapatnya yakni:

29

28

Dikutip dari Direktori File Universitas Pendidikan Indonesia tentang Lahan, karangan Jupri, Jurusan Pendidikan Geografi, Hal. 8.

29Ibid

(22)

Menurut FAO (1995) dalam Lutfi Rayes (2007:2) mengemukakan beberapa fungsi lahan yakni fungsi produksi. Maksudnya adalah sebagai basis bagi berbagai sistem penunjang kehidupan melalui produksi biomassa yang menyediakan makanan, pakan ternak, serat bahan bakar kayu, dan bahan biotic lainnya bagi manusia baik secara langsung ataupun tidak langsung. Selain itu lahan juga memiliki fungsi ruang kehidupan yakni lahan menyediakan sarana fisik untuk tempat tinggal manusia, industri, dan aktivitas sosial lainnya30

Penggunaan lahan itu sendiri dibedakan dalam garis besar penggunaan lahan berdasar atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau diusahakan segala sesuatu yang ada diatas lahan tersebut. Maka dikenal beberapa bentuk penggunaan lahan diantaranya sawah, perkebunan, hutan produksi, hutan lindung. Sedangkan untuk yang bukan lahan pertanian dibedakan atas lahan permukiman, industry dan lainnya. Bentuk lahan yang akan dibahas selanjutnya adalah lahan perkebunan. Dalam Ketentuan yang ada di UU No. 18 Tahun 2004 Maka dapat ditarik kesimpulan tentang pengertian lahan adalah tanah dengan segala cirri, kemampuan dan sifatnya beserta segala sesuatu yang ada diatasnya termasuk kegiatan manusia yang melakukan serangkaian kegiatan untuk memanfaatkan lahan tersebut dimana lahan dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia.

30Ibid

(23)

tentang Perkebunan telah dinyatakan bahwa lahan perkebunan adalah bidang tanah yang digunakan untuk usaha perkebunan31

Indonesia adalah suatu negara yang bercorak agraris, dimana bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya melimpah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang patut disyukuri dan ini merupakan suatu potensi yang sangat besar dalam mengembangkan perkebunan untuk mewujudkan kemakmuran rakyat

.

Undang-Undang No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan dibuat dengan tujuan untuk maksud mengakomodir kebijakan pemerintah dalam rangka memperkuat struktur ekonomi masyarakat dan negara lewat devisa dari hasil ekspor perkebunan, oleh karena itu pemerintah lewat kebijakannya melakukan revitalisasi perkebunan dan memperbaharui sektor lain yang berkaitan dengan perkebunan.

32

Salah satu tahap dalam proses pendirian suatu perkebunan adalah tahap persiapan lahan. Dimana dalam tahap ini adalah masa dimana disiapkan lahan yang akan digunakan menjadi sebuah perkebunan. Awalnya suatu lahan adalah hutan, yang kemudian dialih fungsikan menjadi lahan yang akan diolah dalam bentuk perkebunan. Kerap kali untuk mengalihfungsikan suatu hutan menjadi lahan perkebunan

. Oleh karena itu perkebunan harus diselenggarakan berdasarkan asas manfaat dan berkelanjutan, keterbukaan serta berkeadilan.

31

Ketentuan Umum dari UU No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan.

32

(24)

menggunakan tindakan pembakaran. Membuka dan/atau mengolah lahan perkebunan dengan cara pembakaran yang berakibat pada terjadinya pencemaran dan perusakan fungsi lingkungan hidup33

Hal yang marak terjadi di Indonesia adalah bahwa pelaku usaha perkebunan dalam melakukan pembersihan lahan (land clearling) adalah dengan cara membakar, terutama pelaku usaha perkebunan pada budi daya tanaman kelapa sawit. Land clearing dengan cara pembakaran ini sangat efektif, efisien, mudah, cepat dan biayanya ringan

.

34

G. Metode Penulisan

. Biasanya pembakaran lahan ini dilakukan pada musim kemarau karena di musim inilah banyak kayu-kayu yang kering dan mudah terbakar.

Manusia adalah satu-satunya mahluk yang mengembangkan pengetahuan ini, secara sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan hanya terbatas untuk kelangsungan hidupnya. Berbeda dengan binatang, manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidupnya. Hal ini nantinya yang menyebabkan manusia mengembangkan pengetahuannya. Ada 2 hal yang penting dalam hal manusia mengembangkan pengetahuan yakni :

Pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut.Kedua, manusia

33Ibid

, Hal. 64

34Ibid

(25)

mempunyai kemampuan berpikir menurut alur kerangka berpikir tertentu.Kemampuan berpikir tersebut yang akhirnya menciptakan sebuah penelitian. Penelitian ialah suatu upaya pencarian terhadap sesuatu hal yang didasari akan keingintahuan. Sama halnya dengan penelitian ini, dimana penelitian ini dilakukan karena keingintahuan terhadap pertanggungjawaban pidana korporasi yang melakukan pembakaran hutan. Adapun bentuk penelitian ini ialah penelitian hukum normatif yang dilakukan dan diajukan pada berbagai sumber peraturan perundang-undangan.

Dimana dalam peneiltian doctrinal ini, ada 3 hal pokok yang akan dikerjakan yakni :

1. Menetapkan kriteria identifikasi untuk norma-norma yang disebut norma hukum positif atau yang disebut norma social lainnya yang bersifat non-hukum.

2. Melakukan koreksi terhadap norma-norma yang telah berlaku sebelumnya. 3. Menggorganisasikan norma yang sudah berhasil ke dalam system yang

komprehensif35

Dalam penulisan skripsi digunakan metode pendekatan analisis (Analytics approach) yang menganalisis bahan hukum untuk mendapatkan makna yang terkandung dalam suatu peraturan perundang-undangan sekaligus mengetahui penerapannya pada praktik hukum yang ada. Skripsi ini juga menggunakan metode

.

35

(26)

pendekatan kasus. Walaupun tidak murni kasus tapi tepatnya suatu putusan namun, tujuannya sama yakni untuk memperoleh gambaran dimensi penggunaan peraturan perundang-undangan pada suatu perkara atau kasus di kehidupan nyata.

Penelitian ini dilakukan dengan menganalisa putusan Pengadilan Tinggi Pekanbaru untuk mengetahui sejauh mana penerapan peraturan perundang-undangan tersebut dalam sebuah kasus. Penelitian ini juga menganalisa sejauh mana putusan hakim Pengadilan Tinggi Pekanbaru tersebut menerapkan putusan yang tepat dengan melihat dasar-dasar hukum yang digunakan atas penetapan putusan tersebut dan yang terpenting, melihat sejauh mana Majelis hakim menjatuhkan putusan yang harus memenuhi tujuan dari hukum itu sendiri yakni keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum.

Adapun data yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder, dimana data sekunder terdiri atas;

a. Bahan Hukum Primer, yakni bahan hukum yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak berwenang seperti KUHP, Undang-Undang, Peraturan Menteri dan lainnya

(27)

c. Bahan Hukum Tersier, yakni dokumen yang berisi konsep yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti KBBI, Ensiklopedia dan lain-lain.

Terkait dengan metode pengumpulan data, maka metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah Metode Library Research (Penelitian Kepustakaan) ialah menggunakan berbagai sumber bacaan seperti peraturan perundang-undangan, buku, majalah, pendapat sarjana dan bahan lainnya. Kemudian data yang telah ada akan diorganisir kemudian akan dianalisa terkait dengan putusan yang ada dalam skripsi disini sehingga hasil analisis dari kedua hal ini akan menunjukkan sejauh mana penggunaan produk peraturan terhadap permasalahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan Karya Ilmiah ini dirancang dengan sebagai berikut :

Pada Bab I merupakan Bab Pendahuluan yang memuat latar belakang, permasalahan, tujuan serta manfaat penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian serta sistematika penulisan.

(28)

korporasi serta bagaimana peertanggungjawaban korporasi yang diatur oleh Undang-Undang terkhusus KUHP,UU Lingkungan Hidup serta UU Perkebunan.

Pada Bab III menguraikan tentang Pertimbangan Hakim tentang Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dalam menjatuhkan putusan terhadap PT. Adei Plantation & Industry yang dimuat dalam Putusan Nomor 228/PID.SUS/2013/PN.PLW.

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian setelah semua byte sudah selesai dibaca maka komputer akan membungkusnya menjadi sebuah file yang isinya sama persis dengan yang terdownload Proyek akhir

Dari pengertian ini kita dapat mngetahui bahwa pembelajaran berbasis masalah ini difokuskan untuk perkembangan belajar siswa, bukan untuk membantu guru mengumpulkan informasi

• Wajib memakai kasut gelanggang (court shoes) yang tidak meninggalkan4. kesan di permukaan gelanggang (non marking

Tujuan Pengembangan Tujuan penelitian pengembangan ini untuk mengembangkan produk multimedia pembelajaran interaktif yang layak digunakan untuk menumbuhkan motivasi siswa kelas X

[r]

digunakan tetapi kondisinya kotor dan tidak terawat, sehingga pengunjung merasa tidak nyaman (Wawancara 18 Januari 2017). Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat

Game dalam jaringan selain bisa menghilangkan kejenuhan dapat juga memberikan kepuasan batin yang tidak dapat kita temukan di dalam game single player, kita juga dapat

Gugatan perwakilan kelompok ( class action ) ha- rus diajukan oleh konsumen yang benar-benar dirugikan dan dapat dibuktikan secara hukum, dan dengan kepentingan yang