• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Karya Ilmiah Jurnal Karya Ilmiah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal Karya Ilmiah Jurnal Karya Ilmiah"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

SPEECH CODES

DALAM PROSES TRANSAKSI ANTARA PEDAGANG ETNIS

TIONGHOA DENGAN PEMBELI PRIBUMI

(Studi Etnografi Komunikasi di kalangan Pedagang Etnis Tionghoa dan Pembeli

Pribumi untuk memperlancar proses transaksi dagang di ITC Cempaka Mas)

JURNAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Pada Fakultas Ilmu Komunikasi

Universitas Persada Indonesia Y.A.I

OLEH:

Antania Hanjani

1164170046

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

(2)

1

SURAT PERSETUJUAN

Hal

: Persetujuan Jurnal Ilmiah

Dengan ini menyampaikan :

Nama

: Antania Hanjani

NIM

: 1164170046

Fakultas

: Fakultas Ilmu Komunikasi

Jurusan

: Hubungan Masyarakat (S-1)

Bahwa mahasiswa tersebut telah menyelesaikan Jurnal Ilmiah dengan judul :

SPEECH CODES

DALAM PROSES TRANSAKSI ANTARA PEDAGANG ETNIS

TIONGHOA DENGAN PEMBELI PRIBUMI (Studi Etnografi Komunikasi di kalangan

Pedagang Etnis Tionghoa dan Pembeli Pribumi untuk memperlancar proses transaksi

dagang di ITC Cempaka Mas).

Demikian surat pertujuan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 12 Agutus 2015

Menyetujui,

(3)

2

SPEECH CODES

DALAM PROSES TRANSAKSI ANTARA

PEDAGANG ETNIS TIONGHOA DENGAN PEMBELI

PRIBUMI

(Studi Etnografi Komunikasi di kalangan Pedagang Etnis Tionghoa dan Pembeli Pribumi untuk memperlancar proses transaksi dagang di ITC Cempaka Mas)

Antania Hanjani

ABSTRACT

Speech codes is something that is important and necessary to communicate to achieve a similarity of meaning among people of different cultures. This study aims to determine the form of speech codes that exist when ethnic Chinese retailers to process transactions with Native buyers in ITC Cempaka Mas. Speech codes are divided into six propositions, which in the transaction process can occur verbally and nonverbally. This research approach is qualitative descriptive, and using ethnographic research methods of communication. Ethnographic methods of data analysis techniques communication starts from the description, analysis and interpretation of data. In this reasearch was found 5 proposition of 6 propositions in the transaction process between Chinese retailers and Natives buyer who get into the core theory of speech codes are only proposition 1, proposition 2, proposition 4, proposition 5, and the proposition 6. Conclusion of this research is Speech codes in the process of inter-dealer transactions with Native buyers and ethnic Chinese are speaking a code consisting of a set of codes, the symbol of which is in verbal and nonverbal communication owned by ethnic Chinese retailers and Natives buyer. Speech codes should be more widely introduced and disseminated both to the ethnic Chinese retailer and Natives buyer who are conducting the transaction processing, purchase order processes run smoothly and not impaired.

Keywords : Speech Codes, Transaction Processing, Ethnic Chinese Retailer, Native Buyers

PENDAHULUAN

Speech codes theory atau teori kode berbicara merupakan konsep teori yang masuk kedalam ranah komunikasi antarbudaya.

Speech codes itu sendiri dicetuskan oleh Gery Philipsen, seorang pemimpin dalam etnografi komunikasi, dan beliau mendefinisikan speech codes dalam Littlejohn (2011:461) sebagai serangkaian pemahaman khusus dalam sebuah budaya tentang apa yang dinilai sebagai komunikasi, signifikansi bentuk komunikasi dalam budaya, bagaimana semua bentuk tersebut dapat dipahami, dan bagaimana mereka ditunjukkan.

Speech codes merupakan suatu hal yang sangat penting dan dibutuhkan dalam berkomunikasi untuk mencapai sebuah kesamaan makna di antara orang-orang yang berbeda kebudayaan.

(4)

3 terjadi di Indonesia. Secara umum

Indonesia terbagi dalam dua golongan

besar etnis yakni golongan etnis pribumi

seperti etnis Jawa, Sunda, Batak, Minang

dan golongan etnis pendatang seperti etnis

India, Arab, Eropa (yang diwakili Portugis

dan Belanda) serta etnis Tionghoa.

Salah satu etnis di Indonesia yaitu etnis Tionghoa, merupakan etnis yang masih bertahan lama di Indonesia. Salah satu kota besar di Indonesia yang sampai saat ini banyak ditempati warga keturunan etnis Tionghoa adalah D.K.I Jakarta. Pada umumnya mata pencaharian etnis Tionghoa adalah berdagang dan mereka mempunyai jaringan perdagangan di Asia Tenggara. Dalam Emsan (2014:199) hal inipun didukung oleh ajaran leluhur Tiongkok Kuno yang paling mendapat tempat di sebagian besar etnis Tionghoa adalah Konfusius.

Dalam Emsan (2014:201) termasuk dalam peran yang penting dalam sebuah Negara menurut Konfusius (filsuf terkenal dari Tiongkok) ialah memilih menjadi pedagang, pebisnis atau pengusaha. Maka dari itu peneliti memutuskan untuk meneliti etnis Tionghoa yang berprofesi sebagai pedagang karena berdagang merupakan salah satu kultur etnis Tionghoa yang menonjol.

Dalam kehidupan sehari-hari pedagang melakukan proses transaksi dengan pembeli dan terjadilah komunikasi yang dilakukan untuk melakukan proses

transaksi dagang. Proses tersebut melalui pertukaran simbol yang tergantung dari persetujuan pedagang dan pembeli yang terlibat dalam komunikasi, sehingga satu keputusan dibuat dalam proses pemberian makna yang sama.

Transaksi dagang terjadi dalam bentuk percakapan ataupun tawar menawar harga. Seperti fenomena yang terjadi diantara pedagang etnis Tionghoa dan pembeli Pribumi dimana kebiasaan pedagang etnis Tionghoa yang bersuara keras ketika bertransaksi dagang, bukan berarti pedagang tersebut tidak suka melayani pembeli Pribumi, atau bukan berarti pedagang tersebut sedang membentak si pembeli. Hanya saja melayani pembeli dengan suara lantang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari dalam budaya mereka, sedangkan pembeli Pribumi terbiasa dengan suara dengan nada normal ketika melakukan transaksi dagang.

Dalam transaksi dagang tersebut etnis Tionghoa menggunakan kode berbicara atau speech code yang berbeda dari pembeli Pribumi. Jadi dengan mengetahui makna asli dari pesan verbal maupun nonverbal yang sampaikan oleh pedagang etnis Tionghoa kepada pembeli Pribumi merupakan hal yang sangat penting guna memperlancar proses komunikasi dalam transaksi dagang.

Pemahaman akan speech codes

(5)

4 atau kesamaan makna antar individu. Para

pedagang Etnis Tionghoa yang berada dalam lingkungan pembeli yang rata – rata pembelinya adalah orang Pribumi, terkadang mengalami hambatan dalam proses transaksi. Dengan memahami

speech codes maka kesalahpahaman yang akan atau sudah terjadi diantara pedagang etnis Tionghoa dan pembeli Pribumi dalam penelitian ini dapat dihindari ataupun diminimalisir.

Oleh sebab itu peneliti ingin menggali bagaimana mereka berkomunikasi serta penggunaan speech codes yang terjadi dalam proses transaksi antara pedagang etnis Tionghoa dan pembeli pribumi. Setelah sebelumnya peneliti melakukan survei awal terhadap beberapa pedagang, maka ITC Cempaka Mas Mega Grosir dianggap cocok untuk menjawab permasalahan karena ITC Cempaka Mas diklaim sebagai pusat grosir dan eceran terbesar di Asia Tenggara. Penelitian ini kemudian menjadi penting untuk digali dan dimengerti pedagang etnis Tionghoa dan pembeli Pribumi dalam hal proses transaksi dagang. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti serta mengetahui tentang bagaimana ―Speech Codes dalam Proses Transaksi Antara Pedagang Etnis Tionghoa dengan Pembeli

Pribumi”.

Sejalan dengan latar belakang dan judul penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka masalah yang dapat

dirumuskan dalam penelitian ini ialah ―Bagaimana speech codes dalam proses transaksi antara pedagang etnis Tionghoa dan pembeli Pribumi?‖ dengan tujuan penelitian untuk mengetahui secara jelas bentuk speech codes yang ada ketika pedagang etnis Tionghoa melakukan proses transaksi dengan pembeli Pribumi.

KERANGKA TEORI SPEECH CODES

Dalam Littlejohn (2011:461-462) Gery Philipsen, seorang pemimpin dalam etnografi komunikasi mendefinisikan speech code

sebagai serangkaian pemahaman khusus dalam sebuah budaya tentang apa yang dinilai sebagai komunikasi, signifikansi bentuk komunikasi dalam budaya, bagaimana semua bentuk tersebut dapat dipahami, dan bagaimana mereka ditunjukkan. Speech code adalah sebuah budaya tidak tertulis dan sering menjadi ―buku panduan‖ bawah sadar untuk bagaimana berkomunikasi dalam budaya. Peneliti memahami bahwa speech codes

(6)

5 yang berbeda yaitu pedagang etnis Tionghoa

dengan pembeli Pribumi.

Speech codes yang terdapat didalam proses transaksi antara pedagang etnis Tionghoa dengan pembeli Pribumi dapat terjadi secara verbal dan nonverbal, tergantung kepada hal yang disampaikan. Dalam hal ini

speech codes yang terdapat didalam proses transaksi dagang dipandang sebagai hal yang sifatnya abstrak. Hal ini dapat menjadi kongkret dengan adanya pemahaman dalam

speech codes yang dapat didengar atau diterima oleh lawan tutur.

PROPOSISI SPEECH CODES

Philipsen menguraikan inti dari teori speech codes dalam enam proposisi umum dalam Griffin (2006:456-462) yaitu :

Proposisi 1

“The Distinctive of Speech Codes : wherever there is a distinctive culture, there is to be found a distinctive speech code.”

Proposisi 1 : Kekhasan Speech Codes. Di mana ada budaya yang khas, maka dapat ditemukan speech codes yang khas. Dari proposisi pertama tergambar dengan jelas bahwa dalam tiap kelompok masyarakat tertentu, mereka memiliki speech code (kode berbicara) yang berbeda yaitu meliputi kode atau simbol, makna serta aturan yang berbeda.

Proposisi 2

“The Multiplicity of Speech Codes : in any given speech community, multiple speech codes are developed.”

Proposisi 2 : Banyaknya Speech Codes. Dalam setiap speech community, terdapat beberapa speech codes. Proposisi kedua menjelaskan mengenai setiap orang dalam kelompok masyarakat tertentu mungkin akan terpengaruh oleh kode lain atau mempergunakan lebih dari satu kode.

Proposisi 3

“The Substance of Speech Codes: a speech code involves a culturally distinctive psychology, sociology, and rhetoric. Psychology: Every speech code thematizes the nature of individuals in a particular wa y. Sociology: a speech code provides a system of answers about what linkages between self and others can properly be sought, and what symbolic resources can properly and efficaciously be employed in seeking those linkages. Rhetoric: Every speech code involves wa ys to discover truth and create persuasive appeals.”

Proposisi 3 : Substansi Speech Codes. Speech codes melibatkan budaya yang berbeda dari segi psikologi, sosiologi, dan retorika. Psikologi: Setiap speech codes bertemakan sifat individu dengan cara tertentu. Sosiologi: Setiap speech codes menyediakan sistem jawaban tentang hubungan antara pribadi dan orang lain yang dapat dilihat atau dicari, dan sumber simbolik yang seperti apa yang dapat benar dan mujarab digunakan dalam mencari hubungan mereka. Retorika: Setiap speech codes melibatkan cara untuk menemukan kebenaran dan persuasif. Apapun budayanya,

speech codes mengungkapkan struktur diri, masyarakat, dan tindakan strategis.

(7)

6 Dalam proses transaksi dagang antara

pedagang etnis Tionghoa dan pembeli Pribumi, tidak menggunakan preposisi ketiga ini karena dalam proses transaksi dagang itu sendiri tidak mengandung segi psikologis, sosiologi serta retorika.

Proposisi 4

“The Interpretation Of Speech Codes: the significance of speaking depends on the speech codes used by speakers and listeners to create and interpret their communication.”

Proposisi 4 : Interpretasi Speech Codes.

Signifikansi berbicara tergantung pada speech codes yang digunakan oleh pembicara dan pendengar untuk membuat dan menginterpretasikan komunikasi mereka. Dalam proposisi keempat ditegaskan bahwa signifikansi berbicara bergantung pada speech code yang digunakan komunikator untuk menyusun makna tindakan komunikasi kepada komunikan.

Proposisi 5

“The Site Of Speech Codes: the terms, rules, and premises of a speech code are inextricably woven into speaking itself.”

Proposisi 5 : Lokasi Speech Codes. Istilah, aturan, dan tempat dari speech codes terkait menjadi berbicara itu sendiri. Proposisi kelima menjelaskan bahwa baik istilah, aturan dan tempat dari speech code itu ada dalam hal pembicaraan itu sendiri. Jadi istilah, aturan, dan tempat dari suatu speech code dapat diketahui dari pembicaraan yang sedang dibicarakan. discourse about the intelligibility, prudence, and morality of communication conduct.”

Proposisi 6 : Kekuatan speech codes

dalam diskusi. Penggunaan berseni dari speech codes bersama adalah suatu kondisi yang cukup untuk memprediksi, menjelaskan, dan mengendalikan bentuk wacana tentang kejelasan, kehati-hatian, dan moralitas perilaku komunikasi. Penggunaan speech codes

diantara pedagang etnis Tionghoa dengan pembeli Pribumi maka dapat meramalkan, menjelaskan serta mengendalikan dan meminimalisir perbedaan makna yang dapat menghambat proses komunikasi ketika mereka melakukan proses transaksi dagang.

KOMUNIKASI

Dalam Cangara (2014:21-22) sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antarmanusia (human communication) bahwa:

―Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antarsesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu‖.

KOMUNIKASI VERBAL

(8)

7 a. Komunikasi verbal adalah komunikasi

dengan menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan.

b. Komunikasi verbal ialah komunikasi dalam bentuk percakapan atau tertulis. Komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata—kata untuk menyatakan ide.

c. Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol yang mempunyai makna yang berlaku umum dalam proses komunikasi. Simbol-simbol yang dapat digunakan dalam komunikasi verbal yaitu suara, tulisan atau gambar.

d. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata entah lisan maupun tulisan.

KOMUNIKASI NONVERBAL

Dalam Darmastuti (2013:84-89) tentang bahasa tubuh dalam konteks nonverbal dalam komunikasi antarbudaya sebagai berikut yaitu gerakan kepala, isyarat tangan, postur tubuh dan posisi kaki, ekpresi wajah dan tatapan mata, penampilan fisik, sentuhan, parabahasa, warna, artefak, karakteristik fisik, bau-bauan.

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Dalam Sihabudin (2013:13) komunikasi antarbudaya, terjadi bila pengirim pesan adalah anggota dari suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota dari suatu budaya lain. Komunikasi antarbudaya, komunikasi antar orang-orang yang berbeda

budaya (baik dalam arti ras, etnik, ataupun perbedaan sosioekonomi).

ETNOGRAFI KOMUNIKASI

Dalam Kuswarno (2008:2) studi etnografi komunikasi merupakan salah satu dari sekian studi penelitian kualitatif (paradigma interpretif atau konstruktivis), yang mengkhususkan pada penemuan berbagai pola komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam suatu masyarakat tutur. Dalam Kuswarno (2008:11) definisi etnografi komunikasi itu sendiri adalah pengkajian peranan bahasa dalam perilaku komunikatif suatu masyarakat, yaitu cara-cara bagaimana bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya.

ETNIS TIONGHOA

Dalam Liem (2000:xxix) etnis Cina adalah ―…seluruh imigran Cina dan keturunannya yang tinggal dalam ruang lingkup budaya Indonesia dan tidak tergantung dari kewarganegaraan, bahsa yang melingkupi budaya Cina, mereka yang memandang dirinya sebagai Cina atau dianggap demikian oleh lingkungannya. Pada saat bersamaan mereka berhubungan dengan Cina perantauan lain atau dengan Tiongkok secara sosial atau lainnya, tanpa memandang kebangsaan, bahasa atau kaitan erat dengan budaya Cina‖

(9)

8 warna-warni suku bangsa di Indonesia. Jadi

dapat disimpulkan etnis Tionghoa adalah salah satu kelompok masyarakat non-pribumi yang bermigrasi ke Indonesia.

MASYARAKAT PRIBUMI

Dalam Wibowo (1999:8) kelompok-kelompok etnis pribumi yaitu jawa, sunda, batak, minang, ambon, bugis dan lain-lain yang membentuk ―masyarakat Indonesia‖. Dalam KBBI online pribumi

pri·bu·mi/n penghuni asli; yang berasal dari tempat yang bersangkutan.

Jadi masyarakat pribumi adalah masyarakat yang menetap di suatu tempat dimana itu tempat asli mereka hidup dan menetap disana dengan status asli atau tulen yang diakui dan bukan suku bangsa pendatang dari Negara lain.

METODOLOGI PENELITIAN

Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Dalam Moleong menurut Denzin dan Lincoln (2011:5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dimana menurut definisi diatas, pendekatan kualitatif dianggap paling pas dalam mengetahui bagaimana bentuk speech codes dalam proses transaksi antara dua etnis berbeda yaitu pedagang etnis Tionghoa dengan pembeli Pribumi. Oleh

karena itu peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif yang mempelajari masalah-masalah yang ada serta tata cara kerja yang berlaku. Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Dalam Kriyantono (2010:69) jenis penelitian deskriptif bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti menguraikan sejelas mungkin apa yang menjadi fokus penelitian ini dan berdasarkan hasil dari data-data yang peneliti dapatkan dari pedagang etnis Tionghoa dan pembeli Pribumi di ITC Cempaka Mas, yaitu menguraikan bentuk speech codes dalam proses transaksi antara pedagang etnis Tionghoa dengan pembeli Pribumi.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian etnografi komunikasi, dalam Kuswarno (2008:37) berikut ini adalah tahap-tahap penelitian etnografi komunikasi. Jadi, yang dimaksud tahapan penelitian dalam etnografi komunikasi meliputi:

a. Identifikasi peristiwa-peristiwa komunikasi yang terjadi secara berulang (recurrent events).

(10)

9 c. Menemukan hubungan antarkomponen

komunikasi yang membangun peristiwa komunikasi, yang akan dikenal kemudian sebagai pemolaan komunikasi (communication patterning).

Sesuai uraian di atas, maka penggunaan metode penelitian etnografi komunikasi pada

speech codes dalam proses transaksi dagang antara pedagang etnis Tionghoa dengan pembeli Pribumi disini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan gambaran tentang speech codes yang digunakan dalam proses transaksi dagang.

Unit analisis umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti objek penelitian.Unit analisis dalam penelitian ini meliputi tiga komponen. Menurut Spradley dalam Sugiyono (2011: 215), yaitu :

1. Tempat (place) adalah tempat dimana penelitian berlangsung. 2. Pelaku (actors) adalah orang yang

sesuai dengan objek penelitian tersebut.

3. Aktivitas (activity) adalah kegiatan yang dilakukan dalam situasi sosial yang sedang berlangsung. Unit analisis membantu dalam melakukan wawancara, sebagai bahan membuat penelitian.Unit penelitian dalam penelitian ini adalah pedagang etnis Tionghoa dan pembeli Pribumi yang sedang melakukan proses transaksi dagang.

Dalam Kuswarno (2008:47-50) Secara umum penelitian etnografi komunikasi adalah penelitian yang menyeluruh atau holistik, karena apa yang diteliti didalamnya mencakup semua aspek. Creswell telah mengemukakan tiga teknik utama pengumpulan data dalam studi etnografi yang dapat digunakan dalam studi etnografi komunikasi yaitu:

1) Introspeksi.

2) Observasi partisipan 3) Wawancara mendalam 4) Observasi tanpa partisipan 5) Analisis dokumen

Dalam proses teknik pengumpulan data dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara mendalam dan observasi tanpa partisipan. Dalam teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam. Wawancara etnografi komunikasi dapat berlangsung selama peneliti melakukan observasi partisipan. Peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara yang dimaksudkan untuk kepentingan wawancara yang lebih mendalam yang dapat memfokuskan pada persoalan yang menjadi fokus penelitian. Sedangkan observasi tanpa partisipan ini sangat cocok digunakan untuk mengamati perilaku-perilaku atau kegiatan seperti didalam proses transaksi dagang antara pedagang Etnis Tionghoa dan pembeli Pribumi.

(11)

10 1) Deskripsi

Deskripsi menjadi tahap pertama bagi peneliti dalam menuliskan laporan etnografinya. Pada tahap ini peneliti mempresentasikan hasil penelitiannya. 2) Analisis

Pada bagian ini peneliti menentukan beberapa data akurat mengenai objek penelitian, baik melalui tabel, grafik yang menggambarkan objek penelitian..

3) Interpretasi

Interpretasi menjadi tahap akhir analisis data dalam penelitian etnografi. Peneliti dalam tahap ini mengambil kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.

Jadi dalam penelitian ini peneliti menggunakan tahapan teknik analisis data didalam metode etnografi komunikasi, yang dimulai dari deskripsi speech code, setelah itu analisis kemudian interpretasi data yang peneliti peroleh dari wawancara mendalam serta observasi non partisipan.

Dalam Moleong (2011:330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi menurut Dwidjowinoto dalam Kriyantono (2008:71) dibedakan menjadi lima macam yaitu,

1. Triangulasi sumber adalah membandingkan atau mengecek ulang drajat kepercayaan suatu infomasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda.

2. Triangulasi waktu berkaitan dengan perubahan suatu proses dan prilaku manusia, karena prilaku manusia berubah setiap waktu.

3. Triangulasi teori, memanfaatkan dua atau lebih teori untuk diadu atau dipadu.

4. Triangulasi periset, menggunakan lebih dari satu periset dalam mengadakan observasi atau wawancara.

5. Triangulasi metode, usaha mengecek keabsahan data atau mengecek keabsahan temuan riset. Tringulasi metode dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu teknik pnegumpulan data untuk mendapatkan yang sama.

Teknik triangulasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah tringulasi sumber. Dalam skripsi ini keabsahan data yang digunakan oleh peneliti adalah Triangulasi Sumber, yakni membandingkan informasi dari sumber yang berbeda.

PEMBAHASAN

Analisa yang dilakukan penulis dengan menggunakan teknik analisa data etnografi komunikasi yang dimulai dari deskripsi, analisis kemudian interpretasi. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, baik melalui wawancara narasumber maupun hasil observasi maka diperoleh gambaran mengenai

speech codes atau kode berbicara dalam proses transaksi antara pedagang etnis Tionghoa dengan pembeli Pribumi.

(12)

11 proses transaksi jual beli yang harus dipahami

oleh pedagang dan pembeli yang berasal dari dua kebudayaan yang berbeda. Speech codes atau kode berbicara yang terdapat didalam proses transaksi antara pedagang etnis Tionghoa dengan pembeli Pribumi dapat terjadi secara verbal dan nonverbal, tergantung kepada hal yang disampaikan dalam suatu transaksi dagang.

Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan Etnografi Komunikasi yang dalam Kuswarno (2008:11) adalah pengkajian peranan bahasa dalam perilaku komunikatif suatu masyarakat, yaitu cara-cara bagaimana bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya.

Seperti yang Philipsen uraikan dalam teori speech codes atau kode berbicara bahwa

speech codes terbagi kedalam enam proposisi umum, dan menurut hasil wawancara serta observasi yang peneliti peroleh maka hanya ada lima proposisi yang sesuai dengan proses transaksi. Jadi dari data hasil yang peneliti peroleh maka di dalam proses transaksi antara pedagang Tionghoa dan pembeli Pribumi maka yang sesuai dan masuk ke dalam inti teori

speech codes hanya proposisi 1, proposisi 2, proposisi 4, proposisi 5, dan proposisi 6.

KESIMPULAN

Setelah peneliti melakukan wawancara mendalam dengan para narasumber mengenai

speech codes pada proses transaksi antar pedagang Tionghoa dan pembeli Pribumi,

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Speech codes dalam proses transaksi antar pedagang etnis Tionghoa dengan pembeli Pribumi merupakan kode berbicara yang terdiri dari kumpulan kode, lambang yang ada didalam komunikasi baik verbal dan nonverbal yang dimiliki pedagang etnis Tionghoa dan pembeli Pribumi.

Speech codes itu sendiri terdiri dari enam proposisi, dimana dalam proses transaksi dagang antara pedagang etnis Tionghoa dengan pembeli Pribumi dapat ditemukan lima proposisi dari jumlah keseluruhan enam proposisi yaitu proposisi 1, proposisi 2, proposisi 4, proposisi 5, dan proposisi 6. Proposisi-proposisi ini dapat dijadikan pedoman untuk memahami kode berbicara yang terdapat dalam proses transaksi dagang antara pedagang etnis Tionghoa dengan pembeli Pribumi.

Kendala yang ada dalam proses transaksi jual beli antara pedagang etnis Tionghoa dengan pembeli Pribumi masih kurang mendapat perhatian, sehingga baik pedagang etnis Tionghoa maupun pembeli Pribumi cenderung berinteraksi membawa kode berbicara khasnya tanpa menyadari bahwa tidak semua pihak bisa mengerti apa yang dimaksud, begitu juga sebaliknya.

DAFTAR PUSTAKA

(13)

12 Cangara, Hafied. 2014. Pengantar Ilmu

Komunikasi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Darmastuti, Rini. 2013. Komunikasi Antarbudaya: Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Buku Litera Yogyakarta.

Emsan. 2014. Filosofi-filosofi Warisa n Tionghoa. Jogjakarta: Laksana.

Griffin, Emory A. 2006. A First Look At Communication Theory (6th Edition). New York:Mc Graw-Hill

Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Nadia.

Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi. Bandung: Widya Padadjaran.

Liem, Yusiu. 2000. Prasangka Terhadap Etnis Cina. Jakarta: Djambatan

Littlejohn, Stephen W. dan Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Santosa, Iwan. 2012. Peranakan Tionghoa di Nusantara. Jakarta: Kompas Media Nusantara.

Sihabudin, Ahmad. 2013. Komunikasi Antarbudaya Satu Perspektif Multidimensi. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta CV.

Wibowo. I. 1999. Masalah Cina. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sumber Lain

Referensi

Dokumen terkait

Hasil kajian juga menunjukkan bahawa terdapat hubungan positif yang signifikan di antara efikasi-kendiri guru dengan persepsi guru terhadap amalan kepemimpinan

Penurunan nilai perusahaan ini sangat tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.. oleh setiap perusahaan yang menghendaki adanya kenaikan nilai

Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik, Pemerintah Kota Depok sebagai badan publik wajib menyediakan, memberikan, dan/atau menerbitkan informasi publik

Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak

Pada kunjungan kerja ke Kabupaten Cianjur, Komisi II DPR RI mengadakan pertemuan dan dialog dengan Bupati Kabupaten Cianjur yang diwakili oleh Sekretaris Daerah

Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara dengan melakukan wawancara kepada pihak terkait yaitu Manajer SDM dan sales adapun pertanyaan wawancara yang diberikan

Judul : ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU, DISIPLIN KERJA, DAN GA YA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA SEKRET ARIA T DAERAH KABUPATEN TAPANULI

Pada halaman ini diberikan gambar contoh anatomi wayang Arjuna sebagai wayang bokongan kemudian jenis gelung rambut yang dipakai yaitu Supit Urang , jenis mata yaitu