PENGARUH PENGUNGKAPAN MODAL INTELEKTUAL
DALAM PROSPEKTUS TERHADAP TINGKAT UNDERPRICING
PADA BIAYA MODAL IPO PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
(Studi Empiris pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering
di Bursa Efek Indonesia Periode 2004 - 2013)
Indra Satriawan, SE.M.Si.,Ak
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Sriwijaya
Abstract
The objective of this study is to empirically analyze the relationship between the level ofintellectual capital disclosures in theprospectus ofIPO’s companies to the level of underpricing. This study is a replication of Vander Zahn and Singh (2007). This research was conducted with purposive sampling technique. The object of research areIPO’scompanies of the Indonesia Stock Exchange since January 1, 2004 through December31, 2013. Data was obtained from Pusat Referensi Pasar Modal BEI (Capital Market Reference Center). Theresults of this study indicate that the level of disclosure of intellectual capital does not affect the level of under pricing. However, company’s ages which are control variables in this study showed asignifican trelationship. Other control variables; retained ownerships, under writer reputation, leverage and the proceeds; do not affect the level of underpricing. The implications of this research owards theory are the support of legitimacy theory and stake holder theory.
Key words: intellectual capital, underpricing, initial public offering
1. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Perkembangan ekonomi yang semakin kompleks memunculkan isu, salah satunya mengenai pengungkapan modal intelektual. Pengungkapan modal intelektual perlu untuk diungkapkan oleh suatu perusahaan. Dengan adanya permintaan transparansi yang meningkat di pasar modal, informasi modal intelektual membantu investor menilai kemampuan perusahaan dengan lebih baik. Oleh karena itu beberapa pihak tertarik untuk melakukan penelitian tentang praktek pengungkapan modal intelektual.
Modal intelektual telah menjadi aset yang sangat bernilai dalam dunia bisnis modern. Hal ini menimbulkan tantangan bagi para akuntan untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkannnya dalam laporan keuangan. Konsep modal intelektual telah mendapatkan perhatian besar oleh berbagai kalangan terutama para akuntan dan akademisi. Fenomena ini menuntut mereka untuk mencari informasi yang lebih rinci mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan modal intelektual. Mulai dari cara pengidentifikasian, pengukuran sampai dengan pengungkapan
modal intelektual dalam laporan keuangan perusahaan.
Salah satu media yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam memperolehdana dan melakukan investasi adalahmelalui pasar modal. Usaha untuk mendapatkan dana tersebut dapat dilakukan dengan cara perusahaan mengeluarkan surat berharga dan kemudian surat berharga atau saham yang baru dikeluarkan oleh perusahaan tersebut dijual pada pasar primer yang berupaInitial Public Offerings (IPO) atau penawaran perdana terhadap sahamnya, atau dapat pula dengan cara menambah surat berharga baru jika perusahaan tersebut sudah going public. Selanjutnya surat berharga yang telah beredar diperdagangkan di pasar sekunder.
terbatas, kadang kala sumber informasi hanya berasal dari prospektus saja sehingga investor kesulitan dalam menilai tingkat keuntungan dan risiko yang sebenarnya dari saham-saham IPO. Dengan mengetahui informasi-informasi yang mempengaruhi initial return diharapkan akan membantu investor dalam menentukan keputusan investasi yang tepat pada saham-saham IPO.
Berbagai model teoritis seringkali menggunakan asimetris informasi (information asymmetry) sebagai determinan dasar yang
menentukan tingkat underpricing.
Underpricing, sebagai kenaikan biaya modal secara langsung, dianggap sebagai fungsi dari asimetris informasi (Singh dan Van der Zahn, 2007). Ritter dan Welch (2002) menyatakan bahwa teori underpricingberdasarkan asimetri informasi memperlihatkan prediksi bahwa underpricing secara positif berhubungan dengan tingkat asimetris informasi. Peningkatan pengungkapan informasi keuangan dan non-keuangan dalam sebuah IPO dianggap sebagai mekanisme potensial untuk mengurangi asimetris informasi.
Singh dan Van der Zahn (2007), penelitian pengungkapan modal intelektual yang sering dilakukan umumnya hanya dibatasi untuk membahas dua dari tiga isu utama yang melingkupi pengungkapan perusahaan (corporate disclosure).Dua isu utama tersebut
adalah perkiraan tujuan
pengungkapaninformasi modal intelektual dan determinan pengembangan dan sifat pengungkapan modal intelektual.Penelitian pengungkapan modal intelektual terkait dengan isu utama yang ketiga yaitu konsekuensi pengungkapan modal intelektual hanya mendapatkanperhatian kecil dari para akademisi di bidang modal intelektual.
Penelitian mengenai
konsekuensipengungkapan modal
intelektualyang belum banyak dilakukan serta hasil penelitian yang sering tidak konsisten baik antara hasil satu penelitian dengan penelitian lainnya maupun dengan teori-teori yang dikembangkan sebelumnya, mendorong penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pengungkapan modal intelektual yang
dilakukan perusahaan
terhadaptingkatunderpricing.
Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian Hartati (2010).Penelitian ini mengacu pada penelitian Singh dan Van der
Zahn (2007). Dalam penelitian Hartati (2010) yang dalam penelitiannya belum mampu mendukung penelitian Van der Zahn yang menemukan hubungan positif dan signifikan pada IPO Singapore. Kemudian hasil penelitian Hartati (2010), menemukan hubungan yang negatif, namun tidak siknifikan pada IPO di Indonesia.
Penelitian ini dilakukan dengan menguji secara empiris hubungan antara tingkat pengungkapan modal intelektual dengan tingkat underpricing pada penawaran perdana ke publik (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Tingkat underpricing dihitung melalui return awal yang murah, yaitu return yang diperoleh dari aktiva di penawaran perdana mulai dari saat dibeli di pasar primer sampai pertama kali didaftarkan di pasar sekunder yang secara merata murah. Penelitian ini dilakukan hanya pada tahun 2004-2013 bagi perusahaan IPO di Bursa Efek Indonesia.
Terdapat beberapa alasan utama bahwa modal intelektual merupakan bagian dari pengungkapan perusahaan (Van der Zahn and Singh, 2007a). Pertama, modal intelektual sangat tidak teramati, bersifat tidak berwujud dan diinternalisasi oleh perusahaan. Karena terisolasi dari pengamatan luar dan pengukuran, berarti investor harus bergantung pada kebijakan emiten dalam pelaporan modal intelektual. Kedua, dorongan untuk mengungkapkan informasi modal intelektual mungkin ada, tetapi emiten mungkin enggan untuk melaporkan informasi tersebut karena sensitivitas persaingan. Ketiga, terdapat suatu kesenjangan yang sangat luas tentang persyaratan pengungkapan wajib yang secara spesifik ataupun tidak langsung berhubungan dengan modal intelektual, sehingga memberikan kebebasan yang lebih besar bagi para emiten ketika membuat pengungkapan modal intelektual. Ketiga alasan pengungkapan tersebut mendukung definisi modal intelektual yang dikemukakan oleh Bukh et al. (2005), yaitu sebagai sumber daya pengetahuan dalam bentuk karyawan, pelanggan, proses atau teknologi yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam proses penciptaan nilai.
Munculnya informasi asimetris diargumentasikan sebagai terdapat ketidakpastian yang besar tentang perusahaan. Hal ini membuat investor sulit untuk memberikan penilaian. Oleh karena itu, investor akan mencari informasi yang lebih banyak untuk meningkatkan penilaiannya terhadap perusahaan.
Informasi non keuangan yang menjadi variabel kontrol yaitu, reputasi underwriter, umur perusahaan, dan retained ownership (presentase kepemilikan saham yang ditahan). Informasi keuangan yang menjadi variabel kontrol yaitu: tingkat leverage dan proceeds. Pemilihan variabel ini merujuk pada hasil beberapa penelitian antara lain oleh Van der Zahn dan Singh (2007); Ardiansyah (2003); Rosyati dan Sabeni (2002); Daljono (2000); Nurhidayati dan Indriantoro (1998); dan Beatty (1989) yang menguji hubungan variabel-variabel tersebut terhadap underpricing.
Pemilihan variabel reputasi
underwriterantara lain karena menurut Hartono (2008) peran underwriter adalah untuk mengurangi ketidakpastian. Underwriter yang bereputasi tinggi, lebih berpengalaman dan lebih profesional dalam menangani IPO perusahaan, sehingga berani memberikan harga yang tinggi dan berkualitas sebagai konsekuensi dari kualitas penjaminannya (Beatty, 1989). Pemilihan umur perusahaan sebagai variabel kontrol keempat karena Ardiansyah (2003) menyimpulkan bahwa umur perusahaan merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan investor dalam menanamkan modalnya. Financial leverage dipertimbangkan sebagai variabel kontrol berikutnya dengan pertimbangan, karena secara teoritis financial leverage menunjukkan risiko suatu perusahaan sehingga berdampak pada ketidakpastian suatu harga saham (Kim et al., 1993).
Variabel kontrol terakhir yaituproceeds (penerimaan dari pengeluaran saham). Kim et al., (1995) menyatakan bahwa proceeds merupakan proxy dari ketidakpastian yang dihubungkan dengan penawaran saham. Oleh karena itu diduga bahwa proceeds berhubungan positif dengan harga saham, karena semakin tinggi proceeds semakin rendah ketidakpastian yang berarti harga saham semakin tinggi.
Dengan demikian semakin tinggi
proceeds,underpricing semakin kecil. Hasil penelitian Kim et al., (1993) menunjukkan bahwa gross proceeds berasosiasi secara
signifikan negatif terhadap underpricing. Sebaliknya hasil penelitian Ardiansyah (2003) di Indonesia menunjukkan bahwa proceeds tidak berhubungan dengan underpricing, kemungkinan ini disebabkan karena investor di BEI belum menganggap dengan jumlah penawaran yang besar, prospek perusahaan akan membaik di masa yang akan datang dengan tersedianya dana yang cukup untuk ekspansi dan investasi yang akan dilakukan atas hasil IPO tersebut.
Berdasarkan penjelasan tentang peran pengungkapan modal intelektual terhadap pengurangan biaya modal pada saat IPO dan pengaruh informasi keuangan maupun non keuangan yang menjadi variabel kontrol, khususnya dalam kasus underpricing mendorong dilakukannya penelitian yang berusaha melakukan pembuktian secara empiris.
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan uraian latarbelakang di atas,rumusan masalah dalam penelitian iniadalah: Apakah pengungkapan modal intelektual dalam prospektus oleh perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004-2013 berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing?
1.3 Tujuan Penelitian
Dilakukannya penelitianini adalah bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh pengungkapan modal intelektual dalam prospektus terhadap tingka tunderpricing.
2. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Stakeholder
legitimasi diketahui bahwa perusahaan cenderung untuk melaporkan modal intelektualnya jika memiliki kebutuhan khusus untuk melakukannya, hal ini mungkin terjadi ketika perusahaan tidak mampu melegitimasi statusnya berdasarkan tangibleassets yang umumnya dikenal sebagai simbol kesuksesan perusahaan (Guthrie et al., 2006).
Selanjutnya Beatty dan Ritter (1986) menunjukkan bahwa ketika sejumlah faktor-faktor resiko diungkapkan dalam prospektus lebih banyak, rata-rata underpricing menjadi rendah. Pendapat ini didukung oleh Guo et al. (2004) yang menemukan hubungan terbalik antara tingkat pengungkapan informasi yang terkait dengan produk (bagian dari modal intelektual) dalam prospektus IPO perusahaan bio-tech dengan berbagai ukuran asimetri informasi yang digunakan secara luas (yaitu bid-ask spread, quoted depth, stock return volatility). Penelitian Kristandl dan Bontis (2007) pun mendukung dengan menemukan hubungan yang signifikan negatif antara
pengungkapan modal intelektual dengan biaya modal perusahaan yang terdaftar di bursa di negara Austria, Jerman, Swedia dan Denmark. Hal ini sejalan dengan pendapat Van der Zahn dan Singh (2007) yang menyebutkan bahwa jika IPO mengungkapkan informasi terkait modal intelektual lebih banyak dalam prospektus maka akan mengurangi perhatian mengenai ketidaksimetrisan informasi dan tingkat undepricing. Berdasarkan kedua teori tersebut dan hasil penelitian lainnya, dapat disimpulkan bahwa pengungkapan informasi dengan memanfaatkan seluruh potensi perusahaan termasuk modal intelektualnya akan dapat memenuhi hak stakeholder dan melegitimasi perusahaan dengan cara meminimalkan tingkat underpricing pada saat IPO.
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian tentang
pengungkapan informasi keuangan, non akuntansi, dan modal intelektual:
Tabel 1
Telaah Penelitian Terdahulu
Peneliti Hasil
Van der Zahn dan Singh, 2007
Terdapat hubungan yang positif antara underpricing dan tingkat pengungkapan modal intektual.
Bukh et al., 2005 Berdasarkan hasil analisis statistik bahwa tingkat kepemilikan manajerial sebelum IPO dan tipe industri berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela modal intelektual, sementara umur dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh.
Daljono, 2000 Koefisien reputasi underwriter berasosiasi secara statistik signifikan dan positif dengan return awal
Rosyati dan Sabeni, 2002 Hasil dari penelitian tersebut membuktikan bahwa reputasi underwriter berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Sedangkan reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
Hartati, 2010 Penelitian ini mengacu pada penelitian Singh dan Van der Zahn (2007). Dalam penelitian Hartati (2010) yang dalam penelitiannya belum mampu mendukung penelitian Van der Zahn yang menemukan hubungan positif dan signifikan pada IPO Singapore. Kemudian hasil penelitian Hartati (2010), menemukan hubungan yang negatif, namun tidak siknifikan pada IPO di Indonesia.
Sumber: data diolah dari berbagai penelitian, 2015.
2.3
Kerangka PemikiranBerdasarkan tinjauan dari penelititer dahulu, kajian teoritis, dan permasalahan yang telah dikembangkan, sebagai dasar untuk merumuskan hipopenelitian, berikut ini
digambarkan suatu model kerangka pemikiran
untuk menggambarkan pengaruh
H1: ( - )
Keterangan :
- Garis = Variabel Independen Utama
- Garis Putus-putus = Variabel Independen Kontrol
2.4 HIPOPENELITIAN PENELITIAN
Secara keseluruhan dugaan umum penelitian ini adalah bahwa ketiadaan rincian modal intelektual yang cukup membuat ketidakpastiannya menjadi lebih tinggi. Hal ini akan menarik investor untuk menuntut kompensasi yang lebih besar dari emiten yang mengarah ke rata-rata underpricing yang lebih tinggi. Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan, hipopenelitian penelitian ini dirumuskan. Hipopenelitian yang dapat dirumuskan adalah:
H0 : Tingkat pengungkapan modal intelektual dalam prospektus tidak berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing
H1 : Tingkat pengungkapan modal intelektual dalam prospektus berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing
3. METODEPENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat penjelasan (explanatoryresearch). Data penelitian yang dibutuhkan adalah data sekunder dalam bentuk daftar dan prospektus dari perusahaan yang
melakukan IPO. Populasi dalam
penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia (IDX). Perusahaan yang melakukan IPO dalam rentang waktu 1 Januari 2004 – 31 Desember 2013 adalah sebanyak 188 perusahaan.
Tabel 2
DaftarPerusahaanyangMelakukanIPO
Tahun 2004
–
2013
Tahun
Jumlah Perusanaan IPO di BEI
Sektor Industri
2004 12
Hospital, Hotel, Agriculture, Mining, Miscellaneous Industry, Property, Real Estate & Building Construction, Infrastructure, Utilities & Transportation, Finance, Manufacture.
2005 8 Manufacture, Hotel, Shipping, Agriculture, Mining, Miscellaneous Industry, Consumer Goods Industry, Property
2006 12
Shipping, Agriculture, Mining, Miscellaneous Industry, Property, Real Estate & Building Construction, Infrastructure, Utilities & Transportation, Finance, Hotel
2007 22
Finance, Trade,Agriculture, Mining, Miscellaneous Industry, Shipping,Consumer Goods Industry, Property, Real Estate & Building Construction, Infrastructure, Utilities & Transportation, Service & Investment, Basic Industri and Chemicals, Hotel,
Variabel Independen Kontrol :
- Reputasi Underwriter - Retained Ownerships
- Leverage
- Umur Perusahaan
- Proceeds
Variabel Independen Utama: Pengungkapan Modal
Intelektual
Variabel Dependen :
Agriculture
2008 19
Infrastructure, Mining, Miscellaneous Industry, Consumer Goods Industry, Property, Agriculture, Real Estate & Building Construction, , Utilities & Transportation, Shipping, Finance, Trade, Service & Investment, Hotel, Hospital
2009 13
Real Estate & Building Construction, Basic Industri and Chemicals, Property,Agriculture, Mining, Miscellaneous Industry, Infrastructure, Utilities & Transportation, Finance, Trade, Service & Investment, Hospital.
2010 23
Hospital, Shipping, Consumer Goods Industry, Agriculture, Mining, Property, Real Estate & Building Construction, Infrastructure, Utilities & Transportation, Finance, Trade, Service & Investment, Basic Industri and Chemicals
2011 25
Service & Investment, Basic Industri and Chemicals, Agriculture, Mining, Miscellaneous Industry, Consumer Goods Industry, Property, Real Estate & Building Construction, Infrastructure, Utilities & Transportation, Shipping, Finance, Trade, Hotel
2012 23
Hospital, Shipping, Hotel, Agriculture, Mining, Miscellaneous Industry, Consumer Goods Industry, Property, Real Estate & Building Construction, Infrastructure, Utilities & Transportation, Finance, Trade, Service & Investment, Basic Industri and Chemicals
2013 31
Trade, Service & Investment, Hospital, Shipping, Manufacture, Infrastructure,Agriculture, Mining, Miscellaneous Industry, Consumer Goods Industry, Property, Real Estate & Building Construction, Utilities & Transportation, Finance, Basic Industri and Chemicals, Finance, Trade, Hotel
Jumlah 188 Sumber : IDX,BEI 2015
Dari populasi tersebut, sampel ditarik dengan teknik purposive sampling dengan kriteria:
1. Perusahaan yang hanya melakukan satu tahap IPO dalam rentang waktu sejak1 Januari 2004 sampai dengan 31 Desember 2013.
2. IPO yang hanya menerbitkan saham biasa. 3. IPO yang mengalami underprice
Pada penelitian ini underpricing saham yang terjadi pada saat hari pertama listing
digunakan sebagai variable
dependen.Underpricing yang merupakan
kondisi dimana harga saham pada penawaran perdana lebih rendah dibandingkan harga sahamp enutupan pada haripertama listing. Underpricing saham dapat diukur dengan menghitung selisih antara penutupan harga saham pada hari pertama listing (closingprice)
dengan harga penawaran perdana
(offeringprice) dan dinyatakans ebagai
persentase terhadap offeringprice
(SinghdanVanderZahn, 2007 dalam Ardhianto, 2011). Persamaannyadapat ditulis sebagai berikut:
Underpricing = ClosingPrice– Offering Pricex100% Offering Price
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengungkapan modal intelektual. Penentuan persentase pengungkapan modal intelektrual dalam prospectus IPO pada penelitian ini menggunakan contentanalysis. Content analysis dilakukan dengan membaca laporan prospektus setiap perusahaan sampel dan member kode informasi yang terkandung didalamnya menurut framework modal
intelektrual yang dipilih. Kode yang diberikan menggunakan kode dikotomi yang tidak mempertimbangkan bobot masing-masing yaitu memberi skor 1 jika atribut modal intelektrual diungkapkan, dan skor 0 jika atribut modal intelektualt idak diungkapkan.
penelitian Bukhetal.(2005). Indeks
pengungkapan dihitung dengan
membandingkan jumlah atribut modal intelektrual yang diungkapkan perusahaan dalam prospektus dengan jumlah atribut modal
intelektrual yang seharusnya diungkapkan olehperusahaan. Jumlah atribut intellectual capital disclosure (ICD) yang diharapkan diungkapkan dalam penelitian ini adalah 41 item (Tabel 2.3).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengungkapan modal intelektual. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data modal intelektual menggunakan analisis isi. Analisis isi telah menjadi metode yang luas digunakan dalam berbagai penelitian aset yang tidak berwujud atau pengungkapan modal intelektual (Abeysekera, 2006; Guthrie et al., 2004). Analisis isi melibatkan kodifikasi informasi kualitatif dan kuantitatif ke dalam kategori yang telah ditetapkan dalam rangka untuk memperoleh pola-pola dalam presentasi dan pelaporan informasi (Guthrie et al., 2004) sehingga memungkinkan para peneliti untuk menganalisis informasi yang diterbitkan secara sistematis, obyektif dan andal (Krippendorff, 2004). Dua tahap penting dalam analisis isi meliputi penentuan komponen yang akan dimasukkan dalam indeks pengungkapan dan
mengukur komponen dalam indeks
pengungkapan (Rashid et al., n.d dalam Hartati.). Indeks pengungkapan modal
intelektual berbasis pada komponen pengungkapan oleh Husin et al., (n.d.) yang meliputi 41 item pengungkapan yang terbagi ke dalam tiga bagian yaitu internal capital, external capital danhuman capital seperti dalam tabel 2.3. Merujuk pada penelitian Rashid et al.,n.d dalam Hartati, penelitian ini mengadopsi sistem dikotomis (1 = jika item diungkapkan, 0 = jika item tidak diungkapkan) untuk menghindari bias yang tidak perlu dan subjektivitas. Selain itu, penelitian ini menggunakan unweighted scores untuk mengindikasikan kepentingan relatif dari setiap item dalam indeks pengungkapan. Temuan empiris sebelumnya menunjukkan bahwa hasil dari sistem penilaian unweighted dan weighted scoring tidak berbeda secara statistik (Chow dan Boren, 1987). Logikanya, tidak semua item selalu relevan untuk semua perusahaan karena perusahaan yang berbeda memberikan tingkat kepentingan yang berbeda untuk item informasi (Rashid et al., n.d. dalam Hartati).
T
ingkat pengungkapan modal intelektual = (
mi i
d
1/M ) x 100%.
Keterangan:
di= 1 jika item diungkapkan dalam prospektus, dan 0 jika tidak. M = total pengungkapan yaitu 41.
3.2 Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian adalah: a. Reputasi underwriter adalah kualitas leadunderwriter yang diproksikan sebagai variabel dummy. Pemeringkatan lead underwriterberdasarkan total proceeds yang dijamin oleh underwriter setiap tahunnya dari tahun 2004 - 2013.
b. Leverage menunjukkan pada hutang yang dimiliki oleh perusahaan, yang diukur dengan rasio nilai buku total hutang
berbanding dengan nilai buku total aset yang terdapat dalam prospektus perusahaan IPO.
c. Umur perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan hidup. Pengukuran umur perusahaan mengikuti penelitian Inderpal Singh dan Van der Zahn (2007) yang diukur dengan logaritma natural jumlah hari sejak tanggal perusahaan mulai berdiri hingga tanggal melakukan IPO.
Jumlah atribut IC yang diungkap dalam prospektus
d. Retained Ownerships yang dilambangkan dengan RO, diukur berdasarkan persentase saham yang dipertahankan oleh pemegang saham lama pada saat IPO (Sulistio, 2005) e. Proceeds yang dilambangkan dengan ln GP
adalah logaritma natural dari net proceeeds (berdasarkan hasil bersih IPO sesuai dengan prospektus) yang akan diterima oleh perusahaan dari IPO (dalam nilai mata uang Rupiah).
4. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik, diketahui bahwa model regresi terbebas dari masalah multikolonearitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas. Sehingga dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen melalui melalui variabel independennya. Berdasarkan hasil uji menggunakan software Eviews 7 didapatkan model dan hasil regresi sebagai berikut :
Tabel 3 Hasil Analisis Regresi
UP = 1,96- 0.27*IC–0,15*RO + 0,07*–0,05*UND+ 0.10*LEV -0.03*LNGP -0.09*LNAGE
Dependent Variable: UP Method: Least Squares Sample:177
Included observations: 77
Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1.961394 1.093582 1.793551 0.0774
IC -0.270352 0.402283 -0.672045 0.5039
RO -0.151333 0.429258 -0.352545 0.7255
UND -0.051529 0.099373 -0.518536 0.6058
LEV 0.104353 0.203672 0.512359 0.6101
LNGP -0.025402 0.042314 -0.600333 0.5503
LNAGE -0.093914 0.053185 -1.765817 0.0820
R-squared 0.153882 Mean dependent var 0.310000
Adjusted R-squared 0.040225 S.D. dependent var 0.332910
S.E. of regression 0.326145 Akaike info criterion 0.717681
Sum squared resid 7.126849 Schwarz criterion 1.022071
Log likelihood -17.63072 Hannan-Quinn criter. 0.839435
F-statistic 1.353912 Durbin-Watson stat 1.520293
Prob(F-statistic) 0.226909
Sumber: hasil pengolahan data Eviews7, 2015.
Nilai koefisien determinasi (R2) menunjukkan ketepatan atau goodness of fit model yang digunakan. Berdasarkan hasil analisis pengaruh tingkat pengungkapan modal intelektual terhadap biaya modal IPO perusahaan diperoleh nilai koefisien determinasi atau R2 sebesar 0,153882 atau 15%. Dengan demikian nilai ini menunjukkan bahwa tingkat underpricing dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen IC, RO, UND,LEV, LNGP, LNAGEsebesar 15%, sedangkan sisanya sebesar 85% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model.
perusahaan di BEI. Nilai R2 yang tinggi tidak selalu menunjukkan kualitas model sudah baik (Winarno, 2009). Menurut Ghozali (2009) dan Winarno (2009) secara umum koefisien determinasi untuk data silang (cross section) cenderung rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan.
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh simultan pengaruh variabel-variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent). Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai F hitung yang diperoleh adalah sebesar 1,353912 (1,35) dengan probabilitas sebesar 0,226909 (0,23)> α 5%. Berdasarkan
hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi tingkat underpricing atau dapat dikatakan bahwa variabel-variabel IC, RO, UND, LEV, LNGP, LNAGE secara simultan tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing biaya modal IPO perusahaan di BEI.
Uji t digunakan untuk melihatkan pengaruh parsial masing-masing variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent). Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa:
Nilai t hitung variabel IC adalah -0,67 dengan probabilitas sebesar 0,50. Artinya probabilitas yang diperoleh lebih besar dari pada α 0,05 (0,50 >0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa IC tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing biaya modal IPO perusahaan. Nilai t hitung dengan tanda negatif sesuai dengan dugaan hipopenelitian yang menyatakan bahwa tingkat pengungkapan modal intelektual dalam prospektus berbanding terbalik dengan tingkat underpricing.
Nilai t hitung varibel RO adalah -0,35dengan probabilitas sebesar 0,73. Artinya
nilai probabilitas yang diperoleh lebih besar
dari pada α 0,05 (0,73> 0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa RO tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
Selanjutnya, nilai t hitung variabel UND adalah -0,52 dengan probabilitas sebesar 0.61.
Artinya probabilitas lebih besar dari pada α
0,05 (0,61> 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel UND tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
Variabel LEV, memiliki nilai t hitung sebesar 0,51 dengan probabilitas sebesar 0,61.
Artinya probabilitas lebih besar dari pada α
0,05 (0,61> 0,05) sehingga kesimpulannya adalah variabel LEV tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat underpricing.
Berikutnya adalah nilai t hitung untuk variabel LNGP adalah -0,60 dengan probabilitas sebesar 0,55. Artinya probabilitas variabel gross proceedslebih besar dari pada α
0,05 (0,55> 0,05) sehingga kesimpulannya adalah gross proceedstidak mempengaruhi tingkat underpricing.
Terakhir adalah variabel LNAGE yang menunjukkan arah negatif karena nilai t hitung variabel LNAGE adalah -1,77 dengan probabilitas sebesar 0,08. Probabilitas variabel LNAGE lebih kecil dari pada α 0,10 (0,08<
0,10). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel umur perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat underpricing biaya modal IPO.
Selain pengujian pada OLS utama, dilakukan pula pengujian variasi variabelindependent utama dan variabel kontrol terhadap variabel dependent. Hasil pengujian kombinasi variabel independent dan variabel kontrol terhadap variabel dependent dengan pengolahan data menggunakan Eviews7, 2015
sebagai berikut :
1.UP =α +β 1IC+e
Dependent Variable: UP Method: Least Squares Sample:177
Included observations: 77
Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.623394 0.153467 4.062064 0.0001
IC -0.660409 0.313801 -2.104547 0.0387
R-squared 0.055762 Mean dependent var 0.310000
Adjusted R-squared 0.043172 S.D. dependent var 0.332910
S.E. of regression 0.325644 Akaike info criterion 0.619609
Sum squared resid 7.953317 Schwarz criterion 0.680487
Log likelihood -21.85494 Hannan-Quinn criter. 0.643960
F-statistic 4.429120 Durbin-Watson stat 1.363113
2.UP =α +β 1IC+β 2RO+e Dependent Variable: UP Method: Least Squares Sample:177
Berdasarkan pengujian didapatkan rangkuman hasil sebagai berikut:
Tabel 4.13
3.UP =α +β 1IC+β 2UND+e
Dependent Variable: UP Method: Least Squares Sample:177
4. UP =α +β 1IC+β 2LEV+e
Dependent Variable: UP Method: Least Squares Sample:177
5.UP =α +β 1IC+β 2LNAGE+e Included observations: 77
Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.901201 0.294899 3.055968 0.0031 IC -0.578907 0.321951 -1.798125 0.0762 RO -0.424773 0.385242 -1.102612 0.2738
R-squared 0.071024 Mean dependent var 0.310000 Adjusted R-squared 0.045917 S.D. dependent var 0.332910 S.E. of regression 0.325177 Akaike info criterion 0.629287 Sum squared resid 7.824764 Schwarz criterion 0.720604 Log likelihood -21.22756 Hannan-Quinn criter. 0.665813 F-statistic 2.828807 Durbin-Watson stat 1.407888 Prob(F-statistic) 0.065488
Included observations: 77
Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.596474 0.156610 3.808661 0.0003
IC -0.531630 0.345788 -1.537445 0.1284
UND -0.073131 0.081960 -0.892278 0.3751
R-squared 0.065813 Mean dependent var 0.310000
Adjusted R-squared 0.040564 S.D. dependent var 0.332910
S.E. of regression 0.326088 Akaike info criterion 0.634881
Sum squared resid 7.868659 Schwarz criterion 0.726198
Log likelihood -21.44293 Hannan-Quinn criter. 0.671407
F-statistic 2.606621 Durbin-Watson stat 1.342549
Prob(F-statistic) 0.080548
Included observations: 77
Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.644354 0.164570 3.915385 0.0002
IC -0.616954 0.337070 -1.830346 0.0712
LEV -0.068840 0.187415 -0.367313 0.7144
R-squared 0.057480 Mean dependent var 0.310000
Adjusted R-squared 0.032007 S.D. dependent var 0.332910
S.E. of regression 0.327539 Akaike info criterion 0.643761
Sum squared resid 7.938843 Schwarz criterion 0.735078
Log likelihood -21.78481 Hannan-Quinn criter. 0.680287
F-statistic 2.256475 Durbin-Watson stat 1.340251
Dependent Variable: UP Method: Least Squares Sample:177
6.UP =α +β 1IC+β 2LNGP+e
Dependent Variable: UP Method: Least Squares Sample:177
7.UP =α +β 1IC+β 2RO+β 3LEV+β 4LNGP+β 5LNAGE +e Dependent Variable: UP
Method: Least Squares Sample:177
Included observations: 77
Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1.308589 0.395050 3.312465 0.0014
IC -0.528508 0.316552 -1.669574 0.0992
LNAGE -0.087235 0.046479 -1.876868 0.0645
R-squared 0.098668 Mean dependent var 0.310000
Adjusted R-squared 0.074308 S.D. dependent var 0.332910
S.E. of regression 0.320302 Akaike info criterion 0.599078
Sum squared resid 7.591918 Schwarz criterion 0.690395
Log likelihood -20.06450 Hannan-Quinn criter. 0.635604
F-statistic 4.050364 Durbin-Watson stat 1.361527
Prob(F-statistic) 0.021416
Included observations: 77
Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1.305764 0.607658 2.148846 0.0349
IC -0.417671 0.376533 -1.109255 0.2709
LNGP -0.031288 0.026963 -1.160392 0.2496
R-squared 0.072636 Mean dependent var 0.310000
Adjusted R-squared 0.047572 S.D. dependent var 0.332910
S.E. of regression 0.324895 Akaike info criterion 0.627550
Sum squared resid 7.811185 Schwarz criterion 0.718867
Log likelihood -21.16069 Hannan-Quinn criter. 0.664076
F-statistic 2.898046 Durbin-Watson stat 1.353028
Prob(F-statistic) 0.061412
Included observations: 77
Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2.124192 0.739979 2.870611 0.0054
IC -0.302371 0.385861 -0.783627 0.4359
RO -0.235437 0.399240 -0.589714 0.5573
LEV 0.108053 0.201290 0.536803 0.5931
LNGP -0.032438 0.027647 -1.173304 0.2446
LNAGE -0.085589 0.051344 -1.666957 0.0999
R-squared 0.121115 Mean dependent var 0.310000
Adjusted R-squared 0.059222 S.D. dependent var 0.332910
S.E. of regression 0.322902 Akaike info criterion 0.651780
Sum squared resid 7.402846 Schwarz criterion 0.834414
Log likelihood -19.09354 Hannan-Quinn criter. 0.724832
F-statistic 1.956841 Durbin-Watson stat 1.401165
Tabel
Rangkuman Hasil Pengujian Variasi Variabel Independent dan Variabel Kontrol
No. Variabel
Dependent
Variabel
Independent R
2 Uji F Uji t AIC
1. UP IC 0,06 Signifikan IC = Signifikan 0,62
2. UP IC, RO 0,07 Signifikan
IC = Signifikan RO = Tidak Signifikan
0,63
3. UP IC, UND 0,07 Signifikan
IC = Tidak Signifikan UND = Tidak Signifikan
0, 64
4. UP IC, LEV 0,06 Tidak
Signifikan
IC = Signifikan LEV = Tidak Signifikan
0,64
5. UP IC, LNAGE 0,10 Signifikan
IC = Signifikan LNAGE = Signifikan
0,60
6. UP IC, LNGP 0,07 Signifikan
IC = Tidak Signifikan LNGP = Tidak Signifikan
0,63
7. UP IC, RO, LEV,
LNGP,LNAGE 0,12 Signifikan
IC, RO, LEV, LNGP = Tidak Signifikan LNAGE = Signifikan
0,65
Sumber: data sekunder yang diolah, 2015.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, maka diketahui bahwa secara statistik tingkat pengungkapan modal intelektual tidak berpengaruh terhadap underpricing. Variabel-variabel kontrol yaitu retained ownerships, reputasi underwriter, leverage dan proceeds, tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat underpricing biaya modal IPO perusahaan. Namun, variabel umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing biaya modal IPO perusahaan.
4.1 Pengaruh Tingkat Pengungkapan Modal Intelektual terhadap Tingkat
Underpricing
Berdasarkan hasil pengujian
hipopenelitian didapat kesimpulan bahwa tingkat pengungkapan modal intelektual dalam prospektus tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian Van der Zahn dan Singh(2007) yang menemukan hubungan positif dan signifikan. Sedangkan hasil penelitian Hartati (2010),dimana penelitian ini mengacu pada penelitian Singh dan Van der Zahn (2007). Dalam penelitian Hartati (2010) yang dalam penelitiannya belum mampu
mendukung penelitian Van der Zahn yang menemukan hubungan positif dan signifikan pada IPO Singapore. Kemudian hasil penelitian Hartati (2010), menemukan hubungan yang negatif, namun tidak siknifikan pada IPO di Indonesia.
Namun, nilai koefisien t test yang negatif menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan modal intelektual berbanding terbalik dengan tingkat underpricing biaya modal IPO perusahaan, sesuai dengan dugaan hipopenelitian. Nilai koefisien t test yang negatif ini mendukung penelitian-penelitian sebelumnya tentang pengungkapan oleh perusahaan (Friedlan, 1993; Jog dan McConomy, 2003; dan Schrand dan Verrechia, 2004; dan Guo et al., 2004) yang menyebutkan bahwa tingkat underpricing lebih rendah ketika sejumlah informasi rinci diungkap dalam prospektus.
memanfaatkan seluruh potensi perusahaan (baik karyawan, aset fisik, maupun structural capital), artinya manajer mampu menciptakan nilai bagi perusahaan. Pengungkapan modal intelektual merupakan sarana komunikasi perusahaan yang merespon ekspektasi stakeholders atas pengendalian mereka terhadap sumber daya yang dibutuhkan organisasi. Berdasarkan pengolahan data diketahui bahwa perusahaan telah menyediakan informasi tentang modal intelektual, salah satunya melalui pengungkapan dalam prospektus. Namun hasil pengujian menunjukkan bahwa informasi tersebut tidak digunakan oleh stakeholders khususnya investor di Bursa Efek Indonesia, yang dibuktikan dengan nilai probabilitas t test yang tidak signifikan.
Berikutnya adalah teori legitimasi yang menuntut organisasi secara berkelanjutan mencari cara untuk menjamin operasi mereka berada dalam batas dan norma yang berlaku di masyarakat (karena legitimasi dipengaruhi oleh kultur, interpretasi masyarakat, sistem politik, dan ideologi pemerintah yang berbeda). Penerapan teori legitimasi salah satunya dapat dilakukan melalui pengungkapan modal intelektual. Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa koefisien t test menunjukkan tanda negatif dan tidak sifnifikan. Hasil yang ditemukan berbeda dengan hasil penelitian Van der Zahn dan Singh (2007) yang menemukan hubungan positif dan signifikan antara tingkat pengungkapan modal intelektual dengan tingkat underpricing IPO perusahaan di Stock Exchange of Singapore. Perbedaan hasil pengujian menunjukkan bahwa struktur kelembagaan di Singapura berbeda dengan di Indonesia, seperti kelemahan yang diungkapkan Van der Zahn dan Singh (2007) bahwa hasil penelitiannya menyebabkan ekstrapolasi umum untuk kondisi di negara-nagara lain bermasalah.
Tidak signifikannya pengaruh tingkat pengungkapan modal intelektual terhadap tingkat underpricing dalam penelitian ini diduga karena informasi tentang umur perusahaan menjadi perhatian investor dalam berinvestasi. Dibuktikan dengan nilai probabilitas t test variabel umur perusahaan
sebesar 0,082 atau 8% < α 10%.
4.2 Pengaruh Retained Ownerships terhadap Tingkat Underpricing
Berdasarkan hasil pengujian diketahui variabel retained ownerships tidak memiliki pengaruh yang signifikan tingkat underpricing. Dibuktikan dengan nilai probabilitas t test
sebesar 0,73 > α 5%. Hasil ini menunjukkan bahwa investor kurang memperhatikan informasi proporsi kepemilikan pemegang saham lama saat akan melakukan investasi pada perusahaan IPO. Hasil penelitian ini konsisten dengan Daljono (2000) dan Ardiansyah (2003) yang hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa variabel retained ownerships tidak berpengaruh terhadap underpricing. Akan tetapi hasil ini tidak konsisten dengan penelitian Sulistio (2005) yang menyatakan bahwa retained ownerships berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
Merujuk pada hasil penelitian Rohman (2008), tidak berpengaruhnya variabel retained ownerships disebabkan para pemegang saham lama yang telah menahan sahamnya tidak mempengaruhi banyaknya informasi yang dipublikasikan sehingga tidak berpengaruh terhadap keputusan investor untuk membeli atau tidak saham emiten. Dengan demikian calon investor juga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkan informasi dari emiten.
4.3 Pengaruh Reputasi Underwriter terhadap Tingkat Underpricing
Reputasi underwriter dalam penelitian ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Pernyataan ini dibuktikan dengan nilai probabilitas t test yang sebesar 0,61 > α 0,05.
perusahaan, sehingga berani memberikan harga yang tinggi dan berkualitas sebagai konsekuensi dari kualitas penjaminannya.
4.4 Pengaruh Leverage terhadap Tingkat
Underpricing
Hasil pengujian atas variabel leverage terhadap tingkat underpricing menunjukkan hubungan yang tidak signifikan. Hasil ini menunjukkan bahwa informasi tentang tingkat leverage tidak mempengaruhi keputusan investor dalam mengambil keputusan, yang dibuktikan oleh nilai probabilitas t test yang
tinggi yaitu 0,61 > α 0,05. Hasil ini konsisten
dengan penelitian Ardiansyah (2003) dan Setianingrum (2005) yang menyatakan bahwa tingkat leverage tidak berpengaruh terhadap underpricing. Akan tetapi hasil ini tidak konsisten dengan penelitian Daljono (2000) dan Sulistio (2005), yang menemukan pengaruh yang signifikan antara leverage terhadap tingkat underpricing.
Merujuk pada hasil penelitian Ardiansyah (2003), pengaruh yang tidak signifikan dari variabel leverage terhadap tingkat underpricing, disebabkan karena investor memandang bahwa tinggi rendahnya rasio ini bukan semata-mata disebabkan oleh kinerja manajemen perusahaan, namun juga sangat dipengaruhi oleh faktor di luar perusahaan. Misalnya krisis ekonomi yang mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap US $ yang melambung tinggi. Mengambil keputusan berdasarkan rasio ini di masa krisis, bisa menyesatkan.
4.5 Pengaruh Proceeds terhadap Tingkat
Underpricing
Hasil pengujian variabel proceeds menunjukkan nilai probabilitas t test 0,55 > α
0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa proceeds tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Hasil pengujian ini konsisten dengan hasil penelitian Ardiansyah (2003) yang
menyatakan bahwa proceeds tidak
berhubungan dengan underpricing. Namun bertentangan dengan Kim et al., (1993) yang berhasil menunjukkan hubungan antara gross proceeds dengan underpricing. Tidak signifikannya variabel proceeds terhadap underpricing, disebabkan karena, investor di BEJ belum mengangggap dengan jumlah penawaran yang besar, prospek perusahaan akan membaik di masa yang akan datang dengan tersedianya dana yang cukup untuk
ekspansi dan investasi yang akan dilakukan atas hasil IPO tersebut (Ardiansyah, 2003).
4.6 Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Tingkat Underpricing
Terakhir adalah variabel umur perusahaan. Dalam penelitian ini variabel umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing, yang dibuktikan oleh nilai probabilitas t test sebesar 0,08 < α 0,10.
Berdasarkan hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa informasi umur perusahaan dapat mempengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi.
4.7 Pengujian Kombinasi Variabel
Independent dan Variabel Kontrol terhadap Variabel Dependent
Pengujian tambahan ini untuk melihat pengaruh pengungkapan modal intelektual terhadap underpricing. Berdasarkan hasil pengujian berbagai kombinasi variabel independent dan variabel kontrol terhadap
variabel dependent yang
rangkumannya,diketahui bahwa pengujian atas pengaruh tingkat pengungkapan modal intelektual terhadap underpricing tanpa diberi variabel kontrol menunjukkan hubungan yang negatif signifikan sesuai dengan dugaan hipopenelitian.
Hubungan yang signifikan antara pengungkapan modal intelektual terhadap underpricing juga dapat dilihat pada pengujian pengaruh pengungkapan modal intelektual terhadap underpricing dengan variasi penambahan satu variabel kontrol, yaitu antara lain variabel retained ownership, leverage, dan umur perusahaan. Namun, penambahan satu variabel kontrol antara lain variabel proceeds, dan reputasi underwriter tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara tingkat pengungkapan modal intelektual dengan tingkat underpricing.
dalam variabel dummy (reputasi underwriter) dengan tingkat underpricing, juga menunjukkan hasil yang tidak signifikan.
Setelah melakukan pengujian pengaruh pengungkapan modal intelektual terhadap underpricing, dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan antara pengungkapan modal intelektual dengan underpricng, adalah signifikan negatif. Artinya semakin besar dan rinci tingkat pengungkapan, maka underpricing akan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu tentang pengungkapan yang ditemukan oleh Guo et al. (2004), Kristandl dan Bontis (2007), juga Mangena (2010).
Pengujian lainnya dengan
mengkombinasikan penambahan variabel kontrol ternyata tidak selalu menunjukkan hasil yang signifikan. Artinya bahwa pengaruh pengungkapan modal intelektual terhadap underpricing diperkuat (tetap signifikan) dengan penambahan saatu variabel kontrol antara lain variabel, retained ownership, leverage, dan umur perusahaan. Namun pengaruhnya menjadi lemah (tidak signifikan) ketika (1) ditambahkan satu variabel kontrol antara lain variabel proceeds, reputasi underwriter, (2) penambahan secara serentak kelima variabel yang jika secara individual ditambahkan akan mendukungnya, (3) penambahan secara serentak variabel yang berskala numerik, dan (4) penambahan secara serentak variabel yang berkategori dummy.
5. KESIMPULAN
Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pengungkapan Modal IntelektualDalam Prospektus Terhadap Tingkat Underpricing Pada Biaya Modal IPOPerusahaan Yang TerdaftarDi Bursa Efek Indonesia(Studi Empiris pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2013)” melibatkanenam variabel independen. Variabel independen utama yaitu tingkat pengungkapan modal intelektual (ICDisc) dan lima variabel kontrol lainnya yaitu: (1) retained ownerships, (2) reputasi underwriter, (3) leverage, (4) proceeds, dan (5) umur perusahaan.
Berdasarkan hasil pengujian didapatkan kesimpulan:
1. Hasil pengujian OLS menunjukkan bahwa variabel tingkat pengungkapan modal
intelektual tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
2. Hasil pengujian tambahan variasi variabel independent terhadap variabel dependent menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan modal intelektual berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing, jika (1) pengujiannya tanpa menyertakan variabel kontrol, dan (2) pengujiannya dengan menambahkan satu variabel kontrol antara lain yaitu variabel retained owneship, leverage, dan umur perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdolm
ohammadi, M.J.2005.“
Intellectual
Capital disclosure
and market
capitalizatio
n”.
Journal of Intellectual
Capital Vol.6 No. 3. pp. 397-416.
Abeysekera,
I.,2006.
“
The
project
of
intellectual
capital
disclosure:
researching
the research”.
Journal of
Intellectual Capital,7(1):61-77
Aditya,IgDodiet,2008/2009,“Variabel
Penelitian dan Definisi Operasional,
”Hand out
Mata Kuliah Metodologi
Research
Prodi
DIII
Kebidanan
Poltekkes Surakarta.
Aggarwal,R.,Leal,&L.Hernandez,1993,“th
e After market Performance of Initial
Public
Offerings
in
Latin
Am
erica”
FinancialManagement,spri
ng1993:pp.42- 53.
Amir,E.a
ndLev,B.,1996,“V
alue-relevance
of non financial information: the
wireless
communication industry”,
Journal
of
Accounting
and
Economics,Vol. 22 No. 1, pp. 3-30.
Ardiansyah,Misnen,2003,“Pengaruh
Variabel Keungan Terhadap Return
Awal dan Return 15 Hari Setelah
IPO
di
Bursa
Efek
Jaka
rta,”
Kumpulan
Makalah
Simposium
Nasional
Akuntansi VI”
360-382.
Barney,J.,1991
“Types
of Competition and
The Theory of Strategy: Towards an
Integrative Fram
ework,”
Academy of
Management Review,Vol.11,No.4,pp
791-800
Baron,D.P.,1982.A Model of the Demand
for Investment Banking Advising
and Distribution Servicesfor New
Issue, The Journal of Finance, 37,
1115-1138.
Beattie,V.and Thomson,S.J.,2007,
“Lift
ing
the lidon the use of content analysis
to
investigate
intellectual
capital
disclosures,
”
Accounting
Forum,
31:129-163.
Beatty,R.P.andRitter,J.R.,1986,
“Invest
ment banking, reputationand
the underpricing of initial public
offerings”,
Journal
of
Financial
Economics,Vol. 15, pp. 213-32.
Benveniste,L.M.,Ljungqvist,A.,Wilhelm,
W.J.andYu,X.,2003,
“
Evidence of
information
spilloversin
the
production of investment banking
services”,
Journal of Finance, Vol.
58, pp. 577-608.
Bontis,N.,2001,“Assessing
knowledge
assets: are view of the models used
to
measure
intellectual
capita
l”,
International
Journal
of
Management Reviews, Vol. 3 No. 1,
pp. 41-60.
Booth,J.R.,andChua,L.,1996.
“Ownership
Dispersion, CostlyInformation, and
IPO
Underpricing,”
Journal
of
Financial Economics, 15, 291-310.
Brigham,E.F.danHouston,J.F.,2006,
“
Dasar
-dasar
Manajemen
Keuangan,”
Salemba Empat, Jakarta.
Bruggen,A., Vergauwen,P., danDao, M.,
2009, “Deter
minants of Intellectual
Capital Disclosure: Evidence from
Australia,”
Managgement
Decision,Vol.47, No. 2, pp. 233-245.
Bukh,P.N.,Nielsen,C.,Gormsen,P.andMour
itsen,J.,2005,“Disclosure
of
information on intellectual capitalin
Danish
IPO
prospectuses”,
Accounting,
Auditing
&
Accountability Journal, Vol. 18 No.
6, pp. 713-32.
BursaEfekIndonesia, 2010, Buku Panduan
Indeks Harga Saham Bursa Efek
Indonesia,Jakarta.
Carter,R.B.danManaster,
S.,1990,“
initial
Public Offering and
Underwriter
Reputation,”
Journal of FinanceVol.
XLV No. 4 September.
Choong,K.K.2008.
Intellectual
capital:
efinitions,
categorization
and
reporting
models.
Journal
of
Intellectual Capital, 9 (4), 609
–
638.
Chow,C.W.andBoren,A.W.(1987).Volunta
ry financial disclosure by Mexican
corporations. The Accounting
Review,62(3):533-541.
Coller,M.andYohn,T.L.(1997),
“Ma
nagement
forecastsand
information
asymmetry:
an
examination of bid-
ask spreads”,
Journal of Accounting Research,
Vol. 35 No. 2, pp. 181-91.
Coy,D. andDixon, K. (2004). The public
accountability
index:
Crafting
aparametric disclosure
index
for
annual
reports.
The
British
Accounting Review, 36:79-106.
Daily,C.M.,Certo,S.T.,Dalton, D.R., and
Roeng
Pitya,R.,2003,“IPO
Underpricing: A Meta Analysis and
Research
Synthesis,”
Entrepreneurship Theory
and Practice, Vol. 27, No. 3.
Daljono,2000,”Analisis
faktor-faktor yang
mempengaruhi Initial Return Saham
Yang
ListingDIBEJTH1990-
1997”,
Kumpulan
makalah
Simposium
Nasional AkuntansiIII.hal.556-572.
Danish Ministry of Science Technology
and
Innovation
(DMSTI)
,2003,
Intellectual Capital Statement
–
The
New
Guidelines,
Copenhagen,
Denmark:Danish Ministry of Science
Technology and Innovation.
Deegan,
C.,
2004.
Financial
Diamond,D.W.andVe
rrechia,R.E.(1991),“
Disclosure, liquidity and the cost of
equity
capital”,
Journal of Finance,
Vol. 46 No. 4, pp. 1325-59.
Dye,R.,1985,
Disclosure
of
non
proprietary information, Journal of
Accounting Research 23, 123
–
145.
Eckbo,B.Espendan Oyvind
Norli(2005),“Liquidity Risk, Leverage and Long-run IPO Return,”Journal of Corporate Finance11,1-35.
Firth,M.andLiau-
Tan,C.(1998)‘
Auditor
quality, signaling and the valuation
of initial price off
erings’,
Journal of
Business,
Finance
and
Accounting,Vol.25, pp.145
–
165
Freeman, R.E., danReed., 1983,
“Stokeholders
and Stokeholders: A
New
Perspectiveon
Corporate
Governance,”
Californian
Management Review,Vol. 25., No.
2., pp. 88-106.
Friedlan,J.M.(1993)‘Accounting
information and the pricing of initial
public offerings’,
Working Paper,
York
University,
York,
United
Kingdom.
Galbraith,C
.S.andMerrill,G.B.(2001),“IPO
performance in business to business
‘B2B’e
-commerce firms: effects of
strategy and
industry”,
Managerial
Finance, Vol. 27 No. 7, pp. 1-15.
Gelb,D.S.(2002),“Intang
ible
assets
and
firm
s’
disclosures: an
empirical
investigation”,
Journal of Business,
Finance
and
Accounting,Vol.29Nos3/4, pp.
457-76.
Ghozali,I.,2009,“Aplikasi
Analisis
Multivariate dengan Program SPSS,
”Badan
Penerbit
Universitas
Diponegoro,Semarang.
Gongmeng,C.,Firth,M.andKim,J.B.(2004)
‘IPO
underpricin in
China’s
new
stockm
arkets’,
Journal
of
Multinational
Financial
Management,Vol.14,No.2, pp.283
–
302.
Griffith,S.(2004).“Spinning
andUnderpricing:
A
Legal
and
Economic Analysis of Preferential
Allocationof
SharesinIPO,”
BrooklynLawReview,69
Gujarati,D.,2004,BasicEconometric,
4
thEdition ,United States of America,
McGraw-Hill Companies.
Guo,R.,Le
v,B.andZhou,N.2004,“Co
mpetiti
ve costs of disclosure by biotech
IPOs”,
Journal
of
Accounting
Research,Vol. 42 No. 2, pp. 319-55.
Guthrie,J.andParker,L.D.1989,“Corporate
social
disclosure: are
buttal
of
legitimacy
theory”,
Accounting and
Business
Research,Vol.19No.76,pp.243- 252.
Hughes,
P.
dan
Thakor,A.
(1992)
“Liti
gation risk, intermediation and
first-day return
of initial
public
fferings”
Reviewof
Financial
Studies,Vol.5,pp.709- 742.
Ikatan
Akuntan
Indonesia,
2009,
Pernyataan
Standar
Akuntansi
Keuangan
No.19,
Salemba
Empat,Jakarta.
Kim
,JeongBong,I.KriskydanJ.Lee,1993,“
Motives for
Going
Public
and
Underpricing:New
Findings
from
Korea,”
Journal
of
Business
Financial and Accounting, 20 (2)
January,pp. 195-211
Koh,F.andW
alter,T.(1989),“Adirectt
est of
Rock’s
model and the pricing of
unseas
on
edissue”,
Journal
of
Financial Economics, Vol. 23, pp.
251-72.
Krippendorff,K.(2004),Content
Analysis.
An Introductionto Its Methodology,
The Sage
Comm
Text
Series,
Beverly Hills,CA.
Leuz,C.andVerrechia,R.E.(2000),“
The
economic consequence of increased
disclosu
re”,
Journal of Accounting
Research, Vol. 38, Supplement,pp.
91-135.
corporate social performance and
disclosu
re”, paper
presented at the
Critical Perspectives on Accounting
Conference,New York, NY, April.
Ljungqvist,
A .and Wilhelm, W.J.
(2002)
,
“Allocations:
discriminatory or discretionary?
”,
Journal of Financial Economics,
Vol. 65, pp. 167-201.
Nasirwan,2000,“Reputasi
Penjamin Emisi,
Return
Awal,
Return
15
Hari
Sesudah IPO,
dan
Kinerja
Perusahaan satu Tahun Sesudah IPO
di
BEJ,”
Kumpulan
Makalah
Simposium
Nasional
Akuntansi
III,hal.573-598.
Nurhidayati, Sitidan Nur Indriantoro,1998,
“Anali
sis
Faktor
–
Faktor
yang
Berpengaruh
Terhadap
Tingkat
Underpriced
Pada
Penawaran
Perdana di Bursa Efek
Jakarta”,
Jurnal
Ekonomi
dan
Bisnis
Indonesia vol.13 no. 1, hal.21
–
30.
Prastiwi,Arum
,2001,”Underpricing:ThePu
zzling
Phenomen
on”,
Jurnal
Ekonomi dan Manajemen, Vol.2,
No.1, Juni,hal79-87.
Purnomosidhi,
Bam
bang,2006,“Praktik
Pengungkapan Modal
Intelektual
pada
Perusahaan
Publik
di
B
EJ,”
Jurnal
Riset
Akuntansi
Indonesia,Vol.9,No.1,pp. 1-20.
Rashid,A.A.,Abdullah,W.M.T.W.,
Tarmidi,
M.,Zainol,Z.,n.d.,“Voluntary
disclosure of intangible information:
Acomparative
study
between
prospectuses and
annual reports,”
diakses tanggal 14 Juni2011.
RepublikIndonesia,UU RI No. 8
Tahun1995, TentangPasar
Modal,Jakarta.
Ritter,J.R.,19
84,“The‘hotiss
u
e’
marketof198
0,”
Journal
of
Business,Vol.57No.
2, pp. 215-40.Rock,K.(1986).Why
New
Issue
are
Underpriced, Journal of Financial
Economics, 15, 187-212.
Rohm
an,A.,2008,“
Returnawal dan factor
yang
me
mpengaruhinya,”
Jurnal
Manajemen
Akuntansi
&
Sistem
Informasi, Vol. 8, No. 2,
Hal.170-183.
RosyatidanSabeni,2002,“Analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
underpricing saham pada perusahaan
go public di BEJ tahun1997-
2000”.
Simposium Nasional Akuntansi V.
Hal286-298
Sawarjuwono,
T., danKadir, A.P.,
2003,
“Intellectual
Capital:
Perlakuan,
Pengukuran,
dan
Pelaporan
(Sebuah
Library
Research),”Jurnal
Akuntansi
Keuangan,Vol. 5, No. 1, pp. 35-57.
Scott,W.R.,2009,
Financial
Accounting
Theory,5
thed,Toronto,
Ontario,
Canada, Pearson Prentice Hall.
Setian
ingrum, Tia, 2005, “Pengaruh
Informasi
Prospektus
Perusahaan
terhadap
Initial
Return
pada
Penawaran Saham Perdana. Kasus
pada
Bank-Bank
Umum
yang
Terdaftar
di
Bursa
Efek
Jakarta,Tahun1996-
2003,”
Thesis,
Magister
ManajemenUniversitasWidyatama.
Siahaan,Hins
a,2003,“Kajian
tentang
penjualan warrant sebagai calloption
dan penjualan saham terbatas dari
sudut pandang emiten dan
investor”
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol
7, No. 4.
Sitompul,
Asril,
2000,”Pasar
Modal:
Penawaran
Umum
dan
Perm
asalahannya”,
Penerbit
PT.Aditya Kencana Bakti, Bandung.
Sulistio,Helen,2005,“
Pengaruh
Informasi
Akuntansi
dan
Non
Akuntansi
Terhadap Initial Return: Studi pada
Perusahaan yang Melakukan Initial
Public
Offering
di Bursa Efek
Jakarta,”
Simposium
Nasiona
lAkuntansi8, 87-99.
Tinic,S
.M.(1988).“Anato
my
of
Initial
Public
Offerings
of
common
Trisnawati,Rina,1998,“Faktor
-Faktor Yang
Mempengaruhi
Initial
Return.”
Penelitian S2, Yogyakarta:
Program Pasca Sarjana,Universitas
Gajah Mada.
Ulum,Ihyaul,
2009,“Intellectual
Capital
Konsep dan Kajian Em
piris,”Graha
Ilmu, Yogyakarta.
Van der Zahn,Mitchell,J.-L.W.and Singh,
Inderpal(2007), “Does intellectual
capital disclosure reduce an
IPO’s
cost
of
capital.
The
case
of
underpricing,”
Journal of Intellectual
Capital, Vol. 8 No. 3, pp 494-516.
Vander Zahn, Mitchell,J.-L.W.and Singh,
Inderpal
(2007a),“Intellectual
capital
disclosure and the association with
first-day
returns
ininitial
public
offerings,
”
International
Journal
Accounting,
Auditing
and
Performance Evaluation,Vol.4
Nos. 4/5.Verrechia, R.E. (2001) ‘Essays on
disclosure’,
Journalof Accounting
and Economics, Vol. 32, Nos. 1
–
3,
pp.97
–
180.
Watts,R.L.,andJ.L.Zimmerman.1986.
Positive Accounting Theory. Prentice
Hall.
EnglewoodCliffs.NJ.Williams, S.L.M. (20
01), “
Is intellectual
capital performance and disclosure
practicesrelated?
”,
Journal
of
Intellectual Capital, Vol. 2 No. 3, pp.
192-203.
Winarno,W.W
.,2009,“Analisis
ekonometrika dan statistika dengan
Eviews,
”UPP
STIM
YKPN,
Yogyakarta.
Zambon,S.(2003),Study
on
the