• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bank dan Lembaga Keuangan Arsitektur P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bank dan Lembaga Keuangan Arsitektur P"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Basel Core Principles

Pertumbuhan jumlah bank swasta nasional yang sangat cepat mulai 1980-an ternyata membawa perekonomi1980-an Indonesia ke suatu tahap1980-an baru dalam perkembangannya. Perkembangan pesat tersebut tampaknya tidak diikuti perkembangan penerapan prinsip kehati-hatian (prudence) yang seimbang. Kenyataan tersebut menyebabkan pada akhir 1990-an terjadi masalah besar dalam dunia perbankan di Indonesia. Otoritas moneter dengan sangat terpaksa harus melikuidasi banyak bank yang dipandang tidak dapat diselamatkan lagi.

Menyadari pengalaman yang sangat buruk tersebut, banyak pihak mulai bertanya-tanya. Apakah strategi pengembangan dunia perbankan di Indonesia selama ini sudah benar? Apakah peraturan perundangan yang ada selama ini sudah mampu mengatur dan mengarahkan sektor perbankan ke arah perbankan yang efisien dengan risiko yang masuk akal? Kelemahan dalam sistem perbankan suatu negara, baik negara berkembang maupun negara maju, dapat mengancam stabilitas keuangan negara tersebut dan juga internasional.

The Basel Committee on Banking Supervision adalah sebuah komite otoritas pengawas perbankan yang didirikan oleh gubernur bank sentral dari negara-negara G-10 pada 1975 seperti Belgia, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Luksemburg, Belanda, Swedia, Swiss, Inggris, Amerika Serikat. The Basel Committee on Banking Supervision telah bekerja dalam masalah ini selama bertahun-tahun, baik secara langsung maupun melalui kerja samanya dengan pengawas perbankan di seluruh dunia. Lembaga ini telah berusaha mencari cara terbaik untuk meningkatkan pengawasan terhadap prinsip kehati-hatian di seluruh dunia. Komite ini telah menyusun dua jenis dokumen, yaitu :

1. Paket lengkap Core Principles for Effective Banking Supervision (The Basel Core Principles).

(2)

Committee yang sebagian besar saling berkaitan dengan core principles.

The Basel Core Principles akan berfungsi sebagai acuan bagi kerja komite ini pada masa mendatang, dengan melakukan kerja sama secara lebih luas lagi. Komite ini selalu siap mendorong usaha setiap negara untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut dalam kaitannya dengan lembaga pengawas dan pihak lain yang terkait.

Di sisi lain, Bank for Internasional Settlement (BIS) telah lama mencari tahu praktik-praktik perbankan yang dianggap dapat menciptakan dunia perbankan yang efisien dan efektif dalam perannya sebagai financial intermediary. Menyadari adanya prinsip-prinsip yang telah dirumuskan dalam BIS dan perlunya merancang ulang sektor perbankan di Indonesia dalam jangka panjang, maka kedua puluh lima prinsip inti dalam pengawasan perbankan tersebut adalah :

Prasyarat Pengawasan Perbankan yang Efektif

1. Sistem pengawasan perbankan yang efektif memiliki tanggung jawab dan tujuan yang jelas pada setiap badan yang terlibat di dalam pengawasan.

Perizinan dan Struktur

2. Kegiatan dari lembaga yang diberikan izin dan diawasi harus dirumuskan dengan jelas, penggunaan nama “bank” harus dikendalikan sejauh mungkin.

(3)

4. Pengawas perbankan harus memiliki wewenang untuk menilai dan menolak usulan pemindahan kepemilikan atau pengendalian dalam jumlah besar ke pihak lain.

5. Pengawas bank harus memiliki wewenang untuk menentukan persyaratan penilaian akusisi atau investasi.

Peraturan Persyaratan Kehati-hatian

6. Pengawas perbankan harus menetapkan peraturan modal minimum yang tepat dan sesuai prinsip kehati-hatian bagi semua bank.

7. Bagian penting dari suatu sistem pengawasan adalah penilaian kebijakan, praktik dan prosedur bank.

8. Pengawas perbankan harus memastikan bank menjalankan kebijakan, praktik dan prosedurnya.

9. Pengawas bank harus memastikan bahwa bank memiliki sistem informasi manajemen yang memungkinkan manajemen mengidentifikasikan tingkat konsentrasi portofolionya.

10. Dalam memberikan pinjaman harus dimonitor secara efektif dan perlu dilakukan tindakan lain untuk mengendalikan risiko.

11. Pengawas perbankan harus memastikan bahwa bank memiliki kebijakan dan prosedur yang tepat dalam mengendalikan risiko negara (country risk).

12. Pengawas juga harus dapat mengendalikan risiko pasar.

(4)

14. Pengawas perbankan harus mewajibkan bank agar memiliki pengendalian internal.

15. Pengawas perbankan harus mewajibkan bank agar memiliki kebijakan, praktik dan prosedur yang tepat.

Metode Pengawasan Perbankan Berkelanjutan

16. Sistem pengawasan perbankan yang efektif harus mencakup pengawasan langsung dan tidak langsung.

17. Pengawas perbankan harus memiliki interaksi rutin dengan manajemen bank dan pemahaman.

18. Pengawas perbankan harus memiliki alat untuk mengumpulkan, menilai dan menganalisis laporan.

19. Pengawas perbankan harus memiliki alat validasi independen terhadap informasi pengawasan.

20. Unsur penting dari pengawasan perbankan adalah kemampuan pengawas untuk mengawasi grup perbankan secara terkonsolidasi.

Peraturan Informasi

21. Pengawas perbankan harus memastikan bahwa setiap bahwa memiliki pencatatan yang baik sesuia dengan kebijakan akutansi.

22. Pengawas perbankan harus memiliki kebijakan pengawasan yang tepat untuk menjalankan tindakan perbaikan terjadwal.

Perbankan Antarnegara

(5)

24. Unsur kunci dari pengawasan terkonsolidasi adalah pertukaran informasi dengan berbagai pengawas perbankan yang lain.

25. Pengawas perbankan harus menetapkan agar bank asing juga menerapkan standar yang sama dengan standar bagi bank domestik.

Cara mengatasi kegagalan sistem perbankan dan juga biaya yang ditimbulkannya, harus ditanggung secara politis oleh publik. Masalah tersebut tidak bisa menjadi tanggung jawab pengawas perbankan saja, namun demikian memang pengawas perbankan perlu memiliki sistem untuk mengatasi permasalah perbankan.

Pengertian Arsitektur Perbankan Indonesia

Dengan tujuan utama untuk memperkuat fundamental industry perbankan di Indonesia, Bank Indonesia mulai 2004berusaha menerapkan Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Arsitektur Perbankan Indonesia ini merupakan suatu kerangka dasar pengembangan system perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Arsitektur Perbankan Indonesia di harapkan akan dapat memeberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu yang disebutkan diatas. Kebijakan pengembangan industry perbankan pada mas adepan, seperti yang di ungkapkan dalam API, dilandasi oleh visi :

 Menciptakan system perbankan yang sehat, kuat , dan efisien,

 Menciptakan kestabilan system keuangan,

 Mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

(6)

belum memiliki kelembagaan perbankan yang kokoh yang di dukung dengan infrastruktur perbankan yang baik.

Program-Program API mencakup banyak hal. Program yang lain berkaitan dengan usaha peningkatan kinerja perbankan melalui penerapan standar Good Governance yang di dukung :

 Kemampuan operasional yang tinggi

 Kemampuan tinggidalam pengelolaan risiko,

 Ketersediaan infrastruktur pendukung perbankan yang memadai,

 Keberadaan lembaga pemeringkat kredit domestik,

 Adanya skimpenjaminan kredit yang mencakupi, serta

 Peningkatan kepercayaan nasabah.

Dalam usaha mencapai visi API seperti telah di uraikan sebelumnya, Bank Indonesia telah menetapkan beberapa sasaran yang ingin di capai. Sasaran ini nantinya dirumuskan sebagai enam pilar Arsitektur Perbankan Indonesia. Sasaran tersebut adalah :

 Struktur perbankan domestik yang sehat, mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, dan mendorong pembangunan ekonomi nasional.

 System pengaturan dan pengawasan bank yang efektif sesuai standar internasional.

 Industry perbankan yang kuat dan berdaya saing tinggi serta memiliki ketahanan menghadapi resiko.

 Good Coperate Governance dalam kondisi internal perbankan nasional.

 Infrastruktur lengkap untuk terciptanya industry perbankan yang sehat.

(7)

Visi Arsitektur Perbankan Indonesia adalah menciptakan system perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan system keuangan nasional dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk merealisasikan pencapaian visi API tersebut maka di tetapkan 6 (enam) pilar API tersebut adalah sebagai berikut :

1. Menciptakan struktur perbankan domestic yang sehat yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan.

2. Menciptakan system pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu pada standart internasional.

3. Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi

4. Menciptakan Good Corporate Governance

5. Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mendukung terciptanya indutri perbankan yang sehat

6. Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan.

Tantangan Terbesar Perbankan ke Depan

1. Pertumbuhan ekonomi tinggi memerlukan pertumbuhan kredit cukup besar.

2. Struktur perbankan Indonesia belum optimal terkonsentrasi pada 11 bank besar yang menguasai 75% aset perbankan.

3. Kualitas pelayanan menyangkut manfaat pelayanan jasa keuangan dan antisipasi efek samping

(8)

5. Corporate Governance dan Core Banking Skills ukuran untuk menyatakan masih lemahnya kapasitas perbankan

6. Profitabilitas dan efisiensi memungkinkan bank berkembang mengahadapi siklus bisnis.

7. Tantangan Indonesia adalah menciptakan standart jelas dalam mekanisme pengaduan nasabah dan transparansi.

8. Perkembangan teknologi informasi menaikkan tingkat dan variasi risiko.

Program Kegiatan API

Pelaksanaan keenam pilar API di jabarkan lebih terperinci oleh Bank Indonesia dalam program kegiatan pada rentang waktu sepuluh tahun ( dari 2004 hingga 2013 ). Program – program tersebut adalah :

1. program penguatan struktur perbankan nasional,

2. program peningkatan kualitas pengaturan perbankan,

3. program peningkatan fungsi pengawasan,

4. program peningkatan kualitas manajemen dan operasional perbankan,

5. program pengembangan infrastrukur perbankan,

6. program peningkatan perlindungan nasabah.

Dalam kurun waktu 5 sampai 10 tahun mendatang, implementasi program-program tersebut diharapkandapat menciptakan konsolidasi sektor perbankan secara keseluruhan yang mengarah kepada struktur perbankan yang lebih optimal.

(9)

Penguatan Struktur Perbankan Nasional

Penguatan permodalan bank umum (konvensional & syariah) dijalankan dalam rangka meningkatkan kemampuan bank dalam mengelola resiko, mengembangkan teknologi informasi maupun menigkatkan skala usahanya guna mendukung peningkatan kapasitas pertumbuhan kredit perbankan. Adapun cara pencapaiannya dapat dilakukan melalui:

a. Penambahan modal baru baik dari pemegang saham lama maupun investor baru.

b. Merger untuk mencapai prsyaratan modal minimum baru. c. Penerbitan saham baru atau secondary offering dipasar modal. d. Penertiban pinjaman subordinasi (subordinated loan).

Secara yurisdis formal, bank atas dasar kegiatan usahanya tetap terdiri atas dua jenis,yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat. Bank umum dan bank perkreditan rakyat bias memilih untuk beroperasi atas dasar prinsip konvensional atau yang berdasarkan pada prinsip syariah.

Peningkatan Kualitas Pengaturan Perbankan

Peningkatan efektivitas pengaturan serta pemenuhan standar pengaturan yang mengacu pada international best practices adalah hal yang sangat penting. Hal tersebut dapat dicapai dengan penyempurnaan proses penyusuan kebijakan perbankan serta penerapan 25 Basel Core Principles for effective Banking Supervision secara bertahap dan menyeluruh.

Peningkatan Fungsi Pengawasan

Peningkatan independensi dan efektivitas pengawasan perbankan dicapai dengan penigkatan kompetensi pemeriksa bank, peningkatan kordinasi antar lembaga pengawasan, pengembangan pegawasan berbasis resiko (risk based supervision development), peningkatan efektivitas penegakan hokum (enforcement), dan konsolidasi organisasi sektor perbankan di Bank Indonesia.

(10)

Pengembangan sarana pendukung oprasional perbankan yang efektif seperti biro kredit (credit bureau), lembaga pemeringkat kredit domestic, dan pengembangan skema penjaminan kredit merupakan program penting dalam pengembangan infrastruktur perbankan.

Peningkatan Perlindungan Nasabah

Pemberdayaan nasabah dilakukan melalui penetapan standar penyusunan mekanisme penganduan nasabah, pendirian lembaga mediasi independen, peningkatan transparansi informasi dan pendidikan mengenai produk perbankan bagi nasabah.

Tahap-Tahap Implementasi API

Arsitektur Perbankan Indonesia dirancang untuk diterapkan dalam kurun waktu sekitar sepuluh tahun.

Basel II

Basel II bertujuan meningkatkn keamanan dan kesehatan system keuangan, dengan menitik beratkan pada perhitungan permodalan yang berbasis resiko, supervisoryreview process, dan market discipline.

Apabila dilihat, Basel II memiliki berbagai kompleksitas dan prakondisi yang cukup berat bagi perbankan. Akan tetapi hal ini wajar jika melihat manfaat yang akan didapat oleh perbankan nanti, yaitu berupa penghematan modal dalam menutup risiko yang diambilnya.

Sejarah Basel II

(11)

Perkembangan dunia perbankan di seluruh dunia menunjukkan kenyataan bahwa setiap bank memiliki cara terbaik yang berbeda-beda dalam menghitung, mengelola serta memitigasi risiko. Hal ini menyebabkan Basel Committee berinisiatif untuk melakukan revisi terhadap Basel Capital Accord 1988.

Revisi terhadap Basel Capital Accord yang umumnya disebut Basel II ini merupakan suatu kesepakatan menyeluruh yang menetapkan suatu spectrum pendekatan yang lebih sensitive terhadap resiko dalam persyaratan perhitungan modal minimum bank, yang menyediakan proses peninjauan ulang dalam rangka pengawasan bagi bank dalam menjaga tingkat permodalan yang sepadan dengan profil risiko mereka dan mendorong disiplin pasar dengan mempersyaratankan pengungkapan informasi yang terkait.

Kerangka kerja (framework) kecukupan permodalan pada Basel II dianggap lebih fleksibel dengan memberikan sejumlah pendekatan yang sensitif terhadap risiko dan insentif bagi penerapan manajemen risiko yang lebih baik. Kerangka kerja tersebut disusun dalam tiga pilar.

Implementasi Basel II di Indonesia

Pada 25 januari 2006, Gubernur Bank Indonesia yang saat itu dijabat oleh Burhanudin Abdulah mencanangkan Basel II pada pebankan Indonesia sebagai landasan operasional kegiatan industry perbankan nasional. Penerapan kerangka Basel II dilakukan sebagai suatu program jangka menegah berdimensi waktu antara 3-5 tahun yang diharapkan akan dapat diterapkan secara bertahap oleh seluruh bank umum padda 2008.

(12)

1. Langkah-langkah yang harus dilakukan pada pilar I : a. National Discretion

b. Dampak Kuantitatif Basel II

c. Penilaian Praktik dan Kesiapan Bank d. Menyiapkan Perbankan untuk Implementasi e. Menyusun Pedoman Pegawasan/Pemeriksaan f. Proses Approval

g. Pertukaran Informasi di antara otoritas pengawasan

2. Supervisory Issues, beberapa isu pokok yang perlu dipersiapkan pada Pilar II :

a. Kerangka proses penilaian kecukupan modal yang baik (internal capital adequacy assessment process-ICAAP).

b. Penerapan supervisory minimum standards pada saat melakukan penilaian kualitas ICAAP bank.

c. Standar pengukuran ‘other material risks’. d. Objektivitas dan transparansi dari proses Pilar II.

3. Langkah- langka yang harus dilakukan pada Pilar III: a. Menilai gap antara current vs Basel II disclosure requirements. b. Meningkatkan infrastruktur yang mendukung transparansi.

c. Meninjau kembali overlap antara accounting vs Basel II requirements. d. Mengidentifikasi berbagai prakondisi yang diperlukan sehingga peningkatan cakupan dan kualitas disclosures dapat mendorong market disciplinesi.

e. Memformulasi cara untuk menilai efektivitas Pilar III.

Implementasi basel II di Negara Lain

Perbedaan pada kesiapan masing-masing Negara dalam mengimplementasikan Basel II serta kondisi, struktur, dan kompleksitas kegiatan usaha perbankan serta kualitas pengawasan bank menjadi faktor-faktor yang turut menjadi penyebab implementasi Basel II ini tidak ditetapkan untuk Negara Non G-10.

Stabilitas Sistem Keuangan

(13)

keuangan dapat disebabkan oleh berbagai macam hal dan umumnya merupakan kombinasi kegagalan pasar, baik karena faktor struktural maupun perilaku.

Sistem keuangan berperan sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Sistem keuangan merupakan bagian perekonomian yang berfungsi mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami kelebihan dana (surplus) kepada pihak yang mengalami kekurangan dana (deficit). Sistem keuangan tidak stabil dan tidak berfungsi secara efisien menyebabkan pengalokasian dana tidak berjalan dengan baik sehingga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.

Upaya untuk mengurangi resiko terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan sangat penting dilakukan karena ketidakstabilan sistem keuangan dapat mengakibatkan timbulnya beberapa kondisi yang tidak menguntungkan seperti hal-hal berikut.

1. Kebijakan moneter menjadi tidak efektif karena transmisi kebijakan moneter tidak berfungsi secara normal.

2. Pertumbuhan ekonomi dapat terhambat karena fungsi intermediasi tidak dapat berjalan dengan baik dalam mengalokasi dana.

3. Kesulitan likuiditas karena kepanikan masyarakat.

4. Biaya penyelamatan yang sangat mahal jika terjadi krisis yang bersifat sistematis.

Peran Bank Indonesia dalam Stabilitas Keuangan

Bank Indonesia merupakan otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran di Indonesia. Bank Indonesia bertugas untuk menjaga stabilitas moneter dan stabilitas keuangan Indonesia. Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki 5 peran utama dalam menjaga stabilitassistem keuangan. Kelima peran tersebut mencakup kebijakan dan instrumendalam menjaga stabilitas sistem keuangan, yaitu:

1. Menjaga stabilitas moneter, antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka.

(14)

3. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem perbankan. Apabila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah satu peserta dalam siste-sistem pembayaran, maka akan timbul resiko potensial yang cukup serius dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran.

4. Melakukan pemantauan terhadap kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan.

5. Menjadi jaring pengaman sistem keuangan melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR)

Kerangka Stabilitas Sistem Keuangan

Sebagai sebuah sistem, stabilitas keuangan harus dilakukan secara menyeluruh dengan melibatkan berbagai lembaga. Kerja sama yang baik antara pemerintah dan otoritas jasa keuangan sangat penting dalam menjaga stabilitas keuangan suatu negara. Untuk menjamin kerjasama yang terbangun adalah kerjasama yang saling mendukung, maka diperlukan suatu kerangka kerjasama untuk lembaga-lembaga tersebut sehingga duplikasi serta gesekan kepentingan dapat dihindari.

Jaring Pengaman Sistem Keuangan

Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK) merupakan kerangka kerja yang melandasi pengaturan mengenai skim asuransi simpanan, mekanisme pemberian fasilitas pembiayaan darurat oleh bank sentral serta kebijakan penyelesaian krisis. Sasaran utama JPSK adalah menjaga stabilitas sistem keuangan sehingga sektor keuangan dapat berfungsi secara normal dan memberi kontribusi positif terhadap pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Pemain utama JPSK adalah kementrian keuangan, Bank Indonesia, dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Lembaga Penjamin Simpanan

(15)

simpanan nasabah bank dan melakukan penyelesaian atau penanganan bank yang tidak berhasil disehatkan atau bank gagal. Penjaminan simpanan nasabah bank yang dilakukan oleh LPS bersifat terbatas, bukan merupakan penjamin menyeluruh (blanket guarantee).

Dalam tugasnya, LPS bekerjasama dengan industri perbankan tanah air, setiap bank yang beroperasi di Indonesia baik bank umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) diwajibkan menjadi peserta penjaminan.

LPS dapat melakukan penyelesaian dengan penanganan bank gagal dengan kewenangan sebagai berikut:

1. Mengambil alih dan menjalankan segala hak dan wewenang pemegang saham, termasuk hak dan wewenang RUPS.

2. Menguasai dan mengelola aset dan kewajiban bank gagal yang diselamatkan.

3. Meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri, dan/atau mengubah setiap kontrak yang mengikat bank gagal yang diselamatkan dengan pihak ketiga yang merugikan bank.

4. Menjual dan/atau mengalihkan aset bank tanpa persetujuan debitur dan/kewajiban bank tanpa persetujuan kreditur.

Referensi

Dokumen terkait

DEWI SANGADAH FERRY SETYAWAN SITI NUR ZULIA AGUS HIDAYAT RUSMIYANTO HADI SASMINTO SRI YUNANIK FARIDA ZUHRO SUYONO SITI MASLIKAH ROSITA ANGGRAINI RINA NUNING MASRUROH EKA APRILIA

Berdasarkan pada hasil pengujian pada danish pastry perlakuan, diketahui mengandung mineral lebih banyak 57,86% ketimbang danish pastry pada umumnya.Hasil pengujian sensori

Terkait dengan kendala dan peluang yang dihadapi oleh sektor pertambangan ada beberapa upaya yang dapat dilakukan seperti , Perlunya percepatan pengesahan

Moving Picture Expert Group (MPEG) Surround, an international standard developed based on spatial audio coding, specifies Reverse Two-To-Three (R-TTT) module to extend stereo

Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa akan dapat mengetahui pendekatan daya guna marginal, pendekatan indeferensi, hukum guna batas yang menurun dan nilai

Berdasarkan permasalahan penelitian dan hasil pengolahan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penggunaan simulasi dan Interactive virtual laboratory pada

Kondom ("karet") memberikan perlindungan terhadap HPV.Pria yang menggunakan kondom kurang mungkin terinfeksi dengan HPV dan menularkannya kepada pasangan perempuan

Untuk elektron yang bergerak tegak lurus garis medan magnet dapat ditentukan bahwa gaya Lorentz yang terjadi selalu tegak lurus terhadap kecepatan. Dengan demikian