BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISA
A.
Tinjauan Pustaka
A.1 Konsep Hak Asasi Manusia (HAM)
1.1 Pengertian Hak Asasi Manusia
a. Menurut Pasal 1 Angka 1 UU RI No. 39 Tahun 1999 tentang Hak asasi
Manusia, HakAsasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dandilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkatdan martabat
manusia.
b. Menurut Soetandyo Wignjosoebroto, HAM adalah hak-hak mendasar
(fundamental) yang diakui secara universal sebagai hak-hak yang melekat pada manusia karena hakikat dan kodratnya sebagai manusia.1 c. Menurut Jack Donnely, HAM adalah hak-hak yang dimiliki manusia
semata-mata karena ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum
1 Soetandyo Wignjosoebroto (2003), Hak-hak Asasi Manusia: Konsep Dasar Dan Pengertianya Yang
positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia.2
1.2Pengertian Kewajiban Asasi Manusia
Menurut Pasal 1 Angka 2 UU RI Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Kewajiban Dasar Manusia adalah Kewajiban dasar manusia
adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia.
1.3Pengertian Pelanggaran HAM
Pasal 1 Angka 6 UU RI No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, mendefinisikan bahwa:
Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukummengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompokorang yang dijamin oleh Undang-undang ini, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akanmemperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
A.2 Konsep Perlindungan Hukum dan Anak
2.1 Pengertian Perlindungan Hukum
Ada banyak pakar atau penulis yang memberikan definisi mengenai
perlindungan hukum. Beberapa dapat dicantumkan di bawah ini.3
a. Satjipto Raharjo, mendefinisikan Perlindungan Hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan
2
Jack Donnely dalam Knut D. Asplund, Suparman Marzuki, Eko Riyadi (Penyunting/Editor); Op Cit., h. 28.
3Definisi Perlindungan Hukum ini diambil dari:
http://tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/
orang lain dan perlindungannya tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.
b. Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa Perlindungan Hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap
hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan.
c. Abdul Mukhtie Fadjar menyebutkan bahwa perlindungan hukum
adalah penyempitan arti dari perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan yang diberikan oleh
hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam interaksinya dengans esama manusia serta lingkungannya. Sebagai subyek hukum
manusia memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum.
Sehubungan dengan beberapa pengertian tersebut, perlindungan
hukum adalah segala daya upaya yang dilakukan secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga pemerintah, swasta yang bertujuan mengusahakan
pengamanan, penguasaan dan pemenuhan kesejahteraan hidup sesuai dengan hak-hak asasi yang ada sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak-hak Asasi Manusia.Pada prinsipnya
memberikan perlindungan hukum terhadap warga masyarakatnya karena itu perlindungan hukum tersebut akan melahirkan pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia dalam wujudnya sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial dalam wadah negara kesatuan yang menjunjung tinggi semangat kekeluargaan demi mencapai kesejahteraan
bersama.
Perlindungan Hukum terhadap anak adalah segala kegiatan yang menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh
dan berkembang dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
2.2Pengertian Anak dan Hak Anak
a. Pasal 1 Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia tanggal 10 Desember 1948 menegaskan secara umum tentang hak semua orang, termasuk anak-anak, ketika menentukan bahwa: Semua orang dilahirkan
merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain
dalam persaudaraan.
b. Pasal 2 Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia tanggal 10 Desember 1948 menegaskan secara umum tentang hak setiap orang, termasuk
dengan tidak ada pengecualian apa pun, seperti pembedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lain, asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun
kedudukan lain.
c. Pasal 28B ayat (2) UUD RI Tahun 1945 menentukan bahwa setiap
anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang sertaberhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
d. Pasal 1 Angka 5 UU RI No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia mengatakan bahwa Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah,termasuk anak
yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.
e. Pasal 1 Angka 1 UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak; juga Pasal 1 Angka 1 UU RI No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU RI No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, mengatakan bahwa Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalamkandungan. f. Pasal 1 Angka 5 UU RI No. 21 Tahun 2007 tentang Perdagangan
Orang mengatur bahwa Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. g. Pasal 1 Angka 12 UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara.
h. Pasal 1 Angka 12 UU RI No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
UU RI No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, mengatur bahwa hak anak adalah bagian dari hak asasi manusiayang wajib
dijamin, dilindungi, dan dipenuhi olehOrang Tua, Keluarga, masyarakat, negara,pemerintah, dan pemerintah daerah.
2.3Pengertian Perlindungan Anak
Pengertian perlindungan anak juga dapat ditemukan dalam beberapa pendapat dan ketentuan hukum.
a. Eugene Ehrlich dalam Arif Gosita mengatakan tentang perlindungan anak bahwa perlindungan itu dilakukan dalam bentuk hukum tertulis maupun tidak tertulis yang menjamin hak-hak terhadap anak
benar-benar dapat diberikan kepadanya sebagai anak.4
b. Bismar Siregar mengatakan bahwa perlindungan anak lebih dipusatkan pada pemberian hak-hak anak yang diatur oleh hukum dan
bukan kewajiban, mengingat secara hukum bahwa anak belum bisa dibebani kewajiban.5
c. Pasal 1 Angka 2 UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, mengatur bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agardapat
4 Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak; Akademika, Jakarta, 1985, h.. 53.
5 Irma Setyowati Soemitro;Aspek Hukum Perlindungan Anak; Penerbit BumiAksara, Jakarta, 1990,
hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabatkemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
d. Pasal 1 Angka 2 UU RI No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU RI No. 23 Tahun 2002, mengatur bahwa perlindungan anak adalah
segala kegiatan untukmenjamin dan melindungi Anak dan hak-haknyaagar dapat hidup, tumbuh, berkembang, danberpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapatperlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Perlindungan anak dapat diartikan secara luas dan sempit. Secara luas
diartikan segala aturan hidup yang memberikan perlindungan kepada anak atau yang belum dewasa untuk berkembang. Sedangkan dalam pengertian sempit diartikan sebagai perlindungan yang dimaksud dalam ketentuan
yuridis saja.
2.4Pengertian Perlindungan Khusus
Dalam hal ini perlindungan khusus dari hal-hal tertntu dalam rangka
pemenuhan hak anak secara detail, bersifat menyeluruh, dan nyata berlaku.
a. Pasal 1 Angka 15 UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak mengatur bahwa:
dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, penjualan,perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/atau mental, anak yang menyandang cacat, dan anakkorban perlakuan salah dan penelantaran.
b. Pasal 1 Angka 15 UU RI No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak mengatur
bahwa Perlindungan Khusus adalah suatu bentuk perlindungan yang diterima oleh Anak dalam situasi dan kondisi tertentu untuk
mendapatkan jaminan rasa aman terhadap ancaman yang membahayakan diri dan jiwa dalam tumbuh kembangnya.
c. Pasal 59 ayat (1) UU RI No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menentukan bahwa:
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan Perlindungan Khusus kepada Anak. Selanjutnya Pasal 59 ayat (2) mengatur bahwa: Perlindungan Khusus kepada Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada:
a) Anak dalam situasi darurat;
b) Anak yang berhadapan dengan hukum; c) Anak dari kelompok minoritas dan terisolasi;
d) Anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual;
e) Anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya;
f) Anak yang menjadi korban pornografi; g) Anak dengan HIV/AIDS;
h) Anak korban penculikan, penjualan, dan/atau perdagangan; i) Anak korban Kekerasan fisik dan/atau psikis;
j) Anak korban kejahatan seksual; k) Anak korban jaringan terorisme; l) Anak Penyandang Disabilitas;
m) Anak korban perlakuan salah dan penelantaran; n) Anak dengan perilaku sosial menyimpang; dan
d. Selanjutnya, secara khusus Pasal 68 UU RI No. 35 Tahun 2014,
mengatur tentang anak korban penculikan, penjualan, dan/atau perdagangan, dengan menentukan bahwa: Pasal 68 : Perlindungan Khusus bagi Anak korban penculikan, penjualan, dan/atau
perdagangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat 2 huruf h dilakukan melalui upaya pengawasan, perlindungan, pencegahan,
perawatan, dan rehabilitasi.
2.5Prinsip Hukum Kepentingan Terbaik Anak
Pasal 3 Konvensi Hak Anak PBB yang sudah diratifikasi oleh Indonesia melalui Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990, menentukan bahwa: Dalam semua tindakan yang menyangkut anak-anak, baik yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga kesejahteraan sosial pemerintah atau swasta, pengadilan, penguasa-penguasa pemerintahan atau badan legislatif, kepentingan terbaik dari anak-anak harus mennjadi
pertimbangan utama.
2.6Pengertian Perlindungan Korban
Barda Nawawi Arief menyatakan bahwa pengertian perlindungan korban dapat dilihat dari dua makna, yaitu:6
a. dapat diartikan sebagai “perlindungan hukum untuk tidak menjadi korban tindak pidana”, (berarti perlindungan HAM atau kepentingan hukum seseorang)
b. dapat diartikan sebagai “perlindungan untuk memperoleh
jaminan/santunanhukum atas penderitaan/ kerugian orang yang telah
6 Barda Nawawi Arief; Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidanadalam
menjadi korban tindak pidana”, (jadi identik dengan “penyantunan korban”). Bentuk santunan itu dapat berupa pemulihan nama baik (rehabilitasi), pemulihan keseimbangan batin (antara lain dengan pemaafan), pemberian ganti rugi (restitusi, kompensasi,jaminan/santunan kesejahteraan sosial), dan sebagainya.
A.3 Konsep Perdagangan Orang
3.1 Pengertian Diskriminasi
Pasal 1 Angka 3 UU RI No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, mengatur bahwa:
Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik. yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya. dan aspek kehidupan lainnya.
1.2Pengertian Penyiksaan
Pasal 1 Angka 3 UU RI No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, mengatur bahwa:
1.3Pengertian Kekerasan
a. Pasal 1 Angka 15a UU RI No. 35 Tahun 2014, mengartikan bahwa kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap Anak yang berakibat
timbulnya kesengsaraan ataupenderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum. b. Pasal 1 Angka 11 UU RI No. 21 Tahun 2007 tentang Perdagangan
Orang menyebutkan bahwa: Kekerasan adalah setiap perbuatan secara
melawan hukum, dengan atau tanpa menggunakan sarana terhadap fisik dan psikis yang menimbulkan bahaya bagi nyawa, badan, atau
menimbulkan terampasnya kemerdekaan seseorang. 1.4Pengertian Perdagangan Orang
Pasal 1 Angka 1 UU RI No. 21 Tahun 2007 tentang Perdagangan Orang, mengatur bahwa:
Perdagangan Orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.
1.5Pengertian Tindak Pidana Perdagangan Orang
serangkaian tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang ditentukan dalam Undang-Undang ini.
1.6Pengertian Korban
Pasal 1 Angka 3 UU RI No. 21 Tahun 2007 tentang Perdagangan Orang mendefinisikanbahwa Korban adalah seseorang yang mengalami
penderitaan psikis, mental, fisik, seksual, ekonomi, dan/atau sosial, yang diakibatkan tindak pidana perdagangan orang.
B.
Hasil Penelitian
Hasil Penelitian dalam skripsi ini akan berusaha memperlihatkan beberapa dokumen yang memberitakan perdagangan manusia, khususnya perdagangan anak, dalam rangka memberi gambaran tentang persoalan hukum
perdagangan anak. Dokumen pemberitaan ini tidak sebagai unit amatan dalam rangka studi kasus, tetapi nantinya akan dihubungkan dengan pentingnya
penguatan norma hukum dalam ketentuan-ketentuan hukum, dan demi bekerjanya hukum secara nyata dalam kehidupan anak-anak.
1. Gambaran Umum Masalah Perdagangan Anak di Indonesia
Indonesia adalah salah satu negara didunia yang memiliki jumlah populasi penduduk yang besar saat ini, yakni sekitar 250 juta jiwa lebih.
Tingginya pertumbuhan penduduk tersebut, menjadikan Indonesia memiliki jumlah angkatan kerja yang tinggi. Namun akibat tinggnya
kerja dan kesempatan kerja yang tersedia. Fenomena perdagangan orang (human trafficking), sudah lama berkembang diberbagai negara termasuk Indonesia, hal ini merupakan realitas yang nyata. Perdagangan orang ini
tidak lagi terbatas pada batas-batas wilayah negara, akan tetapi berlangsung melalui lintas batas. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia
saja, tetapi juga keluar negeri seperti Saudi Arabia, Jepang, Malaysia, Hongkong, Taiwan, Singapura dan beragai negara lain.7
Di Indonesia, Perdagangan perempuan di bawah usia 18 tahun kini
mencapai dua pertiga dalam seluruh kasus perdagangan anak. Perdagangan anak-anak, kebanyakan perempuan, kini sebesar 27 persen
dari seluruh kasus perdagangan orang. Kantor Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Narkotika dan Kriminalitas (UN Office on Drugs and
Crime/UNODC) dalam laporan tahunannya menyebut perdagangan perempuan di bawah 18 tahun kini mencapai dua pertiga dalam seluruh kasus perdagangan anak, dengan persentase sebesar 15 hingga 20 persen dari seluruh korbanyang terdata Angka ini naik terus dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya.
Laporan itu berbasis pada data resmi yang diserahkan oleh 132 negara
antara 2007-2010. Mayoritas korban perdagangan manusia adalah perempuan, yang angkanya sebesar 55 hingga 60 persen korban.
7I Sonhaji, 2003, Aspek Hukum Perlindungan TKI Perempuan Di Luar Negeri, Jurnal
Masalah-Masalah Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, : 254; dalam Suparmin;Implementasi Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang (Human Trafficking);Makalah dalam Seminar
Nasional yang diselenggarakan oleh PJTKI Jawa Tengah, tema “ Perlindungan Terhadap CTKI ke
Luar Negeri, Mencegah Perdagagan Orang ke Luar Negeri, Pembinaan PPTKIS Kantor Cabang Jawa
Sementara total korban perdagangan perempuan dan anak mencapai 75 persen."Perdagangan manusia membutuhkan respon kuat dalam pendampingan dan perlindungan korban, penguatan sistem hukum
kriminal, kebijakan migrasi yang kokoh dan aturan yang ketat dalam pasar tenaga kerja," kata Direktur UNODC, Yury Fedotov, dalam statemen di
laporan tahunan itu,yang dirilis hari itu. Angka sesungguhnya dalam perdagangan manusia, disebut jauh lebih tinggi daripada yang tercatat dalam data. Dalam laporan tahunan itu juga tersembul kenyataan miris: 16
persen negara melaporkan tak ada satu pun tersangka dalam kasus perdagangan manusia mendapatkan hukuman pidana antara 2007 hingga
2010. Segi positifnya, sudah 154 negara anggota PBB meratifikasi Protokol Perdagangan Manusia PBB.8
Provinsi-provinsi di Indonesia yang menjadi sumber maupun tujuan
perdagangan manusia terutama adalah Jawa diikuti kemudian oleh Kalimantan Barat, Lampung, Sumatra Utara, Banten Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Utara.
Perdagangan gadis remaja terutama dari wilayah Kalimantan Barat ke Taiwan yang berpura-pura sebagai pengantin wanita masih terus terjadi.
Setiba disana, mereka dipaksa menjadi pelacur.9
8Suparmin; Ibid, h. 2. Baca juga: Nur Rochaeti, 2005, Traffecking (Perdaganagan) Perempuan Dan
Anak Di Indonesia Sebagai Pelanggaran Hak Asasi Manusia, Jurnal Masalah-Masalah Hukum Universitas Diponegoro, Semarang Akreditasi No.: 26/DIKTI/Kep/2005.
9Suparman; Ibid, h. Baca juga Sri Palupi; Urgensi Amandemen Undang-undang No. 39 Tahun
Ada beberapa bentuk tindak perdagangan orang yang harus diwaspadai, karena terkadang masyarakat tidak sadar bahwa dirinya sudah menjadi korban dari perdagangan orang. Ada beberapa bentuk tindak
pidana perdagangan orang.10Pertama, kerja paksa seks dan eksploitasi seks – baik di luar negeri maupun di wilayah Indonesia. Dalam banyak
kasus, perempuan dan anak-anak dijanjikan bekerja sebagai buruh migran, PRT, pekerja restoran, penjaga toko, atau pekerjaan-pekerjaan lain tanpa keahlian tetapi kemudian dipaksa bekerja pada industri seks saat mereka
tiba di daerah tujuan.
Kedua, Pembantu Rumah Tangga (PRT) – baik di luar ataupun di wilayah Indonesia. PRT baik yang di luar negeri maupun yang di Indonesia diperdagangkan ke dalam kondisi kerja yang sewenang-wenang termasuk jam kerja wajib yang sangat panjang, penyekapan ilegal, upah
yang tidak dibayar atau yang dikurangi, kerja karena jeratan hutang, penyiksaan fisik ataupun psikologis, penyerangan seksual, tidak diberi makan atau kurang makanan, dan tidak boleh menjalankan agamanya atau
diperintah untuk melanggar agamanya. Beberapa majikan dan agen menyita paspor dan dokumen lain untuk memastikan para pembantu
tersebut tidak mencoba melarikan diri.
Ketiga, Bentuk Lain dari Kerja Migran – baik di luar atau pun di wilayah Indonesia. Meskipun banyak orang Indonesia yang bermigrasi
10Suparmin; Ibid, h. 9 – 10. Baca Juga Anis Hamim dan Agustinanto; Mencari Solusi Keadilan Bagi
sebagai PLRT, yang lainnnya dijanjikan mendapatkan pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian di pabrik, restoran, industri cottage, atau toko kecil. Beberapa dari buruh migran ini diperdagangkan ke dalam kondisi
kerja yang sewenang-wenang dan berbahaya dengan bayaran sedikit atau bahkan tidak dibayar sama sekali. Banyak juga yang dijebak di tempat
kerja seperti itu melalui jeratan hutang, paksaan, atau kekerasan.
Keempat, Penari, Penghibur dan Pertukaran Budaya – terutama di luar negeri. Perempuan dan anak perempuan dijanjikan bekerja sebagai penari
duta budaya, penyanyi, atau penghibur di negara asing. Pada saat kedatangannya, banyak dari perempuan ini dipaksa untuk bekerja di
industri seks atau pada pekerjaan dengan kondisi mirip perbudakan.
Kelima, Pengantin Pesanan – terutama di luar negeri. Beberapa perempuan dan anak perempuan yang bermigrasi sebagai istri dari orang
berkebangsaan asing, telah ditipu dengan perkawinan. Dalam kasus semacam itu, para suami mereka memaksa istri-istri baru ini untuk bekerja untuk keluarga mereka dengan kondisi mirip perbudakan atau menjual
mereka ke industri seks.
Keenam, Beberapa Bentuk Buruh/Pekerja Anak – terutama di Indonesia. Beberapa (tidak semua) anak yang berada di jalanan untuk mengemis, mencari ikan di lepas pantai seperti jermal, dan bekerja di perkebunan telah diperdagangkan ke dalam situasi yang mereka hadapi
perkawinan palsu saat di luar negeri dan kemudian mereka dipaksa untuk menyerahkan bayinya untuk diadopsi ilegal. Dalam kasus yang lain, ibu rumah tangga Indonesia ditipu oleh PRT kepercayaannya yang melarikan
bayi ibu tersebut dan kemudian menjual bayi tersebut ke pasar gelap.
2. Beberapa Contoh Dokumen Pemberitaan Perdagangan Anak
a. Perdagangan Manusia: Kasus-kasus Perdagangan Manusia 2004-2008.11
25 April 2004:Empat orang, tiga di antaranya wanita, mendekam di tahanan Kepolisian Wilayah Kota Besar Semarang karena diduga terlibat dalam penjualan gadis di bawah umur. Empat
orang tersebut adalah Aryani Ningsih (44 tahun) dan anaknya, Fitri Yuliana (18), warga Cilosari Dalam, Semarang; serta Sri Puryanti (46), warga Jalan Pengapon, Kota Semarang, yang menjual seorang
gadis berusia 14 tahun kepada Ibnu (40), warga Ungaran, Kabupaten Semarang.
11 Juni 2004:Perdagangan bayi terungkap. Tan dan Aiwah serta Lily ditangkap. Tan adalah orang yang bertugas mendistribusikan atau menjual bayi-bayi dari Indonesia ke Singapura. Untuk
mendapatkan bayi-bayi dari Indonesia, para peminat harus membayar Rp 30 juta sampai Rp 35 juta. Pembayaran dilakukan setelah terbitnya
11
Kompas – 18 April 2008; Teguh & Susanti (Litbang Kompas); Kasus-kasus Perdagangan Manusia 2004-2008; Lihat:
http://nasional.kompas.com/read/2008/04/18/02302585/kasus-kasus.perdagangan.manusia.2004-2008
surat-surat adopsi yang sah. Aiwah disebut sebagai orang yang bertugas mengumpulkan bayi-bayi di Jakarta dari Lily. Lily menjual Rp 5 juta per bayi.
25 Juni 2004: Dua dari tiga perempuan warga Kalimantan Barat yang dipulangkan dari Malaysia dan tiba di Bandara Supadio,
Pontianak, mengaku menjadi korban perdagangan manusia. Mereka dijanjikan akan dipekerjakan sebagai buruh pabrik di Malaysia, tapi ternyata dijerumuskan menjadi pekerja seks komersial di Kuala
Lumpur. Ketiga korban itu adalah Sun (18), warga Jeruju (Kabupaten Pontianak); Yan (17) dari Siantan (Pontianak Utara); dan NH (17),
warga Anjungan, Kabupaten Pontianak.
24 Juli 2004: Kasus perdagangan wanita yang dipekerjakan sebagai pekerja seks komersial di Pekanbaru, Riau, terungkap di
kawasan lokalisasi Teleju. Tujuh wanita asal Jawa Tengah dan Jawa Barat yang akan dipekerjakan sebagai pelacur di kawasan itu diselamatkan dari lokalisasi. Seorang "penadah" bersama seorang
pengantar ditangkap.
7 November 2005: Pihak Polda Metro Jaya berhasil menangkap FA, oknum yang memperdagangkan KS, wanita pencari kerja yang menderita patah tulang betis dan pinggang setelah meloncat dari gedung tempat ia disekap. KS hendak dijadikan pekerja seks komersial
Jakarta Selatan. Setelah dilakukan penyelidikan, Binhasan Maju Sejahtera ternyata tidak mengirimkan korban. Diduga kuat, FA sengaja memperdagangkan KS ke Malaysia dengan memanfaatkan
nama perusahaan itu.
26 Desember 2005: Majelis hakim Pengadilan Negeri Tangerang menghukum pelaku perdagangan anak berkedok adopsi. Mereka adalah Ny Rosdiana (54) dan anaknya, Ny Maretha Fandyanasari, masing-masing dihukum sembilan dan delapan tahun
penjara, ditambah denda Rp 50 juta atau kurungan lima bulan. Kejahatan itu dilakukan Rosdiana sejak tahun 2000 sampai 2005.
Perbuatan terdakwa terungkap setelah pegawai Departemen Sosial dan polisi menyamar sebagai pembeli bayi bernama Andre untuk dibawa ke luar negeri.
24 Februari 2006: Kepolisian Daerah Sumatera Utara membongkar sindikat perdagangan manusia oleh sebuah komplotan internasional yang beroperasi sejak tahun 2003. Mereka
memperdagangkan tenaga kerja yang sebelumnya tertangkap dan ditahan di Malaysia karena tidak memiliki dokumen imigrasi.
Agustus 2006: Tujuh gadis asal Kecamatan Kutayasa dan Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dijual oleh sebuah jaringan perdagangan wanita yang beroperasi di Banyumas.
sesampainya di Medan mereka dijual kepada mucikari dengan harga Rp 3 juta-Rp 5 juta.
2 September 2006: Polisi berhasil membongkar jaringan perdagangan perempuan yang menjerumuskan 14 gadis asal Jawa Barat ke dunia prostitusi di lokalisasi Sambung Giri, Bangka.
Desember 2006: Perdagangan perempuan berkedok tenaga kerja wanita yang melibatkan jaringan Jakarta-Pontianak-Malaysia terbongkar setelah NM, perempuan warga Cikampek, Jawa Barat,
yang dipaksa menjadi PSK di Hotel Imperial berhasil melarikan diri.
23 Januari 2007: Sebanyak 327 TKW berusia di bawah 18 tahun asal Nusa Tenggara Timur di Papua dijadikan PSK. Mereka berangkat ke Jayapura, Papua, dengan tujuan menjadi pembantu rumah tangga. Namun, setiba di Jayapura dan kota lainnya di Papua
mereka dijadikan PSK oleh para penadah.
29 Mei 2007: Polri ungkap sindikat perdagangan perempuan untuk dipaksa bekerja sebagai PSK secara terselubung di Malaysia.
Jaringan sindikat itu berkedok perusahaan jasa pengerah tenaga kerja fiktif berinisial PT KSP yang menjual korban dengan harga 4.800 RM
(Rp 12,37 juta).
29 Juni 2007: Jajaran Kepolisian Wilayah Kota Besar Surabaya meringkus Suryatin (48) yang diduga otak komplotan
mengincar keluarga kurang mampu. Bayi dijual kepada keluarga yang sudah lama tidak memiliki anak.
Agustus 2007: Karena dijanjikan gaji besar oleh calo TKI, dua remaja, Ela (17) dan Ratna (16), justru dipaksa menjadi PSK di Sibu, Sarawak, Malaysia, dan Entikong. Keduanya tidak pernah dibayar.
15 Januari 2008: Sebanyak 16 perempuan muda dipaksa menjadi pemijat dan pekerja seks di sebuah panti pijat di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Korban yang kemudian berhasil dibebaskan itu,
seorang di antaranya mengaku sebelumnya ditawari pekerjaan sebagai pelayan di sebuah restoran di Jakarta.
3 April 2008: Tiga remaja berusia 15-18 tahun asal Jateng menjadi korban perdagangan manusia di Kalimantan Timur. Mereka dipaksa menjadi pekerja seks di kompleks pelacuran di Kabupaten
Kutai Kartanegara.
b. Eksploitasi Anak: Polisi Tangkap Pengemis yang Eksploitasi Anak12
Polres Metro Jakarta Selatan menangkap dua orang perempuan tersangka kasus perdagangan orang, masing-masing berinisial I alias
Mama Wiwit (35) dan NH (43) pada Rabu (23/3/2016).
12
Kompas – 24 Maret 2016; Nibras Nada Najlufar (Penulis) & Egidius Patnistik (Editor); Polisi Tangkap Pengemis yang Eksploitasi Anak; Lihat:
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/03/24/21401761/Polisi.Tangkap.Pengemis.yang.Eksploitasi .Anak
Mereka ditangkap di daerah Blok M dengan barang bukti sebuah bungkus happy tos, sejumlah uang tunai, dua ponsel, foto, dan rekaman suara. Salah satu dari mereka merupakan ibu kandung yang
memanfaatkan anaknya untuk meminta-minta atau menjadi pengemis. "Modusnya anak berusia lima sampai dengan enam tahun. Dalam
kesehariannya dipaksa untuk mengamen, minta-minta, apabila tidak mengikuti perintah tersebut, dipukul. Kemudian ada juga yang disewakan," kata Kapolres Jakarta Selatan, Kombes Pol Wahyu
Hadiningrat.
Setelah membekuk dua tersangka, polisi melakukan operasi
untuk membekuk pelaku lainnya, Kamis sore. Polisi mengamankan delapan orang dewasa dan 17 anak dari usia bayi hingga 6 tahun. Saat ini pihak kepolisian masih menginventarisasi pihak-pihak yang
ditangkap apakah termasuk orangtua atau penyewa anak. Jaringan dan cara kerja mereka juga akan didalami.
Dari hasil pemeriksaan sementara, polisi mengungkapkan
bahwa dalam sehari, seorang anak bisa menghasilkan hingga Rp 200.000."Mereka bekerja dari pagi sampai menjelang magrib.
Penghasilan tergantung dan diserahkan untuk yang bawa," kata Kombes Pol Wahyu.Dua tersangka itu selanjutnya dikenakan UU Nomor 21 tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagang Orang dan
terancam hukuman maksimal 15 tahun penjara dan denda maksimal Rp 300 juta.
c. Sindikassi: Mengungkap Sindikat Perdagangan Anak di Jakarta.13
Sejak Rabu pekan lalu (23/3/2016), Polres Metro Jakarta
Selatan telah menetapkan tujuh orang tersangka kasus eksploitasi dan perdagangan anak. Dari hasil penyidikan, polisi berhasil membuktikan adanya sindikat perdagangan anak di Jakarta."Tapi kita masih dalami
lagi apakah ada jaringan lain yang lebih luas," kata Wakapolres Metro Jakarta Selatan, AKBP Surawan di kantornya, Kamis (31/3/2016).
Rabu lalu (23/3/2016), IR alias Mama Wiwit (35) dan NH (43) dibekuk di kawasan Blok M, setelah polisi melakukan operasi penyamaran selama dua bulan untuk membuktikan bahwa mereka
penyewa anak."Satu orang inisial IR tahu adanya jaringan perdagang anak. Dari info itu kami kembangkan," ujar Surawan.
Pengakuan IR mengarahkan polisi kepada KD alias Nias (46),
seorang perantara penjual anak.KD berteman dengan W alias Mama Dina (42), perantara lain yang kenal dengan SW (30), seorang
pembantu rumah tangga yang akan menjual bayinya. Polisi pun kembali melakukan penyamaran dengan berpura-pura sebagai pembeli
13
Kompas – 31 Maret 2016; Nibras Nada Najlufar (Penulis) & Indra Akuntono (Editor); Mengungkap Sindikat Perdagangan Anak di Jakarta; Lihat:
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/03/31/17163271/Mengungkap.Sindikat.Perdagangan.Anak. di.Jakarta#
bayi SW."Harga disepakati Rp 40 juta, setelah kita pancing benar. Ketiga tersangka (KD, W, SW) membawa bayi ke tempat yang ditentukan," kata Surawan.Dari Rp 40 juta yang rencananya akan
mereka terima, sebanyak Rp 14 juta akan menjadi milik SW sebagai ibu kandung.Sedangkan W mendapat upah Rp 2,5 juta dan KD
mendapat Rp 23 juta.
Surawan berjanji akan terus memburu sindikat lain dalam kasus penjualan anak-anak. Ia juga menyebutkan adanya kendala
dalam membongkar kasus semacam ini. "Kalau anaknya terbukti dikasih obat-obatan, bisa kita menetapkan tersangka. Atau saat
transaksi perdagangan anak. Tapi kalau anaknya sehat, agak susah kita mempidanakannya," ujar Surawan.
Dari hasil keterangan tersangka, diketahui pengemis membawa
anak, bahkan bayi, untuk mendulang rasa iba. Sementara untuk anak yang yang lebih besar, diancam agar mau mengemis.Seorang anak biasanya disewakan dengan harga Rp 200.000. Dengan membawa
anak, pengemis bisa mendapat keuntungan hingga Rp 500.000 setiap harinya.Di lain pihak, fenomena mengemis dengan mengeksploitasi
anak juga menjadi perhatian Dinas Sosial. Kepala Suku Dinas Jakarta Selatan, Mursidin mengatakan pihaknya hanya memiliki kewenangan untuk menjangkau."Petugas Pelayanan Pengawasan dan Pengendalian
mengetahui melalui assesment," ujar Mursidin saat dihubungi Kompas.com, Kamis (31/3/2016).Ke depan, ia berharap pihaknya dapat bekerja sama dengan kepolisian untuk memberantas fenomena
perdagangan anak.
d. Perdagangan Anak: LPA Ungkap Pihak-pihak yang Bantu Membongkar Kasus Perdagangan Anak di Bali.14
Lembaga Perlindungan Anak Indonesia mengungkap sejumlah pihak yang mengambil peran dalam menguak dugaan kasus tindak
pidana perdagangan orang oleh perusahaan spa di Bali dengan korban belasan anak-anak.Sekjen LPA Indonesia, Samsul Ridwan dalam
siaran pers, Senin (1/8/2016) siang, mengatakan, pihaknya sangat berterima kasih kepada keluarga korban yang telah mempercayakan LPA Lampung untuk membantu sejak awal mengungkap kasus ini.
Ia menjelaskan, penanganan komprehensif atas kejahatan terorganisasi ini bisa terealisasi berkat sinergi antarlembaga. Atas dasar itu, LPA Indonesia mengapresiasi atensi langsung yang
diberikan Kapolri dan jajaran Polri dengan menindak para pelaku."LPA Indonesia berharap Polri tidak berhenti pada
penangkapan para operator lapangan, tetapi juga menciduk otak di balik kejahatan eksploitasi manusia atas manusia lain tersebut serta
14
Kompas – 1 Agustus 2016; Syahrul Munir (Kontributor Ungaran) & Farid Assifa (Editor); LPA Ungkap Pihak-pihak yang Bantu Membongkar Kasus Perdagangan Anak di Bali; Lihat:
http://regional.kompas.com/read/2016/08/01/17102241/lpa.ungkap.pihakpihak.yang.bantu.membongka r.kasus.perdagangan.anak.di.bali
menelusuri kemungkinanan adanya korban lebih banyak lagi," kata Samsul.
Menurut Samsul, tindak pidana perdagangan orang (TPPO)
merupakan salah satu kejahatan internasional dengan skala masif. Data menunjukkan, TPPO "berlomba" dengan perdagangan narkoba sebagai
kejahatan dengan peringkat tertinggi sedunia.
LPA Indonesia meyakini, kejahatan tersindikasi semacam itu hanya bisa diatasi dengan penanganan yang terorganisasi pula. Ia
menceritakan, keluarga korban kasus TPPO Bali dapat terfasilitasi untuk bertemu dengan para korban berkat sokongan Dompet Dhuafa.
Kontribusi penuh makna juga diberikan oleh Yayasan Sahabat Anak Bali yang telah turut membantu pengadaan logistik keluarga korban selama berada di Bali. Sedangkan untuk pendampingan hukum untuk
korban maupun keluarga ditangani oleh LBH APIK."Demikian pula dengan LPA Bali yang, sesuai wilayah kerjanya, akan mengikuti secara intens penanganan dugaan kasus TPPO ini," tandasnya.
Sebelumnya dikabarkan, pihak kepolisian menelusuri dugaan eksploitasi anak pada salah satu spa di Bali. Di tempat itu, ada 11 anak
di bawah umur yang menjadi terapis.Kasubdit III Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri, Kombes Umar Surya Fana mengatakan, awalnya diperoleh informasi bahwa terjadi perdagangan
perdagangan orang itu tidak terbukti, malah kami ketemu anak di bawah umur," ujar Umar di Bareskrim Polri, Jakarta, Senin (1/8/2016).
e. Usia Masih Anak-anak: Kasus Perdagangan Manusia, 20 TKW Ditukar dengan Mobil.15
Aparat Kepolisian Resor Kupang, Nusa Tenggara Timur
(NTT), mulai membongkar sindikat mafia jaringan perdagangan manusia di wilayah itu.Berdasarkan enam laporan yang masuk ke Kepolisian Resor Kupang, aparat Reserse dan Kriminal kemudian
bergerak cepat dan menangkap sedikitnya 13 orang pelaku dari tujuh kelompok jaringan perdagangan manusia.
Kepala Kepolisian Resor Kupang Ajun Komisaris Besar Polisi Adjie Indra Dwiatma mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap para pelaku, mereka mengaku harga jual calon tenaga kerja
wanita (TKW) asal NTT di Malaysia bervariasi, mulai dari Rp 4,5 juta hingga Rp 27 juta.“Harga jual calon TKW ini paling murah sebesar Rp 4,5 juta per orang. Selain itu, ada juga harga Rp 9,5 juta per orang, Rp
12,5 juta per orang, dan yang paling mahal Rp 27,5 juta per orang. Ada persaingan dalam perdagangan anak. Jika ada yang (menawar) lebih mahal, mereka menjual ke situ,” ujar Adjie.
15
Kompas – 23 Agustus 2016; Sigiranus Marutho Bere (Kontributor Kupang) & Erlangga Djumena (Eeditor); Kasus Perdagangan Manusia, 20 TKW Ditukar dengan Mobil; Lihat:
http://regional.kompas.com/read/2016/08/23/11460081/kasus.perdagangan.manusia.20.tkw.ditukar.den gan.mobil
Harga para calon TKI ini, lanjut Adjie, sama seperti hukum pasar, yakni ketika stok calon TKW tidak ada maka harga akan mengalami kenaikan.“Anak-anak asal NTT yang berusia rata-rata 15
sampai 16 tahun ini sama seperti sapi yang dijual di pasar, tergantung perusahaan yang membutuhkan. Jika ada tawaran yang lebih mahal,
maka mereka (pelaku perdagangan orang) akan menjualnya ke situ. Para pelaku akan mencari untung yang sebesar-besarnya,” kata dia.
Bahkan, sebut dia, ada agen perekrut asal Surabaya, Jawa
Timur, yang berani menukarkan mobil jenis Daihatsu Xenia dengan 20 orang calon TKW asal NTT.Para calon TKW yang direkrut secara
ilegal itu kemudian dibawa bekerja ke Sumatera Utara dan Malaysia. Sebelumnya diberitakan, Kepolisian Daerah (Polda) NTT mencatat, 1.667 orang calon TKW asal NTT dikirim keluar daerah secara ilegal
atau menjadi korban human trafficking (perdagangan manusia).
Kepala Polda NTT Brigjen (Pol) Estasius Widyo Sunaryo dalam jumpa pers di Markas Polda NTT, Senin (22/8/2016),
mengatakan, para calon TKW itu dikirim oleh sejumlah jaringan perdagangan manusia untuk bekerja di Sumatera Utara dan
Malaysia.Sunaryo merinci, sebanyak 941 orang calon TKW diberangkatkan pada periode 1 Januari 2015 sampai dengan 31 Desember 2015. Selanjutnya, pada periode 1 Januari 2016 hingga Juli
f. Sindikasi & Pemalsuan Identitas: Sindikat Perdagangan Manusia Palsukan Identitas Korbannya Berkali-kali16
Belasan orang yang tergabung dalam sindikat perdagangan
manusia memalsukan identitas korbannya setiap tiba di tempat baru. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim
Polri Brigadir Jenderal Polisi Agus Andrianto saat membawa belasan perempuan korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Terminal 1C Bandara Soekarno-Hatta, Selasa (16/8/2016)."Modus
operandi tersangka, mereka memanipulasi data korban saat berangkat dari NTT sampai ke Jawa Timur maupun ke Sumatera Utara. Mereka
pakai KTP palsu semua. Setelah sampai di Tanjung Balai, mereka mengubah KTP lagi, membuat proses dokumen keimigrasian yang juga dipalsukan," kata Agus, kepada Kompas.com.
Menurut Agus, pihaknya masih mendalami cara kerja komplotan perdagangan manusia ini. Polisi juga masih mencari tahu hubungan jaringan perdagangan manusia ini dengan sindikat pemalsu
identitas yang bisa jadi merupakan kelompok yang berbeda.Dari pengungkapan sementara, ada 14 orang tersangka yang telah
diamankan oleh polisi. Adapun korban yang berhasil diselamatkan sampai saat ini sebanyak 16 orang perempuan.
16
Kompas – 16 Agustus 2016; Andri Donnal Putera (Penulisa) & Indra Akuntono (Editor); Sindikat Perdagangan Manusia Palsukan Identitas Korbannya Berkali-kali; Lihat:
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/08/16/18112241/sindikat.perdagangan.manusia.palsukan.id entitas.korbannya.berkali-kali
Meski begitu, Agus memperkirakan, jumlah tersangka masih bisa bertambah. Sama halnya dengan jumlah korban, diyakini masih ada yang lain karena salah satu tersangka mengaku bisa
mengumpulkan sepuluh korban dalam waktu sepekan.Dari tempat asalnya, para korban dijanjikan berangkat ke Malaysia sebagai tenaga
kerja Indonesia (TKI). Mereka juga diiming-imingi bayaran mulai dari Rp 3-4 juta sebagai upah sebulan bekerja di sana.
Agus belum menjelaskan lebih lanjut sejak kapan sindikat ini
beroperasi. Pihaknya akan memberikan informasi lengkap saat konferensi pers di Bareskrim Polri.Pengungkapan TPPO ini bermula
dari adanya kasus penjualan organ tubuh yang menjadi atensi dari Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian, belum lama ini. Dari kasus tersebut, Kapolri memerintahkan penyidik untuk mendalaminya
hingga terungkap salah satu jaringan perdagangan manusia dengan korban yang baru dipulangkan ini.
Para korban akan dibawa ke rumah aman milik Kementerian
Sosial di Jakarta Timur untuk menjalani proses pemulihan. Dari pemeriksaan sementara, ke-16 korban diketahui berasal dari Nusa
g. Anak dan Kerentanan: Anak-anak Rentan Jadi Korban Perdagangan Manusia.17
Ima Matul Maisaroh, mantan tenaga kerja wanita asal Malang,
Jawa Timur, mengingatkan agar orangtua dan anak-anak mewaspadai praktik perdagangan manusia.Ima kini menjadi salah satu penasihat
Pemerintah Amerika Serikat soal perdagangan manusia.
Senin (31/10/2016) kemarin, wanita asal Malang, Jawa Timur, itu berbagi pengalamannya dengan sejumlah siswa di Yayasan
Miftahul Ulum Desa Kanigoro, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, Jawa Timur."Ini untuk berbagi ilmu kepada anak-anak juga
supaya waspada tentang pedagangan manusia yang terjadi pada anak-anak juga. Biar mereka hati-hati dan waspada, tidak gampang teriming-iming ke sesuatu yang dijanjikan kepada mereka," kata Ima
seusai memberikan pengetahuan tentang perdagangan manusia kepada para siswa itu.
Ima menyebutkan anak-anak termasuk rentan menjadi korban
perdagangan manusia.Selain menjadi pekerja, biasanya mereka dijual untuk diambil organ tubuhnya atau bahkan menjadi budak seks para
lelaki hidung belang.
17
Kompas – 1 November 2016; Andi Hartik (Kontributor Malang) & Laksono Hari Wiwoho (Editor):Anak-anak Rentan Jadi Korban Perdagangan Manusia; Lihat:
http://regional.kompas.com/read/2016/11/01/07262101/anakanak.rentan.jadi.korban.perdagangan.man usia
Selama berada di Indonesia, ia bersama rombongannya sudah berkeliling ke tiga daerah lain untuk tujuan yang sama, yakni Bogor, Cianjur, Bali, dan Malang yang menjadi tempat kelahirannya.Ia
berharap, dengan pengalaman yang sudah dibagikannya kepada anak-anak itu, mereka bisa waspada ketika hendak menjadi TKW di luar
negeri."Kalau mau bekerja ke luar negeri harus tahu informasi tentang negara tujuan dan informasi soal pekerjaannya," kata dia.
Di Amerika Serikat, kata Ima, praktik perdagangan manusia
masih marak terjadi. Kebanyakan korbannya adalah warga AS dan warga asing yang datang untuk menjadi pekerja di sana.Sayangnya,
dari banyak korban perdagangan manusia itu, yang melapor atas kejadian itu masih sedikit.Ima tidak memungkiri bahwa masih banyak praktik perdagangan manusia di Indonesia. Hanya saja, dalam
undang-undang Indonesia, kategori perdagangan manusia harus mencakup tiga unsur, yakni tertipu, terpaksa, dan teraniaya.Ia membandingkan dengan UU di AS, di mana satu unsur saja terpenuhi sudah masuk
h. Contoh Kasus di Mexico: Pernah Diperkosa 43.000 Kali, Wanita Ini Jadi Aktivis Anti-perdagangan Manusia.18
Masa lalu yang kelam bukan alasan bagi seseorang untuk
menutup diri dari dunia.Bahkan, bagi Karla Jacinto (24), pengalaman buruknya pada masa lalu menjadi pemicu bagi dia untuk berbuat
sesuatu bagi orang lain pada masa kini.
Pengalaman masa lalu Karla sangat buruk. Saat terjebak dalam jaringan perdagangan manusia, Karla diperkosa 30 kali sehari selama
empat tahun.Tahun lalu, saat diwawancarai CNN, Karla memperkirakan secara total dia sudah diperkosa sebanyak 43.200 kali
saat berusia 12 hingga 16 tahun.Setelah terbebas dari nasib buruknya, Karla kini dikenal sebagai aktivis anti-perbudakan seks dan perdagangan manusia.Dia berkeliling dunia memberikan advokasi dan
berbagai pengalaman dengan para korban perbudakan seks.
Pada Juli lalu, Karla bertemu dengan Paus Fransiskus di Vatikan dan menceritakan kisah pilunya itu.Tujuan Karla berkeliling
dunia hanya satu, yaitu meningkatkan pemahaman warga dunia agar tak ada lagi anak-anak yang mengalami nasib seperti dirinya."Saya tak
bisa membayangkan bahwa seorang gadis yang dulu berdiri di sebuah sudut mengenakan sepatu hak tinggi dan menganggap dirinya pelacur,
18
Kompas – 6 Desember 2016; Ervan Hardoko (Editor), Independent (Sumber); Pernah Diperkosa 43.000 Kali, Wanita Ini Jadi Aktivis Anti-perdagangan Manusia; Lihat:
http://internasional.kompas.com/read/2016/12/06/11422951/pernah.diperkosa.43.000.kali.wanita.ini.ja di.aktivis.anti-perdagangan.manusia
kini bisa menjadi seseorang yang kuat," ujar Karla pada program "Freedom Project" yang ditayangkan CNN.
"Kini banyak orang yang mendengarkan kisah saya," tambah
Karla. Karla mengisahkan, bagaimana dia saat baru berusia 12 tahun terbujuk rayuan seorang pria yang 10 tahun lebih tua.Dengan
iming-iming hadiah, uang, dan mobil mewah, Karla seorang tak berpikir panjang untuk meninggalkan kediamannya.
Karla lalu ikut bersama pria 22 tahun, yang ternyata seorang
anggota jaringan perdagangan manusia, ke kota Tenancingo, negara bagian Tlaxcala.Kota ini dikenal sebagai pusat jaringan penyelundup
manusia dan menjadi "persinggahan" para korban sebelum diambil pihak lain dan dipaksa menjadi PSK.Karla mengenang, dia tinggal bersama pria yang membawanya itu selama tiga bulan sebelum dia
dibawa ke Guadalajara. Di salah satu kota terbesar Meksiko itu, Karla kemudian dipaksa untuk menjadi PSK.
"Saya dipaksa menjajakan diri mulai pukul 10.00 hingga
tengah malam. Saya ingat beberapa pria tertawa saat melihat saya menangis," kata Karla."Saya harus menutup mata sehingga tak harus
melihat perbuatan mereka terhadap saya, dan saya berharap tak merasakan apa-apa," tambah dia.Kini dalam berbagai pidatonya, Karla mengatakan, beberapa orang yang ikut menghancurkan hidupnya
"Polisi berseragam memasuki ruangan tempat kami berada, dan kami harus melakukan apa pun perintah mereka. Situasi itu berlangsung selama 3-4 jam," papar Karla.
Rosi Orozco, mantan anggota kongres Meksiko yang kini memerangi penyelundupan manusia, mengatakan, pria-pria itu adalah
yang paling bertanggung jawab atas hancurnya kehidupan Karla."Dia (Karla) pernah dipaksa melayani hakim, tokoh agama, dan polisi. Sehingga, dia memahami tak ada gunanya mengadukan nasibnya
kepada pemerintah," ujar Rosi.
Karla kemudian diselamatkan dalam sebuah operasi
anti-narkoba. Beberapa tahun setelahnya, Karla kini mengabdikan dirinya sebagai aktivis penolong gadis-gadis yang senasib dengannya.
i. Saksi: Remaja yang Jadi Saksi Perdagangan Anak di Kafe Wilayah Sumbar Minta Perlindungan Komnas PA.19
M (48), orangtua dari R (16), remaja yang jadi korban perdagangan anak di sebuah kafe hiburan malam di Pasaman,
Sumatera Barat, mendatangi Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA).
Orangtua R berharap mendapat perlindungan Komnas PA terkait kasus anaknya.Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait mengatakan, R saat
19
Kompas – 6 September 2016; Robertus Belarminus (Penulis & Icha Rastika (Editor);Remaja yang Jadi Saksi Perdagangan Anak di Kafe Wilayah Sumbar Minta Perlindungan Komnas PA; Lihat:
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/09/06/17490071/remaja.yang.jadi.saksi.perdagangan.anak.d i.kafe.wilayah.sumbar.minta.perlindungan.komnas.pa.
ini menjadi salah satu dari tiga saksi dugaan perdagangan anak untuk diekploitasi menjadi pekerja tempat hiburan malam di Pasaman.
Selain R, korban lainnya adalah D (12) dan A (18). Keluarga R dan
seorang korban lain sudah membuat pengaduan ke Komnas PA Sabtu (3/9/2016).
"Dua orang pamannya sudah minta supaya Komnas memberikan perlindungan pada dua korban dan satu saksi kunci," kata Arist, di kantor Komnas PA, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Selasa
(6/9/2016).Arist mengatakan, R merasa perlu mendapat perlindungan karena ia dan dua temannya itu merupakan saksi kunci yang bisa
membongkar sindikat perdagangan anak di kafe di Sumatera Barat tersebut.Apalagi, lanjut dia, pihak Kepolisian baru menangkap satu pelaku, yakni mami kafe tersebut berinisial B.
"B yang ditangkap ini baru eksekutor, belum melibatkan atasnya. Ini jaringan yang sistematis dan serius. Yang ingin kita sampaikan saksi kunci dan korban ini harus diselamatkan," ujar
Arist.Selain B, diduga ada pelaku lainnya, yakni E. Diduga, E adalah kaki tangan B dalam merekrut remaja perempuan dari
Jakarta."Jaringan di Jakarta si E itu masih berkeliaran. Kami berharap polisi kembangkan lagi. E ini anak kandung dari B," ujar Arist.Ia mengatakan, E berteman dengan A untuk merekrut remaja. Mereka
A lalu menawarkan D pekerjaan. Namun, D kemudian mengajak R untuk ikut bersamanya.Baik A, D, dan R sama-sama tidak diberitahu kerjaan seperti apa yang akan mereka jalani.Anggota
Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI) di Sumbar, Mafrizal, mengatakan bahwa E memberikan janji pekerjaan yang menggiurkan
bagi korban.Sebelum membawa tiga korban ke Pasaman, E tidak memberitahu bakal mempekerjakan tiga korban di kafe."Dia enggak bilang kalau bakal dipekerjakan di sana di kafe. Waktu masih di sini
dia bilang dua tiga bulan (kerja di sana) nanti sudah bisa beli mobil," ujar Mafrizal, yang juga berada di Komnas PA.
Tiga korban berangkat dari Jakarta pada 24 Agustus 2016. Para korban baru menyadari ada yang tidak beres setelah tiba di kafe B. Mulai 26 Agustus 2016, tiga korban sudah diminta untuk melayani
pengunjung kafe.Hingga pada 30 Agustus, polisi menemukan jejak para korban dan menggerebek kafe tersebut.Mafrizal menyatakan, sejauh ini korban diketahui tak sampai mengalami kekerasan seksual.
j. Butuh Sikap: Menyikapi Perdagangan Manusia.20
Indonesia merupakan negara yang menjadi negara asal perdagangan orang ke luar negeri dengan tujuan Malaysia, Singapura,
Brunei, Taiwan, Jepang, Hongkong, dan Timur Tengah. Indonesia juga menjadi negara tujuan perdagangan orang yang berasal dari
China, Thailand, Hongkong, Uzbekistan, Belanda, Polandia, Venezuela, Spanyol, dan Ukraina dengan tujuan eksploitasi seksual.
Menurut Protokol Palermo pada ayat tiga, definisi aktivitas
transaksi meliputi: perekrutan, pengiriman, pemindahtanganan, penampungan atau penerimaan orang, yang dilakukan dengan
ancaman, atau penggunaan kekuatan atau bentuk-bentuk pemaksaan lain seperti penculikan, muslihat atau tipu daya, penyalahgunaan kekuasaan, penyalahgunaan posisi rawan, menggunakan pemberian
atau penerimaan pembayaran (keuntungan) sehingga diperoleh persetujuan secara sadar (consent) dari orang yang memegang kontrol atas orang lain untuk tujuan eksploitasi. Eksploitasi meliputi
setidak-tidaknya pelacuran (eksploitasi prostitusi) orang lain, atau tindakan lain seperti kerja atau layanan paksa, perbudakan atau praktik-praktik
serupa perbudakan, perhambaan, atau pengambilan organ tubuh.
20Kompas – 29 Maret 2017; Bibit Santoso (Penulis Artikel - Mayjen TNI (Purn), Tenaga Profesional
Bidang Sosial, Budaya, dan Pertahanan Lemhannas RI); Menyikapi Perdagangan Manusia; Lihat:
http://nasional.kompas.com/read/2017/03/29/19382151/menyikapi.perdagangan.manusia
Dalam hal perdagangan anak, yang dimaksud anak adalah mereka yang umurnya kurang dari 18 tahun. Bukti empiris menunjukkan, perempuan dan anak paling banyak menjadi
korban.Dalam laporan tahunan Departemen Luar Negeri AS tentang Perdagangan Orang tahun 2011, Indonesia masuk lapis kedua dalam
standar perlindungan korban perdagangan orang (TPPO). Indonesia dinilai termasuk sumber utama perdagangan perempuan, anak-anak dan laki-laki, baik sebagai budak seks maupun korban kerja paksa.
Data Pemerintah Indonesia yang dikutip dalam laporan itu, sekitar enam juta warga Indonesia menjadi pekerja migran di luar
negeri, termasuk 2,6 juta di Malaysia dan 1,8 juta di Timur Tengah. Dari keseluruhan pekerja migran itu, 4,3 juta di antaranya berdokumen resmi dan 1,7 juta lainnya digolongkan pekerja tanpa dokumen.
Sekitar 69 persen pekerja migran Indonesia perempuan.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan memperkirakan 20 persen tenaga kerja Indonesia (TKI)yang bekerja di luar negeri jadi
korban perdagangan manusia. Saat ini ada 6,5 juta-9 juta TKI bekerja di luar negeri. Berdasarkan data Organisasi Migrasi Internasional
(IOM), 70 persen modus perdagangan manusia di Indonesia berawal dari pengiriman TKI secara ilegal ke luar negeri.
Wilayah yang diperkirakan menjadi pusat perekrutan adalah
100.000 perempuan dan anak di Indonesia diperdagangkan setiap tahun untuk eksploitasi seksual komersial di Indonesia dan luar negeri. Sekitar 30 persen perempuan pelacur di Indonesia di bawah usia 18
tahun dan 40.000-70.000 anak jadi korban agency exploitation.
Perdagangan orang merupakan bentuk perbudakan secara
modern, terjadi baik dalam tingkat nasional maupun internasional. Dengan berkembangnya teknologi informasi, komunikasi dan transformasi, modus kejahatan perdagangan manusia semakin
canggih.Perdagangan orang bukan kejahatan biasa, terorganisasi, dan lintas negara sehingga dapat dikategorikan sebagai transnational
organized crime. Demikian canggihnya cara kerja perdagangan orang, harus diikuti perangkat hukum yang dapat menjerat pelaku. Perlu instrumen hukum khusus untuk melindungi korban.
Setiap korban perdagangan orang berhak mendapat bantuan hukum berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hak atas korban perdagangan orang meliputi memperoleh
rehabilitasi baik fisik maupun psikis akibat perdagangan dan berhak diintegrasikan atau dikembalikan kepada lingkungan keluarga,
masyarakat, dan lembaga pendidikan bagi yang masih berstatus sekolah. Tindak pidana perdagangan orang dirasakan sebagai ancaman bagi masyarakat, bangsa dan negara, serta terhadap norma-norma
Sulitnya Pembuktian
Selama ini penanganan perkara pidana terlalu berorientasi pada
tersangka atau terdakwa, sementara hak-hak korban sering diabaikan. Dalam rangka perlindungan hukum bagi korban, dikeluarkan UU No 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang.
Dalam penegakan hukum tindak pidana perdagangan orang, mutlak
diperlukan pembuktian. Secara teoretis, dikenal empat macam sistem pembuktian dalam perkara pidana termasuk perdagangan orang.
Pertama, Conviction in time, adalah sistem pembuktian yang berpedoman pada keyakinan hakim an sich dalam memberikan putusan tentang terbukti atau tidak terbuktinya kesalahan yang
didakwakan.
Kedua, Conviction in Raisonee, adalah sistem pembuktian yang berpedoman pada keyakinan hakim dalam memberikan putusan
tentang terbukti atau tidak terbuktinya kesalahan yang didakwakan. Faktor keyakinan hakim dalam sistem pembuktian ini harus
didasarkan pada alasan-alasan yang logis (reasonable). Ini yang membedakan dengan sistem yang pertama.
Ketiga, Positief wetelijk stelsel atau yang lebih dikenal dengan sistem pembuktian positif, adalah sistem pembuktian yang berpedoman pada alat bukti yang telah ditentukan oleh UU dalam
yang didakwakan. Keempat, Negatief wetelijk stelsel atau yang lebih dikenal dengan sistem pembuktian negatif, adalah sistem pembuktian yang berpedoman pada alat bukti yang telah ditentukan oleh UU dan
keyakinan hakim dalam memberikan putusan tentang terbukti atau tak terbuktinya kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa (Sudikno
Mertokusumo, 2006 : 141)
Pada konteks Indonesia, sistem pembuktian yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) tercantum
dalam Pasal 183 yang rumusannya: ”Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila sekurang-kurangnya dua alat
bukti yang sah, ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwa yang bersalah melakukannya”. Dari rumusan pasal itu terlihat bahwa pembuktian
harus didasarkan sedikitnya pada dua alat bukti yang sah disertai dengan keyakinan hakim yang diperoleh dari alat-alat bukti tersebut.
Artinya, tersedianya minimum dua alat bukti saja belum cukup
untuk menjatuhkan pidana kepada terdakwa. Sebaliknya, meskipun hakim sudah yakin terhadap kesalahan terdakwa, maka jika tidak
tersedia minimum dua alat bukti, hakim juga belum dapat menjatuhkan pidana terhadap terdakwa. Dalam hal inilah penjatuhan pidana terhadap seorang terdakwa haruslah memenuhi dua syarat
Perdagangan Anak
Hasil studi Organisasi Buruh Sedunia (ILO) menunjukkan di
dunia sekitar 12,3 juta orang terjebak dalam kerja paksa. Dari jumlah itu, sekitar 9,5 juta berada di Asia. Sisanya tersebar, 1,3 juta di Amerika Latin dan Karibia, 660.000 di Sub-Sahara Afrika, 260.000 di
Timur Tengah dan Afrika Utara, 360.000 di negara-negara industri, dan 210.000 di negara-negara transisi. Sekitar 40-50 persen anak di
bawah 18 tahun.
Indonesia berada di urutan kedua kejahatan perdagangan manusia yang melibatkan kekerasan maupun eksploitasi seksual
terhadap anak-anak pada 2012. Menurut PBB, Indonesia masuk wilayah tujuan, transit dan negara asal (sending, transit and producing
area) untuk perdagangan manusia. Penyebab utama maraknya praktik ini karena impitan ekonomi dan tak tersedianya lapangan kerja, tingkat pendidikan yang rendah, tingkat keamanan yang rendah, dan
kurangnya rasa peduli pemerintah sehingga peluang-peluang itu diambil oknum-oknum tak bertanggung jawab. Anehnya, bos besar
perdagangan manusiatak pernah tertangkap di Indonesia maupun di luar negeri, padahal sudah banyak korban.Salah satu penyebab kian
maraknya perdagangan manusia adalah keuntungan yang diperoleh pelakunya sangatlah besar, mencapai 32 miliar dollar AS setiap tahun menurut ILO. Menurut PBB, perdagangan manusia adalah perusahaan
dollar AS dalam pajak tahunan, dan salah satu perusahaan kriminal paling menguntungkan dan sangat terkait dengan pencucian uang, perdagangan narkoba, pemalsuan dokumen, dan penyeludupan
manusia.
Di Indonesia, kasus perdagangan anak telah mencapai tingkat
sangat memprihatinkan. Perdagangan anak ini sangat berhubungan erat dengan kesejahteraan penduduknya. Sebagian besar anak yang diperjualbelikan berasal dari keluarga kurang mampu secara ekonomi,
dengan pelaku yang tak jarang orangtuanya sendiri.Negara, dalam hal ini pemerintah, terbilang sangat peduli dan telah menyediakan beberapa ”amunisi” untuk melindungi hak-hak anak penerus generasi
bangsa. Terdapat empat UU yang memiliki poin-poin krusial berkenaan dengan permasalahan hak asasi anak, yakni UU
Kesejahteraan Anak, UU Hak Asasi Manusia, UU Konservasi Anak, serta UU Hukum Pidana. Namun, penerapannya terbukti banyak hambatan karena berbenturan dengan sistem sosial dan akar budaya
Indonesia yang sebagian besar masih mendiskriminasikan anak-anak dan wanita.
Permasalahan perdagangan manusia seperti fenomena gunung es yang kita belum mampu mengalkulasi datanya dengan pasti sampai ke dasarnya. Di Indonesia, Protokol PBB tentang Trafficking diadopsi
Keppres RI Nomor 88 Tahun 2002.Hampir semua pola perdagangan ilegal dan perbudakan memerlukan tanggapan bilateral dan multilateral. Artinya, dengan melibatkan beberapa negara dengan
yurisdiksi yang berbeda-beda. Perlu kerja sama dan peraturan bersama, misalnya tentang pemulangan korban dan peradilan pidana.
Nantinya, Konvensi ASEAN Anti Perdagangan manusia bisa menjadi instrumen penting memerangi perdagangan manusia dengan lebih efektif.
Berikut beberapa saran untuk mengatasiperdagangan manusia. Pada level komunitas, memberikan pelatihan padat karya
kepadakomunitas-komunitasyang belum mempunyai kemampuan untuk meningkat perekonomian komunitas dan memberikanpengetahuan tentang perdagangan manusia. Pada level
nasional antara lain menegakkanUU No 21 Tahun 2007, meningkatkan keamanan penjagaan di perbatasan negara, baik darat maupun laut dan udara, meningkatkan keamanan di imigrasi (izin
keluar negeri), meningkatkan lapangan kerja, meningkatkan pendidikan, menutup tempat-tempat yang berpotensi terjadi eksploitasi
seksual.
Pada level luar negeri antara lain meningkatkan hubungan kerja sama antar-negara, mengadakan operasi bersama, dan
3. Contoh Kewajiban Hukum Negara
Dalam Principles and Guidelines International Standard of Human
Trafficking Victims Identification yang diterbitkan oleh IOM, dinyatakan bahwa ketidakberhasilan mengidentifikasi orang yang mengalami perdagangan manusia secara benar selanjutnya bisa mengakibatkan hilangnya hak-hak orang tersebut.Oleh karena itu, Negara berkewajiban
memastikan dilakukannya upaya identifikasitersebut.21
Negara berkewajiban pula melakukan due diligence (kesungguhan)
dalammengidentifikasi pelaku perdagangan manusia, termasuk mereka yang terlibatdalam pengendalian dan upaya eksploitasi terhadap orang yang mengalamiperdagangan manusia.Jika mungkin, Negara dan
organisasi-organisasi antarpemerintah dan lembagaswadaya masyarakat, hendaknya mempertimbangkan:22
a. Pembuatan panduan dan prosedur bagi para pemerintah Negara terkait
dan para petugas, seperti polisi, petugas penjaga perbatasan, petugas imigrasi dan pihakpihak yang terlibat dalam upaya deteksi, penahanan,
penerimaan dan pengurusan kaum migran tidak biasa, melakukan
21United Nations Principles and Guidelines International Standar of Human Trafficking
VictimsIdentification, IOM = International Organization for Migration, 2005; sebagaimana ada dalam Zaky Alkazar Nasution; Op Cit., h. 193.
22
identifikasi yang cepat dan akurat terhadap orang yang mengalami perdagangan manusia.
b. Penyediaan pelatihan yang tepat bagi para pemerintah negara terkait
dan petugasdalam mengidentifikasi orang yang mengalami perdagangan manusia, sertapenerapan yang benar atas panduan dan
prosedur tersebut di atas.
c. Kepastian kerjasama antara pemerintah yang relevan, petugas dan lembagaswadaya masyarakat untuk mempermudah identifikasi dan
penyediaanpendampingan bagi orang yang mengalami perdagangan manusia. Upayapembentukan dan penerapan kerjasama hendaknya
dilakukan secara resmi gunamemaksimalkan efektivitas-nya.
d. Mengidentifikasi beberapa pokok intervensi guna memastikan bahwa para migrandan calon migran mendapat peringatan tentang
kemungkinan bahaya dan akibatperdagangan manusia dan memperoleh informasi yang membuat mereka mampumencari bantuan jika diperlukan.
e. Kepastian bahwa orang yang mengalami perdagangan manusia tidak diadilikarena melanggar hukum keimgrasian atau sejumlah kegiatan
yang melibatkanmereka sebagai akibat langsung situasi sebagai orang yang mengalami perdaganganmanusia.
f. Kepastian bahwa orang yang mengalami perdagangan manusia, dalam
g. Kepastian bahwa terdapat prosedur maupun proses untuk menerima danmempertimbangkan permintaan suaka, baik dari orang yang mengalamiperdagangan manusia maupun para pencari suaka gelap,
dan kepastian bahwaprinsip non-refoulement senantiasa dihormati dan ditegakkan.
Selanjutnya, berkaitan dengan perlakuan terhadap Korban Tindak pidana bersifat sensitif dan penting karenalembaga-lembaga dan petugas penegakan hukum didukung oleh beberapa standar berikut ini.23
a. Semua korban tindak pidana, penyelewengan wewenang atau pelanggaran hakasasi manusia hendaknya diperlakukan dengan belas
kasihan dan dihargai
b. Korban hendaknya memperoleh akses pada mekanisme peradilan dan langkahperbaikan langsung
c. Prosedur langkah perbaikan hendaknya cepat, adil, murah dan dapat diakses
d. Korban hendaknya diberitahu hak-haknya untuk memperoleh
pemulihan danperlindungan
e. Korban hendaknya diberitahu peran mereka dalam prosedur resmi,
lingkup,penentuan waktu dan kemajuan proses serta penempatan kasus mereka
23
f. Korban hendaknya diperkenankan menyampaikan pandangan dan perasaannyamengenai segala hal berkaitan kerugian terhadap kepentingan pribadi mereka
g. Korban hendaknya memperoleh semua upaya pendampingan hukum, material,medis, psikologis dan pendampingan sosial dan diberi tahu
ketersediannya
h. Korban hendaknya tidak mendapat penanganan kasus secara minimal i. Privasi dan keselamatan korban hendaknya dilindungi
j. Hendaknya dihindari penundaan penanganan kasus korban
k. Jika memungkinkan, para pelanggar hendaknya memperoleh
pemulihan
l. Pemerintah hendaknya melakukan pemulihan jika pejabat publik keliru
m. Ganti rugi finansial hendaknya ditanggung oleh pihak pelanggar atau, jika tidak
mungkin, oleh Negara
n. Polisi hendaknya terlatih dalam memenuhi kebutuhan korban, dan hendaknya
disediakan panduan guna menjamin bantuan yang tepat dan segera