• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI MANAJEMEN KURIKULUM DAN PEMBELA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EVALUASI MANAJEMEN KURIKULUM DAN PEMBELA"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI MANAJEMEN

KURIKULUM DAN

PEMBELAJARAN DI SD “X”

SALATIGA

Disusun guna memenuhi tugas matakuliah manajemen kurikulum dan

pembelajaran di SD

SITI ZUBAIDAH 942015025

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

2016

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini pemerintah menghadapi berbagai kendala dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan. Ketidakmerataan mutu guru di sekolah menjadi alasan utama pemerintah untuk selalu memperhatikan peningkatan kualitas sumber tenaga kependidikan. Hal ini ditempuh karena keberhasilan mutu pendidikan sangat tergantung dari keberhasilan proses belajar-mengajar yang merupakan sinergi dari komponen-komponen pendidikan baik kurikulum tenaga pendidikan, sarana prasarana, sistem pengelolaan, maupun berupa faktor lingkungan alamiah dan lingkungan sosial, dengan peserta didik sebagai subjeknya.

Seiring dengan perkembangan zaman, proses pembelajaran tidak lagi terpusat pada suatu pusat pendidikan seperti kampus, sekolah, kursus, ataupun pusat pelatihan. Perubahan tersebut telah mengarahkan proses pembelajaran untuk mendapatkan pengetahuan ke arah tersebar. Paradigma pergeseran dalam proses pembelajaran ini telah dikenal sejak dekade awal tahun 90-an. Dan kini, keadaan tersebut telah dikenal luas oleh masyarakat dunia pada umumnya.

Kegiatan proses pembelajaran terus diarahkan ke arah yang lebih fleksibel dalam kaitannya dengan ruang dan waktu. Karena memang sudah semestinya, dalam mendapatkan suatu pengetahuan, ruang dan waktu seharusnya bukanlah suatu batasan yang menyulitkan bahkan tidak memungkinkan seseorang untuk mendapatkan suatu pengetahuan yang ingin diketahuinya.

(3)

perkembangan teknologi informasi yang sedemikian pesat, bahan ajar dapat disajikan dengan suara dan gambar yang dinamis, tidak membosankan, serta padat informasi.

Pada era seperti sekarang ini, kecepatan belajar seseorang bukan lagi ditentukan oleh orang lain yang juga merupakan peserta belajar lainnya. Kecepatan belajar seseorang ditentukan oleh diri sendiri bukan kemampuan yang diseragamkan dalam kelas, yang tentu saja bila suatu proses kegiatan belajar mengajar selalu diseragamkan, maka akan mengakibatkan para peserta kegiatan belajar yang cerdas rugi dalam kapasitasnya menerima porsi pengetahuan, apabila standar pembelajaran disetarakan dengan peserta yang kemampuan pencerapan pengetahuannya lebih lambat, yang mana seharusnya para peserta yang cerdas mendapatkan porsi pembelajaran yang lebih besar menjadi berkurang karena disesuaikan dengan peserta lainnya yang taraf kemampuannya tidak setara. Sedangkan bila standar pembelajaran disetarakan dengan peserta yang lebih pintar, hal tersebut jelas akan merugikan peserta lainnya yang taraf kemampuan pencerapan pengetahuannya lebih lambat. Pembelajaran berbasis ICT menjawab permasalahan ini.

(4)

bahwa sumber belajar dan sarana pembelajaran yang telah dibakukan, diadakan dan didistribusikan oleh pemerintah belum didayagunakan secara optimal oleh guru, pelatih dan instruktur.

Untuk mewujudkan kualitas pembelajaran, perlu ditempuh upaya-upaya yang bersifat komprehensif terhadap kemampuan guru dalam memanfaatkan internet sebagai sumber belajar. Namun demikian, berdasarkan isu yang berkembang dalam pendidikan, pembelajaran di sekolah/lembaga pendidikan belum berjalan secara efektif, bahkan banyak guru yang mengajar tanpa memanfaatkan sumber belajar. Mereka mengajar secara rutin apa adanya sehingga pembelajaran berkesan teacher centris.

Dari uraian diatas maka penulis melakukan penelitiian berjudul “ Evaluasi Manajemen Kurikulum Dan Pembelajaran Berbasis ICT Di SD N “X” Salatiga “.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis ICT di SD N “X” Salatiga?

2. Apakah manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis ICT di SD N “X” Salatiga sudah sesuai dengan teori yang ada?

3. Apa saja Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya kesenjangan antara praksis dengan teori ?

4. Bagaimana solusi untuk mengatasi kesenjangan yang terjadi ?

Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis ICT di SD ”X” Salatiga

2. Mendeskripsikan manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis ICT di SD ”X” Salatiga

(5)

4. Mendeskripsikan manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis ICT di SD ”X” Salatiga

BAB II PEMBAHASAN

2.1 . Definisi Kurikulum dan Teknologi

Rusman (2011) menyatakan bahwa kurikulum merupakan segala upaya sekolah untuk mempengaruhi siswa agar dapat belajar baik dalam ruangan kelas maupun di luar sekolah. Sementara Harold B. Alberty mendefinisikan kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah (all of the activities that are provided for the student by the school). Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Dari berbagai teori tentang kurikulum di atas, pengertian kurikulum dapat dikategorikan ke dalam tiga hal. Pertama, kurikulum sebagai rencana belajar peserta didik. Kedua, kurikulum sebagai rencana pembelajaran, dan ketiga, kurikulum sebagai pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik.

(6)

mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan yang harus ditempuh atau dipelajari peserta didik di sekolah atau perpengajaran tinggi untuk memperoleh ijasah tertentu. Dengan kata lain bahwa kurikulum adalah sekumpulan mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam suatu lembaga pendidikan. Pendapat seperti ini salah satunya dikemukakan oleh Mac Donald (1965). Menurutnya sistem persekolahan terbentuk atas empat sub sistem yaitu mengajar, belajar, pembelajaran dan kurikulum. Sedang kurikulum sebagai pengalaman belajar memandang kurikulum bukan hanya rencana pembelajaran saja akan tetapi berupa suatu pengalaman belajar yang nyata dan aktual terjadi dalam proses pendidikan di sekolah. Hasan Langgulung (1989), mengutip pernyataan al-Syaibani, mengemukakan bahwa kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid di dalam maupun di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang secara menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.

(7)

untuk memperbaiki efektifitas dan efesiensi pengajaran dan pelatihan. Ia merupakan pengembangan, penerapan dan penilaian sistem-sistem, teknik-teknik dan alat-alat baru untuk memperbaiki proses pembelajaran. Teknologi pendidikan melaksanakan teknik-teknik pengujian empirik untuk memperbaiki situasi-situasi belajar. Teknologi pendidikan merupakan suatu cara sistematik tentang perencanaan, pelaksanaan dan penilaian keseluruhan proses belajar dan mengajar dalam kerangka tujuan-tujuan khusus, berdasarkan penelitian dalam belajar dan komunikasi serta mendayagunakan sumber-sumber manusiawi menuju ke pengajaran yang lebih efektif.

2.2 Definisi Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berhubungan. Menurut Hamalik (Wina Sanjaya, 2010: 6) pembelajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Berdasarkan pengertian tersebut nampak bahwa pembelajaran memiliki beberapa unsur, yaitu manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur.

Rusman (2011: 15) mengemukakan bahwa pembelajaran sebagai suatu proses menciptakan kondisi yang kondusif agar terjadi interaksi komunikasi belajar mengajar antara guru, peserta didik, dan komponen lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Corey (Syaiful Sagala, 2010: 61) pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia tururt serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Sementara menurut Sudjana (Rusman, 2011: 16) pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan terjadinya kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik dan pendidik yang melakukan kegiatan membelajarkan.

(8)

pembelajaran merupakan proses interaksi yang sistematik antara siswa, guru, dan komponen pembelajaran lainnya untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

2.3 Definisi Pembelajaran Berbasis TIK

Beragam definisi dapat ditemukan untuk Pembelajaran Berbasis TIK, misalnya menurut Jaya Kumar C. Koran (2002) mengemukakan bahwa E- Learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Sedangkan menurut Dong (dalam Kamarga, 2002) Pembelajaran Berbasis TIK sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. pengertian Pembelajaran Berbasis TIK menurut Rosenberg (2001) Pembelajaran Berbasis TIK merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. pengertian Pembelajaran Berbasis TIK menurut adalah Darin E. Hartley [Hartley, 2001] Pembelajaran Berbasis TIK merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain.

Jadi bisa disimpulkan pengertian Pembelajaran Berbasis TIK adalah cara baru dalam proses belajar mengajar yang menggunakan media elektronik khususnya internet sebagai sistem pembelajarannya. Pembelajaran Berbasis TIK merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi

2.4 Manfaat atau Fungsi Pembelajaran Berbasis TIK

Ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction), yaitu sebagai suplemen yang sifatnya pilihan/opsional, pelengkap (komplemen), atau pengganti (substitusi)(Siahaan, 2002).

a. Suplemen

(9)

elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi pesertadidik untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.

b. Komplemen (tambahan)

Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap) apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas (Lewis, 2002). Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan) atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional. Materi pembelajaran elektronik dikatakan sebagai enrichment, apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat menguasai/memahami materi pelajaran yang disampaikan guru secara tatap muka (fast learners) diberikan kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang disajikan guru di dalam kelas.Dikatakan sebagai program remedial, apabila kepada peserta didik yangmengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang disajikan guru secara tatapmuka di kelas (slow learners) diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk mereka.Tujuannya agar peserta didik semakin lebih mudah memahami materi pelajaran yang disajikan guru di kelas.

c. Substitusi (pengganti)

(10)

Ada 3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik, yaitu: (1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet.

Menurut A. W. Bates (Bates, 1995) dan K. Wulf (Wulf, 1996) manfaat Pembelajaran elektronik Learning (E-Learning) itu terdiri atas 4 hal, yaitu:

1. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity).

Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dengan guru/instruktur, antara sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dengan bahan belajar (enhance interactivity). Berbeda halnya dengan pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai kesempatan untuk mengajukanpertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi. Hal ini disebabkan karena pada pembelajaran yang bersifat konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat terbatas.

2. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapansaja (time and place flexibility).

Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja (Dowling, 2002). Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan pembelajaran, dapat diserahkan kepada guru/dosen/instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu menunggu sampai ada janji untuk bertemu dengan dosen/instruktur.

3. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach aglobal audience).

(11)

dijangkau melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih banyakatau meluas. Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar. Interaksi dengan sumber belajar dilakukan melalui internet. Kesempatan belajar benar-benarterbuka lebar bagi siapa saja yang membutuhkan

4. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities).

Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak (software) yang terus berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan mudah. Di samping itu,penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran dapat pula dilakukan, baik yang didasarkan atas umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil penilaian guru/dosen/ instruktur selaku penanggungjawab atau pembina materi pembelajaran itu sendiri.

2.5 Peran TIK dalam Pendidikan

Pembelajaran dengan menggunakan media elektronik. TIK, seperti juga namanya “Electronic Learning” disampaikan dengan menggunakan media elektronik yang terhubung dengan Internet. Dengan cara ini, jumlah Peserta didik yang bisa ikut berpartisipasi bisa jauh lebih besar dari pada cara belajar secara konvensional di ruang kelas. Teknologi ini juga memungkinkan penyampaian pelajaran dengan kualitas yang relatif lebih standar

(12)

pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahan konsultan) yang memang bergerak di bidang penyediaan jasa TIK untuk umum. Pembelajaran Berbasis TIKbisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya).

Beberapa manfaat yang bisa dinikmati dari proses pembelajaran dengan Pembelajaran Berbasis TIK , diataranya :

1. Fleksibilitas.

Jika pembelajaran konvensional di kelas mengharuskan siswa untuk hadir di kelas pada jam-jam tertentu, maka Pembelajaran Berbasis TIKmemberikan fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk mengakses pelajaran. Siswa tidak perlu mengadakan perjalanan menuju tempat pelajaran disampaikan, Pembelajaran Berbasis TIKbisa diakses dari mana saja yang memiliki akses ke Internet. Bahkan, dengan berkembangnya mobile technology semakin mudah mengakses Pembelajaran Berbasis TIK .

2. Independent Learning

Pembelajaran Berbasis TIK memberikan kesempatan bagi Siswa untuk memegang kendali atas kesuksesan belajar masing-masing, artinya pembelajar diberi kebebasan untuk menentukan kapan akan mulai, kapan akan menyelesaikan, dan bagian mana dalam satu modul yang ingin dipelajarinya terlebih dulu. Ia bisa mulai dari topik-topik ataupun halaman yang menarik minatnya terlebih dulu, ataupun bisa melewati saja bagian yang ia anggap sudah ia kuasai. Jika ia mengalami kesulitan untuk memahami suatu bagian, ia bisa mengulang-ulang lagi sampai ia merasa mampu memahami.

3. Biaya

(13)

Berbasis TIK . Biaya di sini tidak hanya dari segi finansial tetapi juga dari segi non-finansial. Secara finansial, biaya yang bisa dihemat, antara lain biaya transportasi ke tempat belajar dan akomodasi selama belajar (terutama jika tempat belajar berada di kota lain dan negara lain), biaya administrasi pengelolaan (misalnya: biaya gaji dan tunjangan selama pelatihan, biaya instruktur dan tenaga administrasi pengelola pelatihan, makanan selama pelatihan), penyediaan sarana dan fasilitas fisik untuk belajar (misalnya: penyewaan ataupun penyediaan kelas, kursi, papan tulis, LCD player, OHP).

2.6 Keunggulan dan kelemahan Pembelajaran Berbasis TIK

Petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh (Elangoan, 1999; Soekartawi, 2002; Mulvihil, 1997; Utarini, 1997), antara lain. Pertama, Tersedianya fasilitas e-moderating di mana dosen dan mahasiswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu. Kedua, Dosen dan mahasiswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadual melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari. Ketiga, Mahasiswa dapat belajar atau me-review bahan ajar (mata kuliaha) setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer. Keempat, Bila mahasiswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah. Kelima, Baik doen maupun mahasiswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. Keenam, Berubahnya peran mahasiswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif. Ketujuh, Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional.

(14)

kritik (Bullen, 2001, Beam, 1997), antara lain. Pertama, Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar. Kedua, Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial. Ketiga, Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan. Keempat, Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT. Kelima, Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal. Keenam, Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet. Ketujuh, Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan internet. Kedelapan, Kurangnya penguasaan bahasa komputer.

2.7 Perencanaan penggunaan Pembelajaran Berbasis TIK di Sekolah

Persiapan dalam penggunaan Pembelajaran Berbasis TIK salah satunya ialah masalah penguasaan teknologi, baik dari guru maupun siswa. Karena Pembelajaran Berbasis TIK sangat menuntut penggunaan media komputer dan internet. Fasilitas yang penuh haruslah juga disediakan oleh pihak sekolah maupun pemerintah. Seperti pengadaan pelatihan pemanfaatan media internet sebagai penunjang proses belajar mengajar.

(15)

Pelajaran komputer juga haruslah diperkenalkan oleh siswa sejak dini, agar mereka mengerti manfaat yang terkandung. Dan proses penggunaannya juga tidak sia. Sekolah menyediakan fasilitas komputer sebagai sarana penunjang siswa. Apalagi di daerah pelosok, mereka sangat membutuhkan fasilitas komputer yang memadai disekolah. Agar penyebaran pengetahuan itu merata, tidah hanya di kota saja. Dan mereka juga bisa memanfaatkan Pembelajaran Berbasis TIK sebagai sarana belajar mengajar.

Bagi para pengajar, ini sangatlah penting. Karena mereka bertugas sebagai admin. Bekal ilmu pengetahuan komputer haruslah tinggi. Guru harus diberikan sarana seperti pelatihan pemanfaatan teknologi dalam menunjang proses belajar mengajar. Apabila mereka tidak sanggup membuat e-learnig, sekolah bisa menyediakannya dan para guru serta siswa bisa menggunakannya.

Apabila pemanfaatan teknologi dan ilmu pengetahuan dimanfaatkan dengan selaras. Maka hal tersebut akan sangat menujang kemampuan siswa dalam menguasai lebih banyak ilmu pengetahuan. Dan lebih menghemat waktu dan siswa bisa menggunakannnya kapanpun dimanapun mereka inginkan. Apalagi sekarang, akses internet mudah sekali didapatkan, dari mobilephone ataupun smartphone. Dan Pembelajaran Berbasis TIK ini bisa dibungkus dengan hal yang menarik dengan banyak menggunkan media visual. Karena anak-anak sangat menyukai media gambar dengan warna yang menarik ini juga akan meningkatkan siswa agar lebih rajin dan ulet dalam mencari ilmu.

Banyak sekali persiapan yang harus dilakukan dalam pelaksanaa penggunaan Pembelajaran Berbasis TIK . Dari persiapan fasilitas, pengetahuan yang memadai tentang ilmu komputer oleh siswa dan guru, serta yang utama ialah kemauan dari kita dalam memajukan bangsa lewat pendidikan

2.8. Manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis ICT di SD N ”X”

(16)

Manajemen kurikulum dan pembelajaran merupakan salah satu bagian dari MBS. Manajemen kurikulum dan pembelajaran perlu dilakukan agar kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Manajemen kurikulum dan pembelajaran meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.

1. Perencanaan

Dalam hal perencanaan, sekolah diberi kewenangan untuk mengembangkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan keadaan sekolah (otonomi). Dalam mengembangkan kurikulum dan pembelajaran, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan kurikulum dan pembelajaran dipaparkan oleh Kepala sekolah SD ”X” Salatiga sebagai berikut.

“Ya lingkungan biasanya, kemampuan lingkungan, daya dukung masyarakat, potensi masyarakatnya dan daerahnya juga. Kalau dari dalam ya kemampuan tenaga pendidik, sarpras termasuk perhitungan, kemudian lingkungan. Kalau dari karakteristik peserta didik juga iya, kita lihat dari lingkungan.” (Jumat, 10 Juni 2016).

Sama halnya dengan pernyataan Ibu Umi,

(17)

Diperkuat dengan pernyataan Bapak Agus yang menyatakan bahwa,

“Ya, banyak si. Yang pertama terkait dengan muatan lokalnya. Muatan lokal kan biasanya terkait dengan potensi lingkungan sekolah, selain itu, dalam menyusun kurikulum, kita juga harus mempertimbangkan karakteristik anak kita, potensi masyarakat dan potensi daerah di mana sekolah tersebut berdiri.” (Jumat, 10 Juni 2016).

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum di SD ”X” Salatiga dikembangkan dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, tenaga pendidik, sarana prasarana, lingkungan sekolah, potensi masyarakat dan daerahnya (fleksibilitas).

Pengembangan kurikulum dan pembelajaran melibatkan beberapa pihak. pengembangan kurikulum dan pembelajaran di SD ”X” Salatiga melibatkan kepala sekolah, guru, komite sekolah, dan pengawas UPTD (partisipasi). Pernyataan di atas, diperkuat dengan dokumen daftar hadir rapat tim pengembang kurikulum. Rapat tersebut dihadiri oleh Kepala UPT Dindikpora, Pengawas TK/SD/SDLB, kepala sekolah, komite sekolah yang berjumlah tiga orang, serta dewan guru dan karyawan SD ”X” Salatiga yang berjumlah sepuluh orang.

(18)

I sampai kelas VI, sedangkan Bahasa Inggris hanya wajib bagi siswa kelas IV sampai kelas VI.

Dalam mengembangkan kurikulum dan pembelajaran, Sekolah harus menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci dan operasional ke dalam program tahunan, program semester dan sebagainya dalam bentuk perangkat pembelajaran. perangkat kurikulum dan pembelajaran yang disusun secara mandiri oleh sekolah adalah program tahunan, program semester, silabus, dan RPP setiap mata pelajaran yang disusun oleh guru kelas masing-masing (otonomi). Selain perangkat tersebut, peneliti memperoleh dokumen kalender pendidikan dan jadwal pelajaran yang disusun oleh SD ”X” Salatiga.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan, sekolah mengembangkan kurikulum nasional dan muatan lokal. Dalam mengembangkan kurikulum dan pembelajaran, sekolah menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci dan operasional ke dalam perangkat pembelajaran berupa program tahunan, program semester, silabus, RPP, KKM, kalender pendidikan, dan jadwal pelajaran.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian dalam manajemen kurikulum dan pembelajaran berkaitan dengan pengorganisasian di manajemen pendidik dan tenaga kependidikan. Pengorganisasian berupa pembagian tugas mengajar bagi guru kelas yaitu untuk bertanggung jawab mengajar satu kelas tertentu atau bagi guru mata pelajaran (otonomi). Pengorganisasian juga diwujudkan dalam bentuk struktur organisasi sekolah. Peneliti memperoleh dokumen pembagian tugas mengajar serta struktur organisasi SD ”X” Salatiga.

3. Pelaksanaan

(19)

tugas-tugasnya. Dalam pemilihan metode dan media, guru juga mempertimbangkan manakah yang lebih efektif digunakan dalam pembelajaran serta menyenangkan bagi siswa. Selain itu guru juga harus bisa memanfaatkan IT dalam proses pembelajarannya. Model pembelajaran berbasis ICT sangat membantu guru dalam proses PMB karena akan mempermudah guru dan siswa dalam mengajar dan belajar. Strategi pembelajaran yang digunakan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi aktif, interaktif, kreatif, dan mandiri. Aktivitas belajar peserta didik bervariasi, misalnya wawancara, pengamatan, bermain peran, berdiskusi, presentasi dan sebagainya sesuai dengan kompetensi yang akan dikembangkan. Dalam proses pembelajaran, guru memanfaatkan berbagai sumber belajar seperti lingkungan sekitar, buku paket, majalah, narasumber dan internet disesuaikan dengan kompetensi yang dikembangkan. Guru menggunakan alat bantu belajar berupa alat peraga, LCD, gambar, poster, benda asli, video, dan LKS disesuaikan dengan kompetensi yang dikembangkan.

Pengorganisasian peserta didik dalam pembelajaran bervariasi, dimulai dari klasikal, kelompok, kemudian individu. Pada proses pembelajaran, guru mengembangkan kompetensi personal dan sosial peserta didik dengan cara memberikan arahan, pengertian dan motivasi. Selain itu, juga dengan cara membentuk siswa dalam kelompok. Dalam kelompok, siswa akan belajar banyak hal, seperti bekerja sama, toleransi, musyawarah, tanggung jawab, kedisiplinan dan kepemimpinan. Untuk melatih siswa memiliki sifat berani dan percaya diri, dengan cara siswa diminta untuk maju ke depan kelas. Untuk melatih kejujuran biasanya dilakukan saat ulangan. Guru memberikan sanksi yang tegas pada siswa yang mencontek. Pengaturan tempat duduk juga berubah atau bergantian setiap satu minggu sekali untuk melatih siswa memiliki rasa empati terhadap temannya.

(20)

pembelajaran. Keaktifan siswa terlihat saat ada hal yang kurang dimengerti, siswa berani menanyakan hal tersebut kepada guru. Siswa berani mengungkapkan pendapatnya saat ditanya oleh guru serta saat berdiskusi dengan teman. Siswa berinteraksi dengan teman satu kelompok saat melaksanakan diskusi dan berusaha menyelesaikan soal secara bersama-sama sesuai dengan pemikiran kelompok masing-masing. Saat mengerjakan lembar evaluasi, siswa dituntut untuk mengerjakan soal secara mandiri, tidak boleh mencontek pekerjaan siswa lain.

4. Pengawasan / Evaluasi

Pengawasan dilakukan untuk mengukur keberhasilan kegiatan pembelajaran. Cara guru menilai keberhasilan siswa dalam belajar adalah melalui penilaian. Penilaian pembelajaran dilaksanakan mencakup penilaian proses dan hasil belajar. Penilaian proses dilaksanakan saat pembelajaran terkait keaktifan, kerja sama, kreativitas, dsb. Sedangkan penilaian hasil belajar dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran berupa ulangan atau tes formatif serta produk, selain itu, guru juga menggunakan penilaian portofolio (transparansi).

Hal itu dibuktikan dengan dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Di bagian penilaian juga disebutkan bahwa penilaian yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa adalah melalui penilaian proses dan hasil. Selanjutnya, instrumen penelitian yang digunakan menerapkan teknik tes dan non tes. Teknik tes dapat berupa tes tertulis maupun tes lisan. Teknik non tes, instrumen yang digunakan berupa lembar observasi atau pengamatan untuk menilai kerja sama dalam kelompok, keaktifan siswa dalam pembelajaran, serta sikap anak dalam keseharian.

Melalui penilaian, guru mengetahui hasil belajar siswa. Terkait hasil belajar siswa, guru perlu memantau apakah hasil belajar siswa tersebut sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh guru.

(21)

pengayaan. Pelayanan remedial dan pengayaan dilaksanakan setelah ulangan harian atau tes formatif. Setelah pelaksanaan tes sumatif juga biasanya dilaksanakan, akan tetapi hasilnya kurang maksimal.

Sekolah memberikan pertanggungjawaban hasil belajar peserta didik kepada orang tua melalui raport dan hasil ulangan harian maupun UTS peserta didik (akuntabilitas). Hasil ulangan harian dan UTS diberikan kepada orang tua melalui siswa kemudian orang tua diminta untuk menandatangani hasil ulangan tersebut (transparansi). Selanjutnya hasil ulangan dikembalikan lagi ke guru kelas. Hasil belajar siswa selama satu semester disampaikan secara langsung kepada orang tua melalui raport dengan cara orang tua datang ke sekolah. Saat pengambilan raport, biasanya guru kelas menyampaikan pengarahan kepada orang tua terkait hasil belajar atau permasalahan peserta didik selama satu semester. Hal itu supaya orang tua perhatian terhadap pendidikan anak dan mau membantu pihak sekolah dalam mendidik anak agar anak meningkatkan belajarnya dan meningkatkan hasil belajarnya. Selain itu, juga sebagai reward terhadap orang tua. Hal itu sebagai wujud transparansi dari pihak sekolah kepada orang tua siswa.

2.9. Apakah manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis ICT di SD ”X”

Salatiga sudah sesuai dengan teori yang ada?

1. Teori tentang manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis ICT. ICT atau TIK mencakup semua teknologi yang dapat digunakan untuk menyimpan, mengolah, menampilkan, dan menyampaikan informasi dalam proses komunikasi. Yang termasuk teknologi ini adalah:

a. Teknologi Komputer

(22)

diwujudkan dalam berbagai bentuk, diantaranya program computer –assited learning

(CAL), konferensi komputer, surat elektronik atau elektronik mail (email), dan komputer multimedia yang kemudian disebut multimedia interaktif. Pembelajaran melalui CAI ini, bersifat offline, sehingga dalam penggunaannya tidak tergantung pada adanya akses ke internet.

Program pembelajaran berbantuan komputer ini memanfaatkan seluruh kemampuan komputer, terdiri dari gabungan hampir seluruh media, yaitu: teks, grafis, photo, audio, video, dan animasi. Seluruh media tersebut secara konvergen akan saling mendukung dan melebur menjadi satu media yang luar biasa kemampuannya. Salah satu keunggulan media komputer ini yang tidak dimiliki oleh berbagai media lain, ialah kemampuannya untuk memfalitasi interaktifitas peserta didik dengan sumber belajar (content) yang ada pada komputer (man and machine interactivity).

b. Teknologi Multimedia

Media pembelajaran yang termasuk kedalam tekhnologi multimedia adalah kamera digital, kamera video, player suara, player video, dll. Multimedia sering diartikan sebagai gabungan dari banyak media atau setidak-tidaknya terdiri lebih dari satu media. Multimedia dapat diartikan sebagai komputer yang dilengkapi dengan CD Player, sound card, speaker dengan kemampuan memproses gambar gerak, audio, dan grafis dalam resolusi yang tinggi.

c. Teknologi jaringan Komputer

Teknologi ini terdiri dari perangkat keras seperti LAN, Internet, Wifi, dan lain-lain. Selain itu juga terdiri dari perangkat lunak pendukungnya atau aplikasi jaringan seperti Web, E-mail, html, java, php,aplikasi basis data dan lain-lain.

(23)

Dengan adanya teknologi internet ini sistem penyampaian komunikasi atau (delivery system and communication) antara peserta didik dan guru, guru dengan guru atau peserta didik dengan peserta didik lain, dan peserta didik dengan sumber belajar dapat dilakukan dengan berbagai bentuk dan cara, baik secara bersamaan (Syncronous) maupun tidak (asyncronous).

Pemanfataan ICT dalam pembelajaran biasanya menggunakan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) beserta aplikasinya, seperti: perangkat komputer yang tersambung dengan jaringan internet, LCD/Proyektor, CD Pembelajaran, televisi, bahkan menggunakan web atau situs-situs tertentu dalam internet.

Dalam pembelajaran berbasis ICT, selain dukungan perangkat keras dan perangkat lunak, dukungan koneksi berbasis web (internet) juga sangat diperlukan. Hal ini memungkinkan para siswa dan guru melaksanakan aktifitas pembelajaran tidak harus selalu bertatap muka secara langsung, akan tetapi bisa dengan cara online yang terkoneksi dengan jaringan internet.

Dengan adnya internet ini seseorang dapat mengakses data apa saja denga melakukan browsing ke berbagai penyedia data (server) di berbagai belahan dunia. Beberapa fasilitas yang tersedia melalui jaringan internet yang bermanfaat untuk pengembangan pembelajaran adalah:

a. Pencarian informasi dengan menggunakan mesin pencari (search engine)

termasuk didalamnya layanan pengelolaan upload and download dokumen. Search engine tersebut diantaranya google, yahoo, altavista,ask, dsb.

b. Layanan kelompok diskusi dengan menggunakan mailing-list

c. Layanan komunikasi melalui surat elektronik (email). Dalam perkembangannya,

email dipergunakan sebagai pendukung layanan jejaring sosial seperti facebook, twitter, dsb.

d. Layanan media komunikasi (interaksi) berbasis web, seperti blog.

e. Ketersediaan aplikasi atau program yang bersifat Freeware (boleh diunduh) untuk

(24)

2. Praktek Manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis ICT di SD ”X” Salatiga.

Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya mengenai gambaran manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis ICT di SD ”X” Salatiga, Sekolah ini sudah memiliki kemudahan akses web page karena sudah dilengkapi dengan hotspot. Dalam proses pembelajaran yang berlangsung banyak guru yang sudah memanfaatkan pembelajaran berbasis ICT. Kebanyakan guru di sekolah ini masih muda oleh karena itu mereka tidak canggung lagi untuk menerapkan pembelajaran berbasis ICT. Selain itu, ada beberapa guru yang memanfaatkan ICT ini untuk memberikan tugas kepada siswa melalui media sosial media. Guru mengunggah tugas yang akan dikerjakan oleh siswa di media sosial media miliknya kemudian para siswa disuruh mengunduh dan mengerjakan soal pada tugas yang telah diberikan melalui akun sosial media tersebut.

Keberhasilan ini tidak terlepas dari peran kepala sekolah selaku pemegang kebijakan yang mendukung penuh pelaksanaan pembelajaran berbasis ICT dan disiplin dalam mewujudkannya. Selain itu, adanya respon positif dan dukungan dari seluruh elemen sekolah. Di balik pelaksanaan program pembelajaran berbasis ICT yang sudah tergolong cukup baik, aplikasi pembelajaran berbasis ICT di kelas belum maksimal. Guru maupun siswa masih mengalami kendala yang berhubungan dengan koneksi internet yang cenderung masih lambat, misal jika menggunakan hotspot sekolah secara bersamaan. Selain itu untuk guru yang sudah senior juga tidak bisa maksimal dalam menggunakan ICT, bahkan ada beberapa guru yang sudah senior tidak mau menerapkan pembelajaran berbasis ICT. Mereka lebih suka menggunakan model konvensional dalam proses pembelajarannya.

(25)

siswa lebih terampil dalam menggunakan perangkat berbasis teknologi karena telah terbiasa menggunakannya.

2.10. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan manajemen kurikulum dan pembelajaran di SD ”X”Salatiga

Perkembangan TIK memang memiliki banyak manfaat, khususnya dibidang pendidikan. Oleh sebab itu, banyak orang yang ingin segera bisa memanfaatkannya. Namun, tidak bisa dipungkiri pemanfaatan TIK di dalam sektor pendidikan memiliki beberapa kendala, di antaranya:

1. Masih digunakannya perangkat multimedia bekas. Perangkat multimedia bekas ini tentunya masih menggunakan spesifikasi yang sudah tertinggal dengan zaman seperti sekarang ini. Sehingga penggunaannya tidak mampu bersaing dengan laju perkembangan TIK yang begitu pesat.

2. Kurangnya infrastruktur telekomunikasi dan perangkat hukum yang mengaturnya. Jaringan internet yang minim juga merupakan faktor yang menjadi kendala dalam penerapan TIK di SD N Kutowinangun 04 Salatiga. 3. Mahalnya biaya pengadaan dan penggunaan fasilitas TIK. Hal ini

dikembalikan lagi kepada pemerintah. Dapat kita lihat pemerintah masih pelit mengalokasikan dana untuk pengadaan fasilitas TIK yang dapat menunjang pendidikan Indonesia.

4. Ketidaksiapan sumber daya manusia untuk mendukung penerapan TIK ini. Ketidaksiapan ini dikarenakan pola kebiasaan pembelajaran yang masih belum menganggap penting peranan TIK dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Mereka cenderung sudah merasa puas akan materi yang telah diberikan oleh pengajar secara langsung, sehingga menyebabkan mereka tidak mau/ malas untuk mencari informasi tambahan yang ada di Internet walaupun sarana dan infrastruktur sudah mendukung dalam penerapan TIK.

2.11. Solusi untuk mengatasi masalah kesenjangan praktek dengan teori manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis ICT di SD ”X” Salatiga

(26)

Guru harus dibina agar memahami program ICT agar dapat mengaplikasikannya dalam proses pembelajara yang mereka lakukan. Apabila sudah mampu menjalankan program ICT maka itu akan sangat membantu para guru dalam menyampaikan materi dan tugas kepada siswa secara lebih cepat, efisien dan merata.

2. Peserta didik

Peserta didik juga harus dibina agar dapat menjalankan program ICT dengan benar. Dengan begitu siswa akan lebih mudah dalam menerima materi dan tugas yang diberikan guru. Siswa tinggal mendownload materi ataupun tugas yang diberikan dalam ICT dan mengerjakannya dengan cepat dan fleksibel.

3. Perangkat komputer

Harus disediakan perangkat computer yang memadai agar dapat terlaksananya program pembelajaran berbasis ICT di sekolah karena perangkat computer merupakan salah satu syarat untuk mengoperasikan program ICT. Tanpa adanya perangkat computer maka program ICT tidak akan bisa berjalan.

4. Jaringan internet

Harus disediakan jaringan internet yang memadai agar dapat terlaksananya program ICT di sekolah karena jaringan internet juga merupakan salah satu syarat untuk mengoperasikan program ICT. Tanpa adanya jaringan internet maka program pembelajaran berbasis ICT tidak akan bisa berjalan.

5. Tim ahli/administrator

(27)

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

(28)

Pelaksanaan program pembelajaran berbasis ICT di SD ”X” Salatiga sudah tergolong cukup baik. Dalam proses pembelajaran yang berlangsung banyak guru yang sudah memanfaatkan pembelajaran berbasis ICT terbukti ada beberapa guru yang memanfaatkan ICT ini untuk memberikan tugas kepada siswa melalui sosmed kemudian para siswa disuruh mengunduh dan mengerjakan soal yang telah diberikan. Perkembangan ICT yang begitu pesat harus mampu diimbangi dengan pengembangan SDM agar mampu mengimbanginya. Apalagi dalam pemanfaatannya, media ICT juga perlu adanya keahlian khusus. Disamping itu dengan pemanfaatan media ICT yang baik akan lebih mengena dari hakikat pendidikan yang sebenarnya.

Guru maupun siswa masih mengalami kendala yang berhubungan dengan koneksi internet yang cenderung masih lambat, misal jika menggunakan hotspot sekolah secara bersamaan. Selain itu untuk guru yang sudah senior juga tidak bisa maksimal dalam menggunakan ICT, bahkan ada beberapa guru yang sudah senior tidak mau menerapkan pembelajaran berbasis ICT. Mereka lebih suka menggunakan model konvensional dalam proses pembelajarannya.

Untuk mengatasi kendala yang terjadi maka pihak sekolah menemukan solusi yaitu mengadakan pelatihan tentang ICT kepada pendidik dan juga peserta didik. Dengan adanya pelatihan ini maka guru yang tadinya kurang paham mengenai ICT akan lebih paham dan mau menggunakannya didalam proses pembelajaran. Selain pelatihan, solusi lain yang ditawarkan adalah dengan menambah jumlah computer dan mendatangkan tim ahli yang dapat mengajari para guru yang ada di sekolah dengan menggunakan dana bos yang telah mendapat persteujuan dari pihak yang terkait. Kemudian pihak sekolah juga harus memerbaiki jaringan internet di sekolah agar proses pembelajaran berbasis ICT bisa berjalan dengan lancar.

B. Saran

(29)

2. Guru harus selalu mengikuti perkembangan zaman dan tuntutan dari perkembangan IPTEK secara global ini sehingga akan tercipta guru yang profesional dan selalu dihargai dan diidolakan siswa-siswanya.

3. Pembelajaran efektif disekolah akan dapat terlaksana apabila guru produktif dan terus berkreatif dalam pembelajaran di kelas

4. Peran Kepala sekolah maupun Dinas Pendidikan Kota/kab selalu melakukan penghargaan terhadap guru yang produktif, kreatif dan profesional, sehingga memacu guru-guru yang lain meningkatkan profesionalismenya

5. Sekolah agar terus berupaya dengan maksimal -sesuai kemampuannya- untuk melengkapi kebutuhan peralatan untuk pembelajaran TIK.

6. Dukungan dari pemerintah dan instansi terkait untuk penyelenggaraan akses internet murah bagi semua sekolah terutama di daerah yang jauh dari akses jaringan internet.

DAFTAR PUSTAKA

Koswara, E. 2005. Konsep Pendidikan Tinggi Berbasis E-learning : Peluang dan Tantangan. Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia ITB, 3-4 Mei 2005

Natakusumah, E.K. (2002); Multimedia sebagai sarana pembelajaran; Lokakayra Multimedia sebagai sarana pembelajaran metode learning based; DUE-Like TPB ITB, 13 Nopember 2002.

(30)

Siahaan, S. 2004. E-learning (Pembelajaran Elektronik) Sebagai Salah Satu Alternatif Pembelajaran http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/42/ sudirman.htm (22 juni 2016)

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini didapatkan hasil analisis yang menunjukkan bahwa rata-rata morfologi spermatozoa wistar jantan ( Rattus norvegicus ) setelah diberi perlakuan dengan

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Prima Fuad Arifin selaku Manajer Keuangan dan Syari’ah di BMT Harapan Ummat Kudus pada tanggal 19 Desember 2015.. sebagai target pasar

Hal tersebut juga sejalan dari hasil penelitian Bedriye pada anak-anak usia sekolah di Turki pada tahun (2014) mendapatkan hasil berupa reaksi anak pasca bencana

rahmat dan hidayah-Nya skripsi yang berjudul PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI BERBAHASA JAWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN MIND MAPPING DAN

Semakin tinggi risiko bisnis yang dipilihnya, semakin besar capital yang harus disediakan oleh banka. Semakin tinggi risiko bisnis yang dipilihnya, bank harus

4) Act mempunyai nilai t hitung 3.529 terhadap Loyalitas, dalam asumsi sebelumnya untuk nilai t tabel pada df 100 dengan taraf signifikan 0.50 adalah 1.660. Pengujian berikutnya

Berdasarkan hasil pengujian normalitas dan homogenitas data indeks gain di atas diketahui bahwa sampel kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berasal dari

Berdasarkan pada fokus penelitian dari judul tersebut diatas, dapat dideskripsikan berdasarkan permasalahan dan pendekatan peneliti ini, bahwa transaksi yang