BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian dan Fungsi Asuransi
Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 1992, yang dimaksud dengan
asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri pada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian pada tertanggung
karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.
Asuransi ialah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian kerugian kecil
yang sudah pasti sebagai pengganti kerugian-kerugian yang besar namun
belum pasti (Abbas Salim: Principles of Insurance).
Dari teori-teori tersebut dapat disimpulkan bahwa asuransi ialah suatu
perjanjian, dengan nama seseorang penanggung mengikatkan diri kepada
seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi untuk memberikan
penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi karena suatu peristiwa tak
tertentu.
B. Risiko Asuransi
Menurut Julius R. Latumaerissa, uncertainty (ketidakpastian) yang
mungkin menyebabkan suatu kerugian (loss) atau keuntungan (benefit).
Adapun jenis-jenis ketidakpastian sebagai berikut:
1. Economic uncertainity: kejadian akibat perubahan sikap konsumen,
2. Uncertainity of nature: kebakaran, badai, topan, dan banjir.
3. Human uncertainity: peperangan, pencurian, dan pembunuhan.
Yang dapat dipertanggungjawabkan adalah uncertainties alam dan
manusia; ketidakpastian ekonomis tidak bisa diasuransikan karena spekulatif
dan sulit diukur tingkat keparahannya atau kerusakannya (severity).
C. Pergolongan dan Jenis Asuransi
Menurut Julius R. Latumaerissa, secara garis besar asuransi terbagi atas 3
kegiatan usaha yang terpisah penyelenggaraannya yaitu usaha asuransi
kegiatan (umum), asuransi jiwa, dan asuransi sosial.
1. Asuransi Kerugian/Umum
Asuransi kegiatan/umum adalah jenis asuransi yang memberi jaminan
bagi berbagai resiko yang mengancam harta benda dan berbagai
kepentingan.
2. Asuransi Jiwa
Asuransi jiwa (life insurance) adalah jenis asuransi yang memberi
jaminan terhadap “kehilangan” jiwa seseorang. Atau dengan kata lain
suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam penanggulangan
resiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seseorang yang
dipertanggungkan, meliputi asuransi kecelakaan diri, asuransi jiwa biasa
seperti asuransi berjangka (term insurance), asuransi seumur hidup (whole
life insurance), endownment insurance, anuitas (annuity), dan asuransi
industri (industrial insurance) dimana fungsi asuransi jiwa secara umum
dapat dikelompokan menjadi beberapa unsur antara lain:
1. Membantu pihak yang kecelakaan;
2. Membayar santunan bagi tertanggung yang meninggal;
3. membantu usaha dari kerugian yang disebabkan oleh meninggalnya
pejabat kunci perusahaan;
3. Asuransi Sosial
Sebenarnya sama dengan kedua jenis yang telah disebutkan di atas
(asuransi kerugian/umum dan asuransi jiwa), tetapi penyelenggaraan
didasarkan pada peraturan perundangan tersendiri yang bersifat wajib serta
didalamnya terkandung tujuan tertentu dari pemerintah untuk memberikan
perlindungan bagi masyarakat atau sebagian anggota masyarakat.
Karenanya sistem ini disebut asuransi sosial. Seperti halnya dengan
asuransi jiwa di atas, asuransi sosial harus tetap meningkatkan kinerja kerja
untuk tetap memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Ada
lima perusahaan asuransi di Indonesia dua diantaranya yaitu PT Askes
(sekarang menjadi BPJS Kesehatan), dan PT Jamsostek (sekarang menjadi
BPJS Ketenagakerjaan) semuanya berstatus BUMN, asuransi – asuransi ini lebih menekankan fungsi sosialnya ketimbang aspek komersial.
D. Sistem Informasi 1. Sistem
Sistem menurut Hall (2009:6) adalah kelompok dari dua atau lebih
komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang berfungsi dengan
tujuan yang sama.
Sistem menurut Zulkufli A.M. (1996:103) didefinisikan sebagai
himpunan suatu “benda” nyata atau abstrak (a set of thing) yang terdiri dari bagian-bagian atau komponen-komponen yang saling berkaitan,
berhubungan, berketergantungan, dan saling mendukung, yang secara
keseluruhan bersatu dalam satu kesatuan (unity) untuk mencapai tujuan
tertentu secara efisien dan efektif.
Menurut pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem adalah
serangkaian dari dua komponen atau lebih yang saling berkoordinasi untuk
2. Sistem Informasi
a. Definisi Sistem Informasi
Sistem Informasi merupakan suatu tatanan yang terorganisasi dalam
pengaturan sumber daya yang ada yang meliputi pengumpulan data lalu
mengolahnya sehingga bisa dengan mudah untuk dikonsumsi dan lebih
mudah dalam hal penyebarannya. Lebih jauh yang meliputi sumber daya
meliputi: manusia, hardware, software, data dan jaringan yang terdapat di
dalamnya (O’Brien, 2010).
b. Unsur-uinsur Sistem Informasi
Sistem informasi memiliki tiga bagian utama, yaitu : a) data yang
mendukung informasi, b) prosedur bagaimana mengoperasikan sistem
informasi, dan c) orang yang membuat produk, memecahkan masalah,
membuat keputusan dan menggunakan sistem informasi.
c. Peranan Sistem Informasi
Sistem informasi ini memiliki peranan penting bagi keberhasilan
perusahaan karena :
1. Sebagai sistem penunjang operasi (operations support system)
a. Memproses transaksi- transaksi bisnis secara efisien
b. Mengendalikan proses-proses industri
c. Mendukung komunikasi dan kolaborasi
d. Memperbaharui basis data perusahaan
Sistem ini dibagi menjadi beberapa jenis yaitu: transaction
processing systems (TPS), process control systems (PCS), dan
enterprise colaboration systems (ECS).
2. Sebagai sistem penunjang manajemen (management support system)
dapat menyediakan informasi dan mendukung para manajer dalam
membuat keputusan yang efektif. Sistem ini dibagi menjadi :
management information systems (MIS), decision support systems
Selain operations support system dan management support system,
terdapat beberapa jenis sistem informasi lainnya yaitu Expert Systems,
Knowledge Management Systems, Strategic Information Systems dan
Functional Business Systems.
Perusahaan dapat mencapai efektivitas dan efesiensi dalam proses
bisnis dan pengambilan keputusan manajerial dengan menggunakan
sistem informasi. Dengan demikian, perusahaan dapat menjadi sebuah
perusahaan yang adaptif dan berdaya saing tinggi di tengah lingkungan
yang dinamis.
E. Pengertian dan Tujuan Pengendalian Internal 1. Definisi Pengendalian Internal
Pengendalian internal (internal control) adalah seperangkat kebijakan dan
prosedur untuk melindungi aset atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk
tindakan penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi
perusahaan yang akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan (peraturan)
hukum/undang-undang serta kebijakan manajemen telah dipatuhi atau
dijalankan sebagaimana mestinya oleh seluruh karyawan perusahaan (Hery,
2013: 159).
2. Tujuan Pengendalian Internal
Tujuan dari pengendalian internal tidak lain adalah untuk memberikan
jaminan yang memadai bahwa :
a. Aset yang dimiliki oleh perusahaan telah diamankan sebagaimana
mestinya dan hanya digunakan untuk kepentingan perusahaan semata,
bukan untuk kepentingan individu. Oleh karena itu, pengendalian
internal diterapkan agar seluruh aset perusahaan dapat terlindungi
dengan baik dari tindak penyelewengan, pencurian dan
penyalahgunaan yang tidak sesuai dengan wewenangnya dan
kepentingan perusahaan
b. Informasi akuntansi perusahaan tersedia secara akurat dan dapat
baik atas salah saji laporan keuangan yang disengaja (kecurangan)
maupun yang tidak sengaja (kelalaian)
c. Karyawan telah mentaati hukum dan peraturan
3. Unsur-unsur Pengendalian Internal
Menurut Warren (2008: 209), terdapat lima unsur pengendalian internal
(elements of internal control) agar manajemen mencapai tujuan pengendalian
internal. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:
Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian suatu perusahaan mencakup seluruh sikap
manajemen dan karyawan mengenai pentingnya pengendalian. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan pengendalian, yaitu :
a) Falsafah dan gaya operasi manajemen
b) Struktur organisasi
c) Kebijakan personalia
i. Penilaian Risiko
Manajemen harus memperhitungkan risiko seperti
perubahan-perubahan tuntutan pelanggan, ancaman persaingan, perubahan-perubahan
peraturan, pelanggaran karyawan atas kebijakan dan prosedur
perusahaan dan risiko-risiko lainnya karena semua perusahaan
menghadapi risiko. Setela risik diidentifikasi, maka dapat dilakukan
analisis untuk memperkirakan besarnya pengaruh dari risiko tersebut
serta tingkat kemungkinan terjadi, dan untuk menentukan
tindakan-tindakan yang akan meminimumkan risiko tersebut.
ii. Prosedur Pengendalian
Prosedur pengendalian ditetapkan untuk memberikan jaminan
yang memadai bahwa sasaran bisnis akan dicapai, termasuk
pencegahan penggelapan. Faktor-faktor prosedur pengendalian
2)Pemisahan tanggung jawab untuk operasi yang berkaitan
3)Pemisahan operasi, pengamanan aset, dan akuntansi
4)Prosedur pembuktian dan pengamanan
iii. Aktivitas – Aktivitas Pengendalian
Menurut Drs. Krismiaji, M.Sc., Akt. (2010:222) dan COSO,
komponen pengendalian internal adalah
kegiatan-kegiatan pengendalian, yang merupakan kebijakan dan peraturan
yang menyediakan jaminan yang wajar bahwa tujuan pengendalian
pihak manajemen dicapai. Secara umum, prosedur-prosedur
pengendalian termasuk dalam satu dari lima kategori berikut:
1. Otorisasi Transaksi
Para pegawai melaksanakan tugas dan membuat keputusan
yang mempengaruhi asset perusahaan. Oleh karena pihak
manajemen kekurangan waktu dan sumber daya untuk melakukan
supervise setiap aktivitas dan keputusan, mereka membuat
kebijakan untuk diikuti oleh para pegawai, dan kemudian
memberdayakan mereka untuk melaksanakannya. Pemberdayaan
ini, yang disebut sebagai otorisasi (authorization) adalah bagian
penting dari pengendalian dan prosedur organisasi.
2. Pemisahan Pekerjaan
Pengendalian internal yang baik mensyaratkan bahwa tidak
ada pegawai yang diberi tanggung jawab terlalu banyak. Seorang
pegawai seharusnya tidak berada dalam posisi untuk melakukan
penipuan dan menyembunyikan penipuan atau kesalahan yang
tidak disengaja.
3. Supervisi
Metode utama untuk mengawasi kinerja mencakup supervisi
yang efektif, pelaporan pertanggungjawaban dan audit internal.
Melatih dan mendampingi pegawai, mengawasi kinerja mereka,
mengoreksi kesalahan, dan melindungi asset dengan cara
4. Dokumentasi dan Catatan Akuntansi yang Memadai
Menurut Drs. Krismiaji, M.Sc., Akt. (2010:227) perancangan
dan penggunaan dokumen dan catatan yang tepat akan menjamin
akurasi dan kelengkapan pencatatan seluruh data relevan tentang
transaksi. Untuk itu, bentuk da nisi dokumen harus dirancang
sesederhana mungkin agar pencatatan dapat dilakukan secara
efisien, kesalahan pencatatan dapat diminimumkan, dan
memudahkan pengkajian dan verifikasi. Dokumen yang mengawali
sebuah transaksi harus berisi ruang untuk mencantumkan otorisasi.
Dokumen yang digunakan untuk mentransfer aktiva dari satu unit
ke unit lain harus memiliki ruang yang cukup untuk tanda tangan
pihak yang menerima aktiva. Untuk menghindari penggunaan
dokumen secara tidak sah, sebaiknya setiap dokumen dilengkapi
dengan nomor urut yang telah tercetak, sehingga nomor tersebut
dapat digunakan untuk melakukan pengecekan jumlah dokumen.
5. Pengendalian Akses
Akses Langsung, perusahaan harus mengendalikan akses ke
aktiva fisik seperti kas dan persediaan. Pengendalian akses
langsung meliputi kunci, alarm, dan akses terbatas ke berbagai area
yang berisi persediaan dan kas.
Akses Tidak Langsung. Perusahaan harus membatasi akses ke
berbagai dokumen yang mengendalikan aktiva fisiknya.
Contohnya, seseorang yang memiliki akses ke permintan
pembelian, pesanan pembelian, dan laporan penerimaan memiliki
bahan yang dibutuhkan untuk membuat transaksi pembelian tipuan.
Dengan berbagai dokumen pendukung yang tepat, transaksi tipuan
dapat dibuat tampak sah bagi sistem dan dapat dibayar.
6. Verifikasi Independen
Menurut Drs. Krismiaji, M.Sc., Akt. (2010:227) pemeriksaan
Pemeriksaan ini harus independent, karena pemeriksaan umumnya
akan lebih efektif apabila dilaksanakan oleh orang lain yang tidak
bertanggung jawab atas jalannya operasi yang diperiksa
Setelah seseorang memproses sebuah transaksi, orang kedua
kadang kala meninjau pekerjaan orang pertama. Orang kedua
memeriksa keberdaaan tanda tangan otorisasi yang memadai,
meninjau dokumen pendukung,dan memeriksa keakuratan bagian
data yang penting, seperti harga, jumlah, dan pemberian kredit.
Verifikasi menurut Islahuzzaman (2012:489) adalah
pemeriksaan mengenai kebenaran perhitungan seperti memeriksa