Lampiran 2. Blanko Pelaporan Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
a. Bagian Depan
Lampiran 3 . Format Lembar Pelayanan Informasi Obat
LEMBAR PELAYANAN INFORMASI OBAT
1. Identitas Penanya
Nama : Status :
No Telp : 2. Data Pasien :
3. Pertanyaan :
Uraian permohonan
... ...
Jenis Permohonan
o Identifikasi Obat
o Antiseptik
o Stabilitas
o Kontra Indikasi
o Ketersediaan
o Harga Obat
o ESO
o Dosis
o Interaksi Obat
o Farmakokinetik/Farmakodinamik
o Keracunan
o Penggunaan Terapeutik
o Cara Pemakaian
o Lain – Lain
4. Jawaban : ...
...
5. Referensi : ...
6. Penyampaian Jawaban Segera dalam waktu 24 jam, > 24 jam
Apoteker yang menjawab : ... Tgl : ... Waktu : ... Metode jawaban : Lisan / Tertulis / Pertelp.
NO :……… .Tgl : ………… Waktu : ………….Metode lisan/pertelp/tertulis
Lampiran 4. Format Konseling
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI
DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
STUDI KASUS
CHF (Congestive Heart Failure) fc III ec CAD (Coronary Artery
Diseases) recert STEMI antero ekstensif
Disusun Oleh:
Ashima Yuri Simatupang, S.Farm
NIM 123202163
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
RINGKASAN
Telah dilakukan studi kasus pada Praktik Kerja Profesi (PKP) Farmasi Rumah Sakit di instalasi Rawat Inap Cardiovaskuler (RIC) Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Pengamatan dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2013 s/d 16 Oktober 2013. Tujuan dilaksanakannya studi kasus ini adalah untuk memantau penggunaan obat pada pasien M yang dirawat di ruang Rawat Inap Cardiovaskuler (RIC) RSUP H. Adam Malik Medan.
Studi kasus yang diambil yaitu pada pasien ”CHF (Congestive Heart
Failure) fc III ec CAD (Coronary Artery Diseases) recert STEMI antero ekstensif”. Kegiatan studi kasus meliputi visite (kunjungan) terhadap pasien,
memberikan pemahaman dan dorongan kepada pasien untuk tetap mematuhi terapi yang telah ditetapkan oleh dokter, memberikan informasi obat kepada pasien dan keluarga pasien, melihat rasionalitas penggunaan obat terhadap pasien, dan memberikan pertimbangan kepada tenaga kesehatan lain dalam meningkatkan rasionalitas penggunaan obat.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
RINGKASAN ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... viiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Tujuan ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.7 Gagal Jantung Kongestif ... 4
2.7.1 Definisi ... 4
2.7.2 Gambaran Umum Penyakit ... 5
2.7.3 Etiologi ... 5
2.7.4 Tanda-tanda klinis ... 6
2.7.5 Diagnosa ... 6
2.7.6 Pemeriksaan Penunjang ... 8
2.7.7 Terapi... 8
2.8Coronary Artery Diseases (Penyakit Jantung Koroner) ... 9
2.8.2 Etiologi CAD ... 10
2.8.3 Tanda dan Gejala Penyakit Arteri Koroner ... 10
2.8.4 Pengobatan CAD ... 11
BAB III PENATALAKSANAAN UMUM ... 12
3.7Identitas Pasien ... 12
3.8Ringkasan Pada Waktu Pasien Masuk RSUP. H. Adam Malik ... 12
3.9Hasil Pemeriksaan ... 13
3.3.1 Pemeriksaan Fisik ... 13
3.3.2 Pemeriksaan Penujang ... 14
3.4 Terapi ... 18
BAB IV PEMBAHASAN ... 20
4.1 Pengkajian Penggunaan Obat secara Rasional pada Tanggal 10 Oktober 2013 ... 21
4.1.1 Pengkajian Tepat Pasien ... 21
4.1.2 Pengkajian Tepat Indikasi ... 22
4.1.3 Pengkajian Tepat Obat ... 24
4.1.4 Pengkajian Tepat Dosis ... 24
4.1.5 Waspada Efek Samping dan Interaksi Obat ... 24
4.1.6 Rekomendasi Untuk Dokter ... 25
4.1.7 Rekomendasi Untuk Perawat ... 26
4.1.8 Pelayanan Konseling, Informasi dan Edukasi Pasien ... 26
4.2.1 Pengkajian Tepat Pasien ... 28
4.2.2 Pengkajian Tepat Indikasi ... 28
4.2.3 Pengkajian Tepat Obat ... 30
4.2.4 Pengkajian Tepat Dosis ... 32
4.2.5 Waspada Efek Samping dan Interaksi Obat ... 35
4.2.6 Rekomendasi Untuk Dokter ... 36
4.2.7 Rekomendasi Untuk Perawat ... 37
4.2.8 Pelayanan Konseling, Informasi dan Edukasi Pasien ... 39
4.3 Pengkajian Penggunaan Obat secara Rasional pada Tanggal 12 Oktober 2013 ... 40
4.3.1 Pengkajian Tepat Pasien ... 40
4.3.2 Pengkajian Tepat Indikasi ... 41
4.3.3 Pengkajian Tepat Obat ... 43
4.3.4 Pengkajian Tepat Dosis ... 45
4.3.5 Waspada Efek Samping dan Interaksi Obat ... 47
4.3.6 Rekomendasi Untuk Dokter ... 49
4.3.7 Rekomendasi Untuk Perawat ... 50
4.3.8 Pelayanan Konseling, Informasi dan Edukasi Pasien ... 51
4.4 Pengkajian Penggunaan Obat secara Rasional pada Tanggal 13 Oktober 2013 ... 52
4.4.1 Pengkajian Tepat Pasien ... 53
4.4.2 Pengkajian Tepat Indikasi ... 53
4.4.3 Pengkajian Tepat Obat ... 56
4.4.5 Waspada Efek Samping dan Interaksi Obat ... 62
4.4.6 Rekomendasi Untuk Dokter ... 63
4.4.7 Rekomendasi Untuk Perawat ... 65
4.4.8 Pelayanan Konseling, Informasi dan Edukasi Pasien ... 66
4.5 Pengkajian Penggunaan Obat secara Rasional pada Tanggal 14 Oktober 2013 ... 67
4.5.1 Pengkajian Tepat Pasien ... 68
4.5.2 Pengkajian Tepat Indikasi ... 68
4.5.3 Pengkajian Tepat Obat ... 71
4.5.4 Pengkajian Tepat Dosis ... 73
4.5.5 Waspada Efek Samping dan Interaksi Obat ... 76
4.5.6 Rekomendasi Untuk Dokter ... 78
4.5.7 Rekomendasi Untuk Perawat ... 80
4.5.8 Pelayanan Konseling, Informasi dan Edukasi Pasien ... 81
4.6 Pengkajian Penggunaan Obat secara Rasional pada Tanggal 15 Oktober 2013 ... 82
4.6.1 Pengkajian Tepat Pasien ... 83
4.6.2 Pengkajian Tepat Indikasi ... 83
4.6.3 Pengkajian Tepat Obat ... 86
4.6.4 Pengkajian Tepat Dosis ... 88
4.6.5 Waspada Efek Samping dan Interaksi Obat ... 91
4.6.6 Rekomendasi Untuk Dokter ... 92
4.6.7 Rekomendasi Untuk Perawat ... 94
4.7 Pengkajian Penggunaan Obat secara Rasional pada
Tanggal 16 Oktober 2013 ... 96
4.7.1 Pengkajian Tepat Pasien ... 97
4.7.2 Pengkajian Tepat Indikasi ... 97
4.7.3 Pengkajian Tepat Obat ... 100
4.7.4 Pengkajian Tepat Dosis ... 102
4.7.5 Waspada Efek Samping dan Interaksi Obat ... 105
4.7.6 Rekomendasi Untuk Dokter ... 107
4.7.7 Rekomendasi Untuk Perawat ... 108
4.7.8 Pelayanan Konseling, Informasi dan Edukasi Pasien ... 109
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 110
DAFTAR PUSTAKA ... 112
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Pemeriksaan Fisik ... 15
Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik ... 16
Tabel 3.3 Hasil Pemeriksaan Foto Thoraks... 15
Tabel 3.4 Hasil Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) ... 15
Tabel 3.5 Hasil Pemeriksaan Ekokardiografi ... 15
Tabel 4.1 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 10 Oktober 2013 21 Tabel 4.2 Tepat dosis pada tanggal 10 Oktober 2013 ... 24
Tabel 4.3 Efek Samping dan Interaksi Obat pada tanggal 10 Oktober 2013 25 Tabel 4.4 Rekomendasi untuk perawat pada tanggal 10 Oktober 2013 ... 26
Tabel 4.5 Konseling, Informasi, dan Edukasi Pasien pada tanggal 10 Oktober 2013 ... 27
Tabel 4.6 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 11 Oktober 2013 27 Tabel 4.7 Tepat dosis pada tanggal 11 Oktober 2013 ... 32
Tabel 4.8 Efek Samping dan Interaksi Obat pada tanggal 11 Oktober 2013 35 Tabel 4.9 Rekomendasi untuk perawat pada tanggal 11 Oktober 2013 ... 38
Tabel 4.10 Konseling, Informasi, dan Edukasi Pasien pada tanggal 11 Oktober 2013 ... 39
Tabel 4.11 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 12 Oktober 2013 40 Tabel 4.12 Tepat dosis pada tanggal 12 Oktober 2013 ... 45
Tabel 4.15 Konseling, Informasi, dan Edukasi Pasien pada tanggal
12 Oktober 2013 ... 52
Tabel 4.16 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 13 Oktober 2013 53
Tabel 4.17 Tepat dosis pada tanggal 13 Oktober 2013 ... 59
Tabel 4.18 Efek Samping dan Interaksi Obat pada tanggal 13 Oktober 2013 62
Tabel 4.19 Rekomendasi untuk perawat pada tanggal 13 Oktober 2013 ... 65
Tabel 4.20 Konseling, Informasi, dan Edukasi Pasien pada tanggal
13 Oktober 2013 ... 66
Tabel 4.21 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 14 Oktober 2013 68
Tabel 4.22 Tepat dosis pada tanggal 14 Oktober 2013 ... 73
Tabel 4.23 Efek Samping dan Interaksi Obat pada tanggal 14 Oktober 2013 77
Tabel 4.24 Rekomendasi untuk perawat pada tanggal 14 Oktober 2013 ... 80
Tabel 4.25 Konseling, Informasi, dan Edukasi Pasien pada tanggal
14 Oktober 2013 ... 81
Tabel 4.26 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 15 Oktober 2013 82
Tabel 4.27 Tepat dosis pada tanggal 15 Oktober 2013 ... 88
Tabel 4.28 Efek Samping dan Interaksi Obat pada tanggal 15 Oktober 2013 91
Tabel 4.29 Rekomendasi untuk perawat pada tanggal 15 Oktober 2013 ... 94
Tabel 4.30 Konseling, Informasi, dan Edukasi Pasien pada tanggal
15 Oktober 2013 ... 96
Tabel 4.31 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 16 Oktober 2013 97
Tabel 4.32 Tepat dosis pada tanggal 16 Oktober 2013 ... 102
Tabel 4.33 Efek Samping dan Interaksi Obat pada tanggal 16 Oktober 2013 106
Tabel 4.35 Konseling, Informasi, dan Edukasi Pasien pada tanggal
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan
upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Konsep
kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas
kesehatan di Indonesia termasuk rumah sakit. Rumah sakit yang merupakan salah
satu dari sarana kesehatan, merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi
utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan
pemulihan bagi pasien (Depkes RI, 2004).
Salah satu misi dari praktek farmasi di rumah sakit adalah melakukan
pelayanan farmasi klinis di rumah sakit yaitu dengan melakukan pemantauan
penggunaan obat. Pemantauan penggunaan obat ini berguna untuk memastikan
bahwa penggunaan obat tersebut tepat karena tanggung jawab apoteker dalam
pelayanan kefarmasian adalah pelayanan secara langsung kepada pasien berkaitan
dengan obat, untuk meningkatkan kepatuhan penggunaan obat dan menghindari
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah
sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan farmasi
rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat (Depkes RI, 2004).
Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi,
mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama drug oriented
(berorientasi produk) dengan filosofi pharmaceutical care (pelayanan
kefarmasian). Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu
dengan tujuan mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan
masalah yang berhubungan dengan kesehatan (Depkes RI, 2004).
Kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit antara lain adalah visite
pasien dan pengkajian penggunaan obat. Visite pasien merupakan kegiatan
kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan secara mandiri oleh apoteker
maupun bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuannya adalah
untuk pemilihan obat, menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi
terapetik, menilai kemajuan pasien dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan
lain. Pengkajian penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat
yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang
digunakan sesuai indikasi, efektif, aman, dan terjangkau oleh pasien (Depkes RI,
Dalam rangka menerapkan pelayanan kefarmasian di rumah sakit, maka
mahasiswa apoteker perlu diberi perbekalan dan pengalaman dalam bentuk
Praktek Kerja Profesi (PKP) di rumah sakit. PKP di rumah sakit merupakan salah
satu praktek pelayanan kefarmasian yang bertujuan untuk mengidentifikasi,
mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan
dengan kesehatan pasien. Adapun pelayanan kefarmasian yang difokuskan untuk
dilaksanakan adalah visite pasien dan pengkajian penggunaan obat. Studi kasus
yang diambil adalah kasus CHF (Congestive Heart Failure) fc III ec CAD
(Coronary Artery Diseases) recert STEMI antero ekstensif .
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan studi kasus ini adalah:
a. memberikan pemahaman kepada pasien untuk mematuhi terapi yang telah
ditetapkan dokter
b. melihat rasionalitas penggunaan obat yang diberikan pada pasien
c. memberikan masukan dan pertimbangan kepada tenaga kesehatan lain di
rumah sakit dalam rangka peningkatan rasionalitas penggunaan obat kepada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gagal Jantung Kongestif 2.1.1 Defenisi
Gagal jantung terjadi ketika jantung tidak mampu memompa darah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan oleh
tubuh. Gagal jantung dapat juga merupakan hasil dari disfungsi sistolik dan
diastolik. Pada disfungsi sistolik, kerja memompa (kontraktilitas) dan ejection
fraction (EF) dari kerja jantung mengalami penurunan. Sedangkan pada disfungsi
diastolik, proses mengerasnya dan kehilangan kemampuan relaksasi otot jantung
memiliki peranan yang penting dalam menurunkan keluaran jantung (cardiac
output) (Katzung, 2007).
Gagal jantung kongestif merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi
miokardium. Tempat kongesti bergantung pada ventrikel yang terlibat. Infark
miokardium mengganggu fungsi miokardium karena menyebabkan turunnya
kekuatan kontraksi, menimbulkan abnormalitas gerakan dinding, dan mengubah
daya kembang ruang jantung. Dengan berkurangnya kemampuan ventrikel kiri
untuk mengosongkan diri, maka besar volume sekuncup berkurang sehingga
volume sisa ventrikel meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan
jantung sebelah kiri (Price and Wilson, 2005).
Penurunan volume sekuncup akan menimbulkan respon simpatis
kompensatoris. Kecepatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi meningkat
untuk mempertahankan curah jantung. Pengurangan aliran darah ginjal dan laju
aldosteron, dengan terjadinya retensi natrium dan air oleh ginjal. Hal ini akan
meningkatkan aliran balik vena (Soufer, 2005).
2.1.2 Gambaran Umum Penyakit
Secara singkat, gagal jantung merupakan gangguan kemampuan jantung
untuk memompakan darah dari vena menuju arteri. Gagal jantung juga dapat
dikatakan sebagai gangguan proses biokimia dan biofisika jantung yang
mengakibatkan rusaknya kontraktibilitas dan relaksasi miokard. Hal ini
mengakibatkan percepatan kematian sel otot jantung sehingga menmyebabkan
kematian dini.
Klasifikasi gagal jantung menurut NYHA :
Kelas I : Asimtomatik
Aktifitas sehari-hari tidak terganggu, sesak timbul jika melakukan kegiatan fisik
yang berat.
Kelas II : Ringan
Aktifitas sehari-hari terganggu sedikit.
Kelas III : Sedang
Aktifitas sehari-hari sangat terganggu dan merasa nyaman pada waktu istirahat.
Kelas IV : Berat
2.1.3 Etiologi
Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui
perkenaan sirkulasi yang mendadak dapat berupa: aritmia, infeksi system dan
infeksi paru-paru dan emboli paru-paru.
Faktor-faktor etiologi peneyebab gagal jantung :
a. hipertensi
b. penyakit katup jantung
c. aritmia
d. alkohol
e. obat-obatan
f. kondisi curah jantung yang tinggi
g. gagal jantung kanan
2.1.4 Tanda-Tanda Klinis
Gejala umum penyakit jantung adalah : dispnea, sakit dada, jantung
berdebar, ucapan singkat dan kelelahan. Tetapi ini tidak spesifik, tergantung
gambaran klinis uji diagnostic. (Tierney, 2007)
Gejala –gejala lain adalah :
a. ortopenia
b. tidak mentolerir gerakan tubuh
c. tachypnea
d. batuk
e. nocturia
f. hemoptisis
h. anoreksia atau hilangnya selera makan (Sukandar et al., 2008).
2.1.5 Diagnosa
Untuk menegakkan diagnosa pada pasien yang mengalami CHF, dapat
dilakukan melalui pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan fisik merupakan prosedur pemeriksaan untuk memperoleh data
mengenai tubuh dan keadaan fisis pasien dalam membantu menegakkan diagnosa
yang menentukan kondisinya.
Pemeriksaan fisik meliputi :
a. Pemeriksaan Pernafasan
Normopnea ialah pernafasan normal tanpa ada rasa hambatan subjektif.
Pada penderita CHF biasanya terjadi dispnea yaitu keadaan gangguan pernafasan
yang dirasakan berat disertai tanda-tanda objektif, antara lain pernafasan cuping
hidung, ikut aktifnya otot pernafasan pmbantu, frekwensi pernafasan meningkat.
Frekwensi pernafasan adalah jumlah tarikan nafas seseorang dalam satu menit.
Bradipnea adalah frekwensi tarikan nafas <16 siklus/menit, takipnea adalah
frekwensi tarikan nafas > 24 siklus/menit, dan normopnea adalah frekwensi
tarikan nafas 16-24 siklus/menit.
b. Pemeriksaan Nadi
Denyut nadi adalah gelombang denyutan akibat adnay gelombang pulsa
tekanan yang diteruskan ke perifer dan selanjutnya disebut gelombang nadi.
Frekwensi denyut nadi normal adalah 60 sampai 100 kali/menit. Frekwensi
denyut nadi yang lebih rendah dari 60 kali/menit disebut bradikardia, sedangkan
c. Pemeriksaan Tekanan Darah
Idealnya pengukuran tekanan darah dilakukan pada saat keadaan penderita
tenang betul, tetapi pada penderita gawat, tekanan darah harus diukur pertama kali
sebagai bagian dari pemeriksaan vital.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrokardiografi (EKG)
EKG dapat melihat kemungkinan adanya penyakit jantung yang mendasari
seperti islemia, hipertrofi ventrikel kiri dan kanan, gangguan irama jantung,
dan factor pencetus seperti infark miokad dan emboli paru (Renardi dan
Sutomo, 1992)
b. Ekokardiografi
Ekokardiografi harus dilakukan pada semua pasien dengan dugaan gagal
jantung. Pada Ekokardiografi dapat dilihat keabnormalan yang mungkin
terjadi pada katup mitral, katup aorta, dimensi ruang jantung, fungsi sistolik
dan diastolik
c. Foto Thoraks
Gambar yang diamati dari fotro thoraks adalah berhubungan dengan
peningkatan tekanan vena pulmonalis (Edward, 1995)
d. Hematologi
Penurunan pengangkutan oksigen jaringan bertanggung jawab untuk
besar, maka biasanya Hb akan normal atau sedikit meningkat
e. Fungsi Ginjal
Azotemia prarenal dengan peningkatan tidak sebanding dalam urea/nitrogen
darah relative terhadap kreatinin serum.
2.1.7 Terapi
Menurut buku Standard Pelayanan Medis, pada penderita CHF terapi yang
dapat diberikan adalah :
a. Terapi Non Farmakologis, meliputi :
1. istirahat atau tirah baring setengah duduk
2. makan porsi kecil
3. pembatasan cairan
b. Terapi Farmakologi meliputi :
1. pemberian oksigen nasal
2. digitalis
3. diuretik
4. vasodilator
2.2.1 Coronary Artery Diseases (Penyakit Jantung Koroner)
Penyakit Jantung Koroner adalah penyempitan/penyumbatan
(arteriosclerosis) pembuluh arteri koroner yang disebabkan oleh penumpukan dari
zat-zat lemak (kolesterol, trigliserida) yang makin lama makin banyak dan
menumpuk di bawah lapisan terdalam (endotelium) dari dinding pembuluh nadi.
menghentikan aliran darah mensupply oksigen ke otot2 jantung, sehingga
mengganggu kerja jantung sebagai pemompa darah. Dan bila sampai otot-otot
jantung kekurangan supply darah maka jantung akan menjadi lemah dan tidak
dapat menyediakan darah ke seluruh bagian tubuh.
Penyumbatan arteri ini bisa di bagi 2 bagian, yaitu :
1. Tersumbat TOTAL
Si penderita bisa jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri, dan sering sekali terjadi
sipenderita akan langsung meninggal dunia.
2. Tersumbat SEBAGIAN
Pada tahap awal, mungkin si penderita masih dapat bernafas dengan normal dan
darah yang mengalir ke otot jantung masih cukup. Namun, ketika dia melakukan
aktivitas yang melelahkan seperti berolahraga atau memarahi orang lain, arteri
koroner yang menyempit tidak dapat mensuplai darah yang cukup ke otot-otot
jantung. Dan bila otak tidak dapat supply darah, biasanya si penderita akan
terkena stroke (Anonimg, 2010).
2.2.2 Etiologi CAD
CAD disebabkan oleh arterosklerosis, penebalan dan pengerasan dinding
dalam arteri. Beberapa pengerasan pembuluh darah biasanya terjadi karena faktor
usia. Pada ateroklerosis, timbunan plak menumpuk diarteri. Plak terdiri dari lemak
kalsium, kolesterol, dan zat lain dari darah. Pembentukan plak dalam arteri sering
dimulai pada masa kanak-kanak. Seiring waktu, pembentukkan plak diarteri
a. mempersempit arteri sehingga darah kurang dapat mengalir ke otot
jantung.
b. memblokir seluruh arteri dan aliran darah.
c. menyebabkan pembekuan darah yang dapat memblokir arteri.
2.2.3 Tanda dan Gejala Penyakit Arteri Koroner
Gejala umum dari CAD adalah:
a. nyeri dada atau ketidaknyamanan dada (angina), atau nyeri pada satu
atau kedua lengan, bahu kiri, leher, rahang atau punggung.
b. sesak nafas
Tingkat keparahan gejala sangat bervariasi. Pada beberapa orang, tanda pertama
dari CAD adalah serangan jantung. Serangan jantung terjadi ketika plak dalam
koroner arteri stabil terpisah, menyebabkan bekuan darah yang memblokir arteri.
(Anonima, 2011)
2.2.4 Pengobatan CAD
Tujuan dari pengobatan CAD adalah untuk:
a. Meringankan gejala
b. Memperlambat atau menghentikan aterosklerosis dengan
c. Menurunkan risiko penggumpalan darah yang dapat menyebabkan
serangan jantung
d. Memperluas arteri yang tersumbat atau bypass
Obat-obatan yang umum digunakan untuk mengobati CAD adalah:
a. Obat penurun kolesterol
b. Antikoagulan
c. ACE inhibitor
d. Beta-blocker
BAB III
PENATALAKSANAAN UMUM
3.1 Identitas Pasien
Nama : M
No. RM : 00.57.76.02
Umur : 39
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat/Tanggal Lahir : Bireuen, 9 September 1974
Agama : Islam
Suku : Aceh
Alamat : Bireuen
Berat Badan : 60 kg
Ruangan : Rawat Inap Cardiovascular
Status : Askes
Tanggal Masuk : 10 Oktober 2013
Tanggal Keluar : 16 Oktober 2013
3.2 Ringkasan Pada Waktu Pasien Masuk RSUP. H. Adam Malik
Pasien masuk ke RSUP. H. Adam Malik melalui instalasi gawat darurat
(IGD), pada tanggal 10 Oktober 2013 pukul 20.30 WIB. Pasien mengalami sesak
nafas dan nyeri dada seperti di timpa beban, pasien mengalaminya sudah hampir
± 1 minggu ini dengan durasi ± 20 menit, menembus ke punggung pada saat
sedang istirahat. Nyeri dada terjadi bila beraktifitas ringan dan nyeri dada seperti
dengan CHF fc III ec CAD recert STEMI antero ekstensif. Keluarga pasien
mengisi biodata di bagian informasi dan melengkapi berkas administrasi, dan
untuk pemeriksaan selanjutnya pasien menjalani rawat inap di rawat inap
cardiovasculer (RIC).
Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu :
Sensorium : Compos mentis
Tekanan darah (TD) : 130/80
Heart Rate (HR) : 100 kali/menit
Respiratory Rate (RR) : 22 kali/menit
Temperatur (T) : 36,90C
3.3 Pemeriksaan
Selama dirawat di RSUP. H. Adam Malik, pasien telah menjalani
beberapa pemeriksaan, seperti pemeriksaan fisik dan beberapa pemeriksaan
laboratorium Patologi Klinik. Selain itu pasien juga menjalani pemeriksaan
Radiologi seperti Foto Thoraks, juga pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) dan
pemeriksaan Ekocardiografi.
3.3.1 Pemeriksaan Fisik
Selama dirawat di RSUP. H. Adam Malik, pasien telah menjalani
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik ini dilakukan untuk megetahui keadaan
pasien apakah mengalami perkembangan atau kemunduran setelah pemberian
Tabel 3.1.Pemeriksaan Fisik Yang Dijalani Pasien Selama Dirawat di RSUP. H.
Adam Malik Medan
Tanggal
10-10-2013 Sesak nafas
berkurang
36,90C 20 130/80 80
11-10-2013 Sesak nafas
berkurang
370C 20 110/80 84
12-10-2013 Sesak nafas
berkurang, batuk
36,80C 20 100/80 80
13-10-2013 Sesak nafas
berkurang, nyeri dada minimal, batuk
36,90 20 110/80 84
14-10-2013 Sesak nafas
berkurang, batuk berkurang
36,60 20 90/60 64
15-10-2013 Sesak nafas
berkurang
370C 20 130/80 72
16-10-2013 Badan lemah
berkurang, nyeri dada tidak ada
3.3.2 Pemeriksaan Penunjang
Selama dirawat di RSUP. H. Adam Malik, pasien telah menjalani
beberapa pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan
foto thoraks, pemeriksaan EKG dan Ekokardiografi yang dapat di lihat pada tabel
3.2, 3.3, 3.4, 3.5 di bawah ini :
Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik
No Jenis pemeriksaan
Satuan
Unit Bulan Oktober Nilai Normal
10 12 16
1 Hematologi
Darah Lengkap
Hemoglobin g % 14.40 - 14.70 13.2-17.3
Eritrosit 106//mm3 4.83 - 4.96 4.20-4.87
Leukosit 103/mm3 16.19 - 9.29 4.5-11.0
Hematokrit % 40.60 - 42.70 45-49
Trombosit 103/mm3 322 - 332 150-450
MCV Fl 84.10 - 86.10 85-95
MCH Pg 29.80 - 29.60 28-32
MCHC G% 35.50 - 34.40 33-35
RDW % 15.80 - 16.90 11.6-14.8
MPV fL 11.50 - 11.00 7.0-10.0
PCT % 0.37 - 0.36 -
PDW fL 13.8 - 13.1 -
Hitung Jenis:
- Neutrofil % 63.00 - 53.30 37-80
- Limfosit % 24.70 - 32.60 20-40
- Monosit % 10.20 - 9.50 2-8
- Eosinofil % 1.30 - 4.20 1-6
- Basofil % 0.800 - 0.400 0-1
- Neutrofil
Absolut
103/µ L
10.20 - 4.95
2.7-6.5
- Limfosit
Absolut
103/µ L
4.00 - 3.03
1.5-3.7
- Monosit Absolut 103/µ L 1.65 - 0.68 0.2-0.4
- Eusinofil
Absolut
103/µ L
0.21 - 0.39
0-0.10
- Basofil Absolut 103/µ L 0.13 - 0.04 0-0.10
2 Faal Hemostasis
PT + INR
- Kontrol Detik 13.50 - 13.50
- Pasien Detik 17.6 - 14.6
INR 1.34 - 1.09
APTT
- Kontrol Detik 34.3 - -
- Pasien Detik 30.7 - -
Waktu Trombin
- Kontrol Detik 16.2 - -
Tabel 3.2 (lanjutan)
3 Kimia Klinik
Hati
- Albumin g/dL - - - 3.5-5.0
Ginjal
- Ureum mg/dl - - 36.90 <50
- Kreatinin mg/dl - - 1.13 0.70-1.20
- Asam Urat mg/dl - - - <7.0
Elektrolit
Elektrolit Serum
- Na mEq/L - - 137 135-155
- K mEq/L - - 4.6 3.6-5.5
- Cl mEq/L - - 101 96-106
Metabolisme karbohidrat
Glukosa Sewaktu
- Glukosa Darah
(sewaktu) Mg/dL - 124 92.30 ˂200
- Glukosa darah
puasa Mg/dL - 109 - 70-120
Lemak
- Kolesterol total Mg/dL - 189 - <200
- Trigliserida Mg/dL - 157 - 40-200
- Kolesterol HDL Mg/dL - 20 - >65
4 Analisa Gas Darah
pH 7.450 - - 7.35-7.45
pCO2 mmHg 29.0 - - 38-42
pO2 mmHg 132.0 - - 85-100
Bikarbonat (HCO3) mmol/L 22.8 - - 22-26
Total CO2 mmol/L 21.1 - - 19-25
Kelebihan Basa (BE) mmol/L -2.8 - - (-2)-(+2)
Saturasi % 99.0 - - 95-100
5 Urinalisis
Urine lengkap
- Warna - Kuning - Kuning
- Glukosa - Negatif - Negatif
- Bilirubin - Negatif - Negatif
- Keton - Negatif - Negatif
- Berat Jenis - 1.015 - 1.005-1.030
- pH - 5.0 - 5-8
- Protein - Negatif - >65
-Urobilinogen - Negatif -
-Nitrit - Negatif - Negatif
-Darah - Positif - Negatif
Sedimen Urine:
-Eritrosit LPB - 1-2 - <3
-Leukosit LPB - 1-3 - <6
-Epitel LPB - 0-1 -
-Kristal LPB - Negatif -
Tabel 3.3. Hasil Pemeriksaan Foto Thoraks
Tanggal Pengamatan Kesimpulan
11-10-2013 Pinggang jantung mendatar,
kongesti (+), infiltrat (+), kardiomegali (+), infiltrat (+)
Gagal jantung kongestif
Tabel 3.4. Hasil Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Tanggal Pemeriksaan Kesimpulan
10-10-2013 EKG Pasien mengalami RAD (Right Axis
Deviation) atau deviasi aksis sebelah kanan dapat dilihat dari gelombang ST di V1 dan V6
Tabel 3.5. Hasil Pemeriksaan Ekokardiografi
Tanggal Pemeriksaan Kesimpulan
10-10-2013 ekokardiografi Fungsi sistolik LV menurun ( (EF 39%),
3.4 Terapi
Selama dirawat di RSUP. H. Adam Malik, pasien menerima obat-obatan
yang sesusi dengan daftar obat yang tercantum dalam Daftar Jaminan Kesehatan
Masyarakat. Adapun obat-obat yang diberikan pada pasien dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 3.6. Daftar Obat-obatan yang Diterima Pasien Selama Dirawat di RSUP. H.
Adam Malik Medan
Tanggal Jenis Obat Sediaan Dosis Rute
Bentuk Kekuatan
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien masuk ke RSUP. H. Adam Malik melalui instalasi gawat darurat
(IGD), pada tanggal 10 Oktober 2013 pukul 20.30 WIB. Pasien mengalami sesak
nafas dan nyeri dada seperti di timpa beban, pasien mengalaminya sudah hampir
± 1 minggu ini dengan durasi ± 20 menit, saat pada sedang istirahat menembus ke
punggung. Nyeri dada terjadi bila beraktifitas ringan dan nyeri dada seperti ini
baru petama kali di rasakan. Dokter memeriksa dan mendiagnosa pasien dengan
CHF (Congestive Heart Failure) fc III ec CAD (Coronary Artery Diseases) recert
STEMI antero ekstensif dan untuk pemeriksaan selanjutnya pasien menjalani
rawat inap di rawat inap cardiovascular (RIC). Pasien telah melakukan
pemeriksaan fisik dan beberapa pemeriksaan laboratorium dimana hasil dari
pemeriksaan tidak normal seperti leukositnya tinggi 16.19 103/mm3, RDW 15.80
G%, monosit tidak normal 10.20%, Neutrofil absolut 10.20 103/μL, limfosit absolut 4.00 103/μL, monosit absolut 1,65 103/μL, eusinofil absolut 0.21 103/μL,
basofil absolut 103/μL, dan hasil kolesterol HDL sangat rendah 20 Mg/dL. Hasil
foto thoraks di jumpai pembesaran jantung (kardiomegali), pinggang jantung
mendatar, dan adanya infitrat dan dari hasil EKG dan ekokardiografi dinyatakan
4.1 Pengkajian Penggunaan Obat secara Rasional pada Tanggal 10 Oktober 2013
Berikut ini catatan SOAP (Subjektif, Objektif, Pengkajian, Perencanaan)
sebagai berikut:
Subjek (S) = Sesak nafas berkurang
Objektif (O) = sensorium : compos mentis (CM), TD : 130/80 mmHg
HR : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, T : 36,9oC
Assessment (A) = CHF fc III ec CAD
Recert STEMI antero ekstensif
Perencanaan (P) = ditunjukkan pada Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 10 Oktober 2013
Tanggal Jenis Obat Sediaan Dosis Rute
Bentuk Kekuatan
10-10-4.1.1 Pengkajian Tepat Pasien
Barcode pasien sudah sesuai dengan nama, tangggal lahir dan nomor RM.
Berdasarkan pemeriksaan penunjang yang dilakukan seperti foto thoraks dan
EKG menunjukkan bahwa pasien menderita CHF. Kandungan leukosit dalam
darah pasien abnormal yaitu 16.19 103/mm3, di mana nilai leukosit sangat jauh
diatas normal adalah 4500-11000 /mm3. Keabnormalan nilai leukosit pasien ini
4.00 103/μL, monosit absolut 1,65 103/μL, eusinofil absolut 0.21 103/μL, basofil
absolut 103/μL, dan hasil kolesterol HDL sangat rendah 20 Mg/dL.
Pemeriksaan fisik berupa terjadinya sesak nafas dan rasa lelah saat bekerja
bahkan saat istirahat, serta nyeri di bagian dada memperkuat bahwa pasien
mengalami CHF (Rusdijas, 2007). Jadi, diagnosa dokter sudah tepat pasien.
4.1.2 Pengkajian Tepat Indikasi
Diagnosa dokter menyatakan bahwa pasien menderita CHF fc III ec CAD
recert STEMI antero ekstensif . Terapi obat yang diresepkan dokter yakni ISDN,
aspilet, plavix.
Isosorbid dinitrat digunakan untuk mengobati angina yang berhubungan
dengan gagal jantung. Isosorbid dinitrate (kombinasi dengan glikosida jantung
dan diuretik atau hydralazine) telah digunakan efektif untuk pengobatan gagal
jantung atau rendahnya curah jantung (McEvoy, 2004). Dan pasien mengalami
nyeri pada bagian dada maka penggunaan isosorbid dinitrat pada pasien sudah
tepat indikasi.
Aspilet yang mengandung aspirin, diindikasikan sebagai pencegahan
sekunder coronary artery disease dan myocardial infarction (Depkes RI, 2007).
Aspilet memiliki anti-agregasi, efek ini terjadi karena aspilet menghambat
aktivitas enzyme Cylo-OXygenase -1 dan -2 (COX -1 dn -2) pada selanjutnya
menghambat produksi tromboksan. Aspilet juga dilaporkan memiliki efek
antikoagulan dan fibrinolitik melalui efeknya menghambat fungsi trombosit. Pada
dosis yang dianjurkan (75-150mg) aspilet bermanfaat sebagai obat pencegahan
terjadinya penggumpalan darah. Obat ini menghambat reseptor P2Y12 di platelet
secara irevesibel. Pada uji klinis Clopidogrel as Aadjuntive Reperfusion Therapy
menyatakan kombinasi pemberian clopidogrel dengan aspilet memiliki luaran (out
come) sedikit lebih baik dibanding dengan pemberian aspilet saja (FKUI, 2010).
Dengan adanya plak di pembulu darah jadi pemberian aspilet dan plavix sudah
tepat indikasi.
4.1.3 Pengkajian Tepat Obat
Isosorbide dinitrat adalah derivat nitrat siklis yang bekerja long acting.
Didinding pembuluh zat ini diubah menjadi nitrogenoksida (NO), yang
mengaktivasi enzim guanilsiklase dan menyebabkan peningkatan kadar CGMP
(cycloguanilmonophosphate) disel otot polos dan menimbulkan dilatasi.
Pemberian nitrat bermanfaat memperbaiki gejala dan tanda gagal jantung,
terutama apabila pasien tersebut juga menderita penyakit jantung iskemik
(Gunawan, 2007). Pemberian isosorbid dinitrat untuk penanganan gagal jantung
sudah tepat obat karena pasien didiagnosa gagal jantung kongestif.
Aspilet dan plavix sama – sama merupakan anti-pletet. Pada dosis yang
dianjurkan (75-150mg) aspilet bermanfaat sebagai obat pencegahan sekunder bagi
pasien miokard infark. Clopidogrel 75mg/ hari sebagai pencega kejadian coroner
dan miokard infark. Pada uji klinis Clopidogrel as Aadjuntive Reperfusion
Therapy menyatakan kombinasi pemberian clopidogrel dengan aspilet memiliki
luaran (out come) sedikit lebih baik dibanding dengan pemberian aspilet saja
(FKUI, 2010). Pemberian aspilet dan plavix sudah tepat obat karena pasien
4.1.4 Pengkajian Tepat Dosis
Tabel 4.2 Tepat dosis pada tanggal 10 Oktober 2013
Tablet ISDN sublingual dengan kekuatan dosis 5 mg setiap tablet jadi
dosis setiap hari maksimal adalah 15 mg. Dosis penggunaan ISDN untuk
pemeliharaan pada penderita angina dan CAD adalah 5 – 40 mg (Depkes RI,
2007). Dosis pemberian ISDN 15 mg/hari sudah tepat dosis.
Dosis aspilet dengan prevensi 30 – 100 mg satu kali sehari, pada jantung
akut 75 – 160 mg satu kali sehari.Dosis Aspilet yang diberikan sudah tepat yaitu
80 mg satu kali sehari (Manajemen Farmasi UGM, 2006). Dosis lazim plavix
dengar kekuatan 75 mg satu kali sehari, pada pasien di berikan 75 mg per hari
(FKUI, 2010). Dosis yang diberikan tepat dosis.
4.1.5 Waspada Efek Samping dan Interaksi Obat
Setiap obat memiliki efek samping tertentu, dan juga memiliki interaksi
antara obat yang satu dengan obat yang lain. Untuk mewaspadai terjadinya efek
samping dan interaksi obat pada pasien perlu diperhatikan Efek samping dan
interaksi setiap obat yang digunakan. Efek samping dan interaksi obat dapat
dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Efek Samping dan Interaksi Obat pada tanggal 10 Oktober 2013
4.1.6 Rekomendasi Untuk Dokter
Kesimpulan
Rekomendasi untuk dokter mengenai terapi pasien yang dipantau meliputi
pengkajian dan perencanaan.
Diagnosis = CHF fc lll ec CAD recert STEMI antero ekstensif
Nama Obat/RM Efek Samping Interaksi obat
Interaksi obat – makanan
:
- aspilet dengan susu bisa menurunkan efek
merugikan pada saluran pencernaan.
ISDN Nyeri kepala, hipotensi
ortostatik, refleks takikardia.
Plavix Sakit kepala, pusing,
parestesia, gangguan GI, gangguann hematologik, ruam kulit, pruritus (MIMS, 2007)
Aspilet Rangsangan pada mukosa
Subjek (S) = Sesak nafas berkurang
Objektif (O) = sensorium : compos mentis (CM), TD : 130/80 mmHg,
HR : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, T : 36,9oC
Assessment:
Masalah 1. Pada pemeriksaan laboratorium, leukosit pada pasien tidak normal
16.19 103mm3 ini menunjukkan pasien mengalami infeksi.
Planning;
1. Perlu diberikan antibiotik secara empiris,tetapi harus diikuti dengan uji kultur untuk pemilihan antibiotik yang tepat.
4.1.7 Rekomendasi Untuk Perawat
Untuk menjaga kestabilan obat-obat yang digunakan dan menjaga
kebersihan lingkungan rumah sakit, maka diperlukan rekomendasi untuk perawat
yaitu penyimpanan obat-obat sesuai dengan temperatur, botol-botol infus , vial,
dan ampul yang kosong dikumpulkan pada wadah yang disediakan rumah sakit
dan selanjutnya dimusnahkan oleh pihak terkait. Rekomendasi untuk perawat
dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini:
Table 4.4 Rekomendasi untuk perawat pada tanggal 10 Oktober 2013
Nama Penyimpanan Pembuangan
ISDN Disimpan pada suhu kamar
(Tatro, 2003).
Aspilet Simpan pada tempat kedap udara, terhindar dari sinar matahari (Depkes RI, 2007)
Perawat mengingatkan pasien untuk membuang sisa bungkus obat pada tong sampah rumah sakit berwarna kunin.
Plavix Disimpan terlindung dari
cahaya (Depkes RI, 2007)
Perawat mengingatkan pasien untuk membuang sisa bungkus obat pada tong sampah rumah sakit berwarna kunin.
4.1.8 Pelayanan Konseling, Informasi dan Edukasi Pasien
Pemahaman dan kepatuhan dalam menggunakan obat menjadi hal yang
penting dalam mengoptimalkan terapi pasien. Seorang apoteker secara sistematik
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan
penggunaan obat melalui konseling, informasi obat dan edukasi kepada pasien.
Konseling, informasi obat dan edukasi dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini:
Tabel 4.5 Konseling, Informasi, dan Edukasi Pasien pada tanggal 10 Oktober
2013
Nama Obat PIO
ISDN -Tablet ISDN diminum sehari tiga kali, diminum setelah
makan.-
-Jika terjadi serangan mendadak ISDN dapat di letakkan di bawah lidah.
Aspilet Obat diminum pagi hari setelah makan untuk menghindari
terjadinya iritasi lambung
Plavix Obat diminum setelah makan untuk menghindari terjadinya
4.2 Pengkajian Penggunaan Obat secara Rasional pada Tanggal 11 Oktober 2013
Berikut ini catatan SOAP (Subjektif, Objektif, Pengkajian, Perencanaan)
sebagai berikut:
Subjek (S) = sesak nafas berkurang
Objektif (O) = sensorium : compos mentis (CM), TD : 110/80 mmHg
HR : 84 x/menit, RR : 20 x/menit, T : 37oC
Assessment (A) = CHF fc lll ec CAD
Recert STEMI antero ekstensif
Perencanaan (P) = ditunjukkan pada Tabel 4.6 di bawah ini.
Tabel 4.6 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 11 Oktober 2013
Tanggal Jenis Obat Sediaan Dosis Rute
Bentuk Kekuatan
4.2.1 Pengkajian Tepat Pasien
Barcode pasien sudah sesuai dengan nama, tangggal lahir dan nomor RM.
Berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium yang telah dilakukan, pada
tanggal 11 oktober 20103 pasien didiagnosa mengalami CHF Fc III ec CAD
recert STEMI antero ekstensif. Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien
pada tanggal 11 oktober 2010 secara subjektif, sesak nafas dengan nyeri dada
sudah berkurang. Pemeriksaan objektif yang dilakukan menunjukkan bahwa
pasien dalam keadaan sadar (Compos mentis), tekanan darah pasien 110/80
mmHg, Heart Rate (HR) pasien 84 kali/menit dan Respiratory Rate (RR) 20
kali/menit serta keadaan pasien tidak demam (afebris).
4.2.2 Pengkajian Tepat Indikasi
Diagnosa dokter menyatakan bahwa pasien menderita CHF fc III ec CAD
recert STEMI antero ekstensif . Terapi obat yang diresepkan dokter yakni
Furosemid injeksi, spinorolakton, ISDN, aspilet, plavix, bisoprolol, IVFD Nacl
0,9 %,.
Pemberian Furosemid sudah tepat indikasi untuk pasien, yang merupakan
diuretik untuk mengatasi udem pada CHF. Furosemid merupakan diuretik daerah
lengkungan yang paling kuat menghalangi enzim-enzim di dalam loop dari henle
yang bertanggung jawab terhadap penyerapan kembali air hingga 25% dan
elektrolit dari air seni kembali ke peredaran darah (Jordan, 2008). Kerja furosemid
adalah menginhibisi reabsorpsi natrium dan klorida pada jerat henle menaik dan
tubulus ginjal distal, selanjutnya meningkatkan ekskresi air, natrium, klorida
Pemberian spironolakton sudah tepat indikasi untuk pasien yang
merupakan diuretik untuk mengatasi udem pada CHF . Spironolakton merupakan
obat diuretik hemat kalium yang bekerja berkompetisi dengan aldosteron pada
reseptor di tubulus ginjal distal, meningkatkan ekskresi natrium klorida dan air
selama konversi ion kalium dan hidrogen, mengurangi pengeluaran kalium juga
dapat memblok efek aldosteron pada otot polos arteriolar (Depkes RI, 2007).
Isosorbid dinitrat adalah derivat nitrat siklis yang bekerja long acting.
Didinding pembuluh zat ini diubah menjadi nitrogenoksida (NO), yang
mengaktivasi enzim guanilsiklase dan menyebabkan peningkatan kadar CGMP
(cycloguanilmonophosphate) disel otot polos dan menimbulkan dilatasi.
Pemberian nitrat bermanfaat memperbaiki gejala dan tanda gagal jantung,
terutama apabila pasien tersebut juga menderita penyakit jantung iskemik
(Gunawan, 2007). Pemberian isosorbid dinitrat untuk penanganan gagal jantung
sudah tepat indikasi karena pasien didiagnosa gagal jantung kongestif.
Aspilet yang mengandung aspirin, diindikasikan sebagai pencegahan
sekunder coronary artery disease dan myocardial infarction (Depkes RI, 2007).
Aspilet memiliki anti-agregasi, efek ini terjadi karena aspilet menghambat
aktivitas enzyme Cylo-OXygenase -1 dan -2 (COX -1 dn -2) pada selanjutnya
menghambat produksi tromboksan. Aspilet juga dilaporkan memiliki efek
antikoagulan dan fibrinolitik melalui efeknya menghambat fungsi trombosit. Pada
dosis yang dianjurkan (75-150mg) aspilet bermanfaat sebagai obat pencegahan
sekunder bagi pasien miokard infark. Plavix diindikasikan untuk mencegah
terjadinya penggumpalan darah. Obat ini menghambat reseptor P2Y12 di platelet
menyatakan kombinasi pemberian clopidogrel dengan aspilet memiliki luaran (out
come) sedikit lebih baik dibanding dengan pemberian aspilet saja (FKUI, 2010).
Jadi pemberian aspilet dan plavix sudah tepat indikasi.
Bisoprolol merupakan golongan B-bloker, diindikasikan untuk
pengobatan gagal jantung sedang sampai berat stabil dengan penurunan fungsi
ventrikel sistolik pada pemeberian ACE inhibitor dan diuretik dan glikosida
jantung atau salah satunya, bisoprolol juga diindikasikan pada pengobatan
hipertensi dan angina (Juanda,2010). Jadi penggunaan bisoprolol pada
pengobatan gagal jantung sudah tepat indikasi pada pasien yang mendapat
diagnosa gagal jantung.
Pemberian captopril diindikasikan untuk mengobati hipertensi oleh
pasien yang berhubungan dengan gagal jantung kongestif. Kaptopril diberikan
sebagai pengobatan hipertensi ringan sampai sedang dan hipertensi berat (Tatro,
2003). Kaptopril digunakan dalam pengobatan gagal jantung kongestif dimana
mekanisme menghambat ACE pada pembentukan angiotensin II. Efek peniadaan
angiotensin II adalah vasodilatasi sehingga tekanan darah akan menurun. Jadi
pemberian kaptopril sudah tepat indikasi.
Pasien diberikan IVFD NaCl 0,9% 10 tetes per menit diindikasikan
sebagai pembawa obat IV lain yang akan disuntikkan dalam tubuh. Jadi
pemberian IVFD NaCl tepat indikasi.
Injeksi furosemid diindikasikan untuk mengobati pasien dengan kondisi
udem (Tatro, 2003). Furosemid diberikan untuk mengeluarkan air dan garam yang
berlebihan dari dalam tubuh melalui urine, pembengkakan (udem) dan retensi air
yang disebabkan karena berbagai masalah kesehatan.Injeksi furosemid merupakan
golongan diuretika kuat yang merupakan pilihan pertama untuk peningkatan
pengeluaran air, khususnya hipertensi, gagal jantung, dan gagal ginjal. Jadi,
penggunaan furosemid tepat obat (Tjay, 2007)
Spironolakton disebut diuretik hemat kalium karena meningkatkan kadar
kalium dalam plasma, sehingga obat ini selalu di kombinasikan dengan
furosemide untuk mencegah terjadinya hipokalemia. Jadi pemberian
spironolakton sudah tepat obat.
Isosorbid dinitrat digunakan untuk mengobati angina yang berhubungan
dengan gagal jantung. Isosorbid dinitrate (kombinasi dengan glikosida jantung
dan diuretik atau hydralazine) telah digunakan efektif untuk pengobatan gagal
jantung atau rendahnya curah jantung (McEvoy, 2004). Dan pasien mengalami
nyeri pada bagian dada maka penggunaan isosorbid dinitrat pada pasien sudah
tepat obat.
Aspilet dan plavix sama – sama merupakan anti-pletet. Pada dosis yang
dianjurkan (75-150mg) aspilet bermanfaat sebagai obat pencegahan sekunder bagi
pasien miokard infark. Clopidogrel 75mg/ hari sebagai pencega kejadian coroner
dan miokard infark. Pada uji klinis Clopidogrel as Aadjuntive Reperfusion
Therapy menyatakan kombinasi pemberian clopidogrel dengan aspilet memiliki
(FKUI, 2010). Pemberian aspilet dan plavix sudah tepat obat karena pasien
mengalami STEMI antero ekstensif.
Bisoprolol, dapat memperlambat remodeling ventrikuler yang disebabkan
oleh stimulasi simpatik. Menurunkan kematian akibat nekrosis atau apoptosis
yang diinduksi oleh katekolamin, timbulnya efek aritmia dan pencegahan
timbulnya efek aritmia dan pencegahan timbulnya efek akibat aktivasi sistem
saraf simpatik (Sukandar, 2009). Penggunaan bisoprolol pada pasien gagal
jantung sudah tepat obat.
Captopril sebagai Penghambat ACE diberikan untuk memperlebar
(vasodilatasi) pembuluh darah perifer dan mengurangi preload dan afterload darah
(beban darah sebelum dan sesudah mencapai jantung) dimana berfungsi untuk
menurunkan tekanan darah pasien yang naik turun ataupun tekanan darah yang
tidak normal (Evoy, 2004). Jadi pemberiannya tepat obat
Pasien diberikan IVFD NaCl 0,9% 10 tetes per menit diindikasikan
sebagai pembawa obat IV lain yang akan disuntikkan dalam tubuh. Jadi
pemberian IVFD NaCl tepat obat.
4.2.4 Pengkajian Tepat Dosis
Tepat 4.7 Tepat Dosis pada tanggal 11 Oktober 2013
Injeksi Furosemid memiliki volume 10 mg/ampul, diberikan secara IV
kepada pasien dengan interval waktu pemberian 6 jam. Dosis lazim Furosemid
untuk mengatasi udem diberikan IV/IM 20- 40 mg dua kali sehari. (Depkes RI,
2007). Pada hari kedua dan hari ketiga diberikan 10 mg/6jam. Ini berarti dalam 1
hari pasien mendapatkan dosis 40mg/hari. Jadi pemberian dosis sudah tepat.
Spironolakton tablet yang diberikan kepada pasien memiliki kekuatan 25
mg/tablet, dengan interval pemberian 24 jam atau pemberiannya satu kali sehari.
Dosis lazim untuk spironolakton 25-200 mg/hari dalam 1-2 dosis (Depkes RI,
2007). Jadi, dosis yang diberikan pada pasien 25 mg/hari, sudah tepat dosis.
Tablet ISDN sublingual dengan kekuatan dosis 5 mg setiap tablet jadi
dosis setiap hari maksimal adalah 15 mg. Dosis penggunaan ISDN untuk
pemeliharaan pada penderita angina dan CAD adalah 5 – 40 mg (Depkes, 2007).
Dosis pemberian ISDN 15 mg/hari sudah tepat dosis.
Dosis aspilet dengan Prevensi 30 – 100 mg satu kali sehari, pada jantung
akut 75 – 160 mg satu kali sehari.Dosis Aspilet yang diberikan sudah tepat yaitu
80 mg satu kali sehari (Manajemen Farmasi UGM, 2006). Dosis lazim plavix
dengar kekuatan 75 mg sehari tiga kali, pada pasien di berikan 75 mg per hari.
Dosis yang diberikan tepat dosis.
Tablet ISDN sublingual dengan kekuatan dosis 5 mg setiap tablet jadi
dosis setiap hari maksimal adalah 15 mg. Dosis penggunaan ISDN untuk Bisoprolo Tablet 5 mg /
tablet
1,25 mg / hari selama
seminggu
Oral ¼ tablet /
24 jam
Di minum pada pagi
pemeliharaan pada penderita angina dan CAD adalah 5 – 40 mg (Depkes, 2007).
Dosis pemberian ISDN 15 mg/hari sudah tepat dosis.
Bisoprolol tablet memiliki kekuatan 5 mg/tablet, diberikan pada pasien
secara oral dengan dosis 1/4 tablet (1,25 mg) dengan interval waktu pemberian 24
jam (sekali sehari). Dosis lazim bisoprolol untuk CHF adalah 1,25 mg sekali
sehari pada pagi hari dan lama pemberian selama seminggu (Mehta, 2006). Jadi,
dosis yang diberikan pada pasien 1 kali sehari 1/4 tablet (1,25 mg) sudah tepat
dosis.
Pemberian dosis awal dari captopril 6,25 – 12,5 mg dua kali sampai tiga
kali sehari dan meningkat lambat pada pasien dalam terapi diuretic, dengan
pembatasan natrium, atau dengan gangguan renal (Manajemen Farmasi UGM,
2006). Dimana pada hari kedua dosis captopri adalah 6,25 mg dan. Jadi dosis
captoril sudah tepat dosis.
Infus NaCl 0,9% mempunyai volume 500 ml/botol, dengan dosis yang
diberikan kepada pasien 10 tetes/menit secara IV. Menurut buku Kalkulasi
Farmasetik, dosis lazim NaCl 0,9% 2,5mL/kgBB/jam. Untuk pasien (BB= 60
kg) seharusnya mendapatkan 2,5 ml/kgBB/jam x 60 kg = 150 ml/jam, jadi
seharusnya pasien mendapatkan 37,5 = 37 tetes/menit. Faktor tetesan 15
tetes/ml (Ansel, 2004). Namun karena kondisi pasien yang menderita CHF,
dimana pasien harus membatasi konsumsi garam dan cairan, maka infus NaCl
0,9% yang diberikan memang sebaiknya tidak terlalu besar volume tetesannya.
4.2.5 Waspada Efek Samping dan Interaksi Obat
Setiap obat memiliki efek samping tertentu, dan juga memiliki interaksi
antara obat yang satu dengan obat yang lain. Untuk mewaspadai terjadinya efek
samping dan interaksi obat pada pasien perlu diperhatikan Efek samping dan
interaksi setiap obat yang digunakan. Efek samping dan interaksi obat dapat
dilihat pada tabel 4.8
Tabel 4.8 Efek Samping dan Interaksi Obat pada tanggal 11 Oktober 2013
Nama Obat/RM Efek Samping Interaksi obat
Furosemid Dehidrasi,hipokalemia,
hipotensi, Mengakibatkan gangguan kesetimbangan elektrolit dan air. Dapat juga menyebabkan kejang dan kaku otot,pusing,
cemas,sakit kepala,telinga berdengging, pendarahan, penurunan berat badan (Evoy, 2004).
Interaksi obat – obat :
- Furosemide dan
Spironolakton merupakan interaksi yang sinergis (Mycek, 2001)
- Captopril dan Furosemide dapat mengakibatkan hipotensi (Tatro, 2003)
- Captopril dan Spironolakton
( Sweetman, 2007)
Ngantuk, lesu, sakit kepala, kebingungan, ataksia, kram, diare, ulser, muntah
Aspilet Rangsangan pada mukosa lambung dengan resiko perdarahan
resiko hipotensi
Interaksi obat-hasil lab
:
- Furosemid
menyebabkan kadar kalium dalam darah rendah
Interaksi obat – makanan
- Konsentrasi furosemid menurun dengan dengan Aspilet akan menggangu
pencernaa.
ISDN Nyeri kepala, hipotensi
ortostatik, refleks takikardia.
Plavix Sakit kepala, pusing,
parestesia, gangguan GI, gangguann hematologik, ruam kulit, pruritus (MIMS, 2007)
Captopril Proteinuria, peningkatan
ureum dan kreatinin, anemia, trombositopenia, hipotensi (MIMS, 2007)
Bisoprolol
( Sweetman, 2007)
4.2.6 Rekomendasi Untuk Dokter
Kesimpulan
Rekomendasi untuk dokter mengenai terapi pasien yang dipantau meliputi
pengkajian dan perencanaan.
Diagnosis = CHF fc III ec CAD recert STEMI antero ekstensif
Subjek (S) = sesak nafas berkurang
Objektif (O) = sensorium : compos mentis (CM), TD : 110/80 mmHg
HR : 84 x/menit, RR : 20 x/menit, T : 37oC
Assessment:
Masalah 1. Pemeriksaan Lab.di laksanakan pada tanggal 10 dan hasil leukosit
tinggi tetapi sampai hari ini tidak ada pemberian pemberian
antibiotik.
Masalah 2. Pemberian Furosemide dan Captopril dapat mengakibatkan
hipokalemia.
Masalah3. Pemberian Spironolakton dan Captopril dapat mengakibatkan
hiperkalemia
Planning
1. Perlu diberikan antibiotik secara empiris,tetapi harus diikuti dengan uji
kultur untuk pemilihan antibiotik yang tepat.
2. Dilakukan pemantauan kadar kalium dalam darah secara rutin sebab
pasien menggunakan furosemide dan captopril yang dapat menyebabkan
3. Dilakukan pemantauan kadar kalium dalam darah secara rutin sebab
pasien menggunakan spironolakton dan captopril yang dapat
menyebabkan hiperkalemia.
4.2.7 Rekomendasi Untuk Perawat
Untuk menjaga kestabilan obat-obat yang digunakan dan menjaga
kebersihan lingkungan rumah sakit, maka diperlukan rekomendasi untuk perawat
yaitu penyimpanan obat-obat sesuai dengan temperatur, botol-botol infus , vial,
dan ampul yang kosong dikumpulkan pada wadah yang disediakan rumah sakit
dan selanjutnya dimusnahkan oleh pihak terkait. Rekomendasi untuk perawat
dapat dilihat pada Tabel 4.9 di bawah ini:
Table 4.9 Rekomendasi untuk perawat pada tanggal 11 Oktober 2013
Nama Penyimpanan Pembuangan
Injeksi Furosemid
Disimpan terhindar dari cahaya dan pada suhu kamar (Knoben, 2002). Jangan disimpan pada tempat pembekuan karena
akan menyebabkan pengendapan kristal (Depkes RI, 2007)
Perawat mengingatkan pasien untuk membuang sisa bungkus obat pada tong sampah rumah sakit berwarna kuning.
Spironolakton Disimpan pada suhu
kamar (Tatro, 2003).
Perawat mengingatkan pasien untuk membuang sisa bungkus obat pada tong sampah rumah sakit berwarna kuning.
ISDN Simpan pada tempat
kedap udara, terhindar dari sinar matahari (Depkes RI, 2007)
Aspilet Disimpan pada suhu kamar (Tatro, 2003).
Perawat mengingatkan pasien untuk membuang sisa bungkus obat pada tong sampah rumah sakit berwarna kuning.
ISDN Simpan pada tempat
kedap udara, terhindar dari sinar matahari (Depkes RI, 2007)
Perawat mengingatkan pasien untuk membuang sisa bungkus obat pada tong sampah rumah sakit berwarna kuning.
Plavix Disimpan terlindung dari
cahaya (Depkes RI, 2007)
Perawat mengingatkan pasien untuk membuang sisa bungkus obat pada tong sampah rumah sakit berwarna kuning.
Captopril Sebaiknya diberikan 1 jam
sebelum makan, hindari kontak dengan cahaya langsung (Tatro, 2003).
Perawat mengingatkan pasien untuk membuang sisa bungkus obat pada tong sampah rumah sakit berwarna kuning.
IVFDNaCl 0,9%
Disimpan pada suhu
kamar, terlindung dari cahaya dan kelembaban (Dianne, 2005).
Perawat mengingatkan pasien untuk membuang sisa bungkus obat pada tong sampah rumah sakit berwarna kuning.
4.2.8 Pelayanan Konseling, Informasi dan Edukasi Pasien
Pemahaman dan kepatuhan dalam menggunakan obat menjadi hal yang
penting dalam mengoptimalkan terapi pasien. Seorang apoteker secara sistematik
penggunaan obat melalui konseling, informasi obat dan edukasi kepada pasien.
Konseling, informasi obat dan edukasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.10 Konseling, Informasi, dan Edukasi Pasien
Nama Obat PIO
Furosemid - Menjelaskan bahwa dengan pemberian furosemid,
pasien akan mengalami kelelahan selama pengobatan
- Memberitahukan bahwa urin yang keluar akan lebih
banyak dan sering, ini membantu pengeluaran air dalam tubuh serta menurunkan tekanan darah
- Makanlah buah seperti pisang barangan, sirsak atau makanan yang mengandung kalium untuk mengganti kehilangan kalium yang banyak terbuang bersama urin.
Spironolakton - Minum obat bersamaan dengan makanan
- Memberi tahu pasien untuk melaporkan pada dokter
jika terjadi efek dsamping seperti diare, pusing, kulit memerah.
ISDN - Obat ISDN diminum secara oaral sesuai jamnya.
- Tetapi tablet ISDN dapat digunakan dengan
meletakkannya di bawah lidah dan dihisap perlahan-lahan jika terjadi serangan mendadak.
Plavix Obat diminum setelah makan untuk menghindari
terjadinya iritasi lambung
Aspilet - Obat diminum setelah makan untuk menghindari
terjadinya iritasi lambung
ISDN - Obat ISDN diminum secara oaral sesuai jamnya.
- Tetapi tablet ISDN dapat digunakan dengan
meletakkannya di bawah lidah dan dihisap perlahan-lahan jika terjadi serangan mendadak.
Bisoprolol Mengingformasikan pada pasien atau keluarganya
4.3 Pengkajian Penggunaan Obat secara Rasional pada Tanggal 12 Oktober 2013
Berikut ini catatan SOAP (Subjektif, Objektif, Pengkajian, Perencanaan) sebagai
berikut:
Subjek (S) = sesak nafas tambah berkurang, batuk
Objektif (O) = sensorium : compos mentis (CM), TD : 100/80 mmHg
HR : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, T : 36,8oC
Assessment (A) = CHF fc III ec CAD
Recert STEMI antero ekstensif
Perencanaan (P) = ditunjukkan pada Tabel 4.11 di bawah ini.
Tabel 4.11 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 12 Oktober 2013
Tanggal Jenis Obat Sediaan Dosis Rute
Bentuk Kekuatan
4.3.1 Pengkajian Tepat Pasien
Barcode pasien sudah sesuai dengan nama, tangggal lahir dan nomor RM.
Berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium yang telah dilakukan, pada
tanggal 12 oktober 20103 pasien didiagnosa mengalami CHF Fc III ec CAD
recert STEMI antero ekstensif. Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien
pada tanggal 12 oktober 2010 secara subjektif, sesak nafas disertai disertai dengan
nyeri dada sudah berkurang. Pemeriksaan objektif yang dilakukan menunjukkan
bahwa pasien dalam keadaan sadar (Compos mentis), tekanan darah pasien
100/80 mmHg, Heart Rate (HR) pasien 80 kali/menit dan Respiratory Rate (RR)
20 kali/menit serta keadaan pasien tidak demam (afebris).
4.3.2 Pengkajian Tepat Indikasi
Diagnosa dokter menyatakan bahwa pasien menderita CHF fc III ec CAD
recert STEMI antero ekstensif . Terapi obat yang diresepkan dokter yakni
furosemid, spironolakton, ISDN, aspilet, plavix, bisoprolol, captopril, IVFD NaCl
0,9 %.
Pemberian Furosemid sudah tepat indikasi untuk pasien, yang merupakan
diuretik untuk mengatasi udem pada CHF. Furosemid merupakan diuretik daerah
lengkungan yang paling kuat menghalangi enzim-enzim di dalam loop dari henle
yang bertanggung jawab terhadap penyerapan kembali air hingga 25% dan
elektrolit dari air seni kembali ke peredaran darah (Jordan, 2008). Kerja furosemid
adalah menginhibisi reabsorpsi natrium dan klorida pada jerat henle menaik dan
tubulus ginjal distal, selanjutnya meningkatkan ekskresi air, natrium, klorida
Pemberian spironolakton sudah tepat indikasi untuk pasien, yang
merupakan diuretik untuk mengatasi udem pada CHF . Spironolakton merupakan
obat diuretik hemat kalium yang bekerja berkompetisi dengan aldosteron pada
reseptor di tubulus ginjal distal, meningkatkan ekskresi natrium klorida dan air
selama konversi ion kalium dan hidrogen, mengurangi pengeluaran kalium juga
dapat memblok efek aldosteron pada otot polos arteriolar (Depkes RI, 2007).
Isosorbid dinitrat adalah derivat nitrat siklis yang bekerja long acting.
Didinding pembuluh zat ini diubah menjadi nitrogenoksida (NO), yang
mengaktivasi enzim guanilsiklase dan menyebabkan peningkatan kadar CGMP
(cycloguanilmonophosphate) disel otot polos dan menimbulkan dilatasi.
Pemberian nitrat bermanfaat memperbaiki gejala dan tanda gagal jantung,
terutama apabila pasien tersebut juga menderita penyakit jantung iskemik
(Gunawan, 2007). Pemberian isosorbid dinitrat untuk penanganan gagal jantung
sudah tepat indikasi karena pasien didiagnosa gagal jantung kongestif.
Aspilet yang mengandung aspirin, diindikasikan sebagai pencegahan
sekunder coronary artery disease dan myocardial infarction (Depkes RI, 2007).
Aspilet memiliki anti-agregasi, efek ini terjadi karena aspilet menghambat
aktivitas enzyme Cylo-OXygenase -1 dan -2 (COX -1 dn -2) pada selanjutnya
menghambat produksi tromboksan. Aspilet juga dilaporkan memiliki efek
antikoagulan dan fibrinolitik melalui efeknya menghambat fungsi trombosit.
Pada dosis yang dianjurkan (75-150mg) aspilet bermanfaat sebagai obat
pencegahan sekunder bagi pasien miokard infark. Plavix diindikasikan untuk
mencegah terjadinya penggumpalan darah. Obat ini menghambat reseptor
Reperfusion Therapy menyatakan kombinasi pemberian clopidogrel dengan
aspilet memiliki luaran (out come) sedikit lebih baik dibanding dengan
pemberian aspilet saja (FKUI, 2010). Pemberian aspilet dan plavix sudah tepat
indikasi.
Bisoprolol merupakan golongan B-bloker, diindikasikan untuk
pengobatan gagal jantung sedang sampai berat stabil dengan penurunan fungsi
ventrikel sistolik pada pemeberian ACE inhibitor dan diuretik dan glikosida
jantung atau salah satunya, bisoprolol juga diindikasikan pada pengobatan
hipertensi dan angina (Juanda,2010). Jadi penggunaan bisoprolol pada
pengobatan gagal jantung sudah tepat indikasi pada pasien yang mendapat
diagnosa gagal jantung.
Pemberian captopril diindikasikan untuk mengobati hipertensi oleh pasien
yang berhubungan dengan gagal jantung kongestif. Kaptopril diberikan sebagai
pengobatan hipertensi ringan sampai sedang dan hipertensi berat (Tatro, 2003).
Kaptopril digunakan dalam pengobatan gagal jantung kongestif dimana
mekanisme menghambat ACE pada pembentukan angiotensin II. Efek peniadaan
angiotensin II adalah vasodilatasi sehingga tekanan darah akan menurun. Jadi
pemberian kaptopril sudah tepat indikasi.
Pasien diberikan IVFD NaCl 0,9% 10 tetes per menit diindikasikan
sebagai pembawa obat IV lain yang akan disuntikkan dalam tubuh. Jadi
4.3.3 Pengkajian Tepat Obat
Injeksi furosemid diindikasikan untuk mengobati pasien dengan kondisi
udem (Tatro, 2003). Furosemid diberikan untuk mengeluarkan air dan garam yang
berlebihan dari dalam tubuh melalui urine, pembengkakan (udem) dan retensi air
yang disebabkan karena berbagai masalah kesehatan.Injeksi furosemid merupakan
golongan diuretika kuat yang merupakan pilihan pertama untuk peningkatan
pengeluaran air, khususnya hipertensi, gagal jantung, dan gagal ginjal. Jadi,
penggunaan furosemid tepat obat (Tjay, 2007)
Spironolakton disebut diuretik hemat kalium karena meningkatkan kadar
kalium dalam plasma, sehingga obat ini selalu di kombinasikan dengan
furosemide untuk mencegah terjadinya hipokalemia. Jadi pemberian
spironolakton sudah tepat obat.
Isosorbid dinitrat digunakan untuk mengobati angina yang berhubungan
dengan gagal jantung. Isosorbid dinitrate (kombinasi dengan glikosida jantung
dan diuretik atau hydralazine) telah digunakan efektif untuk pengobatan gagal
jantung atau rendahnya curah jantung (McEvoy, 2004). Dan pasien mengalami
nyeri pada bagian dada maka penggunaan isosorbid dinitrat pada pasien sudah
tepat obat.
Aspilet dan plavix sama – sama merupakan anti-pletet. Pada dosis yang
dianjurkan (75-150mg) aspilet bermanfaat sebagai obat pencegahan sekunder bagi
pasien miokard infark. Clopidogrel 75mg/ hari sebagai pencega kejadian coroner
dan miokard infark. Pada uji klinis Clopidogrel as Aadjuntive Reperfusion
Therapy menyatakan kombinasi pemberian clopidogrel dengan aspilet memiliki