• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi dan Implikasi Makna Logis Pantun Melayu Deli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fungsi dan Implikasi Makna Logis Pantun Melayu Deli"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

FUNGSI DAN IMPLIKASI MAKNA LOGIS

PANTUN MELAYU DELI DAN SERDANG

DISERTASI

Untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Linguistik

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

di bawah pimpinan Rektor Universitas Sumatera Utara

Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H.M.Sc (CTM), Sp.A(K)

dipertahankan pada tanggal 2 Juni 2012

di Medan, Sumatera Utara

ROZANNA MULYANI

NIM 078107006/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

FUNGSI DAN IMPLIKASI MAKNA LOGIS

PANTUN MELAYU DELI DAN SERDANG

DISERTASI

Untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Linguistik

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Terbuka

Pada Hari

: Sabtu

Tanggal

: 2 Juni 2012

Pukul

: 09.00 WIB

Oleh

(3)

JUDUL DISERTASI : FUNGSI DAN IMPLIKASI MAKNA LOGIS

PANTUN MELAYU DELI DAN SERDANG

NAMA MAHASISWA : ROZANNA MULYANI

N I M : 078107006

Program Studi : Linguistik

Menyetujui

Komisi Pembimbing,

Promotor

Prof. T. Silvana Sinar, M. A, Ph. D

Prof. Amrin Saragih, M. A, Ph. D

Ko-Promotor Ko-Promotor Dr. Syahron Lubis, M. A

Ketua Program Studi Linguistik Direktur Sekolah

Pascasarjana

(4)

NIP. 195409161980032003 NIP. 195208151980031001

HASIL PENELITIAN DISERTASI INI TELAH DISETUJUI UNTUK

SIDANG TERBUKA TANGGAL 2 JUNI 2012

Oleh

Promotor

Prof. T. Silvana Sinar, M. A, Ph. D

Ko-Promotor

Prof. Amrin Saragih, M. A, Ph. D Dr. Syahron Lubis, M. A

Mengetahui

Ketua Program Studi Linguistik

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

(5)

NIP 19540916 198003 2 003

Telah diuji pada Ujian Tertutup

Tanggal : 27 Februari 2012

PANITIA PENGUJI DISERTASI

Ketua : Prof. T. Silvana Sinar, M. A, Ph. D USU Medan

Anggota : Prof. Amrin Saragih, M. A, Ph. D UNIMED Medan

Dr. Syahron Lubis, M. A USU Medan

Prof. Dr. Bahren Umar Siregar, Ph. D Atmajaya Jakarta

Prof. Dr. Robert Sibarani, M. S USU Medan

Dr. Eddy Setia, M. Ed. TESP USU Medan

Dr. T. Thyrhaya Zein, M. A USU Medan

Dengan Surat Keputusan

Rektor Universitas Sumatera Utara

(6)

Tanggal : 24 Maret 2012

Diuji pada Ujian Disertasi (Promosi)

Tanggal : 2 Juni 2012

PANITIA PENGUJI DISERTASI

Ketua : Prof. T. Silvana Sinar, M. A, Ph. D USU Medan

Anggota : Prof. Amrin Saragih, M. A, Ph. D UNIMED Medan

Dr. Syahron Lubis, M. A USU Medan

Prof. Dr. Bahren Umar Siregar, Ph. D Atmajaya Jakarta

Prof. Dr. Robert Sibarani, M. S USU Medan

Dr. Eddy Setia, M. Ed. TESP USU Medan

Dr. T. Thyrhaya Zein, M. A USU Medan

Dengan Surat Keputusan

Rektor Universitas Sumatera Utara

(7)

Tanggal : 24 Maret 2012

TIM PROMOTOR

Prof. Tengku Silvana Sinar, M.A, Ph.D

Prof. Amrin Saragih, M.A, Ph.D

(8)

TIM PENGUJI LUAR KOMISI

Prof. Dr. Bahren Umar Siregar, Ph. D

Prof. Dr. Robert Sibarani, M. S

Dr. Eddy Setia, M. Ed. TESP

(9)

PERNYATAAN

Judul Disertasi

FUNGSI DAN IMPLIKASI MAKNA LOGIS PANTUN

MELAYU DELI DAN SERDANG

Dengan ini saya menyatakan bahwa Disertasi ini disusun sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Doktor dari Program Studi Linguistik Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya

sendiri.

Adapun pengutipan yang saya lakukan pada bagian-bagian tertentu dari

hasil karya orang lain dalam penulisan Disertasi ini, telah saya cantumkan

sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian

Disertasi ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam

bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang

saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku.

(10)

ROZANNA MULYANI

BIODATA

A. Data Pribadi

Nama Lengkap : Rozanna Mulyani

N I P : 1960609 198612 2 001

Pangkat/Golongan : Pembina / IV A

Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

Pekerjaan : Staf Pengajar Departemen

Sastra Daerah

Instansi : Fakultas Ilmu Budaya USU

Alamat Kantor : Jln. Universitas No. 19

Medan 20155

Nama Ayah : H. M. Ridwan Rasyid

Nama Ibu : Hj. Rohana Ridwan

Alamat Rumah : Komp. Bougenviel Indah B 54 Sunggal

Telp/HP : 085275776566

B. Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri : SD Negeri 1 Binjai, lulus tahun 1972

2. SMP : SMP Negeri II Binjai, lulus tahun 1975

3. SMA : SMA Negeri II Binjai, lulus tahun 1979

4. S-1 Fakultas Sastra USU Jurusan Bahasa Daerah, lulus tahun 1985

5. S-2 University Kebangsaan Malaysia, lulus tahun 1998

6. S-3 Sekolah Pascasarjana USU-Linguistik, lulus tahun 2012

C. Pengalaman Kerja

1. Dosen Fakultas Sastra USU, tahun 1986 – Sekarang

(11)

D. Kegiatan Penulisan Karya Ilmiah di dalam Jurnal dan Prosiding :

I. Jurnal

1. Kalimat Dasar Bahasa Melayu Dialek Deli Medan, Jurnal Linguistik

Indonesia, 2004

2. Bahasa dan Ideologi Matriakhi Aplikasi dalam Masyarakat dan Budaya

Minangkabau, Majalah Wacana, 2009

3. Wacana : Novel-novel Perempuan di Indonesia, Majalah Wacana, 2009

II. Prosiding

1. Kalimat Pasif Bahasa Melayu Dialek Deli Medan : Suatu Tinjauan

Transformasi Generatif.

Prosiding : International Seminar. Language Literature, and Culture in

Southeast Asia.

Theme : Malay and Indonesian Studies 3 – 5 Juni 2010, Thumrin Thana

Hotel, Trang, Thailand.

2. Implikasi Makna Logis Pantun Melayu Deli dan Serdang.

Prosiding : Seminar Budaya Etnik IV Laboratorium Medan.

3. Bahasa dan Ideologi Matriarkhi Aplikasi dalam Budaya Minangkabau.

Seminar Nasional Budaya Etnik III. Pardede International Hotel Medan 25

April 2009.

E. Penghargaan / Tanda Kehormatan

1. Satyalencana Karya Satya 20 tahun dari Presiden Republik Indonesia.

F. Organisasi Profesi

1. Anggota Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI)

2. Anggota Linguistik Sistemik Fungsional

(12)

KARYA ILMIAH INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK

AYAHANDA DAN IBUNDA TERCINTA

ALM. H. M. RIDWAN RASYID

Hj. ROHANA RIDWAN

SUAMI TERCINTA

DR. Ir. HASANUDDIN, M. S

ANAK-ANAKKU TERKASIH

(13)

RIZKI ARRIZAL HASANUDDIN

ABSTRAK

Penelitian ini memilih judul “Fungsi dan Implikasi Makna Logis pantun Melayu Deli dan Serdang”, sebagai judulnya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini teori Linguistik Sistemik Fungsional (LSF), yang digagas oleh Halliday (2004), dan diadaptasi oleh Saragih (2006), dan Sinar (2008).

Ada empat masalah yang akan diberikan jawabannya dalam penelitian ini. Masalahnya adalah : (1) bagaimanakah fungsi logis direalisasikan pada pantun Melayu Deli dan Serdang, (2) pola fungsi logis apakah yang digunakan dalam konteks sosial pengguna pantun Melayu Deli dan Serdang, (3) bagaimanakah implikasi makna logis dalam pantun Melayu Deli dan Serdang, (4) mengapa fungsi logis terjadi di dalam pantun Melayu Deli dan Serdang.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menggali bentuk wacana budaya Melayu Deli dan Serdang, yaitu pantun, dan kajian ini diharapkan dapat memberi kontribusi untuk pemertahanan budaya daerah (lokal) sebagai bagian dari kebudayaan Nasional. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsi fungsi logis yang direalisasikan pantun Melayu Deli dan Serdang, merumuskan pola fungsi logis yang digunakan dalam pantun Melayu Deli dan Serdang, menganalisis implikasi makna logis pantun Melayu Deli dan Serdang, dan menginterpretasi implikasi makna logis pantun Melayu Deli dan Serdang.

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, hasil pemerian sebagai jawaban terhadap keempat masalah penelitian tersebut akan menjadi bahan informatif tentang fungsi dan implikasi makna logis pantun Melayu Deli dan Serdang. Untuk itu penulis mengumpulkan data pantun tertulis, yang terdiri atas dua puluh pantun anak – anak (PAA), dua puluh pantun orang muda (POM), dan dua puluh pantun orang tua (POT). Tiap – tiap pantun terdiri dari empat klausa kompleks, semuanya berjumlah 239 klausa. Kemudian data pantun lisan (berbalas pantun) berjumlah sepuluh (10) bait pantun, dan pantun adat pernikahan berjumlah dua belas (12) bait.

Hasil penelitan ini menemukan bahwa pada hubungan logis sampiran (1) – (2) dalam PAA, POM, dan POT yang terdiri atas masing – masing 20 klausa kompleks, dan semuanya berjumlah 60 klausa kompleks, setelah direalisasikan 10 jenis fungsi logis, didapati bahwa fungsi logis (hubungan logis) yang dominan ada dua, yaitu Ganda Hipotaktik (α×β), dan Ekstensi Parataktik, yaitu sama – sama berjumlah 21 (35%). Pada hubungan logis sampiran (1) – (2) dan isi (3) – (4) ada empat jenis hubungan logis yang kosong, yaitu lokusi Parataktik (1”2), lokusi

Hipotaktik (α”β), ide Parataktik (1’2), dan ide Hipotaktik (α’β). Pada hubungan

(14)

(90%) terdiri atas PAA 19, POM 16, POT 19. Pada hubungan logis Sampiran dan Isi (2) – (4) didapati bahwa pada PAA, POM, dan POT fungsi logis (hubungan logis) yang dominan adalah Ekstensi Parataktik (1+2), yaitu 53 (88,33%) terdiri atas PAA 19, POM 16, POT 18.

Pada sifat hubungan logis Eksplisit Sampiran (1) – (2) hanya sedikit

dijumpai sifat hubungan logis, yaitu 5 pada POM, yaitu ganda Hipotaktik (α×β) sifat hubungan logis Eksplisit ini ditandai dengan konjungsi yang nyata yaitu dari, kalau, kalaupun,. Pada POT sifat hubungan logis Eksplisit sampiran hanya 1,

yaitu ganda Hipotaktik (α×β). Sedangkan pada PAA tidak dijumpai sifat hubungan logis Eksplisit Sampiran (1) – (2). Pada Sifat hubungan logis Implisit Isi (3) – (4) ini, konjungsi sebagai fungsi logis tidak nyata, akan tetapi keberadaannya dapat dipahami. Pada PAA dijumpai sifat hubungan logis Eksplisit Sampiran, seperti Elaborasi Parataktik (1×2), Ekstensi Parataktik, Ganda

Parataktik (1×2), Ganda Hipotaktik (α×β). Pad a POM dijum pai Ekstensi

Parataktik (1+2), Ganda Parataktik (1×2), Ganda Hipotaktik (α× β). Pada sifat hubungan logis Implisit semua klausa menggunakan konjungsi, terutama konjungsi dan.

Pada sifat hubungan logis Eksternal Sampiran dan Isi (1) – (3) Sifat hubungan logis Eksternal pada PAA didapati pada Ekstensi Parataktik (1+2) pada PAA (3, 7,11, 15, 19, 23, 27, 31, 35, 39, 43, 47, 51, 59, 63, 67, 71, 75, 79) semuanya menggunakan konjungsi dan. Pada POM juga dijumpai Ekstesi Parataktik (1+2), yaitu 167, 175, 179, 183, 187, 191, 195, 199, 203, 207, 211, 215, 219, 223, 227, 231, 235, 239, seluruhnya menggunakan konjungsi dan.

Pada sifat hubungan logis internal Sampiran dan Isi (2) – (4) pada PAA dijumpai Ekstensi Parataktik (1+2) yaitu (4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 40, 44, 48, 52, 56, 60, 64, 68, 72, 76, 80) seluruhnya menggunakan konjungsi

Ganda

Hipotaktik (α×β) 163 dengan konjungsi α×β.

dan, ganda

Hipotaktik (α×β) yaitu (36) menggunakan konjungsi untuk. Pada POM dijumpai Ekstensi Parataktik (1+2) yaitu : 84, 88, 92, 96, 100, 104, 108, 112, 116, 120, 124, 128, 132, 148, 152, 160, seluruhnya menggunakan konjungsi dan, ganda Hipotaktik (α×β), yaitu (140, 144, 156). Pada POT dijumpai Ekstensi Parataktik (1+2) yaitu : 168, 172, 176, 180, 188, 196, 200, 204, 208, 212, 216, 220, 224, 228, 236, 280, seluruhnya menggunakan konjungsi dan,

Pada analisis Proses dan Sirkumstan PAA, POM, dan POT baris (1) – (2), dijumpai PAA proses yang dominan adalah Proses Material, Sirkumstan yang dominan Sirkumstan Lokasi : Tempat Proses dan Sirkumstan pada baris (3) dan (4) yang dominan adalah Proses Mental, Sirkumstan yang dominan adalah Sirkumstan Sebab. Pada POM Proses dan Sirkumstan baris (1) – (2) didapati proses yang dominanpaling tinggi adalah Proses Material, Sirkumstan yang tertinggi, Sirkumstan Lokasi : Tempat . Pada Proses dan Sirkumstan pada baris (3) – (4), Proses yang dominan adalah Proses Material, Sirkumstan yang tertinggi, Sirkumstan Lokasi : Waktu, tempat, Sirkumstan Cara, dan Sirkumstan Hal. Pada POT Proses dan Sirkumstan Baris (1) – (2), Proses yang dominan adalah Proses Material, Sirkumstan tang tertinggi Sirkumstan lokasi : Tempat. Proses dan

(15)

Sirkumstan Baris (3) – (4), Proses yang dominan Proses Mental, Sirkumstan yang dominan adalah Sirkumstan Hal.

Pada konteks situasi Pantun Lisan (berbalas pantun) didapati bahwa pemantun tidak siap dengan pantun – pantunnya, pemantun banyak gugup dan lupa akan pantun yang dijualnya. Sedangkan pada pantun perkawinan, walau pemantun dihadapkan dengan lawan pantunnya, aturan pantun tetap terjaga. Rumus ab-ab nya terjaga baik. Pada pantun perkawinan didapati bahwa di samping bersifat logogenetik fonologis juga bersifat filogenetik etnografis.

Pantun yang merupakan kearifan lokal secara konseptual merupakan kebijaksanaan masyarakat Melayu Deli dan Serdang.

ABSTRACT

The title of this study is “Function and Implication of Logical Meaning of pantun Melayu Deli and Serdang”. This study employed Functional Systemic Linguistics (FSL) theory developed by Halliday (2004) and adapted by Saragih (2006) and Sinar (2008).

There were four research questions to be answered in this study such as (1) how the logical function is materialized in pantun Melayu Deli and Serdang, (2) which pattern of logical function is used in the social context of the users of pantun Melayu Deli and Serdang, (3) what implication of logical meaning is found in pantun Melayu Deli and Serdang, and (4) why the logical function occurred in pantun Melayu Deli?

The purpose of this study, in general, was to explore the form of cultural discourse of Melayu Deli such as pantun, and the result of this study is expected to be a contribution to maintain local culture as part of national culture. In particular, the purpose of this study was to describe the logical function materialized in pantun Melayu Deli and Serdang, to formulate the pattern of logical function used in pantun Melayu Deli and Serdang, and to interprete the implication of logical meaning of pantun Melayu Deli and Serdang.

This is a qualitative descriptive study, the answers to the four research questions will be an informative materials about the function and implication of logical meaning of pantun Melayu Deli and Serdang. For that purpose, the writer collected the data of written pantun consisting of 20 (twenty) pantun for children (PAA), 20 (twenty) pantun for young people (POM), and 20 (twenty) pantun for old people (POT). Each pantun consists of 4 (four) complex clauses and all of them are 239 clauses. Then the data of oral pantun (exchanging pantun) consisted of 10 (ten) stanzas, and pantun for traditional marriage ceremony comprised 12 (twelve) stanzas.

(16)

there were two dominant logical functions (logical relationships), namely,

multiple Hypotactic (αx

In the traits of logical relationship of Explicit Sampiran (1) – (2), only 5 (five) logical relationship traits were found in POM, such as, multiple Hypotactic

β), and Extension Paratactic, both of them were 21 (35%).

In the logical relationship of sampiran (1) – (2) and content (3) – (4), there were 4 (four) kinds of “empty” logical relationships, namely, Paratactic Locution (1”2),

Hypotactic Locution (α”β), Paratactic Idea (1’2), Hypotactic Idea (α’β). In the

logical relationship of sampiran and content (1) –(3) of pantun Melayu Deli and Serdang, it was found out that the dominant logical function (logical relationship) of PAA, POM and POT was Extension Paratactic (1 + 2) (54 = 90%) consisting of 19 PAA, 16 POM, and 19 POT. In the logical relationship of sampiran and content (2) – (4) of pantun Melayu Deli and Serdang, it was found out that the dominant logical function (logical relationship) of PAA, POM and POT was Extension Paratactic (1 + 2) (53 = 88.33%) consisting of 19 PAA, 16 POM, and 18 POT.

xβ) marked with real conjunction such as dari, kalau, kalaupun. In POT, only 1

(one) logical relationship trait was found, namely multiple Hypotactic (αxβ). While in PAA, no trait of logical relationship of Explicit Sampiran (1) – (2) was found. In the traits of logical relationship of Implicit Isi (Content) (3) – (4), conjunction as logical function was unreal, but its existence was understandable. The traits of logical relationship of Explicit Sampiran were found in PAA such as Paratactic Elaboration (1x2), Paratactic Extension, Multiple Paratictic (1x2), and

Multiple Hypotactic (αxβ). In POM

, Paratactic Extension (1+2), Multiple

Paratactic (1x2), and multiple Hypotactic (αx

In the traits of logical relationship of Explicit Sampiran and Isi (Content) (1) – (3), the traits of external logical relationship were found in Paratactic Extension (1+2) in PAA (3, 7, 11, 15, 19, 23, 27, 31, 35, 39, 43, 47, 51, 59, 63, 67, 71, 75, 79) which all of them used conjunction “dan”. Paratactic Extension (1+2) was also found in POM (167, 175, 179, 183, 187, 191, 195, 199, 203, 207, 211, 215, 219, 223, 227, 231, 235, 239) which all of them also used conjunction “dan”. Multiple Hypotactic (α

β) were fou nd . In the traits of

implicit logical relationship, all of the clauses used conjunction, especially conjunction “dan”.

xβ) (163) was with conjunction αx

In the traits of internal logical relationship of Sampiran and Content (2) – (4), a Paratactic Extension (1+2) was found in PAA (4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 40, 44, 48, 52, 56, 60, 64, 68, 72, 76, 80) which all of them used conjunction

“dan”, Multiple Hypotactic (α

β.

xβ) (36) was with conjunction “untuk”. Paratactic

Extension (1+2) was also found in POM (84, 88, 92, 96, 100, 104, 108, 112, 116, 120, 124, 128, 132, 148, 152, 160) which all of them used conjunction “dan”, and

Multiple Hypotactic (αx

In the analysis of Process and Circumstance of PAA, POM, and POT line (1) – (2), the dominant process found in PAA was Material Process, and the dominant circumstance was Location of Circumstance: The dominant location of

β) (140, 144, 156). Paratactic Extension (1+2) was also

(17)

Process and Circumstance in lines (3) – (4) was Mental Process and the dominant Circumstance was Circumstance of Cause. In the Process and Circumstance lines (1) – (2) in POM, it was found out that the highest dominant process wa Material Process , and the highest Circumstance was the Circumstance of Location: Place. In the Process and Circumstance in lines (3) – (4), the dominant Process was Material Process, and the highest Circumstance was Circumstance of Location: Time, Place, Circumstance of Way, and Circumstance of Thing. In the Process and Circumstance in lines (1) – (2) of POT, the dominant Process was Material Process, and the highest Circumstance was Circumstance of Location: Place. In the Process and Circumstance in lines (3) – (4), the dominant Process was Mental Process, and the dominant Circumstance was Circumstance of Thing.

In the context of Oral Pantun (Exchanging Pantun), it was found out that the pantun readers were not ready with their pantuns; they felt very nervous that they forgot the pantuns they would deliver to the other contestants. While in the pantun for marriage ceremony, even though the pantun readers were faced to their opponents, the rule of the pantun was well maintained. Its ab-ab rhyme was well maintained. It was also found out that the pantuns for marriage ceremony were either phonological logogenetic or ethnographical phylogenetic in nature.

Pantun is conceptually a local wisdom of Melayu Deli and Serdang community.

KATA PENGANTAR

Dengan kerendahan hati dan keiikhlasan yang mendalam penulis

memanjatkan puji syukur ke Hadirat Illahi Rabbi, yang telah memberikan setitik

ilmu bagi penulis, sehingga dapat menyelesaikan disertasi ini. Shalawat serta

salam semoga dicurahkan-Nya kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad

SAW, beserta keluarga, sahabat dan kita para pengikutnya sampai akhir zaman

nanti.

Ada rasa kebahagian dan kelegaan yang penulis rasakan, dan sukar

untuk dilukiskan, ketika penulis berhasil menyelesaikan disertasi yang berjudul “

Fungsi dan Implikasi Makna Logis Pantun Melayu Deli”, pada program Studi

Linguistik Universitas Sumatera Utara Medan ini. Hanya puji syukur kepada

(18)

Penulis sadar bahwa di dalam penyelesaian disertasi ini banyak orang

dan instansi yang terlibat, oleh sebab itu dalam kesempatan ini sudah

sepantasnyalah penulis dengan hati yang tulus ikhlas mengucapkan

banyak-banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada

penulis, sehingga dapat mewujudkan disertasi seperti sekarang ini.

Dengan tidak bermaksud mengadakan pengistimewaan, penulis ingin

mengucapkan terima kasih secara khusus kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H.M.Sc (CTM), Sp.A.(K),

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara (USU), dan Prof.

Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A.(K), selaku Mantan Rektor

Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan serta

dukungan materil kepada penulis, untuk melanjutkan studi ke program

Doktor Linguistik di Universitas Sumatera Utara (USU).

2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr.

Ir. A. Rahim Matondang, MSIE dan mantan Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa B,

M.Sc, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk

menambah ilmu di program Doktor Linguistik Universitas Sumatera

Utara (USU).

3. Ketua program Studi Linguistik, Prof. Tengku Silvana Sinar, M.A,

Ph.D., yang telah bersedia menerima penulis untuk mengikuti program

doktor Linguistik, dan beliau juga memberikan kemudahan dalam

(19)

4. Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, tempat

penulis bekerja mendedikasikan ilmu, mantan Dekan, Prof. Dr. Bahren

Umar Siregar, dan Prof. Syaifuddin, M.A, Ph.D., yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk menuntut ilmu di program

doktor Linguistik Universitas Sumatera Utara.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang

terlibat langsung dalam penyelesaian disertasi ini, mereka adalah :

1. Prof. Tengku Silvana Sinar, M.A, Ph.D, selaku promotor penulis. Beliau

dengan kewibawaan ilmiah telah memberi arahan, dan bimbingan yang

sangat serius, dari mulai perancangan, penulisan, dan penyelesaian

disertasi ini.

2. Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D., selaku ko-promotor, yang telah

mencurahkan perhatiannya kepada disertasi penulis. Beliau tidak pernah

terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan penulis, dan selalu meluangkan

waktu untuk membimbing dan membaca disertasi penulis. Ketelitian

beliau dalam membaca disertasi penulis sangat penulis hargai.

3. Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku ko-promotor penulis, yang telah

bersusah payah dalam memeriksa disertasi penulis.

4. Kepada para dosen Program Studi Linguistik Pasca sarjana Universitas

Sumatera Utara Medan: Prof. Dr. Robert Sibarani, MS., Prof. T. Silvana

Sinar, M.A, Ph.D., Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D., Prof. Dr. Bahren

Umar Siregar, Prof. Dr. Jawasi Naibaho, M.Hum., Asrudin B Tou, M.A,

Ph.D., yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis

(20)

penyediaan bahan bacaan yang bermanfaat dalam penulisan disertasi ini,

dan juga diskusi-diskusinya.

5. Kepada teman-teman sejawat di Departemen Sastra Daerah, Fakultas

Ilmu Budaya USU ; Herlina, Asriaty, Warisman, Asni, Flansius,

Jamorlan, Sumurung, Yos Rizal, terima kasih atas perhatiannya. Mereka

selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan studi doktor

penulis.

6. Kepada sahabat-sahabatku angkatan ketiga: Nilzami, Hesti, Ida, Hilman,

dan Abdussalam, kalian telah memberikan warna bagi hidup penulis.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada almarhum Prof. H.

Tengku Amin Ridwan, Ph.D., yang telah berjasa membukakan peluang bagi

penulis untuk menjadi dosen di Fakultas Sastra, yang sekarang menjadi Fakultas

Ilmu Budaya. Semoga jasa dan amal ibadah beliau diterima disisi-Nya.

Ungkapan yang tulus penulis haturkan kepada kedua orang tua penulis

yang sangat penulis hormati dan cintai, almarhum ayahanda H.M. Ridwan Rasyid,

dan Ibunda Hj. Rohana Ridwan yang keduanya adalah guru dan pahlawan bagi

kehidupan penulis. Beliau berdua telah mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan

keluhuran bagi penulis. Semoga almarhum ayahanda diberikan Allah tempat yang

mulia disisi-Nya, buat ibunda terima kasih buat perhatian dan kasih sayang bunda

yang tak pernah pupus, semoga Allah SWT memberikan balasan berlipat ganda

buat ayah dan bunda.

Kepada kakanda dan abangda ; almarhum Dr. Rizalwan dan Istri, Kakanda

Dra. Med Roswati Dianna dan Dr. Nurmadi Saleh, Kol. Laut, Drs. Rusdi Ridwan,

(21)

almarhum Drs. Raflis Ridwan dan Istri, Ir. Rita Mindayani, M.Si dan Suami, Rini

Lidiawati, SE, M.M., Rudi Siswanto, ST dan istri. Terima kasih atas kasih sayang,

perhatian dan kebersamaan yang sangat berarti bagi penulis.

Terima kasih yang khusus dan teristimewa penulis sampaikan kepada

suami tercinta Dr. Ir. Hasanuddin, MS., yang telah memberi kesempatan kepada

penulis untuk melanjutkan studi penulis ke jenjang Doktor Linguistik. Pengertian

dan motivasi serta kasih sayang yang diberikan sangat menguntungkan penulis.

Kepada anak-anak kami, yang selalu menjadi penghibur dikala badan dan fikiran

lelah, Rizka Annisa Hasanuddin yang sedang berjuang menyelesaikan kuliahnya

di FKM USU, dan Rizki Arrizal Hasanuddin yang selalu menemani mamanya

sampai tengah malam yang sepi dalam menyelesaikan disertasi ini. Terima kasih

anak-anakku sayang, mudah-mudahan anak-anak mama akan mengikuti semangat

papa dan mama dalam menuntut ilmu.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah

banyak membantu dan tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Pada kesempatan

ini penulis mohon maaf atas kesalahan yang terjadi, ketika masa-masa

kebersamaan kita. Semoga disertasi ini dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi

kepentiangan pengembangan ilmu linguistik, khususnya Linguistik Sistemik

Fungsional (LSF). Tiada gading yang tak retak. Tidak ada sesuatupun yang

sempurna, yang sempurna itu milik Allah.

Medan, September 2011

(22)

Rozanna Mulyani

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xvi

DAFTAR ISI ... xix

DAFTAR TABEL ... xxi

DAFTAR FIGURA ... xxii

DAFTAR ARTI SINGKATAN DAN LAMBANG ... xxx

GLOSARIUM ... xxxiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Lingkup Kajian ... 11

1.5 Manfaat atau Kegunaan Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA/KERANGKA TEORITIS ... 13

2.1 Teori Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) ... 13

2.2 Konteks Sosial ... 21

2.2.1 Ideologi ... 23

2.2.2 Konteks Situasi ... 25

2.2.2.1 Bidang ... 26

(23)

2.2.2.3 Ranah Semantik ... 27

2.2.2.4 Pelibat (Participant) ... 28

2.2.2.5 Sarana, Cara atau Mode ... 28

2.2.3 Konteks Budaya ... 31

2.3 Metafungsi Bahasa ... 32

2.3.1 Fungsi Ideasional ... 36

2.3.1.1 Komponen Pengalaman/ Eksperensial ... 37

2.3.1.2 Fungsi Logis ... 37

2.3.2 Fungsi Interpersonal ... 38

2.3.3 Fungsi Tekstual ... 39

2.4.1.4 Proses Tingkah Laku (behavioral) ... 47

2.4.1.5 Proses Verbal ... 47

2.4.1.6 Proses Wujud (existential) ... 49

2.4.2 Partisipan ... 50

2.4.3 Sirkumstan ... 53

2.5 Hubungan Antarklausa ... 56

2.5.1 Konjungsi ... 59

2.6 Makna Logis ... 63

2.6.1 Makna Logis Pada Tingkat Klausa ... 64

2.6.2 Makna Logis Pada Tingkat Grup/Frase ... 64

(24)

2.10 Kajian Sebelumnya ... 80

2.10.1 Discourse Analysis of Indonesian Newspaper Text: A Study of Reality Action and Reaction (Saragih, 1995) ... 85

2.10.2 Phasal and Experensial Realisation in Lecture Discourse: A Systemic Functional Analysis (Sinar, 2002) ... 85

2.10.3 Klausa kompleks dan Realisasi Pengalaman Dalam Teks Peradilan (Kasus Bom Bali) : Sebuah Analisis LFS (Setia, 2008) ... 86

2.10.4 Makna Metafungsional Teks Ilmiah Dalam Bahasa Indonesia Pada Jurnal Ilmiah (Sebuah Analisis Sistemik Fungsional) (Wiratno, 2009) ... 88

2.10.5 Representasi Ideologi Masyarakat Melayu Serdang Dalam Teks, Situasi, dan Budaya. (T. Thyrhaya, 2009) ... 90

2.10.6 Representasi Leksikogramatika Teks Pidato Kenegaraan Presiden Soeharto dan Presiden Susilo Bambang udhayono (Nurlela, 2010) ... 93

2.10.7 Ujaran Interpersonal Dalam Wacana Kelas (Analisis Linguistik Sistemik Fungsional) (Andriany, 2011) ... 96

2.11 Pantun ... 97

2.12 Konstruk Penelitian ... 108

2.13 Konstruk Penelitian ... 109

BAB III MELAYU DELI DAN SERDANG DALAM SEJARAH DAN TRADISI ... 111

3.1 Medan : Latar Belakang Secara Umum ... 117

3.2 Melayu Serdang ... 122

3.2.1 Kewilayahan Serdang ... 123

3.3 Adat Budaya Melayu Deli dan Serdang ... 124

3.3.1 Makna dan filosofi Tepak Sirih ... 126

3.4 Tradisi Berpantun Pada Masyarakat Melayu Deli dan Serdang... 129

3.4.1 Upacara Perkawinan Masyarakat Melayu Deli dan Serdang ... 131

(25)

BAB IV METODE PENELITIAN ... 141

4.1 Pendekatan Rancangan dan Kerangka Model Penelitian ... 141

4.2 Data dan Sumber Data ... 142

4.3 Teknik Pengumpulan Data ... 144

4.4 Analisis Data ... 147

4.5 Penyajian Hasil Analisis Data ... 149

BAB V TEMUAN DAN ANALISIS PENELITIAN ... 152

5.1 Deskripsi Temuan ... 152

5.2 Fungsi Logis ... 153

5.2.1 Hubungan Logis Dalam Sampiran (1)-(2) PMDS ... 153

5.2.2 Hubungan Logis Dalam Isi (3)-(4) PMDS ... 154

5.2.3 Hubungan Logis Dalam Sampiran dan Isi (1)-(3) PMDS ... 156

5.2.4 Hubungan Logis Dalam Sampiran dan Isi (2)-(4) PMDS ... 158

5.2.5 Sifat Hubungan Logis Eksplisit atau Implisit PMDS ... 160

5.2.5.1 Sifat Hubungan Logis Eksplisit Sampiran (1)-(2) PMDS ... 160

5.2.5.2 Sifat Hubungan Logis Implisit Isi (3)-(4) PMDS... 162

5.2.6 Sifat Hubungan Logis Eksternal atau Internal Sampiran dan Isi (1)-(3) dan (2)-(4) ... 166

5.2.6.1 Sifat Hubungan Logis Eksternal Sampiran dan Isi (1)-(3) PAA, POM dan POT ... 166

5.2.6.2 Sifat Hubungan Internal Sampiran Dan Isi (2)-(4) PAA, POM, dan POT ... 169

5.3 Pola Fungsi Logis Yang Digunakan Dalam PMDS ... 174

5.3.1 Proses, dan Sirkumstan Dalam PMDS ... 177

5.3.1.1 Proses Baris (1) PAA, POM, dan POT ... 178

5.3.1.2 Sirkumstan Baris (2) PAA, POM, dan POT ... 179

5.3.1.3 Proses Baris (3) PAA, POM, dan POT ... 183

5.3.1.4 Sirkumstan Baris (4) PAA, POM, dan POT ... 184

(26)

Sirkumstan (3)-(4) ... 188

5.4 Faktor Penyebab terjadinya Fungsi Logis dalam PMDS ... 191

5.4.1 Fungsi Logis Sampiran (1)-(2) PMDS pada PAA, POM, dan POT ... 191

5.4.2 Fungsi Logis Isi (3)-(4) PAA, POM, dan POT ... 195

5.5 Implikasi Makna Logis ... 200

5.5.1 Konteks Sosial Penggunaan PMDS Lisan ... 200

5.5.1.1 Analisis Konteks Situasi Pantun Lisan Berbalas Pantun ... 202

5.5.1.2 Analisis Konteks Situasi Pantun Perkawinan ... 209

5.5.1.3 Konteks Budaya Penggunaan Pantun Perkawinan ... 218

5.5.1.4 Hubungan Semiotik Sampiran (1)-(2) dan ISI (3)-(4) ... pada PAA, POM, POT ... 219

BAB VI PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN ... 223

6.1 Pembahasan ... 223

LAMPIRAN 2 : Pantun Lisan Acara Berbalas Pantun di Taman Budaya ... 275

LAMPIRAN 3 : Berbalas pantun Adat Perkawinan Antara Pihak Laki-laki dan ... 278

Perempuan ... LAMPIRAN 4 : Fungsi Logis Pada PMDS ... 282

(27)

LAMPIRAN 6 : Peta ...

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Matafungsi dan Refleksinya dalam Tata Bahasa ... 32

Tabel 2.2 : Klausa Relasional ... 44

Tabel 2.3 : Jenis Proses dan Kategori ... 48

(28)

Tabel 2.5 : Sirkumstan ... 51

Tabel 2.6 : Makna Logis ... 55

Tabel 2.7 : Nuansa Makna Logis ... 57

Tabel 2.8 : Konjungsi... 58

Tabel 2.9 : Perbedaan Konjungsi Eksternal dan Internal ... 59

Tabel 2.10 : Makna Logis ... 65

Tabel 2.11 : Taksis dan Hubungan Logis Semantik ... 66

Tabel 2.12 : Rincian Perluasan Makna Ekstensi dan Jenisnya ... 69

Tabel 2.13 : Ganda Parataksis, Makna dan Realisasinya ... 71

Tabel 2.14 : Konjungsi dan Preposisi dalam ganda Hipotaksis ... 72

Tabel 2.15 : Proyeksi ... 76

Tabel 3.1 : Suku Bangsa Penduduk Penduduk Sumatera Timur Tahun 1920 ... 110

Tabel 3.2 : Persentase Penduduk Hamparan Perak dan Sunggal berdasarkan suku Bangsa Tahun 1993 ... 118

Tabel 5.1 : Hubungan Logis Sampiran (1) – (2) PMD ... 149

Tabel 5.2 : Hubungan Logis Isi (3) – (4) PMD ... 150

Tabel 5.3 : Hubungan Logis Sampiran dan Isi (1) – (3) PMD ... 152

Tabel 5.4 : Hubungan Logis Sampiran dan Isi (2) – (4) PMD ... 153

Tabel 5.5 : Sifat Hubungan Logis Eksplisit Sampiran (1) – (2) ... 155

Tabel 5.6 : Sifat Hubungan Logis Implisit Isi (3) – (4) PAA ... 156

Tabel 5.7 : Sifat Hubungan Logis Implisit Isi (3) – (4) POM ... 157

Tabel 5.8 : Sifat Hubungan Logis Implisit Isi (3) – (4) POT ... 159

(29)

Tabel 5.10 : Sifat Hubungan Logis Eksternal Sampiran dan Isi (1) – (3) POM ... 162

Tabel 5.11 : Sifat Hubungan Logis Eksternal Sampiran dan Isi (1) – (3) POT ... 163

Tabel 5.12 : Sifat Hubungan Logis Internal Sampiran dan Isi (2) – (4) PAA ... 164

Tabel 5.13 : Sifat Hubungan Logis Internal Sampiran dan Isi (2) – (4) POM ... 165

Tabel 5.14 : Sifat Hubungan Logis Internal Sampiran dan Isi (2) – (4) POT ... 166

Tabel 5.15 : Distribusi dan Frekuensi Jenis – Jenis Proses pada baris (1) PAA, POM, dan POT ... 171

Tabel 5.16 : Distribusi dan Frekuensi Sirkumstan pada baris (2) PAA, POM, dan POM ... 173

Tabel 5.17 : Distribusi dan Frekuensi Jenis – Jenis Proses pada baris (3) PAA, POM, dan POT ... 176

Tabel 5.18 : Distribusi dan Frekuensi Sirkumstan pada baris (4) PAA, POM, dan POT ... 177

DAFTAR FIGURA Figura 2.1 : Bahasa dan Konteks Sosial ... 20

Figura 2.2 : Hubungan Konteks Sosial dengan Bahasa ... 21

Figura 2.3 : Realisasi Metafungsi dalam Semiotik Pemakaian Bahasa ... 23

(30)

Figura 2.5 : Sistem Jejaring Sarana ... 29

DAFTAR ARTI SINGKATAN DAN LAMBANG

Daftar Arti Singkatan

LSF : Linguistik Sistemik Fungsional

PMD : Pantun Melayu Deli

(31)

POM : Pantun Orang Muda

POT : Pantun Orang Tua

Rel : Int : Relasional Intensif

Rel : Atr : Relasional Atribut

Rel : Si : Relasional Sirkumstan

Daftar Arti Lambang

^ : Diikuti

1, 2, 3 : Klausa Parataksis

α, β, γ, δ, ε : Klausa Hipotaksis

(32)

+ : Ekstensi

× : Ganda

“ : Lokusi

‘ : Ide

1 = 2 : Elaborasi Parataksis

α = β : Elaborasi Hipotaksis

1 + 2 : Ekstensi Parataksis

α + β : Ekstensi Hipotaksis

1 × 2 : Ganda Parataksis

α × β : Ganda Hipotaksis

1 “ 2 : Lokusi Parataksis

α “ β : Lokusi Hipotaksis

1 ‘ 2 : Ide Parataksis

α ‘ β : Ide Hipotaksis

Glosarium

Menurut Linguistik Sistemik Fungsional

1. Ekspansi : Hubungan antarklausa yang menunjukkan

bahwa klausa kedua (2 atau β) memperluas

makna klausa pertama (1 atau α)

2. Ekstensi : Hubungan antar klausa yang memberikan

pengertian bahwa makna klausa kedua (2, β)

(33)

3. Elaborasi : Hubungan antarklausa yang memberikan

pengertian bahwa makna klausa kedua (2, β)

sama dengan makna klausa pertama (1, α) yang mendahuluinya.

4. Fungsi : Tugas, peran atau kerja yang dilakukan oleh satu

unit linguistik dalam unit yang lebih besar.

5. Fungsi tekstual : Fungsi yang menunjukkan pengorganisasian

atau perangkaian pengalaman . Fungsi tekstual menentukan pengalaman yang mana disampaikan sesudah suatu pengalaman disampaikan.

6. Fungsi logis : Fungsi yang menunjukkan hubungan satu unit

linguistik dengan unik linguistik yang lain.

Fungsi logis direalisasikan oleh klausa

kompleks yang mencakupi status dan hubungan makna logis.

7. Finit (finite) : Fungsi gramatikal yang dapat digunakan untuk

menentukan (1) polaritas (positif atau negatif ; (2) bentuk tanya ; dan (3) kala (tense) terutama

dalam bahasa Inggris . Finit dapat berdiri

sendiri pada klausa yang mempunyai struktur “Subjek ^ Finit//Predikator”. Namun demikian Finit juga dapat berfusi (bergabung) dengan predikator di dalam verba (pada struktur “Subjek ^ Finit/Predikator”) dengan komplemen (pada struktur “Subjek ^ Finit/Komplemen”), dan dengan keterangan (pada struktur “Subjek ^ Finit/Keterangan”).

8. Fungsi (nomina) : Fungsional (adjektiva) : istilah umum yang

digunakan untuk menyatakan kegunaan. Dalam Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) fungsi mengacu kepada tiga hal sebagai berikut : Fungsi Ideasional : fungsi untuk mengungkapkan realitas fisik dan biologis, serta berkenaan dengan interpretasi dan representasi pengalaman. Fungsi Interpersonal : fungsi untuk mengungkapkan realitas sosial serta berkenaan dengan interaksi antara penutur/penulis dan pendengar/pembaca. Fungsi Tekstual : fungsi untuk mengungkapkan realitas Semiotis/Simbol dan berkenaan dengan cara penciptaan teks dalam konteks.

9. Genre : Secara sempit, jenis – jenis teks atau wacana,

(34)

kepada tujuan yang dicapai secara bertahap (astaged, goal – oriented social process) (Martin, 1992). Dikatakan “sosial” karena orang menggunakan genre untuk berkomunikasi kepada orang lain ; dikatakan “berorientasi tujuan” karena orang menggunakan genre untuk mencapai tujuan komunikasi ; dikatakan “bertahap” karena untuk mencapai tujuan tersebut, biasanya dibutuhkan beberapa tahap melalui pembabakan dalam genre (Martin dan Rose, 2003).

10. Grafologi : pengungkapkan dalam bentuk kata – kata tang

ditulis, sebagai pedoman dari fonologi yang merupakan pelafalan kata – kata secara lisan.

11. Ganda : Hubungan (paling sedikit) dua klausa yang di

dalam hubungan itu makna klausa kedua (2, β) melipatgandakan klausa pertama (1. α).

12. Hubungan logis semantik : Makna antarklausa yang secara rinci

menunjukkan fungsi atau makna klausa kedua terhadap klausa pertama.

13. Ide : Proyeksi makna dengan proses pemroyeksi

proses mental.

14. Ideologi : Kontruksi atau konsep sosial yang menentukan

apa seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan seseorang sebagai anggota masyarakat.

15. Klausa : Unit tata bahasa tertinggi yang sekaligus

mambawa ketiga metafungsi

16. Keterencanaan : Persiapan yang dilakukan untuk mewujudkan

teks. Interaksi dapat terjadi dengan skenario yang telah direncanakan lebih dahulu dan dapat pula terjadi tanpa rencana, terjadi sebagaimana adanya, atau berlangsung secara spontan. Dengan pengertian ini keterencanaan berada pada kontinum dengan (+) terencana di satu sisi dan (-) terencana di satu sisi lain.

17. Konjungsi : Bentuk linguistik yang berfungsi

manghubungkan dua klausa atau lebih, seperti dan, atau, karena, jadi, tetapi dan sebelum.

18. Konteks : Segala sesuatu yang mendampingi (pemakaian)

(35)

Konteks sosial, Konteks eksternal, atau konteks mencakup konteks situasi, konteks budaya, dan ideologi.

19. Konteks budaya : Aktivitas sosial bertahap untuk mencapai suatu

tujuan. Dengan pengertian ini konteks budaya mencakup tiga hal, yaitu (1) batasan kemungkinan ketiga unsur konteks situasi, (2) tahap yang harus dilalui dalam satu interaksi sosial, (3) tujuan yang akan dicapai dalam interaksi sosial.

20. Konteks situasi : Satu unsur konteks sosial yang terdiri atas apa

yang dibicarakan, siapa membicarakan suatu bahasan, dan bagaimana interaksi dilakukan.

21. Leksikogramatika : kata – kata dalam susunannya.

Leksikogramatika terdiri atas “leksis” dan “gramatika”. Pada LSF, leksis adalah kata yang selalu berada dalam konteks pengunaan pada teks. Leksis juga tidak pernah dipisahkan dari gramatika, yaitu seperangkat Sistem bahasa yang menunjukkan pilihan makna.

Pada LSF, gramatika merupakan bagian dari

Leksikogramatika (di samping leksis), yang terdiri atas morfologi dan sintaksis (yang masing – masing tidak dipisahkan menjadi domain – domain yang berbeda). Gramatika dan leksis (pada kombinasinya di dalam leksikogramatika) direalisasikan oleh fonologi/grafologi.

22. Linguistik : Ilmu yang mempelajari bahasa sebagai system

komunikasi manusia.

23. Linguistik Sistemik Fungsional : Aliran linguistik yang dipelopori oleh M.A.K. Halliday (lahir 1925), yaitu linguistik yang memandang bahwa secara fungsional bahasa berada pada konteks sosial. Pada LSF terdapat tiga prinsip utama, yaitu (a) bahasa harus selalu dipandang sebagai teks, tidak sekedar sebagai kumpulan kata atau aturan tata bahasa, (b) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan

bentuk – bentuk kebahasaan untuk

merealisasikan makna, (c) bahasa bersifat fungsional, yaitu bentuk bahasa yang digunakan mencerminkan ide, sikap, nilai dan ideologi penggunanya (Wiratno, 2009)

24. Lokusi : Proyeksi kata yang secara spesifik dapat

(36)

25. Makna (meaning) : bahasa yang mengekspresikan tentang dunia nyata atau dengan segala kemungkinan ataupun dunia imajinasi.

26. Makna metafungsional : makna yang secara simultan terbangun dari tiga

fungsi bahasa, yaitu fungsi ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual. Makna ideasional : makna yang tercipta sebagai hasil dari realisasi unsur – unsur leksikogramatika yang digunakan untuk memahami alam sekitar dan untuk mengorganisasikan pengalaman penutur atau penulis tentang dunia nyata atau rekaan.

27. Makna interpersonal : makna yang tercipta sebagai hasil dari realisasi

unsur – unsur leksikogramatika yang digunakan untuk melakukan aksi terhadap orang lain.

28. Makna tekstual : makna sebagai hasil dari realisasi unsur – unsur

leksikogramatika yang menjadi media terwujudnya sebuah teks, tulis atau lisan, yang tuntun dan yang sesuai dengan situasi tertentu pada saat bahasa itu dipakai dengan struktur yang bersifat periodik (Martin, 1992 : 13 – 21)

29. Metafungsi (nomina), Metafungsional (adjektiva)

: fungsi abstrak bahasa, yaitu fungsi yang

memungkinkan terciptanya makna pada saat bahasa digunakan . Metafungsi meliputi tiga wilayah fungsi sekaligus : ideasional, interpersonal, dan tekstual.

30. Makna antarpersona : Makna yang wujud dalam pertukaran

pengalaman

31. Makna logis : Makna yang terwujud dalam hubungan antarunit

tata bahasa, seperti makna dalam hubungan antarklausa.

32. Metafungsi : Fungsi bahasa dalam pemakaian bahasa yang

terdiri atas memaparkan pengalaman (ideational function), mempertukarkan pengalaman (interpersonal function), dan merangkai pengalaman (textual function). Fungsi paparan atau ideational function, terdiri atas paparan gambar pengalaman. (experiential function) dan hubungan antar pengalaman (logical function).

33. Partisipan : Orang atau benda yang terlibat dalam suatu

(37)

tanda, nilai, pembawa, atribut, pemilik, milik, wujud, jangkauan, pembermanfaat resipien, klien, dan penerima adalah label partisipan.

34. Pelibat : Siapa atau apa yang ikut serta atau terlibat

dalam satu interaksi.

35. Proses : Fungsi yang menunjukkan kegiatan, keadaan

atau kondisi. Proses terdiri atas proses material mental, relasional, tingkah laku, verbal, dan wujud.

36. Proyeksi : Representasi atau paparan kembali pengalaman

linguistik ke pengalaman linguistik lain. Di dalam tata bahasa tradisional proyeksi dikenal sebagai aspek kalimat langsung dan tidak langsung. Proyeksi terdiri atas lokusi dan ide.

37. Ranah semantik : Isi atau pokok yang digarap atau dan yang

berada pada dua kontinuen (+) spesialisasi di satu sisi dan (-) spesialisasi di sisi lain. Dengan batasan ini bahasan hal, masalah, atau isi yang (+) Spesialisasi adalah topik yang hanya dapat diikuti oleh para spesialis, seperti para pakar botani fisika, kimia, atau sastra yang membicarakan masalah tanaman, bahan, dan novel sementara topik yang (-) spesialisasi adalah bahasan yang tidak memerlukan pengetahuan khusus karena semua orang dapat ikut serta membicarakannya , seperti topik pembicaraan mengenai cuaca, hobi, makanan.

38. Semiotik : kajian tentang pembentukan dan interpretasi arti

dalam ekspresi atau bentuk.

39. Semiotik denotatif : Semiotik yang memiliki arti dan ekspresi.

Bahasa merupakan semiotik denotatif yang terdiri atas tiga strata, yakni semantik, tata bahasa, dan fonologi atau grafologi : semantik direalisasikan oleh tata bahasa yang selanjutnya, tata bahasa dikodekan oleh fonologi (bahasa lisan) atau grafologi (bahasa tulisan)

40. Semiotik konotatif : Semiotik yang memiliki arti, tetapi tidak

memiliki ekspresi atau bentuk. Oleh karena itu semiotik konotatif meminjam atau menggunakan ekspresi atau bentuk semiotik lain. Ideologi, konteks budaya, dan konteks situasi merupakan semiotik konotatif.

41. Sirkumstan : Lingkungan tempat terjadinya proses yang

(38)

42. Taksis : Status atau kesalingtergantungan antarklausa. Dua klausa dapat memiliki status sama yang disebut parataksis, dan status tidak sama yang disebut hipotaksis.

43. Register : pilihan variasi bentuk bahasa yang dipengaruhi

oleh konteks situasi (Halliday, 1975), register mencakup tiga aspek, yaitu medan (field), pelibat (tenor), dan moda (mode).

Medan : Seperangkat urutan – urutan aktivitas yang berorientasi kepada tujuan – tujuan institusional secara global (Martin, 1992 : 536). Medan berhubungan dengan organisasi objek atau aktivitas secara singkat, dapat dikatakan bahwa medan berkaitan dengan pokok persoalan yang dibicarakan melalui penggunaan bahasa. Medan berurusan dengan apa yang sedang berlangsung dan siapa melakukan apa dengan siapa.

Pelibat : negosiasi yng mencerminkan hubungan sosial di antara pengguna bahasa yang terdapat di dalam teks (Martin, 1992: 523). Dalam konfigurasi makna interpersonal, pelibat berkenaan dengan jarak semiotika sosial yang mencakup tiga fungsi hubungan, yaitu status (status), kontak (contact), dan afek (affect). Status adalah posisi masing – masing partisipan di dalam teks, misalnya sejajar atau tidak sejajar. Kontak adalah intensitas hubungan atau derajat keterlibatan di antara partisipan, misalnya hubungan ini bersifat permanen, regular atau temporal. Adapun afek berkaitan dengan muatan emosional dalam hubungan di antara partisipan, sehingga afek fapat menunjukkan penilaian atau Justifikasi positif/negatif di antara partisipan terhadap masalah yang terungkap di dalam teks. Moda (mode) : seleksi pilihan dalam rangka system teks

(Halliday, 1978 : 144), dan berurusan dengan peranan yang dimainkan oleh bahasa dalam merealisasikan makna sosial (Martin, 1992 : 508). Moda mencakup dua sisi, media dan sarana (channel). Dari sisi media, teks dapat dinyatakan secara lisan atau tulis. Dari sisi sarana, teks dapat dipublikasikan melalui televisi, radio, buku, jurnal, dan sebagainya. Teks : Satuan lingual yang dimediakan secara tulis atau

(39)

pula. Istilah “teks” dan “wacana” dianggap sama, dan hanya dibedakan dalam hal bahwa wacana lebih bersifat abstrak dan merupakan realisasi makna dari teks.

Referensi

Dokumen terkait

Piliang mengatakan, 4 iklan, televisi, media cetak dan pameran dagang, kini tidak lagi sekadar wacana untuk mengkomunikasikan produk atau trend baru..

The information collection is used to determine the eligibility of the applicant to attend the ATF National Firearms Examiner Academy. The estimated average burden associated with

Kepadatan tulang punggung akhir unit percobaan yang diberikan susu kalsium tinggi sebanyak 500 ml tidak berbeda nyata dengan kepadatan tulang punggung akhir perlakuan

The undersigned hereby certifies that the applicant named hereon is a federal, state or local government official or institution, and is exempt from payment of the application

dengan jenis data yang terkumpul dalam proses pengumpulan data, baik. dari hasil observasi partisipan, wawancara mendalam, maupun

c.Perluasan Pembangunan Puskesmas Pengasih II 3 Agustus 2010 d.Pembangunan Poskesdes Sukoreno Sentolo 24 Agustus 2010 e.Pembangunan Poskesdes Pandowan Galur 3 Agustus 2010

Total ongkos inventori yang dikeluarkan Divisi Logistik bagian Pengadaan 1 PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) untuk Drop Cable Aerial 1CSM G.657 2SC/UPC 35M dengan

pengelompokan dari jenis metafora konseptual, yang terbagi ke dalam empat. jenis, metafora orientasional, metafora ontologikal, metafora