BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Crossbite posterior adalah relasi transversal yang abnormal dalam arah
bukolingual atau bukopalatal antara gigi antagonis. Crossbite posterior dapat terjadi
bilateral atau unilateral. Crossbite posterior unilateral setidaknya mencakup satu gigi
posterior pada satu sisi dan lebih sering akibat kontraksi transversal maksila terhadap
mandibula daripada kontraksi transversal mandibula terhadap maksila.1-5 Beberapa
penelitian menyatakankan bahwa prevalensi disharmoni ini sekitar 8,7% -23,3%. 2,5,6
Koreksi crossbite posterior unilateral dengan ekspansi maksila pada pasien
anak-anak dapat menghilangkan asimetri dental dan skeletal.7,8,9 Walaupun demikian,
bagian mana dari crossbite posterior unilateral yang mempengaruhi struktur gigi
geligi dan kraniofasial pada pasien dewasa belum sepenuhnya diketahui.8 Ahlgren
dan Posselt menyebutkan bahwa terdapat hambatan oklusal yang besar pada pasien
crossbite posterior unilateral jika dibandingkan dengan pasien oklusi normal.
Hambatan oklusal yang terjadi saat mandibula berada pada posisi interkuspasi
maksimal, akan menyebabkan pergeseran mandibula yang disebut dengan pergeseran
fungsional. Jika pergeseran ini terus berlanjut akan terjadi adaptasi pada posisi
interkuspasi maksimal yang menghasilkan crossbite posterior fungsional.10
Pergeseran fungsional ke lateral mandibula terjadi hampir pada 80% pasien dengan
arah sisi crossbite dapat menyebabkan maloklusi subdivisi pada sisi crossbite.5 Selain
itu, dapat juga menyebabkan posisi kondilus yang asimetri, yaitu kondilus pada sisi
crossbite terletak lebih ke posterior dan superior, sedangkan kondilus pada sisi non-crossbite terletak lebih ke inferior dan anterior terhadap fossa glenoid.8,9
Salah satu tujuan yang paling penting dalam perawatan ortodonti adalah untuk
mencapai simetri oklusal dan oklusi yang tepat antara gigi maksila dan mandibula
serta midline wajah.11 Namun demikian, tidak ada manusia yang memiliki wajah
simetri bilateral sempurna.11-14
Simetri adalah kesesuaian ukuran, bentuk dan susunan pada bidang, titik, atau
garis antara satu sisi dengan sisi lainnya.3 Lundstrom menyatakan bahwa asimetri
lengkung gigi maupun wajah adalah fenomena yang dapat ditemui pada hampir
seluruh individu sehingga asimetri dengan batas-batas tertentu masih dianggap
seimbang secara klinis dan dinilai normal.3,12 Berdasarkan struktur yang terlibat,
maka penyebab asimetri wajah dapat berkaitan dengan asimetri dental, skeletal,
jaringan lunak, fungsional maupun kombinasinya.3,12,14
Asimetri mandibula merupakan asimetri 1/3 wajah bawah yang mencerminkan
perkembangan mandibula yang berbeda antara sisi kanan dan kiri.11,15 Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa terapi interseptif atau fungsional secara dini
memungkinkan untuk mengarahkan perkembangan rahang yang harmonis, terutama
mandibula.7,11,16Oleh karena itu, diagnosis dini kemungkinan terjadinya asimetri atau
Menurut Ferro dkk ada dua masalah mendasar yang penting diselidiki dalam
maloklusi. Pertama, morfologi lengkung gigi yang merupakan kunci utama dalam
diagnosis.2 Kedua, menurut Enlow pertumbuhan masing-masing daerah wajah
berkaitan dengan struktural lainnya. Sebagai konsekuensinya, setiap perubahan dalam
beberapa bagian dari kompleks kraniofasial akan menghasilkan perubahan yang sama
pada bagian lain. Pada akhirnya perubahan yang terjadi bertujuan untuk menjaga
keseimbangan fungsional. Perbedaan dalam kuantitas atau arah pertumbuhan antara
bagian dan struktur lainnya akan menghasilkan ketidakseimbangan.1,2,17
Beberapa penulis menyatakan bahwa struktur yang paling penting dalam
menentukan simetri skeletal mandibula adalah kondilus dan ramus.11 Habet dkk
memperkenalkan metode untuk menentukan asimetri mandibula dengan cara
membandingkan tinggi vertikal kondilus, ramus, kondilus-ramus mandibula kanan
dan kiri pada sampel crossbite posterior unilateral dan noncrossbite. Metode ini dapat
dipergunakan untuk menilai asimetri mandibula pada berbagai macam tipe maloklusi
skeletal seperti maloklusi Klas I (pola pertumbuhan normal), Klas II (pola
perumbuhan vertikal), dan Klas III (pola pertumbuhan horizontal).16
Langberg dkk, dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pada pasien dewasa
dengan crossbite posterior unilateral secara signifikan memiliki asimetri dental
transversal mandibula yang lebih besar. Selain itu crossbite posterior unilateral lebih
banyak terjadi sebagai akibat dari ekspansi mandibula daripada kontraksi maksila
seperti yang selama ini diketahui. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa asimetri
asimetri dental transversal.10 Penelitian yang dilakukan oleh Rilo dkk menyatakan
bahwa pada pasien dewasa dengan crossbite posterior unilateral telah mengalami
adaptasi, sehingga dapat mengkompensasi crossbite tersebut dan melakukan gerakan
fungsional yang normal.18
Ferro dkk membagi lengkung transversal maksila pada crossbite posterior
unilateral menjadi simetri, ekspansi dan kontraksi dengan acuan sisi crossbite. Ferro
dkk juga menyatakan bahwa lengkung transversal maksila ekpansi pada crossbite
posterior unilateral masa gigi bercampur secara statistik berpotensi menyebabkan
asimetri mandibula.2 Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik meneliti
hubungan lengkung transversal maksila dengan asimetri vertikal mandibula pada
dewasadengan crossbite posterior unilateral. 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan lengkung transversal maksila simetri dengan
asimetri vertikal mandibula pada crossbite posterior unilateral?
2. Apakah terdapat hubungan lengkung transversal maksila ekspansi dengan
asimetri vertikal mandibula pada crossbite posterior unilateral?
3. Apakah terdapat hubungan lengkung transversal maksila kontraksi dengan
asimetri vertikal mandibula pada crossbite posterior unilateral?
4. Adakah lengkung transversal maksila yang lebih dominan mengalami asimetri
5. Apakah terdapat perbedaan lengkung transversal maksila antara mandibula
yang simetri dan asimetri pada crossbite posterior unilateral? 1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui hubungan lengkung transversal maksila simetri dengan asimetri
vertikal mandibula pada crossbite posterior unilateral.
2. Mengetahui hubungan lengkung transversal maksila ekspansi dengan asimetri
vertikal mandibula pada crossbite posterior unilateral.
3. Mengetahui hubungan lengkung transversal maksila kontraksi dengan
asimetri vertikal mandibula pada crossbite posterior unilateral.
4. Mengetahui lengkung transversal maksila yang dominan mengalami asimetri
vertikal mandibula pada crossbite posterior unilateral.
5. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan lengkung transversal maksila antara
mandibula yang simetri dan asimetri pada crossbite posterior unilateral. 1.4 Manfaat Penelitian
Secara keilmuan manfaat yang diharapkan hasil penelitian ini adalah memberikan
informasi sebagai berikut:
1. Mengenai hubungan lengkung transversal maksila simetri dengan asimetri
vertikal mandibula pada crossbite posterior unilateral.
2. Mengenai hubungan lengkung transversal maksila ekspansi dengan asimetri
3. Mengenai hubungan lengkung transversal maksila kontraksi dengan asimetri
vertikal mandibula pada crossbite posterior unilateral.
4. Ada atau tidaknya lengkung transversal maksila yang dominan mengalami
asimetri vertikal mandibula pada crossbite posterior unilateral.
5. Ada atau tidaknya perbedaan lengkung transversal maksila antara mandibula
yang simetri dan asimetri pada crossbite posterior unilateral.
Secara praktis manfaat yang diharapkan hasil penelitian ini adalah memberikan
informasi mengenai rencana perawatan crossbite posterior unilateral dan pentingnya
melakukan perawatan crossbite posterior unilatral secara dini untuk mencegah