• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya Terima Cookies Substitusi Tepung Ampas Tahu dengan Tepung Beras Merah dan Nilai Gizinya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Daya Terima Cookies Substitusi Tepung Ampas Tahu dengan Tepung Beras Merah dan Nilai Gizinya"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Ampas tahu merupakan limbah dalam bentuk padatan dari bubur kedelai yang diperas dan tidak berguna lagi dalam pembuatan tahu dan cukup potensial dipakai sebagai bahan makanan karena ampas tahu masih mengandung gizi yang baik. Penggunaan ampas tahu masih sangat terbatas bahkan sering sekali menjadi limbah yang tidak termanfaatkan sama sekali (Winarno, 2003).

Dalam proses pembuatan tahu akan diperoleh hasil lain, yakni ampas tahu (limbah padat) dan sari tahu (limbah cair). Bahan dasar pembuatan tahu adalah dengan menggunakan kedelai, kedelai tersebut digiling menggunakan alat penggiling dan dicampurkan dengan air panas. Penggilingan dengan air panas akan menghasilkan bubur kedelai, kemudian bubur kedelai tersebut dipanaskan hingga muncul gelembung-gelembung kecil lalu diangkat dan biarkan agak dingin setelah itu bubur kedelai tersebut disaring sehingga diperoleh sari kedelai dan ampas kedelai atau lebih dikenal dengan sebutan Ampas Tahu.

(2)

a) Ampas Tahu Kering b) Ampas Tahu Basah Gambar 2.1 Ampas Tahu Kering dan Ampas Tahu Basah

Pengolahan ampas tahu untuk bahan pangan (makanan) dapat meningkatkan program pemerintah dalam membantu meningkatkan gizi masyarakat pada. Ampas tahu yang berkadar air tinggi sisa pembuatan tahu menjadi sarang bakteri jika dibuang ditempat lembab dan berair, disertai bau khas sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan dan berpengaruh negatif pada kelestarian lingkungan hidup. Pencemaran lingkungan tersebut dapat dicegah dengan memanfaatkan limbah sebaik-baiknya (Handasari, 2010).

Tabel 2.1 Komposisi Zat Gizi Ampas Tahu dalam 100 gram

Komposisi Jumlah

Protein (g) 5,6

Lemak (g) 2,1

Karbohidrat (g) 8,1

Kalsium (mg) 460,0

Besi (mg) 1,0

Vitamin A (SI) 1,0

Vitamin B1(mg) 00,7

Vitamin C (mg) 0,0

Air (g) 84,1

Sumber: Arbaiyah (2003)

(3)

2.1.1 Tepung Ampas Tahu

Tepung ampas tahu adalah hancuran ampas tahu kering, kemudian dihaluskan (giling) dan diayak dengan tingkat kehalusan kurang lebih 80 mesh. Tepung ampas tahu berwarna putih kecoklatan dan aroma langu khas ampas tahu.

Menurut Rahayu (2012) yang dikutip oleh Wati (2013) ampas tahu basah dalam per 100 gram mengandung Karbohidrat 11,07%, Protein 4,71%, Lemak 1,94% dan Abu 0,08%. Oleh karena itu ampas tahu perlu dioptimalkan pemanfaatanya sebagai bahan pangan campuran/subtitusi pada bahan pangan dasar pada olahan makanan. Akan tetapi ampas tahu basah mudah mengalami kerusakan dan pembusukan sehingga perlu penanganan lebih lanjut untuk meningkatkan umur simpan ampas tahu serta lebih fleksibel dalam penggunaan misalnya dengan cara dibuat tepung.

(4)

Tabel 2.2 Kandungan Gizi Tepung Ampas Tahu 100 Gram

Berdasarkan hasil penelitian di Laboratorium Ka Balai Penelitian Mutu dan keamanan Pangan Fakultas Teknologi Pertanian UNIKA kandungan tersebut lebih tinggi dari tepung terigu dalam berat yang sama.

Kelebihan lain dari tepung ampas tahu adalah adanya kandungan serat kasar lebih besar dari tepung terigu, sehingga kandungan serat pada tepung ampas tahu ini dapat membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan serat pada tubuh, karena sekarang ini masyarakat lebih suka mengkonsumsi produk siap saji yang pada umumnya rendah serat. Tepung ampas tahu dalam olahan makanan terutama sebagai komposit tepung terigu perlu di optimalkan karena tepung ampas tahu sifat fisiknya seperti tepung pada umumnya sehingga dapat dioptimalkan sebagai bahan komposit pada tepung terigu.

2.1.2 Kandungan Gizi Tepung Ampas Tahu

(5)

a. Karbohidrat

Tepung ampas tahu mempunyai kandungan karbohidrat 66,24%, karbohidrat mempunyai fungsi, yaitu menyediakan energi bagi tubuh. Karbohidrat merupakan sumber utama energi bagi penduduk di seluruh dunia, karena banyak di dapat di alam dan harganya relatif murah. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kkalori. Sebagian karbohidrat didalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan energi segera, sebagian disimpan sebagai glikogen dalam hati dan jaringan otot dan sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi didalam jaringan lemak.

b. Protein

Kandungan protein pada tepung ampas tahu 17,72%, protein berfungsi sebagai pertumbuhan dan pemeliharaan sebelum sel-sel dapat mensintesis protein baru, harus tersedia semua asam amino esensial yang diperlukan dan cukup nitrogen atau ikatan amino (NH2) guna pembentukan asam – asam amino nonesensial yang diperlukan, pembentukan ikatan-ikatan Esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh, pembentukan antibodi, mengangkut zat-zat gizi dan sumber energi.

a. Lemak

(6)

Kandungan-kandungan gizi diatas tersebut lebih tinggi dari tepung terigu dalam berat yang sama. Dibawah ini tabel perbandingan antara tepung ampas tahu dan tepung terigu yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.3 Perbandingan Antara Tepung Ampas Tahu Dengan Tepung Terigu Kadar per 100 gram

Unsur Gizi Tepung Ampas Tahu Tepung Terigu

Karbohidrat (g) 66,24 77,3

Beras merah telah dikenal sejak 2800 SM dan digunakan sebagai obat oleh para tabib pada masa itu. Warna merahnya berasal dari aleuron yang mengandung gen yang memproduksi antosianin – pigmen pemberi warna merah atau unggu yang juga berperan sebagai antioksidan.

Gambar 2.2 Beras Merah Tanpa Kulit

2.2.1 Sistematika Tumbuhan

(7)

2.2.2 Kandungan Kimia

Beras merah mengandung makronutrien beruma karbohidrat, protein dan lemak. Kadar karbohidrat memiliki komposisi terbesar, protein dan lemak menempati posisi kedua dan ketiga. Protein beras terdiri dari 5% fraksi albumin, 10% globulin, 5% prolamin dan 80% glutein. Kandungan lemak berkisar antara 0,3-0,6% pada beras kering giling dan 2,4-3,9% pada beras pecah kulit (Indrasari dan Adnyana, 2007).

Menurut Frei (2004) dalam Nababan (2012), beras, terutama beras merah, disamping sebagai sumber utama karbohidrat, juga mengandung protein, beta karoten, antioksidan dan zat besi. Serat beras merah relatif mudah diserap usus dibanding gandum, sehingga dapat meringankan beban usus dalam melakukan gerakan peristaltik (Indrasari dan Adnyana, 2007) dan melancarkan sistem saluran pencernaan.

Menurut Indriyani, dkk (2013) yang mengutip pendapat Brown (2000), antioksidan adalah komponen yang mampu menghambat proses oksidasi, yaitu proses yang dapat menyebabkan kerusakan atau ketengikan, yang berfungsi sebagai antioksidan pada tepung beras merah adalah kandungan antosianin.

(8)

Tabel 2.4 Penggolongan Beras Berdasarkan Kadar Amilosa

Jenis Beras Kadar Amilosa (%)

Ketan 1-2 terdiri dari molekul-molekul besar yang tersusun atau dirangkai dari unit-unit gula sederhana berupa glukosa. Kalau rangkaiannya lurus disebut amilosa dan kalau rangkaiannya bercabang disebut amilopektin. Rasio amilosa/amilopektin dapat menentukan tekstur, pera tidaknya nasi, cepat tidaknya mengeras serta lekat tidaknya nasi. Rasio amilosa/amilopektin tersebut dapat pula dinyatakan sebagai kadar amilosa saja. Semakin kecil kadar amilosa atau semakin tinggi kadar amilopektin, semakin lekat nasinya. Karena itu, beras ketan kadar amilosanya sangat rendah (1-2%), sedangkan beras yang kadar amilosanya lebih besar dari 2 % disebut beras bukan ketan atau beras biasa.

Beras yang menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia adalah jenis beras putih. Sehingga sebagian besar petani Indonesia menanam beras putih. Padahal jenis beras merah dan hitam memiliki manfaat yang lebih banyak bila dibanding dengan beras putih. Berikut perbandingan berbagai macam beras.

Tabel 2.5 Kandungan Gizi Beras per 100 gram

Jenis Energi Karbohidrat Protein Lemak Serat

Beras Putih 360 kkal 78,9 gr 6,8 gr 0,7 gr 1,0 gr Beras Merah 359 kkal 77,6 gr 7,5 gr 0,9 gr 3,5 gr Beras Pecah Kulit 335 kkal 76,2 gr 7,4 gr 1,9 gr 2,0 gr Beras Hitam 320 kkal 68,0 gr 5,0 gr 1,5 gr 4,0 gr

(9)

2.2.3 Manfaat Beras Merah

Menurut Lase (2013) yang mengutip pendapat (Kayahara, et al., 2000), (Yawadio, et al., 2007), (Ling, et al., 2001), (Hudson, et al., 2000), dapat disimpulkan bahwa beras merah memiliki manfaat potensi dalam kesehatan seperti mencegah sakit kepala, penyakit jantung, penyakit Alzheimer, menurunkan tekanan darah, mencegah diabetes, mengurangi stress oksidatif dan mencegah masalah kardiovaskuler, serta mencegah kanker.

2.2.4 Tepung Beras Merah

Menurut Koswara (2009), tepung beras terdiri dari tepung beras pecah kulit dan tepung beras sosoh. Tepung beras banyak digunakan sebagai bahan baku industri seperti bihun dan bakmi, macaroni, aneka snacks, aneka kue kering (“cookies”), biscuit, “crackers”, makanan bayi, makanan sapihan untuk Balita,

tepung campuran (“composite flour”) dan sebagainya. Secara sederhana beras

dapat diolah menjadi tepung dengan cara mengahancurkannya (menggiling), seperti yang telah banyak dilakukan di rumah tangga atau induatri rumah tangga. Akan tetapi penggunaannya masih sangat terbatas, misalnya untuk membuat makanan ringan atau bubur makanan bayi.

(10)

konsumsi masyarakat saat ini sehingga menunjang program diversifikasi konsumsi pangan.

Standar mutu tepung beras ditentukan menurut Standar Industri Indonesia (SII). Syarat mutu tepung beras yang baik adalah :

Table 2.6 Syarat Mutu Tepung Beras

No. Kriteria Uji Syarat Mutu

Salah satu bentuk olahan beras merah paling sederhana adalah pembuatan tepung beras merah. Tepung merupakan salah satu bentuk alternatif produk setengah jadi yang dianjurkan, karena akan lebih tahan disimpan, mudah dicampur (dibuat komposit), diperkaya zat gizi (difortifikasi), dibentuk dan lebih cepat dimasak sesuai tuntutan kehidupan modern yang serba praktis (Damarjati et al., 2000). Pembuatan tepung beras merah mempunyai kelebihan yaitu

kemudahan penyimpanan dan penyiapan sebagai bahan baku suatu produk serta mempunyai daya tahan yang relative lebih tinggi dibandingkan bentuk bijinya.

2.2.5 Pembuatan Tepung Beras Merah

(11)

Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berikut cara pembuatan tepung beras :

1. Beras diayak atau ditampi untuk menghilangkan kotoran seperti kerikil, sekam dan gabah.

2. Beras yang sudah bersih, kemudian digiling sampai halus dengan menggunakan penggiling hammer mill yang berpenyaring 80 mesh.

a. Beras dapat dicuci terlebih dahulu sampai bersih, kemudian direndam di dalam air selama 6 jam.

b. Setelah itu beras ditiriskan dan dikeringkan sehingga dihasilkan beras lembab. Selanjutnya beras lembab ini digiling sampai halus. Beras lembab ini lebih mudah dihaluskan sehingga penggilingannya lebih cepat dan hemat energi.

c. Setelah digiling, tepung beras perlu dijemur atau dikeringkan sampai kadar air dibawah 14%.

2.2.6 Pembuatan Tepung Pada Umumnya

(12)

Proses pengeringan hingga menjadi tepung dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan cara membiarkan bahan pangan dibawah sinar matahari, yang dikenal dengan istilah pengeringan secara alamiah atau dengan menggunakan panas buatan dalam bentuk udara yang panas dari oven atau konstruksi pada alat pengering yang khusus untuk pengering pada suatu bahan pangan. Pengeringan diterik matahari memang bisa efektif, oleh karena suhu yang dicapai sekitar (35-45°C).

Iklim diwilayah tropis merupakan sumber energi yang sangat cukup potensial. Selain itu juga dapat dikeringkan dengan mesin oven pengering Cabinet Dryer dengan suhu 60°C selama 2 jam. Proses pengeringan ini bertujuan untuk

mengurangi kadar air (Ishak dan Sarinah, 1995).

2.3 Cookies

Cookies merupakan sinonim dengan biskuit biasa digunakan di Amerika sedangkan biskuit digunakan di Inggris. Di Indonesia dalam hal ini Departemen Perindustrian RI membagi biskuit menjadi 4 kelompok yaitu: biskuit keras, crackers, cookies dan wafer (Koswara, 2006). Cookies adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi, relatif renyah dan bila dipatahkan penampangnya potongannya bertekstur kurang padat. Berbeda dengan cookies, biskuit adalah jenis biskuit manis yang dibuat dari adonan keras,

(13)

Cookies yang baik terasa ringan dan rapuh, namun cukup keras untuk menahan isian. Biasanya disajikan pada saat minum teh. Cookies dibuat dari campuran tepung , telur, gula, lemak dan buah-buah kering, kacang-kacangan atau cokelat ditambah berbagai macam rasa. Contoh cookies, yaitu choco chip, almond cookies, coconut cookies dan lain-lain.

Cookies atau kue kering merupakan salah satu makanan ringan atau snack

yang proses pematangannya dengan cara dipanggang. Aroma dari satu cookies tidak hanya ditentukan oleh satu komponen, tetapi juga oleh beberapa komponen tertentu yang menimbulkan bau khas, misalnya dengan penambahan margarin dan telur dapat memberikan aroma cookies yang dihasilkan. Ciri khas lain dari cookies ini adalah kandungan lemaknya yang sangat tinggi (Astuti, 2012).

(14)

Tabel 2.7 Syarat Mutu Biskuit Menurut SNI 01-2973-1992

Kriteria Uji Syarat

Energi (kkal/100 gram) Minimum 400

Air (%) Maksimum 5

Logam Berbahaya Negatif

Bau dan Rasa Normal dan tidak tengik

Warna Normal

Sumber: Standar Nasional Indonesia (1992)

Cookies juga dapat bersifat fungsional bila di dalam proses pembuatannya

ditambahkan bahan yang mempunyai aktivitas fisiologis dengan memberikan efek positif bagi kesehatan tubuh, misalnya cookies yang diperkaya dengan serat, kalsium atau provitamin A. Penyebab terjadinya peningkatan rasa enak dari suatu produk pangan (cookies dan kue kering lain) ditentukan oleh besarnya protein dan lemak dalam produk tersebut. Kandungan protein dari suatu bahan makanan berkolerasi cukup tinggi terhadap penilaian konsumen terutama dalam hal rasa (Fatmawati, 2012).

2.3.1 Proses Pembuatan Cookies

Proses pembuatan cookies secara garis besar terdiri dari pencampuran

(mixing), pembentukan (forming) dan pemanggangan (bucking). Tahap

pencampuran bertujuan meratakan penditribusian bahan-bahan yang digunakan dan untuk memperoleh adonan dengan konsistensi yang halus.

(15)

selanjutnya bahan-bahan lainnya. Pada metode continous biasanya dipilih karena keefektifannya, memaksimalkan output dan meminimalkan input karena proses yang kontinu. Pencampuran adonan cookies biasanya diawali pencampuran antara gula dan shortening (disebut creaming method) kemudian bahan-bahan lain seperti tepung dan bahan pengembang dimasukkan.

(16)

2.3.2 Bahan-Bahan Dalam Pembuatan Cookies

Dalam pembuatan cookies yang baik ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :

1. Pilih tepung berprotein rendah dengan jumlah yang tepat. Jumlah tepung yang terlalu banyak akan membuat biskuit bertekstur keras. Sebaliknya, jika tepungnya kurang akan menghasilkan biskuit yang tidak renyah. Tepung yang berprotein rendah adalah yang mempunyai kandungan protein 9-11% (Subagjo, 2007).

2. Gula juga memegang peran penting. Sebaiknya ganti dengan bahan yang rendah kalori atau dimodifikasi dengan bahan yang mempunyai cita rasa manis, misalnya gula dari buah-buahan.

3. Bahan lemak yang biasanya digunakan untuk membuat kering adalah margarin, mentega atau minyak. Jumlah yang digunakan sesuai dengan kebutuhan kesehatan tubuh.

4. Telur merupakan bahan pokok pembuat biskuit. Dapat digunakan bagian putih atau kuningnya saja. Jika kuningnya yang digunakan, pilih dari telur yang sudah dibuat rendah kolesterolnya.

5. Bahan pemuai terkadang diperlukan juga dalam pembuatan kue kering. Bahan ini menjadikan kue bertambah renyah. Baking powder dipilih terutama untuk kue kering yang mengandung coklat bubuk.

(17)

menangkal zat radikal bebas penyebab kanker, menurunkan kandungan kolesterol dalam darah, menghindari penyakit jantung koroner, mengurangi tekanan darah tinggi, membantu mengurangi keluhan pada masa menopause dan mencegah osteoporosis.

2.3.3 Resep dan Cara Pembuatan Cookies

Salah satu resep dalam membuat cookies, yaitu chocolate cookies, untuk membuat adonan dibawah ini akan dihasilkan ± 80 keping. Berikut bahan pembuatannya :

- 200 gram margarin - 180 gram tepung terigu - 300 gram gula halus - 4 kuning telur - 20 gram susu bubuk - 30 gram cokelat bubuk Cara membuat:

1. Kocok margarin dan gula halus selama 1 menit kemudian masukkan kuning telur.

2. Tambahkan terigu dan susu bubuk, aduk hingga tercampur. 3. Giling adonan, kemudian cetak.

4. Letakkan adonan kue yang telah dibentuk dalam loyang yang sudah diolesi mentega.

(18)

Resep ini dipilih dengan tujuan untuk menyamarkan aroma langu khas ampas tahu pada cookies. Cookies adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi, renyah dan bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur kurang padat. Formula diatas dapat dikembangkan sesuai dengan selera dan pertimbangan ekonomis.

2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pembuatan Cookies

1. Pencampuran bahan

Pada tahap pencampuran bahan, empat tahap pencampuran akan mempengaruhi kandungan protein pada setiap pencampuran. Tahap pencampuran ini harus memiliki ukuran/penimbangan yang tepat pada masing-masing bahan. Pencampuran bahan ini adalah jumlah campuran bahan untuk membuat kudapan tersebut, semakin banyak tepung maka semakin besar kandungan proteinnya. 2. Pengeringan

(19)

3. Pemanggangan / Suhu

Tahap terakhir dalam pembuatan cookies adalah dengan cara pemanggangan adonan kudapan yang sudah jadi dengan suhu tertentu. Suhu yang terlalu tinggi dapat merusak kandungan protein di dalam adonan, karena protein tidak tahan terhadap suhu tinggi dan oksidasi (Siregar, 2010).

2.4 Daya Terima

Daya terima makanan adalah kesanggupan seseorang dalam menghabiskan makanan yang disajikan. Daya terima makanan dapat didefinisikan sebagai tingkat kesukaan atau ketidaksukaan individu terhadap suatu jenis makanan. Tingkat kesukaan ini berbeda setiap individu. Sehingga berpengaruh terhadap konsumsi pangan (Suhardjo, 2003).

(20)

2.4.1 Uji Organoleptik

Uji organoleptik disebut juga penilaian indera atau penilaian sensorik yang merupakan suatu cara penilaian yang primitif yang sudah lama dikenal. Penilaian organoleptik sangat banyak digunakan dalam menilai mutu dalam industri pangan dan industri hasil pangan lainnya. Dalam suatu waktu, penilaian ini dapat memberikan hasil penilaian yang sangat teliti. Karena dalam beberapa hal penilaian dengan indera bahkan melebihi ketelitian dengan alat yang sensitif (Susiwi, 2009).

Sistem penilaian organoleptik telah dibakukan dan dijadikan alat penilaian didalam Laboratorium. Penilaian organoleptik juga telah digunakan sebagai metode dalam penilaian dan pengembangan produk. Dalam hal ini prosedur penilaian memerlukan pembakuan yang baik dalam cara penginderaan maupun dalam melakukan analisa data (Rahayu, 2001).

2.4.2 Sifat Mutu Organoleptik

Sifat mutu organoleptik adalah mutu produk yang hanya dapat diukur atau dinilai dengan uji atau penilaian organoleptik. Sifat organoleptik merupakan hasil reaksi fisiopsikologis berupa tanggapan atau kesan pribadi seorang panelis atau penguji mutu (Winiati, 1998). Sifat mutu organoleptik yang sering digunakan adalah :

1. Mutu visual yang meliputi warna, kekeruhan, kilap, bening dan sebagainya. 2. Mutu bau atau aroma yang meliputi wangi, busuk, tengik dan sebagainya. 3. Mutu rasa yang meliputi manis, asin, pedas, lezat dan sebagainya.

(21)

2.4.3 Panelis

Menurut Rahayu (2001), dalam penilaian organoleptik dikenal tujuh macam pael, yaitu panel perseorangan, panel terbatas, panel terlatih, panel agak terlatih, panel tidak terlatih, panel konsumen dan panel anak-anak. Perbedaan ketujuh panel tersebut didasarkan pada keahlian dalam melakukan penilaian organoleptik.

1. Panel Perseorangan

Panel perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan spesifik yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang sangat intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan cara pengolahan bahan yang akan dinilai dan menguasai metode-metode analisa organoleptik dengan sangat baik. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah kepekaan tinggi, biasa dapat dihindari, penilaian efisien. Panel perseorangan biasanya digunakan untuk mendeteksi penyimpangan yang tidak terlalu banyak dan mengenali penyebabnya.

2. Panel Terbatas

Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi sehingga bias lebih dapat dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik faktor-faktor dalam penilaian organoleptik dan mengetahui cara pengolahan dan pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir.

3. Panel Terlatih

(22)

latihan-latihan. Panelis ini dapat menilai veverapa rangsangan sehingga tidak terlampau spesifik.

4. Panel Agak Terlatih

Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumnya dilatih untuk mengetahui sidat-sifat tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu. Sedangkan data yang sangat menyimpang boleh tidak digunakan dalam keputusannya.

5. Panel Tidak Terlatih

Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih berdasaran jenis suku-suku bangsa, tingkat social dan pendidikan. Panel tidak terlatihnya diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang sederhana seperti sifat kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam uji pembedaan. Panel tidak terlatih biasanya terdiri dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria sama dengan panelis wanita.

6. Panel Konsumen

Panel konsumen teridir dari 30 hingga 100 orang tergantung pada target pemasaran komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan dapat ditentukan berdasarkan perorangan atau kelompok tertentu.

7. Panel Anak-Anak

(23)

atau dengan bermain bersama, kemudian dipanggil untuk diminta responnya terhadap produk yang dinilai dengan alat bantu gambar seperti boneka yang sedang sedih, biasa atau tertawa.

2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Pembuatan cookies dilakukan dengan menggunakan tepung ampas tahu dan tepung beras merah sebagai pengganti tepung terigu dengan perbandingan yang telah ditentukan akhirnya menentukan daya terima dan nilai gizinya.

Daya Terima

Kandungan Gizi Substitusi tepung ampas

tahu dan tepung beras merah terhadap tepung terigu dalam pembuatan

Gambar

Tabel 2.2  Kandungan Gizi Tepung Ampas Tahu 100 Gram No. Zat Gizi Ampas Tahu Kering (%)
Tabel 2.3  Perbandingan Antara Tepung Ampas Tahu Dengan Tepung Terigu Kadar per 100 gram
Tabel 2.4  Penggolongan Beras Berdasarkan Kadar Amilosa  Jenis Beras Kadar Amilosa (%)
Table 2.6  Syarat Mutu Tepung Beras No. Kriteria Uji
+2

Referensi

Dokumen terkait

Ampas tahu mempunyai nilai ekonomi yang rendah, mudah rusak dan tidak dapat disimpan lama, hal ini dikarenakan ampas tahu masih mengandung kadar air tinggi yaitu

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh substitusi tepung ampas tahu yang signifikan terhadap kadar protein dan daya terima brownies kukus ampas

Hasil dari penilaian daya terima panelis terhadap warna, aroma, rasa, tekstur dan keseluruhan brownies kukus dengan substitusi tepung ampas tahu dari tepung

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG AMPAS TAHU DALAM PEMBUATAN NUGGET TERHADAP KADAR PROTEIN DAN DAYA TERIMA KONSUMEN.. Ampas tahu merupakan hasil sampingan dalam proses pembuatan

Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahi pengaruh substitusi tepung ampas tah terhadap tingkat kekerasan dan daya terima

mengenai pengaruh substitusi tepung ampas tahu pada egg roll terhadap. kadar protein dan

Biskuit kombinasi tepung ampas tahu dan bekatul beras merah 40%:20% memiliki kualitas paling baik ditinjau dari sifat kimia, fisik dan organoleptiknya terutama dari

Kandungan serat yang terkandung dalam karbohidrat dalam tepung ampas tahu memiliki sifat mudah menyerap cairan, sehingga semakin banyak penggunaan tepung ampas tahu, maka