• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HYBRID CRYPTOSYSTEM ALGORITMA ELGAMAL DAN ALGORITMA TRIPLE DES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS HYBRID CRYPTOSYSTEM ALGORITMA ELGAMAL DAN ALGORITMA TRIPLE DES"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HYBRID CRYPTOSYSTEM ALGORITMA ELGAMAL DAN

ALGORITMA TRIPLE DES

Achmad Fauzi1), Yani Maulita2)

STMIK Kaputama Binjai

Jl. Veteran No. 4A-9A, Binjai, Medan, Sumatera Utara Email: fauzyrivai88@gmail.com 1 ), yassa_26@ymail.com 2)

Abstrak

Algoritma Elgamal dan Triple DES (Triple data Encryption Standard) adalah algoritma simetrik dan asimetris yang digunakan dalam kriptografi untuk mengamankan data dengan enkripsi data. Dua di antara algoritma tersebut adalah Algoritma El-gamal dan Algoritma Triple DES. Algoritma El-gamal dan Algoritma Triple DES merupakan varian dari algoritma block cipher. Algoritma Triple DES berasal dari algoritma DES, karena itu kelemahan yang terdapat pada algoritma DES dapat ditemukan juga pada algoritma Triple DES meskipun ada sebagian kelemahan pada DES yang sudah diatasi di dalam Triple DES. Triple DES menggunakan kunci berukuran tiga kali lipat dari kunci DES yang berukuran 56 bits, karena itu untuk mencari kunci tersebut pada Triple DES diperlukan waktu yang lebih lama daripada DES. Kunci pada Triple DES dapat dipecahkan dengan menggunakan Differential Attack. Prinsip daripada serangan tersebut adalah dengan membandingkan pasangan plaintext dan pasangan ciphertext untuk menemukan kunci yang digunakan Untuk menentukan keamanan ke dua algoritma tersebut, dibutuhkan analisis keamanan antar kedua algoritma. Dalam tulisan ini, penulis akan mencoba melakukan studi analisis Penggabungan antar kedua algoritma. Analisis akan dilakukan dari proses Keamanannya pada setiap algoritma

Kata kunci:Elgamal, Triple DES, Kriptografi, Enkripsi, Dekripsi, Key.

1. Pendahuluan

Dalam kriptografi terdapat beberapa algoritma yang dapat menyandikan data, tetapi masih jarang orang yang mengerti bagaimana mengunci ataupun mengamankan sebuah file sehingga tidak dapat diakses oleh orang lain data asli yang akan dikirimkan dan dalam kriptografi sebagai plaintext, dan data yang telah disandikan disebut sebagai ciphertext. (Munir, 2006). Berdasarkan kunci yang digunakan untuk enkripsi dan dekripsi, kriptografi dapat dibedakan

menjadi kriptografi kunci simetris (symmetric-key cryptography) dan kriptografi kunci asimetris

(asymmetric-key cryptography).(Munir, 2006) Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya. Kriptografi simetris memiliki kelebihan waktu proses untuk enkripsi dan dekripsi relatif cepat, hal ini disebabkan karena efisiensi yang terjadi pada pembangkit kunci namun distribusi kunci tidak aman. Sementara kriptografi asimetris justru sebaliknya, masalah keamanan pada distribusi kunci dapat diatasi namun kecepatan proses enkripsi dan dekripsi tergolong lambat. Maka ada upaya untuk menggabungkan kedua jenis kriptografi tersebut sehingga dihasilkan tingkat keamanan yang tinggi namun cepat dalam proses enkripsi dan dekripsi yang dikenal dengan metode hybrid cryptosystem.

Algoritma El-gamal juga termasuk algoritma yang populer. Algoritma ini melakukan pemfaktoran bilangan yang sangat besar. Oleh karena alasan tersebut Elgamal dianggap aman, karena mempunyai kelebihan di proses peritungan dalam pembentukan kunci dengan menggunakan pengacakan bilangan prima, namun kelemahannya diantarannya adalah mempunyai kapasitas yang agak besar setelah di dekripsi.

Algoritma Triple DES berasal dari algoritma DES, karena itu kelemahan yang terdapat pada algoritma DES dapat ditemukan juga pada algoritma Triple DES meskipun ada sebagian kelemahan pada DES yang sudah diatasi di dalam Triple DES. Triple DES menggunakan kunci berukuran tiga kali lipat dari kunci DES yang berukuran 56 bits, karena itu untuk mencari kunci tersebut pada Triple DES diperlukan waktu yang lebih lama daripada DES. Kunci pada Triple DES dapat dipecahkan dengan menggunakan Differential Attack. Prinsip daripada serangan tersebut adalah dengan membandingkan pasangan plaintext dan pasangan ciphertext untuk menemukan kunci yang digunakan.

(2)

penggunaan algoritma hybrid, teknik enkripsi yang digunakan adalah enkripsi simetri dimana kunci dekripsi sama dengan kunci enkripsi. Untuk public key cryptography, diperlukan teknik enkripsi simetris dimana kunci dekripsi tidak sama dengan kunci enkripsi.

2. Definisi Kriptografi

Secara etimologi (ilmu asal usul kata), kata kriptografi berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa Yunani yaitu “kriptos” dan “graphia”. Kata

kriptos digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu yang disembunyikan, rahasia atau misterius. Sedangkan kata graphia berarti tulisan. Dalam menjaga kerahasiaan data, kriptografi mentransformasikan data jelas (plaintext) ke dalam bentuk data sandi (ciphertext) yang tidak dapat dikenali. Ciphertext inilah yang kemudian dikirimkan oleh pengirim (sender) kepada penerima (receiver). Setelah sampai di penerima, ciphertext tersebut ditranformasikan kembali ke dalam bentuk plaintext

agar dapat dikenali.

Dalam arti lain, cryptography adalah seni dan ilmu dalam mengamankan pesan. Dalam dunia kriptografi, pesan disebut plaintext atau cleartext. Proses untuk menyamarkan pesan dengan cara sedemikian rupa untuk menyembunyikan isi aslinya disebut enkripsi. Pesan yang telah dienkripsi disebut

ciphertext. Proses pengembalian sebuah ciphertext ke

plaintext disebut dekripsi.

Gambar 2.1 Konsep Proses Enkripsi dan Dekripsi Sumber : Kriptografi, Dony Ariyus, Andi Publisher

Cryptographer adalah orang yang mempraktekkan ilmu kriptografi, sedangkan cryptoanalysts adalah orang yang mempraktekkan kriptanalisis, seni dan ilmu dalam memecahkan ciphertext.

Aturan fundamental kriptografi yaitu seseorang harus mengasumsikan bahwa seorang kriptoanalis menguasai algoritma umum enkripsi yang digunakan. Dengan kata lain, kriptanalis mengetahui cara kerja algoritma enkripsi. Jumlah usaha yang diperlukan untuk menemukan, menguji, dan memasang algoritma baru yang selalu berkompromi atau berfikir untuk berkompromi dengan algoritma lama, akan menyebabkan algoritma baru itu menjadi tidak berguna untuk menjaga kerahasiaan. Sistem kriptografi atau

Algoritma Kriptografi adalah sebuah algoritma

kriptografi ditambah semua kemungkinan plaintext,

ciphertext dan kunci.

2.1 Hibrid Cryptosystem

Hybrid cryptosystem merupakan gabungan antara cryptosystem yang memakai asymmetric cryptosystem dan cryptosystem yang memakai

symmetric cryptosystem. (Schneier, 1996)

Cryptosystem adalah suatu fasilitas untuk mengkonversikan plaintext ke ciphertext dan sebaliknya, cryptosystem terdiri dari suatu algoritma seluruh kemungkinan plaintext, ciphertext, dan kunci.

Algoritma hibrid adalah algoritma yang memanfaatkan dua tingkatan kunci yaitu kunci rahasia (simetris) – yang disebut juga session key (kunci sesi) – untuk enkripsi data dan pasangan kunci rahasia – kunci public untuk pemberian tanda tangan digital serta melidungi kunci simetriss. (Ariyus, 2008)

Kriptografi hibrid sering dipakai karena memanfaatkan keunggulan kecepatan pemrosesan data oleh algoritma simetris dan kemudahan transfer kunci menggunakan algoritma asimetris. Hal ini mengakibatkan peningkatan kecepatan tanpa mengurangi kenyamanan serta keamanan.

2.2 El Gamal

Algoritma ElGamal ditemukan pada tahun 1985 oleh ilmuwan Mesir yaitu Taher ElGamal. Algoritma ElGamal merupakan algoritma berdasarkan konsep kunci publik. Algoritma ini pada umumnya digunakan untuk digital signature, namun kemudian dimodifikasi sehingga bisa digunakan untuk enkripsi dan dekripsi. Algoritma kriptografi kunci publik ElGamal merupakan algoritma blok chipper yaitu algoritma yang melakukan proses enkripsi pada blok-blok plainteks yang kemudian menghasilkan blok chipertext, yang nantinya blok-blok chipertext tersebut akan didekripsi kembali dan hasilnya kemudian digabungkan menjadi plainteks semula.

(3)

Dari beberapa banyak algoritma kriptografi kunci-publik yang pernah dibuat, algoritma El-gamal juga termasuk algoritma yang populer. Algoritma ini melakukan pemfaktoran bilangan yang sangat besar. Oleh karena alasan tersebut El-gamal dianggap aman. Untuk membangkitkan dua kunci, dipilih dua bilangan prima acak yang besar. (Ariyus, 2008).

Enkripsi ElGamal merupakan salah satu skema enkripsi yang memanfaatkan pengacakan dalam proses enkripsi. Lainnya termasuk enkripsi McEliece (x 8.5), dan Goldwasser-Micali (x 8.7.1), dan Blum-Goldwasser (x8.7.2) enkripsi probabilistik. Skema enkripsi deterministik seperti RSA juga dapat menggunakan pengacakan untuk menghindari beberapa serangan (misalnya, lihat x8.2.2 (ii) dan x8.2.2 (iii)). Ide dasar di balik enkripsi acak adalah dengan menggunakan pengacakan untuk keamanan kriptografi dari proses enkripsi melalui satu atau lebih metode berikut -Meningkatkan ukuran efektif dari ruang pesan plaintext. Proses enkripsi menggunakan kunci publik (p,g,y) dan sebuah bilangan integer acak k (k ∈{0,1,..., p − 1}) yang dijaga kerahasiaannya oleh penerima pesan. Untuk setiap karakter dalam pesan dienkripsi dengan menggunakan bilangan k yang berbeda-beda. Satu karakter yang direpresentasikan dengan menggunakan bilangan bulat ASCII akan menghasilkan kode dalam bentuk blok yang terdiri atas dua nilai (a, b). (Rashmi Singh, Shiv Kumar, 2012)

a) Ambil sebuah karakter dalam pesan yang akan dienkripsi dan transformasi karakter tersebut ke dalam kode ASCII sehingga diperoleh bilangan bulat m. Plainteks tersebut disusun menjadi blok-blok m1, m2, …, sedemikian hingga setiap blok-blok merepresentasikan nilai di dalam rentang 0 (nol) sampai p-1.

b) Memilih bilangan acak k, yang dalam hal ini 0 < k < p-1, sedemikian hingga k relative prima

e) Melakukan proses di atas untuk seluruh karakter dalam pesan termasuk karakter spasi.

Dekripsi dari cipherteks ke plainteks menggunakan kunci rahasia a yang disimpan kerahasiaanya oleh penerima pesan. Teorema :

Diberikan (p,g, y) sebagai kunci public dan x sebagai kunci rahasia pada algoritma ElGamal. Jika diberikan cipherteks (a, b), maka menggunakan “persamaan (4)” dan “persamaan (5)”.

Gambar 2.7. Pembentukan Kunci

Secara garis besar algoritma el-gamal mempunya langkah-langkah pembentukan kunci sebagai berikut :

a. Bilangan prima, p (bersifat public atau tidak rahasia)

b. Bilangan acak, g (dimana g < p dan bersifat public atau tidak rahasia)

c. Bilangan acak, x (dimana x < p dan bersifat private atau rahasia)

d. Bilangan acak, k (dimana k < p dan bersifat private atau rahasia)

e. m merupakan plainteks dan bersifat private/rahasia

f. a dan b merupakan pasangan chiperteks hasil enkripsi bersifat private atau tidak rahasia.

(4)

dekripsi pesan. Kunci untuk enkripsi dibangkitkan dari nilai p, g, y sedangkan kunci untuk dekripsi terdiri dari nilai x, p. Masing-masing nilai mempunyai persyaratan yang harus dipenuhi.

Langkah-langkah dalam pembuatan kunci adalah sebagai berikut :

1. Pilih sembarang bilangan prima p, dengan syarat p > 255.

2. Pilih bilangan acak g dengan syarat g < p. 3. Pilih bilangan acak x dengan syarat 1 ≤ x ≤ p – 2. 4. Hitung y = g^x mod p.

Kunci public nya adalah y, g, p sedangkan kunci private nya adalah x. nilai y, g, dan p tidak dirahasiakan sedangkan nilai x harus dirahasiakan karena merupakan kunci privat untuk mendekripsi plainteks. (Rashmi Singh, Shiv Kumar, 2012).

2.3 Triple DES (3DES)

Sebelum adanya kriptografi Triple DES (3DES), awalnya kriptografi ini bernama algoritma DES.

DES atau Data Encryption Standard merupakan algoritma penyandian yang diadopsi dan dibakukan oleh NBS (National Bureau Standard) yang kini menjadi NIST (National Institute of Standards and Technology) pada tahun 1977 sebagai FIPS 46 (Federal Information Processing Standard).

DES bermula dari hasil riset Tuchman Meyer

yang diajukan sebagai kandidat Sandi Standard Nasional yang diusulkan oleh NBS. Konon katanya, algoritma yang dikembangkan oleh Tuchman Meyer

ini merupakan algoritma terbaik dari semua kandidat Sandi StandardNasional.

Pada mulanya, algoritma yang kini disebut

DES, memiliki panjang kunci sandi 128 bit. Namun selama proses pengadopsian, NBS melibatkan NSA

(National Security Agency), dan algoritma sandi ini mengalami pengurangan ukuran kunci sandi dari 128 bit menjadi 56 bit saja. Bila dibandingkan dengan performa komputer personal pada saat itu, algoritma sandi dengan panjang kunci 56 bit dapat dikatakan cukup aman bila digunakan oleh orang-orang “biasa”, tapi dapat dengan mudah dipecahkan dengan peralatan canggih dan tentunya kepemilikan alat canggih ini hanya dapat dijangkau oleh organisasi elit seperti NSA.

Jadi DES merupakan algoritma enkripsi blok simetris. DES dikatakan enkripsi blok karena pemrosesan data baik enkripsi maupun dekripsi, diimplementasikan per blok (dalam hal ini 8 byte).

DES dikatakan enkripsi simetris karena algoritma yang digunakan untuk enkripsi relatif atau bahkan sama persis dengan algoritma yang digunakan dalam proses dekripsi.

Dikarenakan terdapat banyak kelemahan dari algoritma DES, dilakukan pengembangan yang lebih baik lagi dan akhirnya lahirlah algoritma Triple DES (3DES). Sehingga menghasilkan pra-cipherteks kedua. Tahap terakhir, pra-cipherteks kedua yang

dihasilkan pada tahap kedua, dioperasikan dengan kunci eksternal ketiga (K3) dan melakukan proses enkripsi dengan menggunakan algoritma DES, sehingga menghasilkan cipherteks (C).

Gambar. 2.2 Algoritma 3DE S(NIST, 2004)

Sumber : Schneier, 1996

Triple DES merupakan implementasi dari 3 (tiga) putaran DES dan proses yang akan penulis gunakan pada proses enkripsi maupun dekripsi adalah proses dari algoritma DES. Berikut adalah flowchart algoritma Triple DES

Gambar 2.3. Skema Algoritma Triple DES

Proses penyelesaian metode kriptografi 3DES dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu:

1. Proses Pembentukan Kunci

Proses pembentukan kunci internal dapat dilakukan sebelum atau bersamaan dengan proses enkripsi. Karena ada 16 putaran, dibutuhkan kunci internal sebanyak 16 buah, yaitu K1, K2, K3, ..., K16. Kunci internal dibangkitkan dari kunci eksternal yang panjangnya 64 bit atau 8 karakter. Ada dua pilihan untuk pemilihan kunci eksternal algoritma Triple, yaitu:

Jumlah kunci yang digunakan pada Triple DES adalah 3 buah dengan panjang masing-masing kunci adalah 8 karakter.

(5)

2. K1 = K3 ≠ K2 3. K1 = K2 = K3

Pemilihan kunci biasanya didasarkan atas metode Triple DES mana yang akan digunakan:

1. Metode EEE atau EK3( EK2( EK1 (P))).

2. Metode EDE atau EK3( DK2( EK1 (P))).

Untuk metode pertama maka ketiga kemungkinan kunci dapat digunakan dikarenakan proses yang terjadi adalah Enkripsi sebanyak 3 kali, meskipun kunci yang paling aman adalah K1 ≠ K2 ≠ K3 dikarenakan panjang kunci adalah 168 bits (setelah mengalami proses permutasi PC-1) .Untuk metode kedua maka kemungkinan yang dapat dipakai adalah pilihan pertama dan kedua. Pilihan ketiga, di mana semua kunci adalah sama, tidak dapat digunakan karena akan mengubah Triple DES menjadi DES. Dapat dilihat pada persamaan berikut:

EK3( DK2( EK1 (P))), dengan K1 = K2 = K3,

maka DK2( EK1 (P)) = P,

dan didapat EK3(P)

Pada proses pembentukan kunci internal ini dapat dilakukan sebelum atau bersamaan dengan proses enkripsi. Karena ada 16 putaran, dibutuhkan kunci internal sebanyak 16 buah, yaitu K1, K2, K3, ..., K16. Kunci internal dibangkitkan dari kunci eksternal yang panjangnya 64 bit atau 8 karakter.

Gambar 2.4 Flowchart Pembentukan Kunci DES

2. Proses Enkripsi

Proses enkripsi dengan algoritma 3DES terdiri dari 16 iterasi (putaran). Proses ini memiliki input data plaintext 64 bit yang identik dengan 16 digit heksadesimal atau 8 karakter. Proses enkripsi dilakukan setelah permutasi awal.

Berikut adalah algoritma enkripsi Triplede Data Encryption Standard:

Gambar 2.5 Flowchart Proses Enkripsi

3. Proses Dekripsi

(6)

Gambar 2.6 Flowchart Proses Dekripsi

Gambar 2.6 menunjukan proses dekripsi dimana ciphertext yang didapat dari proses enkripsi akan dibagi menjadi 2 kelompok dengan masing L (Left) dan R(Right) dan hasilnya kemudian dilakukan iterasi sebanyak 16 putaran dengan L dan R harus dikurangi satu persatu sampai permutasi akhir didapat dengan L dan R sudah di mendapat nilai dan kmudian dilakukan proses dekripsi sehingga hasilnya adalah plaintext.

3. Analisa Algoritma Elgamal dan Triple DES

3.1 Proses Enkripsi Algoritma Elgamal

Pada Hybrit Cryptosystem algoritma Elgamal dan Algoritma Triple DES mempunyai panjang maksimal penentuan bilangan prima adalah P = 257, langkah selanjutnyamelakukan analisis enkripsi pesan pada Algoritma Elgamal yang bertujuan untuk merubah pesan asli (plaintext) ke bentuk pesan rahasia (ciphertext). Adapun urutan proses pesan tersebut adalah :

1. Masukan teks yang akan dienkripsi (Plaintext)

Plaintext = “A P L I K A S I “

2. Pesan akan di potong menjadi blok – blok karakter dan di konversikan ke dalam bilangan ASCII.

Tabel 3.1 Konversi Blok karakter ke dalam kode ASCII

3. Langkah selanjutnya, Proses menentukan bilangan acak

P

{

0,1,

… … …

..257}

kemudian nilai ASCII tersebut dimasukkan kedalam blok-blok nilai m secara berurutan, sehingga menjadi :

Mn Nilai Kunci

m1 65 27

m2 80 105

m3 76 13

m4 73 117

m5 75 23

m6 65 90

m7 83 41

m8 73 55

kemudian di hitung

y ≡ g

x

mod p

dan

m

1

≡b

1.

a

1

p−1−x

mod p

Misalkan Acak membangkitkan pasangan kunci dengan memilih bilangan:

p = 257 g = 17 x = 11

Kemudian p, g, x digunakan untuk menghitung y :

y ≡ g

x

mod p

y ≡

17

11

mod

257

y ≡

223

Hasil algoritma ini adalah :

kunci publik adalah triple (223, 17, 257) kunci private adalahpasangan (11, 257)

dimana ada proses enkripsi a pada algoritma elgamal adalah :

a ≡ g

k

mod p

a

1

17

27

mod

257

a

1

34

Dan dimana ada juga proses enkripsi b adalah :

b ≡ y

k

m mod p

b

1

223

27

65

mod

257

b

1

204

Setelah mendapatkan nilai enkriipsi a dan b, hasil perhitungan tersebut disusun dengan pola selang seling: a1, b1, a2, b2, a3, b3, a4, b4, a5, b5, a6, b6, a7, b7, a8, b8.

Sehingga membentuk chiperteks :

34, 204, 15, 87, 197, 56, 68, 235, 120, 131, 2, 251, 15, 177, 120, 11.

Di dalam bentuk karakter menjadi : "ÌWÅ8Dëxƒû±x♂

3.2 Proses Dekripsi Algoritma Elgamal

6

I Karakter Planiteks Mi mi (ASCII)Plainteks

1 A M1 65

2 P M2 80

3 L M3 76

4 I M4 73

5 K M5 75

(7)

Cipherteks akan di potong menjadi blok – blok perhitungan dengan rumus sebagai berikut :

cn ≡bi . ai

p−1−x

Setelah mendapatkan nilai mn, masing-masing nilai m hasil dekripsi menjadi kode ASCII diubah kembali menjadi karakter.

3.3 Proses Enkripsi dan Dekripsi Algoritma Triple DES

Triple DES merupakan block cipher yang berarti beroperasi pada blok plaintext dari ukuran tertentu 64 bit dan mengembalikan blok ciphertext dengan ukuran yang sama, yang mana masing-masing dapat berupa 0 atau 1 Setiap blok dari 64 bit akan dibagi menjadi dua blok yang terdiri dari 32 bit masing-masing, setengah kiri blok L dan kanan setengah R.

Setelah hasil Dekripsi dari algoritma elgamal plainteks akan di enkripsi lagi dengan algoritma Triple DES di mana dengan pesan Teks sebagai berikut : “ APLIKASI ”. Pesan akan di

konversi ke dalam bentuk bilangan biner terlebih dahulu di mana akan terdiri dari 64 – bit blok teks, proses enkripsi dengan algoritma Triple DES terdiri dari 16 iterasi (putaran). Misalkan salah satu blok

Pertama terlebih dahulu akan dirubah kunci K1 menjadi binary:

K =

0100010101000101010001110100011101011001010010 000100100001010100

Setelah mengalami permutasi terhadap PC-1 maka akan menjadi : program pembangkit bilangan acak Lehmann dengan nilai yang bervaiasi.

Adapun uji coba yang penulis lakukan dapat dilihat pada gambar berikut ini :

- Uji Coba ke-1

(8)

dapat dilihat pada gamabar 4.1 berikut :

Gambar 4.1. Percobaan ke-1

- Uji Coba ke-2

Menggenerate bilangan prima P=19 Sehingga secara acak nilai g=13 akan di dapatkan secara acak sedangkan x=adalah nilai rahasia. Hasil dari proses dapat dilihat pada gamabar 4.2 berikut :

Gambar 4.2. Percobaan ke-2

- Uji Coba ke-3

Menggenerate bilangan prima P=49 Sehingga secara acak nilai g=37 akan di dapatkan secara acak sedangkan x=adalah nilai rahasia. Hasil dari proses dapat dilihat pada gamabar 4.3 berikut :

Gambar 4.3. Percobaan ke-3

Gambar 4.3. Percobaan ke-3

- Uji Coba ke- 4 :

Hasil uji coba terakhir adalah uji coba secara Hybrid Cryptosystem Proses Algoritma Elgamal dan Algoritma Triple DES dan Untuk pengaplikasian algoritma penggabungan ini maka dibuat suatu aplikasi untuk melihat apakah proses enkripsi dan dekripsi dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Tampilan awal dari aplikasi adalah sebagai berikut:

Gambar 4.4. Tampilan Awal Aplikasi

Pada gambar 4.4 dapat dilihat tampilan awal aplikasi yang memiliki textbox:

1. Plaintext: memasukkan plaintext yang hendak dienkripsi

2. Key Elgamal : memasukkan kunci yang terdiri { p, g, x }

3. Generate : mengacak kunci pada algoritma elgamal

4. Key 3DES : memasukkan kunci Triple DES yang terdiri 24 Panjang kuncinya

5. Cipherteks : menampilkan hasil enkripsi berdasarkan proses penggabungan Algoritma Elgamal dengan Triple DES

Selain itu juga terdapat 2 buah tombol:

1. Enkripsi : melakukan proses enkripsi ke dalam Elgamal , Triple DES

2. Dekripsi : melakukan proses dekripsi ke dalam Elgamal , Triple DES

Pada tampilan awal pengujian Setelah plainteks sudah di input pilih tombol Encrypt untuk melakukan proses enkripsi sehingga didapat hasil sebagai berikut:

(9)

didapat hasil dengan plainteks “APLIKASI” sebagai berikut:

Gambar 4.6. Tampilan Hasil Dekripsi

5. Kesimpulan Dan Saran

Kesimpulan yang didapatkan berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan menggabungkan algoritma Elgamal dengan algoritma Triple DES adalah sebagai berikut:

1. Hybryd cryptosystem algoritma elgamal dan algoritma triple DES tersebut hanyalah untuk mengatasi adanya penyerangan sebuah pesan supaya lebih aman karena setiap algoritma mempunyai panjang kunci yang berbeda.

2. Untuk kunci algoritma elgamal dan algoritma triple DES mempunyai perbedaan panjang kunci, sehingga kemungkinan serangan akan lebih sulit membobol pesan tersebut.

3. Pada hybryd cryptosystem kedua algoritma tersebut mempunyai kompleksitas kunci yang dapat di pecahkan dengan beberapa kali pemecahan.

Saran untuk perbaikan penelitian ini agar lebih baik yaitu:

1. Untuk setiap proses algoritma elgamal yang telah digunakan dalam pembankit di dalam algoritma triple DES akan dilakukan penyesuaikan kunci yang telah ditentukan sehingga dapat meningkatkan keamanan algoritma.

2. Aplikasi penggabungan algoritma elgamal dan triple DES dikembangkan lebih lanjut sehingga keamanan plainteks akan dapat meningkat.

Daftar Pustaka:

Ariyus, Dony. 2008. Pengantar Ilmu Kriptografi :Teori, Analisis dan Implementasi, Penerbit Andi:Yogyakarta.

Ariyus, Dony. 2006. Computer Security. Penerbit Andi:Yogyakarta.

Fauziah Yuli, 2008. Pengamanan Pesan Dalam Editor Teks Mengunakan Hybrid Cryptosystem. SemnasIF

Kromodimoeljo Sentot, 2010, Teori & Aplikasi Kriptografi, SPK IT Consulting

Munir, Rinaldi. 2006. Kriptografi. Penerbit Informatika:Bandung.

Madhur, Kapil.,Yadav, Singh, Jitendra.& Vijay, Ashish, 2012. Modified Elgamal over RSA Digital Signature Algorithm (MERDSA). International Journal of Advanced Research in Computer Science and Software Engeneering(1): 2277-128X

Mollin Richard, 2007 An Introduction to Cryptography, Taylor & Francis Group

Munir Rinaldi, 2006, Kriptografi. Penerbit informatika, Bandung

Sadikin Rifki, 2012, Kriptografi untuk keamanan jaringan, CV Andi Offset, Yogyakarta

Gambar

Gambar 2.1  Konsep Proses Enkripsi dan DekripsiSumber : Kriptografi, Dony Ariyus, Andi Publisher
Gambar 2.7. Pembentukan Kunci
Gambar. 2.2  Algoritma 3DE S(NIST, 2004)Sumber : Schneier, 1996
Gambar 2.5 Flowchart Proses Enkripsi
+5

Referensi

Dokumen terkait

Di jaman teknologi yang serba cepat ini beberapa bank telah membuat layanan informasi untuk memenuhi kebutuhan akan informasi baik untuk kalangan intern maupun ekstern dalam hal

Kaltim Tahun Anggaran 2012, menyatakan bahwa pada tanggal 30 Juli 2012 pukul 11.59 Wita tahapan pemasukan/upload dokumen penawaran ditutup sesuai waktu pada aplikasi SPSE

dibuat dalam lembaran komik yang sangat dihargai sebagai suatu karya seni.. Populernya karya-karya Tezuka memacu munculnya banyak serial

Tujuan dari paper ini adalah untuk memperlihatkan bagaimana pemimpin NU, Abdurrahman Wahid (selanjutnya ditulis Gus Dur), menggunakan wacana dialog antaragama sebagai: pertama

Artinya bahwa hilangnya pengetahuan tentang hakikat alam semesta dalam kehidupan manusia, yang telah dianulir oleh rasionalitas yang kemudian menjadi akar dari krisis

Dasar hukum: Pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal juncto Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang

Penelitian ini telah mengukur tekanan darah pada penderita hipertensi di PSTW unit Abiyoso tahun 2012 yang diadakan pada kelompok eksperimen yang diberikan jus tomat selama 7

Jelas di sini tindakan mengusir dan mengasingkan golongan LGBT daripada masyarakat Islam bukan bermaksud mendiskriminasikan mereka, namun sebagai memberi pengajaran