• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi pada Pasien Harga Diri Rendah terhadap Kemampuan Pasien dalam Meningkatkan Harga Diri di Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi pada Pasien Harga Diri Rendah terhadap Kemampuan Pasien dalam Meningkatkan Harga Diri di Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI

TERHADAP KEMAMPUAN PASIEN HARGA DIRI RENDAH

DALAM MENINGKATKAN HARGA DIRI DI RUMAH SAKIT

JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh

Rivo A. Simanjorang

071101059

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Yesus Kristus atas kasih karunianya yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terhadap Kemampuan Pasien Harga Diri Rendah dalam Meningkatkan Harga Diri di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapatkan dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Jenni Marlindawani Purba, S.Kp, MNS sebagai dosen pembimbing skripsi

yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kp, M.Kep selaku dosen penguji I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan yang bermanfaat bagi peneliti. Terimakasih juga atas pasrtisipasi Ibu yang telah memvalidasi kuesioner penulis.

(4)

6. Pimpinan Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan yang telah memberikan izin kepada

penulis agar dapat melakukan penelitian di Rumah Sakit Jiwa Daerah provsu Medan.

7. Teristimewa kepada keluargaku yang tercinta, Ibu, Ayah dan adik-adikku yang senantiasa memberikan dukungan spritual kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Terimakasih juga buat keluarga R.pangaribuan, Nantulang, Revelino, Natalia, dewi dan Yulia yang selalu mengerti dan memberikan motivasi serta dukungan kepada penulis selama penelitian.

8. Teman-temanku yang sangat kusayangi, khususnya Juliana, Leloisa, Siti dan Lina yang senantiasa memberikan masukan dan dukungan kepada penulis. Terimakasih juga buat appiriku, Debora atas doanya. Buat TKKq kak Graze, Wali, Wahyu, Etha, Mei yang masih memberikan semangat buat penulis.

9. Rekan-rekan mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, khususnya stambuk 2007 yang telah memberi dorongan dan semangat bagi penulis demi terselesainya skripsi ini.

(5)

DAFTAR ISI

Judul ... i

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi ... ii

Abstrak ... iii

Abstract ... iv

Prakata ... ... v

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Skema ... ix

3. Pertanyaan Penelitian ... 3

4. Manfaat Penelitian ... 3

4.1 Bagi praktek keperawatan ... 4

4.2 Bagi pendidikan keperawatan... 4

4.3 Bagi penelitian selanjutnya ... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

1. Konsep Harga Diri ... 5

1.1 Defenisi harga diri ... 6

1.2 Konsep harga diri ... 6

1.3 Aspek-aspek harga diri... 8

2. Konsep Harga Diri Rendah ... 9

2.1 Defenisi harga diri rendah ... 9

2.2 Proses terjadinya harga diri rendah ... 11

2.3 Tanda dan gejala harga diri rendah ... 12

2.4 Pohon masalah ... 12

2.5 Masalah keperawatan ... 13

3. Strategi Pelaksanaan Komunikasi ... 13

3.1 Pengertian strategi pelaksanaan komunikasi ... 13

4. Konsep Kemampuan ... 1

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN ... 19

1. Kerangka Konsep Penelitian ... 20

2. Defenisi Operasional ... 21

5. Hipotesa Penelitian ... 21

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 22

(6)

2. Populasi dan Sampel ... 23

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

4. Pertimbangan Etik ... 27

5. Instrumen penelitian ... 27

6. Uji validitas ... 28

7. Uji reliabilitas ... 28

8. Pengumpulan data ... 28

9. Analisa data ... 33

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

1. Hasil Penelitian ... 36

1.1. Analisa univariat ... 36

1.2. Analisa bivariat ... 38

2. Pembahasan ... 45

2.1. Kemampuan kognitif harga diri rendah ... 45

2.2. Kemampuan psikomotor harga diri rendah ... 48

BAB 6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 51

1. Kesimpulan ... 51

2. Keterbatasan Penelitian ... 53

3. Rekomendasi ... 54

3.1. Kemampuan kognitif harga diri rendah ... 54

3.2. Kemampuan psikomotor harga diri rendah ... 54

2.3. Kemampuan kognitif harga diri rendah ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

Lampiran-lampiran

1. Survey Awal 2. Izin Survey Awal 3. Izin Pengambilan Data

4. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 5. Kuesioner Penelitian

6. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan 7. Uji Normalitas

8. Data Demografi Kelompok Intervensi 9. Data demografi Kelompok Kontrol 10. Uji t-test

11. Persentasi Tingkat Kemampuan Pasien 12. Jadwal Tentatif Penelitian

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. : Strategi pelaksanaan komunikasi ...11 Tabel 2. : Defenisi operasional ...17 Tabel 3. : Distribusi frekwensi karakteristik demografi berdasarkan

lama rawat kelompok kontrol dan kelompok

intervensi...34 Tabel 4. : Distribusi frekwensi karakteristik demografi berdasarkan

usia kelompok kontrol dan kelompok intervensi... 35 Tabel 5. : Distribusi frekwensi karakteristik responden pada kelompok

intervensi dan kontrol pasien harga diri rendah di Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan (N=22). ...35 Tabel 6. : Distribusi perbedaan kemampuan kognitif pada kelompok

kontrol sebelum dan setelah dilakukan strategi pelaksanaan komunikasi...37 Tabel 7. : Distribusi perbedaan kemampuan psikomotor pada kelompok kontrol sebelum dan setelah dilakukan strategi pelaksanaan komunikasi...38 Tabel 8. : Distribusi perbedaan kemampuan kognitif pada kelompok

intervensi sebelum dan setelah dilakukan strategi

pelaksanaan komunikasi...39 Tabel 9. : Distribusi frekwensi karakteristik demografi berdasarkan

lama rawat kelompok kontrol dan kelompok

intervensi... 40 Tabel 10. : Distribusi perbedaan kemampuan psikomotor pada kelompok intervensi sebelum dan setelah dilakukan strategi pelaksanaan komunikasi...40 Tabel 11. : Distribusi perbedaan kemampuan kognitif kelompok kontrol dan kelompok intervensi pre-post test. ...41 Tabel 12. : Distribusi kemampuan kognitif dalam meningkatkan harga diri kelompok kontrol dan kelompok intervensi pre-post test....45 Tabel 13. : Distribusi kemampuan psikomotor dalam meningkatkan harga diri kelompok kontrol dan kelompok intervensi

(8)

DAFTAR SKEMA

(9)

Judul : Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi pada Pasien Harga Diri Rendah terhadap Kemampuan Pasien dalam Meningkatkan Harga Diri di Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan.

Peneliti : Rivo Agriani Simanjorang

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik : 2010/2011

Abstrak

Harga diri rendah merupakan salah satu masalah keperawatan utama yang sering ditemukan pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Untuk mengatasi masalah harga diri rendah, perawat dapat memberikan tindakan keperawatan dengan menggunakan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik harga diri rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi terhadap kemampuan pasien harga diri rendah dalam meningkatkan harga diri dengan menggunakan uji t-test. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment) menggunakan desain pre-post, dengan jumlah sampel 22 orang dibagi dalam kelompok intervensi dan kelompok kontrol masing-masing berjumlah 11 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling. Intervensi yang dilakukan adalah dengan menerapkan strategi pelaksanaan komunikasi untuk melaksanakannya pada kelompok intervensi yang terdiri dari dua sesi pertemuan. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner untuk mengukur kemampuan kognitif dengan metode wawancara dan lembar observasi penilaian kemampuan psikomotor yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil penelitian unpaired-test menunjukkan hasil yang sama yaitu p = 0.000 (p < 0.05), artinya ada perbedaan kemampuan kognitif dan psikomotor paasien dalam meningkatkan harga diri pre-post test pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan startegi pelaksanaan komunikasi harga diri rendah dapat membantu meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam meningkatkan harga diri.

Kata kunci: Harga diri rendah, strategi pelaksanaan komunikasi, kemampuan

(10)

Title : The effect of communication strategy to the ability of patient with self-esteem disorder on improving self-esteem in Sumatera Utara Pshychiatric Hospital Medan.

Name : Rivo Agriani Simanjorang NIM : 071101059

Faculty : Nursing

Abstract

Self-esteem disorder is one of the major nursing issues that are often found in patient with mental disoreder at Sumatera Utara Pshyciatric Hospital Medan. To overcome the problem, the nurse may provide nursing action by using thraupetic communication strategy for the patient with self-esteem disorder. The major aim of this study is to determine the effect of communication strategy to the ability of patient with self-esteem disorder on improving self-esteem by using t-test. The designed of this research is quasi-experiment studies by using pre-post designed. The sample is 22 people that devided into intervention group and control group wich each group is 11 people by using purposive sampling technique. There are two instrument that used in this research namely quesionnaire to measure cognitive ability by using interviewing method and observation sheet to measure psychomotor ability that have tested the validity and reliability. According to unpaired t-test of measurement cognitive and psychomotor abilities showed the similar value of p = 0.000 (0.005). It’s mean that there are differences in cognitive and psychomotor ability on improving self esteem pre-post test between control group and intervention group. The conclution of this research is the implementation of communication strategy for the patient with self-esteem disoreder can help improve cognitive and psychomotor abilities in increasing self-esteem.

(11)

Judul : Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi pada Pasien Harga Diri Rendah terhadap Kemampuan Pasien dalam Meningkatkan Harga Diri di Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan.

Peneliti : Rivo Agriani Simanjorang

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik : 2010/2011

Abstrak

Harga diri rendah merupakan salah satu masalah keperawatan utama yang sering ditemukan pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Untuk mengatasi masalah harga diri rendah, perawat dapat memberikan tindakan keperawatan dengan menggunakan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik harga diri rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi terhadap kemampuan pasien harga diri rendah dalam meningkatkan harga diri dengan menggunakan uji t-test. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment) menggunakan desain pre-post, dengan jumlah sampel 22 orang dibagi dalam kelompok intervensi dan kelompok kontrol masing-masing berjumlah 11 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling. Intervensi yang dilakukan adalah dengan menerapkan strategi pelaksanaan komunikasi untuk melaksanakannya pada kelompok intervensi yang terdiri dari dua sesi pertemuan. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner untuk mengukur kemampuan kognitif dengan metode wawancara dan lembar observasi penilaian kemampuan psikomotor yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil penelitian unpaired-test menunjukkan hasil yang sama yaitu p = 0.000 (p < 0.05), artinya ada perbedaan kemampuan kognitif dan psikomotor paasien dalam meningkatkan harga diri pre-post test pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan startegi pelaksanaan komunikasi harga diri rendah dapat membantu meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam meningkatkan harga diri.

Kata kunci: Harga diri rendah, strategi pelaksanaan komunikasi, kemampuan

(12)

Title : The effect of communication strategy to the ability of patient with self-esteem disorder on improving self-esteem in Sumatera Utara Pshychiatric Hospital Medan.

Name : Rivo Agriani Simanjorang NIM : 071101059

Faculty : Nursing

Abstract

Self-esteem disorder is one of the major nursing issues that are often found in patient with mental disoreder at Sumatera Utara Pshyciatric Hospital Medan. To overcome the problem, the nurse may provide nursing action by using thraupetic communication strategy for the patient with self-esteem disorder. The major aim of this study is to determine the effect of communication strategy to the ability of patient with self-esteem disorder on improving self-esteem by using t-test. The designed of this research is quasi-experiment studies by using pre-post designed. The sample is 22 people that devided into intervention group and control group wich each group is 11 people by using purposive sampling technique. There are two instrument that used in this research namely quesionnaire to measure cognitive ability by using interviewing method and observation sheet to measure psychomotor ability that have tested the validity and reliability. According to unpaired t-test of measurement cognitive and psychomotor abilities showed the similar value of p = 0.000 (0.005). It’s mean that there are differences in cognitive and psychomotor ability on improving self esteem pre-post test between control group and intervention group. The conclution of this research is the implementation of communication strategy for the patient with self-esteem disoreder can help improve cognitive and psychomotor abilities in increasing self-esteem.

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Harga diri adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri,hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1998). Menurut klasifikasi Diagnostic and Statisyical Manual of Mental Disorder Text Revision (DSM IV, TR 2000), harga diri rendah merupakan salah satu jenis gangguan jiwa kategori gangguan kepribadian (Videbeck, 2008).

World Health Organitation tahun 2001 menyatakan paling tidak 1 dari 4 orang atau sekitar 450 juta orang terganggu jiwanya. Sedangkan menurut Dharmono (2007), penelitian yang dilakukan World Health Organitation di berbagai negara menunjukkan bahwa sebesar 20 – 30 % pasien yang datang ke pelayanan kesehatan menunjukkan gejala gangguan jiwa. Departement of Human Service (1999), memperkirakan 51 juta penduduk Amerika didiagnosis mengalami gangguan jiwa (Videbeck, 2008).

(14)

Strategi pelaksanaan komunikasi adalah pelaksanaan standar asuhan keperawatan terjadwal yang diterapkan pada pasien yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani (Fitria, 2009). Strategi pelaksaan komunikasi pada pasien harga diri rendah mencakup kegiatan yang dimulai dari mengidentifikasi hingga melatih kemampuan yang masih dimiliki pasien sehingga semua kemampuan dapt dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki akan meningkatkan harga diri pasien (Keliat, 2009).

(15)

2. Tujuan Penelitian

2.1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi terhadap kemampuan pasien harga diri rendah dalam meningkatkan harga diri di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

2.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik pasien harga diri rendah di Rumah Sakit Jiwa daerah Provsu Medan.

2. Mengetahui kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam meningkatkan harga diri sebelum dan setelah intervensi pada kelompok kontrol di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. 3. Mengetahui kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam

meningkatkan harga diri sebelum dan setelah intervensi pada kelompok intervensi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

4. Mengetahui perbedaan kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam meningkatkan harga diri sebelum dan setelah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

3. Pertanyaan Penelitian

(16)

4. Manfaat Penelitian

4.1. Bagi praktek keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi perawat jiwa tentang keefektifan penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik terhadap kemampuan kognitif dan psikomotor pasien harga diri rendah dalam meningkatkan harga diri.

4.2. Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi perkembangan kurikulum keperawatan jiwa khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan profesional jiwa bagi pasien dengan masalah utama harga diri rendah.

4.3. Bagi penelitian selanjutnya

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Harga Diri

1.1. Pengertian harga diri

Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuan, keberartian, kesuksesan, dan keberhargaan (Coopersmith, 1998).

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya. Dapat disimpulkan bahwa harga diri menggambarkan sejauh mana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten. Secara singkat, harga diri adalah personal judgment mengenai perasaan berharga atau berarti yang diekspresikan dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya.

1.2. Pembentukan harga diri

(18)

Harga diri mengandung pengertian”siapa dan apa diri saya”. Segala sesuatu yang berhubungan dengan seseorang, selalu mendapat penilaian berdasarkan kriteria dan standar tertentu, atribut-atribut yang melekat dalam diri individu akan mendapat masukan dari orang lain dalam proses berinteraksi dimana proses ini dapat menguji individu yang memperlihatkan standar dan nilai diri yang terinternalisasi dari masyarakat dan orang lain. Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.

1.3. Aspek-aspek harga diri

Coopersmith (1998) membagi harga diri kedalam empat aspek yaitu: 1) Kekuasaan (power)

Kemampuan untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku orang lain. Kemampuan ini ditandai adanya pengakuan dan rasa hormat yang diterima individu dari orang lain.

2) Keberartian (significance)

Adanya kepedulian, penilaian, dan afeksi yang diterima individu dari orang lain.

3) Kebajikan (virtue)

Ikuti standar moral dan etika, ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan.

4) Kemampuan (competence)

(19)

2. Konsep Harga Diri Rendah

2.1. Defenisi harga diri rendah

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadp diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1998). Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk.

Harga diri meningkat bila diperhatikan/dicintai dan dihargai atau dibanggakan. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Harga diri tinggi/positif ditandai dengan ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok, dan diterima oleh orang lain. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman sedangkan individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman (Yoseph, 2009).

2.2. Proses terjadinya harga diri rendah

(20)

mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.

Dalam Purba (2008), ada empat cara dalam meningkatkan harga diri yaitu: 1) Memberikan kesempatan berhasil

2) Menanamkan gagasan 3) Mendorong aspirasi

4) Membantu membentuk koping

Menurut Fitria (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi proses terjadinya harga diri rendah yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi.

2.2.1. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain ideal diri yang tidak realistis.

2.2.2. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah hilannya sebagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, mengalami kegagalan serta menurunya produktivitas.

(21)

menyebabkan rendahnya harga diri seseorang diakibatkan penyakit fisik, pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman, harapan yang tidak tercapai akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh, serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang mengharagai klien dan keluarga. Sedangkan gangguan harga diri kronik biasanya sudah berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat.

Menurut Peplau dan Sulivan dalam Yosep (2009) mengatakan bahwa harga diri berkaitan dengan pengalaman interpersonal, dalam tahap perkembangan dari bayi sampai lanjut usia seperti good me, bad me, not me, anak sering dipersalahkan, ditekan sehingga perasaan amannya tidak terpenuhi dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang digunakan tidak efektif akan menimbulkan harga diri rendah. Menurut Caplan, lingkungan sosial akan mempengaruhi individu, pengalaman seseorang dan adanya perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan, ditolak oleh lingkungan sosial, tidak dihargai akan menyebabkan stress dan menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah.

Caplan (dalam Keliat 1999) mengatakan bahwa lingkungan sosial, pengalaman individu dan adanya perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan, ditolak oleh lingkungan sosial, tidak dihargai akan menyebabkan stress dan menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah.

2.3. Tanda dan gejala harga diri rendah

Keliat (2009) mengemukakan beberapa tanda dan gejala harga diri rendah adalah: a. Mengkritik diri sendiri.

(22)

c. Pandangan hidup yang pesimis. d. Penurunan produkrivitas.

e. Penolakan terhadap kemampuan diri.

Selain tanda dan gejala tersebut, penampilan seseorang dengan harga diri rendah juga tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun,tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara lemah.

2.4. Pohon masalah

Sumber: Yosep (2009).

Skema 2.4. Pohon masalah harga diri rendah

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Persepsi Sensori

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif

(23)

2.5. Masalah keperawatan

Adapun masalah keperawatan yang muncul keperawatan yang muncul adalah: 1) Harga diri rendah kronid

2) Koping individu tidak efektif 3) Isolasisosial

4) Perubahan persepsi sensori: Halusinasi 5) Resiko tinggi perilaku kekerasan.

3. Strategi Pelaksanaan Komunikasi

3.1. Pengertian strategi pelaksanaan komunikasi

Strategi pelaksanaan komunikasi adalah salah satu tindakan keperawatan jiwa terjadwal yang diterapkan pada pasien yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperwatan jiwa yang ditangani (Fitria, 2009). Berdasarkan standar asuhan keperawatan yang tersedia, asuhan keperawatan harga diri rendah dilakukan dalam dua sesi pertemuan. Pada setiap pertemuan, pasien memasukkan kegiatan yang telah dilatih untuk mengatasi masalahnya ke dalam jadwal kegiatan. Strategi pelaksanaan komunikasi pada pasien harga diri rendah terdiri dari dua sesi petemuan yaitu sesi pertemuan pertama (SP1) dilakukan pada sesi pertama dan sesi pertemuan kedua (SP2).

(24)

harian pasien. Sedangkan kegiatan yangdilakukan pada SP2adalah melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien. Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki dapat meningkatkan harga diri pasien.

No. Kemampuan/Kompetensi A Kemampuan Merawat Pasien 1.

(SP1)

1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.

2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat

dilakukan.

3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilakukan sesuai

dengan kemampuan pertama pasien.

4. Melatih pasien sesuai dengan kemampuan yang dipilih. 5. Memberi pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien.

6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. 2.

(SP2)

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. 2. Melatih kemampuan kedua.

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Sumber: Purba, dkk(2008).

Table 3 : Strategi pelaksanaan komunikasi pada pasien harga diri rendah

Adapun tujuan tindakan keperawatan jiwa pada pasien harga diri rendah adalah sebagai berikut:

a) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. b) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

c) Pasien dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan.

d) Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih yang dipilih sesuai dengan kemampuan.

e) Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih sesuai dengan

kemampuan.

f) Pasien dapat melakukan kegiatan yang lain sesuai dengan jadwal

(25)

Tindakan keperawatan keperawatan jiwa yang dilakukan pada pasien harga diri rendah adalah sebagai berikut:

a) Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien. Untuk membantu pasien mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

1) Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positifyang

dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dan di rumah. 2) Beri pujian yang realistik dan hindarkan penilaian yang negatif.

b) Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara-cara berikut.

1) Diskusikan dengan pasien mengenai kemampuannya yang masih dapat

digunakan saat ini.

2) Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien.

3) Perlihatkan respon yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar yang aktif.

c) Membantu pasien untuk memilih / menetapkan kemampuan yang dilatih. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.

1) Diskusikan dengan pasien kegiatan yang akan dipilih sebagai kegiatanyang akan pasien lakukan sehari-hari.

2) Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat pasien lakukan dengan

bantuan minimal.

d) Latih kemampuan yang dipilih pasien dengan cara berikut.

(26)

2) Bersama pasien, peragakan kegiatan yang ditetapkan.

3) Berikan dukungan dan pujian setiap kegitan yang dapat dilakukan pasien.

e) Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih. 1) Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatih.

2) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari.

3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan.

4) Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telahdilatih.

5) Berikan pasien kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah

melakukan kegiatan.

4. Konsep kemampuan

4.1. Pengertian kemampuan

Menurut Chaplin (1997, dalam ability

(kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya/ kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Sedangkan menurut

Robbins (2000, dalam

merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek.

Robbin menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu: 1) Kemampuan intelektual (Intelectual ability)

(27)

2) Kamampuan fisik (physical ability)

Merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina kekuatan dan karakteristik fisik.

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Skiner (1938) seorang ahli psikolog, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi terhadap suatu stimulus (rangsangan dari luar) (Notoatmodjo, 2007). Notoatmodjo ( 2007), membagi perilaku manusia ke dalam tiga domain, ranah dan kawasan, yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor. Selanjutnya ketiga ranah tersebut dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yang lebih dikenal sebagai pengetahuan, sikap dan praktek atau tindakan.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan akan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

Sikap atau afektif merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007 menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

(28)
(29)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antar konsep satu terhadap konsep yang lainnya dan masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2007). Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pelaksanaan terhadap kemampuan pasien dalam meningkatkan harga diri di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Penelitian ini terdiri dari kelompok kontrol dan kelompok intervensi dengan masalah gangguan harga diri rendah dengan melakukan pendekatan pre-test dan post-test.

Skema 3.1 : Kerangka konseptual penelitian pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi terhadap kemampuan pasien harga diri rendah dalam meningkatkan kemampuan harga diri di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

Pre-test

Kondisi awal kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam meningkatkan harga diri

Post-test

Kondisi akhir kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam meningkatkan harga diri

Strategi Pelaksanaan Komunikasi

1. SP1 (melatih kemampuan pertama)

(30)

2. Defenisi operasional

Tabel 2 : Defenisi operasional

No. Variabel Defenisi Alat rendah yang terdiri dua sesi pertemuan:

(31)

1. Ada perbedaan kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam

meningkatkan harga diri pre-post test pada kelompok kontrol di Rumah Sakit Jiwa Daerah Povsu Medan.

2. Ada perbedaan kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam meningkatkan harga diri pre-post test pada kelompok intervensi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Povsu Medan.

(32)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi terhadap kemampuan kognitif dan psikomotor pasien harga diri rendah dalam meningkatkan harga diri di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data observasi eksperimental dengan pendekatan pre-post test untuk mengidentifikasi pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi terhadap kemampuan kognitif dan psikomotor pasien harga diri rendah dalam meningkatkan harga diri pasien. Penelitian ini melibatkan dua kelompok yaitu kelompok intervensi adalah kelompok yang mendapat intervensi strategi pelaksanaan komunikasi dan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak mendapat intervensi strategi pelaksanaan komunikasi harga diri rendah.

(33)

Pre test Post test

X

Skema 2. Desain penelitian pre-post test control group.

Keterangan:

O1 : Kemampuan pasien meningkatkan harga diri kelompok intervensi pada pre test.

O2 : Kemampuan pasien meningkatkan harga diri kelompok intervensi pada post test.

O3 : Kemampuan pasien meningkatkan harga diri kelompok kontrol pada pre test.

O4 : Kemampuan pasien meningkatkan harga diri kelompok kontrol pada post test.

X : Penerapan strategi pelaksanaan komunikasi harga diri rendah.

O2-O1 = X1 : Perubahan kemampuan meningkatkan harga diri kelompok intervensi pada pre test dan post test.

O4-O3 = X2 : Perubahan kemampuan meningkatkan harga diri kelompok kontrol pada pre test dan post test.

O2-O4 = X3 : Perbedaan kemampuan meningkatkan harga diri kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

O1 O2

(34)

2. Populasi dan Sampel

2.1. Populasi

Populasi adalah subjek (misalnya manusia: pasien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien harga diri rendah rawat inap ruang Kamboja dan ruang Mawar di Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan selama periode penelitian 21 Januari – 5 Februari 2011. 2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008).Penentuan besarnya sampel menurut Polit & Hungler (1999), yang akan dipakai oleh peneliti menggunakan power analysis dengan effect size 0.80, level of significant (α = 0.05) dan power of test 0.80. Berdasarkan tabel tersebut ditetapkan jumlah sampel minimal 11 orang, yaitu 11orang kelompok kontrol dan 11 orang kelompok intervensi sehingga jumlah keseluruhan dari sampel yaitu 22 orang.

Adapun kriteria sampel yang digunakan adalah kriteria peneliti dalam menentukan sampel pada penelitian ini adalah: kriteria inklusi, yaitu karakteristik calon sample yang layak diambil untuk penelitian, antara lain pasien rawat inap di kelas III dengan jenis kelamin perempuan, pasien dengan masalah utama: gangguan harga diri dan bersedia dilakukan intervensi strategi pelaksanaan komunikasi harga diri rendah dengan sukarela.

(35)

atau halusinasi. Kemudian peneliti menyisakan pasien dengan diagnosa utama gangguan harga diri sehingga sisa 14 orang. Karena yang dibutuhkan hanya 11 orang maka peneliti menyisihkan 3 orang dengan pertimbangan lama rawat lebih dari dua tahun. Sedangkan pemilihan sampel untuk kelompok kontrol dilakukan di ruang Kamboja. Jumlah pasien ada 45 orang dengan 28 pasien gangguan harga diri dengan diagnosa gabungan. Setelah diseleksi sisa 12 orang dengan masala utama harga diri rendah. Karena jumlah pasien yang dibutuhkan adalah 11orang maka satu orang disisihkan dengan pertimbangan telah berusia 65 tahun yang kemungkinan besar sulit untuk mengubah perilaku pasien melalui penerapan strategi pelaksanaan komunikasi.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

(36)

4. Pertimbangan Etik

Pengambilan data dilakukan dengan sebenarnya, menjaga keselamatan responden, melindungi responden dari ketidaknyamanan dan bahaya serta tidak menyebabkan kerugian bagi responden. Penelitian dilakukan setelah mendapatkan izin penelitian dari Fakultas Keperawatan USU dan direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti memberikan penjelasan, menjelaskan tujuan. Peneliti mengakui hak-hak responden dalam menyatakan kesediaan atau ketidaksediaan untuk dijadikan subjek penelitian. Jika responden bersedia diteliti maka terlebih dahulu harus menandatangani lembar persetujuan (Informed Concent). Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. Penelitian ini, juga memperhatikan etik yaitu sebagai berikut:

a. Informed Concent

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.

b. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.

c. Confidentiality

(37)

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner demografi dan lembar observasi. Kuesioner demografi terdiri dari pertanyaan yang menanyakan tentang: usia, agama, suku, status pernikahan, tingkat pendidikan terakhir, pekerjaan terakhir, jenis obat yang digunakan dan lama hari rawat.

Lembar observasi digunakan untuk mengukur kemampuan pasien meningkatkan harga diri baik kemampuan kognitif maupun kemampuan psikomotor. Penilaian kemampuan kognitif dilakukan dengan cara wawancara dan kemampuan psikomotor dengan metode observasi dengan menggunakan lembar kuesioner. Wawancara oleh peneliti dilakukan untuk penilaian kemampuan kognitif dengan mengajukan 6 pertanyaan terkait kemampuan meningkatkan harga diri. Setiap 1 pernyataan yang dijawab “Ya” akan diberi skor 1 dan jawaban “Tidak” akan diberi skor 0. Sehingga nilai tertinggi adalah 6 dan nilai terendah adalah 0. Kemudian dianalisa dengan skala Likert. Untuk rentang score 4 - 6 dikategorikan ”baik” dan rentang 0 -3 untuk kategori “kurang baik”.

(38)

6. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmojdo, 2005). Uji validasi instrumen penelitian telah dilakukan oleh orang yang ahli di bidangnya salah satu dosen keperawatan Jiwa di Fakultas Keperawatan USU yang ahli dalam bidangnya. Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas internal karena pemberian kuesioner hanya satu kali dengan satu bentuk instrumen pada subjek studi (Dempsey & Dempsey, 2002).

7. Uji Reliabilitas

Kuesioner terlebih dahulu diuji tingkat reliabilitasnya sebelum digunakan dalam penelitian. Uji reliabilitas dilakukan terhadap 10 pasien harga diri rendah diluar responden yang sebenarnya di rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan ruang Cempaka. Hasil uji reliabilitas untuk kuesioner kemampuan kognitif diolah dengan menggunakan rumus KR-21 karena jumlah soal genap sebanyak 6 pertanyaan. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai = 0.878 sedangkan untuk uji reliabilitas kuesioner psikomotor dilakukan dengan teknik komputerisasi. Menurut Dempsey & Dempsey (2002) dijelaskan bahwa uji reliabilitas internal untuk jenis kuesioner yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai adalah dengan menggunakan Cronbach Alpa.Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil 0.82, maka kuesioner dinyatakan reliabel.

(39)

keluarga dengan kepatuhan pasien minum obat yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel.

8. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data terdiri dari: 1. Persiapan

a. Mendapat izin penelitian dari institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU).

b. Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh dari institusi pendidikan ke tempat penelitian (Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan).

c. Setelah mendapat izin dari RSJD Provsu Medan, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian.

d. Menentukan calon pasien dengan bantuan status pasien dan laporan bulanan yang sesuai dengan kriteria yang sebelumnya telah dibuat oleh peneliti.

e. Menjelaskan kepada perawat ruangan sebagai wakil responden (pasien harga diri rendah) mengenai maksud, tujuan, dan proses penelitian strategi pelaksanaan komunikasi harga diri rendah yang akan diberikan.

f. Perawat ruangan yang bersedia, diminta untuk menandatangani

(40)

g. Melakukan kegiatan pelatihan asisten peneliti dilakukan untuk

menyamakan persepsi tentang penerapan strategi pelaksanaan komunikasi.

2. Pelaksanaan

Kegiatan penelitian diawali dengan melakukan pre-test, kemudian melakukan intervensi penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terhadap kelompok intervensi. Kemudian dilakukan post-test untuk menilai perubahan kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam meningkatkan harga diri.

a. Pretest

(41)

Pre-test selesai dilakukan selama 4 hari dengan sistem bertingkat artinya, pada hari pertama pre-test dilakukan untuk 3 orang kelompok kontrol dan 3 orang kelompok intervensi. Hal ini memudahkan peneliti untuk membandingkan kelompok kontrol dan kelompok intervensi agar perbandingan waktu antar pasien sama. Pre-test dilakukan secara perorangan pada setiap pasien dan berlangsung sekitar 30 menit untuk setiap orang. Pada hari yang sama setelah pre-test selesai dilakukan maka peneliti melakukan kontrak pertemuan untuk kelompok intervensi agar bersedia diberikan intervensi strategi pelaksanaan komunikasi sementara kelompok kontrol tidak karena tidak diberikan intervensi hanya saja pada tahap pelaksanaan tetap diobservasi oleh peneliti.

Setelah pre-test selesai dilakukan, maka peneliti mengumpulkan data. Pada hari yang sama, peneliti juga melakukan kontrak seperti awal pada pasien yang ke 4 sampai ke 6 untuk masing-masing kelompok kontrol dan intervensi uuntuk melakukan pre-test sekaligus melakukan kontrak dengan pasien kelompok intervensi untuk menerapkan strategi pelaksanaan komunikasi esok harinya sebagai hari pertama dimulainya intervensi.

b. Pelaksanaan strategi pelaksanaan komunikasi

(42)

apakah sudah atau belum dilakukan. Peneliti mengobservasi kegiatan yang dilakukan pasien hanya dalam jangka waktu satu minggu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan peneliti dengan pertimbangan ketersedian waktu yang ada.

Pada tahap pelaksanaan, kelompok intervensi diberikan strategi pelaksanaan komunikasi. Setiap sesi menghabiskan waktu sekitar 30-40 menit per orang. Pada prosesnya, ada 4 orang pasien yang membutuhkan pengulangan 2 sampai 3 kali dengan hari yang berbeda pada sesi pertama dan 3 orang pada sesi kedua sehingga memakan waktu yang lebih banyak dibanding pasien lainnya. Akibatnya perhitungan observasi dimulai keesokan harinya setelah pasien benar-benar mampu melakukan setiap sesi dengan baik. Sedangkan pada kelompok kontrol, peneliti tidak memberikan intervensi strategi pelaksanaan komunikasi hanya saja peneliti tetap mengobservsi kelompok kontrol.

(43)

Pada pertemuan kedua, peneliti mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, melatih kemampuan kedua, menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

c. Posttest

Setelah peneliti melakukan intervensi strategi pelaksanaan komunikasi pada pasien selama seminggu , peneliti melakukan penilaian terhadap kemampuan dalam meningkatkan harga diri baik secara kognitif maupun psikomotor. Hasil yang diperoleh telah dianalisis untuk mengetahui pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi dalam meningkatkan harga diri setelah dilakukan strategi pelaksanaan komunikasi.

9. Analisa Data.

Setelah semua data terkumpul maka peneliti mengecek kembali kelengkapan kuesioner dan memastikan bahwa semua kuesioner pre-post test intervensi dan data demografi telah diisi agar tidak terjadi kesalahan dalam pengolahan data. Kemudian analisa data dilakukan dengan melalui beberapa tahap, dimulai dari editing untuk memeriksa kelengkapan data, coding dengan memberi kode untuk memudahkan tabulasi, selanjutnya entry dengan memasukkan data secara komputerisasi, cleaning data yaitu kegiatan pembersihan seluruh data agar terbebas dari kesalahan sebelum dilakukan analisis data, lalu data diolah dengan menggunakan program SPSS.

(44)

psikomotor pasien dalam meningkatkan harga diri sebelum dan sesudah diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi harga diri rendah. Hasil penelitian tersebut dibandingkan dengan menguji hipotesa penelitian sehingga diketahui pengaruh penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terhadap kemampuan pasien harga diri rendah dalam meningkatkan harga diri.

9.1. Analisa univariat

Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan data-data demografi yang meliputi inisial nama, usia, agama, suku, pendidikan terakhir, pekerjaan terakhir, dan status perkawinan, diagnosa keperawatan, lama rawat dan jenis obat yang dikonsumsi dalam bentuk tabel frekuensi dan persentase.

9.2 Analisa bivariat

Statistik inferensial digunakan untuk menganalisis peningkatan kemampuan pasien dalam meningkatkan harga diri yaitu kemampuan kognitif dan kemampuan psikomotor antara pre-post test dan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pada kelompok kontrol yang tidak diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi. Selanjutnya statistik inferensial juga digunakan untuk membandingkan perbedaan peningkatan kemampuan kognitif dan kemampuan psikomotor pada kelompok intervensi yang diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi harga diri rendah dengan kelompok kontrol yang tidak diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi harga diri rendah.

(45)

tidaknya perbedaan kemampuan meningkatkan harga diri rendah pada kelompok kontrol. Uji paired t-test digunakan apabila data yang diperoleh berdistribusi normal. Pada uji paired t-test tersebut diperoleh nilai p, yaitu nilai yang menyatakan besarnya peluang hasil penelitian (probabilitas). Kesimpulan hasilnya diinterpretasikan dengan membandingkan nilai p dan nilai alpha (α=0.05). Bila nilai p ≤ α, maka keputusannya adalah Ha diterima.

(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi terhadap kemampuan pasien dalam meningkatkan harga diri di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 21 Januari – 5 Februari 2011 terhadap 22 orang responden yang terdiri dari 11 orang kelompok kontrol tanpa dilakukan strategi pelaksanaan komunikasi yang dirawat di ruang Kamboja dan 11 orang kelompok intervensi yang mendapat penerapan strategi pelaksanaan komunikasi yang dirawat di ruang Mawar.

1.1. Analisa univariat

(47)

1.1.1. Karakteristik responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi, mayoritas responden berusia 30 - 45 tahun sebanyak 10 orang (90.9%), rata-rata usia responden adalah 38 tahun dengan SD = 5.852, dengan umur terendah 30 tahun dan umur tertinggi 49 tahun. Tingkat pendidikan terakhir responden adalah SMA sebanyak 6 orang (54.5% ). Berdasarkan latar belakang pekerjaan responden sebanyak 5 orang (45.5%) sebagai ibu rumah tangga, Agama Kristen Protestan sebanyak 5 orang (45.5%), status perkawinan: kawin sebanyak 6 orang (54.5%), suku Batak dan Jawa sama banyak yaitu 5 orang (45.5%). Rata-rata lama rawat adalah 58 hari, lama rawat paling rendah adalah 16 hari dan lama rawat tertinggi adalah 113 hari. Pasien yang mengkonsumsi jenis obat 2 (THP (Trihelixpenidyl), CPZ (chlorpromazine), HLD (haloperidol)) ada sebanyak 7 orang (63.63%). Sedangkan untuk kelompok kontrol, mayoritas responden berusia antara 30-45 tahun sebanyak 6 orang (63.6%) dengan rata-rata usia responden 42 tahun, SD = 9.285, tingkat pendidikan SMA sebanyak 5 orang (45.5%), pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 5 orang (45.5%), agama Kristen Protestan sebanyak 5 orang (45.5%), status perkawinan: kawin sebanyak 8 orang (72.7%), mayoritas bersuku Jawa sebanyak 6 orang (54.5%). Rata-rata lama hari rawat adalah 142 hari, lama rawat paling rendah adalah 27 hari dan lama rawat tertinggi adalah 755 hari. Persentase konsumsi obat jenis 2 ada sebanyak 5 orang (45.45%).

Tabel 5.1 : Distribusi frekwensi karakteristik demografi berdasarkan lama rawat kelompok kontrol dan kelompok intervensi.

Lama Rawat Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol

- Mean 58 142

- SD 31.01 212

(48)

.Tabel 5.2 : Distribusi frekwensi karakteristik demografi berdasarkan usia kelompok kontrol dan kelompok intervensi.

Usia Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol

- 30 – 45 tahun 10 (90.9%) 7 (63.6%)

- 40 – 60 tahun 1 (9.1%) 4 (36.4%)

- Mean 38 42

- SD 5.852 9.285

- Min-max 30 – 49 tahun 28 – 60 tahun

Tabel 5.3: Distribusi frekwensi karakteristik responden pada kelompok intervensi dan kontrol pasien harga diri rendah di Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan (N=22).

(49)

1.2. Analisa bivariat

Penelitian ini menggunakan analisa data paired t-test dan unpaired t-test. Uji paired t-test ini bertujuan untuk membandingkan kemampuan pasien dalam meningkatkan harga diri yang terdiri dari kemampuan kognitif dan kemampuan psikomotor pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi.

1. Perbedaan kemampuan meningkatkan harga diri pre-post test pada kelompok kontrol di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

a. Perbedaan kemampuan kognitif pasien pre-post test diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi pada kelompok kontrol.

Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk didapat nilai sig data pre-test sebesar 0.205 (p > 0.05) dan post-test sebesar 0.321 (p > 0.05) yang berarti bahwa data pre-post test berdistribusi normal. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan kognitif pada kelompok kontrol sebelum diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi adalah 1.4545 dengan standar deviasi 1.03573. Sedangkan rata-rata kemampuan kognitif setelah diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi adalah 1.8182 dengan standar deviasi 1.07872. Perbedaan nilai rata-rata kemampuan kognitif sebelum dan sesudah dilakukan strategi pelaksanaan komunikasi adalah -0.36364.

(50)

kognitif yang signifikan antara sebelum dan sesudah dilakukan strategi pelaksanaan komunikasi.Nilai IK95% adalah -0.81657 s/d 0.8930.

Hasil penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa Ha ditolak yaitu tidak ada perbedaan kemampuan kognitif dalam meningkatkan harga diri kelompok kontrol pre-post test. Perbedaan kemampuan kognitif pre-post test pada kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Variabel Kelompok Kontrol Mean Mean Difference

Standar Deviasi

p

- Pre-test 1.4545 -0.36364 1.03573 0.104

- Post-test 1.8182 1.07872

Tabel 5.4: Distribusi perbedaan kemampuan kognitif pada kelompok kontrol sebelum dan setelah dilakukan strategi pelaksanaan komunikasi.

b. Perbedaan kemampuan psikomotor pasien pre-post test diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi pada kelompok kontrol.

(51)

perbedaan kemampuan psikomotor yang signifikan antarapre-post test pada kelompok kontrol. Perbedaan kemampuan psikomotor pre-post test pada kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Variabel Kelompok Kontrol Mean Mean Difference

Standar Deviasi

p value - Pretest 12.000 -0.18182 2.40832 0.441 - Post-test 12.1818 2.63887

Tabel 5.5: Distribusi perbedaan kemampuan psikomotor pada kelompok kontrol sebelum dan setelah dilakukan strategi pelaksanaan komunikasi.

2. Perbedaan kemampuan meningkatkan harga diri pre-post test pada kelompok intervensi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

a. Perbedaan kemampuan kognitif pasien pre-post test diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi pada kelompok intervensi.

Dari hasil uji normalitas Shapiro-Wilk didapat nilai significance data pre -test sebesar 0.321 (p > 0.05) dan 0.64 (p > 0.05) untuk data post-kontrol yang berarti bahwa data berdistribusi normal.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan kognitif pada kelompok intervensi sebelum diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi adalah 1.8182 dengan standar deviasi 1.07872. Sedangkan rata-rata kemampuan kognitif setelah diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi adalah 5.000 dengan standar deviasi 1.0000.Perbedaan nilai rata-rata kemampuan kognitif kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan strategi pelaksanaan komunikasi adalah -3.18182.

(52)

diperoleh nilai t hitung = -9.783 > t tabel (-2.228) berarti Ha diterima dan nilai 0.000 (p < 0.05), artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan kognitif kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan strategi pelaksanaan komunikasi. Nilai IK95% adalah -3.90651 s/d -2.45712.

Hasil penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa Ha ditolak yaitu tidak ada perbedaan kemampuan kognitif kelompok kontrol pre-post test dalam meningkatkan harga diri sebelum dan setelah dilakukan strategi pelaksanaan komunikasi harga diri rendah.

Perbedaan kemampuan kognitif pre-post test pada kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Variabel Kelompok Intervensi Mean Mean Difference

Standar Deviasi

p value

- Pre-test 1.8182 -0.18182 1.07872 0.000

- Post-test 5.0000 1.00000

Tabel 5.6: Distribusi perbedaan kemampuan kognitif pada kelompok intervensi sebelum dan setelah dilakukan strategi pelaksanaan komunikasi.

b. Perbedaan kemampuan psikomotor pasien sebelum dan sesudah diterapkan

strategi pelaksanaan komunikasi pada kelompok intervensi.

Nilai kemaknaan pada uji normalitas Shapiro-Wilk sebesar 0.64 (p > 0.05) untuk pre- test sedangkan post-test menunjukkan nilai kemaknaan sebesar 0.305 (p > 0.05) artinya bahwa data pre-post test berdistribusi secara normal. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan psikomotor

(53)

adalah 17.1818 dengan standar deviasi 1.88776. Perbedaan nilai rata-rata kemampuan psikomotor kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan strategi pelaksanaan komunikasi adalah -4.72727. Perbedaan kemampuan psikomotor pre-post test pada kelompok intervensi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Variabel Kelompok Intervensi Mean Mean Difference

Standar Deviasi

p value

- Pretest 12.4545 -4.72727 1.43970 0.000

- Post-test 17.1818 1.88776

Tabel 5.7: Distribusi perbedaan kemampuan psikomotor pada kelompok intervensi sebelum dan setelah dilakukan strategi pelaksanaan komunikasi.

3. Perbedaan kemampuan meningkatkan harga diri sebelum dan setelah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

a. Perbedaan kemampuan kognitif sebelum dan setelah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi.

(54)

daripada kelompok intervensi yang mendapat perlakuan strategi pelaksanaan komunikasi.

Maka dapat disimpulkan bahwa Ha dapat diterima yaitu ada perbedaan kemampuan pasien dalam meningkatkan harga diri pre-post test pada pasien kelompok kontrol dan kelompok intervensi harga diri rendah.

Variabel Mean Difference

P t 95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Kemampuan

kognitif pre-post kontrol dan pre-post intervensi

1.77273 0.000 3.803 0.83191 2.71354

Tabel 5.8 : Distribusi perbedaan kemampuan kognitif kelompok kontrol dan kelompok intervensi pre-post test.

b. Perbedaan kemampuan psikomotor sebelum dan setelah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi.

(55)

Tabel 5.9 : Distribusi perbedaan kemampuan psikomotor kelompok kontrol dan kelompok intervensi pre-post test.

Variabel Mean

2.1. Kemampuan kognitif pasien harga diri rendah

Kemampuan kognitif pada kelompok kontrol tidak menunjukkan adanya peningkatan sebelum dan setelah intervensi. Kemampuan kognitif pada pre-test sebanyak 8 orang berada pada kategori kurang baik dan 3 orang kategori baik dan 8 orang pada ketegori kurang baik. Kemampuan kognitif post-test barada pada rentang yang sama karena pasien kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan apapun.

(56)

Kemampuan kognitif dalam meningkatkan harga diri pada kelompok intervensi meningkat secara signifikan setelah mendapat strategi pelaksanaan komunikasi harga diri rendah dibanding kelompok kontrol yang tidak mendapat intervensi apapun. Sebelum mendapat strategi pelaksanaan komunikasi kemampuan kognitif kelompok intervensi sedikit lebih tinggi dibanding kemampuan kognitif kelompok kontrol. Tetapi setelah mendapat strategi pelaksanaan komunikasi kemampuan kognitif kelompok intervensi jauh lebih tinggi dibanding kelompok kontrol.

Perbedaan peningkatan yang jauh lebih tinggi pada kelompok intervensi disebabkan oleh karena adanya intervensi strategi pelaksanaan komunikasi harga diri rendah sesuai standar sehingga peneliti melakukan asuhan lebih terarah dan memberikan arahan kepada pasien sesuai dengan kemampuan yang diharapkan dimiliki pasien dalam meningkatkan harga diri. Intervensi yang dilakukan secara konsisten dan terarah terkait dalam meningkatkan harga diri pada setiap pertemuan.

(57)

Sedangkan kegiatan yang dilakukan pada sesi kedua pertemuan meliputi: kegiatan mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien mendorong pasien untuk melakukan kegiatan lebih baik lagi dari sebelumnya, dilanjutkan dengan melatih kegiatan kedua menbuat pasien merasa semakin berarti bahwa mereka masih memiliki kemampuan lain lagi hingga membuat jadwal pelaksanaan kegiatan harian yang mendorong mereka untuk berusaha lebih disiplin dan melakukan kegiatan lebih baik dari sebelumnya. Dalam hal melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian pasien dibutuhkan peran peneliti untuk mengingatkan pasien. Pengetahuan merupakan dasar dari perilaku. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2008). Berdasarkan hal ini, penting untuk memberikan pengetahuan terlebih dahulu kepada pasien harga diri rendah tentang harga diri rendah yang dialaminya dan cara untuk meningkatkan harga diri mereka dalam arti membuat pasien semakin merasa berarti untuk orang sekitar dan lingkungannya melalui kegiatan yang dilatih sesuai dengan kemampuan yang berhasil dilakukan agar mereka tidak berlarut-larut dalam ketidakberartian mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Purba (2008), bahwa salah satu cara dalam meningkatkan harga diri yaitu memberikan kesempatan untuk berhasil.Sehingga berdasarkan hal tersebut pasien melakukan suatu tindakan psikomotor untuk mengatasi masalahnya.

(58)

hipotesis dapat diterima bahwa ada perbedaan kognitif dalam meningkatkan harga diri sebelum dan setelah mendapat strategi pelaksanaan komunikasi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi.

Tabel 2.1: Distribusi kemampuan kognitif dalam meningkatkan harga diri kelompok kontrol dan kelompok intervensi pre-post test.

Variabel Kategori Pre-test Post-test Kelompok Kontrol Kurang baik 8 8

Baik 3 3

Kelompok Intervensi Kurang baik 7 2

Baik 4 9

2.2. Kemampuan psikomotor pasien harga diri rendah

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kemampuan psikomotor pasien harga diri rendah kelompok intervensi setelah mendapat strategi pelaksanaan komunikasi. Hasil penelitian mebuktikan bahwa adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah dilakukan intervensi dengan nilai p = 0.000 (p < 0.05). Sebelum diberikan intervensi tingkat ketergantungan pasien adalah 8 orang tergantung dan 3 orang bantuan, tetapi setelah diberikan intervensi tingkat ketergantungan klien menjadi 5 orang bantuan dan ada 6 orang pasien yang mencapai tingkat mandiri.

(59)

secara mandiri tanpa diberi intervensi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengalaman berdasarkan persepsi sensori termasuk lama rawat.

Sebelum dilakukan intervensi kemampuan psikomotor lebih tinggi pada kelompok kontrol, tetapi setelah intervensi dilakukan kemampuan psikomotor kelompok yang mendapatkan strategi pertemuan lebih tinggi. Berarti peningkatan kemampuan psikomotor lebih tinggi pada kelompok yang mendapatkan intervensi. Rata-rata kemampuan psikomotor pada kedua kelompok masih berada pada tingkat tergantung dan bantuan, tetapi pada kelompok yang mendapatkan strategi pertemuan ada 6 orang dari 11 orang yang mencapai tingkat mandiri. Pasien yang dapat mencapai tingkat mandiri terhadap kemampuan psikomotor hanya 4 orang 36.4 % dikarenakan sebagian besar pasien masih perlu diingatkan dan lebih disiplin untuk melakukan latihan sesuai jadwal yang telah dibuat. Dibutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk mengubah kebiasaan pasien agar dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal pelaksanaan.

Kemampuan psikomotor pasien dalam meningkatkan harga diri meliputi melatih dan melaksanakan kemampuan pertama, melatih dan melaksanakan kemampuan kedua hingga melakukan kegiatan yang dipilih sesuai kemampuan sesuai dengan jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah disusun.

(60)

pengambilan keputusan dan membantu klien membuat perencanaan untuk mengatasi masalah.

Peningkatan kemampuan psikomotor yang lebih tinggi pada kelompok yang mendapat intervensi disebabkan intervensi yang konsisten. Jadwal latihan kegiatan yang dipilih sesuai kemampuan yang dilakukan secara terjadwal dan evaluasi oleh peneliti terhadap pelaksanaan jadwal kegiatan mendorong klien untuk lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan. Hal ini juga dipengaruhi oleh penguatan berupa pujian yang diberikan atas hasil yang telah dilakukan pasien juga semakin memotivasi pasien dan membuat mereka merasa dihargai. Pola pertemuan yang terstruktur pada setiap pertemuan lebih membantu pasien mencapai kemampuan yang dimilikinya. Evaluasi yang dilakukan pada setiap pertemuan juga membantu peneliti mengetahui sejauh mana kemampuan klien dan mengetahui apa yang perlu diperbaiki.

(61)

penguatan positif terhadap apa yang telah dilakukan klien lebih mendorong dan lebih memotivasi klien untuk melakukan apa yang telah diajarkan.

Hasil penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa hipotesis dapat diterima bahwa ada perbedaan kemampuan psikomotor dalam meningkatkan harga diri sebelum dan setelah dilakukan strategi pelaksanaan komunikasi. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa strategi pelaksanaan komunikasi harga diri rendah dapat meningkatkan kemampuan psikomotor pasien dalam meningkatkan harga diri.

Tabel 2.2.: Distribusi kemampuan psikomotor dalam meningkatkan harga diri kelompok kontrol dan kelompok intervensi pre-post test.

Variabel Kategori Pre-test Post-test Kelompok Kontrol Tergantung 7 7

Bantuan 3 3

Mandiri 1 1

Kelompok Intervensi Tergantung 8 1

Bantuan 3 6

(62)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi terhadap kemampuan pasien harga diri rendah dalam meningkatkan harga diri di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan dapat diambil kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut:

1. Kesimpulan

1.1. Karakteristik pasien harga diri rendah di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

Sebanyak 10 orang kelompok intervensi dan 7 orang kelompok kontrol berada pada rentang usia 30-45 tahun, pendidikan terakhir mayoritas SMA, agama kristen protestan dan suku Batak dengan perbandingan yang sama 5 orang. Dengan rata-rat lama rawat pasien kelompok intervensi 142 hari dan kelompok kontrol 58 hari.

1.2. Perbedaan kemampuan kognitif dan psikomotor pasien harga diri rendah dalam meningkatkan harga diri pre-post test pada kelompok kontrol di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

(63)

1.3. Perbedaan kemampuan kognitif dan psikomotor pasien harga diri rendah

dalam meningkatkan harga diri pre-post test pada kelompok intervensi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

Hasil uji statistik paired t-test kemampuan kognitif diperoleh nilai

p = 0.000 dan p = 0.000 (p < 0.05) untuk kemampuan psikomotor artinya terdapat perbedaan kemampuan kognitif dan psikomotor yang signifikan antara pre-post test.

1.4. Perbedaan kemampuan kognitif dan psikomotor pasien harga diri rendah dalam meningkatkan harga diri pre-post test pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

Hasil penelitian unpaired t-test menunjukkan bahwa kemampuan kognitif diperoleh nilai p = 0.000 (p < 0.005) dan kemampuan psikomotor diperoleh nilai 0.000 artinya terdapat perbedaan kemampuan kognitif dan psikomotor dalam meningkatkan hara diri yang bermakna antara pre-post test kelompok kontrol dengan kelompok intervensi.

2. Keterbatasan Penelitian

(64)

Tahap pelaksanaan juga memiliki keterbatasan dalam hal penghitungan waktu sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh peneliti (selama 1 minggu) karena ada 4 orang pasien yang membutuhkan pengulangan untuk sesi pertama dan 2 orang pada sesi kedua sedangkan pasien yang lainnya hanya membutuhkan waktu sehari saja untuk setiap sesi. Hal ini diakibatkan karena setiap pasien memiliki keterbatasan dan kemampuan yang berbeda setiap pasien dalam melakukan setiap sesi. Kondisi ini mengharuskan peneliti untuk melakukan penghitungan hari pertama observasi setelah pasien benar-benar mampu melakukan setiap sesi dengan baik sehingga ada kesenjangan lama penelitian untuk setiap pasien yang awalnya memulai pre-test pada hari yang sama. Perbandingan waktu yang dibutuhkan pasien mulai dari tahap pre-test dimulai hingga tahap pelaksanaan selesai dilakukan menjadi berbeda antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi yang awalnya berangkat pada hari yang sama.

3. Rekomendasi

3.1. Bagi praktek keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat masukan tentang pelaksanaan standar asuhan keperawatan jiwa dengan memberikan strategi pelaksanaan komunikasi pada pasien harga diri rendah dalam meningkatkan kinerja profesional keperawatan jiwa.

3.2. Bagi Pendidikan Keperawatan

(65)

memberikan strategi pelaksanaan komunikasi pada pasien harga diri rendah dalam meningkatkan kinerja profesional keperawatan jiwa.

3.3. Bagi penelitian selanjutnya

(66)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2005). Prosedur Penelitian. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta Carolina. (2008). Pengaruh Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi

terhadap Kemampuan Klien Mengontrol Halusinasi di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan. Diambil pada tanggal 28 September 2010, dari http:/www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=126477&lokai=l ocal

Corey, Gerald. (2008). Theory and Practise of Counselingand Psychotherapy, Terj. E. Koswara. Bandung: Refika Aditama.

Dahlan, Sopiyudin. (2008). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP): Untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S-1 Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Gail Wiscart Stuart & Sandra J. Sundeen. (1998). Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Alih bahasa Achir Yani S. HAmid. Jakarta: EGC

Keliat Budi Ana. (1999). Proses Keperawatn Kesehatan Jiwa. Edisi I.. Jakarta: EGC

Keliat, B.A. & Akemat. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC

Notoadmodjo, S. (2007). Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan ketiga: Jakarta:PT Rineka Cipta

Nursalam & Pariani, S. (2001). Metodologi Riset Keperawatan: Pedoman Praktis Penyusunan. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian. Jakarta: Salemba Medika

Polit & Hungler, B.P. (1995). Nursing research: Principle and Methods. (5thed). Philadelpia: J.B Lippincot Company

Purba J. M, dkk, (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press

Gambar

Table 3 : Strategi pelaksanaan komunikasi pada pasien harga diri rendah
Tabel 2 : Defenisi operasional
Tabel 5.1 : Distribusi frekwensi karakteristik demografi berdasarkan lama rawat
Tabel 5.3: Distribusi frekwensi karakteristik responden pada kelompok intervensi dan kontrol pasien harga diri rendah di Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan (N=22)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah Sakit

Telah banyak penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara yang berhubungan dengan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik yaitu tentang

asuhan keperawatan klien dengan gangguan konsep diri : harga

pada Tn.S dengan harga diri rendah diruang maespati Rumah Sakit Jiwa. Daerah

Telah banyak penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara yang berhubungan dengan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik yaitu tentang

free rifght ) atas kerya ilmiah saya karya ilmiah saya yang berjudul : GAMBARAN PENERAPAN STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN OLEH PERAWAT

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta

Kesimpulannya, asuhan keperawatan pada pasien harga diri rendah yang dikombinasikan dengan terapi token ekonomi mampu memperkuat hasil dari intervensi yang diterapkan dalam melatih