BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat
baik maeteril maupun spritual terus berlangsung secara berkesinambungan dan
terus menerus. Dalam upaya mewujudkannya diperlukan modal yang tentunya
tidak sedikit, dengan tidak mengesampingkan sumber dana dari luar negeri dan
untuk membuktikan kemandirian suatu negara dalam pembinaan pembangunan
adalah dengan menggali dana yang berasal dari dalam negeri secara optimal.
Sumber dana dari dalam negeri yang paling besar ialah berasal dari pajak.
Pajak ialah iuran kepada Negara yang dapat dipaksakan berdasarkan
undang-undang dengan tidak mendapat kontraprestasi yang dapat ditunjuk secara
langsung guna membiayai pengeluaran pemerintah dan pembiayaan
penyelenggaraan Negara. Adapun ciri dan corak yang melekat pada pengertian
pajak tersebut menurut Waluyo dan Irawan B. Ilyas1 adalah;
1. Bahwa pemungutan pajak merupakan pengabdian dan kewajiban
peran serta masyarakat sebagai wajib pajak untuk secara
langsung maupun bersama-sama untuk melaksanakan
kewajiban perpajakan untuk pembiayaan Negara dan
pembangunan nasional.
1
2. Tanggung jawab pelaksanaan kewajiban pajak sebgai pencerminan
kewajiban di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat
wajib pajak sendiri.
3. Anggota wajib pajak diberikan kepercayaan untuk melakukan
kegotong-royongan nasional dengan menghitung dan
membayar sendiri pajak yang terutang ( sistem self assesment ).
Bagi Negara pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang
akan digunakan untuk biaya penyelenggaraan Negara.Sedangakan di pihak
lain bagi perusahaan pajak ialah suatu hal yang wajib untuk dikeluarkan atau
dibayarkan untuk itulah diperlukan pengelolaan atau perencanaan yang baik
dalam pengelolaan perusahaan untuk menekan angka kerugian yang mungkin
dapat timbul di kemudian hari2.
Fungsi pajak sebagai umber penerimaan mempunyai peran yang sangat
penting dalam pembiayaan operasional pemerintah baik untuk pengeluaran
rutin maupun pembangunan, sedangkan sebagai Sumber pengatur penerimaan
pajak dapat digunakan sebagai alat perceptn pertumbuhan ekonomi dengan
memberikan rancangan dan stimulus yang kondusif bagi dunia usaha.
Fungsi lain dari pajak ialah fungsi budgetair yang berfungsi sebagi fungsi
utama pajak dimana hasil pungutan pajak ini langsung dimasukkan ke kas
negara secara optimal, fungsi lainnya yaitu fungsi regulerend yaitu fungsi
tambahan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2
Dalam aspek lain pajak juga dijadikan sumber penerimaan yang tidak
kalah pentingnya jika dibandingkan dengan sumber alam lain seperti minyak
bumi dan gas alam. Setiap tahunnya kontribusi pajak terhadap penerimaan
Negara selalu meningkat, dalam anggaran perbelanjaan Negara yang
selanjutnya disingkat APBN tahun 2010 penerimaan Negara terhadap pajak
ialh sebesar 743 trilyun rupiah atau dpat dikatakan sekitar 75% penerimaan
Negara berasal dari sektor pajak3.
Tabel 1.1 Daftar Kontribusi Penerimaan Negara dalam Sektor Pajak (2007-2010)
Tahun Penerimaan pajak Penerimaan Negara bukan pajak dan
Sumber : Data Pokok Kementrian Keuangan 2011
Berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa pajak mempunyai peran
yang penting dalam sektor perekonomian negara, salah satu Sumber pajak yang
dimaksud ialah pajak penghasilan yang selanjutnya disebut (PPh) ialah pajak
yang dikenakan terhadap subjek pajak atas pengasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam satu tahun pajak.
3
Subjek pajak adalah karakter utama dari pajak penghasilan. Terutangnya
pajak melekat pada subjek pajaknya. Syarat utama untuk dapat dikenakan pajak
adalah adanya subjek pajak. Jika yang menerima atau memperoleh penghasilan
bukan subjek pajak, maka pengenaan pajak tidak dapat dilaksanakan.
Sejarah pajak penghasilan di Indonesia dimulai saat penetapan tenement
tax (huistax) pada tahun 1816, yakni sejenis sewa yang dikenakan pada mereka
yang menggunakan bumi dan bangunan sebagai tempat berdirinya rumah atau
bangunan. Namun pada beberapa periode terdapat perbedaan pengenaan pajak
terhadap penduduk pribumi dengan orang asia atau eropa dengan kata lain
terdapat perbedaan atau tidak terdapatnya uniformitas dalam perlakuan
perpajakan4.
Pajak Penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak berkenaan dengan
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek Pajak
yang telah memiliki penghasilan, sehingga kepadanya dapat dikenakan pajak
penghasilan, disebut sebagai wajib pajak. Hal ini sejalan dengan yang ditur dalam
Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tatacara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 ( UU KUP) menyebutkan Wajib Pajak adalah
orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan5
4
Karakteristik Pajak Penghasilan, Lyharisih@gmail.com/karaktaristikpph/ , (diakses pada 30 Maret 2017
5
Untuk meningkatkan penerimaan serta memberikan aturan mengenai pajak
penghasilan serta menyempurnakan UU KUP pemerintah pun akhirnya
membaharui undang-undang nomor 7 tahun 1983 menjadi undang-undang nomor
36 tahun 2008 tentang Pajak penghasilan selanjutnya disebut (UU PPh)
Dari rumusan Pasal 1 UU PPh tersebut didefinisikan bahwa pajak
penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas pengasilan
yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak. Pokok pengertian dalam
Pasal 1 tersebut adalah bahwa pajak dikenakan terhadap subjek pajak. Ini adalah
karakter utama dari pajak penghasilan. Terutangnya pajak melekat pada subjek
pajaknya. Syarat utama untuk dapat dikenakan pajak adalah adanya subjek pajak.
Jika yang menerima atau memperoleh penghasilan bukan subjek pajak, maka
pengenaan pajak tidak dapat dilaksanakan6.
Dalam pasal 4 UU PPh diatur bahwa penghasilan yang diterima atau
diperoleh tersebut adalah objek pajak. Objek pajak akan dijadikan dasar
pengenaan pajak jika diterima atau diperoleh oleh subjek pajak. Dengan demikian
pemajakan melekat pada subjek pajaknya bukan pada objek pajaknya7
Pajak yang dipungut berbasis pada penghasilan diterapkan oleh banyak
negara di dunia. Masing-masing dengan keunikannya sendiri-sendiri. Keunikan
tersebut disebabkan karena ketentuan tentang penentuan subjek pajak, tarif pajak,
atau tatacara pemungutan pajaknya. Namun demikian terdapat kesamaan yang
mendasar pada karaker pajak penghasilan.
6
Debora Novayanti, Analisis Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan 21 sebagai Upaya Mengoptimalkan pajak Penghasilan (Studi Kasus PT.A),(Jakarta:Universitas Indonesia,2012) ,hlm.3.
7
Dengan banyaknya negara yang menerapkan pajak yang didasarkan pada
penghasilan yang diterima oleh subjek pajaknya, maka pajak penghasilan tidak
akan lepas dari permasalahan aspek internasional. Hal ini disebabkan bahwa
adanya persinggungan antara satu yurisdiksi pemajakan suatu negara dengan
yurisdiksi pemajakan negara lainnya.
Bentuk Usaha Tetap (BUT) dalam sistem perpajakan Indonesia menempati
suatu kedudukan yang khusus karena disamping pemajakan atas wajib pajak pada
umumnya, juga dalam kaitannya dengan pejanjian perpajakan (tax treaty), ada
tidaknya suatu bentuk usaha tetap menentukan dapat atau tidaknya suatu negara
sumber mengenakan pajak atas laba usaha yang diperoleh suatu perusahaan yang
berkedudukan di luar negeri8.
Adapun kedudukan Bentuk Usaha Tetap (BUT) dalam sistem perpajakan
Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat unik. Pada saat Undang-Undang
Pajak Penghasilan 1984 diberlakukan pada tanggal 1 januari 1984, bentuk usaha
tetap dikelompokkan dalam subjek pajak badan dalam negeri, keadaan ini sangat
berbeda dengan banyak negara dimana bentuk usaha tetap diberlakukan sebagai
subjek pajak luar negeri, namun seiring dengan perkembangannya menurut
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 sebagai perubahan terhadap UU PPH
Tahun 1984, BUT dikelompokkan lagi menjadi subjek pajak yang berdiri
sendiridan sebagai subjek pajak luar negeri, namun demikian kewajibannya tetap
dipersamakan dengan subjek pajak dalam negeri. Keadaan ini masih tetap berlaku
hingga adanya pembaharuan UU PPH terbaru Nomor 36 Tahun 20089.
8
Jaja Zakaria. Perlakuan Perpajakan Terhadap Bentuk Usaha Tetap, (Jakarta: PT Raja Persada,2008) hlm.1
9
Dalam kaitannya dengan penghindaraan pajak berganda yang diadakan di
Indonesia dengan negara lain , BUT merupakan suatu hal yang penting karena
merupakan jantung dari setiap perjanjian penghindaran pajak berganda, maka jika
dalam kaitannya suatu perjanjian penghindaran pajak berganda tidak adanya
kepastian hukum, misalnya seorang investor dari negara domisili dikenai pajak di
negara sumber (negara dimana kegiatan dilakukan) yang tidak sesuai dengan
kesepakatan yang ada , ia dapat mengajukan masalahnya ke pejabat yang
berwenang di tempat domisilinya, karena tanpa adanya persetujuan penghindaran
pajak berganda , langkah tersebut tidak dapat ditempuh oleh sebuah BUT10.
Karena adanya perbedaan pengenaan pajak antara satu negara dengan
negara yang lainnya, hal ini mempengaruhi perilaku subjek pajak. Subjek pajak
dapat menghindari pengenaan pajak dari suatu negara dan dikenakan di negara
lainya. Hal ini membuat permasalahan dalam pajak penghasilan menjadi semakin
kompleks.
Dengan dibaharuinya UU PPh tersebut diharapkan peran serta masyarakat
untuk semakin aktif dalam membayar pajak yang menjadi salah satu kewajiban
wajib pajak, yang tentunya sangat berguna bagi optimalisasi pertumbuhan serta
pembangunan ekonomi negara secara keseluruhan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka
penyusun skripsi ini tertarik untuk membahas mengenai bagaimanakah
pengaturan Pajak Penghasilan di Indonesia, bagaimanakah kedudukan BUT
dilihat dari UU PPH Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perpajakan, dan
10
bagaimanakah penerapan perlakuan perpajakan Terhadap BUT sebagai Wajib
Pajak Penghasilan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaturan terhadap pajak penghasilan di Indonesia ?
2. Bagaimanakah Bentuk Usaha Tetap (BUT) dilihat dari Undang-Undang
No.36 Tahun 2008 Tentang Perpajakan ?
3. Bagaimanakah perlakuan perpajakan terhadap Bentuk Usaha Tetap
Sebagai Wajib Pajak Penghasilan ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk lebih memahami tentang pengaturan terhadap Pajak Penghasilan di
Indonesia.
2. Untuk mengetahui kedudukan Bentuk Usaha Tetap (BUT) dilihat dari
Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Tentang Perpajakan.
3. Untuk mengetahui penerapan perlakuan perpajakan terhadap Bentuk
Usaha Tetap Sebagai Wajib Pajak Penghasilan.
Selain beberapa tujuan, sebuah penelitian juga diarahkan agar banyak berdaya
guna dan banyak memiliki manfaat. Adapun beberapa manfaat yang ingin dicapai
dari penelitian ini terdiri dari kegunaan teoritis dan kegunaan praktis adalh
sebagai berikut :
Sebagai sumbangan pemikiran pengembangan bidang ilmu hukum pada
umumnya dan ilmu hukum ekonomi di bidang hukum pajak khususnya
pajak penghasilan di Indonesia
b. Kegunaan praktis
Sebagai sumbangan dan acuan bagi sistem hukum di Indonesia terutama
dalam peningkatan pemungutan pajak penghasilan serta membangun
tingkat kesadaran masyarakat sebagai wajib pajak sehingga melalui
pungutan pajak penghasilan dapat meningkatkan pemasukan negara dan
peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional.
D. Keaslian Penulisan
Guna melengkapi sekaligus dalam rangka mengembangkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh oleh penulis selama mengikuti perkuliahan di
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara maka penulis menuangkannya dalam
sebuah skripsi yang berjudul : " PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN
TERHADAP BENTUK USAHA TETAP DILIHAT DARI UNDANG UNDANG
PAJAK PENGHASILAN “
Adapun judul penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik skripsi ini
adalah "Perlakuan Perpajakan terhadap Bentuk Usaha Tetap di Indonesia
berdasarkan Penghindaran Pajak Berganda" yang ditulis oleh Yunita mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan NIM 0060200040.
Adapun skripsi tersebut membahas tentang bagaimana perlakuan
perpajakan terhadap bentuk usaha tetap sebagai wajib pajak penghasilan
terhadap wajib pajak luar negeri yang mendirikan badan usaha tetap di Indonesia,
serta bagaimana metode yang dapat ditempuh untuk menghindari pajak berganda
internasional dan bertujuan untuk memberikan pemahaman terperinci terkait pajak
berganda dalam bentuk usaha tetap di Indonesia. Adapun skripsi tersebut
menekankan pada penerapan pajak berganda untuk mendorong investasi serta
metode untuk penghindaran pajak tersebut sedangkan penelitian ini menekankan
pada penerapan perlakuan perpajakan terhadap wajib pajak penghasilan.
Dilhat dari permasalahan serta tujuan yang hendak dicapai melalui
penulisan skripsi ini, maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini merupakan karya
sendiri dan bukan jiplakan dari skripsi orang lain,dimana diperoleh melalui
pemikiran para pakar dan praktisi, referensi,buku-buku,bahan seminar, makalah,
media cetak seperti koran, media elektronik seperti internet, serta bantuan dari
berbagai pihak, berdasarkan kepad asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, dan
terbuka. Terhadap hal diatas penulis bertanggung jawab sepenuhnya jika
dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa penelitian ini merupakan duplikasi atau
plagiat dari karya-karya yang telah ada sebelumnya.
E. Tinjauan Kepustakaan 1. Pajak
Salah satu upaya mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam
pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari negara
berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi
kepentingan bersama.
Pengertian pajak menurut Prof.Dr.P.J.A., pajak ialah iuran kepada negara yang
mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk kembali dan berguna
untuk membiayai pegeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara yang
menyelenggarakan pemerintahan.11
Defenisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang
Perpajakan, pada pasal 1 menyebutkna bahwa pajak ialah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi dengan tidak mendapat imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.12
Menurut Waluyo13ciri-ciri melekat pada pengertian pajak ialah;
a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksananya
yang sifatnya dapat dipaksakan.
b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontrapersepsi
individual oleh pemerintah.
c. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
d. Pajak dipruntukkan bagi pengeluaran pemerintah, yang bila dari
pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai
public investment.
e. Pajak terdapat dua tujuan yaitu budgeter dan mengatur.
2. Pajak penghasilan (PPh)
11
Santoso Singgih, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, (Bandung: Penerbit Refika Aditama,1991) hlm.25
12
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Perpajakan, Pasal 1
13
Dalam pasal 1 UUPPh dikatakan bahwa pajak penghasilan ialah pajak
penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas
pengasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak. Pokok
pengertian dalam Pasal 1 tersebut adalah bahwa pajak dikenakan terhadap
subjek pajak. Ini adalah karakter utama dari pajak penghasilan. Terutangnya
pajak melekat pada subjek pajaknya. Syarat utama untuk dapat dikenakan
pajak adalah adanya subjek pajak. Jika yang menerima atau memperoleh
penghasilan bukan subjek pajak, maka pengenaan pajak tidak dapat
dilaksanakan.
Menurut beberapa ahli pajak penghasilan dapat diartikan sebagai berikut
a. Harcrisnowo
pajak penghasilan ialah jumlah uang yang diterima atas usaha
perseorangan, badan dan bentuk usaha tetap yang digunakan
untuk aktifitas ekonomi seperti menimbun dan atau
mengkonsumsi dan menambah Harta kekayaan14.
b. Standard Akuntansi Keuangan
Kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi
dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset yang
menyebabkan meningkatnya ekuitas yang tidak berasal dari
sumber penanaman modal melainkan melalui pendapatan
(income) maupun keuntungan (gain)15.
c. Mansuri
14
Harkrisnowo, Pajak Penghasilan (Jakarta:FISIP Universitas Indonesia 2008)hlm.12 15
mengemukakan bahwa penghasilan untuk keperluan pajak
harus menekankan pada kemampuan ekonomis yang dapat
dipakai sebagai konsumsi. Terdapat tiga hal penting dalam
pembatasan penghasilan yakni16 :
1) Menentukan bahwa suatu penghasilan ialah suatu objek pajak
yang bertujuan untuk agar wajib pajak mendapat kepastian
apakah suatu penghasilan merupakan suatu objek pajak sehingga
tidak menimbulkan keraguan dalam menentukan suatu objek
pajak.
2) Mendefenisikan suatu penghasilan ialah mencari benang merah
dari suatu pengertian sehingga diperoleh suatu pemahaman oleh
setiap orang tentang penghasilan.
3) Contoh-contoh penerimaan atau perolehan yang termasuk ke
dalam pengertian penghasilan kena pajak.
Menurut Waluyo perihal penghasilan yang dapat dikenakan pajak mempunyai
unsur-unsur penting yaitu :
a) Tambahan kemampuan ekonomis
Ialah kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan
akan barang dan jasa
b) Penghasilan yang diterima atau diperoleh
Pengakuan pendapat antara cash basis17 (sudah diterima) dan
accrual basis18 (belum ada realisasi baru hanya dicatat saja)
16
Mansuri, Pajak Penghasilan Lanjutan Pasca Reformasi (Jakarta: Yayasan Pengembang dan Pengetahuan Perpajakan, 2002)hlm.25
17
c) Berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia
Karena Indonesia menganut sistem world wide income maka
seluruh penghasilan baik dari dalam maupun luar negeri
wajib dikenakan pajak.
d) Untuk kepentingan konsumsi tau menambah kekayaan
Penghasilan yang hendak digunakan untuk kepentingan
konsumsi atau unyuk menambah kekayaan wajib dikenakan
pajak.
e) Dalam nama dan bentuk apapun
Hakekat ekonomis lebih penting dari jenis penghasilan tapi
jika yang dimaksud dan tujuan dari nama tersebut ialah suatu
penghasilan maka wajib dikenakan pajak penghasilan.
2. Dasar Teori Pemungutan Pajak Penghasilan19
a) Teori Asuransi
Diartikan sebagai suatu kepentingan masyarakat (seseorang) yang
harus dilindungi, oleh negara. Masyarakat seakan
mempertanggungjawabkan keselamatan dan keamanan jiwanya
kepada negara. Dengan adanya kepentingan dari masyarakat itu
sendiri, maka masyarakat harus membayar “premi’” kepada
pemerintah.
b) Teori kepentingan
18
Accrual basic ialah beban yang dicatat saat pendapatan ketika transaksi aktual selesai bukan pada saat kas diterima.
19
Negara melindungi kepentingan harta benda dan jiwa raga negara
dengan memperhatikan pembagian beban pajak yang harus dipungut
dari seluruh penduduknya. Segala biaya atau pengeluaran yang akan
diterima oleh warga negara akan membyar pajak lebih besar kepada
negara untuk kepentingan warga negara yang bersangkutan.
c) Teori Daya Pikul
Setiap orang dikenakan pajak harus sama dengan beratnya. Pajak
yang harus dibayar adalah menurut daya pikul seseorang yang
ukurannya adalah besarnya penghasilan dan besarnya
pengeluaran yang dilakukan.
d) Teori Daya Beli
Pembayaran pajak yang dilakukan kepada negara dimaksudkan
untuk memelihara masyarakat dalam negara yang bersangkutan.
Dengan kata lain, kemaslahatan suatu masyarakat akan tetap
terjamin dengan pembayaran pajak berdasarkan teori daya beli
ini.
e) Teori Bakti
Menekankan pada paham organisasi yang mengajarkan bahwa
karena sifat negara sebagi suatu organisasi dari
individu-individu, maka timbul hak mutlak negara untuk memungut pajak.
Bentuk Usaha Tetap ialah bentuk usaha yang dipergunakan
oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan20
Menurut UU PPh Nomor 36 tahun 2008 pasal 2 ayat 5 yaitu
menyebutkan bahwa bentuk usaha tetap ialah bentuk usaha yang
digunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari
seratus delapan puluh tiga hari dalam jangka waktu dua belas bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia untuk menjalankan kegiatan atau badan usaha di Indonesia
jalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat
berupa tempat kedudukan management, cabang perusahaan, kantor
perwakilan, gedung kantor, pabrik, bengkel, gudang, ruang untuk
promosi dan penjualan, pertambangan dan penggalian sumber alam,
wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi, perikanan,
peternakan, pertanian, perkebunan,atau kehutanan, proyek konstruksi,
instalasi, atau proyek perakitan, pemberian jasa dalam bentuk apa pun
oleh pegawai atau orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari enam
puluh hari dalam jangka waktu dua belas bulan, orang atau badan
yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas, agen atau
pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau
menanggung risiko di Indonesia, dan komputer, agen elektronik, atau
20
peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh
penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan usaha melalui
internet.21
4. Wajib Pajak
Wajib pajak sering disingkat WP adalah orang pribadi atau badan
(subjek pajak) yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk
pemungutan atau pemotongan pajak tertentu. Wajib pajak dapat berupa
wajib pajak orang atau wajib pajak badan.22
Wajib pajak ialah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran
pajak, pemotongan pajak, dan pemungutan pajak yang mempunyai hak
dan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan peratruran
perundang-undangan.23
5. Pajak Berganda
Pajak Berganda ialah pengenaan pajak lebih dari satu kali atas
penghasilan yang diperoleh. Pajak berganda juga dibagi menjadi beberapa
macam yaitu 24:
a. Pajak Berganda Juridis (pengenaan pajak yang sama yang ditentukan
secara yuridis).
21
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, Pasal 2
22
Wikipedia.org, pengertian wajib pajak, (diakses pada 06 Juli 2017)
23
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 , Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pasal 1 ayat 1
24
b. Pajak Berganda Domestik (pengenaan pajak yang lebih dari satu kali oleh
juridiksi yang sama)
c. Pajak Berganda Internasional (pengenaan pajak yang lebih dari satu kali
oleh lebih dari dua negara atas suatu penghasilan yang sama).
Sedangkan penghindaran pajak berganda mengacu pada pasal 32 A
UU PPh yang mengatakan bahwa pemerintah berhak untuk melakukan
perjanjian dengan negara lain dalam rangka penghindaran pajak berganda
dan pencegahan pengelakan pajak25.
F. Metode Penulisan
Dalam skripsi ini untuk membahas masalah sangat membutuhkan adanya
data dan keterangan yang dapat dianalitis. Untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data dan keterangan tersebut penulis menggunakan metode
sebagai berikut.
1. Spesifikasi penelitian
Tipe penelitian hukum yang dilakukan adalah yuridis normative dengan
pertimbangan bahwa titik tolak penelitian analisis terhadap peraturan
perundang-undangan tentang pajak penghasilan baik dalam hukum ekonomi maupun dalam
kerangka hukum nasional Indonesia sendiri.
Maka tipe penelitian yang digunakan ialah penelitian juridis normatif,
yakni penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penetapan kaidah-kaidah atau
norma-norma dalam hukum positif mengenai pajak penghasilan dalam kegiatan
perekonomian di Indonesia. Hal ini ditempuh dengan melakukan penelitian
kepustakaan. Oleh karena tipe penelitian yang digunakan adalah yuridis
25
normative maka pendekatan yang digunakan adalh pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan perundang-undangan yang berhubungan dengan pajak
penghasilan.
2. Data penelitian
Materi dalam skripsi ini diambil dari dat seperti dimaksud dibawah ini;
a. Bahan hukum primer, yaitu :
Ketentuan peraturan perundang-undangan dalam kerangka hukum nasional
Indonesia yaitu UU PPh Nomor 36 Tahun 2008, UU KUP Nomor 28 Tahun 2007
dan diikuti oleh Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Bantuan
atau sumbangan Termasuk Zakat, serta Peraturan Menteri Keuangan
245/PMK.03/2008 Tentang Pembebasan Pajak untuk Hibah.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu :
Bahan-bahan yang berkaitan erat dengan bahan hukum primer dan dapat
digunakan untuk menganalisis dan memahami bahan hukum primer yang ada.
Semua dokumen yang dapat menjadi Sumber informasi mengenai penerapan "
dalam pajak penghasilan seperti makalah atau seminar dari pakar hukum, koran,
majalah,artikel,dan juga sumber-sumber lain yakni internet yang memiliki kaitan
erat dengan permasalahan yang dibahas.
c. Bahan hukum tersier, yaitu :
Mencakup kamus bahasa ntuk pembenahan tata Bahasa Indonesia dan juga
sebagai alat bantu pengalih bahasa beberapa istilh asing yang digunakan dalam
skripsi ini.
Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan
melakukan penelitian kepustakaan atau yang lebih dikenal dengan studi
kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data
yang terdapat dalam buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan,majalah,
surat kabar, artikel, hasil seminar, dan sumber-sumber lain yang terkait masalah
yang dibahas dalam skripsi ini.
4. Analisis data
Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan, dianalisis dengan
deskriptif kualitatif. Metode deskriptif yaitu menggambarkan secara menyeluruh
tentang apa yang menjadi pokok permasalahan. Kualitatif yaitu metode yang
diperoleh menurut kualitas kebenarannya kemudian dihubungkan dengan teori
yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas
permasalahan yang diajukan.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang
masing-masing memiliki sub-babnya tersendiri, yang secara garis besarnya dapat
diuraikan sebagai berikut
Bab I merupakan bab Pendahuluan. Pada bab ini akan diuraikan secara
umum keadaan-keadaan berhubungan dengan objek penelitian seperti Latar
Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metodologi Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
Bab II berjudul Tinjauan Umum Pajak Penghasilan Tinjauan Umum Pajak
Penghasilan Di Indonesia. Dalam bab ini akan dibahas mengenai Dasar Hukum
Perpajakan di Indonesia, Manfaat dan Fungsi Pajak Penghasilan, Syarat
Pemungutan Pajak Penghasilan, Subjek dan Objek Pajak Penghasilan, dan
bagaimana Penghitungan Pajak Penghasilan.
Bab III berjudul Bentuk Usaha Tetap Dilihat Dari Undang-Undang Pajak
Penghasilan yang akan berisi Sumber Hukum Bentuk Usaha Tetap, Jenis Jenis
Bentuk Usaha Tetap, Objek Pajak Bentuk Usaha Tetap,dan Perhitungan Laba
Bentuk Usaha Tetap.
Bab IV berjudul Perlakuan Perpajakan Terhadap Bentuk Usaha Tetap
Sebagai Wajib Pajak Penghasilan Peraturan Pph Terhadap But Sesuai
Undang-Undang Pajak Di Indonesia, Penghitungan Pajak Penghasilan Bentuk Usaha
Tetap, Pengeluaran Yang Tidak Boleh Dibebankan Dalam Menghitung Pajak
Penghasilan, Peraturan Pajak Penghasilan Terhadap Bentuk Usaha Tetap Yang
Ditanamkan Kembali Ke Indonesia, dan Perlakuan Perpajakan Terhadap Bentuk
Usaha Tetap Sebagai Wajib Pajak Penghasilan.
Bab V berisi kesimpulan terhadap bab-bab sebelumnya yabg telah
diuraikan dan yang ditutup dengan mencoba memberikan saran-saran yang