• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Merek Terkenal Dihubungankan Dengan Itikad Baik Studi Putusan No. 558k Pdt.Sus-Hki 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Merek Terkenal Dihubungankan Dengan Itikad Baik Studi Putusan No. 558k Pdt.Sus-Hki 2015"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI PENGATURAN MEREK DI INDONESIA

A. Pengertian Merek

Dalam dunia ilmu pengetahuan,seringkali setiap orang memiliki pandangan yang

berbeda satu sama lain menganai pengertian seuatu hal. Hal demikian wajarlah kiranya

karena setiap pemikiran manusia tentu berbeda satu sama lain dalam memandang sesuatu dari

berbagai sudut.

Namun tentunya pemikiran ataupun definisi tersebut hadir semata mata untuk

memberikan suatu wawasan yang luas mengenai pandangan suatu kata. Dalam hal ini untuk

memberikan pengertian kata merek,maka penulis mencoba mengutip beberapa pendapat

sarjana dan definis merek secara yuridis.

Definisi merek menurut para ahli:

1. Soedargo Gautama, merek adalah alat untuk membedakan barang dan tanda yang

dipakai sebagai merek ini kiranya harus mempunyai daya pembeda barang yang

bersangkutan10

2. H.M.N Purwo Sutcipto memberikan rumusan bahwa “merek adalah suatu tanda,

dengan mana suatu benda tertentu dipribadikan,sehingga suatu tanda dapat

dibedakan dengan lainya yang sejenis .

11

3. R. Soerjatin memberikan rumusan bahwa merek adalah suatu tanda barang yang

bersangkutan atau pada bungkusnya untuk membedakan barang dari sejenisnya .

12

10

Soedago Goutama, Op.Cit, hal.26

11

H.M.N Purwo Sutcipto, Pengertian Pokok Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1984), hal. 82

12

Iur Soerjatin, Hukum dagang I dan II, (Jakarta: Paradya Paramita, 1980), hal. 84

(2)

4. Rahmi Jened, merek merupakan definisi hukum yang memberikan perlindungan

dan upaya jika suatu tanda perdagangan digunakan oleh pihak yang tidak

memiliki kewenangan untuk itu13

Secara etimologis, istilah merek berasal dari bahasa Belanda. Dalam bahasa

Indonesia, merek berarti tanda yang dipakai pada barang yang di perdangangkan oleh suatu

perusahaan

.

14

“Setiap tanda, atau kombinasi dari beberapa tanda yang mampu membedakan barang

dan jasa atau satu dari yang lain, dapat membentuk merek. Tanda tanda tersebut,

terutama berupa kata kata termasuk nama orang, huruf, angka, unsur figurative dan

kombinasi dari beberapa warna atau kombinasi warna warna tersebut, dapat .

Merek dalam Pasal 15 Ayat (1) TRIPs Agreement:

“Any sign or any combination of signs, capable of distinguisging, the goods of

services of one undertaking from those of service of one undertaking from those of

other undertakings, shall be capable of constituting a trademark.Such signs, in

iparticular words including personal names, letters, numerals, figurative elementand

combination of coulours as well as any combination of such signs, shall be eligible

forregisratio as trademark. Where signs are not inherently capable of distingguishing

the relevant goods or service, members may make registrability depend on

distinctiveness acquired throught use.

Members may require, as a condition of registration, that signs be visually

perceptible”

13

Rahmi Jened, Hukum Merek (Trade Mark Law) Dalam Era GLOBALISASI & Integrasi Ekonomi, (Jakarta: Prenamedia Grup, 2015), hal. 6

14

(3)

didaftarkan sebagai merek. Dalam hal suatu tanda tidak dapat membedakan secara

jelas barang atau jasa yang satu dengan yang lain, negara anggota dapat mendasarkan

keberadaan daya pembeda tanda tanda tersebut melalui penggunaanya, sebagai syarat

bagi pendaftaranya.

Negara negara dapat menetapkan persyaratan bahwa tanda tanda tersebut harus dapat

dikenali secara visual sebagai syarat pendaftaran suatu merek”

Menurut Undang-Undang merek Inggris, Trademark Act 1994 yang menyatakan:15

B. Fungsi Merek

“Trademark means any sign capable of being represented graphically which is

capable of distiguising goods or services of one underthakings from those of other

underthaking”

Sedangkan pengertian secara yuridis, merek menurut ketentuan umum Pasal 1 Ayat

(1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis berbunyi:

“Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo,

nama, kata, huruf, angka susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3

(tiga) dimensi suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut

untuk membedakan barang dan jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum

dalam kegiatan barang dan atau jasa”.

Menurut Abdul Kadir Muhammad, terdapat empat fungsi merek dalam kegiatan

perdaganagn barang dan jasa yaitu:

1. Tanda pengenal yang membedakan produk perusahan yang satu dengan produk

perusahaan yang lain (product identity). Fungsi ini juga menghubungkan barang

15

(4)

atau jasa dengan produknya sebagai jaminan reputasi hasil usaha ketika di

perdagangkan;

2. Sarana promosi dagang (mean of trade promotion). Promosi tersebut dilakukan

melalui mediaiklan produsen atau pengusaha yang memperdagangkan barang dan

jasa;

3. Jaminan atas mutu barang atau jasa(quality guarantee). Hal ini tidak hanya

menguntungkan produsen pemilik merek saja, melainkanjuga sebagai

perlindungan jaminan mutu barangatau jasakepada konsumen;

4. Petunjuk asal barang atau jasa yang dihasilkan (source of origin). Merek

merupakan tanda pengenal atau jasa yang menghubungkan barang atau jasa

dengan produsen.16

Sedangkan menurut P.D.D. Dermawan, fungsi merek itu ada tiga yaitu:

1. Fungsi indikator sumber, artinya merek berfungsi untuk menunjukkan bahwa

suatu produk bersumber secara sah pada suatu unit usaha dan karenanya juga

berfungsi untuk memberikan indikasi bahwa produk itu dibuat secara profesional;

2. Fungsi indikator kualitas, artinya merek berfungsi sebagai jaminan kualitas

khususnya dalam kaitan dengan produk-produk bergengsi;

3. Fungsi sugestif,artinya merek memberikan kesan akan menjadi kolektor produk

tersebut17

C. JENIS MEREK .

Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

membagi merek menjadi dua macam yaitu:

16

Abdul Khadir Muhammad, Op.Cit, hal.1.

17

(5)

1. Merek Dagang.

2. Merek Jasa.

Pengertian merek dagang menurut Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang No. 20 Tahun 2016

tentang Merek dan Indikasi Geografis yaitu:

“Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan

oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk

membedakan dengan barang sejenis lainnya”.

Pengertian merek jasa dinyatakan dalam Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang No. 20 Tahun

2016 yaitu:

“MerekJasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh

seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk

membedakan dengan jasa sejenis lainnya”.

Selain itu disebutkan pula pengertian tentang merek kolektif yang terdapat pada

Pasal 1 Ayat (4) yaitu:

“Merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama

mengenai sifat, ciri umum, dan mutu barang atau jasa serta pengawasannya yang

akan diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama

untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya”.

Jenis merek juga dapat dilihat melalui tingkat kemasyhuranya. KBBI mendefinisikan

kemasyhuran sebagai sebuah hal keaadan masyhuran atau terkenal18

. Dalam hal ini

kemasyhuran jenis merek dapat dibagi dari seberapa terkenalkah merektersebut ditengah

masyarakat. Terjadinya perbedaan kemasyuran suatu merek membedakaan pula tingkat

(6)

derajat kemasyuran yang dimiliki oleh berbagai merek. Ada tiga jenis merek yang dikenal

oleh masyarakat19

1. Merek biasa

.

Disebut juga sebagai “normal mark” yang tergolong kepada merek biasa adalah

merek yang tidak memiliki reputasi tinggi. Merek yang berderajat biasa ini diangap

kurang memberi pancaran simbolis gaya hidup baik dari segi pemakaian dan

teknologi, masyarakat atau konsumen melihat merek tersebut kualitasnya rendah.

Merek ini dianggap tidak memiliki drawing power yang yang mampu memberi

sentuhan keakraban dan kekuatan mitos (mysical power) yang sugesif kepada

masyarakat dan konsumen, dan tidak mampu memberntuk lapisan pasar dan

pemakai20

2. Merek terkenal.

.

Merek terkenal biasa disebut sebagai “Well-Known Mark”. Merek jenis ini memiliki

reputasi tinggi karna lambangnya memiliki kekuatan untuk menarik perhatian. Merek

yang demikian itu memiliki kekuatan pancaran yang memukau dan menarik, sehingga

jenis barang apa saja yang berada dibawah merek ini langsung menimbulkan sentuhan

keakraban (fammiliar attachment) dan ikatan mitos (mythical context) kepada segala

lapisan konsumen21

3. Merek termasyur.

.

Tingkat derajat merek yang tertinggi adalah merek termasyur. Sedemikian rupa

tingkat termasyurnya di seluruh dunia, mengakibatkan reputasinya digolongkan

sebagai merek aristokrat dunia22

19

M.Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum Dan Hukum Merek di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang No.19 Tahun 1992, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 1996), hal.80

20

(7)

merek biasa, sehingga jenis barang apa saja yang berada di bawah merek ini langsung

menimbulkan sentuhan keakraban dan jenis ikatan mitos23. Oleh karna pendefinisian

tersebut,bagi yang mencoba membuat definisi merek termasyur, besar sekali

kemungkinanya akan terjebak dengan perumusan tumpang tindih merek terkenal24

Disamping jenis merek sebagaimana yang dimaksud diatas, ada juga pengkasifikasian

lain yang didasarkan kepada bentuk atau wujudnya. Bentuk atau wujudnya merek menurut

Suryatin dimaksudkan untuk membedakaan dari barang jenis lain. Oleh karena adanya

pemebedaan itu terdapat beberapa jenis merek yakni

.

25

1. Merek Lukisan (Bell mark)

:

2. Merek Kata (Word Mark)

3. Merek Bentuk (Form Mark)

4. Merek Bunyi bunyian (Klank Mark)

5. Merek Judul (Title Mark)

Namun menurut beliau, merek dengan jenis lukisan adalah yang paling baik untuk

Indonesia, dimana jenis merek lainya terutama merek kata dan merek judul kurang tepat

untuk digunakan di Indonesia mengingat bahwa abjad Indonesia tidak mengenal beberapa

huruf“ph”,”sh”. Dalam hal ini merek juga dapat menyesatkan masyarakat banyak umpanya

sphinx” dapat ditulis secara fonetis, menjadi “sfinks” atau “svinks”26

D. Hak Atas Merek

.

Hak atas merek merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh negera kepada pemilik

merek untuk menggunakan merek tersebut atau memberi pihak lain menggunakanya. Untuk

23

Budi Agusriswandi dan Syamsyudinn,Hak kekayaan Intektual Dan Budaya Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hal.87

24

M.Yahya Harahap,Op.Cit, hal.86

25

Suryatin, Hukum Dagang I dan II , (Jakarta: Paradya Paramita,1980), hal. 86

26

(8)

mendapat hak ekslusif tersebut maka merek tersebut harus didaftarkan di kantor umum

pendaftaran merek 27

Sebagai hak yang ekslusif maka hak atas merek melarang pihak lain untuk

mengunakaan merek yang dimilikinya tanpa seijinnya karna merupakan bagian dari

kekayaan seseorang yang perlu di pelihara, dipertahankan dan dilindungi. Pada hak merek

juga terdapat hak absolut yang berarti diberinya hak gugat oleh Undang-Undang kepada

pemegang hak, disamping adanya tuntutan pidana terhadap orang orang yang melanggar hak

tersebut

.

28

E. Sistem Pendaftaran Merek

Dalam perkembanganya Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan

Indikasi Geografis juga mencantumkan hak atas merek, namun pasal tersebutdisederhanakan

tanpa mengurangi esensi dari keberadaan dari perlindungan hak merek yang diberikan oleh

Negara.

Pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis

berbunyi:

“Hak atas Merek diperoleh setelah Merek tersebut terdaftar”.

Pendaftaran merek merupakan keharusan agar dapat memperoleh hak atas merek.

Tanpa pendaftaran negara tidak akan memberikan hak atas merek kepada pemilik merek. Hal

ini berarti tanpa mendaftarkan merek, seseorang tidak akan diberikan perlindungan hukum

oleh negara apabila mereknya ditiru oleh orang lain. Pendaftaran merek yang digunakan di

Indonesia sejak Undang-Undang No 19 Tahun1992 adalah sistem konstitutif. Jika

sebelumnya pada Undang-Undang 21 Tahun 1961 sistem pendaftaran yang digunakan adalah

27

Sujud Margono, Pembaharuan Perlindungan Hukum Merek, (Bandung: PT. Pustaka Mandiri, 2002), hal.1 28

(9)

sistem pendaftaran deklaratif, dimana sistem ini mengenal pemberian perlindungan kepada

mereka yang mengunakan merek terlebih dahulu. Pada sistem konstitutif ini perlindungan

hukum didasarkan atas pendaftaran pertama yang beritikad baik. Hal ini juga seperti

tercantum Undang-Undang No. 20 Tahun 2016.

Pada Pasal 1 Ayat (8)Undang-Undang No. 20Tahun 2016 disebutkan:

“Permohonan adalah permintaan pendaftaran Merek atau pendaftaran indikasi

geografis yang diajukan secara tertulis kepada Menteri”

F. Syarat Pendaftaran Merek

Gatot Suparmono dalam bukunya penyelesain sengketa merek menurut hukum

Indonesia membagi 3 syarat pendaftaran merek tersebut:

1. Syararat pertama

Orang yang membuat merek atau pemilik merek wajib beritikad baik, dimana

yang dapat menjadi pemilik merek ialahperorangan, beberapa orang secara

bersama sama, dan badan hukum.

Merek dapat dimiliki secara perorangan atau satu orang karna pemilik merek

adalah orang yang membuat merek itu sendiri. Dapat pula terjadi seseorang

pemilik merek berasal dari pemberian atau membeli dari orang lain. Selain

perorangan, merek juga dapat dimiliki oleh beberapa orang misalnya dua atau tiga

orang namun kepemilikan merek harus secara bersama sama. Satu merek sebagai

merek bersama. Demikian pula hak atas merek bersama tersebut tidak mungkin

dapat dibagi bagi karna merupakan satu kesatuan yang utuh29

29

Gatot Supramono,Supramno, Menyelesaikan sengketa merek menurut Hukum Indonesia,(Jakarta:PT.Rineka Cipta, Cetakan Pertama, 2008), hal.19

(10)

Kemudian badan hukum dapat memiliki merek karna badan hukum termasuk

subjek hukum, yaitu pendukung hak dan kewajiban sebagaimana halnya mansusia

umumnya.

2. Syarat kedua

Adapun syarat kedua tentang merek yang tidak dapat didaftarkan apabila merek

tersebut mengandung salah satu unsur sebagaimana terkandung dalam Pasal 20

Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis

berbunyi:

“Merek tidak dapat didaftar jika:

a. bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-undangan,

moralitas. agama, kesusilaan, atau ketertiban umum;

b. sama dengan, berkaitan dengan, atau hanya menyebut barang dan/atau jasa

yang dimohonkan pendaftarannya;

c. memuat unsur yang dapat menyesatkan masyarakat tentang asal, kualitas,

jenis,ukuran, macam, tujuan penggunaan barang dan/atau jasa yang

dimohonkan pendaftarannya atau merupakan nama varietas tanaman yang

dilindungi untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;

d. memuat keterangan yang tidak sesuai dengan kualitas, manfaat, atau khasiat

dari barang dan/atau jasa yang diproduksi;

e. tidak memiliki daya pembedadan/atau

f. merupakan nama umum dan/atau lambang milik umum”.

3. Syarat ketiga

Syarat terakir ini adalah syarat syarat yang menyangkut persamaan dengan merek

atau tanda tanda milik pihak lain seperti diatur dalam Pasal 21 Undang-Undang

(11)

Pasal 21 Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 Ayat (1) berbunyi:

“Permohonan ditolak jika Merek tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya

atau keseluruhannya :

a. Merek terdaftar milik pihak lain atau dimohonkan lebih dahulu oleh pihak lain

untuk barang dan/atau jasa sejenis;

b. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;

c. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa tidak sejenis yang

memenuhi persyaratan tertentu; atau

d. Indikasi Geografis terdaftar”.

Pasal 21 Ayat (2) Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 berbunyi:

“Permohonan ditolak jika Merek tersebut:

a. merupakan atau menyerupai nama atau singkatan nama orang terkenal, foto,

atau nama badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan

tertulis dari yang berhak;

b. merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera,

lambang atau simbol atau emblen suatu negara, atau lembaga nasional maupun

internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenangatau

c. merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang

digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah, kecuali atas persetujuan

tertulis dari pihak yang berwenang”.

Pasal 21 Ayat (3) Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 berbunyi:

(12)

Pengaturan mengenai penolakan permohonan tanpa itikad baik sebelumnya diatur

dalam Pasal 4 Undang-Undang No. 15 Tahun 2001, kini diatur dalam Pasal 21 Ayat (3)

Undang-Undang No. 20 Tahun 2016.

G. Prosedur Pendaftaran Merek

Prosedur pendaftaran merek setelah berlakunya Undang-Undang No.20 Tahun 2016

diatur dalam Pasal 4 sampai Pasal 27, tidak jauh berbeda dalam Undang-Undang No. 15

Tahun 2001 yang diatur Pasal 7 sampai Pasal 27.

1. Cara pendaftaran merek

Permohonan pendaftaran merek ada dua macam yang dapat ditempuh yaitu

dengan cara biasa atau bersifat umum dan dengan hak prioritas. Permohonan

pendaftaran dengan cara biasa dilakukan karena merek yang dimohon pendaftarannya

belum pernah didaftarkan sama sekali. Sedangkan permohonan pendaftaran dengan

hak prioritas dilakukan karena merek yang didaftarkan di Indonesia sudah pernah

didaftarkan di negara lain.

a. Dengan Cara Biasa

Permohonan pendaftaran merek diajukan Menteri Hukum dan HAM RI.

Permohonannya diajukan secara elektonik atau non elektrinikdengan menggunakan bahasa

Indonesia. Sejalan dengan hal itu pemilik merek yang hendak mendaftarkan merek tidak

dapat mengajukan permohonan secara lisan yang diatur didalam Pasal 4 Undang-Undang No.

20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.

Pemilik merek tidak harus mengajukan sendiri permohonan pendaftaran merek.

(13)

permohonan tersebut dengan cara memberi kuasa terlebih dahulu kepada orang lain. Dalam

Pasal 4 Ayat (3) Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

mengharuskan kuasa pemilik merek adalah Konsultan HAKI sehingga kuasa pemilik merek

adalah orang yang benar-benar memahami tentang hukum merek30. Sebaiknya orang yang

diberi kuasa sudah memiliki pengalaman yang cukup dalam mengurus pendaftaran merek

sehingga pengurusan dapat berjalan dengan lancar31

- tanggal, bulan dan tahun,

..

Adapun isi surat permohonan pendaftaran merek yang harus dimuat di dalamnya

sesuai dengan Pasal 4 Ayat (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan

Indikasi Geografis adalah:

- nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon,

- nama lengkap dan alamat kuasa apabila permohonan diajukan melalui kuasa,

- warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan unsur

warna,

- nama negara dan tanggal permintaan merek yang pertama kali dalam hal

permohonan diajukan dengan hak prioritas,

- Kelas barang dan/atau kelas jasa serta uraian jenis barang dan/atau jenis jasa,

- Dalam hal merek yang dimaksud berbentuk 3 (tiga) dimensi, label merek

yang dilampirkan dalam bentuk karakteristik merek tersebut,

- Dalam hal merek yang dimaksud berupa suara, label merek yang dilampirkan

berupa notasi dan rekaman suara.

30

Republik Indonesia, Undang-Undang No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, Lembar Negara Tahun 2016 No. 5953, Tanggal 25 November 2016, Pasal 1 Ayat (13) dan Pasal 4 Ayat (1) Undang-Undang No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis

31

(14)

Untuk permohonan yang diajukan oleh lebih dari satu permohonan yang secara

bersama-sama berhak atas merek tersebut maka semua nama pemohon harus dicantumkan

dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka32

b. Dengan Hak Prioritas

. Apabila permohonan tersebut

hanya ditandatangani oleh salah satu pemohon saja, maka caranya dengan melampirkan

persetujuan dari mereka yang mewakilkan, namun apabila permohonannya diajukan oleh

kuasanya, dalam surat kuasa mereka secara bersama-sama nantinya memberikan kuasa dan

membubuhkan tanda tangan semuanya.

Bagi pemilik merek yang bertempat tinggal di luar negeri tidak boleh mengajukan

permohonan pendaftaran merek secara langsung sebagaimana yang diatur dalam Pasal 5 Ayat

(3) Undang No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis.

Undang-Undangini mewajibkan pemilik merek untuk mengajukan permohonan melalui kuasanya.

Pemohon tidak boleh menggunakan kuasa asing melainkan wajib menggunakan kuasa yang

berasal dari Indonesia. Selain itu juga undang-undang merek mewajibkan pemohon memilih

domisili di tempat tinggal kuasanya di Indonesia.

Mengenai syarat-syarat mengajukan permohonan pendaftaran merek dengan hak

prioritas juga harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana dalam pengajuan permohonan

pendaftaran dengan cara biasa seperti di atas.

Berhubung yang dimohonkan pendaftarannya adalah merek yang pernah didaftarkan

di luar negeri, maka dalam Pasal 9 Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan

Indikasi Geografis memberi syarat khusus yaitu permohonannya harus diajukan dalam waktu

paling lambat 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan pendaftaran

merek (filling date) yang pertama kali di negara asing dan negara tersebut merupakan

32

(15)

anggota Paris Cinvention for the Protection of Industrial Property atau anggota Establishing the World Trade Organizion.

Persyaratan khusus lainnya adalah permohonan pendaftaran dengan hak prioritas

wajib dilengkapi dengan bukti hak prioritas. Adapun bukti hak prioritas berupa surat

permohonan pendaftaran beserta tanda penerimaan permohonan yang telah dilakukan

pendaftaran mereknya dinegara asing. Meskipun demikian apabila persyaratan tentang bukti

hak prioritas dalam tempo tiga bulan tidak dapat dipenuhi setelah batas waktu enam bulan

dilewati, maka permohonan pendaftaran merek tidak hapus akan tetapi permohonan itu tetap

diproses dengan cara biasa33

2. Pemeriksaan Administratif

.

Dengan diterimanya permohonan pendaftaran merek, maka pemeriksaan secara

administratif akan dimulai, yaitu berupa pemeriksaan terhadap kelengkapan persyaratan

permohonan pendaftaran merek seperti yang penulis telah uraikan.

Apabila permohonan pendaftarannya telah lengkap sesuai yang dipersyaratkan oleh

undang-undang maka prosesnya dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya.Sebaliknya apabila

ditemukan adanya kekurang lengkapan persyaratan permohonan tersebut maka Menteri

sesuai dengan ketentuan Pasal 11 Ayat (3) Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 Tentang

Merek dan Indikasi Geografis meminta agar dalam waktu tiga bulan terhitung sejak tanggal

penerimaan surat permohonan itu pihak pemohon dapat melengkapinya.

Namun jika pemohon sampai batas waktu tersebut juga tidak melengkapi

kekurangan persyaratan, akibatnya permohonan pendaftaran merek dianggap ditarik kembali

oleh pemohon. Menteri memberitahukan hal itu kepada pemohon bersangkutan.

33

(16)

3. Filling date

Tanggal peneriman dikenal dengan filing date. Tanggal penerimaan dapatsama

dengan tanggal pengajuan permohonan. Apabila pemenuhan kelengkapan persyaratan baru

terjadi padatanggal lain sesudah tanggal pengajuan, tanggal lain tersebut ditetapkan sebagai

tanggal penerimaan34

Permohonan yang telah memenuhi persyaratan minimun diberikan tanggal

penerimaan

.

35

. Urgensi dari ditetapkannya tanggal penerimaan permohonan tersebut adalah

dalam hubungannya dengan proses selanjutnya yaitu selain dapat digunakan sebagai syarat

mengajukan gugatan dalam sengketa merek apabila sebelumnya merek belum terdaftardan

mengajukan permohonan pendaftaran merek dengan hak prioritas di negara lain36

4. Perubahan dan penarikan kembali permohonan

.

a. Perubahan permohonan

Permohonan pendaftaran merek yang diteriman oleh Menteri masih dapat

dilakukan perubahan maupun penarikan kembali oleh pemohon.

Meskipun demikiaan Undang-Undang juga membatasi terhadap perubahan

permohonan pendaftaran hanya sebatas pada penggantian nama dan alamat pemohon

atau kuasanya37

b. Penarikan kembali permohonan

Untuk penarikan kembali permohonan pendaftaran merek dibatasi waktunya,

yaitu sepanjang permohonanaya belum memperoleh keputusan Mentri38

5. Pengumuman

. Penarikan

kembali dapat dilakukan sendiri oleh pemilik merek atau pihak kuasanya..

34

Penjelasan Undang-Undang No.20 Tahun 2016, Pasal 13 Ayat (1)

35

Republik Indonesia, Undang-Undang No Undang-Undang No. 20 Tahun 2016, Op.Cit, Pasal 13 Ayat (1)

36

Gatot Supramno,Op.Cit, hal.30

37

Republik Indonesia, Undang-Undang No Undang-Undang No. 20 Tahun 2016, Op.Cit, Pasal 18

38

(17)

Pasal 14 Undang-Undang No.20 Tahun 2016 mengatur mengenai pengumuman

merek. Pengumuman dilakukan oleh Menteri dalam berita resmi merek dimana waktu

pengumuman paling lama 15 hari sejak tanggal penerimaan permohonan untuk didaftarkan,

sedangkan pengumuman itu sendiri dilangsungkan selama dua bulan.

6. Keberatan dan Sanggahan

Merek yang diumumkan dalam media tersebut terutama bagi pemilik mereknya telah

terdaftar dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Mentri Hukum dan Ham RI,

selama pengumuman waktunya belum berakir. Keberatan dapat diajukan dengan diberi

alasan yang cukup dengan di sertai bukti yang cukup bahwa merek yang dimohonkan

pendaftaranya adalah merek berdasarkan ketentuan Undang-Undang tidak dapat ditolak

untuk didaftarkan39

Terdapat perbedaan dalam proses pendaftran merek, dimana sebelumnya setelah

melakukan Pemeriksaan Admistratif, pendaftaran merek berlanjut pada Pemeriksaan

Substantif.Perubahan alur proses pendaftaran merek dalam Undang-Undang ini dimaksud

untuk lebih mempercepat proses pendaftaran merek. Dilaksanakanyapengumuman terhadap

permohonan sebelum dilakukan pemeriksaan substantif dimaksudkan agar pelaksanaan

pemeriksaan subtantif dapat dilakukan sekaligus jika ada keberatan dan atau sanggahan

sehingga tidak memerlukan pemeriksaan kembali

. Keberatan yang diajukan dapat ditanggapi dengan sanggahan oleh

pendaftar merek secara tertulis paling lama dua bulan terhitung tanggal salinan Keberatan

disampaikan kepada Menteri.

(18)

Pemeriksaan substantif adalah pemeriksaan permohonan pendaftaran merek dari segi

teknis untuk menentukan sebuah tanda memenuhi persyaratan sebagai merek dan

kepemilikan merek41

a. Pemeriksaan merek

.

Pemeriksaan substantif dilaksanakan oleh pemeriksa pada Dirjen HAKI

Kementrian Hukum dan HAM. Pemeriksa merek merupakan tenanga yang ahli di

bidang merek. Namun pemeriksaan secara subtantif dapat pula diperiksa oleh

tenaga ahli diluar pemeriksa merek jika diperlukan42

b. Ukuran pemeriksaan

.

Pemeriksaan substantif yang dilaksanakaan oleh pemeriksa merek tersebut

dilakukan berdasarkan ukuran tertentu. Adapun ukuranya telah ditetapkan dalam

Pasal 20 dan 21 Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi

Georafis.

c. Waktu pemeriksaan

Pasal 23 Ayat 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 menerangkan ke

pemeriksaan substantif harus dapat diselesaikan paling lama 150 hari, yang

sebelumnya pada Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 mengatur untuk

pemeriksaan substantif memakan waktu paling lama 9 bulan atau 210 hari.

d. Laporan hasil pemeriksaan

Setelah merek dilakukan pemeriksaan secara substantif olehpemeriksa merek

berdasarkan Pasal 20 dan 21 Undang-Undang No. 20 Tahun tentang Merek dan

Indikasi Geografis, maka selanjutnya akan memperoreh hasil sebagai berikut:

a. Merek dapat untuk didaftarkan.

41

Gatot Supramono, Op.Cit, hal.31

42

(19)

b. Merek tidak dapat untuk didaftarkan.

c. Merek ditolak untuk di daftarkan.

Apabila hasil pemerikasan tertanyata merek dapat disetujui untuk di daftarkan, maka

pemeriksa dapat memberikan laporan kepada Menteri dan selanjutnya Menteri memberikan

persetujuan agarpermohonan pendaftaran merek diumumkan dalam berita resmi merek.

Sebaliknya apabila hasil pemeriksaan dilaporkan pemeriksa merek bahwa merek

tidak dapat didaftarkan atau ditolak untuk didaftar, maka atas persetujuan Menteri tentang hal

tersebut di beritahukanya secara tertulis kepada pemohon dengan menyebutkan alasannya.

8. Tanggapan

Terhadap pemberitahuan Menteri tentang hal tersebut, pihak pemohon dalam

mengajukan tangapan. Tangapan dalam tempo 30 hari setelah pemohon menerima surat

pemberitahuan tersebut 43 .Tanggapandiajukan dengan mengumumkan alasan alasanya.

Apabila setelah diteliti oleh pemeriksa ternyata alasan alasan dalam tanggapan itu dapat

diterima, maka atas persetujuan Menteri permohonan itu diumumkan kepada pemohon dan

diterbitkan dalam berita resmi merek44

9. Keputusan penolakan Menteri

.

Sebaliknya apabila tanggapan pemohon tidak dapat diterima alasan alasaanya, maka

Menteri menolak permohonan tersebut. Demikianlah pula apabila pemohon tidak

menyampaikan tanggapan setelah mengetahui bahwa pemohon mereknya tidak dapat

didaftarkan atau ditolak untuk di daftarkan, maka Menteri dapat langsung menolak

permohonan tersebut.

43

Ibid, Pasal 24 Ayat (3)

44

(20)

Keputusan penolakan oleh Mentri tersebut memberikan surat tembusan

diberitahukankepada pemohon secara tertulis disertai alasan alasan konsekuensinya

ditolaknya permohonan pendaftaran merek45

10.Penberian sertifikat merek,

Dalam hal seritifikat hak merek yang telah diterbitkan tidak diambil oleh pemilik

merek atau kuasanya dalam jangka waktu paling lama18 (delapan belas) bulan terhitung sejak

di terbittkanya sertifikat maka merek yang telah terdaftar dianggap ditarik kembali dan

dihapuskan46

45

Ibid, Pasal 24

46

(21)

Perbandingan Secara Sederhana Prosedur Pendaftaran Merek47

Undang-Undang No 15 Tahun 2001 Undang-Undang No 20 Tahun 2016

47

Oleh Penulis, berpatokan pada Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek dan Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis

(22)

H. Jangka Waktu Perlindungan Hak Merek

Pasal 35 Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merekdan Indikasi Geografis

berbunyi:

(1) Merek terdaftar mendapat pelindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh)

tahun sejak Tanggal Penerimaan.

(2) Jangka waktu pelindungan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dapat

diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.

(3) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) diajukan secara

elektronik atau nonelektronik dalam bahasa Indonesia oleh pemilik Merek atau

Kuasanya dalam jangka waktu 6 (enam)bulan sebelum berakhirnya jangka waktu

pelindungan bagi Merek terdaftar tersebut dengan dikenai biaya.

(4) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) masih dapat

diajukan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan setelah berakhirnya jangka

waktu pelindungan Merek terdaftar tersebutdengan dikenai biaya dan denda sebesar

biaya perpanjangan

I. Penyelesaian Sengketa Merek

Timbulnya sengketa merek kebanyakan dilatarbelakangi dengan adanya peristiwa

peniruan atau penggunaan merek secarara tidak sah milih pihak lain. Merek yang ditiru

biasanya merek yang sudah dikenal dimasyarakat karna barang yang diperdagangkan terlihat

laku keras di pasaran48

48

Gatot Supramono,Op.Cit, hal.47

. Biasanya peniruan ini kerap kali terjadi dengan niat pelaku untuk

membonceng keterkenalan merek orang lain dan untuk memperoleh keuntungan secara tidak

(23)

Suatu sengketa atas merek dapat timbul akibat pelanggaran ketentuan Pasal 21

Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis yang mengtur

tentang merek yang ditolak pendaftaranya dan itikad tidak baik, Pasal 20 Undang-Undang

No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis yang mengatur tentang merek

yang tidak dapat didaftarkan.

Terdapat 3 lembaga Penyelesaian sengketa tentang merek, yaitu alternatif

penyelesaian sengketa, arbitrase dan pengadilan. Para pihak nantinya dapat memilih salah

satu dari ketiganya49

1. Alternatif Penyelesain sengketa (APS)

.

Lembaga APS diatur dalam Bab II Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang

alternatif penyelesaian sengketa dan arbitrase yang menghendaki agar pihak yang

bersengketa dapat menyelesaikan sengketanya sendiri yang tujuanya tidaklain adalah untuk

memperoleh kesepakatan atau perdamaian 50. Keberadaan lembaga APS ini sangatlah

membantu para pihak yang ingin menyelesaikan sengketa dengan sunguh sungguh diluar

pengadilan. Sebelum hadirnya Undang-Undang No. 30 Tahun 1999, perdamaian dilakukan

oleh pihak yang bersengketa dengan caranya sendiri. Sehingga tidak ada cara yang seragam

dan menjadi pegangan bagi masyarakat51

2. Arbitrase

. Bentuk bentuk APS diantaranya konsultasi,

negoisasi, mediasi, dan konsiliasi.

Arbitrase adalah penyelesaian sengketa dengan menggunakan arbiter atau wasit.

Lembaga ini diatur dalam Bab III dan seterusnya Undang-Undang No. 30 tahun 1999.Dimana

para pihak yang bersengketa dapat memilih tempat penyelenggaraan persidangan arbitrase.

(24)

Obyek sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanyalah sengketa sengketa di

bidang perdagangan dan mengenai hak hak yang menurut hukum dan peraturan

Perundang-Undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa. Untuk itu penyelesaian

sengketa merek dapat diupayakan melalui arbitrase.

3. Pengadilan

Pengadilan adalah lembaga yang melaksanakan kekuasaan kehakiman dan mempunyai

tugas memeriksa dan mengadili suatu perkara yang diajukan kepadanya. Sehubungan dengan

itu berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman terdapat 4

peradilan yang berada dibawah Mahkamah Agung, yaitu

- Peradilan Umum,

- Peradilan Militer,

- Peradilan Agama dan,

- Peradilan Tata Usaha Negara.

Dari keempat peradilan diatas yang memiliki wewenang mengadili sengketa Merek

adalah Peradilan Umum. Sejak Tahun 1999 negara kita memiliki peradilan niaga yang

merupakan pengadilan khusus yang berada di pengadilan negri salah satu wewenangnya

mengadiliperkara HAKI. Berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 pengadilan niaga

resmi mengadili sengketa merek. Sedangkan untuk mengadili perkara pidana merek

wewenangnya berada pada Pengadilan Negeri.

Sengketa yang terjadi di pengadilan umumnya selalu mengenai Pasal 4, Pasal 5 dan

Pasal 6 (Pasal 20 dan 21 Undang-Undang No. 20 Tahun 2016) yaitu masalah peniruan atau

(25)

dua macam katagorinya, yaitu merek tiruan bentuknya sama persis dengan merek yang asli

atau merek tiruan bentuknya sama pada pokoknya dengan merek yang asli52

52

Referensi

Dokumen terkait

Pada material yang lebih lebar, ditemukan Echinothambema yang merupakan pemakan deposit (deposit feeder). Beberapa fungsi padang lamun, yaitu: 1) sebagai

Belum dapat Menyimpulkan pengertian campuran dengan tepat. · Belum dapat mengidentifikasi campuran dalam kehidupan sehari- hari dengan tepat. Hasil identifikasi ditulis

Dengan cara yang sama dilakukan perhitungan untuk beberapa sampel dengan kadar air yang berbeda sesuai dengan rancangan penelitian, yaitu sampel dengan kadar air OMC,

Mengingat salah satu tujuan wakaf adalah sebagai sumber dana yang terus menerus untuk kepentingan pembiayaan fisik maupun non fisik maka harta wakaf harus merupakan

Hasil Penelitian: Hasil uji t tidak berpasangan pada variabel kebiasaan sarapan dan status gizi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada z-score

Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kas Daerah

Nilai F tabel yang diperoleh dibanding dengan nilai F hitung apabila F hitung lebih besar dari F tabel, maka ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan

Persyaratan pelayanan Surat Pernyataan Miskin, yang selanjutnya disingkat SPM, adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh Walikota, yang didelegasikan kepada Kepala Dinas