1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeisguineensis Jacq) merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang dibutuhkan baik untuk dikonsumsi oleh manusia dan dapat juga dijadikan bahan bakar minyak.Kelapa sawit merupakan tumbuhan pohon dengan tinggi dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buah yang masak berwarna merah kehitaman dengan daging buah padat. Daging dan kulit buahmengand ung minyak yang dapat diolah menjadi produk sebagai bahan makanan dankosmetik. Ampas dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak dan tempurungnya dapatdigunakan sebagai bahan bakar. Kebutuhan kualitas minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan non pangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun aspek higinisnya harus lebih diperhatikan.
(RBDPO) adalah minyak sawit yang telah mengalami proses penyulingan untukmenghilangkan asam lemak bebas serta penjernihan untuk menghilangkan warna dan penghilangan bau. Minyak ini dikenal khalayak ramai sebagai minyak goreng.Secara garis besar proses pengolahan CPO menjadi minyak RBDPO, terdiridari dua tahap yaitu tahap pemurnian (refinery) dan pemisahan (fractionation).Tahap pemurnian terdiri dari penghilangan gum (degumming). Pemucatan(bleaching) dan penghilangan bau
(deodorization). Tahap pemisahan terdiri
dari proses pengkristalan (crystalization) dan pemisahan fraksi.
Produk minyak sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua aspek kualitas yaitu: a) berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar kotoran. b) berhubungan dengan rasa, aroma, kejernihan serta kemurnian produk. Istilah mutu minyak kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a) Benar-benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya. b) Mutu berdasarkan ukuran, dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, dan ukuran pemucatan.
2
Bilangan iodium menyatakan derajat ketidakjenuhan asam lemak penyusun minyak. Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat iodium dan membentuk persenyawaan yang jenuh. Banyak iodium yang diikat menunjukkan banyaknya ikatan rangkap di mana asam lemak tidak jenuh mampu mengikat iodium dan membentuk persenyawaan yang jenuh. Adanya ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh akan memudahkan terjadinya oksidasi di udara atau jika ada air dan dipanaskan.
Untuk meningkatkan mutu minyak yang dihasilkan, produsen perlu melakukan pengawasan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi mutu minyak tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah bilangan iodium karena hal tersebut sangat mempengaruhi penampilan dan sangat erat kaitannya dengan masalah kesehatan.
1.2 Permasalahan
Apakah bilangan iodium dari Crude PalmOil dan Refined Bleached Deodorized Palm Oil
telah memenuhi standar mutu perdagangan. 1.3 Tujuan
Untuk mengetahui perbandingan bilangan iodium antara Crude PalmOil dan Refined Bleached Deodorized Palm Oil
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan mengetahui bilangan iodium dari Crude Palm Oil dan Refined Bleached Deodorized Palm Oil dapat diketahui mutu dari minyak tersebut.