• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Job Insecurity Terhadap Komitmen Organisasi Melalui Kepuasan Kerja Karyawan Outsourcing pada PT. PLN (Persero) Pembangkit Sumatera Bagian Utara Sektor Pembangkitan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Job Insecurity Terhadap Komitmen Organisasi Melalui Kepuasan Kerja Karyawan Outsourcing pada PT. PLN (Persero) Pembangkit Sumatera Bagian Utara Sektor Pembangkitan Medan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar belakang

Di era globalisasi ini, tingkat persaingan dalam dunia usaha semakin ketat.

Perusahaan yang tetap ingin bertahan dan tidak ingin tersingkir dari persaingan

usaha bisnis, harus peka terhadap perubahan yang rentan terjadi. Perusahaan juga

harus lebih kreatif dalam menciptakan strategi baru untuk menghadapi perubahan

baik itu berasal dari dalam atau luar organisasi.

Di dalam sebuah perusahaan, Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan

salah satu faktor terpenting. Namun yang sering terjadi adalah SDM acapkali

diabaikan, padahal keberhasilan suatu perusahaan tidak bisa terlepas oleh peran

SDM. Perusahaan (organisasi) dapat hidup karena adanya aktivitas yang

dilakukan para karyawannya.

Perusahaan pada hakikatnya rela melakukan berbagai hal, termasuk

strategi-strategi baru dalam halnya merekrut karyawan. Tidak jarang, banyak

perusahaan berani mengeluarkan biaya yang cukup besar demi mendapatkan

karyawan yang berkualitas. Karyawan merupakan bagian terpenting dalam SDM.

Perusahaan yang memiliki wawasan tentang masa depan memiliki harapan bahwa

dengan merekrut karyawan yang berkualitas mereka telah memperhitungkan

kemampuan SDM yang ada, untuk mencapai daya guna yang lebih baik pada

perusahaan di masa yang akan datang, Fathoni (2006:41).

Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang menganggap karyawan

bukan hanya sebagai faktor produksi saja, namun juga sebagai aset penting

(2)

baik dan efektif, Indriwati (2012:136). Namun, sering dilihat pada kenyataannya

banyak perusahaan lebih sering terfokus pada upaya pencapaian target produksi

dan keinginan untuk menjadi perusahaan tingkat atas. Tanpa memperdulikan

keadaan karyawannya, karyawan dijadikan layaknya sama seperti mesin. Hal

itulah yang sering menyebabkan terjadinya penurunan terhadap kepuasan kerja,

timbulnya perasaan waswas, kekhawatiran yang berlebihan terhadap

kelangsungan pekerjaan mereka didalam perusahaan tersebut. Pada tingkat

tertentu timbul perasaan tidak aman (unsecure) dengan pekerjaanya, dan turnover

merupakan satu-satunya jalan yang sering diambil oleh karyawan.

Teori hierarki kebutuhan yang dicetuskan oleh Abraham Maslow

menyatakan kebutuhan akan rasa aman (safety and security) merupakan

kebutuhan dasar bagi setiap individu. Setiap individu (karyawan) akan berusaha

memenuhi kebutuhan mereka sesuai harapan masing-masing. Pada saat ekspektasi

tidak sesuai dengan kenyataan, pada saat itulah perasaan waswas tersebut muncul

dan pada tingkat tertentu dapat memunculkan job insecurity.

Wening (2005:136) menyatakan job insecurity merupakan kondisi ketidakberdayaan untuk mempertahankan kesinambungan yang diinginkan dalam

situasi kerja yang mengancam. Perasaan tidak aman akan membawa dampak pada

job attitudes karyawan, penurunan komitmen, bahkan keinginan untuk turnover yang semakin besar. Robbins (2006:37) juga menyatakan bahwa kualitas SDM

yang berpengaruh kuat terhadap kinerja organisasi adalah komitmen organisasi.

Karyawan yang memiliki komitmen terhadap organisasi memiliki potensi untuk

(3)

Karyawan yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi akan memberikan

usaha yang maksimal secara sukarela untuk kemajuan organisasi. Sedangkan

menurut Yuwono (2005:34), salah satu faktor yang mempengaruhi komitmen

organisasi adalah kepuasan kerja. Karyawan yang merasa puas pada tugas dan

lingkungannya akan merasakan adanya persamaan dengan organisasi dan telibat

pada aktivitas perusahaan

Undang-undang no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan menjelaskan

mengenai outsourcing didalam pasal 64, 65 dan 66. Outsourcing (alih daya) dikenal sebagai penyediaan jasa tenaga kerja. Di dalam UU No 13 tahun 2003

tidak ada menyebut istilah “outsourcing”. Namun lebih menyebutkan

“pemborongan kerja”. Pasal 64 dan pasal 65 menyebutkan bahwa perusahaan

dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya

melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/

buruh yang dibuat secara tertulis.

Berbeda halnya dengan Pasal 1 angka 3 Kepmenaker No.

KEP-150/MEN/1999 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial

Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja

Waktu Tertentu, menyebutkan “Tenaga kerja borongan adalah tenaga kerja yang

bekerja pada pengusaha untuk melakukan pekerjaan tertentu dengan menerima

upah didasarkan atas volume pekerjaan atau satuan hasil kerja”. Dalam penelitian

(4)

berjumlah 110 orang. Berikut ini disajikan Tabel jumlah karyawan outsourcing berserta jabatannya.

TABEL 1.1

Jumlah Karyawan outsourcing PT. PLN Persero Di Sektor Pembangkitan Medan Beserta Jabatannya

No Bagian/Jenis Pekerjaan Jumlah

1

Dari Tabel 1.1 bisa dilihat, banyak karyawan outsourcing yang bekerja di

PT. PLN PERSERO Di Sektor Pembangkitan Medan ditempatkan pada posisi

yang strategis, misalnya seperti Administasi Sekretariat, Administrasi K3,

Logistik, dan lain sebagainya. Posisi tersebut seharusnya bisa diduduki oleh

karyawan tetap. Namun untuk menghemat pengeluaran yang lebih besar, PT PLN

PERSERO Sektor Pembangkitan Medan lebih memilih menempatkan karyawan

outsourcing.

Menjadi karyawan outsourcing merupakan sebuah dilema, karena mereka

merupakan ahli daya yang ditempatkan sebuah perusahaan penyedia jasa ke

perusahaan yang membutuhkan jasa mereka, sehingga seringkali komitmen

karyawan outsourcing dipertanyakan. Karyawan outsourcing sendiri banyak mengalami hal-hal yang cukup merugikan selama mereka bekerja, seperti adanya

(5)

resiko untuk dilakukannya Pemutusan Hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan

outsourcing lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan tetap. Namun, perlu diketahui bahwa peraturan atau kebijakan terhadap karyawan outsourcing berbeda-beda, sesuai dengan peraturan dan kebijakan perusahaan penyedia tenaga

kerja masing-masing. Berikut ini disajikan perbedaan hak-hak yang dimiliki

karyawan outsourcing pada perusahaan PT.PLN PERSERO Sektor Pembangkitan

Medan dengan karyawan tetap.

Tabel 1.2

Perbedaan Hak Yang Dimiliki Karyawan Outsourcing Dengan Karyawan Tetap PT.PLN Persero Sektor Pembangkitan Medan

No Karyawan Outsourcing Karyawan Tetap

1 Upah sesuai UMK (Upah Minimum Kota) Lebih tinggi dari UMK

2 Tidak ada jenjang karir Terdapat jenjang karir

3 Pelanggaran disiplin

Terlambat= <15 menit = Rp.5000 >15 menit =Rp. 10.000 >30 menit=Rp.30.000

Tidak adanya pemotongan

4 Cuti/ sakit/absensi: dipotong= Rp10.000/hari Tidak adanya pemotongan gaji

5 Kemungkinan terjadinya mutasi atau PHK sangat besar

Kemungkinan terjadinya mutasi atau PHK sangat kecil

6 Tidak adanya insentif kecuali jika karyawan lembur dengan upah lembur Rp.6000/jam

Memiliki insentif dan upah lembur sebanyak 1/173 penghasilan tetap /bulan

7 Cuti melahirkan: pemotongan uang transport Tidak ada pemotongan gaji

8 Uang pesangon dibayarkan sesuai dengan, dari sejak awal kerja hitungan pertahun sebulan gaji UMK pertahun

PHdP dibayarkan sesuai dengan 100% gaji Pokok

Sumber: UU PKB PT PLN (Persero) sektor pembangkitan Tahun 2010-2012

Tabel 1.2 menjelaskan bahwa terdapat kesenjangan hak yang sangat tinggi

antara karyawan outsourcing dengan karyawan tetap di PT.PLN PERSERO Sektor Pembangkitan Medan. Perbedaan ini yang menyebabkan menurunnya

(6)

tingkat persentase absensi, Jika ada absensi 3 x berturut-turut dalam 1 bulan tanpa

adanya keterangan/ surat dokter akan diberikan sanksi berupa surat peringatan,

bila surat Peringatan pertama sudah diberikan tidak adanya perbaikan, Surat

peringatan akan terus diberikan sampai surat peringatan ketiga atau PHK.

Penelitian Widodo (2010:82) menemukan bahwa kepuasan kerja

berpengaruh terhadap komitmen organisasi, komitmen organisasi berpengaruh

terhadap disiplin, dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap disiplin kerja, dan job

insecurity juga mempengaruhi komitmen kerja dan perilaku kerja. Studi yang dilakukan oleh Greenglass dkk (2002:3) menunjukkan bahwa individu yang bisa

melalui tahapan kritis dari rasa tidak aman akan makin berkurang komitmennya,

dan meningkatnya tingkat persentase ketidakhadiran karyawan terindikasi adanya

penurunan komitmen pada karyawan. Selaras dengan itu Linda (2013:789)

menyatakan karyawan yang memiliki OCB dan memiliki komitmen organisasi,

akan dapat meningkatkan kinerja karyawan, baik bagi organisasi maupun bagi diri

sendiri. Sedangkan Ristiana (2013:67-68), Komitmen organisasi mempunyai

pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, yang artinya ketika

komitmen karyawan tinggi, kinerja yang dimiliki karyawan akan tinggi, demikian

pula sebaliknya.

Indriwati (2013:141) mengatakan kepuasan kerja memiliki pengaruh

signifikan yang positif terhadap kinerja karyawan, Artinya semakin baik kepuasan

kerja yang dialami karyawan akan semakin baik pula kinerja karyawan tersebut

Penelitian yang dilakukan Pangat (2013:167-168), menunjukkan bahwa ada

(7)

melalui kepuasan kerja dan komitmen organisasi, Pangat menambahkan bahwa

jika dalam organisasi ditemukan komitmen dan organisasi yang rendah, hal itu

terindikasi adanya job insecurity yang muncul dalam organisasi tersebut.

Lydiasari (2010:56) mengatakan bahwa ketidakamanan kerja tidak

berpengaruh terhadap komitmen organisasional. Kepuasan kerja tidak

berpengaruh terhadap komitmen organisasional. Setiawan dkk (2007:8-9), yang

melakukan sebuah penelitian dengan variabel yang sama, menunjukkan job insecurity berpengaruh negatif terhadap kepuasan kerja. Keinginan keluar, komitmen organisasional, dan OCB tidak dipengaruhi oleh job insecurity.

Berdasarkan fenomena dan adanya perbedaan hasil dari penelitian

terdahulu yang memakai variabel yang sama yaitu job insecurity, komitmen organisasi, dan kepuasan kerja. Penulis tertarik untuk kembali melakukan

penelitian yang berjudul “Pengaruh Job Insecurity terhadap Komitmen

Organisasi melalui Kepuasan Kerja pada karyawan PT.PLN (PERSERO)

Pembangkit Sumatera Bagian Utara Sektor Pembangkitan Medan.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah job insecurity berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan outsourcing PT.PLN (PERSERO) Pembangkit Sumatera Bagian Utara Sektor Pembangkitan Medan?

2. Apakah kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi

(8)

3. Apakah job insecurity berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi karyawan outsourcing PT.PLN (PERSERO) Pembangkit Sumatera Bagian Utara Sektor Pembangkitan Medan?

1.3 Tujuan penelitian

1. Menganalisis pengaruh job insecurity terhadap kepuasan kerja karyawan

outsourcing PT.PLN (PERSERO) Pembangkit Sumatera Bagian Utara Sektor Pembangkitan Medan.

2. Menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi

karyawan outsourcing PT.PLN (PERSERO) Pembangkit Sumatera Bagian Utara Sektor Pembangkitan Medan.

3. Menganalisis pengaruh job insecurity terhadap komitmen organisasi karyawan

outsourcing PT.PLN (PERSERO) Pembangkit Sumatera Bagian Utara Sektor Pembangkitan Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak

manajemen perusahaan khususnya manajer perusahaan untuk dapat mendeteksi

job insecurity sejak dini, dan dapat mengatasinya melalui kepuasan kerja karyawan dan komitmen organisasi serta dapat meningkatkan kinerja karyawan.

2. Bagi peneliti

Bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan secara ilmiah dalam bidang ilmu manajemen khususnya yang berkaitan

(9)

3 Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat menjadi referensi untuk

melakukan penelitian yang sama dengan keadaan yang berbeda di masa yang akan

Gambar

TABEL 1.1
Tabel 1.2

Referensi

Dokumen terkait

KEY WORDS: Change detection, Urban maps, Remote sensing, Building extraction, High Resolution Satellite Imagery, Planning / Decision support

[r]

[r]

[r]

Untuk kepentingan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat, maka dalam Peraturan Pemerintah ini diatur mengenai

[r]

Biaya Langsung Personil (Remuneration / Billing Rate) dan Biaya Langsung Non Personil (Direct Cost) ini, merupakan “Pedoman Standar Minimal”,

Perhitungan pengenceran Ekstrak Etanol Buah mengkudu.. - Pada konsentrasi 500 mg ekstrak, dilarutkan dalam 1 ml DMSO - Pada konsentrasi 400