Keanekaragaman Echinodermata di Peraiaran Pantai Labuan Desa Montop Kecamatan
Bulagi Utara Kabupaten Banggai Kepulauan dan Implementasinya Sebagai Media
Pembelaaran Biologi
Diversity Echinodermata In Labuan Coastal Water in Montop Village Subdistrict North
Bulagi District Banggai Island and Its Implementation as a Medium of Learning
Muh. Chilfy Maleko1, H. Achmad Ramadhan2, Muchlis Djirimu2
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAD 2Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAD email: Chilfymaleko@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keanekaragaman Echinodermata di Perairan Pantai Labuan Desa Montop Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten Banggai Kepulauan dan menjadikan hasil penelitian sebagai media pembelajaran dalam bentuk buku saku. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitupurposive sampling. Indeks keanekaragaman dihitung menggunakan indeks Shannon-Wienner. Sampel Echinodermata dihitung dengan teknik transek kuadrat menggunakan kerangka atau plot berukuran 1 x 1 meter, diletakkan tegak lurus kearah kedalaman sepanjang 55 meter dengan menggunakan plot sebanyak 10 plot. Hasil penelitian ditemukan 15 jenis yang terdiri dari 4 kelas, 9 ordo dan 9 family, dengan indeks keanekaragaman pada stasiun I sebesar 1,952, stasiun II sebesar 1,994 dan stasiun III sebesar 1,851 dan rata-rata indeks keanekaragaman Echinodermata di perairan pantai Labuan Desa Montop Kabupaten Banggai Kepulauan sebesar 1,947. Berdasarkan kriteria tergolong ≤ H' ≤ 3 yaitu keanekaragaman spesies sedang. Media pembelajaran dikategorikan layak untuk digunakan dengan nilai rata-rata 88,2 %.
Kata Kunci: Keanekaragaman, Echinodermata, Media Pembelajaran.
Abstract
This study aims to describe diversity Echinodermata in Labuan coastal water in Montop Village Sub district North Bulagi District Banggai Island and its implementation as a medium of learning in the form of pocket book. This study is used descriptive method. Sample collection in done by using purposive sampling. Diversity index analysis calculated using index Shannon-Winner. The sample is calculated by using the quadratic transect techniques plot measuring 1 x 1 meters, place perpendicular to the direction of a depth of 55 meters using a plot of 10. The research found 15 species consist of 4 Class, 9 Ordo, and 9 Family, with diversity index in station 1 of 1,952, station II of 1,994 and station III of 1,851 and the average of diversity index Echinodermata in Labuan coastal water in Montop Village Sub district North Bulagi District Banggai Island is 1,947. Base on criteria that is classified as ≤ H’ ≤ 3 being species diversity middle. Instructional media categories as feasible for use with an average value of 88,2 percent.
Pendahuluan
Menurut Soegianto (1994), keanekaragaman jenis adalah suatu karakteristik tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologisnya. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak jenis dengan kelimpahan jenis yang sama atau hampir sama. Sebaliknya jika komunitas itu disusun oleh sangat sedikit jenis dan jika hanya sedikit yang dominan, maka keanekaragaman jenisnya rendah.
Echinodermata (Echinos yaitu duri dan
derma yaitu kulit) merupakan hewan yang kulitnya berduri, yang meliputi: bintang laut (Asteroidea), bintang ular laut (Ophiuroidea), landak laut (Echinoidea), teripang laut (Holothuroidea) dan lili laut (Crinoidea) (Jasin, 1987).
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang berarti perantara atau pengantar, yaitu alat komunikasi pendidikan yang mengantarkan informasi antara sumber dan penerima informasi secara efektif dan efesien.
National Education Association (2009), mendefenisikan bahwa media pembelajaran adalah sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar.
Perairan Pantai Labuan Desa Montop Kecamatan Bulagi Utara adalah salah satu wilayah perairan laut yang di Kabupaten Banggai Kepulauan (BPS-BANGKEP, 2014). Wilayah tersebut memiliki potensi sumber daya laut yang besar, seperti ekosistem terumbu karang yang merupakan tempat bagi biota laut yang hidup secara alami.
Nontji (1993), mengemukakan bahwa salah satu biota laut yang memiliki keanekaragaman tinggi adalah filum Echinodermata. Echinodermata merupakan jenis hewan yang sangat berperan penting dalam pemeliharaan keseimbangan ekosistem, terutama pada ekosistem laut. Hal ini disebabkan karena filum Echinodermata
sangat berperan dalam siklus energi dengan memakan berupa bahan organik yang masuk kedalam laut, sehingga jenis Echinodermata biasa disebut pembersih pantai.
Berdasarkan hasil survei jumlah Echinodermata semakin berkurang, faktor ekonomi serta minimnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat Echinodermata terhadap kelangsungan hidup ekosistem laut, merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan meningkatnya penangkapan Echinodermata untuk dijadikan bahan makanan dan juga sebagai hiasan serta diakibatkan karena adanya kegiatan pengrusakan terumbu karang yang menjadi habitat dari Echinodermata.
Untuk itu perlu suatu upaya bersama dan tetap menjaga kelestarian hidupnya melalui suatu strategi pemanfaatan yang terencana dan terkendali, sehingga pemanfaatannya akan berlangsung secara berkelanjutan. Dengan memberikan informasi kepada masyarakat tentang jenis hewan Echinodermata yang ada pada suatu tempat merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan guna menunjang pelestariannya.
Dewasa ini pemanfaatan alam terbuka sebagai tempat belajar merupakan salah satu tuntutan pengembangan pembelajaran dalam dunia pendidikan baik pada Kurikulum 2013 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Peranan hewan Echinodermata sebagai media pembelajaran biologi di sekolah, dapat dilakukan dalam teknik pembelajaran langsung yaitu dengan membawa siswa kelapangan agar siswa dapat melihat langsung hewan Echinodermata yang akan diamati.
Berdasarkan hal tersebut diatas, dianggap penting untuk mempelajari keanekaragaman jenis Echinodermata di alam terbuka dan memanfaatkan perairan pantai sebagai tempat pembelajaran.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian deskriptif, yaitu memaparkan, menggambarkan, menganalisa dan menginterpretasikan data secara faktual berdasarkan keadaan lingkungannya (Sugiyono, 2014).
Penentuan lokasi stasiun dilakukan dengan metode purposive sampling
berdasarkan stratifikasi substrat pada lokasi penelitian yaitu perairan pantai Labuan Desa Montop.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan Teknik Transect Kuadrat, menggunakan kerangka (frame) atau plot berukuran 1 x 1 meter, diletakan tegak lurus dengan garis kearah kedalaman sepanjang 55 meter dengan menggunakan plot sebanyak 10 plot disetiap garis transek pada masing-masing stasiun disepanjang pantai Labuan dengan panjang pantai yaitu 573 meter.
Jenis dan sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer yang bersumber dari hasil pengamatan di lokasi penelitian dan data sekunder atau data pendukung diperoleh dari studi literatur. Jenis Echinodermata yang ditemukan diidentifikasi menggunakan buku identifikasi Indo-Pacific Coral Reef Field Guide (Allen, 1996). Selanjutnya jumlah individu jenis Echinodermata yang ditemukan di lokasi penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan dihitung indeks keanekaragamannya.
Adapun Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1) Alat: Thermometer,Refraktometer, DO Meter, pH meter, Lux Meter, Patok Kayu, Meteran, Tali, Kamera, Parang, Kaca Mata Laut, Ember, Penjepit, Buku Identifikasi, Alat tulis menulis.
2) Bahan: Sampel Echinodermata dan sampel air laut.
Prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut :
A. Tahap I
1) Tahap persiapan
(1) Mengurus administrasi di Kantor Desa Montop Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten Banggai Kepulauan. (2) Melakukan survei terhadap kondisi lokasi penelitian, sekaligus menentukan lokasi pengambilan
sampel berdasarkan stratifikasi substrat.
(3) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian. 2) Tahapan Pelaksanaan Penelitian
(1) Pemasangan stasiun dan garis transek pada lokasi penelitian yaitu perairan pantai Labuan. Stasiun 1 (Padang lamun dengan substrat lumpur berpasir), stasiun 2 (Padang lamun dengan substrat berpasir) dan stasiun 3 (Padang lamun dan bebatuan karang).
(2) Melakukan pengukuran kondisi fisik, kimia lingkungan pada masing-masing stasiun berupa Suhu, Salinitas air, pH, Intensitas Cahaya dan Oksigen terlarut.
(3) Melakukan pengamatan jenis-jenis Echinodermata pada setiap stasiun dengan metode dan teknik pengambilan sampel yang telah ditentukan.
(4) Mencatat jumlah jenis Echinodermata yang ditemukan di masing-masing stasiun pada tabel pengamatan dan mengidentifikasi jenis yang ditemukan.
B. Tahap II
1) Mendesain Media Pembelajaran
Pada tahap ini peneliti mendesain media pembelajaran berupa buku saku. Tentang deskripsi dan klasifikasi Echinodermata.
2) Validasi Media Pembelajaran
Validasi dilakukan oleh tim ahli setelah pembuatan desain media pembelajaran selesai. Adapun tujuan dilakukan desain ini untuk membantu meningkatkan kualitas serta mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh media pembelajaran tersebut. 3) Revisi Media Pembelajaran
Revisi media pembelajaran dilakukan untuk memperbaiki dan mengurangi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada media pembelajaran tersebut.
4) Uji Coba
kelompok kecil 5 mahasiswa dengan jumlah keseluruhan responden sebayak 15 mahasiswa.
Analisis Data
1) Analisis Tingkat Keanekaragaman Untuk mengetahui keanekaragaman jenis dihitung dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wienner (Odum, 1993) dengan rumus sebagai berikut:
H' = - ∑Pi ln(Pi) dimanaPi= ∑ ni/N Keterangan:
H' = Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner
Pi = Jumlah individu masing-masing jenis (i=1,2,3…)
ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah total individu seluruh jenis Kriteria indeks keanekaragaman Shannon-Wienner adalah sebagai berikut: (1) Jika H' > 3 menunjukkan bahwa
keanekaragaman spesies tinggi.
(2) Jika 1 ≤ H' ≤ 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies sedang.
(3) Jika H' < 1 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies rendah.
2) Analisis Media Pembelajaran
Menurut Arikunto (2002), analisis data untuk penilaian dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
Rata − rata =jumlah keseluruhan presentaseJumlah item aspek penilaian x 100
Keterangan: Kategori persentase kelayakan media pembelajaran.
1) 76% - 100% Layak 2) 56% - 75% Cukup layak 3) 40% - 55% Kurang layak 4) 0% - 39% Tidak layak Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di perairan pantai Labuan Desa Montop yang dibagi menjadi tiga stasiun, dimana pada setiap stasiun terdapat tiga transek maka didapatkan jumlah jenis Echinodermata seperti terlihat pada Tabel dibawah ini.
Tabel 1. Jumlah jenis Echinodermata yang ditemukan di masing-masing stasiun.
No Nama IStasiun dan TransekII III ∑
Spesies 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 Astropecten
polyacanthus 3 1 4 0 3 1 2 1 3 18
2 Linckia
laevigata 2 3 5 2 4 1 9 4 5 35
3 Protoreaster
nodosus 5 8 6 4 9 7 9 12 6 66
4 Diadema
setosum 29 19 26 22 31 26 73 52 61339 5 Echinometra
mathaei 0 0 0 0 0 1 3 2 6 12
6 Echinothrix
sp. 1 2 0 3 3 1 6 5 4 25
7 Echinothrix
calamaris 4 7 5 3 2 4 4 6 2 37
8 Echinothrix
diadema 7 6 10 8 11 6 19 17 22 106 9 Tripneustes
ventricosus 2 0 4 4 6 3 4 8 7 38
10Tripneustes
gratilla 0 3 5 5 3 3 10 11 17 57
11Leptosynapta
sp. 0 1 1 1 0 0 0 0 0 3
12Synapta
maculata 2 1 0 2 1 0 0 1 0 7
13Synaptasp. 2 0 0 2 0 1 0 0 1 6 14Holothuria
scabra 2 0 1 2 4 1 0 4 2 16
15Ophiomastix
janualis 0 0 0 0 0 0 3 0 1 4
Jumlah 59 51 67 58 77 55 14
2 123 137 769
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di perairan pantai Labuan Desa Montop dengan membagi daerah penelitian menjadi 3 stasiun, maka didapatkan 15 jenis Echinodermata antara lain yaitu: Astropecten polyacanthus, Linckia laevigata, Protoreaster nodosus, Diadema setosum, Echinometra mathaei, Echinothrix sp., Echinothrix calamaris, Echinothrix diadema, Tripneustes ventricosus, Tripneustes gratilla, Leptosynaptasp.,Synapta maculata, Synapta
sp.,Holothuria scabra, Ophiomastix janualis.
Tabel 2. Kelas, Ordo, Family dan Spesies Echinodermata yang ditemukan di Perairan Pantai Labuan Desa Montop
Kelas Ordo Family Spesies
Asteroidea Phanerozonia AsteropectenidaeAstropectenpolyacanthus
Valvatida Ophdiasteridae Linckia laevigata
Forcipulata Protoreasteridae Protoreaster nodosus
Echinoidea
Diadematoida Diadematidae Diadema setosum
Echinoida Echinometridae Echinometra mathaei
Diadematoida Diadematidae Echinothrix
sp.
Diadematoida Diadematidae Echinothrix calamaris
Diadematoida Diadematidae Echinothrix diadema
Temnopleuroida Toxopneustidae Tripneustes ventricosus
Temnopleuroida Toxopneustidae Tripneustes gratilla
Holothuroidea
Apodida Synaptidae Leptosynapta
sp. Apodida Synaptidae Synapta
maculata
Apodida Synaptidae Synaptasp. Aspidochirotida Holothuriidae Holothuria
scabra
Ophiuroidea Ophiurida Ophiucomidae Ophiomastix janualis
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wienner menurut Odum (1993), maka diperoleh hasil rata-rata indeks keanekaragaman pada ketiga stasiun seperti pada Tabel dibawah ini.
Tabel 3. Hasil perhitungan total keanekaragaman Echinodermata di perairan pantai Labuan
No Nama Spesies ∑ Pi Ln Pi H' 1 Astropectenpolyacanthus 18 0,023 -3,755 0,088
2 Linckialaevigata 35 0,046 -3,090 0,141 3 Protoreaster 66 0,086 - 0,211
nodosus 2,455
4 Diademasetosum 339 0,441 -0,819 0,361
5 Echinometramathaei 12 0,016 -4,160 0,065
6 Echinothrixsp. 25 0,033 -3,426 0,111
7 Echinothrixcalamaris 37 0,048 -3,034 0,146
8 Echinothrixdiadema 106 0,138 -1,982 0,273
9 Tripneustesventricosus 38 0,049 -3,008 0,149
10 Tripneustesgratilla 57 0,074 -2,602 0,193
11 Leptosynaptasp. 3 0,004 -5,546 0,022
12 Synaptamaculata 7 0,009 -4,699 0,043
13 Synaptasp. 6 0,008 -4,853 0,038
14 Holothuriascabra 16 0,021 -3,873 0,081
15 Ophiomastixjanualis 4 0,005 -5,259 0,027
Total ∑ 769 1,947
Keterangan: 1 ≤ H' ≤ 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies sedang.
Adapun indeks keanekaragaman pada masing-masing stasiun dilokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar dibawah ini. Gambar 1. Grafik indeks keanekaragaman pada masing-masing stasiun.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa pada setiap lokasi stasiun memiliki indeks keanekaragaman yang berbeda-beda. Apabila didasarkan pada nilai tolak ukur indeks keanekaragaman tersebut dalam kategori sedang
total keanekaragaman yaitu 1,947. Dimana berdasarkan kriteria tergolong ≤ H' ≤ 3 yaitu keanekaragaman spesies sedang.
Pada stasiun I (padang lamun dengan substrat lumpur berpasir) ditemukan 13 jenis Echinodermata yaitu Astropecten polyacanthus, Linckia laevigata, Protoreaster nodosus, Diadema setosum, Echinothrix sp.,
Echinothrix calamaris, Echinothrix diadema, Tripneustes ventricosus, Tripneustes gratilla, Leptosynapta sp.,Synapta maculata, Synapta
sp.,Holothuria scabra. Pada transek I jumlah individu sebanyak 59, transek II sebanyak 51 dan transek III sebanyak 67 individu dengan jumlah individu keseluruhan yaitu 177 individu. Dimana jumlah individu terbanyak yaituDiadema setosumsebanyak 74 individu dan jumlah individu terendah yaitu
Leptosynaptasp. dan Synaptasp. sebanyak 2 individu. Jumlah individu pada stasiun I tersebut indeks keanekaragamannya yaitu 1,952 yang tergolong dalam kategori sedang.
Pada stasiun II (padang lamun dengan substrat berpasir) ditemukan 14 jenis Echinodermata yaitu Astropecten polyacanthus, Linckia laevigata, Protoreaster nodosus, Diadema setosum, Echinometra mathaei, Echinothrix sp., Echinothrix calamaris, Echinothrix diadema, Tripneustes ventricosus, Tripneustes gratilla, Leptosynapta sp.,Synapta maculata, Synapta
sp.,Holothuria scabra. Pada transek I jumlah individu sebanyak 58, transek II sebanyak 77 dan transek III sebanyak 55 individu dengan jumlah individu keseluruhan yaitu 190 individu. Dimana jumlah individu terbanyak yaituDiadema setosumsebanyak 79 individu dan jumlah individu terendah yaitu
Echinometra mathaei dan Leptosynapta sp. sebanyak 1 individu. Jumlah individu pada stasiun II tersebut indeks keanekaragamannya yaitu 1,994 yang tergolong dalam kategori sedang.
Pada stasiun III (padang lamun dan bebatuan karang) ditemukan 14 jenis Echinodermata yaitu Astropecten polyacanthus, Linckia laevigata, Protoreaster nodosus, Diadema setosum, Echinometra mathaei, Echinothrix sp., Echinothrix calamaris, Echinothrix diadema, Tripneustes ventricosus, Tripneustes gratilla, Synapta
maculata, Synapta sp., Holothuria scabra, Ophiomastix janualis. Pada transek I jumlah individu sebanyak 142, transek II sebanyak 123 dan transek III sebanyak 137 individu dengan jumlah individu keseluruhan yaitu 402 individu. Dimana jumlah individu terbanyak masih spesies yang sama yaitu
Diadema setosumsebanyak 186 individu dan jumlah individu terendah yaitu Synapta maculata dan Synapta sp., sebanyak 1 individu. Jumlah individu pada stasiun III tersebut indeks keanekaragamannya yaitu 1,851 yang tergolong dalam kategori sedang.
Selain pengambilan sampel Echinodermata pada setiap stasiun di lokasi penelitian, juga dilakukan pengukuran faktor lingkungan. Hasil dari pengukuran faktor lingkungan tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 4. Kondisi fisik dan kimia lingkungan di perairan pantai Labuan Desa Montop.
No Parameter PengamatanStasiun Rata-rata I II III
1 Suhu (°C) 30,1 29,
6 31,2 30,3
2 pH 7,9 7,8 8,1 7,9
3 Salinitas
(%o) 31,2 30 31 30,7
4 Intensitas
Cahaya (Cd) 2600 2500 2610 2570 5 DO (mg/l) 4,7 4,7 4,2 3,8
Hasil pengukuran suhu pada stasiun I yaitu 30,1°C dan pada stasiun II yaitu stasiun II 29,6°C. Kondisi ini masih dalam kategori baik sehingga dapat mendukung kehidupan biota laut yang ada. Clark (1946)dalamToha (2008), mengemukakan bahwa suhu yang cocok untuk perkembangan Echinodermata yaitu dengan kisaran 28°C-31°C.
akan berpindah ke tempat lain. Romimoharto (2005), mengatakan bahwa peningkatan suhu akan menyebabkan konsentrasi oksigen akan menurun dan sebaliknya, suhu yang semakin rendah akan meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut.
Jumlah Echinodermata yang ditemukan bervariasi pada masing-masing stasiun, ada yang tertinggi dan ada yang terendah. Jenis yang individunya tertinggi yaitu Diadema setosum sebanyak 339 individu sementara yang mempunyai jumlah terendah adalah
Leptosynapta sp. sebanyak 3 individu. Perbedaan jumlah individu dari kedua jenis tersebut menggambarkan bahwa jenis yang memiliki jumlah individu yang tinggi yaitu
Diadema setosum merupakan jenis yang mempunyai mobilitas tinggi dan cenderung mampu berkompetisi untuk mempertahankan diri dibandingkan dengan jenis lain. Hyman (1995) dalam Ratna (2002), menambahkan bahwa bulu babi dapat digunakan sebagai organisme indikator untuk kualitas perairan. Apabila lingkungan perairan laut bermasalah, bulu babi akan menjadi salah satu dari organisme pertama yang menunjukan tanda tekanan (tidak bergerak, duri turun dan tentu saja mati) karena bulu babi dapat hidup atau bertahan dengan batas toleransi salinitas antara 30-34%o.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui jumlah individu dan indeks keanekaragaman masing-masing stasiun berbeda-beda, jumlah individu terbanyak yaitu pada stasiun III dengan jumlah 402 individu sedangkan indeks keanekaragaman tertinggi berada pada stasiun II yaitu 1,994. Hal ini menjelaskan bahwa jumlah individu terbanyak dalam suatu komunitas tidak menjamin tingginya tingkat keanekaragamannya apabila hanya satu atau beberapa jenis yang melimpah.
Menurut Soegianto (1994), bahwa keanekaragaman jenis adalah suatu karakteristik tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologisnya. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak jenis dengan kelimpahan jenis yang sama atau hampir sama. Sebaliknya jika komunitas itu disusun oleh
sangat sedikit jenis dan jika hanya sedikit yang dominan, maka keanekaragaman jenisnya rendah. Selanjutnya dikatakan bahwa keanekaragaman menggambarkan jumlah total proporsi suatu spesies relatif terhadap jumlah total individu yang ada, semakin banyak jumlah spesies dengan proporsi yang seimbang menunjukan keanekaragaman yang tinggi. Hal diatas didukung oleh Heddy (1994), yang mengatakan bahwa keanekaragaman dapat digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun terjadi gangguan terhadap komponen-komponennya. Keanekaragaman spesies yang tinggi menunjukan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas karena interaksi yang terjadi dalam komunitas itu sangat tinggi.
Selain hal tersebut diatas menyangkut keanekaragaman Echinodermata di perairan pantai Labuan, faktor lain yang dapat berpengaruh adalah banyaknya masyarakat sekitar yang datang ketika air laut surut untuk mencari hewan-hewan yang ada disekitar pantai termasuk Echinodermata sebagai pemenuhan kebutuhan ekonomi maupun untuk konsumsi. Tanpa disadari hal tersebut dapat mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada di tempat tersebut, seperti rusaknya habitat sebagai tempat berlindung dan mencari makan dari filum Echinodermata. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Krassulya (2001), bahwa selain mempunyai potensi besar yaitu dengan kekayaan habitat beragam, wilayah pesisir merupakan ekosistem yang paling mudah untuk terkena dampak kegiatan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang berdampak merugikan terhadap kelangsungan organisme yang berada di ekosistem tersebut.
mahasiswa. Berdasarkan hasil penilaian media pembelajaran berupa buku saku pada kelompok mahasiswa secara keseluruhan menyatakan bahwa media pembelajaran tersebut layak digunakan dengan persentase sebesar 88,2 %.
Kesimpilan dan Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu indeks keanekaragaman Echinodermata di perairan pantai Labuan Desa Montop yaitu 1,947. Dimana pada stasiun I (H') sebesar 1,952, stasiun II sebesar 1,994 dan stasiun III sebesar 1,851. Berdasarkan kriteria tergolong ≤ H' ≤ 3 yaitu keanekaragaman spesies sedang. Hasil penilaian media pembelajaran dikategorikan layak untuk digunakan dengan nilai rata-rata 88,2 %.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan untuk dapat dijadikan data dasar dan bahan informasi dalam upaya pelestarian dan pengembangan potensi sumber daya kelautan khususnya yang ada di Kabupaten Banggai Kepulauan.
Daftar Pustaka
Allen, R.G. (1996). Indo-Pacific Coral Reef Field Guide. Australia: Tropical Reef Research.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik Banggai Kepulauan. (2014). Bulagi Utara Dalam Angka 2014.Banggai Kepulauan: BPS.
Heddy, S. (1994). Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Jasin, M. (1987). Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya: Sinar Wijaya.
Krassulya, N. (2001).Choice of Methodology for Marine Pollution Monitoring in Intertidal Soft-Sediment Communities. CBM: Skriftserie.
National Education Association. (2009).
Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Pustaka.
Nontji, A. (1993). Laut Nusantara. Jakarta: Jamban.
Odum, E. (1993). Dasar-dasar Ekologi.
Yogyakarta: University Press.
Ratna, F.D. (2002). Pengaruh Penambahan Gula dan Lama Fermentasi Terhadap Mutu Pasta Fermentasi Gonad Bulu Babi Diadema setosum dengan Lactobacilus plantarum Sebagai Kultur Starter. Skripsi Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor: tidak diterbitkan.
Romimoharto, K. (2005). Biologi Laut (Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut). Jakarta: Penerbit Djambatan.
Soegianto. A. (1994). Ekologi Kuantitatif. Surabaya: Usaha Nasional.
Sugiyono. (2014). Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional.