Apa itu Tafsir Mu’tazilah?
Secara bahasa kata mu’tazilah berasal dari kata azala- ya’tazilu ‘azlan yang artinya menyingkir atau memisahkan. Dan dalam istilah, Muktazilah berarti sebuah sekte sempalan yang mempunyai lima pokok keyakinan (Ushul Al-Khamsah) meyakini dirinya merupakan kelompok moderat di antara dua kelompok ekstrim yaitu murji’ah yang menganggap pelaku dosa besar tetap sempurna imannya, dan khawarij menganggap pelaku dosa besar telah kafir.
Aliran ini berkembang pada masa Umawi sampai kepada pemerintahan Abasiah, pelopor firqah ini adalah Wasil bin Atha’ dengan julukan Al-Ghazali yang di
lahirkan pada tahun 80 hijriah, dan meninggal pada tahun 131 hijriah, pada masa khilafah Hisyam bin Abdul Malik.
Imam Hasan al-Bashri memiliki majelis pengajian di masjid Basrah. Pada suatu hari seorang laki-laki masuk ke dalam pengajian Imam Hasan Al-Basri dan bertanya “wahai imam di zaman kita ini telah timbul kelompok yang mengkafirkan para pelaku dosa besar yaitu kelompok wahidiah Khawarij.
Dan juga timbul kelompok lain yang mengatakan maksiat tidak membahayakan iman sebagaimana ketaatan tidak bermanfaat sama sekali bila bersama
kekafiran, yaitu kelompok murji’ah. Bagaimana sikap kita? Imam Hasan Al-Basri terdiam memikirkan jawabannya, saat itulah murid beliau yang bernama Wasil bin Atha’ menyela “saya tidak mengatakan pelaku dosa besar itu mu’min secara mutlaq dan tidak pula kafir, namun dia berada di satu posisi di antara dua posisi tidak mu’min dan tidak kafir” jawaban ini tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunah yang menyatakan pelaku dosa besar tetap mu’min namun imanya
berkurang.
Tentu saja Hasan Al-Basri membantah pendapat Atha’ yang tanpa dalil itu. Kemudian Wasil pergi menyendiri di sudut masjid , maka Imam Hasan Al-Basri berkata “ia telah memisahkan diri dari kita “ sejak saat itu dia dan orang-orang yang mengkutinya disebut Mu’tazilah
Beberapa Pendapat Ulama’ Tentang Tafsir Mu’tazilah
Al-Imam Abu lHasan Al-Asyari “Tafsir Mu’tazilah adalah sesat, yang demikian itu sebagaimaa tercantum dalam muqaddimah tafsirnya yang bernama “al
mukhtazan” dan ini tidak ada pada kami. Sesungguhnya ahlu kesesatan menta’wilkan alquran dengan analogi mereka. Serta mnefsirkannya dengan hawa nafsu meraka”. (Dr. Muhammad Husain Adz-Dzahabi, Tafsir Wal Mufassirun, I/385.)
atas manhaj (jalan) yang benar yang bersumberkan langsungdari Rasulullah.” (Dr. Muhammad Husain Adzahabi, Tafsir Wal Mufassirun, hal: I/386).