• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kul

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kul"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata

Kuliah Etika Keperawatan

Disusun Oleh

:

Hibatullah Rheka P

(

160614914401043 )

Ayu Sekar Rini

(160614914401065 )

KELAS 1B

AKADEMI KEPERAWATAN 17 KARANGANYAR

(2)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Merawat orang sakit merupakan salah satu sifat kemanusiaan yang terdapat dalam diri manusia. Politik, agama, serta keadaan masyarakat selama ini memainkan peranan dalam timbulnya pekerjaan keperawatan dan pelayanan. Pada masa lalu, pasang surut keperawatan selalu berkaitan dengan peperangan, serta kemakmuran. Perkembangam keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi yaitu pada saat penjajahan kolonial Belanda, Inggris dan Jepang. Pada umumnya pelayanan orang-orang sakit tersebut dipandang sebagai suatu tindakan amal.

B. Batasan Bahasan

1. Sejarah keperawatan di Indonesia 2. Masa sebelum kemerdekaan 3. Masa setelah kemerdekaan 4. Sejarah perkembangan PPNI

5. Pendidikan keperawatan di Indonesia 6. Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan

C. Tujuan

Mahasiswa mampu menjelaskan sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia dan Mengetahui sejarah keperawatan di Indonesia.

D. Manfaat

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI INDONESIA

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan (UU Kesehatan No. 23, 1992). Menurut Effendy (1995), perawatan adalah pelayanan essensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang diberikan adalah upaya mencapai derajat kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki dalam menjalankan kegiatan di bidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan. Merawat mempunyai suatu posisi sentral. Merawat merupakan suatu kegiatan dalam ruang lingkup yang luas yang dapat menyangkut diri kita sendiri, menyangkut sesuatu yang lain dan menyangkut lingkungan. Jika kita merawat sesuatu, kita menginginkan hasil yang dicapai akan memuaskan. Jadi kita akan selalu berusaha untuk mencapai sesuatu keseimbangan antara keinginan kita dan hasil yang akan diperoleh.

Berbicara tentang sejarah keperawatan di Indonesia, maka perkembangan keperawatan di Indonesia dapat dibagi dalam tiga masa yaitu:

A. Keperawatan di Masa Kuno

(4)

sayang yang cukup untuk merawat orang sakit. Pada masa kuno ini, tidak ada catatan sejarah yang menyebutkan perkembangan yang berarti dalam bidang keperawatan. Zaman Kuno Seperti juga di Negara-negara lainnya keperawatan diserahkan kepada perempuan yang merawat keluarganya. Penyakit dianggap perbuatan setan yaitu dukun, cara pengobatan dengan menggunakan daun-daunan.

B. Keperawatan di Masa Penjajahan

(5)

1942-1945 menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran karena pekerja perawat pada masa Belanda dan Inggris sudah dikerjakan oleh perawat yang telah dididik, maka pada masa Jepang tugas perawat dilakukan oleh mereka yang tidak dididik untuk menjadi perawat.

Di masa penjajahan, perkembangan keperawatan di Indonesia mengalami kemajuan. Perkembangan keperawatan banyak dipengaruhi oleh konsep-konsep keperawatan dari Negeri Belanda. Hal ini tidak terlepas dari peranan pemerintah Belanda yang mendirikan dinas kesehatan khusus tentara (saat itu disebut MGD) dan dinas kesehatan rakyat (saat itu disebut BGD). Melalui kedua dinas tersebut pemerintah Belanda merekrut perawat dari penduduk pribumi.

Perawat yang dalam bahasa Belanda disebut Velpleeger menjalankan tugasnya sebagai perawat dengan dibantu oleh penjaga orang sakit yang disebut Zieken Opposer. Para perawat dan penjaga orang sakit ini difasilitasi untuk membentuk organisasi profesi. Organisasi profesi perawat pertama dibentuk di Surabaya pada tahun 1799, organisasi tersebut bernama Perkoempoelan Zieken Velpleeger / Velpleester Boemi Poetra (disingkat PZVB Boemi Poetra). Para perawat ini bekerja di Binnen Hospital di Surabaya untuk merawat staf dan tentara Belanda.

Untuk meningkatkan kemampuan para perawat ini agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang profesional, maka para perawat ini melalui organisasinya diberikan semacam pendidikan dan pelatihan oleh pemerintah Belanda. Ilmu keperawatan pada masa Belanda disebut Verpleegkunde. Sejak saat itu banyak sekali istilah-istilah keperawatan Indonesia yang mengadopsi bahasa Belanda. Sampai sekarang masih sering kita dengar istilah Belanda tersebut, misalnya nierbeken (bengkok), laken (sprei), bovenlaken (kain penutup), warm-water zak (buli-buli hangat), Iiskap (buli-buli dingin), scheren (gunting/cukur), dan lain-lain.

(6)

dikarenakan ketakutan dan kecemasan. Selanjutnya tidak ada catatan perkembangan sampai akhirnya Indonesia mendapatkan kemerdekaan.

Masa penjajahan belanda

Pada masa ini perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut VELPEGER dengan sebutan zieken oppaser sebagai penjaga rumah sakit. usaha pemerintahan Belanda dibidang kesehatan adalah :

 Mendirikan rumah sakit I Binnen Hospital di Jakarta pada tahun 1799  Mendirikan rumah sakit II Butten Hospital

 Membentuk dinas kesehatan tentara (military gezond herds dients)  Membentuk Dinas Kesehatan Rakyat (Burgerlijke gezandherds dienst)

Zaman Penjajahan Inggris

Gubernur jendral Rafles sangat memperhatikan rakyat semboyan : Kesehatan adalah milik manusia. Usaha-usahanya dibidang kesehatan :

 Pencacaran secara umum

 Membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa  Memperhatikan kesehatan pada para tawanan

Zaman Penjajahan Jepang

Menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran yang juga merupakan zaman kegelapan dunia keperawatan di Indonesia. Kemunduran-kemunduran ini terlihat pada pekerjaan perawat dikerjakan oleh orang-orang yang tidak terdidik, Pimpinan RS diambil alih oleh orang-orang jepang, Obat-obatan sangat kurang. Wabah penyakit terjadi dimana-mana.

C. Sejarah Perkembangan Keperawatan Sebelum Kemerdekaan

(7)

Setelah pemerintah kolonial kembali ke tangan Belanda, di Jakarta pada tahun 1819 didirikan beberapa rumah sakit. Salah satunya adalah rumah sakit Sadsverband yang berlokasi di Glodok-Jakarta Barat. Pada tahun 1919 rumah sakat tersebut dipindahkan ke Salemba dan sekarang dengan nama RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Dalam kurun waktu 1816-1942 telah berdiri beberapa rumah sakit swasta milik misionaris katolik dan zending protestan seperti: RS. Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Cikini-Jakarta Pusat, RS. St. Carolos Salemba-Jakarta Pusat. RS. St Bromeus di Bandung dan RS. Elizabeth di Semarang. Bahkan pada tahun 1906 di RS. PGI dan tahun 1912 di RSCM telah menyelenggarakan pendidikan juru rawat. Namun kedatangan Jepang (1942-1945) menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran.

D. Keperawatan Indonesia Setelah Kemerdekaan

Sejarah perkembangan keperawatan Indonesia setelah kemerdekaan adalah sebagai berikut:

1. Pembangunan dibidang kesehatan dimulai tahun 1949.

2. Sebelum tahun 1950: Indonesia belum mempunyai konsep dasar tentang keperawatan.

3. Tahun 1950: Indonesia mendirikan pendidikan perawat yaitu Sekolah Penata Rawat (SPR).

4. Pada tahun 1952, sekolah perawat mulai didirikan. Yaitu sekolah guru perawat dan sekolah perawat setingkat SMP.

(8)

6. Tahun 1945 1955: Berdirinya beberapa organisasi profesi, diantaranya yaitu Persatuan Djuru Rawat dan Bidan Indonesia (PDBI), Serikat Buruh Kesehatan, Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan.

7. Tahun 1955 - 1974: Organisasi profesi keperawatan mengalami perubahan yaitu Ikatan Perawat Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia, Ikatan Guru Perawat Indonesia, Korps Perawat Indonesia, Majelis Permusyawaratan Perawat Indonesia Sementara (MAPPIS), dan Federasi Tenaga Keperawatan.

8. Tahun 1974: Rapat Kerja Nasional tentang Pendidikan Tenaga Perawat Tingkat Dasar yaitu berdirinya Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang mengganti Sekolah Penata Rawat (SPR).

9. Tahun 1974: Berdirinya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

10. Tahun 1976: Pendidikan Keperawatan di Indonesia yang semula menyatu dengan pelayanan di rumah sakit, telah mulai memisahkan diri (terpisah) dari rumah sakit.

11. Pada Januari 1983: Dilaksanakannya Lokakarya Nasional Keperawatan I yang menghasilkan:

a) Peranan Independen dan Interdependen yang lebih terintegrasi dalam pelayanan kesehatan;

b) program gelar dalam pendidikan keperawatan;

c) Pengakuan terhadap keperawatan sebagai suatu profesi yang mempunyai identitas profesional berotonomi, berkeahlian, mempunyai hak untuk mengawasi praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan.

(9)

Indonesia yang menjadi momentum terbaik kebangkitan Profesi Keperawatan di Indonesia.

13. Jumlah Akper terus bertambah sampai berjumlah 227 buah di bulan desember 1996.

14. Tahun 1999: Berdiri Pendidikan Keperawatan Pasca Sarjana (S2 Keperawatan).

15. Tahun 2000: Keluarnya Lisensi Praktek Keperawatan berupa Peraturan Menteri Kesehatan.

Periode 1945 -1962

Tahun 1945 s/d 1950 merupakan masa transisi pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perkembangan keperawatan pun masih jalan di tempat. Ini dapat dilihat dari pengembanagan tenaga keperawatan yang masih menggunakan system pendidikan yang telah ada, yaitu perawat lulusan pendidikan Belanda (MULO + 3 tahun pendidikan), untuk ijazah A (perawat umum) dan ijazah B untuk perawat jiwa. Terdapat pula pendidikan perawat dengan dasar (SR + 4 tahun pendidikan) yang lulusannya disebut mantri juru rawat.

Baru kemudian tahun 1953 dibuka sekolah pengatur rawat dengan tujuan menghasilkan tenaga perawat yang lebih berkualitas. Pada tahun 1955, dibuka Sekolah Djuru Kesehatan (SDK) dengan pendidikan SR ditambah pendidikan satu tahun dan sekolah pengamat kesehatan sebagai pengembangan SDK, ditambah pendidikan lagi selama satu tahun. Pada tahun 1962 telah dibuka Akademi Keperawatan dengan pendidikan dasar umum SMA yang bertempat di Jakarta, di RS. Cipto Mangunkusumo. Sekarang dikenal dengan nama Akper Depkes di Jl. Kimia No. 17 Jakarta Pusat.

(10)

Periode 1963-1983

Periode ini masih belum banyak perkembangan dalam bidang keperawatan. Pada tahun 1972 tepatnya tanggal 17 April lahirlah organisasi profesi dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) di Jakarta. Ini merupakan suatau langkah maju dalam perkembangan keperawatan. Namun baru mulai tahun 1983 organisasi profesi ini terlibat penuh dalam pembenahan keperawatan melalui kerjasama dengan CHS, Depkes dan organisasi lainnya.

Periode 1984 Sampai Dengan Sekarang

Sejak adanya kesepakatan pada lokakarya nasional (Januari 1983) tentang pengakuan dan diterimanya keperawatan sebagai suatu profesi, dan pendidikannya berada pada pendidikan tinggi, terjadi perubahan mendasar dalam pandangan tentang pendidikan keperawatan. Pendidikan keperawatan bukan lagi menekankan pada penguasaan keterampilan, tetapi lebih pada penumbuhan, pembinaan sikap dan keterampilan profesional keperawatan, disertai dengan landasan ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan. Tahun 1983 merupakan tahun kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia, sebagai perwujudan lokakarya tersebut di atas pada tahun 1984 diberlakukan kurikulum nasional untuk Diploma III Keperawatan. Dari sinilah awal pengembangan profesi keperawatan Indonesia, yang sampai saat ini masih perlu perjuangan, karena keperawatan di Indonesia sudah diakui sebagai suatu profesi maka pelayanan atau asuhan keperawatan yang diberikan harus didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Hal ini sejalan dengan tuntutan UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, terutama pada pasal 32 yang berbunyi:

(11)

keperawatan sebagai profesi diakui dalam undang-undang yaitu yang dikenal dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan sebagai penjabarannya. Tahun 1995 dibuka lagi Program Studi Keperawatan di Indonesia, yaitu di Universitas Padjajaran Bandung dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berubah menjadi Fakultas Keperawatan.

Tahun 1998 dibuka kembali program Keperawatan yang ketiga yaitu Program Studi Ilmu Keperawatan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Kurikulum Ners. disahkan, digunakannya kurikulum ini merupakan hasil pembaharuan kurikulum S1 Keperawatan tahun 1985. Tahun 1999 Program S1 kembali dibuka, yaitu Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di Universitas Airlangga Surabaya, PSIK di Universitas Brawijaya Malang, PSIK di Universitas Hasanuddin Ujung Pandang, PSIK di Universitas Sumatera Utara, PSIK di Universitas Diponegoro Jawa Tengah, PSIK di Universitas Andalas, dan dengan SK Mendikbud No. 129/D/0/1999 dibuka juga Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIK) di St. Carolus Jakarta. Pada tahun ini juga (1999) kurikulum DIII Keperwatan selesai diperbaharui dan mulai didesiminasikan serta diberlakukan secara nasional. Tahun 2000 diterbitkan SK Menkes No. 647 tentang Registrasi dan Praktik Perawat sebagai regulasi praktik keperawatan sekaligus kekuatan hukum bagi tenaga perawat dalam menjalankan praktik keperawatan secara professional.

E. Sejarah Perkembangan PPNI

(12)

orang sakit. Lahirnya Sumpah Pemuda tahun 1928 mendorong perubahan nama PKVB menjadi Perkumpulan Kaum Velpleger Indonesia (PKVI). Pergantian kata Boemibatera menjadi Indonesia pada PKVI bertahan hingga tahun 1942. Pada masa penjajahan Jepang perkembangan keperawatan di Indonesia mengalami kemunduran dan merupakan zaman kegelapan bagi bagi keperawatan Indonesia. Pelayanan keperawatan dikerjakan oleh orang yang tidak memahami ilmu keperawatan, demikian pula organisasi profesi tidak jelas keberadaannya.

Bersama dengan Proklamasi 17 Agusutus 1945, tumbuh Organisasi Profesi Keperawatan. Setidaknya ada tiga organisasi profesi antara tahun 1945-1954 yaitu Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Djuru Rawat Islam (PENJURAIS) dan Serikat Buruh Kesehatan (SBK). Pada tahun 1951 terjadi pembaharuan organisasi profesi keperawatan yaitu terjadi fusi organisasi profesi yang ada menjadi Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI). sebagai upaya konsolidasi organisasi profesi tanpa mengikutsertakan Serikat Buruh Kesehatan (SBK) karena terlibat dengan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Dalam kurun waktu 1951-1958 diadakan Kongres di Bandung dengan mengubah nama PDKI menjadi Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan Indonesia (PPDKI) dengan keanggotaan bukan dari perawat saja. Demikian pula pada tahun 1959-1974, terjadi pengelompokan organisasi keperawatan kecuali Serikat Buruh Kesehatan (SBK) bergabung menjadi satu organisasi Profesi tingkat Nasional dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Nama inilah yang resmi dipakai sebagai nama Organisasi Profesi Keperawatan di Indonesia hingga saat ini.

Nama-nama pendiri PPNI antara lain:

1. Oyoh Radiat, MSc dari IPI-Jakarta (PB) 2. H.B. Barnas dari IPI-Jakarta (PB)

(13)

6. L. Harningsih dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung

7. Wim Sumarandek, SH dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung

Kongres Pertama (I) dibuka oleh Menkes RI di Balai Sidang Senayan Jakarta dan siding-sidang dilaksanakan di Komplek Angkatan Laut jalan Kwini Jakarta Pusat berlangsung pada tanggal 15.

20 Nopember 1976 dengan hasil-hasil Konggres: 1. Kode Etik Keperawatan Indonesia

2. AD/ART PPNI

3. Garis-Garis Besar Program Kerja PPNI 4. Bendera dan Lambang Organisasi 5. Pergantian Kepengurusan:

Ketua : Oyoh Radiat, MSc

Sekretaris : Maskoep Soerjo Soemantri Sekretariat : Jalan Kimia 10 Jakarta Pusat

Konggres Kedua (II) dilaksanakan pada tanggal 17-21 Juni 1980 di Surabaya The Smilling Nurse Oyoh Radiat, MSc terpilih kembali sebagai ketua dan telah terjadi regenerasi walaupun masih terbatas. Keperawatan sebagai pendidikan tinggi mulai dibicarakan lebih inten, konsep keperawatan sebagai profesi belum tergali dengan baik, kontak dengan International Council Nurse (ICN) telah diprakarsai walupun belum inten dan efektif.

Hasil keputusan Kongres: 1. AD/ART PPNI

2. Garis-Garis Besar Program Kerja PPNI 3. Penetapan Kepengurusan:

Ketua : Oyoh Radiat, MSc

Sekretaris : Maskoep Soerjo Soemantri

alan Kimia 10 Jakarta Pusat

(14)

ilmiah dan organisasi dilaksanakan di Wisma Wiladatika / Panti Usila Cibubur Jakarta Timur.

Hasil Konggres Ketiga adalah: 1. AD/ART PPNI

2. Garis-Garis Besar Program Kerja PPNI 3. Pergantian Kepengurusan:

Ketua : Oyoh Radiat, MSc Sekretaris : Drs. Husein, SKM

Sekretariat : Jalan Kimia 10 Jakarta Pusat

Pada Konggres Ketiga ini diadakan penyempurnaan AD / ART ang intinya adalah mengganti istilah:

1. Konggres Nasional menjadi Musyawarah Nasional 2. Pengurus Besar menjadi Dewan Pimpinan Pusat

3. Pengurus Wilayah menjadi Dewan Pimpinan Daerah Tingkat I 4. Pengurus Cabang menjadi Dewan Pimpinan Daerah Tingkat II

Musyawarah Nasional Keempat (IV) berlangsung pada tanggal 27 Nopember-1 Desember 1989 dibuka oleh Gubernur Jawa Tengah. Hasil yang disepakati pada Munas IV ini adalah:

1. AD/ART PPNI

2. Garis-Garis Besar Program Kerja PPNI 3. Pergantian Kepengurusan:

Ketua : Setien Wuntu, MPH Sekretaris : Drs. Zaidin Ali

Sekretariat : Pusdiklat Depkes RI Jl. Hangjabat Kebayoran Baru Jakarta Selatan

Dalam Munas IV ini telah diputuskan “Ikrar Perawat Indonesia” Musyawarah Nasional Kelima (V) dilaksanakan pada tanggal 5-29 Januari 1995 bertempat di Wisma Haji Pondok Gede Jakarta Timur. Kegiatan ini dibuka oleh Wakil Presiden RI Bapak Tri Sutrisno. Sidang – sidang ilmiah dan organisasi juga diselenggarakan di Wisma Haji Jakarta.

(15)

1. AD/ART PPNI

2. Garis-Garis Besar Program Kerja PPNI 3. Pergantian Kepengurusan:

Ketua : Drs. Husein, SKM Sekretaris : Drs. Zaidin Ali

Sekretariat : Jalan Kimia 10 Jakarta Pusat

Musyawarah Nasional Keenam (VI) diselenggarakan di Bandung pada tanggal 16-18 April 2000, Munas dibuka oleh Menteri Kesehatan RI Bapak dr. Sujudi, MPH. Hasil kesepakatan Munas VI antara lain:

1. AD/ART PPNI

2. Garis-Garis Program Kerja PPNI

3. 13 Keputusan dan Rekomendasi diantaranya: 1. Kode Etik Keperawatan Indonesia 2. Legislasi Praktek Keperawatan

3. Dewan Pimpinan Pusat diganti Dewan Pengurus Pusat 4. Dewan Pimpinan Daerah Tingkat I diganti Pengurus Propinsi

5. Dewan Pimpinan Daerah Tingkat II diganti Pengurus Kabupaten / Kota

Pergantian Kepengurusan :

Ketua : Achir Yani S. Hamid, DNSc

Sekretaris : Dra. Herawani Aziz, M. Kes., M. Kep. Sekretariat : Jalan Kimia 10 Jakarta Pusat

Musyawarah Nasional Ketujuh (VII) dilaksanakan pada tanggal 24-28 Juli 2005 di Menado Convention Centre (MCC) Jalan Piere Tendean Boulevard Manado. Sejarah perkembangan keperawatan Indonesia setelah kemerdekaan adalah sebagai berikut:

1. Sebelum tahun 1950 : Indonesia belum mempunyai konsep dasar tentang keperawatan.

2. Tahun 1950 : Indonesia mendirikan pendidikan perawat yaitu Sekolah Penata Rawat (SPR).

(16)

Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan.

4. Tahun 1962 : Berdirinya Akademi Keperawatan (Akper).

5. Tahun 1955-1974 : Organisasi profesi keperawatan mengalami perubahan yaitu Ikatan Perawat Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia, Ikatan Guru Perawat Indonesia, Korps Perawat Indonesia, Majelis Permusyawaratan Perawat Indonesia Sementara (MAPPIS), dan Federasi Tenaga Keperawatan.

6. Tahun 1974 : Rapat Kerja Nasional tentang Pendidikan Tenaga Perawat Tingkat Dasar yaitu berdirinya Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang mengganti Sekolah Penata Rawat (SPR).

7. Tahun 1974 : Berdirinya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 8. Tahun 1876 : Pendidikan Keperawatan di Indonesia yang semula menyatu

dengan pelayanan di rumah sakit, telah mulai memisahkan diri (terpisah) dari rumah sakit.

9. Pada Januari 1983 : Dilaksanakannya Lokakarya Nasional Keperawatan I yang menghasilkan:

a) Peranan Independen dan Interdependen yang lebih terintegrasi dalam pelayanan kesehatan;

b) Program gelar dalam pendidikan keperawatan; c) Pengakuan terhadap keperawatan sebagai suatu profesi yang mempunyai identitas profesional berotonomi, berkeahlian, mempunyai hak untuk mengawasi praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan.

10.Tahun 1985 : Berdiri Pendidikan Keperawatan Setingkat Sarjana (S1-Keperawatan) yang pertama yaitu Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang menjadi momentum terbaik kebangkitan Profesi Keperawatan di Indonesia.

11.Tahun 1999 : Berdiri Pendidikan Keperawatan Pasca Sarjana (S2 Keperawatan).

12. Tahun 2000 : Keluarnya Lisensi Praktek Keperawatan berupa Peraturan Menteri Kesehatan.

F. Perkembangan Pendidikan Keperawatan di Indonesia

(17)

sehingga dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal ini menyebabkan Profesi Keperawatan selalu dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia dalam upaya meningkatakan profesionalisme Keperawatan agar dapat memajukan pelayanan masyarakat akan kesehatan di negeri ini.

Berdasarkan pemahaman tersebut dan untuk mencapainya, dibentuklah suatu Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan, yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatakan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Dalam melaksanakan hal ini tentunya dibutuhkan sumber daya pelaksana kesehatan termasuk di dalamnya terdapat tenaga keperawatan yang baik, baik dalam kuantitas maupun dalam kualitas.

Saat ini, kebanyakan pendidikan Keperawatan di Indonesia masih merupakan pendidikan yang bersifat vocational, yang merupakan pendidikan keterampilan, sedangkan idealnya pendidikan Keperawatan harus bersifat profesionalisme, yang menyeimbangkan antara teori dan praktik. Oleh karena itu diperlukan adanya penerapan Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan, yaitu dengan didirikannya lembaga-lembaga Pendikan Tinggi Keperawatan. Hal ini telah dilakukan oleh Indonesia dengan membentuk sebuah lembaga Pendidikan Tinggi Keperawatan yang dimulai sejak tahun 1985, yang kemudian berjalan berdampingan dengan pendidikan-pendidikan vocational. Selanjutnya, dalam perjalanan perkembangan keprofesionalismeannya, ternyata keprofesionalismean Keperawatan sulit tercapai bila pendidikan vocational lebih banyak dari pada pendidikan yang bersifat profesionalisme, dalam hal ini pendidikan tinggi Keperawatan. Oleh karena itu, diperlukan adanya standarisasi kebijakan tentang pendidikan Keperawatan yang minimal berbasis S1 Keperawatan.

(18)

hal ini, maka dapat disimpulkan adanya kolaborasi yang baik antara Depkes dan PPNI dalam rangka memajukan dunia Keperawatan di Indonesia.

Namun dalam kenyataannya tidaklah demikian. Banyak sekali kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Depkes yang sangat merugikan dunia keperawatan, termasuk kebijakan mengenai dibentuknya pendidikan Keperawatan DIV (Diploma IV) di Politeknik-politeknik Kesehatan (Poltekes), yang disetarakan dengan S1 Keperawatan, dan bisa langsung melanjutkan ke pendidikan strata dua (S2). Padahal beberapa tahun lalu telah ada beberapa Program Studi Ilmu Keperawatan di negeri ini seperti PSIK Univesitas Sumatera Utara dan PSIK Universitas Diponegoro yang telah membubarkan dan menutup pendidikan DIV Keperawatan karena sangat jelas menghambat perkembangan profesi keperawatan. Selain itu masih beraktivitasnya poltekes-poltekes yang ada di Indonesia sekarang ini sebetulnya melanggar hukum Sistem Pendidikan Nasional yang ada tentang pendirian Poltekes, yakni Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Kedinasan, di mana pendirian Poltekes yang langsung berada dalam wewenang Depkes bertujuan dalam rangka mendidik pegawai negeri atau calon pegawai negeri di bidang kesehatan, sehingga setelah lulus, lulusan-lulusan Poltekes tersebut akan langsung diangkat menjadi pegawai negeri. Sedangkan saat ini, Poltekes bukan lagi merupakan Lembaga Pendidikan Kedinasan, sehingga para lulusannya tidak lagi mendapat ikatan dinas menjadi pegawai negeri. Oleh karena itu, seharusnya Poltekes-Poltekes yang sekarang ada ini tidak dapat lagi melakukan aktivitasnya memberikan pendidikan keperawatan.

Selain itu akhir-akhir ini Depkes telah membuat kebijakan yang mengghentikan utilisasi S1 Keperawatan, dan walaupun masih ada, mereka dijadikan perawat-perawat S1 yang siap dikirim ke luar negeri. Hal ini bertujuan untuk ”menggoalkan” DIV Keperawatan. Hal ini tentu saja sudah sangat keterlaluan. Profesi Keperawatan secara sedikit demi sedikit melalui cara-cara yang sistematis dibawa pada jurang kehancuran. Namun, Jika memang perawat professional di zaman ini mau berusaha utuk memperbaiki nasibnya di masa depan , mungkin tidak akan ada kesulitan bagi generasi selanjutnya untuk mengecap pendidikan keperawatan samapai strata 1 (S1).

(19)

Pendirian Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) pada tahun 1985 merupakan momentum kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia. Sebagai embrio dari Fakultas Ilmu Keperawatan, institusi ini dipelopori oleh tokoh-tokoh keperawatan di Indonesia antar lain, Achir Yani S, Hamid, DN. Sc.,mendiang Dra. Christin S Ibrahim, MN, Phd., Tien Gartinah, MN, dan Dewi Irawaty, MA., dibantu beberapa pakar dari Konsorsium Ilmu Kesehatan dan sembilan pakar Keperawatan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Tujuan pendiriannya adalah menghasilkan sarjana keperawatan sebagai perawat profesional. Agar perawat dapat bermitra dengan dokter dan perawat dapat bekerja secara ilmiah, tidak hanya berdasarkan intruksi dokter, tegas Prof. Dr. Asri Rasyad, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesi, tempat diselenggarakannya PSIK pertama di Indonesia, ketika melantik lulusan PSIK angkatan pertama, 1988. Secara konseptual pendirian Program Studi Ilmu keperawatan bertujuan menghasilkan sarjana keperawatan sebagai perawat profesional memantapkan peran dan fungsi perawat sebagai pendidik, pelaksana, pengelola, peneliti di bidang keperawatan profesional yang dapat mengimbangi kemajuan dan ilmu pengetahuan terutama iptek di bidang kedokteran.

Pendidikan program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) tidak dapat dipisahkan dari peran Konsorsium Ilmu Kesehatan (CHS) di samping tokoh-tokoh keperawatan diatas.

(20)

H. Trend Keperawatan Sekarang dan Masa Depan

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang termasuk bidang kesehatan, peningkatan status ekonomi masyarakat, peningkatan perhatian terhadap pelaksanaan hak asasi manusia, kesadaran masyarakan akan kebutuhan kesehatan mengakibatkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya hidup sehat dan melahirkan tuntutan akan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Pergeseran akan fenomena tersebut, telah mengubah sifat pelayanan keperawatan dari pelayanan fokasional yang hanya berdasarkan keterampilan belaka kepada pelayanan profesional yang berpijak pada penguasaan iptek keperawatan dan spesialisasi dalam pelayanan keperawatan. Fokus peran dan fungsi perawat bergeser dari penekanan aspek kuratif kepada peran aspek preventif dan promotif tanpa meninggalkan peran kuratif dan rehabilitatif.

Kondisi ini menuntut uapaya kongkrit dari profesi keperawatan, yaitu profesionalisme keperawatan. Proses ini meliputi pembenahan pelayanan keperawatan dan mengoptimalkan penggunaan proses keperawatan, pengembangan dan penataan pendidikan keperawatan dan juga antisipasi organisasi profesi (PPNI).

1. Pengembangan dan Penataan Pendidikan Keperawatan

Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang profesional, telah memicu perawat untuk terus mengembangkan dirinya dalam berbagai bidang, terutama penataan sistem pendidikan keperawatan. Oleh karena itu profesi keperawatan dengan landasan yang kokoh perlu memperhatikan wawasan keilmuan, orientasi pendidikan dan kerangka konsep pendidikan.

a. Wawasan Keilmuan

Pada tingkat pendidikan akademi, penggunaan kurikulum D III keperawatan 1999, merupakan wujud dari pembenahan kualitas lulusan keperawatan. Wujud ini dapat dilihat dengan adanya:

(21)

# Mata Kuliah Dasar Keahliah (MKDK), yaitu: Anatomi, Fisiologi dan Biokimia, Mikrobiologi dan Parasitologi, Farmakologi, Ilmu Gizi dan Patologi.

# Mata Kuliah Keahlian (MKK), yaitu: KDK, KDM I dan II, Etika Keperawatan, Komunikasi Dalam Keperawatan, KMB I, II, III, IV dan V, Keperawatan Anak I dan II, Keperawatan Maternitas I dan II, Keperawatan Jiwa I dan II, Keperawatan Komunitas I, II dan III, Keperawatan Keluarga, Keperawatan gawat Darurat, Keperawatan Gerontik, Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Keperawatan Profesional dan Pengantar Riset Keperawatan. Demikian juga halnya dengan tingkat pendidikan S1 Keperawatan, yaitu dengan berlakunya kurikulum Ners pada tahun 1998.

Sementara itu di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI) telah dibuka S2 Keperawatan untuk Studi Manajemen Keperawatan, Keperawatan Maternitas dan Keperawatan Komunitas. Dan selanjutnya akan dibuka Studi S2 Keperwatan Jiwa dan Keperawatan Medikal Bedah. Dapat disimpulkan bahwa saat ini perkembangan keperawatan diarahkan kepada profesionalisme dengan spesialisasi bidang keperawatan.

b. Orientasi Pendidikan

Pendidikan keperawatan bagaimanapun akan tetap berorientasi pada pengembangan pengetahuan dan teknologi, artinya pengalaman belajar baik kelas, laboratorium dan lapangan tetap mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memanfaatkan segala sumber yang memungkinkan penguasaan iptek. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan pelayanan keperawatan dan persaingan global.

c. Kerangka Konsep

(22)

2. Perkembangan Pelayanan Keperawatan

Perubahan sifat pelayanan dari fokasional menjadi profesional dengan fokus asuhan keperawatan dengan peran preventif dan promotif tanpa melupakan peran kuratif dan rehabilitatif harus didukung dengan peningkatan sumber daya manusia di bidang keperawatan. Sehingga pada pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan dapat terjadinya pelayanan yang efisien, efektif serta berkualitas.

Selanjutnya, saat ini juga telah berkembang berbagai model prakti keperawatan profesional, seperti:

•Praktik keperawatan di rumah sakit fasilitas kesehatan •Praktik keperawatan di rumah (home care)

•Praktik keperawatan berkelompok (nursing home = klinik bersama, dan

(23)

BAB III PENUTUP

A. Simpulan

(24)

DAFTAR PUSTAKA

RSCM, 1997. Pedoman Perawatan RSUP Nasional. RSCM: Jakarta. M. Bouwhuizen. Ilmu Keperawatan (Verpleegkunde Zn). Alih bahasa: Drs. Med. Moelia

Radja Siregar. EGC: Jakarta.

La Ode Jumadi Saffar, SKp. Pengantar Keperawatan Profesional. EGC: Jakarta. Muslim Sudirman, SKp. (2000). Catatan Kuliah: Konsep Dasar Keperawatan I. PSIK

STIK Bina Husada Palembang.

Referensi

Dokumen terkait

Karena kenyaman kerja juga berpengaruh dalam semangat bekerja, jika kenyamanan kerja tidak dapat diciptakan maka dampaknya motivasi kerja karyawan tersebut menurun

Dari beberapa hasil pegamatan selama penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa tindakan yang dilakukan selama siklus I belum berhasil dengan baik, untuk itu

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan tujuan menganalisis hubungan faktor umur, tingkat pendidikan, persepsi terhadap penyakit, persepsi tentang pelayanan

1) Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkualitas serta sesuai dengan materi pelajaran. 2) Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar

Abstrak : Penyegaran udara merupakan usaha untuk memberikan kenyamanan dan kesegaran kerja , oleh karena itu terutama didaerah beriklim tropis penyegaran udara merupakan

Bagi penggunaan Peralatan Sebenar dalam kalangan bakal guru Fizik semasa LM merentas program pengajian, dapatan menunjukkan peratusan kekerapan tertinggi bagi pelajar 4SPF

Mengacu pada perhitungan neraca air menggunakan metode Thornwaite and Mather di wilayah Mendoyo (Tabel 3), periode defisit air terjadi mulai bulan Juli hingga

Chapter I presents introduction which consists of Background of the Study, Reason for Choosing the Topic, Research Question, Objective of the Study,