• Tidak ada hasil yang ditemukan

asuhan komunitas peningkatan pelayanan b

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "asuhan komunitas peningkatan pelayanan b"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Tidak ada daya dan upaya selain dari-Nya. Semoga kita selalu dilimpahkan rahmat dan karunia-Nya dalam mengarungi kehidupan ini.

Shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikutinya sampai akhir zaman di manapun mereka berada.

Alhamdulillah dengan izin dan kehendak dari-Nya lah, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini berjudul “Peningkatan Pelayanan pada BBL, Bayi, dan Balita dan item keduanya, Peningkatan Deteksi Dini Komplikasi Kebidanan dan BBL oleh tenaga kesehatan dan masyarakat”.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing kami Ibu Nurmawati.,SST.,SPd.,MM.Kes yang telah membimbing kami dalam memberikan gambaran tentang materi yang harus diselesaikan dan juga semua pihak yang turut membantu menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan hasil makalah ini. Akhirnya, pemakalah berharap hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca.

Bojonegoro, 19 maret 2015

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 1 DAFTAR ISI ... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 3 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatan

Neonatus ... ...

5 B. Pelayanan Kesehatan

Bayi ...

6 C. Pelayanan Kesehatan Anak

Balita...

25 D. Komplikasi Kebidanan dan neonatus oleh Tenaga Kesehatan

Maupun

Masyarakat ... ...

27

BAB III PENUTUP ... 34 A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA ...

(3)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat kesehatan suatu negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita dapat dicegah dengan teknologi sederhana di tingkat pelayanan kesehatan dasar, salah satunya adalah dengan menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan internensi yang most Effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), diare, cmpak, malaria, kurang gizi dan yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.

Dewasa ini 45 % kematian bayi terjadi pada usia kuarang dari 1 bulan. Penyebab utama kematian neonatus adalah tetanus neonatorum, gangguan yang timbul pada bayi berat lahir rendah (BBLR ) dan asfiksia. Upaya yang dilakukan untuk mencegah kematian neonatus diutamakan pada pemeliharaan kehamilan sebaik mungkin, pertolongan persalianan “3 bersih” (bersih tangan penolong, alat pemotong tali pusat dan alas tempat tidur ibu) dan peralatan bayi baru lahir yang adekuat termasuk perawatan tali pusat yang higienis.

Selain hal terebut di atas, dilakukan pula upaya deteksi dini neonatus resiko tinggi agar segera dapat diberikan pelayanan yang diberikan.

(4)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana peningkatan pelayanan pada neonatus, bayi, dan balita ?

2. Apa yang dimaksud Deteksi dini komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan dan masyarakat ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui peningkatan pelayanan pada neonatus, bayi dan balita 2. Agar mengetahui deteksi dini komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga

kesehatan dan masyarakat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

(5)

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan yang sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0-28 hari setelah lahir baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :

1. Kunjungan Neonatal Ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam setelah lahir. 2. Kunjungan neonatal ke- 2 (KN 2) dilakuka pada kurun waktu hari ke 3 samapi dengan

hari ke 7 setelah lahir.

3. Kunjungan neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan keehtan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan atau maalah kesehatan pada neonatus. Resiko terbesar pada neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahr di fasilitas ksesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.

Dewasa ini 45 % kematian bayi terjadi pada usia kuarang dari 1 bulan. Penyebab utama kematian neonatus adalah tetanus neonatorum, gangguan yang timbul pada bayi berat lahir rendah (BBLR ) dan asfiksia. Upaya yang dilakukan untuk mencegah kematian neonatus diutamakan pada pemeliharaan kehamilan sebaik mungkin, pertolongan persalianan “3 bersih” (bersih tangan penolong, alat pemotong tali pusat dan alas tempat tidur ibu) dan peralatan bayi baru lahir yang adekuat termasuk perawatan tali pusat yang higienis. Selain hal terebut di atas, dilakukan pula upaya deteksi dini neonatus resiko tinggi agar segera dapat diberikan pelayanan yang diperlukan.

Resiko tinggi pada neonatus meliputi :

1. BBLR (Berat Lahir kurang dari 2500 gram) 2. Bayi dengan tetanus neonatorum

3. Bayi baru lahir dengan asfiksia

4. Bayi dengan ikterus neonatorum (ikterus > 10 hari setelah lahir). 5. Bayi lahir dengan sepsis

6. Bayi lahir dengan berat > 4000 gram 7. Bayi preterm dan post-term

8. Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang

9. Bayi lahir dari proses persalian dengan tindakan. (Syafrudin,2009:225)

(6)

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standart yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :

a. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari-2 bulan b. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3-5 bulan c. Kunjungan bayi satu kali pada umurv6-8 bulan d. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9-11 bulan

Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi.

Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :

a. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/H 1,2,3, campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.

b. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK) c. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6-11) warna biru.

d. Konseling ASI, esklusif, pemberian makanan pendamping ASI e. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan

Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.

(Karwati,2011:132-133)

1. Penilaian, Klasifikasi Dan Pengobatan Bayi Muda Sakit Umur 1 Minggu Sampai 2 Bulan

Memeriksa Kemungkinan Infeksi Bakteri

Klasifikasikan semua bayi muda

Tanyakan: LIHAT, DENGAR dan RABA: 1. Apakah bayi kejang? Anak harus tenang

a. Hitung napas dalam 1 menit. Jika napas cepat, ulangi lagi.

b. Perhatikan adakah tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat. c. Perhatikan pernpasan cuping hidung.

d. Lihat & dengar adanya suara merintih.

e. Lihat & raba adanya ubun-ubun yang cembung. f. Lihat adakah nanah keluar dari telinga.

g. Lihat pusar. Apakah merah atau keluar nanah? Apakah kemerahan meluas sampai ke kulit?

h. Ukur suhu aksila (atau raba tubuhnya apakah teraba panas atau dingin).

(7)

j. Amati apakah bayi letargis atau tidak sadar.

k. Lihat gerakan bayi. Apakah kurang aktif dibandingkan dengan yang normal.

GEJALA KLASIFIKASI

1. Kejang atau

2. Napas cepat (60 kali per menit atau lebih) atau 3. Tarikan dinding dada ke

dalam yang sangat kuat atau

4. Pernapasan cuping hidung atau

5. Suara merintih atau 6. Ubun- ubun cembung

atau

7. Nanah keluar dari telinga atau

8. Pusar kemerahan meluas ke kulit atau

9. Panas (lebih dari 37, 5°C atau teraba panas) atau dingin (kurang 36°C atau teraba dingin)atau

10. Pustul kulit banyak/ parah atau

11. Letargis atau tak sadar atau

12. Gerakan bayi lemah atau kurang dari normal.

KEMUNGKINA

N INFEKSI

BAKTERI YANG SERIUS

13. Pusar kemerahan atau bernanah atau

14. Pustul di kulit.

INFEKSI BAKTERI LOKAL

(8)

Jika ya, tanyakan: a. Sudah berapa lama?

b. Apakah beraknya berdarah (ada darah dalam tinja)? Lihat dan raba:

a. Lihat keadaan umum bayi. Apakah:

1. Letargis atau tidak sadar? 2. Gelisah atau rewel? b. Apakah matanya cekung?

c. Cubit kulit perut untuk mengetahui turgor. Apakah kembalinya:

1. Sangat lambat (lebih dari 2 detik)? 2. Lambat?

Klasifikasikan diare

Untuk dehidrasi

Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda berikut:

a. Letargis atau tidak sadar b. Mata cekung c. Cubitan kulit

perut kembalinya sangat lambat

Dehidrasi berat

Terdapat 2 atau lebih dari tanda- tanda berikut:

a. Gelisah atau rewel.

b. Mata cekung c. Cubitan kulit

perut

(9)

kembalinya lambat Tidak cukup adanya tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan/sedang atau berat.

Tanpa dehidrasi

Jika diare 14 hari atau lebih

Jika diare

berlangsung selama 14 hari atau lebih

Diare persisten berat

Jika ada darah dalam tinja

Ada darah dalam tinja

Mungkin disentri atau gangguan saluran cerna

Memeriksa Masalah Pemberian Minum Atau Berat Badan Rendah:

Jika ya, tanyakan:

1. Adakah kesulitan pemberian minum?

2. Apakah bayi diberi ASI? Jika ya, berapa kali dalam 24 jam ? 3. Apakah bayi di beri makanan atau minuman lain selain ASI?

Jika ya, barapa kali?

Alat apa yang digunakan untuk memberi minum kepada bayi? Lihat:

1. Tentukan berat badan menurut umur

2. Lihat adakah luka atau bercak putih (trush) dimulut. Jika bayi:

1. Mengalami kesulitan minum.

2. Diberi ASI kurang dari 8 kali dalam 24 jam.

3. Diberi minuman atau makanan lain selain ASI, atau 4. Berat badan rendah menurut umurnya,

(10)

a. Apakah bayi diberi ASI beberapa jam sebelumnya?

Jika bayi tidak diberi ASI beberapa jam sebelumnya, mintalah ibu untuk meneteki bayinya. Amati pemberian ASI dengan seksama (jika bayi baru diberi ASI beberapa jam sebelumnya, ibu di minta menunggu, dan memberi tahu jika bayi sudah mau menetek lagi).

b. Apakah bayi bisa melekat dengan baik?

Untuk menilai apakah melekat dengan baik, perhatikan: 1. Dagu bayi menempel payudara ibu dengam baik 2. Mulut terbuka lebar

3. Bibir bawah membuka keluar

4. Areola tampak lebih banyak di bagian atas daripada di bawah mulut. (semua tanda di atas harus ada untuk dapat disebut: melekat dengan baik )

c. Apakah bayi mengisap dengan efektif (mengisap dalam dan lambat diselingi istirahat)?

d. Bersihkan hidung yang tersumbat, jika menghalangi bayi menetek.

Klasifikasikan masalah pemberian minum

1. Tidak bisa minum atau 2. Sama sekali

tidak melekat pada payudara atau

3. Tidak dapat mengisap sama sekali.

Tidak bisa minum kemungkinan infeksi bakteri yang serius

a. Melekat

kurang baik atau

b. Mengisap kurang efektif atau

c. Pemberian ASI kurang dari 8 kali dalam 24 jam atau

(11)

d. Mendapat makanan dan minuman lain selain ASI atau e. Berat badan terhadap umur rendah atau f. Terdapat luka

atau bercak putih di mulut (trush)

Berat badan menurut umur tidak rendah dan tidak ada tanda-tanda pemberian minum yang kurang

adekuat

Tidak ada masalah pemberian minum

1. Memeriksa Pemberian Vitamin A Dan Jadwal Pemberian Vitamin A :

Dosis pemberian sebesar 100.000 IU pada umur 6 bulan samapi 1 tahun Dosis berikutnya sebesar 200.000 IU setiap 6 bulan (sampai umur 5 tahun) setiap Februari dan Agustus. Jika seoarang anak belum mendapatkannya dalam 6 bulan terakhir, berikan satu dosis

2. Vitamin K

Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang berperan dalam pembekuan darah, seperti faktor II,VII,IX,X dan antikoagulan protein C dan S, serta beberapa protein lain seperti protein Z dan M yang belum banyak diketahui perannya dalam pembekuan darah.

Ada tiga bentuk vitamin K yang diketahui yaitu :

a. Vitamin K1 (phytomenadione), terdapat pada sayuran hijau, sediaan yang ada saat ini adalah chemophor dan vitamin K mixed micelles (KMM).

(12)

c. Vitamin K3 (Menadione) yang sering dipakai sekarang merupakan vitamin K sintetik tetapi jarang diberikan lagi pada neonatus karena dilaporkan dapat menyebabkan anemia hemolitik

Secara fisiologis koagulasi yang tergantung vitamin K dalam tali pusat sekitar 50 % dan akan menurun dengan cepat mencapai titik terendah dalam 48-72 jam setelah melahirkan. Kemudian kadar faktor ini akan bertambah secara perlahan selama beberapa minggu tetap berada dibawah kadar orang dewasa. Peningkatan ini disebabkan oleh absorpsi vitamin K dari makanan. Sedangkan bayi baru lahir relatif kekurangan vitamin K karena berbagai alasan, antara lain karena simpanan vitamin K yang rendah pada waktu lahir, sedikitnya transfer vitamin K melalui plasenta, rendahnya kadar vitamin K pada ASI dan sterilitas saluran cerna.

Sediaan vitamin K yang ada di indonesia adalah vitamin K3 (menadione) dan vitamin K1 (phytomenadione). Yang direkomendasikan oleh berbagai negara di dunia adalah vitamin K1. Australia sudah menggunakan vitamin K1 sebagai regimen profilaksis vitamin K pada bayi baru lahir (sejak tahun 1961). Hasil kajian HTA tentang pemberian profilaksis dengan vitamin K adalah Vitamin K1. Selain sediaan injeksi, terdapat pula sediaan tablet oral 2 mg, tetapi absopsi vitamin K1 oral tidak sebaik vitamin K1 intra muskuler, terutama pada bayi yang menderita diare. Disamping efikasi, keamanan bioalavailabilitas dan dosis optimal, sediaan oral untuk mencegah PDVK masih memerlukan penelitian. Pemberian vitamin K, oral memerlukan dosis pemberian selama beberapa minggu (3x dosis oral, masing-masing 2 mg yang diberikan pada waktu lahir, umur 3-5 hari dan umur 4-6 minggu), sebagai konsekuensinya maka tingkat kepatuhan orang tua pasien merupakan suatu masalah tersendiri.

a. Perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK)

PDVK dapat terjadi spontan atau perdarahan karena proses lain seperti pengambilan darah vena atau pada operasi, disebabkan karena berkurangnya faktor pembekuan darah (koagulan) yang tergantung pada vitamin K yaitu faktor II,VII,IX dan X . Sedangkan faktor koagulasi lainnya, kadar fibrinogen dan jumlah trombosit dalam batas normal.

b. Tujuan

1. Tujuan umum:

Menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat PDVK 2. Tujuan khusus :

(13)

b. Tercapainya target pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir yangkomprehensif ditingkat pelayanan dasar.

c. Terlindunginya bayi baru lahir terhadap PDVK

d. Meningkatnya jangkauan dan kualitas pelayanankesehatan bagi bayi baru lahir.

c. Pelaksana

Tenaga kesehatan yang melakukan pertolongan persalinan atau petugas pelayanan kesehatan ibu dan anak disemua unit pelayanan kesehatan.Pelaksanaan pemberian injeksivitamin K1 profilaksis

d. Cara pemberian

1. Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1 profilaksis

2. Jenis vitamin K1 yang digunakan adalah vitamin K1, (phytomenadione) injeksi dalam sediaan ampul yang berisi 10 mg vitamin k1, per 1 ml.

3. Cara pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 adalah :

a) Masukkan vitamin K1 ke dalam semprit sekali pakai steril 1 ml kemudian disuntikkan secara intramuskular di paha kiri bayi bagian anterolateral sebanyak 1 mg dosis tunggal, diberikan paling lambat 2 jam setelah lahir. b) Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B0

(unijeck), dengan selang waktu 1-2 jam.

4. Pada bayi yang akan dirujuk tetap diberikan vitamin K1 dengan dosis dan cara yang sama.

5. Pada bayi yang lahir tidak ditolong bidan, pemberian vitamin K1 dilakukan pada kunjungan neonatal pertama (KN 1) dengan dosis dan cara yang sama. 6. Setelah pemberian injeksi vitamin K1, dilakukan observasi.

(Kemenkes,2010:3-7)

3. Pemberian Pelayanan Tindak Lanjut Pada Bayi Sakit Umur< 2 Bulan 1. Infeksi bakteri lokal

Sesudah 2 hari:

Perhatikan pusar bayi, apakah merah atau keluar nanah? Apakah kemerahan meluas ke kulit sekitarnya?

Perhatikan pustul pada kulit, apakah pustulnya banyak atau parah? Tindakan:

a. Jika nanah atau kemerahan menetap atau bertambah parah, rujuk.

b. Jika nanah atau kemerahan membaik, beritahu ibu untuk menyelesaikan pemberian antibiotik selama 5 hari dan meneruskan pengobatan infeksi lokal di rumah.

2. Masalah pemberian minum/ ASI Sesudah 2 hari:

Lakukan penilaian ulang tentang cara pemberian minum.

(14)

a. Nasihati ibu tentang semua masalah pemberian minum. Nasihati ibu untuk melakukan perubahan cara pemberian minum yang mendasar, ibu diminta datang lagi bersama bayinya.

b. Jika berat badan bayi rendah menurut umurnya, ibu diminta kembali 14 hari sesudah kunjungan pertama, untuk mengetahui penambahan berat badan bayi.

Pengecualian:

Jika tidak yakin akan ada perubahan dalam cara pemberian minum, atau berat badan bayi terus menurun, rujuk.

4. Pemberian Pelayanan Tindak Lanjut Pada Bayi Sakit < 2 Bulan. 1. Berat badan rendah

Sesudah 14 hari:

Timbanglah bayi dan tentukan apakah berat badan bayi menurut umur masih rendah.

Lakukan penilaian ulang tentang cara pemberian minum.

a. Jika berat badan bayi menurut umur tidak lagi rendah, puji ibu dan bangkitkan semangatnya untuk melanjutkan.

b. Jika berat badan bayi menurut umur masih tetap rendah, tetapi sudah mau minum dengan baik, puji ibu. Ibu diminta untuk menimbang bayinya kembali dalam satu bulan atau saat kembali untuk imunisasi.

c. Jika berat badan bayi menurut umur masih rendah dan tetap mempunyai masalah pemberian minum, nasihati ibu tentang masalah pemberian minum tersebut.

Ibu diminta untuk kembali dalam 14 hari (atau saat dia kembali untu imunisasi, jika hal ini berada dalam kurun waktu 2 minggu).

Lanjutkan untuk memeriksa bayi setiap beberapa minggu sampai bayi mau minum dengan baik dan berat badannya bertambah secara teratur atau tidak lagi mempunyai berat badan rendah.

Pengecualian:

Jika tidak yakin akan ada perubahan dalam cara pemberian minum, atau berat badan bayi terus menurun. Rujuk.

2. Luka atau bercak putih di mulut (trush) Sesudah 2 hari:

Lihat adanya luka atau bercak putih di mulut (trush) Lakukan penilaian ulang tentang cara pemberian minum.

a. Jika trush bertambah parah, atau bayi mempunyai masalah dalam menetek, rujuk.

(15)

5. Penilaian Dan Klasifikasi Bayi Muda Umur 1 Hari Sampai 2 Bulan

Tanyakan kepada ibu mengenai masalah bayinya. Tentukan kunjungan ini merupakan kunjungan pertama atau kunjungan ulang untuk msalah yang sama pada bayi muda. Jika merupakan kunjungan ulang, saudara harus memberikan pelayanan tindak lanjut yang akan saudara pelajari pada bab 4.0, pelayanan tindak lanjut. Jika merupakan kunjngan pertama, ikuti langkah –langkah pemeriksaan berikut ini :

1. Periksa semua bayi muda untu kemngkinan kejang, gangguan napas, hipotermia, kemungkinan infeksi bakteri, ikterus dan gangguan saluran cerna. Selanjutnya dibuat klasfikasi berdasarkan tanda atau gejala yang dilakukan.

2. Tanyakan kepada ibu apakah bayi diare. Jika diare periksa gejala atau tanda yang terkait. Klasifikasikan bayi muda untuk dehidrasinya. Klasifikasikan juga ungtuk diare persisten atau mungkin disentri.

3. Periksa bayi untu kemungkinan berat badan rendah atau masalah pemberian ASI. Selanjutnya klasifikasikan bayi muda berdasarkan tanda/gejala yang ditemukan. 4. Tanyakan kepada ibu apakah bayinya sudah di imunisasi. Tentukan status

imunisasi bayi muda.

5. Tanyakan kepada ibu masalah lain seperti kongenital, trauma lahir, perdarahan tali pusat, dan sebagainya.

6. Tanyakan kepada ibu keluhan / masalah ibu yang terkait dengan bayinya.

Jika bayi muda membutuhkan rujukan segera, teruskan pemeriksaan saudara secara cepat. Lewati penilaian pemberian ASI karena akan makan waktu.

a. Memeriksa Dan Mengklasifikasikan Kejang

Pemeriksaan ini dilakukan pada semua bayi muda ketika saudara melakukan kunjungan rumah atau bayi muda datang keklinik saudara. Kejang merupakan gejala kelainan susunan saraf pusat (SSP) dan merupakan keadaan darurat. Kejang pada bayi muda umur <2 hari berhubungan dengan asfiksia, trauma lahir dan kelainan bawaan. Kejang pada umur >2 berkaitan dengan tetanus neonatorum, infeksi dan kelainan metabolic seperti kurangnya kadar gula darah. Pada bayi kurang bulan, kejang lebih sering disebabkan oleh perdarahan intracranial.

(16)

Memeriksa kejang

Tanya :

1. Apakah ada riwayat kejang ?

Lihat dengar, raba

Adakah tanda/gejala berikut:

a. Tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun ?

b. Menangis melengking tiba-tiba?

c. Gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata, atau anggota gerak ?

d. Mulut mecucu?

e. Kaku seluruh badab dengan atau tanpa rangsangan ?

TANYA : Adakah riwayat kejang?

Ajukan pertanyaan ini pada ibu. Riwayat kejang pada episode sakit ini, kadang sulit diketahui. Jika ibu mengatakan bayinya kejang atau ada gerakan yang tidak biasa, pikirkan kemungkinan bayi kejang. Gunakan istilah local yang mdah dimengerti ibu seperti “setep”

LIHAT : Apakah bayi tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun ?

Tremor atau gemetar adalah gerakan halus yang konstan. Tremor disertai kesadaran menurun, kemingkinan bayi kejang. Tremor atau kesadaran menurun biasanya disebabkan oleh kadar gula darah turun. Kesadaran menurun dapat di nilai pada saat membuka pakaian bayi. Jika bayi sadar, ia akan bangun ketika saudara membuka pakaiannya. Jika bayi tidak sadar ia tidak dapat dibangunkan atau tidak bereaksi ketika disentuh.

DENGAR : Apakah bayi menangis melengking tiba-tiba?

Bayi menangis tiba-tiba dengan nada melengking/ terus menerus menunjukkan ada proses tekanan intra cranial yang meninggi, atau kerusakan susunan saraf pusat lainnya.

(17)

Gerakan tidak terkendali berupa gerakan berulang-ulang pada mulut seperti menguap, mengunyah atau mengisap, pada mata seperti kelopak mata berkedip-kedip, adanya gerakan cepat bola mata, mata mendelik (melihat keatas terus), atau bola mata berputar-putar dan pada anggota gerak misalnya kaki seperti mengayuh sepeda, tangan seperti petinju atau gerakan tangan dan atau kaki berulang-ulang satu sisi. Pada bayi normal kadang ditemukan gerakan tidak terkendali, namun gerakan tersebut berhenti ketika disentuh atau di elus-elus, sedangkan pada kejang, gerakan tersebut tetap ada.

LIHAT : Apakah mulut bayi mencucu?

Mulut yang mencucu seperti mulut ikan merupakan tanda yang cukup khas pada tetanus neonatorum.

LIHAT DAN RASA : Apakah bayi kaku seluruh tubuh dengan atau tanpa rangsangan?

Disebut kejang tonik jika seluruh tubuh bayi terlihat kaku disertai fase lemas yang bergantian. Kejang tonik terlihat jika ada rangsangan sentuhan, cahaya atau suara. Kejang seperti ini biasanya pada bayi dengan tetanus.

Klasifkasi kejang

Klasifikasi kejang jika bayi mempunyai tanda/gejala berikut ini. Pada bayi dengan klasifikasi kejang harus segera dlakukan tindakan atau pengobatan dan dirujuk.

A. Memeriksa Dan Mengklasifikasikan Gangguan Napas

Pola napas pada bayi muda tidak teratur, frekuensi napas normal bayi cukup bulan adalah 30-59 kali/menit. Frekuensi napas >60 kali per menit atau <30 kali/ menit dan menetap, menunjukkan ada gangguan napas, biasanya disertai tanda atau gejala bayi biru (sianosis), tarikan dinding dada yang kuat dan dalam, pernapasan cuping hidung serta terdengar suara merintih. Saat menghitung napas, bayi harus dalam keadaan tenang. Bila bayi menangis, minta ibu untuk menenangkan bayinya.

(18)

LIHAT DAN DENGAR

a. Adakah henti napa (apnea) >20 detik? b. Hitung napas dalam 1 menit

Jika napas > 60 kali/menit ulangi lagi Apakah bayi napas cepat (>60 kali/ menit) Atau napas lambat (<30 kali per menit) c. Lihat apakah bayi tampak biru ?

d. Lihat apakah ada tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat/? e. Lihat adakah pernapasan cuping hidung?

f. Dengar apakah bayi merintih ?

LIHAT :Adakah henti npas >20 detik?

Jika bayi terlihat tidak bernapas, saudara segera menghitung 1 sampai 20, jika bayi tidak bernapas ketika hitungan mencapai 20 berarti bayi mengalami apnea.

LIHAT :Hitung napas dalam 1 menit

Hitung napas dalam 1 menit seperti pada anak umur 2 bulan sampai 5 tahun. Jika hitungan pertama >60 kali per menit, ulangi menghitung. Hal ini penting karena pernapasan pada bayi muda sering kali tidak teratur, kadang-kadang berhenti bernapas beberapa detik diikuti dengan periode pernapasan yang lebih cepat. Hitung napas >60 kali/menit, artinya bayi muda bernapas cepat. Hitung napas <30 kali/menit, bayi muda bernapas lambat.

LIHAT :Apakah bayi tampak biru?

Warna kebiruan (sianosis)disekitar mulut dan ujung jari menandakan bayi kekurangan oksigen akibat adanya gangguan napas atau kelainan jantung bawaan. Pada kelainan jantung bawaan mukosa mulut juga kebiruan (sianosis sentral).

LIHAT :Adakah tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat?

Sedikit tarikan dinding dada adalah normal pada bayi muda karena dinding dada masih lunak. Bila ada tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat , mudah terlihat atau menetap,berarti ada gangguan napas.

(19)

Pernapasan cuping hidung adalah pelebaran cuping hidung pada waktu bayi menarik napas. Ada pernapasan cuping hidung menandakan bayi mengalami kesulitan bernapas.

LIHAT dan DENGAR : Apakah bayi merintih?

Merintih adalah suara napas pendek-pendek dan halus yang terdengar saat bayi menghembuskan napas. Terdengar suara merintih menandakan bayi kesulitan bernapas.

Klasifikasi gangguan napas

Gangguan napas pada bayi muda merupakan keadaan yang berbahaya. Jika terjadinya pada awal kehidupan,dapat menyebabkan gangguan dan kerusakan otak yang selanjutnya memberikan kecacatan yang menetap.

Jika pada pemeriksaan ditemukan gejala/tanda diatas, maka klasifikasi bayi muda adalah diklasifikasikan menderita gangguan napas. Lihat bagan berikut ini.

TANDA/GEJALA

Ditemukan satu tanda atau lebih di bawah ini: a. Henti napas (apnea)>20 detik, atau b. Napas cepat >60 kali per menit, atau c. Napas lambat <30 kali per menit, atau d. Bayi tampak biru, atau

e. Tarikan dinding dada kedalam sangat kuat, atau

f. Pernapasan cuping hidung, atau g. Bayi merintih

KLASIFIKASI

Gangguan Napas

Memeriksa dan mengklasifikasikan hipotermia

Ukur suhu badan semua bayi muda pada waktu saudara melakukan kunjungan neonatal atau memeriksa bayi muda diklinik. Suhu normal adalah 36,5 – 37,5 C. suhu <36 C disebut hipotermia. Suhu bayi pada hari-hari pertama kehidupannya mudah turun terutama pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), lahir kurang bulan dan bayi yang mengalami asfiksia. Bayi dengan hipotermia mudah sekali meninggal.

(20)

yang terendah. Jika tidak ada thermometer, saudara dapat meraba bagian tangan, kaki atau badan bayi untuk mengetahui apakah demam atau dingin.

1. Memeriksa hipotermia

Lihat dan Raba :

a. Ukur suhu aksiler dengan thermometer atau raba badan bayi, b. Apakah tangan, kaki atau badan bayi teraba dingin?

c. Apakah bayi mengantuk /letargis?

d. Adakah bagian badan bayi berwarna merah dan mengeras(sklerema)? e. Apakah gerakan bayi kurang dari normal?

PERIKSA : Ukur aksiler dengan thermometer atau raba badan bayi. Apakah tangan, kaki atau tubuh teraba dingin?

Disebut hipotermia jika suhu <36,5 C atau tangan, kaki atau tubuh, teraba dingin disertai gerakan bayi kurang darai normal.

LIHAT : Apakah bayi mengantuk/letargis?

Bayi muda sering tidur tetapi akan terjaga ketika dibangunkan. Bayi muda yang mengantuk/letargis biasanya sukar dibangunkan dan jika terbangun bayi tidak penuh perhatian seperti bayi sehat. Seringkali bayi yang letargis tidak melihat kepada ibunya atau memperhatikan wajah saudara pada waktu saudara memeriksa bayi.

LIHAT DAN RABA : Apakah ada bagian tubuh berwarna merah dan mengeras (sklerema)? Kulit bayi normal berwarna kemerahan, teraba halus dan hangat. Pada hipotermia, kulit bayi nkemerahan mulai dari paha, pipi dan dada, teraba keras (sklerema) dan dingin. Raba kulir perut, ketiak dan kaki untuk mencari bagian-bagian yang mengeras dan teraba dingin.

LIHAT : Apakah gerakan bayi kurang dari normal ?

Bayi sehat terlihat aktif, gerakan kaki dan tangan simetris pada saat terjaga, posisi ekstremitas dalam keadaan fleksi. Memperhatikan gerakan bayi dapat dilakukan bersamaan ketika saudara melakukan pemeriksaan.

1. Klasifikasi Hipotermia

Dalam mengklasifikasikan hipotermia, lihat tanda dan gejala yang terdapat pada bagan dibawah ini. Pilihlah klasifikasi yang sesuai dengan tanda/gejala yang saudara temukan.

TANDA/GEJALA a. Suhu badan < 36 C, atau

b. Seluruh badan teraba dingin disertai salah satu tanda berikut :

1. Nengantuk/letargis, atau

KLASIFIKASI

(21)

2. Ada bagian badan bayi berwarna merah dan mengeras (sklerema).

c. Suhu badan 36 C-36,2 C atau

d. Kaki/tangan teraba dingin yang disertai gerakan bayi kurang dari normal.

HIPOTERMI SEDANG

6. Cara menggunakan formulir pencatatan bayi muda umur 1 hari sampai 2 bulan

berikut ini adalah sebagian dari formulir pencatatan bayi muda. Baris atas berisi identitas, suhu badan, keluhan dan jeni kunjungan/kontak dengan bayi muda. Bagian selanjutnya merupakan catatan penilaian dan klasifikasi bayi muda. Pengisian formulir pencatatan bayi muda sedikit berbeda dengan formulir pencatatan balita sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun. Apabila hasil penilaian saudara tidak ditemukan klasifikasi penyakit, maka saudara harus member tanda garis (-) pada kolom Klasifikasi, kecuali pada penilaian untuk diare. Jika bayi tidak diare, tidak perlu member tanda (-) karena saudara sudah member tanda (v) pada pernyataan TIDAK.

Pelajari contoh formulir di berikut ini yang telah diisi untuk menunjukkan sebagian dari hasil penilaian dan klasifikasi untuk bayi muda.

FORMULIR PENCATATAN BAYI MUDA UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN Tanggal : 12 januari 2003

Nama bayi : Sasi Nama orang tua : Rian Alamat :Dukak tretes Umr : 3 hari Berat badan :3000 gram. Suhu badan : 36,2 C TANYAKAN :Bayi ibu sakit apa? Sesak kunjungan pertama?V kunjungan ulang ?

PENILAIAN (lingkarilah semua gejala yang ditemukan)

KLASIFIKAS I

TINDAKAN/ PENGOBATAN

MEMERIKSA KEJANG 1. Ada riwayat kejang

2. Terdapat tanda/gejala kejang

a. tremor dengan atau tanpa kesadran menurun

b. menangis melengking

c. gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata, atau anggota gerak

d. mulut mecucu

e. kaku seluruh tubuh dengan atau tanpa rangsangan.

(22)

-MEMERIKSA GANGGUAN NAPAS 1. napas berhenti lebih dari 20 detik.

2. Hitung npas dalam 1 menit 64 kali/menit a. Ulangi jika > 60 kali/menit, hitung napas

kedua 67 kali/menit. Napas cepat b. Napas lambat (<30 kali per menit). 3. Bayi tampak biru

4. Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat

5. Pernapasan cuping hidung 6. Bayi merintih

Gangguan Napas

MEMERIKSA HIPOTERMIA

1. Suhu badan <36 C antara 36 C-36,4 C 2. Seluruh badan teraba dingin disertai

a. Mengantuk/letargis atau

b. Ada bagian tubuh bayi berwarna merah dan mengeras (skleremal).

c. Kaki/ tangan teraba dingin disertai gerakan bayi kurang normal.

Hipotermi sedang

C. Pelayanan Kesehatan Anak Balita

5 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah yang lebih berat.

Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan dengan mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan jajarannya seperti Dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang peduli dengan anak.

(23)

yang most Effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), diare, cmpak, malaria, kurang gizi dan yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.

Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita, Departemen Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan implementasinya dimulai 1997 dan saat ini telah mencakup 33 provinsi.

Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi : 1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam

buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak blita di bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.

2. Stimulasi Deteksi Dini dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung.

3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali setahun warna merah. 4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita.

5. Pelayanan anak balita sesuai standart dengan menggunakan pendekatan MTBS. (Karwati,2011:133-134)

Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun

Memeriksa tanda-tanda bahaya umum

TANYAKAN: LIHAT:

1. Apakah anak bisa minum atau menetek?

1. Apakah anak tampak letargis/tidak sadar

2. Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?

3. Apakah anak menderita kejang?

(24)

Gunakan Semua Kotak Yang Sesuai Dengan Keluhan/Masalah Anak Untuk Mengklasifikasikan Penyakit.

TANYAKAN KELUHAN UTAMA:

Apakah anak menderita batuk atau sukar bernapas?

Klasifikasikan batuk atau sukar bernapas

Jika ya,

Tanyakan: lihat, dengar: ANAK HARUS TENANG Berapa lama?

1. Hitung napas dalam 1 menit

2. Perhatikan, adakah tarikan dinding dada ke dalam 3. Lihat dan dengar adanya stridor

Pneumonia berat atau penyakit sangat berat

KLASIFIKASI

Pneumonia

Batuk: bukan pneumonia

Tidak ada tanda-tanda pneumonia atau penyakit sangat berat.

D. Komplikasi Kebidanan dan Neonatus Oleh Tenaga Kesehatan Maupun Masyarakat

Deteksi dini kehamilan dengan factor risiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai risiko dan komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal, tetapi tetap mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya factor risiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya.

Factor risiko pada ibu hamil adalah:

(25)

b. Anak lebih dari 4

c. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.

d. Kurang energy kronik (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama kehamilan.

e. Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl.

f. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang belakang.

g. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini. h. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain: tuberkolosis, kelainan

jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endrokrin (diabetes mellitus, sistemik lupus-eritematosis,dll), tumor dan keganasan.

i. Riwayat kehamilan buruk : keguguran berulang, kehamilan ektopik terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat congenital.

j. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesaria, ekstrasi vakum/forceps.

k. Riwayat nifas dengan komplikasi : pendarahan pasca persalinan, infeksi masa nifas, psikosis post partum (post partum blues).

l. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat congenital.

m. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dempit, monster. n. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, janin besar.

o. Kelainan letak dan posisi janin : lintang/oblique, sungsang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu.

Catatan : penambahan berat badan ibu hamil yang normal adalah 9-12 kg selama kehamilan.

(Hermawan,2011:12-13)

18 PENAPISAN

Nama :

Tanggal :

Jam :

N O

Kriteria Ya Tidak

(26)

2. Perdarahan pervaginam 3. Persalinan kurang bulan

4. Ketuban pecah denganbmekonium yang kental 5. Ketuban pecah lama (>24 jam)

6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (<37 minggu)

7. Ikterus 8. Anemia berat

9. Tanda /gejala infeksi

10. Pre eklampsia / hipertensi dalam kehamilan 11. Tinggi fundus uteri 40 cm atau lebih

12. Gawat janin

13. Primi para dalam fase aktif, kepala masih 5/5 14. Presentasi bukan belakang kepala

15. Presentasi ganda (majemuk) 16. Kehamilan ganda atau gemeli 17. Tali pusat menumbung 18. Syok

1. Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas

Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain: 1) Ketuban pecah dini.

2) Perdarahan pervaginam :

a. Ante partum : keguguran, plasenta previa, solusio plasenta. b. Intra partum : robekan jalan lahir.

c. Post partum : atonia uteri, retensio plasenta, plasenta inkarserata, kelainan pembekuan darah, sub involusi uteri.

3) Hipertensi dalam kehamilan (HDK) : tekanan darah tinggi (sistolik > 140 mmHg, diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pretibial.

4) Ancaman persalinan premature.

5) Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, tifus abdominal, sepsis. 6) Distosia : persalinan macet, persalinan tak maju.

7) Infeksi masa nifas.

Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat penanganan yang adekuat difasilitas pelayanan kesehatan. Factor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Oleh karenanya deteksi factor risiko pada ibu baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah kematian dan kesakitan ibu.

(27)

2. Penanganan Komplikasi Kebidanan

Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitive sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompetensi pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Diperkirakan sekitar 15-20 % ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan, komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga sebelumnya. Oleh karenanya harus persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat segera dideteksi dan ditangani.

Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi kebidanan maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan obstetri dan neonatal emergency secara berjenjang mulai dari bidan, puskesmas mampu PONED sampai rumah sakit PONEK 24 jam.

Pelayanan medis yang dapat dilakukan dipuskesmas mampu PONED meliputi :

1. Pelayanan obstetric :

a. Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.

b. Pencegahan dan penanganan hipertensi dalam kehamilan (pre-eklampsi dan eklampsi)

c. Pencegahan dan penanganan infeksi d. Penanganan partus lama/mancet e. Penanganan abortus.

f. Stabilisasi komplikasi obstetric untuk dirujuk dan transportasi rujukan. 2. Pelayanan neonates :

a. Pencegahan dan penanganan asfiksia b. Pencegahan dan penanganan hipotermi c. Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR)

d. Pencegahan dan penanganan infeksi neonates, kejang neonates dan ikterus ringan-sedang.

e. Pencegahan dan penanganan gangguan minum

Stabilisasi komplikasi neonates untuk dirujuk dan transportasi rujukan. ( Karwati, 2011 : 130-131).

3. Deteksi dini pada neonates

Deteksi dini pada neonatus dengan melihat tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai berikut :

1. Tidak mau minum/menyusu atau memuntahkan semua 2. Riwayat kejang.

3. Bergerak hanya jika dirangsang atau letargis. 4. Frekuensi nafas <=30x/menit >=60x/menit. 5. Suhu tubuh <=35,5 C dan >=37,5 C

6. Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat 7. Merintih

(28)

9. Nanah banyak di mata

10. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut

11. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat 12. Timbul kuning atau tinja berwarna pucat

13. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI 14. BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah <2500 gram

15. Kelainan congenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit. ( Karwati, 2011 : 129-130).

4. Komplikasi pada neonates

Komplikasi pada neonatus antara lain:

1. Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir rendah < 2500 gr) 2. Asfiksia

3. Infeksi bakteri 4. Kejang

5. Ikterus 6. Diare 7. Hipotermia

8. Tetanus neonatorum 9. Masalah pemberian ASI

10.Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan congenital,dll. ( Hermawan, 2011 : 14).

5. Pelayanan Neonatus dengan komplikasi

Pelayaanan neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian oleh dokter/bidan/perawat terlatih di polindes, puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin dan rumah sakit pemerintah/swasta.

Diperkirakan sekitar 15% dari bayi lahir hidup akan mengalami komplikasi neonatal. Hari pertama kelahiran bayi sangat penting. Oleh karena banyak perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim kepada kehidupan di luar rahim. Bayi baru lahir yang mengalami gejala sakit dapat cepat memburuk, sehingga bila tidak ditangani dengan adekuat dapat terjadi kematian. Kematian bayi sebagian besar terjadi pada hari pertama, minggu pertama kemudian bulan pertama kehidupannya.

Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses dan kualitas penangan komplikasi neonatus tersebut antaralain penyediaan puskesmas mampu PONED dengan target setiap kabupaten/kota harus mempunyai minimal 4 (empat) puskesmas mampu PONED

(29)

puskesmas dan melakukan rujukan ke RS/RS PONEK pada kasus yang tidak mampu ditangani.

Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini, diharapkan RSU Kabupaten/Kota mampu melaksanakan pelayanan obstetridan neonatal emergensi komprehensif (PONEK) yang sipa selama 24 jam. Dalam PONEK, RSU harus mampu melaksanakan pelayanan emergensi dasar dan pelayanan operasi seksio sesaria, perawatan neonatus serta transfusi darah .

Dengan adanya puskesmas mampu PONED dan RS mampu PONEK maka kasus-kasus komplikasi kebidanan dan neonatal dapat ditangani secara optimal sehingga dapat mengurangi kematian ibu dan neonatus.

( Karwati, 2011 : 131-132).

(30)

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan yang sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0-28 hari setelah lahir baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standart yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.

Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan dengan mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan jajarannya seperti Dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang peduli dengan anak.

Deteksi dini kehamilan dengan factor risiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai risiko dan komplikasi kebidanan.

Pelayaanan neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian oleh dokter/bidan/perawat terlatih di polindes, puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin dan rumah sakit pemerintah/swasta.

Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitive sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompetensi pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.

DAFTAR PUSTAKA

Karwati dkk.,2011, Asuhan Kebidanan V kebidanan komunitas, Jakarta :

Trans Info Media.

(31)

Syafrudin, Hamidah,2009, Kebidanan Komunitas, Jakarta : EGC

Referensi

Dokumen terkait

Pasal 206 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menegaskan bahwa urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup, (1) urusan

total Nilai Aktiva Bersih kurang dari nilai yang setara dengan Rp 10.000.000.000,- (sepuluh miliar Rupiah) selama 120 (seratus dua puluh) Hari Bursa secara berturut- turut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi yang digunakan untuk berbisnis dalam dunia pendidikan, penerapan strategi bisnis yang digunakan pada Lembaga

Penelitian ini difokuskan pada struktur paragraf deduktif dalam buku teks pelajaran bahasa Indonesia karena pengetahuan tentang struktur sebuah paragraf itu sangat

Hasil penelitian diatas membuktikan bahwa pemberian asetaminofen dosis bertingkat yaitu 1200mg/kg BB, 2400mg/kg BB, dan 4800mg/kg BB peroral

Mengingat bahwa umat Israel pada jaman perjanjian lama merupakan umat perjanjian Allah, umat pilihan Allah yang dipilih oleh Allah sendiri untuk menjadikan

Hasil analisis didapatkan OR pada variabel efikasi diri adalah 7.050 artinya mahasiswi dengan efikasi negatif akan meningkatkan 7.050 kali lebih berisiko melakukan seks pra

Koperasi Simpan Pinjam Menurut Peraturan Pemerintah ialah kegiatan usaha simpan pinjam adalah kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun dana dan menyalurkannya melalui