• Tidak ada hasil yang ditemukan

C 1 DOKUMEN USULAN TEKNIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "C 1 DOKUMEN USULAN TEKNIS"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

C. Bab C Tanggapan dan Saran Terhadap KAK

C.1 Tanggapan dan Saran Terhadap KAK

Sebelum memberikan tanggapan dan saran terhadap KAK, Usaha Perusahaan Kami sebagai konsultan penyedia jasa dalam memahami Kerangka Acuan Kerja (KAK), melakukan serangkaian kegiatan di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Membaca KAK dan berusaha untuk mengerti keseluruhan substansinya. 2. Mengikuti Aanwijzing/ penjelasan yang diberikan oleh Panitia Pelelangan,

berusaha bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti atau adanya tambahan penjelasan.

3. Menyiapkan tim kerja yang bekerja secara simultan dan sinergis.

4. Studi literatur tentang peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan terbaru, kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, serta rencana/ studi-studi terkait yang memiliki korelasi dengan tema studi/pekerjaan yang akan dilakukan.

(2)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

yang terkait dengan pemanfaatan panas bumi juga pemetaan sosial ekonomi.

6. Mendiskusikan substansi pokok dan point-point penting pada intern tim penyusun proposal/ usulan teknis untuk mendapatkan kesamaan persepsi dan pandangan di antara sesama tim penyusun.

7. Melakukan kegiatan kajian-kajian serta pengkayaan materi-materi teknis terkait kegiatan khusus secara komprehensif rnaupun detail.

Upaya di atas adalah langkah awal yang menjadi pertimbangan konsultan dalam melaksanakan pekerjaan. Secara keseluruhan rangkaian kegiatan dalam memahami substansi dari KAK kegiatan penyusunan Social Mapping dan

Social Engineering dalam Pengembangan Panas Bumi, dapat dilihat pada

diagram alir di bawah ini.

KAK

AANWIJZING

PEMAHAMAN TERHADAP KAK

SURVEY LITERATUR/ DOKUMEN TERKAIT KAJIAN & STUDI

LITERATUR

Gambar C.1 Diagram Proses Pemahaman KAK

C.1.1 Tanggapan dan Saran Terhadap Latar Belakang

Konsultan memahami dengan cukup jelas, yang menjadi latar belakang dari kegiatan Social Mapping dan Social Engineering dalam Pengembangan Panas Bumi.

(3)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

59 dan Pasal 61 UU no. 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi yang menyatakan bahwa Menteri melakukan Pembinaan dan Pengawasan terhadap penyelengaraan Panas Bumi untuk untuk pemanfaatn langsung dan pemanfaatan tidak langsung yang dilakukan oleh pemegang ijin usaha Panas Bumi.

Kegiatan ini juga didasari oleh dua Peraturan Menteri ESDM yaitu : Permen ESDM No. 11 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Panas Bumi dan Permen ESDm No. 02 Tahun 2009 tentang Penugasan Survei Pendahuluan Panas Bumi.

Selain Kebijakan Perundangan dan Kebijakan Menteri ESDM, kegiatan ini juga didasari oleh Gambaran Umum kegiatan yang intinya Kebutuhan energi nasional saai ini masih tinggi dan 49,7% diantaranya dipaok dari energi fosil konvensional. Dimanan saat ini cadangannya makin menipis dimana prosentase Reserve to Production Ratio tinggal 12 tahun.

Kondisi tersebut memaksa pemerintah beralih ke energi alternatif yang lebih ramah lingkungan, bersih dan dapat diperbarui dan terutama kita memiliki cadangan yang besar. Maka pemerintah mulai melirik cadangan energi baru dan terbarukan yang potensial yang dimiliki Indonesia, salah satunya Energi Panas Bumi. Potensi Panas Bumi yang kita miliki saat ini sangat besar yaitu sekitar 29 MW dan saat ini baru dimanfaatkan untuk listrik sekitar 1.438,5 MW atau baru sekitar 4,8%.

Pemerintah dalam hal Direktorat Panas Bumi, memiliki peran penting dalam pemanfaatan energi panas bumi melaui penetapan regulasi dan kebijakan pemanfaatn Panas Bumi. Melalui kegiatan Social Mapping dan Social Engineering ini, diharapkan Direktorat Panas Bumi memilik dara akurat tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat di daerah yang memilki WKP Panas Bumi sebagai data atu bahan tambahan selain data teknis Lapangan Pana Bumi untuk keperluan lelang WKP Panas Bumi.

(4)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

kebutuhan industri listrik, misalnya. Dengan dasar hukum tersebut selanjutnya dari hasil studi dan perencanaan ini bisa ditindak lanjuti dengan serangkaian langkah untuk membangun instalasi energi dengan basis panas bumi di wilayah yang sudah dilakukan studi ini. Berikutnya paparan tentang gambaran umum yang menjadi latar belakang rencana kegiatan ini menjelaskan alasan mengapa diperlukan rencaan studi ini dan realisasi pengembangannya kelak. Ini sangat penting untuk menjadi pijakan dan justifikasi program pembangunan di bidang energi terkait dengan kebutuhan di satu sisi dan potensi yang dimiliki di lain sisi. Dalam KAK diterangkan juga bahwa hasil kegiatan ini akan memberi manfaat bagi beberapa pihak, yakni perusahaan yang akan mengembangkan industri panas bumi ini, Kementerian ESDM, khususnya Direktorat Panas Bumi yang memiliki otoritas pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan industri tersebut, serta pemerintah di daerah terkait maupun pemangku kepentingan lain, seperti masyarakat terkena dampak, misalnya.

C.1.2 Tanggapan dan Saran Terhadap Maksud dan Tujuan

Meskipun KAK sudah dirumuskan dengan baik, namun apabila hendak disempurnakan, maka ada beberapa hal yang perlu dan/atau dapat ditambahkan guna memberikan arahan lebih jelas. Mengacu pada rancangan program singkat atau proyek pengembangan yang dijiwai oleh kerangka hasil (result framework) dan kerangka kerja logis (Logical framework), maka yang perlu ditambahkan kedalam KAK ini adalah rumusan “tujuan” dilakukannya studi pemetaan dan rekayasa sosial, serta keluaran atau output yang hendak dicapai. Hasil konsultasi Pengusul dengan Panitia atau Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk pekerjaan ini, diketahui bahwa maksud dari pekerjaan ini adalah meminimalisir permasalhan sosial yang akan dihadapi pada lokasi yang akan dikembangkan pengusahaan panas bumi sejak lelang pekerjaan ini hingga pemanfaatan industri panas bumi nanti.

Masalah aspek sosial masyarakat selalu muncul dalam kegiatan pembangunan, juga dalam pengembangan panas bumi, dan masalah ini tidak boleh dianggap sebelah mata. Justru pemerintah selalu melibatkan masyarakat dalam setiap gerak pembangunan di wilayahnya.

(5)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

yang akan dikembangkan pengusahaan panas bumi. Data atau informasi sosial masyarakat tersebut selanjutnya akan dipakai sebagai data pegangan bagi opelaku bisnis panan bumi, selain data teknis, dimana data atau informasi ini bertujuan untuk mengantisipasi gejolak sosial di masyarakat sehingga pelaku bisnis panas bumi bisa mempersiapkan hal – hal yang bersifat pencegahan.

Sedangkan tujuan pekerjaan ini adalah pertama, menyediakan peta sosial permasalahan yang tengah dan akan dihadapi oleh Pemerintah atau pengembang, dan kedua, memberikan saran atau rekomendasi rekayasa sosial yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tersebut. Klarifikasi tersebut sangat menolong, meskipun secara implisit bisa ditangkap dari uraian lain didalam KAK, tapi klarifikasi tersebut mempertegas dan menghapus keraguan substansinya.

Permasalahan sosial masyarakat selalu komplek dan butuh penanganan yang serius serta hati-hati. Gejolak masyarakat sebaiknya bisa diredam jika kita mengetahui akar permasalaahannya. Pola penanganan yang baik dan bijak adalah kita bisa mencegah sebelum gejolak tersebut timbul.

Untuk itu pemerintah data atau informasi sosial masyarakat di lokasi pengembangan panas bumi. Data atau informasi tersebut merupakan suatu peta permasalahan aspek sosial masyarakat yang memuat permasalahan yang akn dan dihadapi pemerintah atau pengembang dan memberikan saran atau rekomendasi rekayasa sosial yang dapat dilakukan untuk menangani masalah sosial tersebut.

Social Mapping adalah proses penggambarn masyarakat yang sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi mengenai masyarakat termasuk di dalamnya profile dan masalah sosial yang ada pada masyarakat tersebut.

Dengan kegiatan Social Mapping dan Social Engineering dalam pengembangan panas bumi akan dapat terpetakan kondisis sosial dari Wilayah Kerja Panas Bumi yang akan dilelang sehingga diharapkan selain data-data teknis lapangan juga tersedia rekomendasi sosial masyarakat sekitar.

C.1.3 Tanggapan dan Saran Terhadap Ruang Lingkup Lokasi

Kerangka Acuan Kerja telah ruang lingkup lokasi dari Social Mapping

(6)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

lokasi adalah Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Oka-Ile Ange di Kabupaten Flores Timur Provinsi NTT dan WKP Gunung Endut di Kabupaten Lebak Provinsi Banten.

KAK akan menjadi lebih menolong apabila menyajikan juga gambaran ringkas tentang wilayah studi sebagai informasi awal tentang lokasi yang akan menjadi sasaran studi. Keterangan yang ada berupa WKP (Wilayah Kerja Panas Bumi), tidak terlalu jelas cakupan administrasinya atau tata guna lahannya, kecuali tingkat Kabupaten. Pengusul percaya bahwa pihak pemberi kerja mempunyai data atau informasi singkat mengenai wilayah kerja pengembangan panas bumi yang menjadi sasaran studi.

C.1.4 Tanggapan dan Saran Terhadap Ruang Lingkup Kegiatan

Kerangka Acuan Kerja Social Mapping dan Social Engineering dalam Pengembangan Panas Bumi. Ruang lingkup tersebut, Konsultan ilustrasikan dalam bentuk bagan alur pemahaman ruang lingkup kegiatan.

(7)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

C.1.5 Tanggapan dan Saran Terhadap Strategi Pencapaian Keluaran

Dalam Kerangka Acuan Kerja, secara ringkas dijelaskan tentang strategi pelaksanaan kegiatan ini agar bisa memberikan hasil atau keluaran (output) yang diharapkan. Ini meliputi metodologi dan tahapan pelaksanaan. Metodologi untuk pengumpulan data dan informasi diarahkan melalui pengumpulan data sekunder dan data primer. Pengumpulan data sekunder memang perlu dilaksanakan terlebih dahulu karena dari sini bisa dirancang rincian tentang rencana pengumpulan data dan informasi pada tahap berikutnya yakni pengumplan data primer. Pengumpulan data sekunder dapat dilakukan di Jakarta, di tingkat kabupaten dan di lapangan, sedangkan data primer akan dikumpulkan di lokasi studi melalui berbagai metode. Secara lebih lengkap metodologi ini akan dipaparkan oleh Pengusul dalam bagian berikutnya.

C.1.6 Tanggapan dan Saran Terhadap Keluaran

Keluaran atau output atau hasil yang diharapkan dalam KAK dinyatakan berupa “laporan social mapping dan social engineering dalam pengembangan panas bumi”, pernyataan tersebut sesungguhnya adalah sumber verifikasi bahwa pekerjaan ini dilaksanakan.1 Dalam konteks pertanggung jawaban keuangan,

laporan tersebut menjadi “deliverable” yang harus disampaikan kepada PPK dan syarat unutk pembayaran. Dalam bagian berikutnya, Pengusul akan merumuskan tujuan dan keluaran atau output sebagai bagian dari isi dokumen usulan ini.

C.1.7 Tanggapan dan Saran Terhadap Kebutuhan Personil

KAK cukup jelas memberikan petunjuk tentang personil untuk pekerjaan ini, terutama deskripsi tugas setiap tenaga ahli yang memang terkait dengan issue yang akan dihadapi dalam studi pemetaan sosial ini. Di samping itu dijelaskan tentang lokasi kegiatan ini, serta panduan tentang jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini. Hal itu penting untuk pertimbangan rencana operasional bagi Pengusul. Di dalam KAK juga diberikan keterangan tentang laporan yang harus dihasilkan dengan muatannya, sangat membantu mengarahkan Pengusul dalam mengolah dan menganalisis data yang diperoleh serta deskripsi yang perlu dikembangkan.

1Dalam Log-frame, tabel terdiri atas 4 kolom: pernyataan tujuan, indikator, sumber

(8)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

Kebutuhan personil yang dimuat dalam KAK, khususnya Tenaga Ahli, sangat komprehensif dan sesuai dengan issue atau pokok-pokok persoalan di lapangan. Namun, Pengusul menganggap ada satu tenaga ahli yang masih diperlukan, yakni ahli pemetaan atau GIS. Tenaga ahli ini yang akan mengkoordinasikan kegiatan pemetaan ditingkat masyarakat berupa sketsa dengan berbagai tekniknya, ataupun pembuatan peta teknis (ArcGIS) bila dianggap perlu. Pemetaan menjadi sangat penting dalam kaitan demografi dan tata guna lahan, serta status wilayah di mana akan dikembangkan usaha panas bumi, di samping tentu saja berbagai hal terkiat isu sosial. Sebaliknya, tenaga ahli psikologi dan hukum mungkin bisa dirangkap oleh tenaga ahli yang lain sejauh mereka cukup berpengalaman. Persyaratan yang dibuat pemberi pekerjaan bahwa tenaga ahli berpengalaman minimal 8 tahun adalah waktu yang cukup lama. Kalaupun ditemukan kasus-kasus berkaitan dengan psikologi dan hukum, maka Pengusul bisa menganggarkan untuk konsultasi singkat dengan tenaga ahli tersebut.

C.1.8 Tanggapan dan Saran Terhadap Waktu Pelaksanaan

Dalam Kerangka Acuan Kerja disebutkan mengenai penjadwalan pelaksanaan kegiatan, yang digambarkan pada tabel di bawah ini.

Tabel C.1 Jadual Pelaksanaan Kegiatan Berdasarkan KAK

Tahapan Kegiatan Bulan Ke- 1 2 3 4

Persiapan

Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung

Studi Literatur dan pendataan awal

Kunjungan lapangan, pelaksanaan survey detail

Rapat pembahasan

Pembuatan laporan

(9)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

C.2 Tanggapan dan Saran Terhadap Fasilitas Pendukung

Untuk membantu memudahkan kelancaran pelaksanaan pekerjaan Social Mapping dan Social Engineering dalam Pengembangan Panas Bumi, maka diperlukan fasiltas pendukung yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut agar terlaksana secara tepat waktu dan tercapainya maksud, tujuan serta keluaran dari pekerjaan tersebut. Fasilitas ini dibutuhkan baik dalam pengerjaan di kantor konsultan ataupun saat diskusi dan pertemuan di kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menjadi lokasi pekerjaan Social Mapping dan Social Engineering dalam Pengembangan Panas Bumi. Fasilitas pendukung yang akan digunakan pada pekerjaan ini antara lain:

Tabel C.2 Daftar Fasilitas Pendukung yang Akan Dipergunakan Saat Pelaksanaan Pekerjaan Social Mapping dan Social Engineering dalam

Pengembangan Panas Bumi

No. Fasilitas Pendukung Keterangan

1 Komputer dan printer akan menggunakan komputer dan printer milik

Perusahaan

2 Software pengolah data akan menggunakan software sesuai dengan kebutuhan pekerjaan

3 Scanner akan menggunakan scanner milik Perusahaan

4 Multimedia projector Akan dipergunakan saat melakukan diskusi dan rapat kerja di intern perusahaan dan di kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Utara, juga di lokasi kegiatan

5 Kamera Digital akan menggunakan milik perusahaan untuk

mendokumentasikan kegiatan pekerjaan saat survey lapangan, rapat serta kegiatan lainnya yang

berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan

6 Alat komunikasi Telepon

dan Faximile

akan menggunakan alat komunikasi milik perusahaan

7 Ruangan kantor akan menggunakan kantor konsultan milik sendiri dan

berkedudukan di Manado

8 Ruang pertemuan untuk kegiatan diskusi dan pembahasan di Manado, dan

juga dipersiapkan di lokasi kegiatan

9 Kendaraan operasional akan menggunakan kendaraan operasional milik sendiri,

sedangkan untuk kegiatan lapangan dengan cara sewa

10 GPS untuk mendukung survey lapangan dalam menentukan

(10)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

C.3 Pemahaman Substansi Pekerjaan

C.3.1 Pemahaman Kebijakan Terkait

Kebijakan terkait pelaksanaan kegiatan ini adalah Undang-undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi. Pelaksanaan kegiatan Social Mapping dan

Social Engineering dalam Pengembangan Panas Bumi merupakan

implementasi dari amanat Undang-undang Nomor 21 Tahun 2014 pasal 59 dan pasal 61. Pasal 59 mengamanatkan pada ayat (1) Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Langsung yang dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Pada pasal 61 tertulis Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung yang dilakukan oleh pemegang Izin Panas Bumi.

Pembinaan ini diwujudkan dengan penyusunan kegiatan Social Mapping dan Social Engineering dalam Pengembangan Panas Bumi untuk selanjutnya dilaksanakan studi lanjutan mengenai pemanfaatan pengembangan panas bumi.

C.3.2 Pemahaman Social Mapping

C.3.2.1 Definisi Social Mapping

Pemetaan sosial (social mapping) merupakan upaya mengidentifikasi dan memahami struktur sosial (sistem kelembagaan dan individu) tata hubungan antar lembaga dan atau individu pada lingkungan sosial tertentu. Pemetaan sosial dapat juga diartikan sebagai social profiling atau

“pembuatan profil suatu masyarakat“Identifikasi kelembagaan dan individu ini dilakukan secara akademik melalui suatu penelitian lapangan, yakni mengumpulkan data secara langsung, menginterpretasikannya dan menetapkan tata hubungan antara satu dengan lain satuan sosial dalam kawasan komunitas yang diteliti (Dody Prayogo, 2003).

(11)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

diperolehnya program prioritas dan alokasi sumber dalam penguatan kelompok sosial prioritas dan alokasi sumber dalam penguatan kelompok sosial masyarakat dari pengaruh budaya-budaya luar secara efisien, efektif dan berkelanjutan.

C.3.2.2 Tujuan Pemetaan Sosial

Secara khusus pemetaan sosial bertujuan agar:

1. Tersusunnya indikator bobot masalah dan jangkauan fasilitas pelayanan sosial dalam kegiatan penguatan;

2. Diperolehnya peta digitasi sebagai dasar pengembangan informasi untuk penguatan kelompok-kelompok sosial;

3. Diperolehnya peta-peta fematik dengan sistem informasi geografis (GIS), sehingga diketahui berbagai pengaruh budaya-budaya luar;

4. Tersusunnya prioritas rencana program penguatan berdasarkan jenis masalah dan satuan wilayah komunitas yang ada pengaruhnya dari budaya-budaya luar;

5. Dapat ditentukan alokasi program prioritas untuk kegiatan penguatan; 6. Sebagai langkah awal pengenalan lokasi dan pemahaman terhadap kondisi

masyarakat;

7. Untuk mengetahui kondisi sosial masyarakat;

8. Sebagai dasar pendekatan dan metoda pelaksanaan melalui sosialisasi dan pelatihan;

9. Sebagai dasar penyusunan rencana kerja yang bersifat taktis terhadap permasalahan yang dihadapi; dan

10. Sebagai acuan dasar untuk mengetahui terjadinya proses perubahan sikap dan perilaku pada masyarakat.

C.3.2.3 Manfaat Pemetaan Sosial

Dalam pada itu pemetaan sosial mempunyai manfaat praktis antara lain: 1. Pemetaan masalah sosial dan potensi/sumber sosial yang merupakan bagian

dari analisis situasi dan analisis kebutuhan untuk kegiatan penguatan.

2. Gambaran dasar survei disajikan dalam bentuk struktur ruang/daerah lebih komukatif.

(12)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

C.3.2.4 Jenis Pemetaan Sosial

Social mapping sebenarnya bisa dilakukan oleh siapa saja, asalkan tahu data apa yang akan dicari dan bagaimana mencarinya. Serta kemampuan komunikasi dan menggali data di lapangan. Untuk itu di pecahkan menjadi dua bentuk :

1. Internal

Social mapping yang dilakukan oleh pihak bagian dari lembaga itu sendiri di antaranya oleh:

a. Person In Charge (PIC)

b. Community Development Officer c. Petugas Lapangan

2. Independent

Social mapping yang dilakukan oleh pihak diluar dari lembaga itu sendiri

diantaranya oleh:

a. Akademisi b. LSM

c. Lembaga penelitian

C.3.2.5 Output yang Diharapkan

Output pemetaan sosial adalah sebagai berikut:

1. Data Demografi : jumlah penduduk, komposisi penduduk menurut usia, gender, mata pencaharian, agama, pendidikan, dll.

2. Data Geografi : topografi, letak lokasi ditinjau dari aspek geografis, aksesibilitas lokasi, pengaruh lingkungan geografis terhadap kondisi sosial masyarakat, dll.

3. Data psikografi : nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut, mitos, kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat, karakteristik masyarakat, pola hubungan sosial yang ada, motif yang menggerakkan tindakan masyarakat, pengalaman-pengalaman masyarakat terutama terkait dengan mitigasi bencana, pandangan, sikap, dan perilaku terhadap intervensi luar, kekuatan sosial yang paling berpengaruh, dll.

(13)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

C.3.2.6 Perspektif, Indikator dan Asumsi Pemetaan Sosial

Pelaksanaan pemetaan sosial memiliki perspektif dasar yang berkaitan dengan:

1. Komponen masyarakat : (individu, keluarga, komunitas, masyarakat sipil, institusi negara)

2. Dimensi-dimensi masyarakat (struktur sosial, relasi sosial, proses sosial, nilai sosial), yaitu dimensi struktur sosial, relasi sosial. Proses kehidupan sosial, dan nilai-nilai sosial didaerah / daerah perbatasan dengan komunitas yang lain yang banyak pengaruhnya dari budaya-budaya luar.

Sedangkan indikator yang digunakan dalam pemetaan sosial adalah: 1. Untuk memperoleh informasi tentang kemajuan sosial sangat tergantung

pada ketersediaan indikator-indikator sosial.

2. Definisi indikator sosial: definisi operasional atau bagian dari definisi operasional dari suatu konsep utama yang memberikan gambaran sistem informasi tentang suatu sistem sosial.

Asumsi pada pemetaan sosial adalah sebagai berikut:

1. Ada hubungan antar kondisi spasial (tata ruang) dengan fungsi-fungsi yang berlaku pada masyarakat.

2. Kondisi sosial merupakan informasi atau fakta sosial yang dapat menggambarkan pola-pola, keteraturan, perubahan, dinamika sosial

3. Pemetaan Sosial merupakan cara untuk mengkaji “Social Inquary” C.3.2.7 Metodologi Pemetaan Sosial

Metodologi yang digunakan pada pemetaan sosial adalah sebagai berikut: 1. Naturalistic inquary (kualitatif)

2. Positivictic (kuantitatif)

3. Kombinasi kualitatif dan kuantitatif

Tetapi ada juga metode menurut Bank Dunia ( 2002 ) yaitu terdapat tiga metode bagi pelaksanaan pemetaan sosial :

1. Survei Formal

(14)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

sejumlah orang yang relative banyak pada kelompok sasaran tertentu. Beberapa metode survey formal antara lain:

a. Survey Rumah tangga Beragam-Topik (Multi-Topic Household Survey). Metode ini sering disebut sebagai Survey Pengukuran Standar Hidup atau Living Standards Measurement Survey (LSMS). Survey ini merupakan suatu cara pengumpulan data mengenai berbagai aspek standar hidup secara terintegrasi, seperti pengeluaran, komposisi rumah tangga, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, fertilitas, gizi, tabungan, kegiatan pertanian dan sumber-sumber pendapatan lainnya.

b. Kuesioner Indikator Kesejahteraan Inti (Core Welfare Indicators Questionnaire atau CWIQ). Metode ini merupakan sebuah survey rumah tangga yang meneliti perubahan-perubahan indikator sosial, seperti akses, penggunaan, dan kepuasan terhadap pelayanan sosial dan ekonomi. Metode ini meupakan alat yang cepat dan efektif untuk mengetahui rancangan kegiatan pelayanan bagi orang-orang miskin. Jika alat ini diulang setiap tahun, maka ia dapat digunakan untuk memonitor keberhasilan suatu kegiatan. Sebuah hasil awal dari survey ini umumnya dapat diperoleh dalam waktu 30 hari.

c. Survey Kepuasan Klien (Client Satisfaction Survey). Survey ini digunakan untuk meneliti efektifitas atau keberhasilan pelayanan pemerintah berdasarkan pengalaman atau aspirasi klien (penerima pelayanan). Metode yang sering disebut sebagai service delivery survey ini mencakup penelitian mengenai hambatan-hambatan yang dihadapi penerima pelayanan dalam memperoleh pelayanan publik, pandangan mereka mengenai kualitas pelayanan, serta kepekaan petugas-petugas pemerintah.

d. Kartu Laporan Penduduk (Citizen Report Cards). Teknik ini sering digunakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Mirip dengan Survey Kepuasan Klien, penelitian difokuskan pada tingkat korupsi yang ditemukan oleh penduduk biasa. Penemuan ini kemudian dipublikasikan secara luas dan dipetakan sesuai dengan tingkat dan wilayah geografis. e. Laporan Statistik. Pekerja sosial dapat pula melakukan pemetaan sosial

(15)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

tertinggal, status gizi, tingkat buta huruf, dll. biasanya dilakukan dan dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan data sensus. 2. Rapid Apraisal

Rapid Apraisal Methods merupakan metode yang digunakan dengan cara yang cepat dan murah untuk mengumpulkan informasi mengenai pandangan dan masukan dari populasi sasaran dan stakeholders lainya mengenai kondisi geografis, sosial dan ekonomi. Beberapa metode Rapid Apraisal antara lain:

a. Wawancara Informan Kunci (Key Informant Interview). Wawancara ini terdiri serangkaian pertanyaan terbuka yang dilakukan terhadap individu-individu tertentu yang sudah diseleksi karena dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai topik atau keadaan di wilayahnya. Wawancara bersifat kualitatif, mendalam dan semi-terstruktur.

b. Diskusi Kelompok Fokus (Focus Group Discussion). Disikusi kelompok dapat melibatkan 8-12 anggota yang telah dipilih berdasarkan kesamaan latar belakang. Perserta diskusi bisa para penerima pelayanan, penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), atau para ketua Rukun Tetangga. Fasilitator menggunakan petunjuk diskusi, mencatat proses diskusi dan kemudian memberikan komentar mengenai hasil pengamatannya.

c. Wawancara Kelompok Masyarakat (Community Group Interview). Wawancara difasilitasi oleh serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada semua anggota masyarakat dalam suatu pertemuan terbuka. Pewawancara melakukan wawancara secara hati-hati berdasarkan pedoman wawancara yang sudah disiapkan sebelumnya.

d. Pengamatan Langsung (Direct Observation). Melakukan kunjungan lapangan atau pengamatan langsung terhadap masyarakat setempat. Data yang dikumpulkan dapat berupa informasi mengenai kondisi geografis, sosial-ekonomi, sumber-sumber yang tersedia, kegiatan program yang sedang berlangsung, interaksi sosial, dll.

(16)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

sampling) ataupun sampel bertujuan (purposive sampling). Wawancara dilakukan pada lokasi-lokasi survey yang terbatas seperti sekitar klinik, sekolah, balai desa.

3. Participatory Apraisal

Merupakan proses pengumpulan data yang melibatkan kerjasama aktif antara pengumpul data dan responden. Pertanyaan-pertanyaan umumnya tidak dirancang secara baku, melainkan hanya garis garis besarnya saja. Topik - topik pertanyaan bahkan dapat muncul dan berkembang berdasarkan proses Tanya jawab dengan responden.

Terdapat banyak teknik pengumpulan data partisipatoris. Empat di bawah ini cukup penting diketahui:

a. Penelitian dan Aksi Partisipatoris (Participatory Research and Action). Metode yang terkenal dengan istilah PRA (dulu disebut Participatory Rural Appraisal) ini merupakan alat pengumpulan data yang sangat berkembang dewasa ini. PRA terfokus pada proses pertukaran informasi dan pembelajaran antara pengumpul data dan responden. Metode ini biasanya menggunakan teknik-teknik visual (penggunaan tanaman, biji-bijian, tongkat) sebagai alat penunjuk pendataan sehingga memudahkan masyarakat biasa (bahkan yang buta huruf) berpartisipasi. PRA memiliki banyak sekali teknik, antara lain Lintas Kawasan, Jenjang Pilihan dan Penilaian, Jenjang Matrik Langsung, Diagram Venn, Jenjang Perbandingan Pasangan (Suharto, 1997; 2002; Hikmat, 2001).

b. Stakeholder Analysis. Analisis terhadap para peserta atau pengurus dan anggota suatu program, proyek pembangunan atau organisasi sosial tertentu mengenai isu-isu yang terjadi di lingkungannya, seperti relasi kekuasaan, pengaruh, dan kepentingan-kepentingan berbagai pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan. Metode ini digunakan terutama untuk menentukan apa masalah dan kebutuhan suatau organisasi, kelompok, atau masyarakat setempat.

(17)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

pembangunan dan menerima masukan-masukan guna memperbaharui sistem dan kualitas pelayanan dan kegiatan pembangunan.

d. Monitoring dan Evaluasi Partisipatoris (Participatory Monitoring and Evaluation). Metode ini melibatkan anggota masyarakat dari berbagai tingkatan yang bekerjasama mengumpulkan informasi, mengidentifikasi dann menganalisis masalah serta melahirkan rekomendasi-rekomendasi. C.3.2.8 Langkah Strategis Pemetaan Sosial

Pemetaan sosial bisa dilaksanakan dengan mengikuti langkah strategis berikut:

1. Membuat batasan wilayah, klasifikasi atau stratifikasi untuk memahami keseluruhan situasi dan posisi relatif dalam konteks yang lebih luas.

2. Membuat profil dari setiap wilayah dan kelompok sosial masyarakat dari pengaruh budaya-budaya luar untuk menjelaskan karakteristik dari populasi dan identifikasi faktor sosial ekonomi yang dapat memepengaruhi perkembangan fungsi sosial masyarakat.

3. Identifikasi masalah, potensi dan indikator dasar yg memberikan gambaran tentang bobot masalah dan strategi alokasi sumber pada setiap wilayah/ kelompok.

C.3.2.9 Kelebihan dan Kelemahan Pemetaan Sosial

Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan pada pelaksanaan pemetaan sosial. Kelebihan pemetaan sosial adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi dan mengukur kondisi modal sosial di daerah yang diteliti 2. Menganalisis keterkaitan antara modal sosial dengan penanggulangan

kemiskinan di suatu daerah yang diteliti

3. Merumuskan desain pemanfaatan modal sosial untuk penanggulangan kemiskinan di suatu daerah yang diteliti

(18)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

2. Tidak bisa merubah lembaga

Mereka menyadari, jika hanya kajian saja yang dilakukan, maka tidak bisa merubah lembaga yang ada di lingkungan mereka. Masyarakat hanya mengetahui peran dan fungsi lembaga secara keseluruhan yang ada di tingkat desa. Namun kajian ini tidak sekaligus bisa atau mampu memperbaiki lembaga lembaga yang ada. Artinya tidak semua lembaga dapat diaktifkan namun pengembangan kelembagaan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat lokal.

3. Modal Sosial Lemah

Dalam lembaga lembaga yang ada di tingkat desa dianggap oleh masyarakat memiliki modal sosial yang lemah, sehingga rentan akan ketidakaktifan.

C.3.3 Pemahaman Pemanfaatan Energi Panas Bumi

(19)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

pada saat ini adalah reaksi fusi nuklir yang terjadi di matahari dan juga di bintang-bintang yang tersebar di jagat raya.

Energi panas bumi adalah energi yang dihasilkan oleh tekanan panas bumi. Energi ini dapat digunakan untuk menghasilkan listrik, sebagai salah satu bentuk dari energi terbaharui tetapi karena panas di suatu lokasi dapat habis, jadi secara teknis dia tidak diperbarui secara mutlak.

C.3.3.1 Pembentukan Energi Panas Bumi

Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi dan untuk pemanfataannya diperlukan proses penambangan . Panas bumi adalah sumber daya alam yang dapat diperbarui, berpotensi besar serta sebagai salah satu sumber energi pilihan dalam keanekaragaman energi. Panas Bumi merupakan sumber energi panas yang terbentuk secara alami di bawah permukaan bumi. Sumber energi tersebut berasal dari pemanasan batuan dan air bersama unsur-unsur lain yang dikandung Panas Bumi yang tersimpan di dalam kerak bumi.

(20)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

Gambar C.3 Proses Pembentukan Energi Panas Bumi Batuan Panas

Terbentuknya panas bumi, sama halnya dengan prinsip memanaskan air (erat hubungan dengan arus konveksi). Air yang terdapat pada teko yang dimasak di atas kompor, setelah panas, air akan berubah menjadi uap air . Hal serupa juga terjadi pada pembentukan energi panas bumi. Air tanah yang terjebak di dalam batuan yang kedap dan terletak di atas dapur magma atau batuan yang panas karena kontak langsung dengan magma, otomatis akan memanaskan air tanah yang terletak diatasnya sampai suhu yang cukup tinggi ( 100 – 250 C). Sehingga air tanah yang terpanaskan akan mengalami proses penguapan.Apabila terdapat rekahan atau sesar yang menghubungkan tempat terjebaknya air tanah yang dipanaskan tadi dengan permukaan maka pada permukaan kita akan melihat manifestasi thermal. Salah satu contoh yang sering kita jumpai adalah mata air panas, selain solfatara, fumarola, geyser yang merupakan contoh manifestasi thermal yang lain. Uap hasil penguapan air tanah yang terdapat di dalam tanah akan tetap tanah jika tidak ada saluran yang menghubungkan daerah tempat keberadaan uap dengan permukaan. Uap yang terkurung akan memiliki nilai tekanan yang tinggi dan apabila pada daerah tersebut kita bor sehingga ada saluran penghubung ke permukaan, maka uap tersebut akan mengalir keluar. Uap yang mengalir dengan cepat dan mempunyai entalpi inilah yang kita mamfaatkan dan kita salurkan untuk memutar turbin sehingga dihasilkanlah energi listrik (tentunya ada proses-proses lain sebelum uap memutar turbin).

(21)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

lapisan mantel memanasi suatu lapisan batu padat. Di atas lapisan batu padat terletak suatu lapisan batu berpori yaitu batu yang mempunyai lubang-lubang kecil. Bila lapisan batu berpori ini berisi air yang berasal dari air tanah atau air resapan hujan atau resapan air danau maka air itu turut dipanaskan oleh lapisan batu padat yang panas. Bila panasnya besar maka terbentuk air panas bahkan dapat terbentuk uap dalam lapisan batu berpori. Bila di atas lapisan batu berpori terdapat satu lapisan batu padat maka lapisan batu berpori berfungsi sebagai boiler. Uap dan juga air panas bertekanan akan berusaha keluar. Dalam hal ini ke atas yaitu permukaan bumi. Gejala panas bumi pada umumnya tampak pada permukaan bumi berupa mata air panas, geyser, fumarola dan sulfatora.

Gambar C.4 Proses Pembentukan Energi Panas Bumi Air Panas

C.3.3.2 Jenis-jenis Energi Panas Bumi

(22)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

meter di bawah permukaan tanah sulit ditebak keberadaan dan “karakternya”. Untuk mengeksplorasi ke tiga jenis energi panas bumi diperlukan sumber daya yang tidak sedikit.

A. Energi Uap Basah

Pemanfaatan energi panas bumi yang ideal adalah bila panas bumi yang keluar dari perut bumi berupa uap kering, sehingga dapat digunakan langsung untuk menggerakkan turbin generator listrik. Namun uap kering yang demikian ini jarang ditemukan termasuk di Indonesia dan pada umumnya uap yang keluar berupa uap basah yang mengandung sejumlah air yang harus dipisahkan terlebih dulu sebelum digunakan untuk menggerakkan turbin. Jenis sumber energi panas bumi dalam bentuk uap basah agar dapat dimanfaatkan maka terlebih dahulu harus dilakukan pemisahan terhadap kandungan airnya sebelum digunakan untuk menggerakan turbin. Uap basah yang keluar dari perut bumi pada mulanya berupa air panas bertekanan tinggi yang pada saat menjelang permukaan bumi terpisah menjadi kira-kira 20 % uap dan 80 % air. Atas dasar ini maka untuk dapat memanfaatkan jenis uap basah ini diperlukan separator untuk memisahkan antara uap dan air. Uap yang telah dipisahkan dari air diteruskan ke turbin untuk menggerakkan generator listrik, sedangkan airnya disuntikkan kembali ke dalam bumi untuk menjaga keseimbangan air dalam tanah.

Gambar C.5 Sumber Energi Panas Bumi dalam Bentuk Uap Basah

(23)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

Air panas yang keluar dari perut bumi pada umumnya berupa air asin panas yang disebut “brine” dan mengandung banyak mineral. Karena banyaknya kandungan mineral ini, maka air panas tidak dapat digunakan langsung sebab dapat menimbulkan penyumbatan pada pipa-pipa sistim pembangkit tenaga listrik. Untuk dapat memanfaatkan energi panas bumi jenis ini, digunakan sistem biner (dua buah sistem utama) yaitu wadah air panas sebagai sistem primemya dan sistem sekundernya berupa alat penukar panas (heat exchanger) yang akan menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin. Energi panas bumi “uap panas” bersifat korosif, sehingga biaya awal pemanfaatannya lebih besar dibandingkan dengan energi panas bumi jenis lainnya.

Gambar C.6 Sejenis Mata Air Panas yang Menyembur Secara Periodik, Mengeluarkan Air Panas dan Uap Air ke Udara

C. Energi Panas Bumi Batuan Panas

Energi panas bumi jenis ketiga berupa batuan panas yang ada dalam perut bumi terjadi akibat berkontak dengan sumber panas bumi (magma). Energi panas bumi ini harus diambil sendiri dengan cara menyuntikkan air ke dalam batuan panas dan dibiarkan menjadi uap panas, kemudian diusahakan untuk dapat diambil kembali sebagai uap panas untuk menggerakkan turbin. Sumber batuan panas pada umumnya terletak jauh di dalam perut bumi, sehingga untuk memanfaatkannya perlu teknik pengeboran khusus yang memerlukan biaya cukup tinggi.

(24)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

menggunakan energi yang dimiliki HDR, perlu menginjeksikan air pada HDR dan mengembalikannya kembali ke permukaan. Hal ini membutuhkan mekanisme transportasi untuk dapat membuat batuan impermeabel menjadi struktur permeabel dengan luas permukaan perpindahan panas yang besar. Permukaan yang luas ini diperlukan karena sifat batu yang memiliki konduktivitas termal yang kecil. Proses perubahan batuan permeabel dapat dilakukan memecahkan batuan tersebut dengan menggunakan air bertekanan tinggi ataupun ledakan nuklir .Proses eksplorasi yang dilakukan terhadap jenis ini lebih aman dibandingkan dengan jenis hydrothermal yang kemungkinan besar memiliki fluida, baik berupa uap maupun air panas. Hal ini disebabkan jenis energi panas bumi ini memiliki tingkat korosi, erosi serta zat-zat beracun yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis hydrothermal.

Gambar C.7 Jenis Energi Panas Bumi yaitu Batuan Panas

C.3.3.3 Sistem Pemanfaatan Energi Panas Bumi

(25)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

panas bumi dengan kategori low temperature juga dapat digunakan asalkan suhunya melebihi 50ºC. Pembangkit listrik dari panas bumi dapat beroperasi pada suhu yang relatif rendah yaitu berkisar antara 50 s/d 250ºC.

Gambar C.8 Sketsa pembangkit listrik tenaga panas bumi sistem Dry Steam

(26)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

Gambar C.9 Sketsa pembangkit listrik tenaga panas bumi sistem Flash Steam

Penggunaan energi panas bumi sebagai pembangkit tenaga listrik sudah mulai dilirik oleh pemerintah. Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat di permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panas bumi. Apabila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka uap tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik.Apabila fluida panas-bumi keluar dari kepala sumur sebagai campuran fluida dua fasa (fasa uap dan fasa cair) maka terlebih dahulu dilakukan proses pemisahan pada fluida. Hal ini dimungkinkan dengan melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga fasa uap akan terpisahkan dari fasa cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan dari separator inilah yang kemudian dialirkan ke turbin.

C.3.3.4 Pemanfaatan Energi Panas Bumi

(27)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

kedalaman yang jauh dari lapisan aliran air tanah. Limbah yang dihasilkan juga hanya berupa air sehingga tidak mengotori udara dan merusak atmosfer. Kebersihan lingkungan sekitar pembangkit pun tetap terjaga karena pengoperasiannya tidak memerlukan bahan bakar, tidak seperti pembangkit listrik tenaga lain yang memiliki gas buangan berbahaya akibat pembakaran.

Gambar C.10 Pabrik Gula Aren Masarang yang telah memanfaatkan energi panas bumi untuk semua proses pengolahan gula aren

Di sektor pariwisata, keberadaan panas bumi seperti air panas maupun uap panas menjadi daya tarik tersendiri untuk mendatangkan orang. Tempat pemandian air panas di Cipanas, Ciateur, mapun hutan taman wisata cagar alam Kamojang menjadi tempat tujuan bagi orang untuk berwisata.

Gambar C.11 Taman wisata cagar alam Kamojang dengan luas sekitar 10 hektar. Di taman wisata ini terdapat 23 kawah dua diantaranya berbentuk

(28)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

Selain diamanfaatkan pada sektor pariwisata Energi Panas Bumi juga dapat dimanfaatkan untuk Pengeringan. Energi panas bumi dapat digunakan secara langsung (teknologi sederhana) untuk proses pengeringan terhadap hasil pertanian, perkebunan dan perikanan dengan proses yang tidak terlalu sulit. Air panas yang berasal dari mata air panas atau sumur produksi panas bumi pada suhu yang cukup tinggi dialirkan melalui suatu heat exchanger, yang kemudian memanaskan ruangan pengering yang dibuat khusus untuk pengeringan hasil pertanian.

Gambar C.12 Pilot Proyek Percobaan Pemanfaatan Panas Bumi untuk Budi Daya Jamur

C.3.3.5 Sumber Energi Panas Bumi di Indonesia

(29)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

20.000 MW dengan temperatur tinggi, dengan rincian sekitar 5.500 MW di Jawa-Bali, sekitar 9.500 MW di Sumatera, dan 5.000 MW tersebar di Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Sementara potensi dunia diperkirakan 50.000 MW, dan yang sudah dimanfaatkan sekitar 10.000 MW atau 20 persen dari potensi. Cadangan energi panas bumi di Indonesia diperkirakan mencapai 27 GWe atau setara dengan 40 persen sumberdaya panasbumi dunia, hanya saja belum dimanfaatkan secara optimal. Sekitar 80% lokasi panas bumi di Indonesia berasosasi dengan sistem vulkanik aktif seperti Sumatra (81 lokasi), Jawa (71 lokasi), Bali dan Nusa Tenggara (27 lokasi), Maluku (15 lokasi), dan

“Pada dasarnya energi panas bumi yang dimiliki oleh Negara harus dapat

dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran masyarakat sebagaimana

diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar kita”

Tabel C.3 Potensi Sumber Daya Energi Panas Bumi di Wilayah Indonesia

Lokasi

Potensi Sumberdaya

(30)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

Berikut ini beberapa lapangan panas bumi yang memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi PLTP:

 Lapangan Panasbumi Margabayur di Lampung dengan potensi

lapangannya sekitar 250 MW dan layak untuk dikembangkan pada tahap awal dengan kapasitas 2×55 MW. Pada lapangan panasbumi ini perlu melaksanakan pemboran sumur-sumur untuk memperoleh uap.

 Lapangan Panasbumi Lahendong yang memiliki potensi lapangan uapnya

sebesar 250 MW dan layak untuk dikembangkan 2×20 MW.

 Lapangan Panasbumi Ulubelu-Lampung yang mempunyai potensi

lapangannya sekitar 550 MW. Pada lapangan ini potensi panasbumi yang sudah dikembnagkan swasta sekitar 110 – 300 MW dan sisanya masih ada sekitar 200 – 250 MW belum dikembangkan.

 Lapangan Panasbumi Lainnya adalah Kerinci. Lapangan-lapangan

tersebut sekarang ini sedang diekplorasi oleh Pertamina.

Gambar C.13 Peta distribusi Lokasi dan wilayah kerja pertambangan panas bumi

(31)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

C.3.4 Perencanaan Berbasis Paradigma Baru

Secara teoritis dan praktis, pendekatan perencanaan (planning approach) telah bergeser dari perencanaan yang bersifat autoritatif (authoritative planning), yaitu perencanaan yang didominasi oleh otorisasi kekuasaan dan keleluasaan perencana, kepada perencanaan yang bersifat lebh komunikatif (communicative planning), yaitu perencanaan yang membuka secara luas terhadap kemungkinan dilakukannya komunikasi antara pemerintah dan perencana dengan masyarakat luas, atau yang dikenal sebagai pemangku (stakeholders). Bahkan mekanisme partisipasi masyarakat sebagai bentuk perencanaan yang komunikatif ini diperkuat dengan keluarnya aturan dan panduan peranserta masyarakat dalam tata ruang. Selain itu perencanaan juga diharapkan tanggap terhadap dinamika masyarakat yang berkembang dengan cepat, sejalan dengan perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan, paradigma perencanaan secara global, dan perubahan-perubahan lain yang mungkin saja sebelumnya belum bisa diprediksi.

Tuntutan pembangunan yang memberikan ruang bagi masuknya pengaruh-pengaruh global dan nasional juga memerlukan disain perencanaan yang bukan saja lebih tanggap, akan tetapi didisain menjadi produk perencanaan yang lebih bisa diterima dan menjadi daya tarik investasi pembangunan, baik bagi pihak luar maupun pihak dalam. Perencanaan juga harus adaptif terhadap perubahan cara pandang global, akan tetapi tetap memiliki penguatan ketahanan lokal untuk menjaga sumberdaya alam maupun manusia, sebagai sumberdaya yang harus dipertahankan dan dikembangkan.

Selain itu juga penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan terhadap masyarakat diperlukan kondisi kepemerintahan yang baik (good goverment) dan ditunjang oleh kondisi masyarakat yang baik juga (good governance), atau dikenal juga dengan istilah masyarakat yang madani (civil society). Dalam perkembangan paradigma ini pemerintah dituntut lebih transparan dan dapat diuji kejujurannya dalam bentuk perencanaan pembangunan yang memiliki akuntabilitas tinggi. Pada saat ini juga, pemerintahan dituntut untuk mampu berperan dalam kegiatan ekonomi, seperti yang diharapkan adanya reinventing goverment atau mewira-usahakah kepemerintahan, sehingga mampu mandiri, membiayai sendiri atau self suficient dan self-help.

(32)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

diharapkan menjadi pilar terlaksananya perencanaan dengan baik. Maka produk perencanaan dan pengendaliannya pun diharapkan memiliki kinerja yang baik (good planning performance).

Dari pergeseran paradigma tersebut maka telah tumbuh perencanaan yang lebih bersifat komunikatif, partisipatif, adaptif, dinamis, dan memberikan ruang publik yang lebih luas dalam proses penentuan rencana dan pengambilan keputusannya.

Dalam menghadapi perkembangan dan permasalahan kawasan, di samping perlu beradaptasi dengan perubahan paradigma yang berkembang seperti diuraikan di muka, juga perlu dilakukan pendekatan multidisiplin dan multikriteria yang melibatkan banyak pihak terkait, karena permasalahan dan potensi yang berkembang sudah mengarah pada kompleksitas persoalan kawasan yang multi dimensional.

Salah satu wujud untuk melakukan pengurangan permasalahan dan peningkatan potensi-potensi pembangunan di WKP Oka-Ile Ange dan WKP Gunung Endut ini adalah dengan menggali kemungkinan-kemungkinan "meningkatkan nilai jual" aspek-aspek pembangunan kawasan sebagai daya tarik investasi bagi para pelaku ekonomi yang berniat menanamkan modalnya di kawasan tersebut. Penawaran dan "penjualan" kegiatan kawasan yang akan di-launching tersebut harus dianalisis dan dikemas sedemikian rupa sehingga selaras dengan mekanisme kegiatan usaha yang biasa dilaksanakan oleh para pengusaha atau investor tersebut, sekaligus memberikan dampak perkembangan dan peningkatan pemerataan pembangunan di Kabupaten Sumbawa.

Dalam konteks globalisasi, reformasi, dan good governance, paradigma perencanaan kawasan, sudah seharusnya dikalibrasikan kepada paradigma-paradigma baru. Hasil konferensi para ahli perencanaan se-dunia yang diselenggarakan UNHCS di Nairobi pada tahun 1994 (Conference on Re Appraising the Urban Planning Prrocesss as an Instrument of Sustainable Development and Management). Paradigma baru tersebut di antaranya adalah :

a. Community partitipation / partisipasi masyarakat

b. Involvement of all interest group / keterlibatan seluruh kelompok yang berkepentingan

(33)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

e. Financial feasibility / kelayakan finansial

f. Subsidiaritiest /subsidiaritas-pengambilan keputuasan di tingkat terendah yang memungkinkan

g. Interaction of physical and economic planning / interaksi perencanaan fisik tata ruang dengan perencanaan ekonomi/pembangunan.

C.3.5 Pemahaman Terhadap Permasalahan Pemanfaatan Panas Bumi

Dengan besarnya potensi Panas Bumi yang kita miliki saat ini mendorong pemerintah sesegera mungkin memanfaatkan potensi yang ada sebagai pengganti energi konvensional yang makin menurun produksinya.

Pemerintah dalam hal pemanfaatan panas bumi telah diatur kebijakan seperti pada Permen ESDM No. 11 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Panas Bumi dan Permen ESDM No. 02 Tahun 2009 tentang Penugasan Survei Pendahuluan Panas Bumi.

Dalan kegiatan pengembangan Panas Bumi baik pemerintah maupun badan usaha panas bumi pasti akan bersentuhan dengan masyarakat setempat. Pertemuan dua kepentingan ini, antara pemerintan dan atau pengusaha panas bumi dengan masyarakat selalu akan ada gesekan, yang apabila tidak diantisipasi sedini mungkin dikhawatirkan menuimbulkan gejolak masalah sosial.

Definisi Masalah Sosial adalah suatu kondisi yang terlahir dari sebuah keadaan masyarakat yang tidak ideal, atau definisi masalah sosial yaitu keditaksesuaian unsur-unsur masyarakat yang dapat membahayakan kehidupan kelompok sosial. Masalah sosial merupakan suatu kondisi yang dapat muncul dari keadaan masyarakat yang kurang atau tidak ideal, maksudnya selama terdapat kebutuhan dalam masyarakat yang tidak terpenuhi secara merata maka masalah sosial akan tetap selalu ada didalam kehidupan.

C.3.5.1 Beberapa Contoh Masalah Sosial

Masalah Sosial yang timbul di masyarakat dapat dibedakan menjadi beberpa golongan, antara lain :

(34)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

2. Pengangguran. Pengangguran merupakan salah satu contoh dari permasalahan sosial saat ini, meningkatnya jumlah pengangguran biasanya disebabkan oleh jumlah penduduk yang semakin meningkat sedangkan jumlah lapangan kerja yang masih terbatas atau masih sedikit, hal seperti ini harus segera di atasi oleh pemerintah dengan cara menyediakan lapangan kerja yang banyak supaya dapat mengurangi jumlah pengangguran.

3. Pendidikan. Kurangnya pendidikan merupakan salah satu masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat, misalnya seperti banyak anak-anak membantu orang tuanya untuk mencari nafkah, hal ini disebabkan karena ketidakmampuan mereka dalam membiayai sekolah.

C.3.5.2 Faktor Yang Dapat Menimbulkan Masalah Sosial

Masalah sosial dalam kehidupan masyarakat sangatlah banyak akan tetapi sebenarnya terdapat 4 (empat) faktor utama yang menyebabkan timbulnya masalah sosial, yang diantaranya seperti berikut ini:

1. Faktor Ekonomi. Masalah dalam ekonomi biasanya berupa masalah pengangguran, kemiskinan dan lain-lain. Dalam masalah ini biasanya yang harus bertanggung jawab adalah pemerintah, karena pemerintah kurang menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Jika masyarakat mengalami permasalahan ini akan mengakibatkan sangat rentannya anggota masyarakat untuk melakukan tindakan kriminalitas dan kekurangan ekonomi dapat dijadikan suatu alasan atau pembenaran dalam melakukan tindakan tersebut. Faktor ekonomi juga dapat dijadikan sebagai acuan maju atau tidaknya suatu negara serta faktor ekonomi dapat mempengaruhi masalah sosial pada aspek psikologis dan biologis masyarakat.

(35)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

4. Faktor Biologis. Selanjutnya adalah faktor biologis, faktor ini dapat menyebabkan timbulnya masalah sosial misalnya seperti kurang gizi, penyakit menular dan lain-lain. Hal ini terjadi karena kurangnya fasilitas-fasilitas kesehatan yang layak dan dapat terjadi juga karena kondisi ekonomi maupun pendidikan masyarakat yang tidak mencukupi. Jadi sebagian besar kondisi dari biologis masyarakat mudah terjangkit penyakit, untuk solusinya mungkin pada saat ini dengan cara meningkatkan fasilitas-fasilitas kesehatan dan memberikan pengetahuan pada setiap anggota masyarakat tentang pencegahan serta memberi pengetahuan tentang pentingnya pola hidup sehat maupun pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

5. Faktor Psikologis. Selain faktor diatas ada juga faktor psikologis, masalah seperti ini dapat muncul jika psikologis suatu masyarakat sangat lemah. Faktor psikologis juga dapat juga muncul jika beban hidup yang berat yang dirasakan oleh masyarakat khususnya yang ada di daerah perkotaan, pekerjaan yang menumpuk sehingga menimbulkan stress lalu dapat menimbulkan luapan emosi yang nantinya dapat memicu konflik antar anggota masyarakat.

C.3.6 Gambaran Umum Kajian

Salah satu pertimbangan dalam pengusahaan panas bumi adalah faktor sosial ekonomi masyarakat dimana potenasi tersebut berada. Pemerintah telah mengambil kebijakan dalam pemerataan energi, khususnya untuk masyarakat di daerah kepulauan terluar dan masyarakat daerah perbatasan.

Eksploitasi panas bumi di suatu wilayah sudah pasti akan menimbulkan dampak sosial, selain dampak lingkungan. Dampak sosial bisa bernilai positif dam dampak negatif. Dampak negatif diantaranya akan muncul sebagai akibat alih guna lahan, kemungkinan kehilangan lapangan pekerjaan dan sebagainya. Sebaliknya dapat pula timbul dampak sosial positif seperti menumbuhkan mata rantai ekonomi (industri dan perdagangan) untuk menunjang aktifitas eksploitasi sumber daya alam ini.

(36)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

Gambar C.15 Peta Kecamatan Larantuka

Kegiatan Social Mapping Dan Social Engineering Dalam Pengembanagn Panas Bumi dilaksanakan di Jakarta dan Wilayah Kerja Panas Bumi yaitu WKP Oka Ille Ange danWKP Gunung Gendut.

C.3.6.1 WKP Oka-Ile Ange

Secara administratif WKP Panas Bumi Oka Ile Ange termasuk Kecamatan Larantuka yang terdiri dari Desa Bama, Blepenawa, Mokantarak dan Lewokluok, termasuk Kecamatan Larantuk, wilayah Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Posisi geografisnya terletak antara 122° 48’ 22” - 122° 54’ 30” Bujur Timur dan 08° 17’ 20” – 08° 24’ 00” Lintang Selatan (Gambar 1-1) dengan luas sekitar 11 x 13 Km2 termasuk dalam peta topografi Bakosurtanal lembar Waibalun 2207 – 624 skala 1 : 25.000, edisi tahun 1998.

Gambar C.14 Peta Provinsi Nusa Tenggara Timur

Larantuka merupakan ibukota Kabupaten Flores Timur, terletak di ujung timur pulau Flores. Larantuka juga merupakan kota pelabuhan, karena yang terletak di daerah pesisir di bawah kaki gunung Ile Mandiri. Letaknya yang strategis tersebut maka menjadi daerah transit bagi lalu lintas

(37)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

mobil untuk ke Desa sekitar Oka Ile Ange. Perjalanan dari Larantuka ke lokasi ditempuh selama 3-4 jam perjalanan.

C.3.6.2 WKP Gunung Endut

WKP panas bumi Gunung Endut terletak di Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak yang masuk kawasan hutan konservasi Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, dan terletak pada posisi antara 106°15’22”-106°22’39” BT dan 6°34’4”-6°41’4” LS, Keberadaannya dimanifestasikan dengan adanya mata air panas di Cikawah dan Handeuleum.

Kesampaian lokasi dari Jakarta ke Desa sekitar WKP Oka Gunung Endut dapat ditempuh melaluia darat adri Jakarta ke kecamatan Sobang dalam waktu kurang lebih 4-5 jam perjalanan darat.

(38)

DOKUMEN USULAN TEKNIS

Gambar

Gambar C.1 Diagram Proses Pemahaman KAK
Gambar C.2 Alur Pemahaman Ruang Lingkup Kegiatan
Tabel C.2 Daftar Fasilitas Pendukung yang Akan Dipergunakan Saat
Gambar C.3 Proses Pembentukan Energi Panas Bumi Batuan Panas
+7

Referensi

Dokumen terkait

jarak sosial karena tempat tinggal yang berjauhan (social distance); akan tetapi pada wilayah kerja yang memiliki hambatan alamiah (natural barrier) dalam bentuk

(1) Dalam hal Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap telah diberikan Wilayah Kerja, maka terhadap bidang-bidang tanah yang dipergunakan langsung untuk kegiatan usaha Minyak dan Gas

“Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bailang Kota Manado,” Fakultas Kesehatan

Dalam rangka konsolidasi ke dalm untuk komunikasi dengan pihak luar beberapa usaha dan kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi : pembinaan hubungan baik pengembangan jaringan

Luas Wilayah Kerja untuk Eksplorasi yang dapat diberikan untuk satu IUP Panas Bumi tidak boleh melebihi 200.000 (dua ratus ribu) hektar.Badan Usaha wajib

19.Dengan demikian, maka aspek kenaikan muka air laut dan banjir seyogyanya akan menjadi salah satu masukan yang signifikan bagi kebijakan dan strategi pengembangan wilayah

kegiatan lembaga usaha dan sosial, yang akan penulis teliti di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Manfaat ini adalah “Strategi Pengembangan. Program Kerja KJKS Manfaat

Karakteristik Kurikulum 2013: 1 mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan