Pembagian Warisan
Menurut Islam
Pendahuluan
Meninggal dunia merupakan peristiwa
yang dialami setiap manusia. Ketika meninggal dunia, orang tidak
membawa hartanya.
Harta tersebut ditinggalkan. Kemudian
Pembahasan
A. Landasan Teori
Hukum kewarisan menurut KHI pasal
171 adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris,
menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa
A. Landasan Teori (cont)
Dasar hukum atau sumber hukum
kewarisan islam adalah Al-Qur’an, Al Hadist dan Ijtihad. Di Indonesia juga telah mengeluarkan peraturan terkait Hukum Kewarisan Islam dalam KHI
B. Pembagian Harta
Warisan Secara Normatif
Islam
Pembagian Harta waris menurut Islam
Menganut asas keadilan proporsional
atau keadilan berimbang.
Mempertimbangkan keseimbangan
antara hak dan kewajiban serta
keseimbangan antara yang diperoleh dankeperluan kegunaan.
B. Pembagian Harta Warisan
Secara Normatif Islam (Cont 1)
Al – Qur’an Surat An-Nisa ayat 11 :
B. Pembagian Harta Warisan
Secara Normatif Islam (Cont 2)
Al – Qur’an Surat An-Nisa ayat 12 :
B. Pembagian Harta Warisan
Secara Normatif Islam (Cont 3)
Al – Qur’an Surat An-Nisa ayat 176 :
B. Pembagian Harta Warisan
Secara Normatif Islam (Cont 4)
Dari ketiga ayat tersebut diatas,
Al-Qur’an menentukan bagian bagian tertentu kepada ahli waris, yaitu : a. Setengah (1/2)
b. Sepertiga (1/3)
c. Seperempat (1/4) d. Seperenam (1/6)
B. Pembagian Harta Warisan
Secara Normatif Islam (Cont 5)
Golongan-golongan ahli waris yang
mendapat harta warisan berdasarkan bagian tertentu dari harta waeisan
yang prosentasenya telah ditetapkan dalam Al-Qur-an disebut Dzawil Furudh
Golongan tersebut merupakan pihak
B. Pembagian Harta Warisan
Secara Normatif Islam (Cont 6)
Dalam pembagian harta waris terdapat
sistem hijab dan mahjub.
Hijab adalah mencegah dan
menghalangi orang-orang tertentu
dalam menerima seluruh harta warisan ataupun sebagian karena ada
seseorang yang lain
Sedangkan yang dihalangi atau
B. Pembagian Harta Warisan
Secara Normatif Islam (Cont 7)
Terdapat dua macam Hijab, yaitu :
a. Hijab Hirman : terhijabnya seorang
ahli waris dalam memperoleh seluruh bagian karena ada ahli waris lain
b. Hijab Nuqsan : hijab yang hanya
B. Pembagian Harta Warisan
Secara Normatif Islam (Cont 8)
Selain dzawil furud dan hijab dikenal pula adanya Asabah, asabah
yaitu ahli waris yang tidak ditentukan berapa besar bagiannya, namun berhak menghabiskan semua harta jika mewarisi seorang diri, atau semua sisa harta jika mewarisi bersama ahli waris dzawil furudh.
Ada 3 macam Asabah (menurut Imam Syafi’i), yaitu :
1. Asabah bin nafsi : ahli waris laki2 yg sejak semula berkedudukan
sbg asabah
2. Asabah bil Ghairi : ahli waris perempuan yang semula
berkedudukan sbg dzawil furudh, kemudian berubah status mjd asabah karena tertarik saudaranya yg laki2, shg ahli waris laki2 dan perempuan bersama-sama jadi asabah
3. Asabah ma’al Ghairi : ahli waris perempuan yg semula bkdudukan
c. Pembagian Harta Warisan
Menurut KHI
Hukum Kewarisan Islam diatur dalam KHI pada
bagian Buku II tentang Hukum Kewarisan
Dzawil Furudh dalam KHI diatur dalam pasal 176,
177, 178, 179, 180, 181, dan 182 KHI. Dengan jumlah bagiannya : 1/2, 1/4, 1/8, 2/3, 1/3 dan 1/6.
Dzawil furudh tersebut yaitu ;
a. Anak perempuan. Menurut pasal 176, bagiannya
c. Pembagian Harta Warisan
Menurut KHI (cont 1)
b. Ayah. Menurut pasal 177, bagian ayah 1/3 jk pewaris tidak punya anak dan 1/6 jika pewaris punya anak.
c. Ibu. Pasal 178 – bagian ibui 1/3 jika
pewaris tidak punya anak atau dua org saudara atau lebih, dan 1/6 jk pewaris punya anak atau dua org saudara atau lebih, dan 1/3 sisa harta sesudah
C. Pembagian Harta Warisan
Menurut KHI (cont 2)
d. Duda. Pasal 179 – bagiannya ½ harta jk pewaris tdk punya anak, dan ¼ jk punya anak.
e. Janda. Pasal 180 – bagiannya ¼ harta jk pewaris tidak punya anak, dan 1/8 jk
punya anak.
C. Pembagian Harta Warisan
Menurut KHI (cont 3)
g. Saudara perempuan sekandung atau seayah. Pasal 182 –jk tidak punya anak dan ayah bagiannya ½ apabila seorang saja, 2/3 jk ada dua org atau lebih dan bersama-sama menghabiskan jika
bersama-sama dg saudara laki2 sekandung/seayah dengan
perbandingan laki2 : pr = 2:1
h. Kakek dan Nenek dari pihak ayah atau
C. Pembagian Harta Warisan
Menurut KHI (cont 4)
Keberadaan Asabah dalam KHI diatur
dalam pasal 174 ayat (1) huruf q
Berdasarkan pasal 176 dan 182 asabah
berhak menghabiskan harta jika tidak ada ahli waris lain atau semua sisa
C. Pembagian Harta Warisan
Menurut KHI (cont 5)
KHI hanya mengenal dua jenis asabah yaitu :
asabah bin nafsi dan asabah bil ghairi
Asabah bin nafsi tdr dari : anak laki2,
saudara lak2 sekandung/seayah dan paman
Asabah bil ghairi tdr dari :
Anak perempuan yg mewarisi bersama dg anak
laki2
Saudara pr sekandung yg mewarisi bersama
saudara lk2 sekandung
Saudara pr seayah yg mewarisi bersama saudara
C. Pembagian Harta Warisan
Menurut KHI (cont 6)
KHI hanya mengenal dua jenis asabah yaitu :
asabah bin nafsi dan asabah bil ghairi
Asabah bin nafsi tdr dari : anak laki2,
saudara lak2 sekandung/seayah dan paman
Asabah bil ghairi tdr dari :
Anak perempuan yg mewarisi bersama dg anak
laki2
Saudara pr sekandung yg mewarisi bersama
saudara lk2 sekandung
Saudara pr seayah yg mewarisi bersama saudara
C. Pembagian Harta Warisan
Menurut KHI (cont 7)
Pasal 185 KHI mengatur ttg ahli waris
pengganti.
Ahli waris pengganti yaitu orang2 yg
mjd ahli waris krn org tuanya yg berhak mendapat warisan meninggal lebih
C. Pembagian Harta Warisan
Menurut KHI (cont 8)
Pasal 185 KHI merumuskan :
1. Ahli waris yg meninggal lebih dulu
drpd pewaris, kedudukannya dpt digantikan oleh anaknya, kecuali
mereka yang disebutkan dalam pasal 173
2. Bagian ahli waris pengganti tidak
C. Pembagian Harta Warisan
Menurut KHI (cont 9)
Yg termasuk ahli waris pengganti yaitu:
a. Cucu lk2 dan cucu pr dari anak pr,
memperoleh status dzawil furudh krn pengganti ibunya anak pr yg
berkedudukan sbg dzawil furudh
b. Cucu lk2 dan cucu pr dari anak pr,
C. Pembagian Harta Warisan
Menurut KHI (cont 10)
c. Anak lk2 dan anak pr saudara pr
sekandung/seayah memperoleh status dzawil furudh karena pengganti ibunya (saudara pr sekandung/seayah) yang berkedudukan sbg dzawil furudh.
d. Anak lk2 dan anak pr saudara seibu
sekandung/seayah memperoleh status asabahkarena pengganti ayahnya
C. Pembagian Harta Warisan
Menurut KHI (cont 11)
e. Anak laki2 dan anak pr saudara seibu,
memperoleh status sbg dzawil furudh karena ia adalah pengganti ayah atau ibunya (saudara seibu) yg
berkedudukan sbg dzawil furudh.
f. Anak laki2 dan anak pr paman,
D. Tahapan Pembagian
Warisan
Setelah seseorang meninggal maka harta peninggalan perlu diselesaikan
I. Menginventarisi dan menentukan siapa yang menjadi ahli waris
II. Memurnikan harta warisan
denganmengeluarkan segala hak yg ada sangkut pautnya dg harta warisan seperti : harta bersama, zakat, biaya perawatan
jenazah, hutang dan wasiat
E. Damai dlm Pembagian
Warisan
Pasal 183 KHI:
“Para ahli waris dapat bersepakat melakukan perdamaian dalam
pembagian harta warisan, setelah
masing-masing menyadari bagiannya”
Dg demikian terbuka kemungkinan
membagi warisan tidak sesuai
F. Cara Pembagian dan
penghitungan Harta
Warisan
Apabila para dzawil furudh telah diketahui dan
harta warisan telah dimurnikan, maka harta warisan siap dilakukan pembagian.
Untuk menghitung bagian dzawil furudh perlu
menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil yg dalam kewarisan islam dikenal dengan asal
masalah
Asal masalah tersebut terdiri dariasala
F. Cara Pembagian dan
penghitungan Harta Warisan (cont 1)
Berapa asal masalah yg digunakan
tergantung pada porsi bagian dari para ahli waris dzawil furudh.
Contoh : ahli warisnya adalah ayah dan
janda. Menurut ketentuan ayah
F. Cara Pembagian dan
penghitungan Harta Warisan (cont 2)
Selanjutnya thd bagian dari masing2 dzawil furudh yang telah diketahui
jumlah bagiannya itu dikalikan dengan asal masalahnya, sehingga diketahui berapa besar bagiannya atas harta warisan yang telah dimurnikan.
Setelah jumlah bagian warisan masing-masing dzawil furudh diketahui
F. Cara Pembagian dan
penghitungan Harta Warisan (cont 3)
Asabah jika jumlahnya lebih dari satu
orang maka mereka akan berbagi
sesuai derajatnya, apabila derajatnya sama maka akan berbagi sama rata, namun bila derajatnya tidak sama
maka dibagi sesuai perbandingan.
Asabah jika jumlahnya seorang maka
semua sisa harta diberikan kepadanya.
F. Cara Pembagian dan
penghitungan Harta Warisan (cont 4)
Contoh : ahli waris tdr dr ibu, anak lk2
dan anak perempuan. Ibu sebagai dzawil furudh mendapat 1/6 bagian, untuk itu asal masalahnya 6, ibu
mendapat bagian 1 dan sisanya 5
F. Cara Pembagian dan
penghitungan Harta Warisan (cont 5)
Contoh kasus :
Tuan Tono meninggal dunia dan
meninggalkan harta setelah dimurnikan harta warisannya berjumlah Rp. 200 jt. Kerabat yang masih hidup adalah ayah, ibu, kakek, istri, seorang anak lk2 dan seorang anak perempuan, dan satu
saudara laki2 sekandung. Bagaimana pembagian harta warisannya? Dan
F. Cara Pembagian dan
penghitungan Harta Warisan (cont 6)
Jawaban :
dari kasus tersebut yang berhak
menjadi pewaris/mendapatkan warisan adalah :
Sisanya 13/24 untuk asabah , yaitu :
Anak laki2 2/3 x 13/24
F. Cara Pembagian dan
penghitungan Harta Warisan (cont 7)
Sedangkan kakek dan saudara laki2
sekandung tidak mendapat warisan karena terhijab. Kakek terhijab oleh
ayah. Sedangkan saudara laki2 terhijab oelh anak laki2, anak oerempuan dan ayah.
Sehingga bagian masing2 :
a. Istri : 3/24 x Rp.200jt = Rp.
25.000.000,-b. Ibu : 4/24 x Rp.200jt = Rp.
33.333.333,-F. Cara Pembagian dan
penghitungan Harta Warisan (cont 8)
c. ayah : 4/24 x Rp.200jt = Rp.
33.333.333,-d. Anak lk2 : 2/3 x 13/24 x Rp.200jt =
Rp.
72.222.222,-e. Anak pr : 1/3 x 13/24 x Rp.200jt =
36.111.111,-G. Masalah Aul dan Radd
AUL
bermakna naik atau meluap, menurut
para fuqaha berarti bertambahnya jumlah bagian faraidh dan berkurangnya nashib (bagian) para ahli waris.
Aul terjadi ketika harta yang dibagikan
habis sedangkan akhli waris banyak. Oleh karena itu harus dinaikkan asal
G. Masalah Aul dan Radd
(Cont 1)
Contoh : seseorang meninggal dengan
ahli waris suami, dua orang saudara kandung perempuan dan dua orang saudara laki2 seibu.
G. Masalah Aul dan Radd
(cont 2)
Radd
bermakna kembali/dikembalikan, menurut
para ulama faraidh berarti berkurangnya asal masalah dan bertambahnya jumlah bagian ahli waris.
misalnya dalam suatu keadaan para ahli waris telah menerima haknya masing masing tetapi ternyata warisan masih tersisa, sementara
tidak ada ahli waris yang bertindak sebagai
G. Masalah Aul dan Radd
(cont 3)
Syarat adanya radd :
1. Adanya ashabul furudh 2. Tidak adanya asabah
3. Terdapat sisa harta warisan
Untuk menyelesaikan radd pertama mencari
bagian masing2 ashabul furudh,
menentukan asal masalahuntuk mengetahui bagian masing2, kemudian menjumlahkan bagian masing2 ahli waris dan jumlah
G. Masalah Aul dan Radd
(Cont 4)
Contoh : seseorang meninggal dengan
ahli ibu, satu orang saudari kandung dan satu orang saudari seayah.
ibu 1/6 1
Saudari sekdg 1/2 3