• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERJASAMA CINA UNI EROPA DALAM PROGRAM N

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KERJASAMA CINA UNI EROPA DALAM PROGRAM N"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

K E R J A S A M A C I NA -UNI E R O P A DA L A M PR O G R A M NE A R Z E R O E MMI SSI ON C OA L (NZ E C ) T A H UN 2009-2018

A . A lasan pemilihan J udul

Pembangunan industrialisasi dengan penggunaan bahan bakar fosil merupakan salah satu kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan manusia yang berdampak buruk bagi dunia. B anyaknya negara maju yang menggunakan bahan bakar fosil dan batu bara, menyebabkan tingginya emisi gas karbon di dunia. Menurut kajian Perserikatan B angsa-B angsa (PB B ) pada tahun 1990-2004, negara maju seperti A merika S erikat, J erman, dan K anada menambah E misi gas karbon 16% sampai dengan 17%, sedangkan emisi yang dihasilkan C ina meningkat menjadi 47%.

1

Peningkatan emisi yang dihasilkan oleh C ina diketahui berasal dari berkembangnya sektor industri C ina yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar. D apat diketahui bahwa motor penggerak kemajuan perekonomian C ina yakni dengan kemaj uan sektor industri yang telah dikembangkan oleh pemerintah C ina sejak terjadinya reformasi ekonomi pada tahun 1978 hingga sekarang. Perkembangan industrialisasi yang merupakan penggerak ekonomi C ina, sebagian besar industri yang berada di C ina menggunakan bahan bakar fosil sebagai bahan bakar utama industri. Perkembangan industri tersebut ternyata menimbulkan permasalahan yang krusial bagi negara C ina.

1

Muhammad Y unus, Menciptakan D uni a T anpa K emiskinan : Bagaimana Bisnis Sosial

(2)

D alam sebuah pertemuan yang disepakati di K yoto- J epang yang membahas mengenai perubahan iklim, kemudian disepakati dengan dilahirkannya Protokol K yoto menyatakan bahwa negara-negara industri diwajibkan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. J enis atau tipe Gas R umah K aca yang keberadaannya di atmosfer yang berpotensi menyebabkan perubahan iklim adalah C O2

,

C H4, N20, HF C s, PF C s, S F6, Gas R umah K aca utama ialah C O2, C H4, dan N2O. Dari ketiga jenis gas ini, yang paling banyak kandungannya di atmosfer ialah C O2.

2

Pada Protokol K yoto, pengurangan emisi gas rumah kaca secara kolektif sebesar 5,2% yang akan dihitung sesuai rata-rata lima tahunan. Dengan adanya perjanjian tersebut, C ina mendapatkan tekanan dari berbagai pihak agar mengurangi emisi gas karbon yang tinggi, antara lain dari PB B yang mengharapkan semua negara di dunia berpartisipasi menyelamatkan lingkungan dengan cara ikut meratifikasi Protokol K yoto dan harus memenuhi target emisi yang telah ditetapkan oleh Protokol K yoto. T ekanan lain datang dari negara-negara Uni E ropa yang berkewajiban mengurangi karbon yang dihasilkan dengan batasan yang telah ditentukan dalam Protokol K yoto. Uni E ropa dengan tegas menyatakan bahwa harus ada hukum yang mengikat dalam menjaga lingkungan yang lebih bersih. Hampir semua negara Uni E ropa berpartisipasi dalam meratifikasi Protokol K yoto. Hal inilah yang kemudian mendorong C ina untuk bekerjasama dengan Uni E ropa karena melihat banyak negara-negara Uni E ropa yang berperan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan.

2

Martono, F enomena G as Rumah K aca, F orum T eknologi V ol.05 No.02, hal.80,

http://pusdi klatmigas.esdm.go.id/file/T 6-F enomena_ Gas_ rumah_ kaca.pdf ,diakses pada 2 F ebruari

(3)

D ari penjelasan di atas, hal yang menarik untuk diteliti yaitu mengenai implementasi dari kerjasama antara C ina dengan Uni E ropa dalam mengurangi emisi gas karbon yang menjadi permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh C ina rentang tahun 2009 hingga 2016 melalui program yang ditawarkan oleh Uni E ropa yakni program Near Zero E mission C oal. Hal yang menarik untuk diteliti pada tahun 2009-2016 yakni dari adanya kerjasama tersebut, C ina berinovasi melakukan upaya-upaya untuk melestarikan lingkungan dan dapat mengurangi emisi gas karbon namun tetap dapat menjalankan industri di negaranya. Dengan adanya kerjasama tersebut, diperkirakan C ina dapat mengurangi emisi gas karbon hingga tahun 2020 seperti yang telah ditetapkan oleh Protokol K yoto. Pengurangan emisi gas karbon yang dilakukan oleh C ina tentunya menjadi dilema oleh C ina sendiri karena dengan tingginya penggunaan bahan bakar batu bara pada produksi industri C ina akan merusak lingkungan. Namun, bahan bakar utama industri di negara C ina menggunaan batu bara.

B . L atar B elak ang M asalah

(4)

Negaranya. K eberadaan batu bara ini mungkin sangat menguntungkan bagi negara-negara besar guna menjalankan industri dan ekonominya, namun penggunaan tersebut akan menghasilkan gas karbon dioksida (C O2) yang cukup tinggi dan dapat merusak lingkungan. Hal tersebut dapat meningkatkan j umlah emisi gas rumah kaca yang berdampak pada perubahan iklim. Meningkatnya emisi gas karbon disebabkan karena meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca oleh zat sisa pembakaran dari konsumsi energi yang tidak dapat diperbaharui terutama batu bara dan minyak bumi.

F enomena alam dan kerusakan lingkungan serta perubahan iklim tersebut kini menjadi perhatian dunia. Penggunaan emisi gas rumah kaca mempunyai komponen gas yang berbahaya. D ikhawatirkan apabila penggunaan batu bara oleh negara-negara industri tersebut akan mempercepat emisi gas karbon dan akan menaikkan suhu bumi yang kemudian berdampak pada perubahan dalam pola cuaca termasuk lebih banyak musim kering, gelombang panas, serta badai yang semakin hebat.

3

Para ilmuwan dan pakar lingkungan banyak yang mendesak adanya langkah-langkah yang tegas untuk memangkas timbulnya gas karbon.

Menanggapi hal tersebut, Perserikatan B angsa-B angsa (PB B ) bersama dengan para pemimpin dunia dalam K onferensi T ingkat T inggi ( K T T ) yang diselenggarakan di R io de J aneiro, B razil pada tahun 1992 telah sepakat untuk melakukan berbagai rencana besar yang terkait dengan upaya konservasi lingkungan bumi dan pada saat yang sama j uga meningkatkan kesejahteraan umat manusia disebut juga dengan United Nation C onference on E nvironment and

3

“W hat are the effects of climate change ( A pa dampak perubahan iklim) ”,

www.wri.org/publication/hot-climate-cool-commerce/what-are-effects-of-climate-change, diakses

(5)

Development (UNC E D ). K T T tersebut membahas di antaranya kesepakatan terhadap K onvesi K erangka K erja PB B mengenai perubahan iklim (UNF C C C , United Nation F ramework C onvention on C limate C hange)

4

dengan tujuan untuk menstabilkan emisi gas rumah kaca sehingga tidak mempengaruhi sistem iklim bumi dengan berbagai mekanisme yang telah disepakati.

Sebanyak 197 negara yang merupakan negara-negara peserta konvensi mulai melakukan negosiasi-negosiasi untuk membentuk suatu aturan yang lebih detail berupa instrumen operasional dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Dalam suatu konvensi diperlukan wadah untuk mempersatukan dan menghasilkan sebuah keputusan sejalan dengan konvensi. Oleh karenanya, dibentuklah sebuah pertemuan para pihak yang dilaksanakan secara periodik (C oP, C onference of the Parties). Pada pertemuan C oP 3 diadakan di K yoto-J epang pada tahun 1997 melahirkan sebuah kesepakatan mengenai penurunan emisi gas rumah kaca yakni Protokol K yoto yang diadopsi sebagai pendekatan mengurangi emisi gas rumah kaca. Isi dari Protokol K yoto merupakan seperangkat aturan yang mengikat negara-negara industri untuk berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca.

Protokol K yoto bertuj uan untuk menjaga konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer agar berada pada tingkat yang tidak membahayakan sistem iklim bumi. Protokol K yoto mengatur pelaksanaan penurunan emisi oleh negara industri sebesar 5,2% dibandingkan dengan tingkat emisi tahun 1990. T arget nasional antar negara berbeda-beda, Uni E ropa memiliki target mengurangi 8% emisi gas

4

“UNF C C C 101, Greenpeace Organizati on”

(6)

rumah kaca, 7% untuk A merika Serikat, 6% untuk J epang, 0% untuk R usia dan penambahan yang diizinkan sebesar 8% untuk A ustralia dan 10% untuk Islandia. Pengurangan emisi gas rumah kaca dapat melalui mekanisme yang ditawarkan oleh Protokol K yoto, antara lain: mekanisme Implementasi B ersama (J oint Implementation), Perdagangan E misi (E mission Trading), dan Mekanisme Pembangunan B ersih (C lean D evelopment Mechanism).

5

D alam Protokol K yoto dianut prinsip tanggung jawab bersama namun semua pihak mempunyai tanggung jawab yang berbeda dalam usaha perbaikan iklim. S eperti halnya kelima negara besar penghasil gas rumah kaca yang ada

Sumber : Daga A rdianto, Peran Protokol K yoto Dalam Mengurangi T ingkat E misi Dunia Melalui C lean Development Mechanism, 2009, diakses pada tanggal 5

Maret 2017.

Sementara pada tahun 1990 negara C ina tidak terikat dalam upaya pengurangan emisi karbon di bawah Protokol K yoto karena C ina masih dianggap berkembang ketika kesepakatan dibuat. Negara C ina juga tidak menyetujui serta

5

B PK P,”Undang-Undang R epubli k Indonesia Nomor 17 T ahun 2004 T entang Pengesahan

K yoto Protocol T o T he U nited Nations F ramework C onvention On C limate C hange (Protokol

K yoto A tas K onvensi K erangka K erja Perserikatan Bangsa -B angsa T entang Perubahan Iklim) ”,

(7)

meratifikasi Protokol K yoto. Namun seiring dengan ekonomi C ina yang semakin pesat diperkirakan emisi gas karbon yang dihasilkan oleh C ina akan melampaui A merika Serikat dalam beberapa tahun mendatang. F akta bahwa C ina merupakan negara terbesar emitor gas rumah kaca di dunia dan memproduksi lebih dari 6.000 mega ton karbon dioksida (C O2) setiap tahunnya. D ari tahun 1990 hingga 2001 emisi C O2 di C ina meningkat sej umlah 82,3 juta ton dengan 27% peningkatan di seluruh dunia dalam periode yang sama. D iperkirakan pada tahun 2025 C ina dapat menggantikan A merika Serikat sebagai negara dengan emisi C O2 tertinggi di dunia. C ina pada tahun 1990 hingga 2001 memang tidak terlalu memprioritaskan isu-isu perubahan iklim dan tidak terlibat dalam organisasi maupun dalam penandatanganan perjanjian internasional mengenai penguragan emisi gas rumah kaca.

F akta bahwa C ina merupakan negara industri yang membutuhkan pasokan energi batu bara dalam menjalankan industrinya, mempertegas bahwa C ina berada pada peringkat pertama penghasil emisi karbon di dunia dimana posisi tersebut sebelumnya ditempati oleh A merika Serikat.

6

K ebutuhan batu bara C ina meningkat sebanyak 7% pada tahun 2010 dan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan. B ahaya kesehatan akan emisi gas buang karbon tersebut dapat membahayakan kesehatan masyarakat C ina dimana dalam emisi gas tersebut membawa bahaya kesehatan berupa penyakit asma, kanker paru-paru bahkan kematian. B eberapa provinsi di C ina menjadi penyumbang terbesar emisi gas karbon seperti yang terjadi di B eijing dan Z aozhuang yang merupakan salah satu

6

J G J Olivier, “L ong-Term Trend in Global C O2 E missions: 2011 Report, PB L Netherlands

E nvironmental A ssesment A gency”

(8)

provinsi di C ina dimana polusi udara berasal dari konsumsi 3,1 juta ton batu bara sebagai sumber energi industri pada tahun 2000.

7

B adan Pengawas L ingkungan C ina telah mengakui bahwa terdapat separuh dari pembangkit listrik C ina menggunakan energi batu bara dimana hal tersebut melanggar undang-undang lingkungan R epublik R akyat C ina, namun tetap saja negara tersebut tidak melakukan tindakan tegas terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan-perauran tersebut padahal kegiatan produksi di pembangkit listrik tersebut menimbulkan pencemaran, khususnya udara, akibat proses pembakaran batu bara. Pemerintah C ina tidak serta merta melakukan tindakan menjatuhkan sanksi ataupun menutup pembangkit listrik tersebut dikarenakan kebutuhan akan tenaga listrik yang besar di C ina sehingga dikhawatirkan penutupan pembangkit listrik akan berdampak pada terpengaruhinya pemenuhan kebutuhan listrik di C ina.

8

Hal tersebut tentunya menjadi dilema yang cukup besar bagi negara C ina sendiri.

B erikut merupakan diagram kenaikan emisi gas karbon negara-negara industri yang mengkonsumsi batu bara sebagai bahan bakar industri di negaranya dari tahun 1990-2010:

7

“C ina T i dak Proritaskan Isu Iklim”,

http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2007/06/070604_ chinaclimate.shtml, diakses pada

tanggal 22 F ebruari 2018

8

R . Meredith, Menjadi Raksasa D uni a : F enomena K ebangkitan India dan C ina yang L uar

(9)

D iagr am 1.

K enaik an E misi G as K ar bon Negar a I ndustr i

Sumber : Negara-Negara Penyumbang K arbon T erbesar di D unia. www.mongabay.co.id, diakses pada 5 Maret 2017.

(10)

karbon sebesar 20% dengan intensitas energi per PD B dan penguranan 10% debit polutan utama.

9

K enyataan bahwa telah terjadinya pencemaran industrialisasi lingkungan hidup C ina membuat pemerintah C ina kemudian mengeluarkan banyak kebijakan dan peraturan yang lebih berpihak pada lingkungan hidup walaupun dalam pelaksanaannya, pemerintah C ina terkadang masih melakukan tebang pilih untuk menindaknya dan terkesan masih menomorduakan pelanggaran terhadap undang-undang polusi yang dampaknya dapat berakibat pada kematian manusia dan kerusakan lingkungan hidup yang parah.

K eadaan emisi gas yang cukup besar yang dihasilkan oleh C ina membuat banyak negara memaksa C ina untuk melakukan pengurangan emisi gas karbon, karena keadaan tersebut dapat merugikan seluruh negara di D unia. Desakan mengurangi emisi gas karbon berasal dari berbagai pihak, salah satunya negara-negara di bawah organisasi Uni E ropa yang merupakan negara-negara A nnex I dimana negara-negara tersebut merupakan negara penyumbang emisi gas di dunia, A dapun negara-negara yang dikategorikan sebagai negara Annex I antara lain : A ustralia, A ustria, B elarus, B elgia, B ulgaria, K anada, K roasia, C ypruz, R epublik C eko, D enmark, E stonia, F inlandia, Perancis, J erman, Y unani, Hungaria, Iceland, Irlandia, Italia, J epang, L atvia, L iechtenstein, L ituania, L uxemburg, Malta, Monako, B elanda, Selandia B aru, Norwegia, Polandia, Portugal, R omania, R usia,

9

“C ina B erikrar Dalam K erjasama Perubahan Iklim”,

http://bencana-kesehatan.net/index.php/13-berita/berita/70-china-berikrar-dalam-kerja-sama-perubahan-iklim,

(11)

Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Swiss, T urki, Ukraina, Inggris, A merika. 10

Negara-negara tersebut berkewajiban mengurangi karbon yang dihasilkan dengan batasan yang telah ditentukan oleh Protokol K yoto. Untuk negara-negara anggota Uni E ropa telah berkomitmen untuk mengurangi emisi menjadi 20% dibawah tingkat 1990. K omitmen ini merupakan salah satu sarana utama Uni E ropa dalam mengurangi emisi gas karbon hingga tahun 2020 yang dituangkan dalam undang-undang yang mengikat seperti the E missions Trading D irective, Renewable emisi gas karbon dengan melakukan transfer teknologi yang dikembangkan oleh Uni E ropa. A jakan tersebut disambut baik oleh pemerintah C ina. K epentingan Uni E ropa dalam melakukan kerj asama dengan C ina untuk mengurangi emisi gas karbon di C ina dikarenakan Uni E ropa menganggap C ina sebagai mitra dagang bagi Uni E ropa dan mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang menguntungkan pasar Uni E ropa. C ina juga membutuhkan dukungan Uni E ropa dalam ekspansinya. K ebutuhan oleh C ina dan Uni E ropa ini kemudian mendorong terjalinnya hubungan kerjasama yang interaksional satu sama lain. T idak ada yang mendominasi dikarenakan di kedua pihak sama-sama memiliki kebutuhan dan

10

“L ist of A nnex I Parties to T he C onvention”,

http://unfccc.int/parties_ and_ observers/parties/annex_ i/items/2774.php diakses pada tanggal 8

Maret 2018.

11

“K omisi Uni E ropa, T he E U climate and energi package”,

(12)

kepentingan. Dalam kerangka kerja Protokol K yoto pasal 2 ayat b yang dinyatakan bahwa:

“B ekerjasama dengan Pihak lain tertentu untuk meningkatkan efektivitas kebijakan dan tindakan secara individu dan gabungan yang diadopsi berdasarkan Pasal ini, sesuai Pasal 4, ayat (2) huruf e dan i, dari K onvensi. Untuk tujuan ini, Para Pihak ini wajib mengambil langkah-langkah untuk berbagi pengalaman dan bertukar informasi mengenai kebijakan dan tindakan tertentu, termasuk mengembangkan cara peningkatan komparabilitas, transparansi dan efektivitasnya. K onferensi Para Pihak yang berfungsi sebagai S idang Para Pihak pada Protokol ini wajib, pada sidangnya yang pertama atau sesegera mungkin setelah itu, mempertimbangkan cara-cara untuk memfasilitasi kerjasama tertentu, dengan mempertimbangkan semua informasi yang terkait.”

Pada tanggal 29 Mei 1998 C ina telah meratifikasi Protokol K yoto dan sepakat untuk memangkas emisi gas rumah kaca setidaknya 5%. C ina menyakini bahwa GR K diyakini sebagai penyumbang pemanasan global. Pemerintah C ina kemudian mengambil tindakan tegas untuk mengurangi emisi GR K yakni dengan meningkatkan efisiensi energi.

12

Pemerintah C ina mulai mewaspadai perubahan iklim yang terjadi sehingga C ina menyepakat kerjasama yang ditawarkan oleh Uni E ropa untuk memangkas emisi GR K yang telah menjadi tanggung jawab C ina yang telah meratifikasi Protokol K yoto. K erjasama antara Pemerintah C ina dengan Uni E ropa bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kebijakan yang telah di sepakati dalam Protokol K yoto, serta guna bertukar informasi maupun teknologi dan memfasilitasi penurunan emisi gas rumah kaca yang telah lama menjadi permasalahan negara C ina. K erjasama tersebut dituangkan dalam dua nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) antara Ministry of

12

“C hina R atifies K yoto Protokol”

(13)

Science and Technology of The Republic of C hina dengan E uropean C imission dimana MoU tersebut terdapat 2 fase.

Pada K T T Uni E ropa-C ina pada S eptember 2005 lalu di B eijing, dimana Inggris selaku pimpinan K T T tersebut, pada fase pertama menyatakan bahwa kerjasama antara C ina dengan Uni E ropa menekankan bahwa kedua belah pihak sepakat untuk bekerjasama mengatasi perubahan iklim dengan cara melakukan pengembangan serta transfer teknologi untuk membersihkan emisi gas guna untuk memperbaiki efisiensi energi dan untuk mencapai pengurangan emisi gas karbon, serta kerjasama untuk melakukan penangkapan dan pengelolaan karbon dioksida.

13

F okus dari kemitraan adalah pada teknologi energi bersih. Perjanjian ini memiliki visi 2020 mendorong kerjasama teknologi yang berlandaskan “Mendekati Nol E misi T eknologi B atubara” melalui teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (C C S ) di C ina dan Uni E ropa.

14

Program tersebut dicetuskan dan dikembangkan oleh Uni E ropa yang kemudian akan dilakukan transfer teknologi ke negara C ina. K esepakatan tersebut telah disepakati dengan dilakukannya penandatanganan nota kesepahaman antara kedua belah pihak baik C ina maupun Uni E ropa. Penandatangan nota kesepahaman tersebut diselenggarakan di Shanghai, C ina pada tanggal 20 F ebruari 2006 dan telah disalin menggunakan B ahasa Mandarin dan B ahasa Inggris.

13

“Memorandum of Understanding between T he Mini stry of Science and T echnology of The

P eople’s Republic of C i na and The E uropean C ommission P hase I”,

https://ec.europa.eu/cli ma/sites/cli ma/files/nzec/docs/nzec_ mou_ en.pdf diakses pada tanggal 31

A gustus 2017

14

“C hina-UK Near Zero E missi ons C oal Iniatiative”,

http://www.nzec.i nfo/en/assets/Uploads/New-F older-4/NZ E C -article-in-IE A

(14)

F ase kedua dari diadakannya kesepakatan antara C ina dengan Uni E ropa menyatakan bahwa masing-masing pihak akan ada panitia pengawas yang akan mengawasi, mengkaji dan memfasilitasi proses kerjasama. A nggota panitia pengawas untuk masing-masing pihak berjumlah sama. A nggota dari Uni E ropa dan E uropean E conomic Area akan diundang untuk menjadi partisipan dan akan mewakili panitia pengawas dari kedua belah pihak. Nota kesepahaman ini ditandatangani oleh K ementerian Ilmu Pengetahuan dan T eknologi C ina dengan K omisi E ropa di Nanjing pada tanggal 30 November 2009.

15

B erdasarkan kedua kesepakatan inilah yang kemudian dilakukannya kerjasama antara C ina dengan Uni E ropa menanggulangi permasalahan emisi gas karbon yang berada di C ina mulai berjalan sesuai dengan nota kesepahaman.

Progam “Mendekati Nol E misi T eknologi B atubara” dimotori oleh salah satu mekanisme Protokol K yoto, yakni mekanisme C lean D evelopment Mechanism (C DM) yang mana mekanisme tersebut merupakan mekanisme pengurangan emisi gas rumah kaca dengan cara melakukan penangkapan karbon di atmosfer. Mekanisme tersebut dianggap efektif untuk memangkas emisi GR K dan tidak akan merugikan negara-negara industri yang sedang mengembangkan perekonomian negaranya salah satunya negara C ina yang mengalami dilema pembangunan karena tingginya prosentase emisi GR K di C ina sedangkan perekonomian negara C ina sedang meningkat.

15

“Memorandum of Understanding between T he Mini stry of Science and T echnology of The

P eople’s Republic of C i na and The E uropean C ommission P hase II”,

https://ec.europa.eu/cli ma/sites/cli ma/files/nzec/docs/mou2_ en.pdf, diakses pada tanggal 31

(15)

C . R umusan M asalah

B erdasarkan pemaparan diatas, adapun hal yang ditarik rumusan masalah yang akan dibahas yaitu : “B agaimana I mplementasi K er j asama C ina-Uni E r opa D alam P r ogr am Near Z ero E mmission C oal ( NZ E C ) T ahun 2009-2016? ”

D. K er angk a Pemik ir an

E misi gas karbon merupakan salah satu gas buang dari gas rumah kaca. E misi gas karbon terjadi akibat pembakaran tak sempurna oleh mesin berbahan bakar batu bara dan mengakibatkan meningkatnya suhu atmosfer. B eberapa pertemuan internasional telah di selenggarakan guna membahas mengenai pengurangan emisi gas rumah kaca terutama gas karbon salah satunya dalam K T T yang menghasilkan Protokol K yoto. Dimana dalam Protokol K yoto negara-negara industri mempunyai kewajiban untuk mengurangi emisi gas karbon di negaranya masing-masing.

(16)

1. K onsep K er j asama I nter nasional

K erj asama secara umum dapat didefinisikan sebagai upaya-upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak dalam usahanya untuk menyelesaikan suatu permasalahan dan mencapai tujuan bersama dengan berdasar pada asas saling percaya, saling menghargai kepentingan masing-masing, memiliki komitmen sehingga tercipta suatu keselarasan dalam mencapai tuj uan awal yang telah ditetapkan dan tentunya pencapaian kerjasama tersebut harus saling menguntungkan bagi pihak-pihak yang berperan didalamnya.

16

Oleh karena itu, pihak yang membutuhkan bantuan dalam berbagai bidang akan melakukan kerjasama dengan pihak lain yang mumpuni di bidang yang dibutuhkannya.

K erj asama dapat dilakukan oleh seluruh intrumen baik antar individu, antar kelompok atau organisasi maupun antar negara. Perlunya kerjasama dengan negara lain karena dengan adanya saling ketergantungan sesuai dengan kebutuhan negara masing-masing. K erjasama dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, budaya dan keamanan dapat dijalin oleh suatu negara dengan satu atau lebih negara lainnya. K erjasama ini bertuj uan meningkatkan kesejahteraan bersama karena hubungan kerjasama antar negara dapat mempererat proses peningkatan kesejahteraan dan penyelesaian masalah diantara dua atau lebih negara tersebut.

Menurut K .J Holsti, proses kerjasama atau kolaborasi terbentuk dari perpaduan keanekaragaman masalah nasional, regional atau global yang muncul dan memerlukan perhatian lebih satu negara. Masing-masing pemerintah saling melakukan pendekatan yang membawa usul penanggulangan masalah

16

Sjamsumar D am dan R iswandi, K erjasama ASE AN L atar Belakang, P erkembangan, dan

(17)

mengumpulkan bukti-bukti tertulis untuk membenarkan suatu usul atau yang lainnya dan mengakhiri perundingan dengan suatu perjanjian atau pengertian yang memuaskan semua pihak.

Menurut K .J Holsti, kerjasama internasional dapat didefenisikan sebagai berikut:

17

a. Pandangan bahwa dua atau lebih kepentingan, nilai, atau tujuan saling bertemu dan dapat menghasilkan sesuatu, dipromosikan atau dipenuhi oleh semua pihak sekaligus.

b. Pandangan atau harapan dari suatu negara bahwa kebijakan yang diputuskan oleh Negara lainnya akan membantu negara itu untuk mencapai kepentingan dan nilai-nilainya.

c. Persetujuan atau masalah-masalah tertentu antar dua negara atau lebih dalam rangka memanfaatkan persamaan kepentingan atau benturan kepentingan. d. A turan resmi atau tidak resmi mengenai transaksi di masa depan yang

dilakukan untuk melaksanakan persetujuan.

e. T ransaksi antar negara untuk memenuhi persetujuan mereka.

Menurut D ougherty, kerjasama dapat tumbuh dari suatu komitmen individu terhadap kesejahteraan bersama atau sebagai usaha pemenuhan kepentingan pribadi. K unci dari perilaku kerjasama ada pada sejauh mana setiap pribadi percaya bahwa yang lainnya akan bekerjasama. Sehingga isu utama dari kerjasama adalah didasarkan pada pemenuhan kepentingan pribadi, dimana hasil yang menguntungkan kedua belah pihak dapat diperoleh dengan bekerjasama dari

17

K .J Holsti. P olitik Internasional, K erangka Untuk Analisis J ilid II, (diterjemahan oleh M.

(18)

pada dengan usaha sendiri atau dengan persaingan. 18

Suatu kerjasama internasional didorong oleh beberapa faktor:

a. K emaj uan di bidang teknologi yang menyebabkan semakin mudahnya hubungan yang dapat dilakukan negara sehingga meningkatkan ketergantungan satu dengan yang lainnya.

b. K emaj uan dan perkembangan ekonomi mempengaruhi kesejahteraan bangsa dan negara. K esejahteraan suatu negara dapat mempengaruhi kesejahteraan bangsa-bangsa.

c. Perubahan sifat peperangan dimana terdapat suatu keinginan bersama untuk saling melindungi dan membela diri dalam bentuk kerjasama internasional.

Diskusi kerjasama internasional secara teori meliputi hubungan antara dua negara atau hubungan antara unit-unit yang lebih besar yang dapat disebut juga dengan multilateralisme. Multirateralisme didefinisikan oleh J ohn R uggie sebagai bentuk institutional yang mengatur hubungan antara tiga atau lebih negara berdasarkan pada prinsip-prinsip perilaku umum yang dinyatakan dalam berbagai bentuk institut di dalamnya organisasi internasional, rezim internasional, dan fenomena nyata yang belum nyata terjadi, yakni tata aturan internasional.

19 Oleh karenanya kerjasama interasional dapat dilakukan oleh siapapun dan kepada pihak manapun baik secara individu maupun secara organisasi.

18

D ougherty & Pfaltzgraff, C ontending T heories, Harper and R ow Publi sher, New Y ork, 1997,

hal.419

19

(19)

K erjasama internasinal menurut S uprapto digolongkan ke dalam 4(empat) bentuk, yaitu:

1. K erj asama G lobal : adanya keinginan yang kuat dari berbagai bangsa di dunia untuk bersatu dalam suatu wadah yang mampu mempersatukan cita-cita bersama merupakan dasar utama bagi kerjasama global. Sejarah kerjasama global dapat ditelusuri kembali mulai dari dibentuknya kerjasama multilateral.

2. K erj asama R egional : merupakan kerjasama antar negara yang secara geografis letaknya berdekatan. K erjasama tersebut bisa berada dalam bidang pertahanan tetapi j uga bisa di bidang lain seperti pertanian, hukum, kebudayaan dan lain sebagainya.

3. K erj asama F ungsional : permasalahan maupun metode kerjasama menjadi semakin kompleks disebabkan oleh semakin banyaknya lembaga kerjasama yang ada. W alaupun kompleksitas dan banyak permasalahan yang dihadapi dalam kerjasama fungsional baik di bidang ekonomi maupun sosial, untuk pemecahannya diperlukan kesepakatan dan keputusan politik.

(20)

B erbagai kelompok kepentigan berusaha mencapai tujuannya dengan memanfaatkan berbagai kemungkinan yang terbuka di forum global.

20

K onsep mengenai kerjasama internasional menurut K .J Hotlsti merupakan acuan penulis dalam melakukan penelitian mengenai kerjasama antara C ina dengan Uni E ropa dalam program Near Zero E mmision C oal. D imana organisasi Uni E ropa melakukan kerj asama dengan negra C ina dengan cara melakukan transfer teknologi guna menyelesaikan permasalahan emisi gas karbon, yang kemudian Uni E ropa j uga akan mendapat keuntungan dari kerjasama tersebut. Hubungan kerjasama yang disepakati antara C ina dengan Uni E ropa dapat disebut sebagai kerjasama bilateral dimana kerjasama tersebut merupakan suatu hubungan antara negara dengan organisasi internasional dalam hal ini Uni E ropa merupakan sebuah Organisasi Internasional. D ilihat dari tujuannya, kerjasama antara C ina dengan Uni E ropa bertuj uan untuk mengatasi perubahan iklim, maka kerjasama yang dilakukan tersebut merupakan suatu kerjasama fungsional karena Uni E ropa dalam hal ini sebagai fasilitator dalam mengembangkan program Near Zero E mission C oal (NZ E C ) kepada negara C ina. K erjasama yang dijalin antara C ina dengan Uni E ropa termasuk dalam kerjasama fungsional dimana kerjasama tersebut membutuhkan sebuah kesepakatan guna mencapai tujuan bersama.

20

R .S oeprapto, H ubungan Internasi onal : system, interaksi dan peril aku , R aja grafindo

(21)

2. K onsep Politik H ij au

Isu lingkungan hidup semakin hari semakin mengemuka seiring dengan semakin tingginya kesadaran manusia akan dampak pembangunan terhadap lingkungan. J umlah populasi masyarakat yang semakin meningkat dengan adanya aktifitas sosial dan ekonomi manusia secara tidak langsung akan mengancam lingkungan. K eberadaan campur tangan manusia dapat merusak eksistensi seperti tumbuhan dan hewan. A ktivitas manusia yang semakin meningkat membuat lingkungan terancam. Menurut penganut teori lingkungan, di dunia ini harus ada keadilan untuk semua makhluknya. Mereka percaya bahwa semakin tinggi kegiatan ekonomi semain besar pula kerusakan lingkungan yang akan terj adi. Pertumbuhan ekonomi yang bersifat eksponen yang berlangsung sepanjang dua abad terakhir merupakan penyebab utama krisis lingkungan yang ada sekarang ini. Salah satu dampak lingkungan yang terjadi yakni pemanasan global, disadari sebagai akibat dari industrialisasi besar-besaran yang tidak memperhatikan dampak dari polusi yang dihasilkan oleh asap pabrik dan juga kendaraan bermotor. Perluasan industri serta produksi massal industri mengancam menghabiskan sumber daya material dan energi langka selain itu menyebabkan semakin sempitnya areal hutan dan menipisnya lapisan ozon.

21

Hal tersebut tentunya akan terjadi perubahan iklim yang signifikan dan mengancam kehidupan masyarakat di dunia.

D avid C K orten membangun kontras antara pertumbuhan ekonomi dengan ekologi dan kehidupan komunitas. K arena pertumbuhan ekonomi menciptakan

21

R obert J ackson & George S orensen, P engantar Studi H ubungan

Internasional,( diterjemahkan oleh D adan S uryadi pura), Pustaka Pelajar, Y ogyakarta, 2005,

(22)

kesenjangan ekonomi dan merusak lingkungan hidup. 22

Pihak yang optimis mengatakan bahwa umat manusia tidak perlu khawatir tentang hal itu karena perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi akan memberikan solusi atas masalah itu. Dobson juga menyatakan bahwa adanya pembatasan pertumbuhan yang merupakan penyebab munculnya krisis lingkungan karena pertumbuhan ekonomi yang bersifat eksponen yang menyebabkan krisis lingkungan saat ini. Oleh karena itu fokus utama politik hijau ialah lebih kepada alam, bukan manusia. B agaimana pemanfaatan alam yang baik dan menanggulangi ancaman kerusakan ekosistem terlepas dari peranan manusia dalam mengelola perbaikan-perbaikan tersebut.

K onsep politik hijau menurut Dobson merupakan acuan dalam penulisan skripsi karena dalam konteks kerjasama yang disepakati antara C ina dengan Uni E ropa merupakan kerjasama fungsional dimana tuj uan daripada kerjasama ini adalah mengurangi emisi gas karbon yang merupakan permasalahan lingkungan yang berakar dari meningkatnya perekonomian C ina dengan adanya pembangunan industrialisasi yang pesat. Industrialisasi yang tinggi tersebut menggunakan bahan bakar batu bara dimana batu bara sendiri menghasilkan emisi gas karbon yang sangat tinggi yang berdampak pada kesehatan masyarakat C ina.

K erjasama yang dij alin antara C ina dengan Uni E ropa sepaham dengan konsep politik Hijau menurut D avid C K orten dimana pertumbuhan ekonomi menciptakan kesenjangan ekonomi dan merusak lingkungan hidup. D engan tingginya kadar emisi gas karbon di C ina, mendorong negara C ina berinisiatif

22

A leksius J emadu, P olitik Global dalam Teori dan P raktik, Graha Ilmu, Y ogyakarta, 2008,

(23)

Referensi

Dokumen terkait

abnormal return sebelum dan sesudah Pilkada DKI Jakarta 2017 dan terdapat perbedaan trading volume activit y 6 hari sebelum dan 6 hari setelah Pilkada DKI

Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa variabel bebas gaya kepemimpinan (X1) dan motivasi kerja (X2) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap

Menimbang , bahwa untuk mendukung permohonan bandingnya, Penggugat/ Pembanding dalam perkara ini telah mengajukan memori banding tertanggal 24 Agus tus 2012 yang diterima di

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lilik Handayani mengenai Kontribusi Persepsi Dan Motivasi Ibu Dalam Meningkatkan Keberhasilan Pemberian Asi Eksklusif Di

Palvelutarpeen arviointia on tehty Lapin maakunnan ja kuntien väestötasolla. Palvelutar- peen arvioinnissa on myös kartoitettu nykyisen palvelujärjestelmän tilanne, minkä yhteydes-

Wajib pajak terdaftar dapat dikatakan bahwa mereka adalah wajib pajak yang telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Namun, wajib pajak yang terdaftar tidak

Peningkatan kasus yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2012 di wilayah kerja Puskesmas Tayan yaitu sebesar 33 kasus (Mf Rate 6,32% ) dari basil survey darah jari yang

Hasil dari penelitian adalah dapat diketahui bahwa kerusakan ruas jalan adalah dipicu oleh kelebihan beban kendaraan yang melintas pada ruas jalan dan intensitas volume