• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Studi S1 Teknik Lingkungan Vermi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Program Studi S1 Teknik Lingkungan Vermi"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Program Studi S1 Teknik Lingkungan

Home» Berita » Vermicomposting: Journey to Forever Enviromental Conservation

l e-complaint l Fakultas l Jurnal JSAL l Jurusan

l Survei Pemahaman Visi Misi l Survei Pengguna Lulusan l Tracer Study

l Universitas

B L O G R O L L

l ASCE

l Jurnal Ilmiah DIKTI l Proquest l Springerlink

L I N K F O O T E R

l Vermicomposting: Journey to Forever Enviromental Conservation

l The Seven Greatest Human Needs

l My Wonderful Country

B E R I T A T E R A K H I R

l Aktivitas Mahasiswa l Kebersamaan

Dosen-Mahasiswa

l Ujian Akhir Semester Ganjil 2014/2015

K E G I A T A N T E R A K H I R

l Pengisian Kartu Rencana Studi

l Ujian Akhir Semester Ganjil 2014/2015

P E N G U M U M A N T E R A K H I R

Vermicomposting: Journey to Forever Enviromental

Conservation

Ditulis pada tanggal 7 March 2015, oleh admin, pada kategori Berita

Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan oleh faktor yang berkaitan dengan karakteristik pupuk anorganik, antara lain kandungan unsur hara yang relatif tinggi dan penggunaan yang relatif praktis, meskipun sebenarnya petani menyadari harga pupuk anorganik lebih mahal. Kondisi ini semakin terasa dengan semakin naiknya harga sarana produksi pertanian, terutama pupuk organik. Namun proses pengomposan secara alami untuk mendapatkan pupuk organik memerlukan waktu yang cukup lama dan dianggap kurang dapat mengimbangi kebutuhan yang terus meningkat. Untuk mengantisipasi terjadinya kekosongan pupuk organik kini ditemukan beberapa aktivator yang dapat mempercepat proses pengomposan sehingga kontinuitas produksi pupuk organik lebih terjamin.

Vermicomposting

Vermicomposting adalah proses pengomposan limbah organik menjadi kompos

berkualitas tinggi dengan menggunakan cacing tanah.  Limbah organik yang 

dikomposting bisa bersal dari limbah dapur, limbah pabrik pengolahan pangan atau pengolahan hasil pertanian lainnya, atau limbah pertanian seperti jerami, cocobit, log jamur, kotoran ternak dan bahkan semua jenis sampah baik sampah pasar, sampah rumah tangga termasuk kertas koran dan kardus, sampai yang berasal dari dedaunan yang jatuh dari pohon. Semua jenis limbah organik ini dapat di dekomposting dengan baik oleh cacing tanah.

Casting

Kompos dari proses vermicomposting yang sering disebut casting ini berupakan

kompos terbaik untuk tumbuhnya tanaman.  Kerjasama antara cacing tanah dengan 

mikro organisme memberi dampak proses penguraian yang berjalan dengan baik. Walaupun sebagian besar proses penguraian dilakukan mikroorganisme, tetapi kehadiran cacing tanah dapat membantu proses tersebut karena bahan-bahan yang akan diurai oleh mikroorganisme telah diurai lebih dahulu oleh cacing. Dengan demikian, kerja mikroorganisme lebih efektif dan lebih cepat. Bagian dari casting ini merupakan kotoran kotoran cacing yang dapat bergunauntuk pupuk. Casting ini mengandung partikel-partikel kecil dari bahan organik yang dimakan cacing dan kemudian dikeluarkan lagi.

Kandungan casting tergantung pada bahan organik dan jenis cacingnya. Namun umumnya casting mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Casting mengandung lima kali lebih banyak nitrogen, tujuh kali lebih banyak fosfor, dan sebelas kali lebih banyak potasium dari pada tanah biasa. Selain juga mengandung mineral-mineral utama dan vitamin yang dibutuhkan untuk tumbuhnya tanaman. Dalam casting juga terdapat mikroorganisme tanah yang menguntungkan dan asam humis yang

mengondisikan tanah dalam keseimbangan pH yang sempurna.  Casting mempunyai  faktor pertumbuhan tanaman yang setara dengan yang terdapat pada rumput laut.  Tidak 

ada kompos yang lebih baik dari hasil vermicomposting ini.

Cacing Tanah

Cacing tanah merupakan hewan verteberata yang hidup di tempat yang lembab dan tidak terkena matahari langsung. Kelembaban ini penting untuk mempertahankan cadangan air dalam tubuhnya. Kelembaban yang dikehendaki sekitar 60 – 90%. Selain tempat yang lembab, kondisi tanah juga mempengaruhi kehidupan cacing seperti pH tanah,

temperatur, aerasi, CO2, bahan organik,  jenis tanah, dan suplai makanan. Diantara ke  tujuh faktor tersebut, pH dan bahan  organik merupakan dua faktor yang sangat poenting. 

Kisaran pH yang optimal sekitar 6,5 – 8,5. Adapun suhu ideal menurut beberapa hasil penelitian berkisar antara 21-30 derajat celcius.

Cacing yang dapat mempercepat proses pengomposan sebaiknya yang cepat berkembang biak, tahan hidup dalam limbah organik, dan tidak liar. Dari persyaratan tersebut, jenis cacing yang cocok yaitu Lumbricus rubellus, Eisenia foetida, dan Pheretima asiatica. Cacing ini hidup dengan menguraikan bahan organik. Bahan organik

P E N C A R I A N

l Log in l Entries RSS l Comments RSS l WordPress.org

M E T A

B A N N E R

l 07.03.2015 Pemeriksaan Gigi dan Mulut Gratis di Expo UB 2015

l 07.03.2015 Flood Early Warning System Berbahan Bakar Matahari Karya Dosen UB

l 07.03.2015 Sari Jagung Kurnia Turut Pasarkan Produknya di Brawijaya Expo

(2)

ini menjadi bahan makanan bagi cacing. Untuk memberikan kelembaban pada media bahan organik, perlu ditambahkan kotoran ternak atau pupuk kandang. Selain memberikan kelembaban, pupuk kandang juga menambah karbohidrat, terutama selulosa, dan merangsang kehadiran mikroba yang menjadi makanan cacing tanah.

Gambar 1. Lumbricus Rubellus

Breeding

Perbanyakan cacing yang akan digunakan untuk vermicomposting merupakan hal yag

penting.  Jumlah cacing yang akan digunakan sangat tergantung dari berapa kapasitas  limbah organik yang akan didekomposisi.  Dalam waktu satu bulan satu kilogram 

Lumbricus rubellus pada kondisi lingkungan yang baik untuk hidupnya akan menjadi dua

kilogram atau dua kalinya.  Setiap hari cacing ini bisa bertelur satu. Satu telur bisa  menetas tiga atau empat anak cacing.  Sehingga dalam satu tahun populasi cacing yang  hermaprodit ini bisa menjadi sekitar 1000 kali lipat.  Cacing berumur dua bulan sudah  siap untuk kawin dan bertelur.  Sehingga kalau diprogram akan memproduksi 1 ton  cacing per bulan.  Cukup diperluka cacing satu atau dua kilogram untuk diperbanyak 

terlebih dahulu selama satu tahun, sebelum dipanen 1 ton per bulan.

 

 

PRINT WORD PDF TEXT

M E N U U T A M A

Home

Profil

Pendidikan

Penelitian dan Pengabdian

Jaminan Mutu

Kemahasiswaan

Fasilitas

Layanan Publik

Kontak

J O I N U S

RSS Feed

Facebook

Twitter

Flickr

UB Tube

UB Live

P O S T I N G T E R B A R U

Vermicomposting: Journey to Forever Enviromental Conservation

The Seven Greatest Human Needs

My Wonderful Country

Rumpun Ilmu dan Gelar Sarjana Teknik Lingkungan

Pengisian Kartu Rencana Studi

U B B L O G R O L L

UB Official Web

Prasetya Online

UB Webmail

Digital Library

Forum UB

Job Placement Center

Seleksi Masuk UB

C O P Y R I G H T

Universitas Brawijaya © 2015 under terms of services

BITS UB

O T H E R L I N K S

ASCE

Jurnal Ilmiah DIKTI

Proquest

Springerlink

I N F O

You are now using IPv4 from : 202.67.40.50

this site best viewed at 1024x768 resolution in browser:

Gambar

Gambar 1. Lumbricus Rubellus

Referensi

Dokumen terkait

3 kali per minggu dengan menambahkan nasi saat Saran yang dapat dilakukan dari keluhan-keluhan ringan yang dialami mahasiswa untuk keluhan mual, sakit kepala,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) persepsi mahasiswa secara total berada dalam kategori cukup tinggi, sedangkan persepsi per dimensi yaitu untuk perhatian selektif

Pengajaran mikro dilaksanakan mulai Februari sampai Juni 2013. Dalam Pengajaran mikro mahasiswa melakukan praktek mengajar pada kelas kecil. Adapun yang berperan

Dalam narasi, cerita adalah unsur kronologi dari suatu peristiwa, di mana peristiwa tersebut bisa ditampilkan dalam teks bisa juga tidak ditampilkan dalam

Pada saat proses pembelajaran berlangsung dari hasil observasi yang dilakukan, siswa pada kelas eksperimen lebih aktif dalam proses diskusi kelas bersama guru

India, salah satu negara dengan bahasa yang paling beragam di dunia, memiliki sejarah panjang mendukung hak anak untuk belajar dalam bahasa ibu mereka. Pada tahun 1960,

Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan terakhir mengenai peran kepala sekolah sebagai motivator dalam mengembangkan kompetensi profesional guru yaitu beliau

Perhatian terhadap iklan d televisi akan semakin besar jika materinya dibuat dengan standar teknis yang tinggi, atau menggunakan seorang aktor atau artis yang