PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM BERTARAF INTERNASIONAL
Oleh: Reza Fahmi dan Prima Aswirna Penulis adalah Dosen
Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol Padang
ABSTRAK
Artikel ini berangkat dari fakta empiris di mana Indonesia telah mengalami
perkembangan kurikulum yang berdinamika, seiring pergantian pemerintahan
yang berkuasa. Mengingat kurikulum di Indonesia telah mengalami perombakan
dari waktu ke waktu. Demikian juga hal-nya yang terjadi pada kurikulum
Pendidikan Agama Islam. Sungguhpun demikian, artikel ini lebih memusatkan
perhatian pada dimensi manajemen pendidikan yang dijalankan oleh pemerintah
seiring perkembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam. Di mana tantangan
global telah menjadikan pentingnya sebuah pemikiran tentang pengembangan
kurikulum Pendidikan Agama Islam yang memilki standar internasional, dengan
mengutamakan pendidikan bagi semua.
Kata Kunci : Kurikulum, Pendidikan Agama Islam, Globalisasi, Pendidikan Bagi
Semua
PENDAHULUAN
Indonesia hari ini tidak bisa menutup mata untuk melihat perubahan global
1yang
sangat pesat. Demikian juga hal-nya yang terjadi pada dunia pendidikan. Di mana
masing-masing negara memacu perkembangan pendidikannya untuk tujuan
peningkatan Sumber Daya Manusia pada satu sisi. Kemudian peningkatan
kesejahteraan masyarakat sebagai perspektif lain yang ditargetkan oleh
negara-negara di dunia tersebut
2.
1 The globalization era has become a reality that must be faced by the people and nation of
Indonesia. As a result of globalization, everything changes rapidly. This should be considered as a challenge that we need tocope with. In time like this, we need to take action. Islamic education is inevitably involved in the globalization and demanded to be able to contribute significantly. Achmad Asrori. Islamic Education Development Strategy In Facing The Global Challenges. International Journal of Science and Research (IJSR) ISSN (Online): 2319-7064. Index Copernicus Value (2013): 6.14 | Impact Factor (2014): 5.611.
2 Education is one of the most important aspects in human development and perhaps the most
Keberadaan tentang kesepakatan multilateral tentang Asean Economic
Community (Masyarakat Ekonomi Asean) menjadi bukti nyata bahwa Indonesia
tidak mengkin lepas dari persoalan globalisasi yang sedang kita hadapi
3. Tentunya
keberadaan kelompok ekonomi sedemikian juga diilhami oleh eksistensi lembaga
Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) yang lebih dulu lahir di belahan benua biru.
Mau tidak mau atau suka tidak suka maka, Indonesia telah berada didalamnya dan
perlu bergerak dengan cepat menghadapi dinamika sosial dunia yang semakin
kompleks.
Selanjutnya sesuai dengan tujuan pendidikan nasional Indonesia:
“Mencerdaskan kehidupan bangsa” yang termaktub didalamnya pendidikan
Islam
4, tentunya tidak ingin hanya menjadi objek dari proses globalisasi yang
tidak saja menyentuh pada persolan ekonomi semata, namun juga bersentuhan
langsung dengan dunia pendidikan
5. Disamping itu Indonesia perlu lebih banyak
in Muslim Countries: The Experiences of Indonesia and Malaysia. Bulletin of Education & Research. June 2008, Vol. 30, No. 1, pp. 1-19
3 Today, the world of education in general is facing a variety of challenges, such as: first,
globalization in the fields of culture, ethics and morals as a consequence of the advanced technology in transportation and information. Second, the implementation of free trade policy which means the competition is getting tougher for graduates to look for the jobs. In reality, the number of foreign workers who come to work in Indonesia is increasing, while the number of Indonesian workers sent abroad does not showa significant increase, furthermore generally those who work abroad are non-professional ones. Third, international survey results indicate that the quality of education in Indonesia is still low, in addition Indonesia always ranks under other neighboring countries. Fourth, the problem of this country is that it has a low level of social-capital. While the core idea of social-capital is trust, experts say that Indonesia nearly reaches the point of "zero trust society" which means Indonesian people are hard to trust. Among the indicators is the survey of the Political and Economic Risk Consultancy (PERC) in 2004 that the index of corruption in Indonesia has reached 9.25 or the first rank in Asia, in 2005 the indexincreased to 9.4. Fifth, conflicts within relationships between human beings, either as individuals or groups, even as a nation often use religion to legitimize violence. The growth of conflicts, on one hand is a part of social dynamics, but on the other hand threatens the harmony, and even further jeopardizes the social integration at local, national, regional and international level. Sixth, the schools/Madrasa and colleges do not capable in forming a virtuous civil society. Achmad Asrori. Islamic Education Development Strategy In Facing The Global Challenges. International Journal of Science and Research (IJSR) ISSN (Online): 2319-7064. Index Copernicus Value (2013): 6.14 | Impact Factor (2014): 5.611.
4 In order to come to some agreement regarding the purpose of Islamic education, it may be
beneficial to firstly elicit a definition of education and Islamic education. Ashraf (1979) defines education as a process involving three rewards: the individual, the society or the community to which he or she belongs and the whole content of reality, both material and spiritual, which plays a dominant role in determining the nature and destiny of man and society. Therefore, education plays a very important role and is a pillar for the national development in many societies. Al-Attas (1984) maintains that the purpose of Islamic education is not to cram the pupil’s head with facts but to prepare them for a life of purity and sincerity. This total commitment to character building based on the ideals of Islamic ethics is the highest goal of Islamic education. Here he stressed on character building that needs to be moulded together in an educational curriculum which he considers as the highest objective of Islamic education. Che Noraini Hashim.et. all, Islamic Religious Curriculum in Muslim Countries: The Experiences of Indonesia and Malaysia. Bulletin of Education & Research. June 2008, Vol. 30, No. 1, pp. 1-19.
5 All those challenges above require us to conducthjjraof which the true meaning is to migrate
berkiprah pada perubahan yang ada. Dengan bahasa yang sederhana dapat
dinyatakan bahwa, Indoesia perlu menjadi pelaku perubahan yang aktif atau
subjek yang mewarnai kemajuan berbagai bidang, termasuk di dalamnya dunia
pendidikan.
Sehingga persoalan dunia pendidikan yang muncul diantaranya adalah :
(1) Penguasaan teknologi informasi (information Technologies), sebagai sebuah
bentuk “gelombang ketiga” dalam era revolusi sosial yang digambarkan oleh
Alvin Toffler. Sebagai sebuah gambaran dapat diperlihatkan pada Gambar 1 di
bawah ini :
Sumber: https://technologiemounac.com/
Berdasarkan Gambar di atas dapat difahami bahwa, teknologi informasi
telah menjadi salah satu ujung tombak globalisasi dunia pendidikan yang
menuntut steakholders (pemangku kepentingan) dalam dunia pendidikan
menguasi bidang tersebut. Disamping penggunaan teknologi informasi telah
begitu banyak memberikan sumbangan dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta efekti dan efisiensinya pekerjaan, dengan pengaplikasian
paperless
(nir kertas) dalam proses administrasi pendidikan.
(2) Penguasaan Bahasa Asing (Teaching English as Second Language), di
mana sebagai sebuah dinamika sosial yang mendunia. Penguasan bahasa menjadi
sebuah tuntutan yang harus dipenuhi. Sungguhpun demikian penguasaan bahasa
internasional tidak saja pada Basa Inggris semata, namun juga bahasa pengantar
pergaulan dunia yang diakui oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (United Nation).
Sehingga proses komunikasi berjalan dengan lancar dan menghindari
kesalahpahaman tentang makna dan pesan verbal, yang disampaikan dalam
interaksi bilateral atau multilateral antara negara bangsa (nation-state).
(3) Komponen utama disamping dua persolan di atas adalah keberadaan
kurikulum
6pendidikan. Di mana secara spesifik kurikulum Pendidikan Agama
Education Development Strategy In Facing The Global Challenges. International Journal of Science and Research (IJSR) ISSN (Online): 2319-7064. Index Copernicus Value (2013): 6.14 | Impact Factor (2014): 5.611.
6 Dalam dunia pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sangat penting. Hal ini tidak
Islam juga mengalami perubahan yang signifikan
7. Hal ini terjadi, mengingat
kurikulum digambarkan oleh Taylor (2014) dalam bukunya “Fundamentals of
Curriculum” dianalogikan sebagai “jantung-nya” pendidikan. Artinya produk
pendidikan yang dihasilkan oleh sebuah lembaga pendidikan adalah sangat
ditentukan oleh kurikulum yang diciptakan. Dengan kata lain “mau jadi apa
manusia yang akan dihasilkan dari proses pendidikan adalah sangat ditentukan
kurikulum yang diajarkan dalam pendidikan itu sendiri. Sehingga kurikulum tidak
lagi perlu diartikan sangat sempit sebagai sebuah kumpulan materi ajar yang
dipersiapkan bagi peserta didik. Lebih khusu akan diperbincangkan
pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam dalam uraian berikutnya.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
Mengingat kedudukan kurikulum yang sangat penting dalam kegiatan
pendidikan, maka penyusunan kurikulum harus dilakukan dengan pertimbangan
yang matang dan analisa yang mendalam. Penyusunan kurikulum haruslah
berdasarkan landasan (asas-asas) yang kuat, yang didasarkan atas hasil-hasil
pemikiran dan penelitian yang mendalam. Ada beberapa landasan utama dalam
penyempurnaan kurikulum dari waktu ke waktu, suatu hal yang kemudian dikenal dengan istilah pengembangan kurikulum. Kurikulum merupakan suatu hal yang sangat dinamis dan senantiasa mengalami perubahan. Melakukan evaluasi terhadap kurikulum yang sedang berjalan maupun mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan yang ada merupakan hal yang niscaya adanya. Sebuah lembaga pendidikan hendaknya memiliki inovasi dalam mengembangkan kurikulumnya sehingga menjadi lembaga yang terpercaya dan mampu mengantarkan siswa didiknya menjadi manusia yang berkualitas
7 Islamic religious curricular has gone through four distinct periods in Islamic history. The first
pengembangan suatu kurikulum, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis,
landasan sosial budaya serta perkembangan ilmu dan teknologi.
Pengembangan kurikulum pada hakekatnya adalah proses atau kegiatan
yang disengaja dan dipikirkan untuk menghasilkan sebuah kurikulum sebagai
pedoman dalam proses dan penyelenggaraan pembelajaran oleh guru di sekolah.
Pengembangan kurikulum bermakna mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan
pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang sifatnya
positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri dengan harapan agar
peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik.
Pengembangan kurikulum mempunyai dua sisi, yaitu sisi kurikulum
sebagai pedoman yang kemudian membentuk kurikulum tertulis (writen
curriculum atau document curriculum) dan sisi kurikulum sebagai implementasi
(curriculum implementation) yaitu sistem pembelterdapat empat unsur yang perlu
diperhatikan dalam pengembangan, yaitu : a) Merencanakan, merancang dan
memprogramkan bahan ajar dan pengalaman belajar; b) Karakteristik peserta
didik; c) Tujuan yang akan dicapai; d) Kriteria-kriteria untuk mencapai tujuan.
Pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam di tanah air Indonesia
tercinta, tentunya tidak pernah lepas dari keberadaan negara-negara di Timur
Tengah
8. Sebut saja Mesir
9sebagai sebuah negara di Timur Tengah juga telah
8 There are many reasons contributing to the awakening and realizing their backwardness which in
turn urging them to rebuild their societies and particularly their educational system. The movement toward reform and rehabilitation is led by a group of reformist to rebuild their country. Because Muslim countries in the Arab World were many we will only concentrate on one of them namely Egypt which is the earliest country to adopt Western Education in Muslim country. After that we will discuss reforms in Islamic religious education in Southeast Asia, particularly Malaysia and Indones. .. Noraini & Langgulung. Islamic Religious Curriculum in Muslim Countries. Bulletin of Education & Research June 2008, Vol. 30, No. 1, pp. 1-19.
9 French invasion of Egypt in 1798 opened their eyes on the superiority of the French weapons and
mewarnai pola pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam yang ada di
seantero Asia Tenggara
10.
KURIKULUM INTERNASIONAL DALAM KERANGKA MANAJEMEN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Sehakikinya usaha untuk menerapkan kurikulum bertaraf internasional
sudah dijalankan di Indonesia, di mana pada tahun 2007/2008 Direktorat
Pembinaan SMP memandang penting terbentuknya rintisan SMP bertaraf
internasional (RSBI) untuk menjawab kebutuhan zaman. Hal ini sesuai dengan
amanat Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UUSPN 20/2003) Pasal 50 ayat 3 yang menyebutkan bahwa
“Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurangkurangnya
satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan
menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional
11.”
Azhar, by which modern faculties such as faculties of Medicine, faculty of dentistry, faculty of agriculture, faculty of economics, and faculty for girls where natural sciences beside the religious and linguistic sciences were established. Faculty of education was later on established.. Noraini & Langgulung. Islamic Religious Curriculum in Muslim Countries. Bulletin of Education & Research June 2008, Vol. 30, No. 1, pp. 1-19..
10 Pada dinamika kurikulum yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut : “After the downfall
of Ottoman Empire the entire Muslim World was completely dominated by Western Colonial countries, particularly British, French, Spanish, Dutch and so forth. Southeast Asian countries were ruled by the British and the Dutch. The British ruled Malaya and North Borneo, where as the Dutch ruled Indonesia. Dutch rule in Indonesia lasted for over three hundred years who used iron claws to suppress private schools that sought to establish carders to fight colonialists. Islam is Indonesia's dominant religion with approximately 88% of its population identifying as Muslims, making it the most populous Muslim-majority nation in the wor”. Sedangkan pada dinamika pengembangan kurikulum Pendidikan Islam dapat dijelaskan sebagai berikut : “In general the history of education in Malaysia started with the emergence of 'Pondok' schools as well as Arabic and religious schools towards the end of the 19th century. In the early 20th century, educational institutions became more structured and worldly knowledge was included into the religious school curriculum. It was during the rule of the British that vernacular schools were introduced. Schooling amongst the Malays started with the opening of Penang Free Schools in 1821. Education in Malaysia may be obtained from government-sponsored schools, private schools, or through home-schooling. The education system is highly centralized, particularly for primary and secondary schools, with state and local governments having little say in the curriculum or other major aspects of education. Standardized tests are a common feature of Malaysian educational system.”. Noraini & Langgulung. Islamic Religious Curriculum in Muslim Countries. Bulletin of Education & Research June 2008, Vol. 30, No. 1, pp. 1-19..
11 Pengertian sekolah/madrasah bertaraf internasional sendiri adalah “Sekolah/Madrasah yang
Pada implementasi kurikulum bertaraf internasional yang dijalankan pada
Sekolah Bertaraf Internasional di Indonesia umumnya menggunakan kurikulum
model Wheeler
12setidaknya terdiri atas lima tahapan, yaitu : menentukan tujuan
umum yang bersifat filosofis dan menentukan tujuan khusus yang bersifat praktis,
menentukan pengalaman belajar yang akan didapatkan oleh siswa, menentukan
isi/materi sesuai dengan pengalaman.
Sungguhpun demikian Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) atau Sekolah
Rintisan Bertaraf Internasional (RSBI) di Indonesia telah dihapuskan. Mengingat
sekolah sedemikian dianggap bersifat komersil dan beraroma diskriminatif.
Sehingga secara resmi pemerintah telah melarang keberlangsungan sekolah
tersebut yang pada awalnya dianggap sebagai langkah maju dalam dunia
pendidikan. Mengingat Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) atau Sekolah
Rintisan Bertaraf Internasional (RSBI) telah menggunakan kurikulum yang
diterapkan pada negara-negara maju. Sebut saja, kurikulum yang telah dijalankan
oleh
Cambridge
(Inggris Raya) dalam pengembangan kurikulumnya.
Selanjutnya model pengembangan kurikulum pada Sekolah Bertaraf
Internasional atau Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional yang pernah dijalankan
di Indonesia berdasarkan pola penerapan manajemen pendidikannya dapat
dijelaskan pada Gambar 2 di bawah ini :
Sumber : Sumber: https://technologiemounac.com/ Diakses 01 Maret 2017.
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (Studi di SMP Negeri 3 Peterongan Jombang). digilib.uinsby.ac.id. Diakses 02 Maret 2017.
12 Laily Syarifah. 2010. Pengembangan Kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam pada
Berdasarkan Gambar 2 di atas dapat dipahami bahwa, terdapat berbagai
tantangan tingkat tinggi dan dukungan yang kuat bagi melahirkan pola kebijakan
manajemen Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) atau Sekolah Rintisan bertaraf
Internasional (RSBI), di mana tantangan dan dukungan yang diperlukan antara
lain : (1) Intervensi dan proporsi tentang kesuksesan. (2) Standar yang ambisional.
(3) Mengembangkan atau membangun tanggungjawab. (4) Data yang baik target
yang jelas. (5) Akses yang terbaik dan kualitas pengembangan profesional. (6)
Akuntabilitas.
Keseluruhan aspek di atas pada suatu pihak akan menjadi tantangan dalam
pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam yang bertaraf internasional.
Kemudian pada masa yang sama juga menjadi daya dukung bagi pengembangan
kurikulum yang ada. Sehingga tinggal lagi bagaimana pembuat kebijakan
mengartikulasikan kebijakan yang akan dijalankan.Dengan demikian pembuat
kebijakan perlu mengalihkan tantangan menjadi sebuah dukungan yang positif
bagi pengembangan kurikulum yang telah ada. Kemudian pada masa yang sama
mengoptimalkan daya dukung yang besar di dalam masyarakat serta pemangku
kepentingan untuk memaksimalkannya menjadi sebuah kekuatan yang bermakna
bagi penciptaan kurikulum yang baik dan terorganisasi secara profesional.Di
mana ianya mengedepankan proses manajemen yang teruji bagi peningkatan
kualitas pendidikan, diantaranya; perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), Tindakan (acting) dan pengawasan (contriolling)
13. Sehingga akan
terbentuk kurikulum tangguh dan dapat menyesuaikan diri terhadap tantangan
perubahan zaman serta mampu menyesuaikan dinamika kehidupan sosial yang
semakin kompleks di masa mendatang.
SIMPULAN
Apa yang perlu digarisbawahi bahwa esensi yang utama keberadaan
kurikulum Pendidikan Agama Islam bertaraf internasional; (1) bukan hanya
memilki pengertian sempit sebagai internasionalisasi kurikulum Pendidikan
Agama Islam yang ada. Artinya muatan kurikulum mengandaalkan penggunaan
13 Lihat. Terry, G. 2015. Management Organization. New York :: Mc Graw Hill. Selanjutnya... To