Jejak Ekologisku dan Kontribusiku
dalam Memerangi Perubahan Iklim
Oleh:
Dita Rizky Amanda
(125060607111011)
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
I. Latar Belakang penghematan energi. Sedangkan beberapa golongan yang kontra beranggapan bahwa hal ini hanya semata-mata sebuah siklus alam biasa. Namun apabila kita berkaca dari kacamata orang awam, walaupun pemanasan global hanyalah sebuah siklus yang nantinya juga akan kembali normal dengan sendirinya tidak ada salahnya jika usaha penghematan energi tersebut ikut kita lakukan. Karena bagaimanapun juga energi yang berasal dari bumi ini tentunya semakin lama digunakan akan habis. Contohnya saja uang, yang sering kita gunakan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari misalnya untuk membayar tagihan rumah tangga, membayar sekolah, sampai untuk biaya masa depan anak. Apabila uang tersebut terus-menerus dibelanjakan tanpa ada upaya untk berhemat atau menabung tidak heran jika uang tersebut habis. Begitu pula dengan energi. Bumi juga memiliki energi yang harus kita pertahankan untuk keberlanjutannya, karena jika tidak bumi yang selalu kita banggakan ini akan rusak karena perbuatan manusia yang terlalu berlebihan mengeksploitasinya.
Perubahan iklim merupakan salah satu dampak yang disebabkan oleh pemanasan global. Jika kembali pada masa masih duduk pada bangku sekolah dasar dahulu kita selalu diajarkan oleh guru-guru kita bahwa khususnya di Indonesia yang memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau, musim hujan selalu datang pada bulan Oktober sampai bulan Maret, sedangkan musim kemarau selalu datang pada April sampai bulan September. Namun pada masa sekarang, kedua musim tersebut justru bias waktu kedatangannya. Tidak jarang kemarau memiliki masa yang cukup panjang atau sebaliknya dengan musim penghujan. Hal ini tentu saja bukan merupakan sebuah keajaiban atau keberuntungan. Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris jelas merasakan dampak negatif yang cukup besar dari hal tersebut.
Sehingga kita dapat mengetahui dampak dari gaya hidup yang kita pilih terhadap perubahan iklim. Maka dari itu diharapkan dengan pengatuan mengenai ecological footprint tersebut kita dapat sadar dan dapat menentukan alternatif terbaik untuk memperbaiki atau mengubah pola hidup menjadi lebih bijak agar semua yang kita nikmati saat ini dapat dinikmati juga oleh anak cucu kita kelak.
II. Tinjauan Teori
Perubahan iklin yang telah kita ketahui merupakan dampak dari pemanasan global yang di dalamnya ternyata terdapat kontribusi dari aktivitas pemenuhan kebutuhan manusia yang dapat berupa makanan, tempat tinggal, transportasi, dan juga energi. Berkaca dari hal tersebut maka dilakukanlah suatu metode untuk menganalisis seberapa besar pengaruh dari sebuah lifestyle
manusia terhadap bumi yang menjadi tempat tinggalnya yaitu dengan melakukan perhitungan jejak ekologis atau ecological footprint. Dengan metode tersebut diharapkan seorang individu pada akhirnya dapat mengambil sebuah keputusan untuk lebih bijaksana dalam menjalani gaya hidupnya agar apa yang sudah ia lakukan memberi dampak positif terhadap perubahan iklim bukan sebaliknya.
Sebelum membahas lebih jauh tentang ecological footprint, kita harus memahami terlebih dahulu konsep dari jejak ekologis itu sendiri. Konsep jejak ekologis pertama kali dikenalkan oleh William Rees dalam jurnal akademiknya di tahun 1992 dan disempurnakan oleh Mathis Wackernagel (1994) dalam Sudanti (2013) mengatakan bahwa ecological footprint adalah sistem yang mengukur seberapa banyak ruang yang dibutuhkan manusia, baik di darat maupun di air, untuk menghasilkan sumber daya yang dibutuhkan dan menyerap limbah yang dihasilkan oleh manusia. Dengan kata lain, jejak ekologis berguna untuk menganalisis perbandingan kebutuhan manusia terhadap sumber daya alam dengan kemampuan alam untuk meregenerasi sumber dayanya. Jejak ekologis berupa data kuantitatif yang diukur dengan cara menganalisa jumlah dari lahan produktif darat dan laut yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
kondisi tempat tinggal, jenis energi yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, kebiasaan bertransportasi, beserta konsumsi bahan bakarnya, dan frekuensi penggunaan moda transportasi umum. Hasil yang ditunjukkan adalah berapa kali lipat bumi yang dibutuhkan untuk meregenerasi sumber daya yang dibutuhkan manusia jika setiap orang dianggap memiliki gaya hidup yang sama.
III. Pembahasan
Dalam survei singkat yang saya lakukan untuk menghitung sistem jejak ekologis dari gaya hidup yang saya jalani menurut perhitungan dari EPA Victoria didapat hasil seperti pada gambar 1.
Gambar 1 Hasil perhitungan ecological footprint Sumber: EPA Victoria, 2014
kali lebih cepat dari waktu yang seharusnya dibutuhkan bumi untuk meregenerasi sumber daya yang dimilikinya. Selain itu, dapat dilihat dari hasil perhitungan sistem jejak ekologis yang saya lakukan, untuk mendukung gaya hidup saya maka dibutuhkan 5,4 global hektar lahan produktif di bumi dengan menghasilkan sebanyak 5,9 ton gas karbon ke udara yang dapat menyebabkan efek gas rumah kaca. Dari 5,4 global hektar lahan produktif yang dibutuhkan, sebagian besar merupakan lahan untuk kebutuhan energi dan padang rumput untuk keperluan pemenuhan kebutuhan pakan ternak dan sisanya merupakan lahan pertanian dan hutan yang juga mencakup kebutuhan ruang terbuka hijau, sedangkan untuk kebutuhan tempat tinggal dan perikanan orang-orang dengan gaya hidup seperti saya bukanlah menjadi suatu hal yang diprioritaskan.
dilakukan pada gambar 2 jika kita melakukan aksi di atas, maka sumber daya di bumi “hanya” akan habis dalam waktu 2,2 kali lebih cepat dari yang seharusnya.
Gambar 2 Pengaruh pengurangan jejak ekologis Sumber: EPA Victoria, 2014
Pengaruh dari aksi-aksi penghematan yang kita atau saya lakukan yaitu pengurangan kebutuhan terhadap sumber daya bumi sebesar 0,9 bumi. Maka dari itu dengan merubah pemikiran kita terhadap gaya hidup yang kita lakukan sedikit saja dapat memberikan pengaruh baik yang besar untuk bumi yang menjadi tempat tinggal kita dan juga untuk masa depan anak cucu kita. Karena selama masih ada kesempatan untuk berpikir dan melakukan kebaikan maka tidak perlu untuk ditunda-tunda.
Daftar Pustaka
EPA Victoria. 2014. Environmental Protection Agency of Victoria. Victoria: EPA Victoria,
http://www.epa.vic.gov.au/ecologicalfootprint/calculators/personal/complet ed.asp (diakses 3 Januari 2014)
WWF Australia. 2014. World Wild Life Organization of Autralia. Sydney: WWF Australia,
Sudanti. 2013. Kajian Jejak Ekologis (Ecological Footprint) di Zona Industrri Genuk, Kota Semarang. Disertasi. Semarang: Universitas Diponegoro, http://eprints.undip.ac.id/40475/2/bab_2.pdf (diakses 4 Januari 2014)
Stoglehner, Gernot. 2003. Ecological Footprint – A Tool for Assessing Sustainable Energy
Supplies. Jounal of Cleaner. 11: 267-277,
http://www.sze.hu/fk/kornyezet/Cikkek12/Ecological-footprint---A-tool-for-