• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Pola Pikir Manusia di Eropa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perkembangan Pola Pikir Manusia di Eropa"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

“PERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIA DI EROPA DAN DUNIA ISLAM”

Untuk memenuhi tugas mata kuliah: ILMU ALAMIAH DASAR

Dosen Pengampu:

Ust. Andi Wahyu Wiratama, M.A.

Diserahkan oleh: Faiz Ilyas Mukhtar Hafik Umarul Munir Muhammad Fathan Fadhlilah

Muhammad Khairur Riza Ni’amul Firdaus

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah yang sederhana ini dengan baik dengan judul “Perkembangan Pola Pikir Manusia di Eropa dan Dunia Islam”.

Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memnuhi tugas mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar di Universitas Darussalam Gontor. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan karya ilmiah ini.

Harapan kami dalam penulisan karya ilniah ini semoga dapatmemberi manfaat bagi semua yang membacanya.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan semoga Allah senantiasa meridhai segala amal perbuatan kita. Amin.

Gontor, 27 September 2014

(3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manusia memiliki ciri khas yang tidak dimiliki makhluk lain (hewan, tumbuhan) karena antara manusia, hewan dan tumbuhan, sama-sama memiliki rasa haus dan lapar untuk mempertahankan hidupnya,juga memiliki rasa untuk melangsungkan hasrat biologisnya , untuk mempertahankan dan melestarikan keturunan.

Tapi ciri khas yang tidak dimiliki makhluk lain (hewan, tumbuhan) adalah “AKAL”. Dengan akal, manusia bisa berfikir akan hal yang baik atau buruk dan menyadari bahwa segala yang ada di semesta ini adalah ciptaan Yang Maha Kuasa, maka munculah dalam diri manusia, kesadaran untuk tunduk, patuh, kepada yang menciptakanya (naluri beragama).

B. Maksud dan Tujuan

Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar. Dan dengan ditulisnya makalah ini penulis berharap dapat membantu memberikan pengetahuan mengenai Perkembangan Pola Pikir Manusia pada zaman Islam sehingga dapat bermanfaat pada khususnya bagi para pembuat makalah dan pada umumnya untuk para pembaca.

C. Metode

(4)

D. Rumusan Masalah

Banyak persoalan yang perlu dibahas mengenai Perkembangan Pola Pikir Manusia Namun untuk membatasi ruang lingkup dalam pembahasan masalah, penulis hanya membatasi pada masalah :

1. Perkembangan Pola Pikir Manusia Di Eropa dan Dunia Islam 2. Zaman Penerjemahan

3. Buku Buku Ilmiah 4. Berbagai Ilmu Hikmah 5. Buku Buku Filsafat

BAB II PEMBAHASAN

Perkembangan Pola Pikir Manusia di Eropa dan Dunia Islam

Perkembangan pemikiran islam telah tumbuh sejak abad ke-2 Hijriah atau abad ke-8 masehi. Sejak masa Nabi Muhammad saw, benih-benih pertumbuhan pemikiran islam telah ada hingga pada masa Khulafa Ar-Rasyidin. Adapun pemikiran filsafat Islam baru dikenal pada abad ke-3 H, yaitu dengan munculnya Al-Kindi (260 H), yang dianggap sebagai filsuf Islam pertama.

(5)

membidangi hal-hal yang bersifat perenungan spekulatif tentang kehidupan dan lingkungan secara luas.

Kemajuan yang pesat dalam hal pemikiran, memunculkan konflik baru, dimana adanya gejala penekanan yang berlebihan dalam salah satu bidang disiplin ilmu dan menafikan disiplin ilmu lainnya. Muncul klaim-klaim kebeneran di kalangan pengikut disiplin ilmu tertentu. Bahkan, menurut Al-Ghazali, mereka mengklaim disiplin ilmunya sebagai ilmu yang hukumnya fardhu untuk dipelajari umat islam. Penekanan tersebut menyebabkan berkurangnya pandangan tentang ketentuan dan keutuhan kebenaran.

Pemikiran ilmiah manusia terus berkembang. Banyak orang Arab yang mempelajari filsafat sekaligus ilmu alam, misalnya kedokteran, kimia, fisika dan matematika. Salah satunya Al Harits bin Kaldah yang belajar ilmu kedokteran di Jundisabur, Persia. Ia adalah dokter yang menjadi rujukan kesehatan Nabi saat Sa’ad bi Abi Waqqash sakit. Dari perguruan Jundisabur tersebut, telah lahir sejumlah pemikir besar seperti Euclide, Galenus, Archimedes, Ptolomeus, dan lain lain yang telah berhasi meletakkan dasar dasar ilmu pengetahuan seperti ilmu geometri, ilmu falak, ilmu kedokteran, kimia, fisika dan Matematika.

Dizaman skolastik, lahir ahli pikir Boethius yang dalam 44 tahun, dijatuhi hukuman mati dengan tuduhan berkomplot. Dia filsuf akhir Romawi dan filsuf pertama skolatik. Zaman keemasan skolastik terjadi pada abad ke 13, ditandai dengan membangunnya sekolah-sekolah serta universitas yang meliputi guru dan mahasiswa,munculnya ordo-ordo yang baru merupakan fakktor yang mmengaruhi perkengbangan hidup intelektual, ordo Fransiskan dan ordo Fransiskus,dan adanya penemuan karya filsafat yunani (Aristoteles)menjelaskan di bidang logika.

(6)

Koch, Pasteur, Galileo, Kepler dan kawan kawan mempercepat kemajuan ilmu pengetahuan. Merka menyadari bahwa ilmu pengetahuan dan filsafat dapat mengubah dunia

Di dunia islam, pencarian kebenaran dan esensi alam juga dilakukan oleh para filsuf dan para ilmuwan muslim, dianataranya Al-Kindi, ia membagi ilmu pada 3 bagian , yaitu ilmu fisika, ilmu matematika, ilmu ketuhanan. Alasan pembagian tersebut adalah ilmu berhubungan dengan sesuatu yang dapat diindra, bersifat fisikal (ilmu fisika). Ilmu adakalanya berhubungan dengan benda , tetapi mempunyai wujud tersendiri , yaitu matematika yang terdiri dari ilmu hitung tehnik ,astronomi , dan musik. Ada pula yg tidak berhubungan dengan benda sama sekali, yaitu ilmu ketuhanan. Di abad pertengahan ,Al Farobi sangat terkenal sehingga banyak orang Yahudi yang mempelajari karangannya kemudian menyalinnya ke dalam bahasa ibrani yang salinannya masih tersimpan di perpustakaan-perpustakaan Eropa hingga sasat ini.

A. Zaman Penerjemahan

Pada zaman dahulu, gagasan dan wawasan ditransfer dari satu budaya ke budaya yang lain, terutama melalui para musafir dan pedagang. Secara bertahap, penerjemahan mulai memainkan peran utama dalam perkembangan budaya dunia. Misalnya, penerjemahan memainkan peran besar dalam pergerakan pengetahuan dari Yunani Kuno ke Iran, dari India ke jazirah Arab, dari Islam ke Kristen, dan dari Eropa ke Cina dan Jepang.

Ada dua contoh historis besar bagaimana penerjemahan memperkenalkan satu budaya ke budaya yang lain. Pertama adalah penerjemahan kitab suci Budha dari berbagai ragam bahasa India ke dalam bahasa Cina. Kedua adalah

(7)

Seperti yang kita ketahui, kaum Muslimin mengenal banyak macam ilmu pengetahuan sejak zaman pertengahan kerajaan Bani Umayyah, diawali dengan diterjemahkannya ilmu kedokteran oleh Warwan bin Al Hakam (64-65 H) dan kemudian dilanjutkan dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain. Pada zaman pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, ia menginginkan buku-buku pengetahuan yang bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat,dikeluarkan dari

perpustakaan uhntuk dipelajari dan dikembangkan oleh para muslimin. Sejak saat itulah berbagai cabang ilmu pengetahuan sedikit-sedikit mulai diserap oleh dunia Islam. Dan pada puncaknya pada zaman Kekhalifahan Abbasiyah, penerjemahan dari buku-buku Yunani Sangat gencar dilakukan karena para Khalifahnya pun turut membantu dan mendukung upaya tersebut sehingga dapat menghasilkan gerakan penerjemahan paling besar dalam sejarah, sampai-sampai zaman tersebut dikenal dengan Zaman Penerjemahan.

Zaman Penerjemahan dimulai ketika Khalifah Abbasiyah. Khalifah Al-Mansyur dianggap berjasa karena telah membawa Ibn Bakhtyashu, seorang tabib yang berkecimpung dalam kegiatan penerjemahan karya-karya Yunani ke dalam bahasa arab, ke kota Baghdad. Al-Mansyur juga meminta bantuan kepada Ibnu Batriq, salah satu dari para penerjemah yang menjadi pionir dalam penerjemahan karya-karya Yunani ke dalam bahasa arab, dan terkenal karena penerjemahannya terhadap banyak karya Galen dan Hippocrate s. Al Mansyur berhasil membangun kota Baghdad yang kemudian menjadi mercusuar di Timur dan menjadi jantung peradaban Islam dalam waktu kurun yang sangat panjang. Kota Baghdad yang ia dirikan mampu menjadi pusat peradaban Islam dan ilmu pengetahuan.

(8)

penulis dan redaktur yang mengenal bahasa Yunani, disamping bahasa Arab ynag mereka kuasai dengan baik.

Diantara orang-orang tersebut ialah Hunain bin Ishaq yang mengusai bahas Yunani dengan sangat lancar, sehingga sebagian riwayat mengatakan ia hafal sya’ir-sya’ir Homerus dan sering mendendangkannya di jalan-jalan Baghdad. Khalifah Al- Mutawakkil mengangkatnya sebagai kapala penerjemah dibantu oleh beberapa ahli bahasa seperti Stephanus bin Basil, Hubaisyi, Musa Attarjuman dan lain-lain. Selain itu Hunain juga telah menerjemahkan karya-karya yang ditulis oleh Galenus dan juga Aristoteles, mulai dari ilmu kedokteran, logika,filsafat hingga ilmu jiwa. Barangkali Hunainlah sebagai penerjemah terbesar karya-karya klasik, terutama karya Helenistik ke dalam bahasa Arab yang boleh jadi terjemahannya sama pentingnya dan sama berpengaruhnya denga terjemahan karya-karya bahasa arab ke dalam bahasa latin oleh Gerard dari Cremona, selama paruh kedua abad kedua belas. Hunain mempunyai 90 murid penerjemah di bawah pengawasannya dan telah menerjemahkan ratusan buku bahasa Persia dan Yunani.

Gerakan penerjemahan berlangsung terus sejak abad ke 3 Hijriyah. Beberapa jenis buku diterjemahkan lebih dari satu kali. Jika terjemahan pertama dinilai kurang baik karena lebih bersifat harfiah dan kurang mengutamakn makna, maka buku yang telah diterjemahkan itu diulang kembali penerjemahannya. Dengan cara itu, maka sebagian besar pusaka pemikiran asing selesai diterjemahkan dalam bahasa Arab dengan sempurna.

Masa keemasan penerjemahan dari bahasa yunani ke bahasa arab terjadi pada abad kesembilan. Kaum muslim menjadi alat ukur standar bagi peradaban, yang sebagian besar dikarenakan banyaknya karya-karya yang telah

(9)

matematika dan medis telah selesai diterjemahkan. Akan tetapi, antara periode 900-1000 tahun bukan berarti tidak ada aktivitas atau usaha-usaha yang

terorganisir untuk mengembangkan karya-karya terjemahan. Aktivitas itu terus ada walaupun intensitasnya agak menurun.

Masa penerjemahan (the age of translation) yang berlangsung hampir 150 tahun (750-900 M), merupakan masa bagi berlangsungnya kreatifitas murni dan pengaruh intelektual muslim. Dan secara garis besar ada dua periode penerjemah pada masa Abbasiyah.

Penerjemahan telah terbukti menjadi sesuatu yang memainkan peranan utama. Aktivitas penerjemahan memungkinkan suatu kebudayaan dapat

mempelajari kebudayaan lainnya dan hasil yang diperoleh melalui penerjemahan ini lebih menakjubkan dari pada kemenangan dan penguasaan wilayah-wilayah lain. Sebagaimana proses penerjemahan telah membawa Islam ke puncak kepemimpinan budaya dan peradaban, maka proses penerjemahan itu pula yang telah membangunkan eropa dari tidur panjangnya dan membawa dunia barat meraih kemajuannya, yaitu ditandai dengan masa renaissance.

B. Buku Buku Ilmiah

(10)

Para ilmuwan Iskandariyah berussaha meningkatkan pembagian ilmu pasti, mereka menamakannya ilmu Ta’lim dan dibagi menjadi 4 bagian, yaitu matematika, geometri, astronomi, dan musik. Gabungan empat jenis ilmu tersebut pada zaman pertengahan disebut dengan Al Majmu’atur Ruba’iyyah atau disebut dengan quadrivian, yaitu kumpulan ilmu pengetahuan yang wajib dipelajari oleh setiap siswa di samping harus mempelajari trivium yaitu rangkuman dari 3 macam ilmu: Nahwu, Balaghah, dan Semantik. Akan tetapi, orang arab lebih

menyebutnya dengan Ilmu Lisan.

Buku tentang ilmu falak yang paling di kalangan ilmuean arab pada zaman itu adalah Almagest yang ditulis oleh ilmuwan besar Ptolomeus yang hidup pada abad ke 2 Masehi. Pada zaman penerjemahan, buku tersebut diterjemahkan oleh orang arab dan disebut dengan Al Majisthi. Orang arab tidak hanya mengambil ilmu falak dari Ptolomeus saja, tetapi mereka juga mengambilnya dari India dan Persia. Khalifah Abbasiyah Al Manshur, seusai membangun kota Baghdad ia menaruh perhatian yang besar terhadap ilmu falak. Ia mengutus utusammya untuk pergi ke India dan mempelajari ilmunfalak dan meminta para ahli ilmu falak umtuk menerjemahkan buku tentang ilmu tersebut.

Mengenai ilmu kedokteran, pada masa itu telah diterjemahkan buku buku Hippocrates dan Galenus., yang kemudian menjadi dasar studi oleh para dokter arab dan pembantunya. Ilmuwan yang paling banyak menambahkan hasil karya dan hasil penelitiaan pada masa itu adalah Ibnu Sina, melalui bukunya Al Qanun. Buku tersebut telah meletakkan dasar eksperimen dan memperinci kaidah

kaidahnya hingga buku tersebut menjadi patokan dan referensi ilmu kedokteran hingga abad ke 15. Ketika itu para filosof Arab telah menegakkan filsafat diatas landasan ilmu pasti, seperti Al Kindi dan Al Faraby, sedangkan filosof yang lainnya membangun filsafat diatas landasan ilmu kedokteran., sepertti Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd. Pada masa itu filsafat mencangkup semua bidang ilmu

(11)

Sesungguhnya filsafat tidak lain hanyalah suatu metode berfikir yang ditempuh dalam mencari hakekat kebenaran, dan metode tersebut dapat diperoleh dengan jalan menekuni berbagai ilmu pengetahuan. Al Kindi dan Al Biruni misalnya, karena mereka melandaskanfilsafsatnya dengan ilmu pasti maka corak filsafatnya juga dipengaruhi oleh ilmu pasti. Sedangkan Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd karena keduanya dokter maka filsafat nereka lebih mengarah kepada ilmu alam dari pada ilmu pasti.

C. Berbagai Ilmu Hikmah

Filsafat Islam ditegakkan atas dasar ilmu pengetahuan . sehubungan dengan itu, kami kemukakan beberapa keterangan yang termaktub di dalam salah satu risalah Ibnu Sina yang berjudul Fi Aqsamil Ulumiyah Aqliyah, mengenai bagian bagian ilmu rasional. Ia berkata,”Pengertian hikmah ialah suatu pandangan pikiran yang berguna bagi manusia untuk mengenal semua kewaqjiaban yang menjadi beban eksistensinya sendiri dan kewajiban apa yang harus dilakukan untuk mempertinggi derajat dan kesempurnaan dirinya, agar ia menajadi manusia yang berpengetahuan, rasional, dapat dipahami serupa denagn alam wujud, dan mempersiapkan diri untuk mencapai kebahagiaan lebih jauh di akhirat. Semua itu dilakukan menurut kesanggupannya sebagai manusia.”

Itulah definisi dari pada filsafat menurut Ibnu Sina. Disini dijelakan bahwa Ibnu Sina mengartikan filsafat sinonim dengan hikmah. Menurut Ibnu Sina, filsafat terbagi kedalam 2 bagian: teoritis dan praktis. Segi teoritis bertujuan mencapai kebenaran, sedangkan segi praktisnya bertujuan mencapai kebajiakan. Filsafat teoritis terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: ilmu alam, ilmu pasti, dan ilmu ilahiyat atau yang disebut metafisika. Adapun praktis juga dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: moral, pengurusan rumah tangga, dan politik.

(12)

ilmu hitung, ilmu geometri, ilmu falak, dan musik. Semua itu mempunyai cabang, numeral ataupun geometrik. Ilmu Ilahiyat atau metafisika membahas sumber pokok yang senantiasa dicari cari oleh para ahli ilmu alam dan ilmu pasti. Membahas kepastian eksistensi Tuhan, kepastian substansi roh, dan lain lain termasuk ke dalam lingkungan metafisika.

Tampak jelas bahwa Ibnu Sina mengikuti jejak Aristoteles dan para ahli urai filsafat Aristoteles dari perguruan Iskandariyah sebelum membagi bagi ilmu pengetahuan dan dalam menetukan cabang cabang yang tumbuh dari pohon filsafat. Akan tetapi Ibnu Sina berbeda pendapat secara esensial dengan Aristoteles dalam ilmu semantik. Aristoteles memasukkan pengetahuan turunnya wahyu Ilahi sebagai salah satu cabang dari ilmu Ilahiyat atau matafisiska, sedangkan Ibnu ASina memasukkannya kedalam ilmu keagamaan, bukan ilmu filsafat.

Selain Ibnu Sina, Khawarizmi lebih tegas lagi dalam menetukan

pembagian jenis ilmu pengetahuan dalam bukunya Miftahul Ulum, ia memisahkan ilmu keagamaan dari ilmu keduniaan dan filsafat yang disebutnya dengan ilmu pengetahuan ‘Ajam. Demikian pula sikap Al Farabi dalam bukunya yang berjudul Ishlahul ‘Ulum . Ibnu Kholdun juga mengikuti jejak tersebut dalam buku

Muqaddimahnya dan membagi ilmu pengetahuan menjadi dua bagian besar,: ‘ilmu ‘Aqli, hikmah dan fisafat dan ilmu naqly, ilmu syariat dan agama.

D. Buku Buku Filsafat

Diantara berbagai aliran filsafat yang ada, Aristoteles adalah filosof yang karyanya paling banyak diterjemahkan dan paling banyak pengaruhnya terhadap pemikiiran Islam yang filsafatnya terkenal dengan sebutan Massya’iyyah di kalangan orang Arab. Massyaiyyah berasal dari dua kata Ma sya ya artinya berjalan, karena Aristoteles selalu mengajar murid muridnya sambil berjalan jalan.

(13)

mencangkup semua filsafatnya. Sewaktu hidup ia telah menerbitkan beberapa buku tantang moral, akan tetapi banyak pula bukunya yang hanya berupa catatan catatan pada saat ia memberikan pelajaran dan kemudian disusun oleh Andronicus tiga abad setelah Aristoteles meninggal.

Buku Aristoteles tentang semantik ada enam buah: 1. AL Muqawwalat atau Catgegorias

2. Al Ibarah atau Parearmenias 3. Al Qiyas atau Anatolica I 4. Al Burham atau Anatolica II 5. Al Jadal atau Thopica

6. Al Aqwalul Mughallithah atau Sovestica

Para filusuf Arab kemudian menambahnya dengan tiga judul satu diatanya adalah Madkhal, pintu untuk memasuki pembahasan mengenai Al Muqawwalat, dalam bahasa yunani disebut dengan Isagoge Phorphyrius dari Shur murid Platinus.adapun dua byuku lainnya digabungkan dengan bagian terkhir buku semantik . dua buku tersebut adalah Al Khitobah atau Retorice dan Asy Syair atau Poetica. Penggabungan tersebut dilakukan karena pada masa itu, mereka belum memahami apa yuang dimaksud oleh Aristoteles dengan kedua bukunya karena masing masing berisi persoalan yang hanya sesuai dengan tabiat orang orang Yunani pada abad ke 4 sebelum Masehi, ketika demokrasi masih menjadi asas kehidupan politik mereka yang khas.

(14)

menerjemahkan berbagai jenis peradaban. Dalam kurun waktu yang amat panjang mereka menjaga baik semua khazanah peninggalan zaman dahulu. Disamping itu mereka memberikan sumbangan pula dengan pengetahuan pengetahuan baru dan demikianlah seterusnya.

KESIMPULAN

Perkembangan pemikiran Islam telah tumbuh sejak abad ke-2 Hijriah atau abad ke-8 masehi. Sejak masa Nabi Muhammad saw, benih-benih pertumbuhan pemikiran islam telah ada hingga pada masa Khulafa Ar-Rasyidin. Adapun pemikiran filsafat Islam baru dikenal pada abad ke-3 H, yaitu dengan munculnya Al-Kindi (260 H), yang dianggap sebagai filsuf Islam pertama. Sejarah keilmuan lebih berkembang mulai abad 14 dan 15 melalui ekspedisi-ekspedisi besar, seperti vasco de Gama ke India Timur,dan Christopher Colombus ke India Barat, dan mesin cetak ditemukan oleh Johann Gutenberg. Para tokoh filsafat seperti Francis Bacon, Descartes, Lavoiser, Muller, Darwin, Koch, Pasteur, Galileo, Kepler dan kawan kawan mempercepat kemajuan ilmu pengetahuan. Mereka menyadari bahwa ilmu pengetahuan dan filsafat dapat mengubah dunia.

Tidak dapat dipungkiri, kemajuan Islam pada saat dinasti Abbasiyah tidak dapat dilepaskan dari peran penerjemahan yang dilakukan oleh para ilmuwan Muslim. Penerjemahan telah terbukti menjadi sesuatu yang memainkan peranan utama. Aktivitas penerjemahan memungkinkan suatu kebudayaan dapat

(15)

Menurut Ibnu Sina filsafat adalah sinonim dengan hikmah. Menurut Ibnu Sina, filsafat terbagi kedalam 2 bagian: teoritis dan praktis. Segi teoritis bertujuan mencapai kebenaran, sedangkan segi praktisnya bertujuan mencapai kebajiakan. Filsafat teoritis terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: ilmu alam, ilmu pasti, dan ilmu ilahiyat atau yang disebut metafisika. Adapun praktis juga dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: moral, pengurusan rumah tangga, dan politik. Filosof Yunani yang paling banyak mempengaruhi pemikiran ilmuwan muslim adalah Aristoteles. Ini tidak mengherankan karena orang orang Arab dalam kedudukannya sebagai mediator antara Timur dan Barat telah mengambil dari mana saja dan telah

menerjemahkan berbagai jenis peradaban. Dalam kurun waktu yang amat panjang mereka menjaga baik semua khazanah peninggalan zaman dahulu.

REFERENSI

Paryono, Joko. dkk., IlmuAlamiahDasar, Bandung, Pustaka Setia, 1998. Mawardi, Drs., Hidayati, Ir. Nur. 2000. IAD-ISD-IBD. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Referensi

Dokumen terkait

1) Memiliki pola piker global, yaitu dimaksudkan kecendrungan untuk melihat dunia dengan cara tertentu, sebuah jaringan yang apabila melaluinya kita dapat melihat

Karena itu diperlukan pengembangan pengajaran yang dapat membangun keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar melalui alternatif metode pembelajaran, yakni metode

dengan kriteria “sangat baik”. Aspek soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari diperoleh rata-rata persentase sebesar

Penelitian ini dimotivasi oleh penelitian terdahulu diantaranya yaitu penelitian (Susilowati, 2016), hasil penelitian menunjukan bahwa motivasi berpengaruh positif

Adapun metode pembelajaran pendidikan Islam secara umum dibagi menjadi tiga macam. Pertama adalah metode lisan, yang berupa dikte, ceramah, qira’ah dan diskusi.. adalah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) proses kerjasama BKK dengan industri dapat dilakukan dengan melalui jalur ―pendekatan‖ dan ―seleksi‖, (2) partisipasi

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah diuraikankan pada bagian pembahasan, peneliti merinci kesimpulan dan saran mengenai penelitian tentang fungsi media

Tanaman anggur merupakan tanaman monokultur. Pengaturan jarak tanam penting diperhatikan dan juga sesuai dengan larikan karena arah datangnya angin sangat besar pengaruhnya..