BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Saat ini, penyampaian obat secara transdermal merupakan salah satu metode yang paling menjanjikan untuk aplikasi dalam penghantaran obat (Fang, et al., 2007). Sistem penyampaian obat transdermal (TDDS) memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan pemberian obat oral, injeksi dan inhaler sistem klasik secara konvensional. Keuntungan yang paling penting dari sistem ini adalah meningkatkan bioavailabilitas obat sistemik, karena first pass metabolism melalui hati dan gangguan sistem pencernaan dapat dihindari, dengan profil sistem penghantaran obat yang konstan dan terkontrol (mengikuti absorbsi orde nol) (Ammar, et al., 2007). Keuntungan lain adalah efek terapi yang lama walaupun hanya sekali pemakaian serta efeknya yang reversibel (Murthy dan Hiremath, 2004). Meskipun memiliki banyak keuntungan, penyampaian obat secara transdermal memiliki tantangan tersendiri yaitu obat harus mampu berpenetrasi melalui stratum korneum, dan teknik yang paling populer menggunakan peningkat penetrasi kimia, yang reversibel mengganggu penghalang permeabilitas dari stratum korneum (Barry, 1991). Lapisan ini merupakan penghalang yang mencegah masuknya zat-zat ke dalam kulit dan membatasi terjadinya proses difusi zat toksik tertentu ke dalam tubuh (Vikas, et al., 2011).
Dermawan, et al., (2013), menunjukkan bahwa Tween 80 dan Minyak Inti Sawit dapat meningkatkan penetrasi asam askorbat melalui kulit kelinci, tetapi Tween 80 harus digunakan dalam konsentrasi rendah 2,5 dan 5%. Sedangkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh pada Amelia (2014), menunjukkan bahwa kombinasi Tween 80 (konsentrasi 5%) dengan produk transesterifikasi minyak inti sawit (konsentrasi 10%) menghasilkan efek peningkatan penetrasi yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan Tween 80 (konsentrasi 5%), akan tetapi lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan produk transesterifikasi minyak inti sawit (konsentrasi 10%). Dan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Marbun (2015), menunjukkan bahwa minyak esensial seperti minyak kayu putih, minyak nilam dan minyak cengkeh dapat meningkatkan penetrasi indometasin melalui kulit kelinci secara In Vitro dan minyak kayu putih 15% memberikan penetrasi yang paling tinggi.
Stratum korneum merupakan lapisan terluar kulit, di mana stratum korneum berperan sebagai suatu penghalang fisik yang nyata bagi kebanyakan zat yang berkontak dengan kulit. Stratum korneum terdiri dari sepuluh sampai dua puluh lapisan sel yang terdapat di seluruh tubuh. Setiap sel berbentuk pipih, memiliki panjang sekitar 34-44 µm, lebar 25-36 µ m, dan tebal 0,15-0,2 µm dengan luas permukaan 750-1200 µm2 yang mana satu dengan yang lainnya terkumpul membentuk suatu susunan yang menyerupai batu bata (Pathan, et al., 2009).
Enhancer terdiri dari golongan pelarut (air, alkohol, dimetil sulfoksida),
Interaksi antara enhancer dengan gugus polar dari lipid stratum korneum adalah salah satu cara untuk meningkatkan penetrasi. Interaksi antar gugus-gugus lipid dan perubahan susunan lipid menyebabkan fasilitasi difusi dari obat-obat hidrofilik (Vikas, et al., 2011). Bahan enhancer kimia dipercaya bekerja aktif dengan cara memecah susunan molekul interselular, terutama lipid bilayer, yang mempertahankan ketahanan difusi dari barier. Perubahan dari lingkungan korneosit juga dapat mempengaruhi penetrasi obat (Walker dan Smith, 1996).
Indometasin merupakan derivat asam arilasetat yang sangat efektif sebagai anti-inflamasi, analgesik, dan antipiretik. Indometasin sering digunakan untuk penyembuhan rheumatoid arthritis kronis, osteoarthritis, acute gout dan
periarthritis humeroscapularis (Rusu, et al., 1998). Terapi indometasin secara
oral sangat efektif, tetapi memiliki kelemahan seperti efek samping pada saluran cerna berupa iritasi, ulkus lambung, rasa panas dan nyeri perut, pendarahan saluran cerna dan merusak fungsi ginjal (Scheiman, 2001; Immer, et al., 2003).
Minyak wijen (Wijen indicum L.) telah dibudidayakan di Korea sejak zaman kuno untuk digunakan sebagai makanan kesehatan tradisional (Nzikou, et al., 2009). Minyak wijen sebagai peningkat penetrasi memiliki protein (25%) yang dapat meningkatkan penetrasi melalui jalur polar dengan pembesaran kanal air (Alvarez dan Rodriguez, 2000). Selain itu minyak wijen juga diketahui efektif sebagai peningkat penetrasi hingga konsentrasi 10%, sebagai obat yang digunakan ibuprofen (Dinda dan Ratna, 2006).
sebagai obat yang digunakan ketoprofen (Hussain, et al., 2012). Minyak almond juga merupakan minyak nabati yang stabil, yang dapat meningkatkan efek absorbsi perkutan (Mizobuchi, et al., 2001).
Minyak zaitun (olive oil) adalah minyak hasil perasan dari buah zaitun. Pada masa Mesir Kuno minyak zaitun dianggap sebagai minyak suci yang memiliki kandungan vitamin dan mineral serta segudang manfaat yang tak lekang oleh waktu (Khadijah, 2012). Minyak zaitun digunakan sebagai peningkat penetrasi dan ditambahkan dalam konsentrasi yang berbeda, untuk beberapa formulasi dipilih efek peningkatan pada profil pelepasan obat secara in vitro, sebagai obat yang digunakan flurbiprofen (Hussain, et al., 2012).
1.2 Kerangka Pikir Penelitian
Secara skematis, kerangka pikir penelitian ditunjukkan oleh Gambar 1.1. Latar Belakang Penyelesaian Variabel bebas Variabel terikat Parameter
Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian
1.3 Perumusan Masalah
a. Apakah minyak wijen, minyak almond, dan minyak zaitun dapat meningkatkan penetrasi indometasin dalam bentuk sediaan gel melalui kulit kelinci secara in vitro?
b. Apakah minyak wijen, minyak almond, dan minyak zaitun dapat meningkatkan penetrasi indometasin yang lebih besar dibandingkan dengan pengaruh mentol dalam bentuk sediaan gel melalui kulit kelinci secara in vitro?
1.4 Hipotesis Penelitian
a. Minyak wijen, minyak almond, dan minyak zaitun dapat meningkatkan penetrasi indometasin dalam bentuk sediaan gel melalui kulit kelinci secara in vitro.
b. Minyak wijen, minyak almond, dan minyak zaitun dapat meningkatkan penetrasi indometasin lebih besar dibandingkan dengan pengaruh mentol dalam bentuk sediaan gel melalui kulit kelinci secara in vitro.
1.5Tujuan Penelitian
a. Mengetahui pengaruh minyak wijen, minyak almond, dan minyak zaitun terhadap penetrasi indometasin dalam bentuk sediaan gel melalui kulit kelinci secara in vitro.
b. Membandingkan pengaruh minyak wijen, minyak almond, dan minyak zaitun dengan pengaruh mentol dalam berbagai konsentrasi terhadap penetrasi indometasin dalam bentuk sediaan gel melalui kulit kelinci secara in vitro.
1.6 Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan bahwa indometasin dapat diberikan secara transdermal dalam bentuk sediaan gel sebagai obat antiinflamasi nonsteroid
(non steroidal antiinflamatory drug) untuk pengobatan reumatoid artritis,
osteoartritis, ankylosing spondylitis, dan acute gouty arthritis sehingga dapat