• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PLS 1105832 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PLS 1105832 Chapter1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Mochamad Dheri, 2015

ANALISIS KINERJA PENGELOLA PKBM DALAM MENYELENGGARAKAN LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN DI MASYARAKAT DESA HANJUANG KEC. BUNGBULANG (Studi deskriptif di PKBM Winaya Bhakti)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No. Daftar FIP:082/S/PLS/V/205 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam dan

padat penduduk, dimana salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang

padat penduduk adalah kemiskinan. Kemiskinan sangat dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan. Oleh sebab itu, pendidikan sebagai faktor penggerak dan

pembangunan yang bermutu tinggi, mandiri, serta mampu memberikan dorongan

bagi perkembangan masyarakat bangsa dan Negara Indonesia. Pendidikan sebagai

salah satu penggerak bagi masyarakat untuk mengembangkan kemampuan

masyarakat, agar menuju masyarakat yang lebih baik maka tentunya terdapat

wajib belajar dan standar pendidikan yang telah dirancang dan dibuat oleh

pemerintah, sesuai dengan standar pendidikan seperti yang telah tercantum pada

PP No. 32 Thn 2013 Tentang Standar Nasional Pendidikan, bahwa standar

nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh

wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam undang-undang system pendidikan

nasional (UU Sisdiknas) no.20 tahun 2003, bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara. Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dan tanggap terhadap runtutan

perubahan zaman. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik

(2)

Mochamad Dheri, 2015

ANALISIS KINERJA PENGELOLA PKBM DALAM MENYELENGGARAKAN LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN DI MASYARAKAT DESA HANJUANG KEC. BUNGBULANG (Studi deskriptif di PKBM Winaya Bhakti)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No. Daftar FIP:082/S/PLS/V/205 Berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokrasi serta bertanggung jawab.

Pendidikan nasional, sebagai salah satu sistem dari supra sistem pembangunan

nasional, memiliki tiga subsistem atau jenis pendidikan, Coombs (dalam Sudjana,

2010, hlm. 21) yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan

informal. Subsistem pertama disebut pula pendidikan sekolah sedangkan

subsistem pendidikan nonformal dan pendidikan informal berada dalam cakupan

pendidikan luar sekolah. Dengan variasi penamaan lain baginya dan menurut

asal-usul dan sejarah, pendidikan nonformal telah lahir di dunia ini setua usia manusia

yang hidup bermasyarakat. Sejak tahun lima puluhan pendidikan nonformal telah

diulik oleh dunia perguruan tinggi dan perkembangannya telah dirancang oleh

para perencana pendidikan untuk pembangunnan baik di tingkat internasional

maupun nasional sehinggal adil pendidikan nonformal dalam pembangunan dan

tatanan kehidupan global makin lama kian mantap. Dalam pembinaan dan

pengembangan satuan pendidikan nonformal dilakukan asas yang kuat sehingga

setiap program pendidikan ini didasari oleh kenyataan objektif yang dimiliki

individu, masyarakat dan bangsa serta berorientasi ke arah terwujudnya kehidupan

yang lebih baik di masa depan.

Istilah pendidikan noformal yang berkembang sangat beraneka ragam ada

yang menamakan pendidikan sepanjang hayat, pendidikan pembaharuan,

pendidikan abadi dan sebagainya. Berbagai istilah ini kadang-kadang sangat

membingungkan para pendengarnya, namun istilah ini telah berkembang menjadi

sebuah kenyataan yang memperkaya khazanah pendidikan. Dalam hal ini

pendidikan nonformal merupakan salah satu upaya manusia untuk mengubah

dirinya sendiri ataupun orang lain selama mereka hidup. pendidikan bukan hanya

sekedar masalah akademik atau perolehan pengetahuan, melainkan harus

mencakup berbagai macam kecakapan hidup yang diperlukan untuk menjadi

manusia yang lebih baik.

Pendidikan nonformal merupakan salah satu bentuk layanan pendidikan yang

(3)

Mochamad Dheri, 2015

ANALISIS KINERJA PENGELOLA PKBM DALAM MENYELENGGARAKAN LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN DI MASYARAKAT DESA HANJUANG KEC. BUNGBULANG (Studi deskriptif di PKBM Winaya Bhakti)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No. Daftar FIP:082/S/PLS/V/205 dalam hal ini pendidikan nonformal berfungsi untuk mengembangkan potensi

peserta didik dengan penekanan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta

pengembangan sikap dan kepribadian fungsional.

Terdapat beberapa satuan Pendidikan nonformal, menurut PERMENDIKBUD

No 81 tahun 2013 pasal 3 satuan PNF meliputi LKP, Kelompok Belajar, PKBM,

Majelis Taklim dan Satuan PNF sejenis. Adapun program-program yang

dilaksanakan pada satuan PNF yaitu meliputi pendidikan kecakapan hidup,

pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan

perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,

pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk

mengembangkan kemampuan peserta didik. Dengan demikian, nampak bahwa

pendidikan nonformal pada dasarnya lebih cenderung mengarah pada pendidikan

berbasis masyarakat yang merupakan sebuah proses dan program, yang secara

esensial, berkembangnya pendidikan nonformal berbasis masyarakat akan sejalan

dengan munculnya kesadaran tentang bagaimana hubungan-hubungan sosial bisa

membantu pengembangan interaksi sosial yang membangkitkan concern terhadap

pembelajaran berkaitan dengan masalah yang dihadapi masyarakat dalam

kehidupan sosial, politik,, lingkungan, ekonomi dan faktor-faktor lain.

Salah satu satuan pendidikan nonformal yaitu Pusat kegiatan belajar

masyarakat atau dikenal dengan sebutan PKBM. Menurut Sihombing, (1999)

(dalam Kamil, 2011, hlm. 80) mengemukakan bahwa: PKBM merupakan salah

satu alternative yang dapat dipilih dan dijadikan ajang pemberdayaan masyarakat.

Sejalan dengan pemikiran bahwa dengan membuat satu wadah atau lembaga

PKBM, akan didapat potensi – potensi baru yang dapat ditumbuhkan kembangkan

serta dimanfaatkan atau di dayagunakan, melalui pendekatan – pendekatan

cultural ataupun persuasive. Sejalan dengan peryataan tersebut, pusat kegiatan

belajar masyarakat juga merupakan suatu wadah berbagai kegiatan pembelajaran

masyarakat di arahkan pada pemberdayaan potensi untuk menggerakan

(4)

Mochamad Dheri, 2015

ANALISIS KINERJA PENGELOLA PKBM DALAM MENYELENGGARAKAN LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN DI MASYARAKAT DESA HANJUANG KEC. BUNGBULANG (Studi deskriptif di PKBM Winaya Bhakti)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No. Daftar FIP:082/S/PLS/V/205 PKBM ditujukan bagi masyarakat sehingga PKBM dibentuk oleh masyarakat,

milik masyarakat dan dikelola oleh masyarakat untuk memenuhi pelayanan

kebutuhan belajar masyarakat. Dalam pembentukan sebuah PKBM tentunya harus

dilakukan dengan memperhatikan sumber-sumber potensi yang terdapat pada

daerah yang akan dibuat PKBM, terutama mengenai jumlah kelompok sasaran

dan jenis usaha yang akan diterapkan. Keterampilan yang secara ekonomi, sosial,

budaya, pendidikan dan kesehatan dapat dikembangkan untuk meningkatkan

kesejahteraan warga belajar khususnya dan warga masyarakat sekitarnya. Secara

umum PKBM dibentuk dengan tujuan untuk memperluas kesempatan warga

masyarakat khususnya yang tidak mampu untuk meningkatkan pengetahuan

keterampilan dan sikap, mental yang diperlukan untuk pengembangan dirinya

bekerja mencari nafkah.

Dari pengertian tersebut di atas, penyelenggara PKBM harus berdasarkan dari,

oleh dan untuk masyarakat (DOUM). Artinya bahwa penyelenggara pendidikan,

khususnya Pendidikan nonformal diharapkan dapat tumbuh dan berkembang atas

prakarsa masyarakat sendiri, sehingga akan lebih berorientasi pada kebutuhan

belajar masyarakat setempat dan masyarakat akan merasa lebih memiliki. Yang

selanjutnya kegiatan pembelajaran berkelanjutan (continuing learning) diharapkan

berjalan secara optimal. Salah satu bentuk program pendidikan berkelanjutan yang

dilaksankan pada Pendidikan nonformal yang diwadahi oleh pusat kegiatan

belajar masyarakat adalah pendidikan kesetaraan yaitu program pemebelajaran

paket A, paket B, dan paket C merupakan pendidikan kesetaraan yang ditunjukan

bagi warga belajar yang kurang beruntung , tidak pernah sekolah, putus sekolah

dan putus lanju, serta usia produktif yan ingin meningkatkan kecakapan hidupnya.

Pendidikan nonformal dimana salahsatunya adalah program kesetaraan

merupakan salah satu jenis pendidikan yang berstruktur dan berjenjang.

Memberikan kompetensi minimal bidang akademik dan lebih memiliki

kompetensi kecakapan hidup. Memberikan kompetensi kecakapan hidup agar

lulusannya mampu hidup mandiri dan belajar sepanjang hayat. Tujuannya adalah

(5)

Mochamad Dheri, 2015

ANALISIS KINERJA PENGELOLA PKBM DALAM MENYELENGGARAKAN LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN DI MASYARAKAT DESA HANJUANG KEC. BUNGBULANG (Studi deskriptif di PKBM Winaya Bhakti)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No. Daftar FIP:082/S/PLS/V/205 Saat ini upaya pemerataan pendidikan yang dilakukan pemerintah melalui

berbagai macam program pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang

maju, adil dan makmur serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri

baik berkenaan dengan aspek jasmaniah dan rohaniah berdasarkan Pancasila dan

UUD 1945. salah satunya yaitu dengan banyaknya satuan pendidikan nonformal

yang didirikan di wilayah terpencil sebagai pelenkap, pengganti dan penambah

bagi pendidikan disekitar masyarakat dan memberikan arah bahwa pembangunan

pendidikan termasuk di dalamnya pembangunan pendidikan non formal satuan

pendidikan yang didirikan salah satunya adalah PKBM.

PKBM yang memiliki kualitas baik tentunya harus didukung dengan kinerja

pengelola dan tutor yang baik pula. Untuk mencapai kualitas PKBM yang

maksimal maka perlu adanya kompetensi yang dimiliki oleh tutor dan pengelola

dalam mengelola PKBM. Menurut Mangkunegara (2006, hlm. 9) kinerja SDM

merupakan istilah yang berasal dari kata job performance atau Actual

performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang).

Terdapat beberapa variable yang dapat mempengaruhi kinerja SDM, baik yang

terdapat dari dalam dirinya ataupun dari luar, menurut Gibson yang dikutip oleh

Ilyas (1999. Hlm. 57) (dalam Agustina, dkk. 2006. Pada

http://eprints.unsri.ac.id/id/eprint/4465) didalamnya mengungkapkan bahwa untuk

mencapai kinerja yang baik ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi

perilaku kerja dan kinerja yaitu: Pertama, variabel individu, yang meliputi:

kemampuan dan keterampilan; Latar belakang keluarga. Tingkat social,

pengalaman, umur, etnis, jenis kelamin; Kedua, variabel organisasi, yang

mencakup antara lain : Sumber daya; Kepemimpinan; Imbalan; Struktur; Desain

pekerjaan; Ketiga variabel psikologis, yang meliputi: Presepsi; Sikap;

Kepribadian; Belajar; Motivasi. Ketiga variable tersebut dapat mempengaruhi

kinerja pengelola dan tutor PKBM dalam mencapai tujuan kinerja yang baik.

(6)

Mochamad Dheri, 2015

ANALISIS KINERJA PENGELOLA PKBM DALAM MENYELENGGARAKAN LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN DI MASYARAKAT DESA HANJUANG KEC. BUNGBULANG (Studi deskriptif di PKBM Winaya Bhakti)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No. Daftar FIP:082/S/PLS/V/205 pada kesetaraan sebagai pengganti pendidikan formal baik diwilayah kota ataupun

perdesaan.

Salah satu PKBM yang terdapat di Jawa Barat yaitu PKBM Winaya Bhakti

yang terletak di Kp. Liunggunung Desa Hanjuan Kec. Bungbulang Kab. Garut.

PKBM Winaya bhakti yang didirikan pada tahun 2002 . Secara geografis berada

di daerah pegunungan dengan dataran tinggi Desa Hanjuang termasuk desa

terpencil yang jauh dari ibu kota kabupaten yaitu jaraknya kurang lebih 75 km

dari kota. Alasan yang mendasari terbentuknya PKBM winaya bhakti yaitu

melihat dari letak geografis PKBM ini termasuk dalam kawasan terpencil dan

melihat dari sumber daya manusia yang ada belum baik. PKBM Winaya Bhakti

ini telah melakuka berbagai program pendidikan bagi masyarakat Desa Hanjuang

salah satunya adalah program pendidikan kesetaraan yang mana program ini

dibentuk untuk masyarakat yang belum mengenyam pendidikan baik tingkat dasar

ataupun menengah.

Mayoritas penduduk di Desa Hanjuang adalah masyarakat yang tingkat

ekonominya menengah ke bawah, sebagian besar penduduk bermata pencaharian

sebagai petani. Pendidikan yang dicapai mayarakat pun sebagian besar tidak

mampu mencapai target standar minimal pendidikan, karena masyarakat berfikir

lebih baik mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari pada harus

mengeluarkan uang untuk biaya pendidikan sehingga hal tersebut berpengaruh

pada tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan, sebagian

orangtua lebih membimbing anaknya pada dunia pekerjaan dibanding dengan

pendidikan. Banyak anak usai sekolah yang dipekerjakan untuk membantu

memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Pendidikan nonformal masuk kewilayah tersebut dengan antusias masyarakat

yang cukup baik karena adanya identifikasi dan sosialisai yang dilakukan oleh

pengelola sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti program pendidikan yang

ditawarkan. Hal ini mendorong masyarakat untuk melakukan perubahan dalam

bidang pendidikan. Program pendidikan kesetaraan mulai dirasakan oleh

(7)

Mochamad Dheri, 2015

ANALISIS KINERJA PENGELOLA PKBM DALAM MENYELENGGARAKAN LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN DI MASYARAKAT DESA HANJUANG KEC. BUNGBULANG (Studi deskriptif di PKBM Winaya Bhakti)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No. Daftar FIP:082/S/PLS/V/205 perekonomian. Sekelompok masyarakat mulai ikut serta dalam pendidikan

kesetaraan, adanya perubahan yang dirasakan oleh sekelompok masyarakat

memberikan motivasi pada masyarakat lainnya. Output program kesetaraan di

PKBM Winaya Bhakti sudah bisa dirasakan oleh masyarakat di wilayah

Kabupaten Garut, khususnya masyarakat yang ada dikecamatan wilayah selatan

sehingga program ini menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat yang belum

mengenyam pendidikan. Program keretaraan yang ada di PKBM Winaya Bhakti

terdapat dua jenjang yaitu kesetaraan paket B dan paket C. Program ini sudah

lama ada di PKBM, hampir setiap tahun warga belajarnyapun relative banyak

melihat dari data lulusan pertahun hampir mencapai 85%.

Salah satu penyebab masyarakat ikut pada program kesetaraan yaitu adanya

kebutuhan masyarakat akan pendidikan. Melihat banyaknya jumlah lulusan yang

dihasilkan oleh PKBM Winaya bhakti maka peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penetilian lebih mendalam mengenai bagaimana “Analisis Kinerja

Pengelola PKBM Dalam Menyelenggarakan Layanan Pendidikan Kesetaraan Di

Masyarakat Desa Hanjuang Kecamatan Bungbulang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan peneliti diatas, maka penulis

mencoba mengidentifikasi permasalahan yang ada, diantaranya sebagai berikut:

1. Minimnya pengetahuan pengelola dan tutor tentang program kesetaraan yang

ada di PKBM Winaya Bhakti, sehingga tidak sesuai dengan fungsi utama dan

pendukung lembaga

2. Belum maksimalnya pemanfaatan sarana dan prasarana yang sudah tersedia

dalam menunjang proses pembelajaran, sehingga sarana dan prasarana yang

harus disediakan PKBM yang merujuk pada emapat bidang kegiatan yang

harus dikelola belum sepenuhnya terpenuhi

3. Belum variatifnya strategi yang diterapkan pengelola dalam menyelsaikan

permaslahan yang dihadapi PKBM, sehingga belum tercapaianya visi dan misi

(8)

Mochamad Dheri, 2015

ANALISIS KINERJA PENGELOLA PKBM DALAM MENYELENGGARAKAN LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN DI MASYARAKAT DESA HANJUANG KEC. BUNGBULANG (Studi deskriptif di PKBM Winaya Bhakti)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No. Daftar FIP:082/S/PLS/V/205

4. Kualifikasi akademik pengelola PKBM Winaya Bhakti diantaranya sudah

berkualifikasi akademik S1 yang Non pendidikan, seharusnya dibutuhkan

pendidik yang berjenjang kualifikasi pendidikan yang dapat menyanding,

menyetarakan, dan mengintegrasi capaian pembelajaran.

Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi, penulis merumuskan masalah

mengenai “Bagaimana analisis kinerja PKBM dalam menyelenggarakan layanan

pendidikan kesetaraan di mayarakat Desa Hajuang Kecamatan Bungbulang”.

C. Pertanyaan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, peneliti dapat menguraikan pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi pengelolaan PKBM Winaya Bhakti pada program

kesetaraan?

2. Bagaimana hasil capaian kinerja penyelenggaraan program kesetaraan di

PKBM Winaya Bhakti?

3. Apakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam

menyelenggarakan program kesetaraan di PKBM Winaya Bhakti?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dilakukannya penelitian ini

untuk menjawab permasalah yang telah dirumuskan, yaitu sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan strategi pengelolaan PKBM Winaya Bhakti pada program

kesetaraan

2. Mendeskripsikan hasil capaian kinerja penyelenggaraan program kesetaraan di

PKBM Winaya Bhakti

3. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam menyelenggarakan

program kesetaraan di PKBM Winaya Bhakti

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan penelitian ini agar dapat

memberikan pengetahuan serta kontribusi bagi beberapa pihak yang terkait,

diantaranya:

(9)

Mochamad Dheri, 2015

ANALISIS KINERJA PENGELOLA PKBM DALAM MENYELENGGARAKAN LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN DI MASYARAKAT DESA HANJUANG KEC. BUNGBULANG (Studi deskriptif di PKBM Winaya Bhakti)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No. Daftar FIP:082/S/PLS/V/205 Memberikan pengalaman, pengetahuan serta wawasan yang lebih luas

mengenai analisis kinerja pkbm dalam menyelenggarakan layanan pendidikan

kesetaraan di mayarakat desa hajuang kecamatan bungbulang.

2. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian lebih lanjut

mengenai analisis kinerja pkbm dalam menyelenggarakan layanan pendidikan

kesetaraan di mayarakat desa hajuang kecamatan bungbulang.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun sistematika dalam penulisan penelitian ini adalah sebgai berikut :

BAB I Pendahuluan yang berisikan Latar Belakang Penelitian, Identifikasi

Masalah, Rumusan Masalah, Pertanyaan Penelitian, Tujuan Penelitian,

Manfaat Penelitian, Lokasi dan Subjek Penelitian, Definisi

Operasional, dan Sistematika Penulisan.

BAB II Kajian Pustaka, merupakan landasan teori dan gambaran umum

mengenai dasar teori penelitian

BAB III Metode penelitian. Berisikan metode penelitian, teknik dan alat

pengumpul data, dan analisis data.

BAB IV Pembahasan. Membahas gambaran lokasi permasalahan dan mencakup

pembahasan hasil yang didapatkan dari pelaksanaan penelitian.

BAB V Kesimpulan dan Saran. Berisikan kesimpulan dan saran sebagai

Referensi

Dokumen terkait

Teknik angket atau kuesioner adalah teknik komunikasi tidak langsung sebagai alat pengumpul data untuk memperoleh data mengenai hubungan proses komunikasi

Sahabat MQ/ di seluruh dunia/ masih terdapat sekitar 3000 janin/ yang lahir tanpa tangan dan kaki/ akibat alergi dan efek samping obat yang dikonsumsi oleh ibu hamil//

dengan Perilaku Melanggar Aturan (Studi pada Remaja Awal di C- Game

TK SD SMP dan SMA Ruang kelas Area bermain di dalam dan di luar ruangan Perpustakaan Laboratorium Komputer Auditorium Mini theatre Unit Kesehatan Sekolah(UKS) Kebun

Simulasi dilakukan pada sistem pengecekan STNK di posko jalur keluar ITS untuk mendapatkan rekomendasi alokasi jumlah petugas sesuai dengan beban kerja optimal,

ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi

Latar Belakang: Tuberkulosis paru yang menginfeksi paru akan berlanjut menjadi infeksi kronis apabila tidak mendapat pengobatan yang adekuat sehingga menyebabkan terjadinya

Bagian Pengolah Data Elektronik (PDE) Setda Kota Semarang sebagai institusi dibawah Sekretariat Daerah pada Pemkot Semarang, yang menjalankan prinsip-prinsip