Mochamad Dheri, 2015
ANALISIS KINERJA PENGELOLA PKBM DALAM MENYELENGGARAKAN LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN DI MASYARAKAT DESA HANJUANG KEC. BUNGBULANG (Studi deskriptif di PKBM Winaya Bhakti)
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
No. Daftar FIP:082/S/PLS/V/205 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam dan
padat penduduk, dimana salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang
padat penduduk adalah kemiskinan. Kemiskinan sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan. Oleh sebab itu, pendidikan sebagai faktor penggerak dan
pembangunan yang bermutu tinggi, mandiri, serta mampu memberikan dorongan
bagi perkembangan masyarakat bangsa dan Negara Indonesia. Pendidikan sebagai
salah satu penggerak bagi masyarakat untuk mengembangkan kemampuan
masyarakat, agar menuju masyarakat yang lebih baik maka tentunya terdapat
wajib belajar dan standar pendidikan yang telah dirancang dan dibuat oleh
pemerintah, sesuai dengan standar pendidikan seperti yang telah tercantum pada
PP No. 32 Thn 2013 Tentang Standar Nasional Pendidikan, bahwa standar
nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam undang-undang system pendidikan
nasional (UU Sisdiknas) no.20 tahun 2003, bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dan tanggap terhadap runtutan
perubahan zaman. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
Mochamad Dheri, 2015
ANALISIS KINERJA PENGELOLA PKBM DALAM MENYELENGGARAKAN LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN DI MASYARAKAT DESA HANJUANG KEC. BUNGBULANG (Studi deskriptif di PKBM Winaya Bhakti)
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
No. Daftar FIP:082/S/PLS/V/205 Berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokrasi serta bertanggung jawab.
Pendidikan nasional, sebagai salah satu sistem dari supra sistem pembangunan
nasional, memiliki tiga subsistem atau jenis pendidikan, Coombs (dalam Sudjana,
2010, hlm. 21) yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan
informal. Subsistem pertama disebut pula pendidikan sekolah sedangkan
subsistem pendidikan nonformal dan pendidikan informal berada dalam cakupan
pendidikan luar sekolah. Dengan variasi penamaan lain baginya dan menurut
asal-usul dan sejarah, pendidikan nonformal telah lahir di dunia ini setua usia manusia
yang hidup bermasyarakat. Sejak tahun lima puluhan pendidikan nonformal telah
diulik oleh dunia perguruan tinggi dan perkembangannya telah dirancang oleh
para perencana pendidikan untuk pembangunnan baik di tingkat internasional
maupun nasional sehinggal adil pendidikan nonformal dalam pembangunan dan
tatanan kehidupan global makin lama kian mantap. Dalam pembinaan dan
pengembangan satuan pendidikan nonformal dilakukan asas yang kuat sehingga
setiap program pendidikan ini didasari oleh kenyataan objektif yang dimiliki
individu, masyarakat dan bangsa serta berorientasi ke arah terwujudnya kehidupan
yang lebih baik di masa depan.
Istilah pendidikan noformal yang berkembang sangat beraneka ragam ada
yang menamakan pendidikan sepanjang hayat, pendidikan pembaharuan,
pendidikan abadi dan sebagainya. Berbagai istilah ini kadang-kadang sangat
membingungkan para pendengarnya, namun istilah ini telah berkembang menjadi
sebuah kenyataan yang memperkaya khazanah pendidikan. Dalam hal ini
pendidikan nonformal merupakan salah satu upaya manusia untuk mengubah
dirinya sendiri ataupun orang lain selama mereka hidup. pendidikan bukan hanya
sekedar masalah akademik atau perolehan pengetahuan, melainkan harus
mencakup berbagai macam kecakapan hidup yang diperlukan untuk menjadi
manusia yang lebih baik.
Pendidikan nonformal merupakan salah satu bentuk layanan pendidikan yang
Mochamad Dheri, 2015
ANALISIS KINERJA PENGELOLA PKBM DALAM MENYELENGGARAKAN LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN DI MASYARAKAT DESA HANJUANG KEC. BUNGBULANG (Studi deskriptif di PKBM Winaya Bhakti)
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
No. Daftar FIP:082/S/PLS/V/205 dalam hal ini pendidikan nonformal berfungsi untuk mengembangkan potensi
peserta didik dengan penekanan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian fungsional.
Terdapat beberapa satuan Pendidikan nonformal, menurut PERMENDIKBUD
No 81 tahun 2013 pasal 3 satuan PNF meliputi LKP, Kelompok Belajar, PKBM,
Majelis Taklim dan Satuan PNF sejenis. Adapun program-program yang
dilaksanakan pada satuan PNF yaitu meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan
perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,
pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik. Dengan demikian, nampak bahwa
pendidikan nonformal pada dasarnya lebih cenderung mengarah pada pendidikan
berbasis masyarakat yang merupakan sebuah proses dan program, yang secara
esensial, berkembangnya pendidikan nonformal berbasis masyarakat akan sejalan
dengan munculnya kesadaran tentang bagaimana hubungan-hubungan sosial bisa
membantu pengembangan interaksi sosial yang membangkitkan concern terhadap
pembelajaran berkaitan dengan masalah yang dihadapi masyarakat dalam
kehidupan sosial, politik,, lingkungan, ekonomi dan faktor-faktor lain.
Salah satu satuan pendidikan nonformal yaitu Pusat kegiatan belajar
masyarakat atau dikenal dengan sebutan PKBM. Menurut Sihombing, (1999)
(dalam Kamil, 2011, hlm. 80) mengemukakan bahwa: PKBM merupakan salah
satu alternative yang dapat dipilih dan dijadikan ajang pemberdayaan masyarakat.
Sejalan dengan pemikiran bahwa dengan membuat satu wadah atau lembaga
PKBM, akan didapat potensi – potensi baru yang dapat ditumbuhkan kembangkan
serta dimanfaatkan atau di dayagunakan, melalui pendekatan – pendekatan
cultural ataupun persuasive. Sejalan dengan peryataan tersebut, pusat kegiatan
belajar masyarakat juga merupakan suatu wadah berbagai kegiatan pembelajaran
masyarakat di arahkan pada pemberdayaan potensi untuk menggerakan
Mochamad Dheri, 2015
ANALISIS KINERJA PENGELOLA PKBM DALAM MENYELENGGARAKAN LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN DI MASYARAKAT DESA HANJUANG KEC. BUNGBULANG (Studi deskriptif di PKBM Winaya Bhakti)
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
No. Daftar FIP:082/S/PLS/V/205 PKBM ditujukan bagi masyarakat sehingga PKBM dibentuk oleh masyarakat,
milik masyarakat dan dikelola oleh masyarakat untuk memenuhi pelayanan
kebutuhan belajar masyarakat. Dalam pembentukan sebuah PKBM tentunya harus
dilakukan dengan memperhatikan sumber-sumber potensi yang terdapat pada
daerah yang akan dibuat PKBM, terutama mengenai jumlah kelompok sasaran
dan jenis usaha yang akan diterapkan. Keterampilan yang secara ekonomi, sosial,
budaya, pendidikan dan kesehatan dapat dikembangkan untuk meningkatkan
kesejahteraan warga belajar khususnya dan warga masyarakat sekitarnya. Secara
umum PKBM dibentuk dengan tujuan untuk memperluas kesempatan warga
masyarakat khususnya yang tidak mampu untuk meningkatkan pengetahuan
keterampilan dan sikap, mental yang diperlukan untuk pengembangan dirinya
bekerja mencari nafkah.
Dari pengertian tersebut di atas, penyelenggara PKBM harus berdasarkan dari,
oleh dan untuk masyarakat (DOUM). Artinya bahwa penyelenggara pendidikan,
khususnya Pendidikan nonformal diharapkan dapat tumbuh dan berkembang atas
prakarsa masyarakat sendiri, sehingga akan lebih berorientasi pada kebutuhan
belajar masyarakat setempat dan masyarakat akan merasa lebih memiliki. Yang
selanjutnya kegiatan pembelajaran berkelanjutan (continuing learning) diharapkan
berjalan secara optimal. Salah satu bentuk program pendidikan berkelanjutan yang
dilaksankan pada Pendidikan nonformal yang diwadahi oleh pusat kegiatan
belajar masyarakat adalah pendidikan kesetaraan yaitu program pemebelajaran
paket A, paket B, dan paket C merupakan pendidikan kesetaraan yang ditunjukan
bagi warga belajar yang kurang beruntung , tidak pernah sekolah, putus sekolah
dan putus lanju, serta usia produktif yan ingin meningkatkan kecakapan hidupnya.
Pendidikan nonformal dimana salahsatunya adalah program kesetaraan
merupakan salah satu jenis pendidikan yang berstruktur dan berjenjang.
Memberikan kompetensi minimal bidang akademik dan lebih memiliki
kompetensi kecakapan hidup. Memberikan kompetensi kecakapan hidup agar
lulusannya mampu hidup mandiri dan belajar sepanjang hayat. Tujuannya adalah
Mochamad Dheri, 2015
ANALISIS KINERJA PENGELOLA PKBM DALAM MENYELENGGARAKAN LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN DI MASYARAKAT DESA HANJUANG KEC. BUNGBULANG (Studi deskriptif di PKBM Winaya Bhakti)
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
No. Daftar FIP:082/S/PLS/V/205 Saat ini upaya pemerataan pendidikan yang dilakukan pemerintah melalui
berbagai macam program pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang
maju, adil dan makmur serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri
baik berkenaan dengan aspek jasmaniah dan rohaniah berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945. salah satunya yaitu dengan banyaknya satuan pendidikan nonformal
yang didirikan di wilayah terpencil sebagai pelenkap, pengganti dan penambah
bagi pendidikan disekitar masyarakat dan memberikan arah bahwa pembangunan
pendidikan termasuk di dalamnya pembangunan pendidikan non formal satuan
pendidikan yang didirikan salah satunya adalah PKBM.
PKBM yang memiliki kualitas baik tentunya harus didukung dengan kinerja
pengelola dan tutor yang baik pula. Untuk mencapai kualitas PKBM yang
maksimal maka perlu adanya kompetensi yang dimiliki oleh tutor dan pengelola
dalam mengelola PKBM. Menurut Mangkunegara (2006, hlm. 9) kinerja SDM
merupakan istilah yang berasal dari kata job performance atau Actual
performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang).
Terdapat beberapa variable yang dapat mempengaruhi kinerja SDM, baik yang
terdapat dari dalam dirinya ataupun dari luar, menurut Gibson yang dikutip oleh
Ilyas (1999. Hlm. 57) (dalam Agustina, dkk. 2006. Pada
http://eprints.unsri.ac.id/id/eprint/4465) didalamnya mengungkapkan bahwa untuk
mencapai kinerja yang baik ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi
perilaku kerja dan kinerja yaitu: Pertama, variabel individu, yang meliputi:
kemampuan dan keterampilan; Latar belakang keluarga. Tingkat social,
pengalaman, umur, etnis, jenis kelamin; Kedua, variabel organisasi, yang
mencakup antara lain : Sumber daya; Kepemimpinan; Imbalan; Struktur; Desain
pekerjaan; Ketiga variabel psikologis, yang meliputi: Presepsi; Sikap;
Kepribadian; Belajar; Motivasi. Ketiga variable tersebut dapat mempengaruhi
kinerja pengelola dan tutor PKBM dalam mencapai tujuan kinerja yang baik.
Mochamad Dheri, 2015
ANALISIS KINERJA PENGELOLA PKBM DALAM MENYELENGGARAKAN LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN DI MASYARAKAT DESA HANJUANG KEC. BUNGBULANG (Studi deskriptif di PKBM Winaya Bhakti)
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
No. Daftar FIP:082/S/PLS/V/205 pada kesetaraan sebagai pengganti pendidikan formal baik diwilayah kota ataupun
perdesaan.
Salah satu PKBM yang terdapat di Jawa Barat yaitu PKBM Winaya Bhakti
yang terletak di Kp. Liunggunung Desa Hanjuan Kec. Bungbulang Kab. Garut.
PKBM Winaya bhakti yang didirikan pada tahun 2002 . Secara geografis berada
di daerah pegunungan dengan dataran tinggi Desa Hanjuang termasuk desa
terpencil yang jauh dari ibu kota kabupaten yaitu jaraknya kurang lebih 75 km
dari kota. Alasan yang mendasari terbentuknya PKBM winaya bhakti yaitu
melihat dari letak geografis PKBM ini termasuk dalam kawasan terpencil dan
melihat dari sumber daya manusia yang ada belum baik. PKBM Winaya Bhakti
ini telah melakuka berbagai program pendidikan bagi masyarakat Desa Hanjuang
salah satunya adalah program pendidikan kesetaraan yang mana program ini
dibentuk untuk masyarakat yang belum mengenyam pendidikan baik tingkat dasar
ataupun menengah.
Mayoritas penduduk di Desa Hanjuang adalah masyarakat yang tingkat
ekonominya menengah ke bawah, sebagian besar penduduk bermata pencaharian
sebagai petani. Pendidikan yang dicapai mayarakat pun sebagian besar tidak
mampu mencapai target standar minimal pendidikan, karena masyarakat berfikir
lebih baik mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari pada harus
mengeluarkan uang untuk biaya pendidikan sehingga hal tersebut berpengaruh
pada tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan, sebagian
orangtua lebih membimbing anaknya pada dunia pekerjaan dibanding dengan
pendidikan. Banyak anak usai sekolah yang dipekerjakan untuk membantu
memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
Pendidikan nonformal masuk kewilayah tersebut dengan antusias masyarakat
yang cukup baik karena adanya identifikasi dan sosialisai yang dilakukan oleh
pengelola sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti program pendidikan yang
ditawarkan. Hal ini mendorong masyarakat untuk melakukan perubahan dalam
bidang pendidikan. Program pendidikan kesetaraan mulai dirasakan oleh
Mochamad Dheri, 2015
ANALISIS KINERJA PENGELOLA PKBM DALAM MENYELENGGARAKAN LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN DI MASYARAKAT DESA HANJUANG KEC. BUNGBULANG (Studi deskriptif di PKBM Winaya Bhakti)
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
No. Daftar FIP:082/S/PLS/V/205 perekonomian. Sekelompok masyarakat mulai ikut serta dalam pendidikan
kesetaraan, adanya perubahan yang dirasakan oleh sekelompok masyarakat
memberikan motivasi pada masyarakat lainnya. Output program kesetaraan di
PKBM Winaya Bhakti sudah bisa dirasakan oleh masyarakat di wilayah
Kabupaten Garut, khususnya masyarakat yang ada dikecamatan wilayah selatan
sehingga program ini menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat yang belum
mengenyam pendidikan. Program keretaraan yang ada di PKBM Winaya Bhakti
terdapat dua jenjang yaitu kesetaraan paket B dan paket C. Program ini sudah
lama ada di PKBM, hampir setiap tahun warga belajarnyapun relative banyak
melihat dari data lulusan pertahun hampir mencapai 85%.
Salah satu penyebab masyarakat ikut pada program kesetaraan yaitu adanya
kebutuhan masyarakat akan pendidikan. Melihat banyaknya jumlah lulusan yang
dihasilkan oleh PKBM Winaya bhakti maka peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penetilian lebih mendalam mengenai bagaimana “Analisis Kinerja
Pengelola PKBM Dalam Menyelenggarakan Layanan Pendidikan Kesetaraan Di
Masyarakat Desa Hanjuang Kecamatan Bungbulang”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan peneliti diatas, maka penulis
mencoba mengidentifikasi permasalahan yang ada, diantaranya sebagai berikut:
1. Minimnya pengetahuan pengelola dan tutor tentang program kesetaraan yang
ada di PKBM Winaya Bhakti, sehingga tidak sesuai dengan fungsi utama dan
pendukung lembaga
2. Belum maksimalnya pemanfaatan sarana dan prasarana yang sudah tersedia
dalam menunjang proses pembelajaran, sehingga sarana dan prasarana yang
harus disediakan PKBM yang merujuk pada emapat bidang kegiatan yang
harus dikelola belum sepenuhnya terpenuhi
3. Belum variatifnya strategi yang diterapkan pengelola dalam menyelsaikan
permaslahan yang dihadapi PKBM, sehingga belum tercapaianya visi dan misi
Mochamad Dheri, 2015
ANALISIS KINERJA PENGELOLA PKBM DALAM MENYELENGGARAKAN LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN DI MASYARAKAT DESA HANJUANG KEC. BUNGBULANG (Studi deskriptif di PKBM Winaya Bhakti)
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
No. Daftar FIP:082/S/PLS/V/205
4. Kualifikasi akademik pengelola PKBM Winaya Bhakti diantaranya sudah
berkualifikasi akademik S1 yang Non pendidikan, seharusnya dibutuhkan
pendidik yang berjenjang kualifikasi pendidikan yang dapat menyanding,
menyetarakan, dan mengintegrasi capaian pembelajaran.
Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi, penulis merumuskan masalah
mengenai “Bagaimana analisis kinerja PKBM dalam menyelenggarakan layanan
pendidikan kesetaraan di mayarakat Desa Hajuang Kecamatan Bungbulang”.
C. Pertanyaan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, peneliti dapat menguraikan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi pengelolaan PKBM Winaya Bhakti pada program
kesetaraan?
2. Bagaimana hasil capaian kinerja penyelenggaraan program kesetaraan di
PKBM Winaya Bhakti?
3. Apakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam
menyelenggarakan program kesetaraan di PKBM Winaya Bhakti?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dilakukannya penelitian ini
untuk menjawab permasalah yang telah dirumuskan, yaitu sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan strategi pengelolaan PKBM Winaya Bhakti pada program
kesetaraan
2. Mendeskripsikan hasil capaian kinerja penyelenggaraan program kesetaraan di
PKBM Winaya Bhakti
3. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam menyelenggarakan
program kesetaraan di PKBM Winaya Bhakti
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan penelitian ini agar dapat
memberikan pengetahuan serta kontribusi bagi beberapa pihak yang terkait,
diantaranya:
Mochamad Dheri, 2015
ANALISIS KINERJA PENGELOLA PKBM DALAM MENYELENGGARAKAN LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN DI MASYARAKAT DESA HANJUANG KEC. BUNGBULANG (Studi deskriptif di PKBM Winaya Bhakti)
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
No. Daftar FIP:082/S/PLS/V/205 Memberikan pengalaman, pengetahuan serta wawasan yang lebih luas
mengenai analisis kinerja pkbm dalam menyelenggarakan layanan pendidikan
kesetaraan di mayarakat desa hajuang kecamatan bungbulang.
2. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian lebih lanjut
mengenai analisis kinerja pkbm dalam menyelenggarakan layanan pendidikan
kesetaraan di mayarakat desa hajuang kecamatan bungbulang.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Adapun sistematika dalam penulisan penelitian ini adalah sebgai berikut :
BAB I Pendahuluan yang berisikan Latar Belakang Penelitian, Identifikasi
Masalah, Rumusan Masalah, Pertanyaan Penelitian, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian, Lokasi dan Subjek Penelitian, Definisi
Operasional, dan Sistematika Penulisan.
BAB II Kajian Pustaka, merupakan landasan teori dan gambaran umum
mengenai dasar teori penelitian
BAB III Metode penelitian. Berisikan metode penelitian, teknik dan alat
pengumpul data, dan analisis data.
BAB IV Pembahasan. Membahas gambaran lokasi permasalahan dan mencakup
pembahasan hasil yang didapatkan dari pelaksanaan penelitian.
BAB V Kesimpulan dan Saran. Berisikan kesimpulan dan saran sebagai