• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN DAN PENANGANAN MUARA SUNGAI SILANDAK - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DESAIN DAN PENANGANAN MUARA SUNGAI SILANDAK - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISA DATA

4.1. ANALISA PERMASALAHAN

Muara Sungai Silandak Berlokasi di Pantai Maron, Sebelah Utara dari Kompleks Areal Landasan Terbang Bandara Ahmad Yani Kota Semarang. Sungai Silandak mengalir dari bagian hulu menuju hilir melewati Kompleks Areal Landasan Bandara Ahmad Yani Kota Semarang, kemudian berakhir pada muara yang berlokasi di Pantai Maron. Sungai Silandak termasuk bagian dari sistem drainase kawasan Bandar Udara Ahmad Yani. Selain sangat berdekatan dengan Kompleks Bandar Udara Ahmad Yani, aliran sungai ini juga berdekatan dengan Kompleks Perumahan Penduduk di Kelurahan Tugu Rejo.

LAUT

PANTAI PANTAI

TAM BAK

TAMBAK SUNGAI

SEDIM EN PASIR

SEDIM EN LUM PUR T

A N G G U L

T A N G G U L ARAH DATANG GELOMBANG DOM INAN

(2)

Gambar 4.2. Aktivitas Masyarakat di Sekitar Pantai Maron.

Gambar 4.3. Beberapa Aktivitas Perekonomian di Sekitar Pantai Maron

(3)

Perubahan tata guna lahan dapat menyebabkan kenaikan debit banjir. Disamping itu, perubahan tata guna lahan juga dapat mengakibatkan terjadinya erosi yang dikarenakan lapisan penutup tanah menjadi berkurang. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya sedimentasi di sepanjang sungai yang membuat daya tampung sungai menjadi berkurang. Adapun cara menangani masalah tersebut adalah dengan konservasi lahan.

Penutupan mulut sungai yang disebabkan oleh sedimen dapat menyebabkan ketidaklancaran pembuangan debit banjir ke laut sehingga terjadi luapan air di daerah hulu yang berakibat banjir. Hal ini dapat berimbas pada sistem drainase kawasan Bandara dan juga berimbas pada aktifitas penerbangan pada areal landasan, yaitu akan terhambatnya lalu lintas penerbangan di Bandara Ahmad Yani yang disebabkan oleh tidak dapat digunakannya landasan karena tergenang air, serta dapat menimbulkan resiko kecelakaan pada pesawat yang menggunakan landasan dalam kondisi tergenang air. Selain itu juga dapat membawa efek lain, yaitu terjadinya luapan banjir pada daerah sekitar aliran Sungai Silandak lainnya seperti jalan raya, kawasan perindustrian, kawasan perumahan, dan lain – lain.

(4)

Gambar 4.5. Kondisi Muara Sungai Silandak yang Mengalami Sedimentasi

Gambar 4.6. Permukaan Sedimen yang Menutupi Mulut Sungai Silandak

(5)

4.2. ANALISA HIDROLOGI

Tahapan awal yang dilakukan dalam merencanakan penanganan muara sungai adalah analisa hidrologi. Dalam proses analisis hidrologi ini, digunakan data curah hujan maksimum selama periode 10 tahun ( 1997 – 2006 ) sebagai dasar perhitungan dalam menentukan debit banjir rencana.

4.2.1. Perhitungan Curah Hujan Rencana a. Curah Hujan Maksimum

Data curah hujan yang tersedia dan digunakan dalam penentuan debit banjir rencana dalam laporan ini adalah data hujan harian yang bersumber dari tiga stasiun penakar hujan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Kota Semarang, yakni Stasiun Semarang Klim, Stasiun Simongan, dan Stasiun Tugu antara tahun 1997 s/d 2006.

Tabel 4.1. Curah Hujan Harian Tahunan Maksimun selama 10 Tahun Untuk Tiga Stasiun

No. Tahun

Semarang Klim ( mm )

Simongan ( mm )

Tugu ( mm )

1 1997 197 124 119

2 1998 103 145 90

3 1999 93 160 115

4 2000 179 203 210

5 2001 109 147 175

6 2002 98 84 120

7 2003 106 122 158

8 2004 85 163 186

9 2005 98 121 123

10 2006 152 198 224

Sumber : Stasiun BMG Kota Semarang

b. Analisis Curah Hujan Wilayah

(6)

Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah metode thiesen. Perhitungan metode thiesen menggunakan rumus berikut ini :

n pengamatan (Sta. Hujan).

A= A1 + A2 +...An= luas total DAS.

n W W

W1, 2,..., = bobot luas bagian DAS yang terpengaruh di tiap titik pengamatan (Sta. Hujan).

Curah hujan rata – rata dari ketiga stasiun tersebut selanjutnya dibandingkan, kemudian curah hujan rata – rata yang memiliki nilai maksimum diambil sebagai curah hujan areal DAS Sungai Silandak. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.4 - Tabel 4.7.

Tabel 4.2. Luas Pengaruh Hujan

No. Stasiun Luas ( Ha ) Bobot ( % )

1 Semarang Klim 117.71 11.04

2 Simongan 517.02 48.49

3 Tugu 431.44 40.47

(7)

Tabel 4.3. Curah Hujan Harian Tahunan Maksimum Tiap Stasiun

No. Tahun

Semarang Klim ( mm )

Simongan ( mm )

Tugu ( mm )

1 1997 197 124 119

2 1998 103 145 90

3 1999 93 160 115

4 2000 179 203 210

5 2001 109 147 175

6 2002 98 84 120

7 2003 106 122 158

8 2004 85 163 186

9 2005 98 121 123

10 2006 152 198 224

Tabel 4.4. Curah Hujan Harian Tahunan Maksimum Berdasarkan Stasiun Semarang Klim

Semarang Klim Simongan Tugu Bobot 11.04 % Bobot 48.49 % Bobot 40.47 %

No. Tanggal Rmax R1 Rmax R2 Rmax R3 R1 + R2 + R3

( mm ) ( mm ) ( mm )

1 19 Januari 1997 197 21.749 100 48.490 119 48.159 118.398

2 21 Februari 1998 103 11.371 122 59.158 35 14.1645 84.694

3 15-Apr-99 93 10.267 90 43.641 72 29.1384 83.047

4 22 Januari 2000 179 19.762 179 86.797 210 84.987 191.546

5 26 Maret 2001 109 12.034 2 0.970 0 0 13.003

6 1-Apr-02 98 10.819 65 31.519 66 26.7102 69.048

7 16 Februari 2003 106 11.702 61 29.579 158 63.9426 105.224

8 13 Januari 2004 85 9.384 0 0.000 0 0 9.384

9 26 Maret 2005 98 10.819 74 35.883 31 12.5457 59.248

(8)

Tabel 4.5. Curah Hujan Harian Tahunan Maksimum Berdasarkan Stasiun Simongan

Semarang Klim Simongan Tugu

Tabel 4.6. Curah Hujan Harian Tahunan Maksimum Berdasarkan Stasiun Tugu

Semarang Klim Simongan Tugu

Tabel 4.7. Rekapitulasi Curah Hujan Harian Tahunan Maksimum Tiga Stasiun

(9)

c. Pengukuran Dispersi

Suatu kenyataan bahwa tidak semua nilai dari suatu variabel hidrologi terletak atau sama dengan nilai rata - ratanya, tetapi kemungkinan ada nilai yang lebih besar atau lebih kecil dari nilai rata - ratanya. Besarnya dispersi dapat dilakukan pengukuran dispersi, yakni melalui perhitungan parametrik statistik untuk (Xi-X ), (Xrt i-X )rt Perhitungan parametrik stasistik dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8. Parameter Statistik Curah Hujan

No. Xi Xi-Xrt ( Xi-Xrt )^2 ( Xi-Xrt )^3 ( Xi-Xrt )^4

1 118.398 1.065 1.134 1.208 1.287

2 84.694 -32.640 1065.337 -34772.066 1134942.839

3 87.155 -30.178 910.706 -27483.184 829384.778

4 191.546 74.213 5507.525 408728.289 30332829.877

5 132.466 15.133 229.014 3465.711 52447.294 6 88.326 -29.007 841.418 -24407.170 707983.665 7 134.803 17.470 305.194 5331.677 93143.324 8 92.687 -24.646 607.411 -14970.058 368947.550

9 80.398 -36.935 1364.179 -50385.695 1860985.575

10 203.444 86.111 7415.070 638517.599 54983261.275

Jml 1213.917 40.587 18246.987 904026.311 90363927.464

Xrt 121.392

Macam pengukuran dispersi antara lain sebagai berikut : 1. Standar Deviasi (S)

Perhitungan standar deviasi digunakan rumus sebagai berikut:

(10)

2. Koefisien Skewness (CS)

Perhitungan koefisien skewness digunakan rumus sebagai berikut :

3. Pengukuran Kurtosis (CK)

Perhitungan kurtosis digunakan rumus sebagai berikut :

4

Perhitungan koefisien variasi digunakan rumus sebagai berikut :

X

d. Pemilihan Jenis Sebaran

(11)

Tabel 4.9. Parameter Pemilihan Distribusi Curah Hujan

Jenis

sebaran Kriteria Hasil Keterangan

Log Normal

Cs= 3 Cv+Cv3 = 1.164 CS= 1.375

Ck=Cv8+6Cv6+1

5Cv4+16Cv2+3 = 5.501

CK= 2.198

Log pearson Tipe III

Cs ≠ 0 CS= 1.375 Dipilih

Gumbel

Cs ≈ 1,14 CS= 1.375

Ck ≈ 5,4

CK= 2.198

Dari perbandingan beberapa parameter pengukuran dispersi dengan kriteria pada masing – masing jenis sebaran, dapat disimpulkan jenis sebaran yang lebih mendekati adalah Metode Log Pearson Tipe III, sehingga jenis sebaran ini yang akan dipakai dalam perhitungan curah hujan rencana.

e. Pengujian Keselarasan Sebaran

Pengujian keselarasan sebaran digunakan untuk menentukan apakah data sebaran tersebut sesuai dengan salah satu jenis sebaran. Pengujian kecocokan sebaran dilakukan dengan metode chi kuadrat dan uji sebaran Smirnov – Kolmogorov.

Metode Chi Kuadrat

Pengujian kecocokan sebaran dengan metode Chi-kuadrat dengan rumus sebagai berikut :

=

− = G

i Ef

Of Ef X

1

2

2 ( )

(12)

di mana :

X2 = harga Chi-kuadrat G = jumlah sub-kelompok

Of = frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama

Ef = frekuensi yang diharapkan sesuai pembagian kelasnya. Perhitungan :

G = 1 + 1,33 In N, di mana N adalah jumlah data G = 1 + 1,33 In 10

G = 4,06 diambil 10 dk = G – ( R + 1 )

R = untuk distribusi normal dan binominal R = 2 = untuk distribusi poisson R = 1

dk = 10 – ( 2 + 1 ) = 7

G N

Ef = Æ 1

10 10

= = Ef

∆X = ( Xmaks – X min ) / ( G – 1 ) ∆X = ( 203,444 – 80,398 ) / ( 10 – 1 ) ∆X = 13,671

X awal = Xmin – ½ ∆X

= 80,398 – ½*13,671 = 73,5625 Tabel 4.10. Perhitungan Uji Chi-kuadrat

No Probabilitas (%) of ef ef-of

(ef-of)^2/ef

1 73.563 <x< 87.234 3.00 1.000 -2.00 4.00

2 87.234 <x< 100.905 2.00 1.000 -1.00 1.00

3 100.905 <x< 114.576 0.00 1.000 1.00 1.00

4 114.576 <x< 128.247 1.00 1.000 0.00 0.00

5 128.247 <x< 141.918 2.00 1.000 -1.00 1.00

6 141.918 <x< 155.589 0.00 1.000 1.00 1.00

7 155.589 <x< 169.260 0.00 1.000 1.00 1.00

8 169.260 <x< 182.931 0.00 1.000 1.00 1.00

9 182.931 <x< 196.602 1.00 1.000 0.00 0.00

10 196.602 <x< 210.273 1.00 1.000 0.00 0.00

Jumlah 10 f2 7.00

(13)

Batas kritis nilai Chi-kuadrat untuk dk = 7dengan α = 5% dari tabel Chi-kuadrat didapatkan nilai (λh)2 cr = 14,067. Nilai (λh)2 = 7 < (λh)2 cr = 14,067 maka pemilihan distribusi Log Pearson Tipe III memenuhi syarat.

Uji Sebaran Smirnov – Kolmogorov

Uji kecocokan smirnov – kolmogorov, sering juga uji kecocokan non parametrik (non parametric test), karena pengujian tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Perhitungan uji kecocokan sebaran dengan Smirnov – Kolmogorov untuk Metode Log Pearson III dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Uji Sebaran Smirnov – Kolmogorov

x m P(x) =

m/(n+1) P(x<)

f(t)=(Xi- Xrt) : Sx

P'(x)=

m/(n-1) P'(x<) D

1 2 3 4 = nilai1-

3 5 6

7 =

nilai1-6 8

80.398 1 0.0909 0.9091 -0.9104 0.1111 0.8889 0.0202

84.694 2 0.1818 0.8182 -0.8150 0.2222 0.7778 0.0404 87.155 3 0.2727 0.7273 -0.7604 0.3333 0.6667 0.0606

88.326 4 0.3636 0.6364 -0.7344 0.4444 0.5556 0.0808 92.687 5 0.4545 0.5455 -0.6375 0.5556 0.4444 0.1010

118.398 6 0.5455 0.4545 -0.0665 0.6667 0.3333 0.1212 132.466 7 0.6364 0.3636 0.2459 0.7778 0.2222 0.1414

134.803 8 0.7273 0.2727 0.2978 0.8889 0.1111 0.1616 191.546 9 0.8182 0.1818 1.5580 1.0000 0.0000 0.1818

(14)

Tabel. 4.12. Nilai kritis ( Do ) untuk Uji Smirnov-Kolmogorov

n α ( Derajat Kepercayaan )

0.2 0.1 0.05 0.01

5 0.45 0.51 0.56 0.67 10 0.32 0.37 0.41 0.49 15 0.27 0.3 0.34 0.4 20 0.23 0.26 0.29 0.36 25 0.21 0.24 0.27 0.32 30 0.19 0.22 0.24 0.29 35 0.18 0.2 0.23 0.27 40 0.17 0.19 0.21 0.25 45 0.16 0.18 0.2 0.24 50 0.15 0.17 0.19 0.23

>50 1.07/N^0.5 1.22/N^0.5 1.36/N^0.5 1.63/N^0.5

Dari perhitungan nilai D pada Tabel 4.11, diperoleh nilai Dmax =

0,202, data pada peringkat m = 10. Dengan menggunakan data pada Tabel 4.12, untuk derajat kepercayaan 5 % maka diperoleh Do = 0,41. Karena nilai Dmax lebih kecil dari nilai Do kritis ( 0,202<0,41 )

maka persamaan distribusi yang diperoleh dapat diterima.

f . Perhitungan Curah Hujan Rencana

Perhitungan curah hujan rencana untuk periode ulang tertentu dilakukan berdasarkan jenis sebaran terpilih, yaitu metode Log Pearson Tipe III. Untuk menghitung curah hujan rencana dengan metode ini digunakan persamaan berikut :

Log Y = LogX k.S

_

+ ( 4.6 )

X = 10(logY) di mana :

Log Y = besarnya variabel log dengan jangka waktu ulang T tahun Log

_

X = Log curah hujan rata-rata tengah (mean)

(15)

X = besarnya curah hujan dengan jangka waktu ulang T tahun

Tabel 4.13. Perhitungan Curah Hujan Rencana

No. Periode Ulang (Log X)Rt K S.Deviasi Log XT XT

( Tahun )

1 2 2.060 -0.08 0.159 2.047 111.501

2 5 2.060 0.807 0.159 2.188 154.270

3 10 2.060 1.323 0.159 2.270 186.362

4 25 2.060 1.914 0.159 2.364 231.380

5 50 2.060 2.317 0.159 2.428 268.166

6 100 2.060 2.695 0.159 2.489 307.968

4.2.2. Debit Banjir Rencana

Debit banjir rencana adalah debit yang direncanakan mengalir melewati penampang sungai dengan periode ulang tertentu yang dijadikan acuan dalam perhitungan dimensi penampang sungai. Sedangkan pengertian dari periode ulang tertentu adalah waktu dimana diperkirakan terjadinya debit banjir rata - rata satu kali dalam periode ulang tersebut. Untuk mencari debit banjir rencana dapat digunakan beberapa metode, antara lain sebagai berikut :

a. Dengan menggunakan data debit banjir pada lokasi setempat dalam kurun waktu minimal 20 tahun.

b. Apabila data debit banjir yang dibutuhkan tidak tersedia, maka kita dapat menggunakan data curah hujan yang diolah menjadi debit banjir melalui metode berikut ini :

1. Rumus empiris, seperti : Metode Rasional, Weduwen, Haspers 2. Cara statistik atau kemungkinan ( FSR Jawa – Sumatera )

3. Dengan unit hidrograf, misalnya : Metode Hidrograf Satuan Sintetik Gama 1

a. Metode Rasional

Digunakan persamaan sebagai berikut : F

r

Qt * * *

6 , 3

1

α

(16)

ƒ intensitas curah hujan (r)

ƒ waktu konsentrasi (t) t =

H = beda tinggi ujung hulu dengan titik tinggi yang ditinjau (Km) = 1,428 Km

Perhitungan debit banjir rencana dengan metode Rasional disajikan pada Tabel 4.14. sebagai berikut:

Tabel 4.14. Perhitungan Debit Banjir Rencana Dengan Metode Rasional

No.

6 100 10.662 307.968 10.75 0.0452 0.5 0.898 114.70536 169.8547

b. Metode Weduwen

(17)

ƒ Waktu Konsentrasi (t)

i = gradien sungai atau medan yaitu kemiringan rata-rata sungai (10% bagian hulu dari panjang sungai tidak dihitung. Beda tinggi dan panjang diambil dari suatu titik 0,1 L dari batas hulu DAS).

Tabel 4.15. Perhitungan Debit Banjir Rencana Dengan Metode Weduwen

No.

Periode

Ulang F qn t β α q Qt

tahun Km2 mm jam jam m3/det

1 2 10.6617 111.501 1.75 0.9390 0.9632945 21.14 203.8713

2 5 10.6617 154.270 1.75 0.9390 0.9730013 21.14 205.92566

3 10 10.6617 186.362 1.75 0.9390 0.9774718 21.14 206.87178

4 25 10.6617 231.380 1.75 0.9390 0.9817181 21.14 207.77048 5 50 10.6617 268.166 1.75 0.9390 0.9841581 21.14 208.28688

(18)

c. Metode Haspers

Untuk menghitung besarnya debit dengan metode Haspers digunakan persamaan berikut :

(19)

Rt = curah hujan maksimum (mm/hari)

Tabel 4.16. Perhitungan Debit Rencana Metode Haspers

No.

Periode Rmax F L

I t Rt

qn Koef.

Red

Koef. Qt

Tahun mm Km2 Km m3/det.km Alir m3/det

1 2 112 10.6617 10.75 0.0042 3.451 86.453 6.958 1.066 0.216 17.042

2 5 154 10.6617 10.75 0.0042 3.451 119.614 9.627 1.066 0.216 23.579

3 10 186 10.6617 10.75 0.0042 3.451 144.497 11.629 1.066 0.216 28.484

4 25 231 10.6617 10.75 0.0042 3.451 179.402 14.438 1.066 0.216 35.365

5 50 268 10.6617 10.75 0.0042 3.451 207.924 16.734 1.066 0.216 40.988

6 100 308 10.6617 10.75 0.0042 3.451 238.785 19.217 1.066 0.216 47.071

d. Metode Hidrograf Satuan Sintetik Gamma 1

Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetik Gamma I menggunakan persamaan-persamaan yang dijelaskan pada Bab II ( Soemarto, 1999 ) dengan langkah-langkah :

1) Menentukan data-data yang digunakan dalam perhitungan Hidrograf Sintetik Gamma I DAS Sungai Silandak .

2) Menghitung TR (time of resesion) 3) Menghitung debit puncak QP

4) Menghitung waktu dasar TB (time base) 5) Menghitung koefisien tampungan k 6) Menghitung besar aliran dasar QB 7) Menghitung indeks infiltrasi

8) Perhitungan intensitas curah hujan menggunakan distribusi hujan jam-jaman

9) Menghitung unit resesi Hidrograf

10) Menghitung distribusi hujan efektif untuk memperoleh hidrograf dengan metode F Indeks. Kemudian dapat dihitung hidrograf banjirnya.

Didapat data :

(20)

Panjang pangsa sungai semua tingkat = 26,49 km Panjang Sungai (L) = 10,75 km

WU = 3,193 km

WL = 1,575 km

Luas DAS (A) = 10,6617 km2

Luas DAS hulu (AU) = 5,684 km2 Kemiringan Sungai rata-rata (S) = 0,00417

Beda Tinggi (H) = 45,04 m

WF = WU / WL = 2,027

Faktor sumber (SF) = 0,403 Frekuensi Sumber (SN) = 0,536 Kerapatan Jaringan kuras (D) = 2,485 Jumlah pertemuan sungai (JN) = 22 buah Perbandingan AU dan DAS (RUA) = 0,533

SIM = RUA * WF = 1,09

Waktu Puncak (TR) :

TR = 0,43 * (L/100SF) 3 +1,0665*SIM+1,2775 = 2,448 jam

Debit Puncak (QP) :

Qp = 0,1836 * A0,5886 * JN 0,2381 *TR -0,4008 = 1,078 m3/dt

Waktu Dasar (TB) :

TB = 27,4132 * TR 0,1457 * S -0,0956 *SN 0,7344 * RUA 0,2574 = 28,37 jam

K = 0,5617 * A 0,1798 * S -0,1446 *SF -1,0897 * D 0,0452 = 5,326

Hujan Efektif :

(21)

Ø indeks = 10,4903 – 3,859 * 10-6 * A2 + 1,6985 * 10-13 * (A/SN)4

= 10,489 mm/jam Aliran Dasar (Base Flow)

QB = 0,4751 * A0,6444 *D 0,943 = 5,151 m3/dt

Qt = Qp * e-t/k

= 1,078 * e-t / 5,326

Koefisien distribusi hujan jam-jaman yang digunakan untuk perhitungan intensitas curah hujan antara lain sebagai berikut :

Waktu (jam) 1 2 3 4 5 6 7 8

Distribusi (%) 24 21 27 7 9 5 3 3

( Sumber : KP – 02 Irigasi )

Tabel 4.17. Unit Resesi Hidrograf HSS Gamma I

t (jam)

Qt (m3dtk)

t (jam)

Qt (m3dtk)

0 0.000 15 0.0645

1 0.441 16 0.0534

2.445 1.078 17 0.0443

3 0.614 18 0.0367

4 0.509 19 0.0304

5 0.422 20 0.0252

6 0.349 21 0.0209

7 0.290 22 0.0173

8 0.240 23 0.0144

9 0.199 24 0.0119

(22)

Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Gamma I

0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000 1.200

0 5 10 15 20 25 30 35

t ( jam )

Q (

m

^

3/

d

e

t )

(23)

Tabel 4.18. Debit Banjir Rancangan 2 Tahunan

Distribusi Hujan 26.760 23.415 30.105 7.805 10.035 5.575 3.345 3.345 ALIRAN HIDROGRAF

Ø indeks 10.489 DASAR BANJIR

HUJAN EFEKTIF 16.271 12.926 19.616 0 0 0 0 0 (QB) 2 TAHUN

Waktu (t) Qt=

qp.e^(-t/k)

Jam HSS H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8

0 0.0000 0 5.151 5.151

1 0.4404 7.165 0 5.151 12.316

2 0.8807 14.330 5.692 0 5.151 25.174

3 0.6138 9.987 11.384 8.638 0 5.151 35.160

4 0.5087 8.277 7.934 17.276 0 0 5.151 38.638

5 0.4216 6.860 6.575 12.040 0 0 0 5.151 30.626

6 0.3494 5.686 5.450 9.979 0 0 0 0 5.151 26.265

7 0.2896 4.712 4.517 8.270 0 0 0 0 0 5.151 22.651

8 0.2400 3.906 3.744 6.855 0 0 0 0 0 5.151 19.655

9 0.1989 3.237 3.103 5.681 0 0 0 0 0 5.151 17.172

10 0.1649 2.683 2.572 4.709 0 0 0 0 0 5.151 15.114

11 0.1367 2.224 2.131 3.903 0 0 0 0 0 5.151 13.409

12 0.1133 1.843 1.767 3.235 0 0 0 0 0 5.151 11.995

13 0.0939 1.528 1.464 2.681 0 0 0 0 0 5.151 10.824

14 0.0778 1.266 1.214 2.222 0 0 0 0 0 5.151 9.852

15 0.0645 1.049 1.006 1.842 0 0 0 0 0 5.151 9.048

16 0.0534 0.870 0.834 1.526 0 0 0 0 0 5.151 8.381

17 0.0443 0.721 0.691 1.265 0 0 0 0 0 5.151 7.828

18 0.0367 0.597 0.573 1.048 0 0 0 0 0 5.151 7.370

19 0.0304 0.495 0.475 0.869 0 0 0 0 0 5.151 6.990

20 0.0252 0.410 0.393 0.720 0 0 0 0 0 5.151 6.675

21 0.0209 0.340 0.326 0.597 0 0 0 0 0 5.151 6.414

22 0.0173 0.282 0.270 0.495 0 0 0 0 0 5.151 6.198

23 0.0144 0.234 0.224 0.410 0 0 0 0 0 5.151 6.019

24 0.0119 0.194 0.186 0.340 0 0 0 0 0 5.151 5.870

25 0.0099 0.161 0.154 0.282 0 0 0 0 0 5.151 5.747

26 0.0082 0.133 0.128 0.233 0 0 0 0 0 5.151 5.645

27 0.0068 0.110 0.106 0.193 0 0 0 0 0 5.151 5.560

28 0.0056 0.091 0.088 0.160 0 0 0 0 0 5.151 5.490

(24)

Tabel 4.19. Debit Banjir Rancangan 5 Tahunan

Distribusi Hujan 37.025 32.397 41.653 10.799 13.884 7.713 4.628 4.628 ALIRAN HIDROGRAF

Ø indeks 10.489 DASAR BANJIR

HUJAN EFEKTIF 26.536 21.908 31.164 0.000 3.395 0 0 0 (QB) 5 TAHUN

Waktu (t) Qt=

qp.e^(-t/k)

Jam HSS H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8

0 0.0000 0.000 5.151 5.151

1 0.4404 11.685 0.000 5.151 16.836

2 0.8807 23.371 9.647 0.000 5.151 38.169

3 0.6138 16.286 19.295 13.723 0 5.151 54.455

4 0.5087 13.498 13.446 27.447 0 0.000 5.151 59.542

5 0.4216 11.188 11.144 19.127 0 1.495 0 5.151 48.105

6 0.3494 9.272 9.236 15.853 0 2.990 0 0 5.151 42.503

7 0.2896 7.685 7.655 13.139 0 2.084 0 0 0 5.151 35.714

8 0.2400 6.370 6.345 10.890 0 1.727 0 0 0 5.151 30.482

9 0.1989 5.279 5.259 9.026 0 1.431 0 0 0 5.151 26.146

10 0.1649 4.375 4.358 7.481 0 1.186 0 0 0 5.151 22.552

11 0.1367 3.626 3.612 6.200 0 0.983 0 0 0 5.151 19.573

12 0.1133 3.006 2.994 5.139 0 0.815 0 0 0 5.151 17.104

13 0.0939 2.491 2.481 4.259 0 0.675 0 0 0 5.151 15.058

14 0.0778 2.065 2.057 3.530 0 0.560 0 0 0 5.151 13.362

15 0.0645 1.711 1.705 2.926 0 0.464 0 0 0 5.151 11.957

16 0.0534 1.418 1.413 2.425 0 0.385 0 0 0 5.151 10.792

17 0.0443 1.176 1.171 2.010 0 0.319 0 0 0 5.151 9.826

18 0.0367 0.974 0.970 1.666 0 0.264 0 0 0 5.151 9.026

19 0.0304 0.808 0.804 1.381 0 0.219 0 0 0 5.151 8.362

20 0.0252 0.669 0.667 1.144 0 0.181 0 0 0 5.151 7.813

21 0.0209 0.555 0.553 0.948 0 0.150 0 0 0 5.151 7.357

22 0.0173 0.460 0.458 0.786 0 0 0 0 0 5.151 6.979

23 0.0144 0.381 0.380 0.651 0 0 0 0 0 5.151 6.666

24 0.0119 0.316 0.315 0.540 0 0 0 0 0 5.151 6.407

25 0.0099 0.262 0.261 0.448 0 0 0 0 0 5.151 6.192

26 0.0082 0.217 0.216 0.371 0 0 0 0 0 5.151 6.014

27 0.0068 0.180 0.179 0.307 0 0 0 0 0 5.151 5.866

28 0.0056 0.149 0.148 0.255 0 0 0 0 0 5.151 5.744

(25)

Tabel 4.20. Debit Banjir Rancangan 10 Tahunan

Distribusi Hujan 44.727 39.136 50.318 13.045 16.773 9.318 5.591 5.591 ALIRAN HIDROGRAF

Ø indeks 10.489 DASAR BANJIR

HUJAN EFEKTIF 34.238 28.647 39.829 2.556 6.284 0 0 0 (QB) 10 TAHUN

Waktu (t)

Qt=

qp.e^(-t/k)

Jam HSS H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8

0 0.0000 0.000 5.151 5.151

1 0.4404 15.077 0.000 5.151 20.228

2 0.8807 30.154 12.615 0.000 5.151 47.920

3 0.6138 21.013 25.230 17.539 0.000 5.151 68.933

4 0.5087 17.416 17.582 35.078 1.126 0.000 5.151 76.353

5 0.4216 14.435 14.572 24.445 2.251 2.767 0.000 5.151 63.622

6 0.3494 11.964 12.078 20.260 1.569 5.534 0.000 0.000 5.151 56.556

7 0.2896 9.916 10.010 16.792 1.300 3.857 0.000 0.000 0.000 5.151 47.026

8 0.2400 8.218 8.297 13.917 1.078 3.196 0.000 0.000 0.000 5.151 39.858

9 0.1989 6.812 6.876 11.535 0.893 2.649 0.000 0.000 0.000 5.151 33.916

10 0.1649 5.645 5.699 9.560 0.740 2.196 0.000 0.000 0.000 5.151 28.992

11 0.1367 4.679 4.724 7.924 0.614 1.820 0.000 0.000 0.000 5.151 24.911

12 0.1133 3.878 3.915 6.567 0.509 1.508 0.000 0.000 0.000 5.151 21.528

13 0.0939 3.214 3.245 5.443 0.422 1.250 0.000 0.000 0.000 5.151 18.725

14 0.0778 2.664 2.689 4.511 0.349 1.036 0.000 0.000 0.000 5.151 16.401

15 0.0645 2.208 2.229 3.739 0.290 0.859 0.000 0.000 0.000 5.151 14.475

16 0.0534 1.830 1.847 3.099 0.240 0.712 0.000 0.000 0.000 5.151 12.879

17 0.0443 1.517 1.531 2.569 0.199 0.590 0.000 0.000 0.000 5.151 11.556

18 0.0367 1.257 1.269 2.129 0.165 0.489 0.000 0.000 0.000 5.151 10.460

19 0.0304 1.042 1.052 1.764 0.137 0.405 0.000 0.000 0.000 5.151 9.551

20 0.0252 0.864 0.872 1.462 0.113 0.336 0.000 0.000 0.000 5.151 8.798

21 0.0209 0.716 0.723 1.212 0.094 0.278 0.000 0.000 0.000 5.151 8.173

22 0.0173 0.593 0.599 1.005 0.078 0.231 0.000 0.000 0.000 5.151 7.656

23 0.0144 0.492 0.496 0.833 0.064 0.191 0.000 0.000 0.000 5.151 7.227

24 0.0119 0.407 0.411 0.690 0.053 0.158 0.000 0.000 0.000 5.151 6.872

25 0.0099 0.338 0.341 0.572 0.044 0.131 0.000 0.000 0.000 5.151 6.577

26 0.0082 0.280 0.283 0.474 0.037 0.109 0.000 0.000 0.000 5.151 6.333

27 0.0068 0.232 0.234 0.393 0.030 0.090 0.000 0.000 0.000 5.151 6.131

28 0.0056 0.192 0.194 0.326 0.025 0.075 0.000 0.000 0.000 5.151 5.963

(26)

Tabel 4.21. Debit Banjir Rancangan 25 Tahunan

Distribusi Hujan 55.531 48.590 62.473 16.197 20.824 11.569 6.941 6.941 ALIRAN HIDROGRAF

Ø indeks 10.489 DASAR BANJIR

HUJAN EFEKTIF 45.042 38.101 51.984 5.708 10.335 1.080 0 0 (QB) 25 TAHUN

Waktu (t) Qt=

qp.e^(-t/k)

Jam HSS H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8

0 0.0000 0.000 5.151 5.151

1 0.4404 19.835 0.000 5.151 24.986

2 0.8807 39.670 16.778 0.000 5.151 61.599

3 0.6138 27.645 33.556 22.891 0.000 5.151 89.243

4 0.5087 22.912 23.384 45.783 2.513 0.000 5.151 99.744

5 0.4216 18.990 19.381 31.905 5.027 4.551 0.000 5.151 85.005

6 0.3494 15.739 16.064 26.443 3.503 9.102 0.476 0.000 5.151 76.478

7 0.2896 13.045 13.314 21.917 2.903 6.343 0.951 0.000 0.000 5.151 63.624

8 0.2400 10.812 11.035 18.165 2.406 5.257 0.663 0.000 0.000 5.151 53.489

9 0.1989 8.961 9.146 15.055 1.994 4.357 0.549 0.000 0.000 5.151 45.214

10 0.1649 7.427 7.580 12.478 1.653 3.611 0.455 0.000 0.000 5.151 38.356

11 0.1367 6.156 6.282 10.342 1.370 2.993 0.377 0.000 0.000 5.151 32.672

12 0.1133 5.102 5.207 8.572 1.136 2.481 0.313 0.000 0.000 5.151 27.961

13 0.0939 4.229 4.316 7.104 0.941 2.056 0.259 0.000 0.000 5.151 24.056

14 0.0778 3.505 3.577 5.888 0.780 1.704 0.215 0.000 0.000 5.151 20.820

15 0.0645 2.905 2.965 4.880 0.646 1.412 0.178 0.000 0.000 5.151 18.137

16 0.0534 2.407 2.457 4.045 0.536 1.171 0.148 0.000 0.000 5.151 15.914

17 0.0443 1.995 2.036 3.352 0.444 0.970 0.122 0.000 0.000 5.151 14.072

18 0.0367 1.654 1.688 2.778 0.368 0.804 0.101 0.000 0.000 5.151 12.545

19 0.0304 1.371 1.399 2.303 0.305 0.667 0.084 0.000 0.000 5.151 11.279

20 0.0252 1.136 1.159 1.909 0.253 0.552 0.070 0.000 0.000 5.151 10.230

21 0.0209 0.942 0.961 1.582 0.210 0.458 0.058 0.000 0.000 5.151 9.361

22 0.0173 0.780 0.796 1.311 0.174 0.379 0.048 0.000 0.000 5.151 8.640

23 0.0144 0.647 0.660 1.087 0.144 0.315 0.040 0.000 0.000 5.151 8.043

24 0.0119 0.536 0.547 0.901 0.119 0.261 0.033 0.000 0.000 5.151 7.548

25 0.0099 0.444 0.453 0.746 0.099 0.216 0.027 0.000 0.000 5.151 7.137

26 0.0082 0.368 0.376 0.619 0.082 0.179 0.023 0.000 0.000 5.151 6.797

27 0.0068 0.305 0.311 0.513 0.068 0.148 0.019 0.000 0.000 5.151 6.516

28 0.0056 0.253 0.258 0.425 0.056 0.123 0.016 0.000 0.000 5.151 6.282

(27)

Tabel 4.22. Debit Banjir Rancangan 50 Tahunan

Distribusi Hujan 64.360 56.315 72.405 18.772 24.135 13.408 8.045 8.045 ALIRAN HIDROGRAF

Ø indeks 10.489 DASAR BANJIR

HUJAN EFEKTIF 53.871 45.826 61.916 8.283 13.646 2.919 0 0 (QB) 50 TAHUN

Waktu (t) Qt=

qp.e^(-t/k)

Jam HSS H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8

0 0.0000 0.000 5.151 5.151

1 0.4404 23.722 0.000 5.151 28.873

2 0.8807 47.445 20.180 0.000 5.151 72.776

3 0.6138 33.063 40.360 27.265 0.000 5.151 105.839

4 0.5087 27.403 28.126 54.530 3.647 0.000 5.151 118.857

5 0.4216 22.712 23.311 38.001 7.295 6.009 0.000 5.151 102.479

6 0.3494 18.824 19.320 31.496 5.083 12.018 1.286 0.000 5.151 93.178

7 0.2896 15.602 16.013 26.104 4.213 8.375 2.571 0.000 0.000 5.151 78.029

8 0.2400 12.931 13.272 21.635 3.492 6.941 1.792 0.000 0.000 5.151 65.214

9 0.1989 10.717 11.000 17.932 2.894 5.753 1.485 0.000 0.000 5.151 54.933

10 0.1649 8.883 9.117 14.862 2.399 4.768 1.231 0.000 0.000 5.151 46.411

11 0.1367 7.362 7.556 12.318 1.988 3.952 1.020 0.000 0.000 5.151 39.348

12 0.1133 6.102 6.263 10.209 1.648 3.276 0.845 0.000 0.000 5.151 33.494

13 0.0939 5.057 5.191 8.462 1.366 2.715 0.701 0.000 0.000 5.151 28.642

14 0.0778 4.192 4.302 7.013 1.132 2.250 0.581 0.000 0.000 5.151 24.621

15 0.0645 3.474 3.566 5.813 0.938 1.865 0.481 0.000 0.000 5.151 21.288

16 0.0534 2.879 2.955 4.818 0.778 1.546 0.399 0.000 0.000 5.151 18.525

17 0.0443 2.386 2.449 3.993 0.644 1.281 0.331 0.000 0.000 5.151 16.236

18 0.0367 1.978 2.030 3.309 0.534 1.062 0.274 0.000 0.000 5.151 14.338

19 0.0304 1.639 1.683 2.743 0.443 0.880 0.227 0.000 0.000 5.151 12.766

20 0.0252 1.359 1.395 2.273 0.367 0.729 0.188 0.000 0.000 5.151 11.462

21 0.0209 1.126 1.156 1.884 0.304 0.605 0.156 0.000 0.000 5.151 10.382

22 0.0173 0.933 0.958 1.562 0.252 0.501 0.129 0.000 0.000 5.151 9.486

23 0.0144 0.774 0.794 1.294 0.209 0.415 0.107 0.000 0.000 5.151 8.744

24 0.0119 0.641 0.658 1.073 0.173 0.344 0.089 0.000 0.000 5.151 8.129

25 0.0099 0.531 0.545 0.889 0.144 0.285 0.074 0.000 0.000 5.151 7.619

26 0.0082 0.440 0.452 0.737 0.119 0.236 0.061 0.000 0.000 5.151 7.197

27 0.0068 0.365 0.375 0.611 0.099 0.196 0.051 0.000 0.000 5.151 6.847

28 0.0056 0.303 0.311 0.506 0.082 0.162 0.042 0.000 0.000 5.151 6.556

(28)

Tabel 4.23. Debit Banjir Rancangan 100 Tahunan

Distribusi Hujan 73.912 64.673 83.151 21.558 27.717 15.398 9.239 9.239 ALIRAN HIDROGRAF

Ø indeks 10.489 DASAR BANJIR

HUJAN EFEKTIF 63.423 54.184 72.662 11.069 17.228 4.909 0 0 (QB) 100 TAHUN

Waktu (t) Qt=

qp.e^(-t/k)

Jam HSS H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8

0 0.0000 0.000 5.151 5.151

1 0.4404 27.929 0.000 5.151 33.080

2 0.8807 55.858 23.861 0.000 5.151 84.870

3 0.6138 38.926 47.721 31.998 0.000 5.151 123.796

4 0.5087 32.262 33.256 63.995 4.874 0.000 5.151 139.538

5 0.4216 26.740 27.563 44.596 9.748 7.587 0.000 5.151 121.385

6 0.3494 22.162 22.844 36.962 6.793 15.173 2.162 0.000 5.151 111.248

7 0.2896 18.368 18.934 30.635 5.631 10.574 4.324 0.000 0.000 5.151 93.616

8 0.2400 15.224 15.693 25.391 4.667 8.764 3.013 0.000 0.000 5.151 77.902

9 0.1989 12.618 13.006 21.044 3.868 7.263 2.497 0.000 0.000 5.151 65.448

10 0.1649 10.458 10.780 17.442 3.206 6.020 2.070 0.000 0.000 5.151 55.126

11 0.1367 8.668 8.934 14.456 2.657 4.990 1.716 0.000 0.000 5.151 46.571

12 0.1133 7.184 7.405 11.981 2.202 4.135 1.422 0.000 0.000 5.151 39.481

13 0.0939 5.954 6.137 9.930 1.825 3.427 1.178 0.000 0.000 5.151 33.604

14 0.0778 4.935 5.087 8.230 1.513 2.841 0.977 0.000 0.000 5.151 28.733

15 0.0645 4.090 4.216 6.821 1.254 2.354 0.810 0.000 0.000 5.151 24.696

16 0.0534 3.390 3.494 5.654 1.039 1.951 0.671 0.000 0.000 5.151 21.350

17 0.0443 2.810 2.896 4.686 0.861 1.617 0.556 0.000 0.000 5.151 18.577

18 0.0367 2.329 2.400 3.884 0.714 1.340 0.461 0.000 0.000 5.151 16.279

19 0.0304 1.930 1.989 3.219 0.592 1.111 0.382 0.000 0.000 5.151 14.374

20 0.0252 1.600 1.649 2.668 0.490 0.921 0.317 0.000 0.000 5.151 12.795

21 0.0209 1.326 1.367 2.211 0.406 0.763 0.262 0.000 0.000 5.151 11.487

22 0.0173 1.099 1.133 1.833 0.337 0.633 0.217 0.000 0.000 5.151 10.402

23 0.0144 0.911 0.939 1.519 0.279 0.524 0.180 0.000 0.000 5.151 9.503

24 0.0119 0.755 0.778 1.259 0.231 0.435 0.000 0.000 0.000 5.151 8.609

25 0.0099 0.626 0.645 1.043 0.192 0.360 0.000 0.000 0.000 5.151 8.017

26 0.0082 0.519 0.534 0.865 0.159 0.298 0.000 0.000 0.000 5.151 7.526

27 0.0068 0.430 0.443 0.717 0.132 0.247 0.000 0.000 0.000 5.151 7.120

28 0.0056 0.356 0.367 0.594 0.109 0.205 0.000 0.000 0.000 5.151 6.783

(29)

Tabel 4.24. Rekapitulasi Debit banjir Rancangan HSS GAMA 1

Waktu DEBIT BANJIR RENCANA (m3/dt)

(Jam) 2 th 5 th 10 th 25 th 50 th 100 th

0 5.151 5.151 5.151 5.151 5.151 5.151

1 12.316 16.836 20.228 24.986 28.873 33.080

2 25.174 38.169 47.920 61.599 72.776 84.870 3 35.160 54.455 68.933 89.243 105.839 123.796 4 38.638 59.542 76.353 99.744 118.857 139.538

5 30.626 48.105 63.622 85.005 102.479 121.385 6 26.265 42.503 56.556 76.478 93.178 111.248

7 22.651 35.714 47.026 63.624 78.029 93.616 8 19.655 30.482 39.858 53.489 65.214 77.902

9 17.172 26.146 33.916 45.214 54.933 65.448 10 15.114 22.552 28.992 38.356 46.411 55.126

11 13.409 19.573 24.911 32.672 39.348 46.571 12 11.995 17.104 21.528 27.961 33.494 39.481

13 10.824 15.058 18.725 24.056 28.642 33.604 14 9.852 13.362 16.401 20.820 24.621 28.733

15 9.048 11.957 14.475 18.137 21.288 24.696 16 8.381 10.792 12.879 15.914 18.525 21.350

17 7.828 9.826 11.556 14.072 16.236 18.577 18 7.370 9.026 10.460 12.545 14.338 16.279 19 6.990 8.362 9.551 11.279 12.766 14.374

20 6.675 7.813 8.798 10.230 11.462 12.795 21 6.414 7.357 8.173 9.361 10.382 11.487

22 6.198 6.979 7.656 8.640 9.486 10.402 23 6.019 6.666 7.227 8.043 8.744 9.503

24 5.870 6.407 6.872 7.548 8.129 8.609 25 5.747 6.192 6.577 7.137 7.619 8.017

26 5.645 6.014 6.333 6.797 7.197 7.526 27 5.560 5.866 6.131 6.516 6.847 7.120

(30)

Hidrograf HSS Gama 1

0 20 40 60 80 100 120 140 160

0 5 10 15 20 25

Waktu (jam)

Q (

m

3/

d

t)

Q2 thn Q 5 thn Q 10 thn Q 25 thn Q 50 thn Q 100 thn

Gambar 4.8. Hidrograf HSS GAMA I

Hasil perhitungan debit rencana berdasarkan keempat metode di atas ditampilkan dalam tabel 4.25 berikut.

Tabel 4.25. Rekapitulasi Debit Rencana

No. Periode ( Tahun )

Rasional Weduwen Haspers HSS Gamma

1 2 61.497 203.871 17.042 35.160

2 5 85.085 205.926 23.579 54.455

3 10 102.785 206.872 28.484 68.933

4 25 127.614 207.770 35.365 89.243

5 50 147.903 208.287 40.988 105.839

(31)

Berdasarkan hasil penelusuran data kondisi eksisting Sungai Silandak tahun 2006, dapat diperoleh data debit banjir rencana pada muara adalah sebesar 145 m3/dt untuk periode ulang 50 tahun ( Q50 = 145 m3/dt ) ( Gambar

Potongan Memanjang dan Melintang Relokasi Sungai Silandak akibat Perpanjangan

Landasan Bandar Udara Ahmad Yani 2006 ). Sehingga debit rencana yang dijadikan acuan adalah debit rencana metode Rasional sebesar 147,903 m3/dt untuk periode ulang 50 tahun.

4.3. ANALISA HIDROLIKA

Analisa hidrolika dalam laporan tugas akhir ini menggunakan program HEC-RAS. Adapun tujuan dari penggunaan program HEC – RAS adalah untuk mengevaluasi kinerja penampang saluran pada sungai Silandak, sehingga dapat diketahui apakah penampang eksisting masih cukup mampu menampung debit banjir rencana atau tidak. Lokasi yang ditinjau adalah dari ujung muara hingga aliran sungai yang berjarak satu kilometer dari muara sungai.

Upst ream

11 10

9 8 7 6

5 4 3 2

1

SI la nd ak

(32)

0 10 20 30 40 50 60

Gambar 4.10. Penampang Melintang

Pada Jarak Satu Kilometer Dari Muara ( Sta 1 + 053 Km )

Gambar 4.11. Penampang Sta 0 + 900 Km

0 10 20 30 40 50 60

(33)

0 10 20 30 40 50 60

Gambar 4.13. Penampang Sta 0 + 700 Km

0 10 20 30 40 50 60

Gambar 4.14. Penampang Sta 0 + 600 Km

0 10 20 30 40 50 60

(34)

0 10 20 30 40 50 60

Gambar 4.16. Penampang Sta 0 + 400 Km

0 10 20 30 40 50 60

Gambar 4.17. Penampang Sta 0 + 300 Km

0 10 20 30 40 50 60

(35)

0 10 20 30 40 50 60

Gambar 4.19. Penampang Sta 0 + 153 Km

0 10 20 30 40 50 60

Gambar 4.20. Penampang Pada Muara Sungai ( Sta 0 + 000 Km )

Output hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.26. Output Perhitungan dengan menggunakan HEC - RAS

(36)

4.4. ANALISIS HIDRO-OSEANOGRAFI 4.4.1. Analisa Data Angin

Kegunaan data angin adalah untuk peramalan tinggi dan periode gelombang. Data yang digunakan adalah data angin yang diperoleh data Stasiun Meteorologi BMG Maritim Kota Semarang dalam kurun waktu antara tahun 1999 – 2006.

Tabel 4.27. Persentase Kecepatan Angin 1999 - 2006

ANGIN

KEC. ANGIN JUMLAH < 5

knot

5 - 12 knot

13 - 19 knot

> 19

knot (%)

U 18.00 2.33 0.14 0.00 20.48 TL 2.41 0.05 0.00 0.00 2.47

T 18.44 1.51 0.00 0.00 19.96 TG 16.13 1.12 0.00 0.00 17.25

S 0.71 0.26 0.00 0.00 0.97 BL 11.22 8.12 0.28 0.20 19.83

B 4.97 12.32 0.28 0.07 17.64 BD 1.11 0.05 0.00 0.00 1.17

CALM 0.25

TOTAL 100.00

Gambar 4.21. Windrose Kecepatan Angin Tahun 1999 – 2006

UTARA

BARAT TIMUR

SELATAN BARAT LAUT

BARAT DAYA TENGGARA

TIMUR LAUT

0.25 %

KETERANGAN :

< 5 Knot

5 - 13 Knot

13 - 19 Knot

> 19 Knot 5 %10 %

15 % 20 %25 %

(37)

Dengan melihat windrose yang diperoleh serta mempertimbangkan lokasi perairan yang terletak disebelah utara menuju Laut Jawa, maka dapat disimpulkan arah angin yang paling dominan adalah berasal dari arah utara.

4.4.2. Analisa Data Pasang Surut

Definisi pasang surut adalah suatu gerakan naik – turunnya permukaan air laut, dimana amplitudo dan fasenya berhubungan langsung terhadap gaya geofisika yang periodik, yakni gaya yang ditimbulkan oleh gerak reguler benda-benda angkasa, terutama bulan – bumi – matahari.

Dari hasil perkiraan elevasi pasang surut inilah datum-datum ini dapat dicari. Beberapa datum yang biasa digunakan adalah :

ƒ HHWL : Highest high water level, yaitu elevasi tertinggi muka air selama periode tertentu.

ƒ MHWL : Mean high water level, yaitu rata-rata elevasi pasang (tinggi) muka air selama periode tertentu.

ƒ MSL : Mean sea level, yaitu elevasi tinggi muka air rata-rata.

ƒ MLWL : Mean low water level, yaitu rata-rata elevasi surut (rendah) muka air pada periode tertentu.

ƒ LLWL : Lowest low water level, yaitu elevasi muka air terendah selama periode tertentu.

Data Pasang Surut selama satu tahun pada tahun 2006 diolah sehingga didapat data pasang surut maksimum dan minimum per bulan. Dari data pasang surut maksimum dan minimum perbulan maka dapat diperoleh besarnya nilai HHWL, MHWL, MSL, MLWL, dan LLWL.

(38)

GRAFIK PASANG SURUT TAHUN 2006

HHWL LLWL MSL MHWL MLWL PASUT TAHUNAN

Gambar 4.22. Grafik Pasang Surut Tahun 2006

Tabel 4.28. Pasang Surut Maksimum dan Minimum per Bulan selama Tahun 2006

No. Bulan Maksimum Minimum

9 September 1.01 0.10

(39)

MSL =

Gambar 4.23. Tingkatan Elevasi Muka Air Laut Tahun 2006

Hasil simulasi penampang sungai dengan menggunakan program HEC-RAS berdasarkan data debit banjir rencana dan data pasang tertinggi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

0 10 20 30 40 50 60

Gambar 4.24. Penampang Melintang Sungai Bagian Muara

Air tinggi tertinggi pada pasang surut besar (HHWL)

Air rendah terendah pada pasang surut besar (LLWL) Air tinggi tertinggi rata-rata (MHHWL)

Air rendah terendah rata-rata (MLLWL) Muka laut rata-rata (duduk tengah) (MSL) Elevasi datum

(40)

0 10 20 30 40 50 60

Gambar 4.25. Penampang Sta 0 + 153 Km

0 10 20 30 40 50 60

Gambar 4.26. Penampang Sta 0 + 200 Km

0 10 20 30 40 50 60

(41)

0 10 20 30 40 50 60

Gambar 4.28. Penampang Sta 0 + 400 Km

0 10 20 30 40 50 60

Gambar 4.29. Penampang Sta 0 + 500 Km

0 10 20 30 40 50 60

(42)

0 10 20 30 40 50 60

Gambar 4.31. Penampang Sta 0 + 700 Km

0 10 20 30 40 50 60

Gambar 4.32. Penampang Sta 0 + 800 Km

0 10 20 30 40 50 60

(43)

0 10 20 30 40 50 60

Gambar 4.34. Penampang Melintang

Pada Jarak Satu Kilometer Dari Muara ( Sta 1 + 053 Km )

Tabel 4.29. Output Perhitungan dengan menggunakan HEC - RAS

Reach River Sta Profile Total Q Ch El Min W.S. Elev W.S. Crit E.G. Elev Slope E.G. Chnl Vel Flow Area Width Top Froude # Chl

4.4.3. Peramalan Gelombang Angin a. Perhitungan Fetch Efektif

Perhitungan fetch efektif diberikan oleh persamaan sebagai berikut:

... ( 4.10 ) Dimana:

Feff = Fetch rerata efektif

X1 = Panjang segmen fetch yang diukur dari titik

observasi gelombang menuju pulau terdekat. Feff = Σx1 cos α

(44)

α = Deviasi pada kedua sisi dari arah angin dengan menggunakan pertambahan 6° sampai sudut sebesar 42° pada kedua sisi arah angin.

Gambar 4.35. Fetch Gelombang Arah Dominan

Hasil perhitungan fetch efektif dapat dilihat pada tabel 4.30. Tabel 4.30. Perhitungan Fetch Efektif

α cosα X1( km ) x1. cos α

42 0.7431 118.75 88.24313 36 0.8090 102.5 82.9225

30 0.8660 100 86.6

24 0.9135 107.5 98.20125 18 0.9511 122.5 116.5098 12 0.9781 147.5 144.2698 6 0.9945 131.25 130.5281

0 1.0000 23.75 23.75

6 0.9945 87.5 87.01875 12 0.9781 91.25 89.25163 18 0.9511 103.75 98.67663 24 0.9135 83.75 76.50563

30 0.8660 8.75 7.5775

36 0.8090 6.25 5.05625

42 0.7431 0 0

(45)

Besarnya fetch efektif dihitung dengan menggunakan persamaan 4.10.

Feff =

5106 , 13

111 . 1135

= 84,016 kilometer

b. Peramalan Gelombang Di Laut Dalam

Langkah – langkah peramalan gelombang di laut dalam adalah sebagai berikut :

1. Dihitung nilai kecepatan maksimum tahunan dari arah angin yang paling dominan berdasarkan windrose, dalam hal ini arah yang dominan adalah utara. Contoh : tahun 1999, kecepatan angin 19 knot ( kolom 2 Tabel 4.30 ).

2. Kecepatan angin pada kolom 2 dikonversi menjadi m/dt ( 1 knot = 0.514 m/dt ). Contoh : kecepatan angin 19 knot = 9,766 m/dt ( kolom 3 Tabel 4.30 ).

3. Dihitung kecepatan angin di laut dengan menggunakan grafik hubungan antara kecepatan angin di laut dan di darat.

(Bambang Triatmodjo,Teknik Pantai, 1999) Gambar 4.36. Hubungan antara kecepatan angin di laut dan di darat

Feff = Σx1 cos α

(46)

Contoh : dari grafik diperoleh nilai RL = 1,15.

Tabel 4.31. Perhitungan Kecepatan Gelombang Arah Maksimum (Utara)

Tahun Kecepatan UL RL UW UA

Peramalan tinggi gelombang dan periode gelombang laut dalam dapat dihitung dengan menggunakan rumus fetch limited. Rumus – rumus yang digunakan antara lain sebagai berikut :

a. Tinggi gelombang

2

b. Periode gelombang

(47)

Feff : panjang fetch efektif ( kilometer )

UA : kecepatan angin terkoreksi ( meter / detik )

g : percepatan gravitasi ( 9,81 meter / detik )

Tabel 4.32. Peramalan Tinggi Dan Periode Gelombang Arah Maksimum

Tahun Kecepatan UA Fetch Tinggi Periode ( Knot ) ( m/s ) ( Km ) ( m ) ( detik )

1999 19 13.908 84.016 2.052 6.57

2000 15 11.522 84.016 1.700 6.17

2001 32 21.691 84.016 3.201 7.62

2002 25 17.429 84.016 2.572 7.08

2003 25 17.429 84.016 2.572 7.08

2004 15 11.522 84.016 1.700 6.17

2005 25 17.429 84.016 2.572 7.08

2006 17 12.782 84.016 1.886 6.39

c. Gelombang Representatif

Berdasarkan hasil perhitungan peramalan gelombang yang telah diperoleh, langkah selanjutnya adalah perhitungan statistik gelombang untuk mendapatkan gelombang representatif yang akan digunakan dalam perhitungan bangunan pantai. Tahapan awal adalah mengurutkan tinggi dan periode gelombang dari yang tertinggi hingga terendah.

Tabel 4.33. Tinggi dan Periode Gelombang

No. Tinggi Periode Urut ( m ) ( detik )

1 3.201 7.620

2 2.572 7.084

3 2.572 7.084

4 2.572 7.084

5 2.052 6.570

6 1.886 6.388

7 1.700 6.171

8 1.700 6.171

(48)

Gelombang 10 % ( H10 ) :

n = 10 % x 8 = 0,8 ~ 1 data H10 = 3,201 m

T10 = 7,620 detik

Gelombang 33,3 % ( gelombang signifikan, Hs ) : n = 33,3 % x 8 = 2,664 ~ 3 data

Gelombang maksimum dan periode maksimum :

Hmax = 3,201 m

Tmax = 7,620 detik

d. Perkiraan Gelombang Dengan Periode Ulang

Perkiraan gelombang dengan periode ulang dilakukan dengan

menggunakan distribusi Gumbel (Fisher-Tippett Type I) dan

(49)

distribusi tersebut dilakukan untuk kemudian dipilih yang

memberikan hasil terbaik.

1. DistribusiFisher-Tippett Type I

Perhitungan probabilitas gelombang metode Fisher Typpett

dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut :

12

NT : jumlah kejadian gelombang selama pencatatan.

Hitungan data selanjutnya dilakukan dengan analisis regresi linear

dari hubungan berikut :

Hm =Âym + B^ ( 4.12 )

dimana nilai ym diberikan oleh bentuk berikut ini :

ym = -ln { - ln P (Hs Hsm) ( 4.13 )

Dengan Âdan B^ adalah perkiraan dari parameter skala dan lokal

yang diperoleh dari analisis regresi linear.

Tinggi gelombang signifikan untuk berbagai periode ulang

dihitung dari fungsi distribusi probabilitas dengan rumus sebagai

berikut :

Hsr = Â yr + B^ ( 4.14 )

dimana yr diberikan oleh bentuk berikut ini :

yr = -ln { - ln (

Hsr : tinggi gelombang signifikan dengan periode ulang

Tr

(50)

K : panjang data (tahun)

L : rerata jumlah kejadian per tahun =NT/K

Proses perhitungan gelombang dengan periode ulang metode

Fisher Typpett Type I adalah sebagai berikut :

Tabel 4.34. Perhitungan Gelombang Dengan Periode Ulang ( Metode Fisher Tippett Type I )

No. Hsm P - ln( P ) Ym HsmYm Ym2

Dari tabel 4.34, didapat beberapa parameter yang digunakan

dalam perhitungan gelombang dengan periode ulang, yaitu :

N = 8 K = 8

NT = 8 λ = 1

L = NT / K = 8/8 = 1

Hsm = 18,255 / 8 = 2,282 ym = 4,270 / 8 = 0,534

Dari beberapa nilai di atas selanjutnya dihitung parameter  dan

B^ berdasar data Hsm dan ysm seperti terlihat pada Tabel 4.34.

dengan menggunakan persamaan berikut ini :

(51)

= 0,437

B^ = Hsm – Â ym

= 2,282 – ( 0,437 x 0,534 )

= 2,049

Persamaan regresi yang diperoleh adalah :

Hsr = 0,437 yr + 2,049

Hasil perhitungan tinggi gelombang signifikan dengan beberapa

periode ulang dapat dilihat pada tabel 4.35.

Tabel 4.35. Tinggi Gelombang Dengan Periode Ulang Tertentu

Tahun Yr Hsr

Hitungan perkiraan tinggi gelombang ekstrim dilakukan dengan

cara yang sama seperti Metode Fisher-Tippett Type I, hanya

persamaan dan koefisien yang digunakan disesuaikan untuk

Metode Weibull. Rumus-rumus probabilitas yang digunakan

untuk Metode Weibull adalah sebagai berikut :

k

Hitungan didasarkan pada analisis regresi linear dari hubungan

Persamaan ( 4.17 ) dengan nilai ym ditentukan dari persamaan

sebagai berikut :

(52)

Tinggi gelombang signifikan ditentukan oleh persamaan ( 4.14 )

dengan nilai yr didapatkan dari persamaan :

( )

{

}

k

r

r LT

y = ln 1 ( 4.19 )

Tabel 4.36. Perhitungan Gelombang Dengan Periode Ulang (Metode Weibull)

No. Hsm P 1 – ln( P ) Ym HsmYm Ym^2

Jumlah 18.255 4.23111 9.4036 26.0204 23.6216

Dari tabel di atas, didapat beberapa parameter yang digunakan

dalam perhitungan gelombang dengan periode ulang, yaitu :

N = 8 K = 8

NT = 8 λ = 1

L = NT / K = 8/8 = 1

Hsm = 18,255 / 8 = 2,282 ym = 9,4036/8 = 1,175

Dari beberapa nilai di atas selanjutnya dihitung parameter  dan

B^

dengan berdasarkan pada data Hsm dan ysm seperti pada Tabel

4.36. Perhitungan tinggi gelombang dengan periode ulang tertentu

menggunakan persamaan berikut ini :

(53)

= 2,282 - 0,363 x 1,175

= 1,855

Persamaan regresi yang diperoleh adalah :

Hsr = 0,387 yr + 1,855

Selanjutnya hitungan tinggi gelombang signifikan dengan

beberapa periode ulang dilakukan dengan Tabel 4.37.

Tabel 4.37. Tinggi Gelombang dengan Periode Ulang Tertentu ( Metode Weibull )

Tahun Yr Hsr

2 0.6134 2.078

5 1.8861 2.540

10 3.0406 2.959 25 4.7527 3.580 50 6.1641 4.093 100 7.6617 4.636

Hasil perhitungan probabilitas tinggi gelombang dengan kedua

metode diatas ditampilkan dalam tabel 4.38.

Tabel 4.38. Rekapitulasi Perhitungan Tinggi Gelombang Dengan Periode Ulang Tertentu

Periode Ulang

( th )

Tinggi Gelombang ( m )

Fisher - Tippet Weibull

2 2.209 2.078

5 2.705 2.540

10 3.032 2.959

25 3.447 3.580

50 3.754 4.093

100 4.059 4.636

Berdasarkan data tinggi gelombang pada tabel 4.38, gelombang

rencana yang digunakan adalah gelombang rencana berdasarkan

perhitungan metode Weibull, yaitu sebesar 3,580 meter untuk periode

(54)

e. Peramalan Mawar Gelombang ( Waverose )

Dari data hasil peramalan gelombang, dapat diketahui besaran tinggi

gelombang beserta arahnya sehingga dapat dibuat Waverosenya.

Hasil perhitungan selengkapnya disajikan dalam bentuk prosentase

pada Tabel 4.39 berikut :

Tabel 4.39. Persentase Tinggi Gelombang Tahun 1999 - 2006

ARAH

TINGGI GELOMBANG ( % ) JUMLAH

% < 0.1 0.1 - 0.25 0.25 - 0.5 0.5 - 0.75 0.75 - 1 > 1 m

U 4.44 11.37 1 0.38 0.27 0 17.40 TL 0.76 1.28 0.13 0.00 0.00 0.00 2.18

T 7.09 12.55 0.23 0.00 0.00 0.00 19.86 TG 4.78 9.88 0.75 0.00 0.00 0.00 15.40

S 0.24 0.51 0.00 0.00 0.00 0.00 0.75 BD 0.33 0.94 0.23 0.00 0.00 0.00 1.51

B 1.56 5.30 8.43 2.61 0.22 0.59 18.71 BL 2.62 7.43 3.90 2.55 0.73 0.78 18.01

CALM 6.18

TOTAL 100.00

Selanjutnya dari tabel di atas dapat disajikan dalam bentuk mawar

gelombang (waverose), seperti terlihat pada gambar berikut ini :

UTARA

BARAT TIMUR

SELATAN BARAT LAUT

BARAT DAYA TENGGARA

TIMUR LAUT

6.18 %

KETERANGAN :

< 0.1 m

0.1 - 0.25 m

0.25 - 0.5 m

0.5 - 0.75 m 5 %10 %

15 % 20 %25 %

30 %

0.75 - 1 m

>1 m

(55)

f. Perhitungan Gelombang Laut Dalam Ekivalen

Perhitungan gelombang ekivalen menggunakan persamaan berikut :

H’o = Ks x Kr x Ho

Dengan :

Ks = Koefisien shoaling

Kr = koefisien refraksi

Ho = tinggi gelombang representatif

H’o = tinggi gelombang laut dalam ekivalen

Dimana :

¾ Tinggi gelombang (H’o) = 3,580 meter

¾ Periode gelombang (T) = 7,263 detik

¾ Arah datang gelombang dari Barat Laut ( 45˚ )

¾ Kedalaman ditinjau pada kedalaman -3,00 meter.

Kedalaman air dilokasi bangunan berdasarkan HWL, MWL dan

LWL :

dHWL = 1,28 – ( -3 ) = 4,28 m

dLWL = 0,00 – ( -3 ) = 3,00 m

dMWL = 0,54 – ( -3 ) = 3,54 m

a. Perhitungan koefisien shoaling ( Ks )

Lo = 1,56 x T2 = 1,56 x 7,2632 = 82,292 m

b. Perhitungan koefisien refraksi (Kr) :

(56)

Sin α= sinα

Dari perhitungan di atas koefisien didapat tinggi gelombang ekivalen

( H’o ) adalah sebagai berikut :

H’o = Ks x Kr x Ho

= 1,050 x 0,867 x 3,580

= 3,259 meter

g. Perhitungan Tinggi dan Kedalaman Gelombang Pecah

H’o = 3,259 meter

Dari pengukuran pada peta bathimetri, diperoleh kemiringan dasar laut sebesar m = 0.02

(57)

Dari grafik pada gambar 4.38, diperoleh nilai Hb/H’o : 05

, 1 'o = H

Hb

Hb = 1,05 x 3,259 = 3,422 m

Perhitungan kedalaman gelombang pecah :

2

gT Hb

= 2

263 , 7 81 , 9

422 , 3

× = 0,0066

( Bambang Triatmodjo, Teknik Pantai ) Gambar 4.39. Grafik Penentuan Kedalaman Gelombang Pecah

Dengan menggunakan grafik penentuan kedalaman gelombang pecah ( gambar 4.39 ) pada m = 0,02 diperoleh :

Hb db

= 1,2

db = 1,2 x 3,422 = 4,106 meter

(58)

db = 4,106 meter

Karena db > dHWL > dLWL , berarti pada kedalaman -3,00 meter

dibawah muka air terendah gelombang sudah pecah.

4.4.4. Tinggi Muka Air Laut Rencana

Tinggi muka air laut rencana tergantung pada pasang surut, wave setup, wind setup, tsunami dan pemanasan global. Dalam perencanaan ini, tidak semua parameter tersebut digunakan. Hal ini disebabkan kecilnya kemungkinan terjadinya semua parameter secara bersamaan. Oleh karena itu elevasi muka air rencana hanya didasarkan pada pasang surut, wave setup, dan pemanasan global.

a. Pasang Surut

Dari data pengukuran pasang surut pada BAB IV, didapat beberapa elevasi muka air, yaitu HHWL : + 1,28 meter; MHWL : 1,04 meter; MSL : 0,53 meter; dan MLWL : 0,02 meter.

b. Wave Setup

Wave Setup dihitung dengan menggunakan persamaan :

b

Dari perhitungan sebelumnya, diperoleh data hasil perhitungan sebagai berikut :

(59)

c. Kenaikan Muka Air Laut Karena Pemanasan Global

Kenaikan muka air karena pemanasan global ( Sea Level Rise ( SLR ) ) diperkirakan dari gambar 4.40 yang hasilnya adalah 0,2 m untuk jangka waktu 25 tahun.

( Triatmodjo, Teknik Pantai ) Gambar 4.40. Perkiraan Kenaikan Muka Air Laut

Perhitungan elevasi muka air rencana ( Design Water Level ( DWL ) ) : DWL = HHWL + Sw + SLR

= 1,28 + 0,5 + 0,2

= 1,98 meter

4.4.5. Sedimentasi

Perhitungan Sedimen Sejajar Pantai :

Perhitungan transpor sedimen sepanjang pantai menggunakan rumus berikut :

b b Cb Hb g

P ρ .sinα .cosα 8

2

1 = ( 4.24 )

(60)

Dimana :

Qs : angkutan sedimen sepanjang pantai ( m3/hari )

P1 : komponen fluks energi gelombang sepanjang pantai pada saat

pecah ( Nm/d/m )

ρ : rapat massa air laut ( kg/m3 ) Hb : tinggi gelombang pecah ( m )

Cb : cepat rambat gelombang pecah ( m/d ) = g.db αb : sudut datang gelombang pecah

Dari data hasil perhitungan sebelumnya, maka perhitungan transpor sedimen sepanjang pantai adalah sebagai berikut :

Cb = g.db = 9,81.4,106 = 6,346 m/det αb = 45o ; Hb = 3,422 meter

b b Cb Hb g

P ρ .sinα .cosα 8

2 1 =

P1 = 3,422 .6,346.sin45.cos45

8 81 , 9 . 025 ,

1 2

= 46,702 ton – m/det/m = 46,702 x 24 x 3600 = 4035052,8 ton-m/hari/m

Qs = 0,401 x P1

= 0,401 x 4035052,8 = 1618056,173 m3/hari

4.5. ANALISA DATA TANAH

(61)

digunakan adalah pada titik terdekat dengan muara sungai ( kode : S3 dan B3; lihat peta lokasi pengambilan sampel pada gambar 4.41 ).

Tabel 4.40. Data Tanah

No. Kedalaman Gs γ γd W C Φ ( m ) ( gr/cm3) ( gr/cm3 ) ( % ) ( kg/cm2) ( º )

1 -1,00 2,6950 1,6605 1,2479 33,06 0,11 20

2 -2,00 2,6842 1,7565 1,3594 29,22 0,13 22

3 -3,00 2,7191 1,7189 1,3774 24,79 0,12 24

4 -4,00 2,6915 1,7235 1,3827 24,65 0,10 23

5 -5,00 2,6864 1,7117 1,3481 26,97 0,09 21

(62)

Gambar

Gambar 4.8.  Hidrograf HSS GAMA I
Gambar 4.15. Penampang Sta 0 + 500 Km
Gambar 4.18. Penampang Sta 0 + 200 Km
Tabel 4.26. Output Perhitungan dengan menggunakan HEC - RAS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana ( S1 ) pada Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Kejadian ekstrim lainnya terjadi apabila gelombang pecah dengan membentuk sudut terhadap garis pantai ( α b &gt;5 o ), yang akan menimbulkan arus sejajar pantai di sepanjang

Penghentian kontrak dilakukan karena terjadinya hal-hal diluar kekuasaan (keadaan kahar) kedua belah pihak sehingga para pihak tidak dapat melaksanakan kewajiban yang ditentukan

Adapun data pendukung yang diperlukan dalam penanganan Muara Sungai Sigeleng ini adalah berupa data primer dan data sekunder, yang akan dianalisis untuk perencanaan penaganan

Untuk desain tubuh embung dipakai data hidrologi debit banjir dengan Metode HSS Gamma I dengan debit banjir rencana periode ulang 1000 tahun sebesar 116,92

Perubahan garis pantai setelah ada kombinasi bangunan Jetty, Groin, &amp; Breakwater.... Pembelokan mulut sungai/muara akibat pengaruh

Dalam bab ini akan dibahas tentang desain teknis bangunan pengaman sungai, serta bangunan muara/pantai pada lokasi yang terletak di Kali Silandak Semarang. BAB VIII : RENCANA

Dalam perencanaan ini ketinggian puncak elevasi jetty diambil 2,75 m lebih rendah daripada elevasi muka air banjir pada sungai, dengan asumsi bahwa pada saat banjir masih