• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ANALISIS CAPAIAN

PEMBANGUNAN MANUSIA

KOTA BANJARMASIN

(3)
(4)

ANALISIS CAPAIAN

PEMBANGUNAN MANUSIA

KOTA BANJARMASIN 2014

Diterbitkan Oleh/Published By

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Banjarmasin

(5)
(6)

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 v

WALIKOTA BANJARMASIN

JALAN R.E. MARTADINATA NO.1 TELP.3352546, 3354934, 3268142-3268145

FAX. (0511) 3353933 KOTAK POS : 79 BANJARMASIN 70111

KATA SAMBUTAN

Assalamualaikum, wr.wb.

Segala puji dan syukur kita sampaikan kehadirat Allah SWT, atas kembali terbitnya laporan Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin 2014. Sebagai salah satu dari dokumen resmi pemerintah, publikasi ini mempunyai peran penting dalam memantau capaian pembangunan manusia di Kota Banjarmasin, khususnya selama periode 2010 sampai dengan 2014. Sambutan hangat dan apresiasi yang sebesar-besarnya saya berikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi atas penerbitan publikasi ini.

Visi Kota Banjarmasin saat ini adalah, “Terwujudnya masyarakat Banjarmasin yang

mandiri, harmonis, religius, beriman dan bertaqwa Tahun 2015.” Pada kata mandiri

termaksud keinginan yang kuat bagi Pemerintah Kota Banjarmasin untuk mewujudkan

kemandirian sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mempunyai integritas,

kekuatan ekonomi dan sosial, pendidikan dan kesehatan, untuk mencapai kehidupan yang adil dan sejahtera bagi seluruh lapisan masyarakat.

Guna mewujudkan visi tersebut diperlukan pemantauan hasil pembangunan yang komprehensif dan berkelanjutan. Agar manfaat dari publikasi ini dapat optimal, Saya berpesan kepada seluruh stake holder pemerintah Kota Banjarmasin khususnya di bidang pendidikan, kesehatan, dan perekonomian memperhatikan dengan seksama hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai dan menjadikan acuan untuk penyusunan program-program strategis pembangunan manusia di Kota Banjarmasin

Akhirnya Saya ucapkan terima kasih kepada tim penyusun publikasi Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014. Saya berharap kualitas penyajian publikasi terus ditingkatkan. Semoga laporan ini bermanfaat dan dapat menjadi dasar pijakan untuk mempercepat capaian pembangunan manusia Kota Banjarmasin.

Wassalamualaikum, wr.wb.

Banjarmasin, Oktober 2015

PENJABAT WALIKOTA

(7)
(8)

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 vii

KATA PENGANTAR

Publikasi ”Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014” ini diterbitkan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan lapangan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan tahun 2014. Secara makro indikator perhitungan IPM diukur di tingkat nasional dan provinsi, bahkan dapat dilihat keterbandingan antar wilayah dan waktu sampai ke level kabupaten/kota.

Pembangunan manusia menempatkan manusia di garda terdepan dalam proses pembangunan. Laporan atau analisis ini beragumen bahwa kemajuan dalam pembangunan manusia bukan hanya sekedar tujuan penting untuk dicapai, tetapi juga akan menjadi pondasi untuk demokrasi yang kuat dan mampu mempersatukan bangsa. IPM mengukur pencapaian pembangunan manusia dari tiga dimensi dasar, yaitu lamanya hidup, pengetahuan dan suatu standar hidup layak. IPM adalah suatu ringkasan dan bukan suatu ukuran komprehensif dari banyak dimensi pembangunan manusia.

Publikasi ini menyajikan analisis yang berkaitan dengan aspek kependudukan, pendidikan, kesehatan, serta pengeluaran per kapita. Pada aspek pendidikan, dilihat perkembangan angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah, serta disertai dengan variabel lain yang terkait, terhadap indikator pendidikan. Perkembangan pembangunan aspek kesehatan, diukur melalui angka harapan hidup, disertai dengan variabel pendukung lain, misalnya kuantitas sarana prasarana kesehatan, kondisi ibu menyusui, imunisasi, dan lain-lain. Sedangkan sektor perekonomian dilihat dari indeks pengeluaran riil perkapita yang disesuaikan.

(9)
(10)

Daftar Isi

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 ix

DAFTAR ISI

2.1. Konsep dan Definisi Pembangunan Manusia ... 7

2.2. Demografi... 8

2.3. Prinsip Dasar Penyusunan ... 10

2.3.1. Acuan Rancangan... ... ...10

2.3.2. Prinsip-Prinsip Dasar... ... ...11

2.3.3. Kerangka Landasan Analisis.. ... ...11

2.4. Pengertian Beberapa Indikator.. .... ...11

2.5. Metodologi Penyusunan ... 14

2.5.1. Penentuan Lokasi Kegiatan ... 14

2.5.2. Metode Pendekatan dan Tahapan Penyusunan ... 15

BAB III. POTENSI SUMBER DAYA ... 21

3.1. Sejarah Kota Banjarmasin ... 21

(11)

Daftar Isi

3.3. Demografi ... 25

3.4. Kegiatan Ekonomi ... 29

3.5. Ketenagakerjaan ... 34

BAB IV. SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA ... 37

4.1. Kesehatan ... 37

4.1.1. Derajat Kesehatan Masyarakat ... 39

4.1.2. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan ... 47

4.1.3. Kesehatan Lingkungan dan Perilaku Higienis ... 61

4.2. Pendidikan ... 64

4.3. Ketimpangan Distribusi Pendapatan ... 82

BAB V. STATUS DAN KINERJA PEMBANGUNAN MANUSIA... 87

5.1. Angka Harapan Hidup ... 89

5.2. Angka Harapan Lama Sekolah ... 92

5.3. Rata-Rata Lama Sekolah ... 93

5.4. Pengeluaran Rill Per Kapita ... 96

5.5. Indeks Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin ... 99

5.6. Upaya Pencapaian IPM Kota Banjarmasin ... 108

5.7. Disparitas Capaian Pembangunan Manusia ... 112

BAB VI. PENUTUP ... 117

6.1. Rekomendasi dan Intervensi Kinerja Bidang Kesehatan ... 117

6.2. Rekomendasi dan Intervensi Kinerja Bidang Pendidikan ... 120

6.3. Rekomendasi dan Intrevensi Kinerja Bidang Ekonomi ... 122

(12)

Daftar Gambar

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Indikator Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia ... 18

Tabel 3.1. Jumlah Kelurahan dan Luas Wilayah Kota Banjarmasin Menurut

Kecamatan Tahun 2014 ... 24

Tabel 3.2. Jumlah Penduduk Kota Banjarmasin per Kecamatan Menurut

Jenis Kelamin Tahun 2014 ... 25

Tabel 3.3 Penduduk Kota Banjarmasin Menurut Kelompok Umur Tahun

2014 ... 27

Tabel 3.4 Penduduk Kota Banjarmasin Menurut Kelompok Usia Produktif

Tahun 2014 ... 28

Tabel 3.5 PDRB Kota Banjarmasin Tahun 2012-2014 ... 31

Tabel 3.6 Persentase Penduduk Kota Banjarmasin Usia 15 Tahun Keatas

yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin

Tahun 2014 ... 35

Tabel 3.7. Kondisi Ketenagakerjaan, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja,

dan Tingkat Pengangguran Terbuka Kota Banjamasin dan

Provinsi Kalimantan Selatan Agustus 2012 - Agustus 2014 ... 36

Tabel 4.1. Angka Kesakitan dan Rata-Rata Lama Sakit Penduduk Kota

Banjarmasin Tahun 2009 - 2014 ... 46

Tabel 4.2. Jumlah Sarana Kesehatan per Kecamatan Tahun 2014 ... 49

Tabel 4.3. Persentase Penduduk Kota Banjarmasin Yang Mengalami

Keluhan Kesehatan Menurut Cara Pengobatan dan Jenis

(13)

Daftar Gambar

Tabel 4.4. Persentase Penduduk Yang Berobat Sendiri Menurut Jenis

Obat Yang Digunakan Tahun 2009-2014 ... 51

Tabel 4.5. Persentase Frekuensi Berobat Jalan Masyarakat Menurut

Tempat / Cara Berobat dan Jenis Kelamin Tahun 2014 ... 54

Tabel 4.6. Persentase Persalinan Bayi Yang Ditolong Tenaga Medis di

Kota Banjarmasin Tahun 2009 - 2014 ... 55

Tabel 4.7. Persentase Balita Yang Pernah Diberi ASI Menurut Jenis

Kelamin di Kota Banjarmasin di Tahun 2014 ... 58

Tabel 4.8. Persentase Balita Yang Pernah Diberi Imunisasi Dasar Menurut

Jenis Kelamin di Kota Banjarmasin Tahun 2014... 60

Tabel 4.9. Persentase Penduduk Kota Banjarmasin Usia 15 Tahun Keatas

Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

Tahun 2014 ... 68

Tabel 4.10. Jumlah Sekolah Negeri dan Swasta Menurut Tingkat

Pendidikan per Kecamatan Tahun 2014 ... 69

Tabel 4.11. Jumlah Sekolah, Murid, Guru, dan Kelas Menurut Jenjang

Pendidikan di Kota Banjarmasin Tahun 2014 ... 71

Tabel 4.12. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Usia di Kota

Banjarmasin Tahun 2014 ... 74

Tabel 4.13. Angka Partisipasi Kasar Menurut Usia di Kota Banjarmasin

Tahun 2014 ... 75

Tabel 4.14. Angka Partisipasi Murni Menurut Kelompok Usia di Kota

(14)

Daftar Gambar

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 xiii Tabel 4.15. Rasio Siswa SLTA Sederajat dan Penduduk Usia 16-18 Tahun di

Kota Banjarmasin Tahun 2014 ... 79

Tabel 4.16. Koefisien Gini dan Distribusi Pendapatan di Kota Banjarmasin

Tahuun 2010-2014 ... 84

Tabel 5.1. Angka Harapan Hidup di Kota Banjarmasin Tahun 2010-2014 ... 89

Tabel 5.2. Angka Harapan Lama Sekolah di Kota Banjarmasin Tahun

2010-2014 ... 93

Tabel 5.3. Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Usia 25 Tahun Ke Atas

Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010-2014 ... 94

Tabel 5.4. Persentase Pengeluaran Rumah Tangga Menurut Jenis

Pengeluaran di Kota Banjarmasin Tahun 2010 - 2014 ... 97

Tabel 5.5. Indeks Komponen Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin

(Metode Baru) Tahun 2010-2014 ... 101

Tabel 5.6. Status Pembangunan Manusia Berdasarkan Nilai Indeks

Pembangunan Manusia ... 102

Tabel 5.7. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi

Kalimantan Selatan Tahun 2010-2014 ... 103

Tabel 5.8. Perbandingan Peringkat Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun

2010-2014 ... 104

Tabel 5.9. Reduksi Shortfall Per Tahun Indeks Pembangunan Manusia

(15)

Daftar Gambar

Tabel 5.10. Perbandingan Peringkat Reduksi Shortfall IPM Menurut

Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan 2013-2014 ... 107

Tabel 5.11. Ilustrasi Perlakuan (Treatment) Pencapaian IPM Kota

(16)

Daftar Gambar

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Status Pembangunan Manusia ... 16

Gambar 3.1. Distribusi Persentase PDRB ADHB Tahun 2014 Menurut

Lapangan Usaha... 33

Gambar 4.1. Analisis Derajat Kesehatan (Konsep Hendrik L. Blum) ... 39

Gambar 4.2. Persentase Wanita menurut Kelompok Umur Perkawinan

Pertama di Kota Banjarmasin Tahun 2014 ... 45

Gambar 4.3. Aksesibilitas Kesehatan Lingkungan Kota Banjarmasin Tahun

2013 ... 62

Gambar 4.4. Status Kepemilikan Rumah dan Luas Lantai Per Kapita di Kota

Banjarmasin Tahun 2014 ... 63

Gambar 4.5. APS SLTA Sederajat/Usia 16-18 Tahun Menurut Kuintil

Pendapatan Di Kota Banjarmasin Tahun 2014 ... 81

Gambar 4.6. Rata-Rata Lama Sekolah Usia 25 Tahun Ke Atas Menurut

Kuintil Pendapatan Di Kota Banjarmasin ... 81

Gambar 4.7. Koefisien Gini Kota Banjarmasin Tahun 2014 Menurut Kurva

Lorenz ... 86

Gambar 5.1. Capaian Angka Harapan Hidup di Kota Banjarmasin Tahun

(17)

Daftar Gambar

Gambar 5.2. Capaian Angka Harapan Lama Sekolah Kota Banjarmasin

Tahun 2010-2014 ... 93

Gambar 5.3. Capaian Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Usia 25 Tahun Ke

Atas Kota Banjarmasin Tahun 2010-2014 ... 94

Gambar 5.4. Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Kota Banjarmasin

(18)

Daftar Gambar

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angka Harapan Hidup (tahun) Kabupaten/Kota di Provinsi

Kalimantan Selatan Tahun 2010-2014 ... 125

Lampiran 2 Angka Harapan Lama Sekolah (tahun) Kabupaten/Kota di

Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010-2014... 126

Lampiran 3 Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) Kabupaten/Kota di Provinsi

Kalimantan Selatan Tahun 2010-2014 ... 127

Lampiran 4 Pengeluaran Riil Perkapita Yang Disesuaikan Kabupaten/Kota

di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010-2014 ... 128

Lampiran 5 Indeks Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan

Selatan Tahun 2010-2014 ... 129

Lampiran 6 Indeks Pendidikan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan

Selatan Tahun 2010-2014 ... 130

Lampiran 7 Indeks Melek Huruf Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan

Selatan Tahun 2010-2014 ... 131

Lampiran 8 Indeks Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Provinsi

Kalimantan Selatan Tahun 2010-2014 ... 132

Lampiran 9 Indeks Pengeluaran Riil Perkapita Yg Disesuaikan Kabupaten/

Kota di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010-2014 ... 133

Lampiran 10 Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di

(19)
(20)

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dalam menghadapi era perdagangan bebas, diperlukan iklim investasi

yang kondusif serta peningkatan kualitas manusia sebagai bangsa Indonesia

yang bersaing di era globalisasi. Regulasi pembangunan yang berpegang teguh

prinsip dan konsep pembangunan manusia mutlak diperlukan dimana manusia

ditempatkan sebagai tujuan akhir pembangunan. Cara pandang yang lebih luas

ini memungkinkan pemerintah dapat memenuhi hak-hak warga negara serta

dapat menjamin pertumbuhan ekonomi yang kuat dan mantap dalam jangka

panjang.

Oleh karena itu periode 2011 – 2014, ditetapkan 11 prioritas nasional

yaitu : (1) reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4)

penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim

investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan bencana; (10) daerah

tertinggal, terdepan, terluar dan pasca konflik; serta (11) kebudayaan, kreativitas,

dan inovasi teknologi.

Berbagai upaya pembangunan sosial budaya dan kehidupan beragama

telah meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, antara lain ditandai

(21)

Bab I Pendahuluan

didukung oleh meningkatnya ketersediaan dan kualitas pelayanan sosial dasar

bagi seluruh rakyat Indonesia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia

ditandai oleh makin membaiknya Analisis Capaian Pembangunan Manusia (IPM)

atau Human Development Index (HDI) yang merupakan indikator komposit dari

tiga dimensi dasar kebutuhan manusia, yaitu angka harapan hidup, yang

mereferensikan status kesehatan masyarakat, taraf pendidikan yang diukur dari

harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah, serta dari sisi ekonomi, yang

ditunjukkan oleh kemampuan daya beli masyarakat.

Sumber daya manusia (SDM) adalah kekayaan bangsa yang

sesungguhnya. Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan

yang memungkinkan rakyat menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan

kehidupan yang produktif (UNDP, Human Development Report 2000).

Pembangunan Manusia menempatkan manusia sebagai tujuan akhir

pembangunan, dan bukan sebagai alat bagi pembangunan. Keberhasilan

pembangunan manusia dapat dilihat dari seberapa besar permasalahan

mendasar di masyarakat dapat teratasi. Permasalahan-permasalahan tersebut

meliputi kemiskinan, pengangguran, gizi buruk dan buta huruf.

Sebagaimana dikutip dari UNDP (1995:118), sejumlah premis penting

dalam pembangunan manusia diantaranya adalah:

(1) Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai fokus pembangunan

(People Centered Development);

(2) Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan bagi penduduk (a

(22)

Bab I Pendahuluan

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 3 pendapatan mereka. Oleh karena itu, konsep pembangunan manusia harus

terpusat pada penduduk secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek

ekonomi saja;

(3) Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya

meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga pada

upaya-upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal;

(4) Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu: produktivitas,

pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan; serta

(5) Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan

pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya.

Pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan manusia tidak hanya berfokus pada besarnya pertumbuhan

ekonomi melainkan lebih ditekankan pada struktur dan kualitas dari

pertumbuhan yang dapat dijadikan jaminan untuk mendukung perbaikan

kesejahteraan manusia baik sekarang maupun di masa akan datang. Dalam

perspektif pembangunan manusia pertumbuhan ekonomi bukanlah tujuan akhir

tetapi alat untuk mencapai tujuan akhir, yaitu memperluas pilihan bagi manusia.

Walaupun demikian, tidak ada hubungan yang otomatis antara pertumbuhan

ekonomi dengan kemajuan pembangunan manusia.

Dalam jangka pendek, dengan pengeluaran publik yang teratur suatu

negara dapat mencapai kemajuan yang signifikan dalam pembangunan manusia,

walaupun tanpa adanya pertumbuhan ekonomi yang cukup berarti. Meskipun

(23)

Bab I Pendahuluan

ekonomi tidak mempunyai arti penting bagi pembangunan manusia. Dalam

jangka panjang tidak akan ada kemajuan yang berkelanjutan tanpa adanya

pertumbuhan ekonomi. Pembangunan manusia melihat secara simultan isu-isu

yang terdapat di masyarakat, mencakup pertumbuhan ekonomi, ketenagakerjaan,

perdagangan, kebebasan politik, nilai-nilai kultural, dan juga gender.

Menurut HDR 1995, halaman 12, terdapat empat komponen utama dalam

paradigma pembangunan manusia, yaitu:

1. Produktivitas. Manusia harus berkemampuan untuk meningkatkan

produktivitasnya dan berpartisipasi penuh dalam proses mencari penghasilan

dan lapangan kerja.

2. Ekuitas/Pemerataan. Setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama.

Semua hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapuskan

sehingga semua orang dapat berpartisipasi dan mendapatkan keuntungan

dari peluang yang tersedia.

3. Keberlanjutan. Akses terhadap peluang/kesempatan harus tersedia bukan

hanya untuk generasi sekarang tapi juga untuk generasi mendatang. Semua

bentuk sumberdaya, baik fisik, manusia dan alam harus dapat diperbaharui.

4. Pemberdayaan. Pembangunan harus dilakukan oleh semua orang, bukan

semata-mata dilakukan untuk semua orang. Semua orang, baik laki-laki

maupun perempuan harus berpartisipasi penuh dalam pengambilan

keputusan dan proses yang berpengaruh terhadap kehidupan mereka.

Konsep pembangunan manusia mempunyai cakupan sangat luas

(24)

Bab I Pendahuluan

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 5 menyatakan pendapat, mencapai kesetaraan gender, untuk memperoleh

pekerjaan, untuk menjaga gizi anak, untuk bisa baca tulis dan sebagainya.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di lain pihak mempunyai cakupan

yang lebih sempit, meskipun IPM mencoba mengukur tingkat pembangunan

manusia. Indeks ini hanya mampu mengukur sebagian saja. Hal ini disebabkan

karena berbagai aspek seperti tingkat partisipasi masyarakat atau kesehatan

mental, sangat sulit diukur atau dikumpulkan datanya. Jadi konsep

pembangunan manusia jauh lebih luas dari sekedar IPM. Tidak mungkin

memperoleh satu ukuran yang komprehensif, karena banyak dimensi

pembangunan manusia yang tidak tersedia ukurannya. Namun demikian IPM

merupakan langkah yang jauh lebih maju dari pada langkah yang terdahulu yang

hanya terkonsentrasi pada tingkat pendapatan saja (pertumbuhan ekonomi).

1.2. TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan penyusunan publikasi “Analisis Capaian Pembangunan Manusia

Kota Banjarmasin Tahun 2014” menyajikan analisis perkembangan pembangunan

manusia secara deskriptif selama tahun 2010-2014. Publikasi ini memberikan

gambaran capaian pembangunan manusia di Kota Banjarmasin dan

perubahan-perubahan komponen penting penghitungan Indeks Pembangunan Manusia

yang secara rinci bertujuan untuk:

(1) Menggambarkan situasi pembangunan manusia di Kota Banjarmasin

selama tahun 2010 hingga 2014;

(2) Mengamati perkembangan IPM Kota Banjarmasin dan masing-masing

(25)

Bab I Pendahuluan

(3) Mengetahui posisi relatif capaian IPM Kota Banjarmasin terhadap capaian

IPM Kabupaten/Kota lain di Provinsi Kalimantan Selatan; serta

(4) Merumuskan kebijakan pembangunan terkait isu-isu penting

pembangunan manusia di Kota Banjarmasin.

Sasaran yang ingin dicapai dari penyusunan publikasi Analisis Capaian

Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 adalah:

(1) Tersedianya data dan informasi yang dibutuhkan dalam memantau proses

pembangunan manusia di Kota Banjarmasin secara kesinambungan.

(2) Tersedianya sumber informasi dalam perencanaan pembangunan manusia

pada tahap pembangunan selanjutnya.

(3) Tersedianya rujukan ilmiah bagi masyarakat pendidikan khususnya di Kota

Banjarmasin dan Provinsi Kalimantan Selatan.

1.3. RUANG LINGKUP MATERI

Ruang lingkup materi penyusunan Analisis Capaian Pembangunan

Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi kondisi geografis, sejarah, dan potensi sumber daya manusia di

Kota Banjarmasin.

2. Identifikasi tiga variabel dimensi dasar pembangunan manusia yaitu 1. Sehat

dan berumur panjang (longevity); 2. Berilmu pengetahuan (knowledge) dan;

3. Standar hidup yang layak (decent living).

3. Analisis situasi pembangunan manusia di Kota Banjarmasin.

4. Inventarisasi pola kebijakan dalam rangka program pembangunan di bidang

(26)

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 7

BAB II

METODOLOGI

2.1 KONSEP DAN DEFINISI PEMBANGUNAN MANUSIA

Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar

pilihan-pilihan bagi manusia (UNDP, 1990:1). Definisi pembangunan manusia tersebut

pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat komprehensif.

Pembangunan manusia mencakup aspek yang lebih luas daripada pembangunan

yang hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi (biasa diukur dari PDRB).

Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta

dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari pertumbuhan ekonominya.

Untuk itu diperlukan suatu indikator komposit yang dapat

menggambar-kan perkembangan pembangunan manusia secara komprehensif yang disebut

Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pada dasarnya IPM mencakup tiga

komponen yang dianggap mendasar bagi manusia dan secara operasional

mudah dihitung untuk menghasilkan suatu ukuran yang merefleksikan upaya

pembangunan manusia, yaitu peluang hidup (longevity), pengetahuan

(knowledge), dan hidup layak (decent living). Nilai Indeks Pembangunan Manusia

berkisar antara 0 -100.

Sejak tahun 2014 Badan Pusat Statistik mulai memperbaharui metodologi

(27)

Bab II Metodologi

hidup, angka harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah, paritas daya beli.

Definisi dari masing-masing komponen IPM tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Angka harapan hidup (AHH) adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk

dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur.

(2) Angka harapan lama sekolah (Expected Year School-EYS) adalah perkiraan

lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak

pada umur tertentu di masa mendatang. Disesuaikan dengan program wajib

belajar 9 tahun yang dimulai pada usia 7 tahun ke atas.

(3) Rata-rata lama sekolah (Means Year School-MYS) adalah rata-rata jumlah

tahun yang telah dihabiskan oleh penduduk usia 25 tahun ke atas di seluruh

jenjang pendidikan formal yang pernah dijalaninya.

(4) Paritas daya beli (Purchasing Power Parity-PPP) adalah ukuran daya beli

penduduk dalam memenuhi kebutuhan konsumsi makanan dan

non-makanan. PPP memungkinkan dilakukannya perbandingan harga-harga riil

antar wilayah, mengingat nilai tukar yang biasa digunakan dapat menurunkan

atau menaikkan nilai daya beli yang terukur dari konsumsi per kapita yang

telah disesuaikan. Standar hidup layak diproksi dengan indikator pengeluaran

per kapita yang disesuaikan menggunakan data Susenas.

2.2. DEMOGRAFI

Istilah demografi pertama kali dipakai oleh Achille Guillard dalam

karangannya yang berjudul “Elements de Statistique Humanie on Demografic

Compares” pada tahun 1885. Sejak saat itu ilmu demografi berkembang seiring

(28)

Bab II Metodologi

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 9 tulisannya tentang Arti dan Tujuan Demografi tahun 1981 menyimpulkan bahwa

demografi adalah ilmu yang mempelajari persoalan dan keadaan

perubahan-perubahan penduduk yang dipengaruhi oleh komponen-komponen perubahan-perubahan

seperti kelahiran, kematian, dan migrasi. Dari komponen perubahan tersebut

akan didapat suatu keadaan dan komposisi yang menggambarkan keadaan

penduduk di suatu wilayah.

Penduduk merupakan modal dasar dalam pelaksanaan pembangunan,

karena penduduk merupakan subyek maupun obyek yang menjadi sasaran dalam

perbaikan pembangunan, baik dalam perencanaan, monitoring dan evaluasi dari

hasil yang telah dicapai. Pembangunan kependudukan di Indonesia selama ini

telah mempercepat terjadinya transisi demografi yang ditandai dengan

peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka kelahiran serta kematian.

Hal ini mengakibatkan turunnya angka ketergantungan, disebut bonus

demografi, yaitu menurunnya proporsi jumlah penduduk usia dibawah 15 tahun

dan 65 tahun ke atas terhadap jumlah penduduk usia kerja atau produktif (15-64

tahun). Rasio ketergantungan diperkirakan turun dari 50,1 persen pada tahun

2005 menjadi 45,6 persen pada tahun 2025. Rasio ketergantungan terendah yaitu

sebesar 45,3 persen, diperkirakan terjadi pada tahun 2022 dan 2023. Terjadinya

penurunan angka ketergantungan tersebut merupakan jendela peluang (window

of opportunity) untuk memicu pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan

kesejahteraan rakyat.

Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar jendela peluang dapat

(29)

Bab II Metodologi

mempunyai kompetensi dan daya saing tinggi; (2) tersedianya kesempatan kerja

produktif, agar penduduk usia kerja yang jumlahnya besar dapat bekerja untuk

meningkatkan tabungan rumah tangga; (3) diinvestasikannya tabungan rumah

tangga untuk menciptakan kesempatan kerja produktif; dan (4) meningkatnya

pemberdayaan perempuan untuk memasuki pasar kerja. Di Indonesia jendela

peluang tersebut diperkirakan hanya akan terjadi sekali sepanjang sejarah,

dengan periode kejadian yang sangat pendek yaitu pada tahun 2020-2025.

2

.3. PRINSIP DASAR PENYUSUNAN

Prinsip dasar penyusunan publikasi ini menggunakan metodologi baru

dengan tetap menganalisis secara backcasting kondisi tahun 2010 sd 2014, yaitu

tetap melakukan pengukuran terhadap kinerja pembangunan manusia yang

representatif di Kota Banjarmasin sekaligus membandingkan level kinerja

masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan. Sehingga untuk

mendapatkan ukuran kesejahteraan masyarakat yang ditandai meningkatnya

kualitas sumberdaya manusia, terciptanya lapangan kerja dan kesempatan

berusaha, terpenuhinya kebutuhan pokok minimal dan kebutuhan dasar lainnya

secara layak, serta meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat yang

harus segera terwujud bisa terkaji dan terevaluasi secara terus menerus.

2.3.1 Acuan Rancangan

Studi ini mengacu pada sebuah konsep yang dikembangkan oleh badan

dunia The United Nations Development Programe (UNDP) dalam menghitung

(30)

Bab II Metodologi

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 11 rancangan dalam mengevaluasi program pembangunan manusia di Kota

Banjarmasin khususnya di bidang pembangunan pendidikan, kesehatan dan daya

beli pada tahun 2014.

2.3.2 Prinsip-Prinsip Dasar

Beberapa prinsip dasar dalam penyusunan Analisis Capaian Pembangunan

Manusia Kota Banjarmasin tahun 2014 yaitu :

a. Akurat dalam memberikan rekomendasi dan intervensi apa yang perlu

mendapatkan prioritas ketika program pembangunan itu diimplementasikan;

b. Validitas datanya bisa dipertanggungjawabkan dan berkesinambungan dalam

mengukur pembangunan manusia khususnya di bidang kesehatan,

pendidikan dan daya beli.

2.3.3 Kerangka Landasan Analisis

Kerangka landasan analisis yang digunakan dalam penyusunan Analisis

Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014, berupa analisis

statistik sederhana atau lazimnya disebut dengan statistik deskriptif.

2.4. PENGERTIAN BEBERAPA INDIKATOR

Untuk mendapatkan pemahaman yang sama, maka perlu disusun

berbagai pengertian-pengertian yang berhubungan dengan Analisis Capaian

Pembangunan Manusia. Pengertian dimaksud telah disesuaikan dengan rumus

matematis yang digunakan dalam penghitungan Indeks Pembangunan Manusia,

(31)

Bab II Metodologi

a. Indeks secara matematis didefinisikan sebagai rasio penghitungan periode

tahun tertentu terhadap periode tahun sebelumnya dikalikan seratus. Dan

biasanya periode tahun sebelumnya dimaksud disepakati sebagai tahun

dasar. Tahun dasar adalah tahun yang dijadikan tahun konstan bernilai

seratus dan setiap tahun berjalan sesudahnya pada saat menghitung

indeksnya mengacu ke tahun dasar tersebut.

b. Pembangunan Manusia adalah pembangunan manusia seutuhnya, bernilai

hakiki dan sangat kompleks arti harfiahnya. Dalam kajian ini yang dimaksud

dengan pembangunan manusia adalah upaya-upaya menciptakan manusia

yang berpengetahuan sebagai refleksi tingkat capaian sumber daya manusia

yang berkualitas, hidup sehat dan berusia panjang sehingga mampu

beraktifitas secara ekonomi untuk memperoleh penghasilan yang layak dan

pada akhirnya bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik.

c. Indeks Pembangunan Manusia adalah indeks komposit yang terdiri dari tiga

komponen dasar yaitu indeks pendidikan, indeks kesehatan dan indeks daya

beli. Indeks Pembangunan Manusia akan mempunyai makna apabila hasil

penghitungan indeks kompositnya yang berupa besaran tertentu dipadukan

kedalam tabel standar yang berisi ukuran status atau klasifikasi. Artinya

berapa besar IPM Kota Banjarmasin dan dalam tabel standard besaran IPM

dimaksud berada atau jatuh pada kolom status pembangunan manusia yang

bagaimana atau klasifikasinya apa.

d. Indeks kesehatan didefinisikan sebagai refleksi keberhasilan pembangunan di

(32)

Bab II Metodologi

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 13 tertentu sebagaimana Indeks Pembangunan Manusia, dihitung berdasarkan

derajat kesehatan yang terukur atas tingkat capaian pembangunan di bidang

kesehatan melalui komponen angka harapan hidup.

e. Indeks pendidikan didefinisikan sebagai refleksi keberhasilan pembangunan

di bidang pendidikan. Indeks pendidikan juga merupakan besaran kuantitatif

tertentu sebagaimana Indeks Pembangunan Manusia, diukur berdasarkan

rata-rata dari dua komponen indeks, yakni indeks harapan lama sekolah dan

indeks rata-rata lama sekolah.

f. Indeks daya beli didefinisikan sebagai refleksi keberhasilan pembangunan di

bidang kesejahteraan sosial ekonomi. Indeks daya beli merupakan derajat

kesejahteraan sosial ekonomi yang terukur atas tingkat capaian

pembangunan di bidang ekonomi. Badan Pusat Statistik melakukan

penghitungan indeks daya beli berdasarkan pendekatan kepada pengeluaran

konsumsi rata-rata per kapita per tahun yang disesuaikan. Hal ini agak

berbeda dengan konsep UNDP karena estimasi kabupaten/kota belum dapat

melakukan penghitungan Produk Nasional Bruto per kapita, sehingga

diproksi dengan pengeluaran per kapita yang disesuaikan dengan

menggunakan data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional).

g. Shortfall Reduction dihitung dan didefinisikan sebagai tingkat kemajuan dari

kinerja pembangunan manusia dari tahun ke tahun. Seperti halnya semua

besaran indeks yang dihitung dalam kajian ini, Shortfall Reduction juga

mempunyai intepretasi semakin tinggi angkanya semakin cepat pula kinerja

(33)

Bab II Metodologi

ideal adalah terciptanya manusia yang berpengetahuan sebagai refleksi

tingkat capaian sumber daya manusia yang berkualitas, hidup sehat dan

berusia panjang sehingga mampu beraktifitas secara ekonomi untuk

memperoleh penghasilan yang layak dan pada akhirnya bisa memenuhi

kebutuhan hidupnya dengan baik. Manusia yang berpengetahuan diukur

dengan menggunakan indikator pendidikan, hidup sehat dan berusia panjang

diukur dengan indikator kesehatan dan pemenuhan hidup yang layak diukur

dengan indikator daya beli.

2.5. METODOLOGI PENYUSUNAN

Metodologi penyusunan Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota

Banjarmasin Tahun 2014, disusun berdasarkan kaidah teknis sampling dengan

mekanisme sebagai berikut :

2.5.1 Penentuan Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan yang berupa sumber data utama untuk penyusunan

publikasi ini menggunakan data primer hasil observasi lapangan secara sampel.

Observasi dilakukan pada rumahtangga yang secara acak terpilih sebagai sampel.

Karena keterbatasan anggaran, jumlah sampel yang diambil ditentukan hingga

memenuhi “Minimum Sample Size” untuk menghasilkan estimasi data pada level

kabupaten/kota.

Dalam survei ini wilayah pencacahan yang digunakan sebagai unit

sampling bukanlah desa/kelurahan ataupun RT/RW, melainkan blok sensus. Blok

(34)

Bab II Metodologi

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 15 batas alam seperti sungai maupun batas buatan misalnya jalan). Satu blok sensus

biasanya terdiri dari 80-120 rumahtangga, satu desa/kelurahan terbagi habis

dalam beberapa Blok Sensus.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam survei adalah

Pengambilan Sampel Dua Tahap (Two Stage Random Sampling) :

1. Tahap pertama, dari kerangka sampel Blok Sensus diambil sejumlah Blok

Sensus secara probability proporsional to size, dengan size banyaknya rumah

tangga;

2. Tahap kedua, dari setiap blok sensus terpilih diambil 10 (sepuluh)

rumahtangga secara stratified random sampling (pengambilan sampel

berstrata) dengan strata golongan pendidikan kepala rumah tangga.

2.5.2 Metode Pendekatan dan Tahapan Penyusunan

Untuk memperoleh data yang akurat dengan tingkat validitasi yang

tinggi dalam penyusunan Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota

Banjarmasin Tahun 2014 ini, pendekatan yang digunakan adalah metode

wawancara langsung dengan responden. Setelah seluruh dokumen dari

responden terpilih sampel diolah dan dianalisis, selanjutnya dilakukan

penghitungan secara matematis terhadap Analisis Capaian Pembangunan

Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 yang dapat diilustrasikan sebagai berikut :

Tahap pertama dari penghitungan IPM ialah menghitung indeks masing-masing

komponen IPM (harapan hidup, pendidikan dan standar hidup layak) dengan

(35)

Bab II Metodologi

a. Indeks Kesehatan

=

��

di mana :

Ikesehatan : Indeks kesehatan

e0 maks : Nilai maksimum Angka Harapan Hidup(lihat Tabel 2.1) ;

e0 min : Nilai minimum Angka Harapan Hidup(lihat Tabel 2.1) ;

b. Indeks Pengetahuan

� ��

ℎ �

=

���

+ �

���

Indeks pengetahuan terdiri dari dua komponen indeks, antara lain :

b.1. Indeks Harapan Lama Sekolah

���

=

��� − ���

��� − ���

di mana :

IEYS : Indeks Harapan Lama Sekolah

EYS maks : Nilai maksimum Angka Harapan Lama Sekolah (lihat Tabel 2.1) ;

EYS min : Nilai minimum Angka Harapan Lama Sekolah (lihat Tabel 2.1) ;

b.2. Indeks Rata-Rata Lama Sekolah

���

=

��� − ��� �

(36)

Bab II Metodologi

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 17 di mana :

IMYS : Indeks Rata-Rata Lama Sekolah

MYS maks : Nilai maksimum Angka Rata-Rata Lama Sekolah (lihat Tabel 2.1) ;

MYS min : Nilai minimum Angka Rata-Rata Lama Sekolah (lihat Tabel 2.1) ;

c. Indeks Pengeluaran Riil Per Kapita

=

ln � − ln � �

ln � − ln �

di mana :

Idaya beli : Indeks Pengeluaran Riil Per Kapita Yang Disesuaikan

daya beli maks : Nilai maksimum Pengeluaran Riil Per Kapita Yang Disesuaikan

(lihat Tabel 2.1) ;

daya beli min : Nilai minimum Pengeluaran Riil Per Kapita Yang Disesuaikan

(lihat Tabel 2.1) ;

Formula di atas akan menghasilkan nilai 0 ≤ Xi ≤ 1 ; untuk mempermudah

cara membaca skala ini dinyatakan dalam 100. Untuk menstandarkan nilai

maksimum dan nilai minimum di suatu daerah harus disepakati berapa besar nilai

maksimum dan minimumnya sehingga bisa dipakai untuk membandingkan

(37)

Bab II Metodologi

* Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di Tolikara

** Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun 2025

Tahap kedua, ialah dengan menghitung rata-rata geometrik dari masing-masing

indeks. Formula untuk menghitung rata-rata ini adalah sebagai berikut:

��� = √�

3

� ��

ℎ �

dimana :

Ikesehatan : Indeks kesehatan;

Ipengetahuan : Indeks pengetahuan = ((indeks harapan lama sekolah)+ (indeks rata-

rata lama sekolah))/2;

Idaya beli : Indeks daya beli.

Hasil penghitungan IPM akan memberikan gambaran seberapa jauh suatu

wilayah telah mencapai sasaran yang ditentukan. Seperti angka harapan hidup 85

tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali sudah

(38)

Bab II Metodologi

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 19 pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak. Semakin

dekat besaran IPM suatu wilayah terhadap angka 100 akan semakin dekat jalan

yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran pembangunan manusia seutuhnya.

Badan Pusat Statistik Republik

Indonesia membagi tingkat status

pembangunan manusia suatu wilayah

ke dalam 4 (empat) golongan yaitu

rendah (apabila IPM kurang dari 60),

sedang atau menengah (apabila IPM

antara 60 dan 70), tinggi (apabila IPM

antara 70 dan 80), dan sangat tinggi

(apabila nilai IPM di atas 80).

Sebagai ukuran kemajuan pembangunan manusia, IPM dapat digunakan

untuk mengkaji kemajuan pembangunan manusia dalam dua aspek. Pertama,

untuk perbandingan antar wilayah yang memperlihatkan posisi suatu wilayah

relatif terhadap wilayah berdasarkan besaran IPM yang disusun dalam suatu

peringkat dari kemajuan pembangunan manusia di berbagai wilayah dalam

kawasan yang sama. Kedua, untuk mengkaji kemajuan dari pencapaian setelah

berbagai program diimplementasikan dalam suatu periode. Pengukuran tingkat

kemajuan pencapaian terhadap sasaran ideal IPM dihitung setiap tahun dalam

suatu periode. Pengukuran tingkat kemajuan pencapaian terhadap sasaran ideal

IPM dihitung setiap tahun dalam suatu periode disebut shortfall reduction per

tahun. Penghitungannya dengan formula sebagai berikut : Gambar 2.1

(39)

Bab II Metodologi

= [

���

��� −���

−���

]

dimana :

IPMt0 = IPM tahun dasar

IPMt1 = IPM tahun terakhir

IPMref = IPM acuan atau ideal yang dalam hal ini sama dengan 100

Semakin besar shortfall reduction per tahun semakin besar kemajuan

yang dicapai daerah tersebut dalam periode itu. Dengan menggunakan shortfall

reduction per tahun ini maka dapat dilihat seberapa besar kemajuan pencapaian

pembangunan manusia tiap tahun di semua wilayah, sehingga akan diketahui

wilayah-wilayah mana yang maju lebih cepat dibanding dengan wilayah lainnya.

Kriteria Shortfall Reduction ( r ):

1. Sangat lambat : r <1,30

2. Lambat : 1,30 ≤ r <1,50

3. Menengah : 1,50 ≤ r <1,70

(40)

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 21

BAB III

POTENSI SUMBER DAYA

3.1 SEJARAH KOTA BANJARMASIN

Asal mula nama kota Banjarmasin berasal dari sejarah panjang Kerajaan

Banjar. Pada saat itu dikenal istilah Banjarmasih. Sebutan ini diambil dari nama

salah seorang Patih yang sangat berjasa dalam pendirian kerajaan Banjar, yaitu

Patih Masih, yang berasal dari Desa Oloh Masih yang dalam bahasa Ngaju berarti

Orang Melayu atau Kampung Orang Melayu. Desa Oloh Masih inilah yang

kemudian menjadi Kampung Bandar Masih.

Patih Masih bersama dengan beberapa patih lainnya sepakat mengangkat

Pangeran Samudera menjadi Raja. Pangeran Samudera ini adalah seorang putera

Kerajaan Daha yang terbuang dan mengasingkan diri di Desa Oloh Masih. Sejak

itu terbentuklah Kerajaan Banjar. Pangeran Samudera kemudian menaklukkan

Muara Bahan dan kerajaan kecil lainnya serta menguasai jalur-jalur sungai

sebagai pusat perdagangan pada waktu itu.

Kemajuan Kerajaan Banjar ini tentu saja mengusik kekuatan Pangeran

Temenggung, Raja Daha yang juga paman Pangeran Samudera. Sehingga terjadi

penyerbuan oleh Daha. Peperangan yang berlarut-larut menyebabkan Pangeran

Samudera terdesak, dan meminta bantuan Kerajaan Demak yang merupakan

(41)

Bab III Potensi Sumber Daya

Kerajaan Banjar, dengan syarat raja dan rakyatnya menganut agama Islam.

Pangeran Samudera setuju dan tentara Demak datang bersama Khatib Dayan

yang kemudian Meng-Islam-kan rakyat. Sejak itulah Pangeran Samudera berganti

nama menjadi Sultan Suriansyah.

Dengan bantuan Demak, Banjar menyerbu Daha dan mengalahkannya.

Peristiwa itu terjadi pada tanggal 24 September 1526, sehingga tanggal tersebut

dijadikan sebagai :

1. Hari Kemenangan Pangeran Samudera, dan cikal bakal Kerajaan Islam Banjar.

2. Penyerahan Kerajaan Daha kepada Kerajaan Banjar.

3. Hari jadi Kota Bandjarmasih sebagai ibukota kerajaan baru yang menguasai

sungai dan daratan Kalimantan Selatan.

Nama Banjarmasih inilah kemudian disebut orang Belanda Banjarmasih.

Sampai dengan tahun 1664 surat-surat Belanda ke Indonesia untuk kerajaan

Banjarmasin masih menyebut kerajaan Banjarmasin dalam ucapan Belanda

Bandzermash”. Setelah tahun 1664 sebutan itu berubah menjadi

Bandjarmassingh, dan pertengahan abad 19, sejak jaman Jepang kembali disebut

Bandjarmasin atau dalam ejaan baru bahasa Indonesia menjadi Banjarmasin.

3.2 KEADAAN GEOGRAFI

Kota Banjarmasin terletak antara 3164”-32254” lintang selatan dan

(42)

Bab III Potensi Sumber Daya

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 23 rata-rata 0,16 m di bawah permukaan laut dengan kondisi daerah berpaya-paya

dan relatif datar.

Kota Banjarmasin secara geografis berbatasan dengan dua wilayah

Kabupaten dalam wilayah administrasi Provinsi Kalimantan Selatan. Di sebelah

utara dan barat berbatasan dengan Kabupaten Barito Kuala serta berbatasan

dengan Kabupaten Banjar di sebelah timur dan selatan.

Sebagai ibukota provinsi maka Kota Banjarmasin merupakan salah satu

muara mengalirnya pengembangan aspek ekonomi dan sosial budaya baik di

wilayah Provinsi Kalimantan Selatan maupun wilayah provinsi lainnya, terutama

Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.

Dalam MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia), dalam koridor ekonomi Kalimantan, Kota Banjarmasin dan 3

(tiga) Ibukota Provinsi Kalimantan ditetapkan sebagai pusat ekonomi, dengan

tema pembangunan sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil tambang dan

lumbung energi nasional.

Dengan posisi ini maka ke depan, denyut nadi dan perekonomian Kota

Banjarmasin semakin hidup, sebagai ibukota provinsi adalah juga pusat

pemerintahan dalam menjalankan roda pembangunan Kalimantan Selatan

dengan dukungan berbagai sarana dan prasana yang memadai.

Guna memberikan akses yang lebih cepat dalam pelayanan kepada

masyarakat dan mempercepat proses pembangunan Kota Banjarmasin,

berdasarkan wilayah administrasi saat ini Kota Banjarmasin dibagi menjadi 5

(43)

Bab III Potensi Sumber Daya

Luas Kota Banjarmasin data terdahulu tercatat 72,00 km2, dengan

pemetaan terbaru via satelit, ternyata luas Kota Banjarmasin sebenarnya seluas

98,46 km2 dengan Kecamatan terluas adalah Kecamatan Banjarmasin Selatan

dengan luas sekitar 38,87 persen terhadap luas wilayah Kota Banjarmasin.

Kecamatan dengan luas terkecil adalah Banjarmasin Tengah dengan luas wilayah

hanya 6,66 km2 atau sekitar 6,76 persen dari luas wilayah Kota Banjarmasin.

Tabel 3.1.

Jumlah Kelurahan dan Luas Wilayah Kota Banjarmasin Menurut Kecamatan Tahun 2014

Kecamatan Jumlah

Kelurahan Luas (km

2)

(1) (2) (3)

Banjarmasin Selatan 12 38,27

Banjarmasin Timur 9 23,86

Banjarmasin Barat 9 13,13

Banjarmasin Tengah 12 6,66

Banjarmasin Utara 10 16,54

Kota Banjarmasin 52 98,46

Sumber : BPS Kota Banjarmasin

Sesuai dengan kondisinya Kota Banjarmasin mempunyai banyak sungai

dan anak sungai yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sarana transportasi

dan penggunaan lainnya seperti mandi, cuci dan lainnya, selain penggunaan jalan

(44)

Bab III Potensi Sumber Daya

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 25

3.3. DEMOGRAFI

Penduduk Kota Banjarmasin pada pertengahan tahun 2014 tercatat

berjumlah 666.223 jiwa, terdiri dari 333.236 laki-laki dan 332.987 perempuan

(berdasarkan angka hasil proyeksi). Berdasarkan data tersebut rasio jenis kelamin

penduduk kota Banjarmasin tahun 2014 sebesar 100,07. Artinya jumlah penduduk

jenis kelamin laki-laki sama dengan jenis kelamin perempuan. Jika dibandingkan

dengan angka revisi proyeksi penduduk tahun 2013 sebesar 656.778 jiwa, angka

laju pertumbuhan penduduk tahun 2013-2014 diperkirakan berada pada kisaran

1,44 persen.

Tabel 3.2.

Jumlah Penduduk Kota Banjarmasin per Kecamatan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014

Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

Penduduk

Kepadatan

Penduduk/Km2

(1) (2) (3) (4) (5)

Banjarmasin Selatan 78.370 77.135 155.505 4.063

Banjarmasin Timur 58.987 59.442 118.429 4.963

Banjarmasin Barat 75.351 73.289 148.640 11.321

Banjarmasin Tengah 46.392 47.815 94.207 14.145

Banjarmasin Utara 74.136 75.306 149.442 9.035

Kota Banjarmasin 333.236 332.987 666.223 6.766

Sumber : BPS Kota Banjarmasin (Proyeksi Penduduk Tahun 2014)

Melihat persebaran jumlah penduduk per kecamatan maka terlihat bahwa

penyebaran penduduk Kota Banjarmasin cenderung relatif merata. Penduduk

(45)

Bab III Potensi Sumber Daya

155.505 jiwa, populasi penduduk terendah di Kecamatan Banjarmasin Tengah

yaitu 94.207 jiwa atau sekitar 14,14 persen dari jumlah penduduk Kota

Banjarmasin. Kecamatan Banjarmasin Selatan yang memiliki jumlah penduduk

terbanyak di antara lima kecamatan lainnya, namun kepadatan penduduknya

rendah, karena kecamatan ini memiliki luas wilayah yang cukup luas bila

dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di Kota Banjarmasin.

Berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah setiap kecamatan, maka

Kecamatan Banjarmasin Tengah memiliki tingkat kepadatan penduduk yang

tertinggi, yaitu sebesar 14.145 jiwa per km2. Hal ini disebabkan Kecamatan

Banjarmasin Tengah merupakan wilayah dengan luasan lahan yang paling kecil

(hanya 6,66 km2), sementara dihamparannya merupakan pusat-pusat bisnis dan

perkantoran, sehingga pemukiman penduduk yang beraktivitas ekonomi

umumnya juga tinggal disekitarnya. Wilayah ini merupakan pusat perkantoran,

bisnis dan pusat perdagangan (merupakan lokasi keberadaan Pasar Besar dan

Pusat Perbelanjaan) sehingga pemukiman penduduk sebagian besar, beralih

fungsi menjadi pusat bisnis dan kegiatan perdagangan, ditambah dengan

program pembebasan bantaran sungai dari bangunan, maka sebagian besar

rumah penduduk telah dibebaskan. Hal ini berimbas kepada relatif rendahnya

pertumbuhan populasi penduduk di Kecamatan Banjarmasin Tengah.

Dari kelompok umur dapat dilihat gambaran komposisi penduduk Kota

Banjarmasin, apakah termasuk dalam kelompok umur muda atau tua. Bila dilihat

(46)

Bab III Potensi Sumber Daya

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 27 kelompok umur 0-4 tahun sampai dengan kelompok umur 30-34 tahun,

sehingga dapat dikatakan secara umum termasuk kelompok umur muda.

Tabel 3.3.

Penduduk Kota Banjarmasin Menurut Kelompok Umur Tahun 2014

Kelompok

Sumber : BPS Kota Banjarmasin (Proyeksi Penduduk Tahun 2014)

Tabel 3.3. memperlihatkan bahwa sampai dengan tahun 2014 penduduk

(47)

Bab III Potensi Sumber Daya

kelompok umur di atasnya (5-9 tahun). Jumlah penduduk menurut kelompok usia

produktif (15-64 tahun) terbesar terdapat pada kelompok umur 20-24 tahun

sebesar 63.680 jiwa (9,56%). Kondisi ini mengambarkan komposisi penduduk

yang dominan pada usia produktif. Agar jendela peluang (window of

opportunity) dari bonus demografi di tahun 2020-2025 bisa dimanfaatkan secara

maksimal maka pemerintah diharapkan mampu meningkatkan kualitas sumber

daya manusia usia muda baik dari segi kesehatan maupun pendidikan, sehingga

mempunyai kompetensi dan daya saing tinggi.

Tabel 3.4.

Penduduk Kota Banjarmasin Menurut Kelompok Usia Produktif Tahun 2014

Kelompok Umur Jumlah Persen (%)

(1) (2) (3)

Usia Muda (0-14 tahun) 182.536 27,40

Usia Produktif (15-64 tahun) 461.228 69,23

Usia Lanjut (65+ tahun) 22.459 3,37

Jumlah 666.223 100,00

Sumber : BPS Kota Banjarmasin (Proyeksi Penduduk Tahun 2014)

Menurut usia produktif maka penduduk Kota Banjarmasin dapat

dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok usia belum produktif (0-14

tahun) sebanyak 27,40 persen, kelompok usia produktif (15-64 tahun) sebanyak

(48)

Bab III Potensi Sumber Daya

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 29

Berdasarkan kelompok umur dapat dihitung besarnya Rasio

Ketergantungan (Dependency Ratio) yang menyatakan perbandingan antara

banyaknya orang yang belum produktif (umur di bawah 15 tahun) dan kelompok

umur sudah dianggap tidak produktif (65 tahun ke atas) dengan banyaknya

orang yang termasuk kelompok usia produktif (umur 15-64 tahun). Dari tabel di

atas diperoleh Angka Ketergantungan Penduduk Kota Banjarmasin pada tahun

2014 sebesar 44,44 persen. Ini berarti bahwa setiap 100 orang usia produktif

harus menanggung 44-45 orang usia tidak produktif.

Komposisi penduduk menurut struktur umur dapat menjadi dasar atau

panduan untuk perencanaan, evaluasi dan penyusunan program pembangunan

dari berbagai aspek seperti pendidikan, penciptaan lapangan kerja dan sarana

kesehatan masyarakat serta beberapa perencanaan untuk pelayanan jasa publik.

3.4. KEGIATAN EKONOMI

Visi Jokowi-JK yaitu terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri secara

ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Hal ini juga tertuang di dalam

salah satu Nawacita yakni mewujudkan kemandirian ekonomi dengan

menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, pertumbuhan ekonomi yang

tinggi dan berkelanjutan adalah elemen yang tidak bisa ditinggalkan.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menggambarkan terjadinya peningkatan dan

perluasan kegiatan ekonomi suatu negara, yang akan mendorong terbukanya

(49)

Bab III Potensi Sumber Daya

terbentuknya akumulasi modal (baik fisik maupun sumber daya manusia) yang

akan berdampak positif pada produktivitas.

Dalam rangka menciptakan stabilitas ekonomi yang kokoh, stabilitas

harga dan stabilitas nilai tukar rupiah harus dapat dijaga, inflasi diharapkan

berada pada kisaran rata-rata 4,0-6,0 persen per tahun, serta terjaganya volatilitas

nilai tukar rupiah, dan seiring dengan itu cadangan devisa negara terus menaik

atau meningkat. Dalam rangka terciptanya pembangunan ekonomi yang inklusif

dan berkeadilan, pada tahun 2014 tingkat kemiskinan diharapkan dapat

diturunkan menjadi sekitar 8,0-10,0 persen, dan tingkat pengangguran dapat

diturunkan menjadi 5,0-6,0 persen.

Kehidupan sosial ekonomi masyarakat suatu wilayah ditentukan oleh

kondisi alam serta pola pikir masyarakat di wilayah tersebut. Interaksi dari faktor

tersebut dan faktor luar seperti kebijakan pemerintah yang menentukan corak

kehidupan masyarakat yang mendiami wilayah tersebut. Salah satu corak yang

terbentuk dari interaksi faktor tersebut adalah sektor pekerjaan masyarakat pada

wilayah tersebut.

Berdasarkan kondisi wilayah dan pola kehidupan maka penduduk Kota

Banjarmasin telah mengalami pergeseran dari masyarakat agraris menjadi

masyarakat yang perekonomiannya bertumpu pada sektor sekunder dan tersier.

Secara absolut, besaran PDRB Kota Banjarmasin dan pertumbuhannya selama 3

tahun terakhir disajikan pada Tabel 3.5. PDRB Tahun 2014 atas dasar harga

berlaku (adhb) tercatat sebesar 20,94 trilyun rupiah, angka ini lebih tinggi jika

(50)

Bab III Potensi Sumber Daya

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 31 rupiah atau mengalami pertumbuhan sebesar 16,65%. Pertumbuhan ini lebih

besar dibanding pertumbuhan pada tahun-tahun sebelumnya yang

pertumbuhannya di bawah 12 persen. Dari sisi produksi, peningkatan besar laju

pertumbuhan PDRB adhb ini disebabkan kategori-kategori yang dominan seperti

Indistri Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor, Transportasi dan Pergudangan, dan Konstruksi mengalami

pertumbuhan yang cukup signifikan.

Tabel 3.5. PDRB Kota Banjarmasin Tahun 2012 - 2014

Tahun

2012 16.177.244,95 11,33 14.588.856,53 6,18

2013 17.954.959,96 10,99 15.636.499,95 7,18

2014 20.943.744,77 16,65 16.613.506,12 6,25

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Banjarmasin

Tabel 3.5 juga menyajikan PDRB atas dasar harga konstan (adhk) dan

persentase pertumbuhannya. Pertumbuhuan PDRB adhk menggambarkan

pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu regional berdasarkan kategori

maupun komponen pembentuk PDRB secara keseluruhan. Total PDRB adhk

tahun 2014 adalah sebesar 16,61 trilyun rupiah, lebih tinggi dibandingkan tahun

2013 yang mencapai 15,64 trilyun rupiah atau mengalami pertumbuhan 6,25%.

(51)

Bab III Potensi Sumber Daya

7,18%, pertumbuhan tahun 2014 mengalami perlambatan. Dari sisi produksi,

perlambatan pertumbuhan terutama terjadi pada kategori Jasa Keuangan dan

Asuransi khususnya pada sub kategori Bank yang mengalami perlambatan sangat

signifikan dari 17,63% pada tahun 2013 menjadi 6,72% di tahun 2014.

Besarnya dominasi kategori ekonomi yang menjadi motor penggerak

perekonomian Kota Banjarmasin tahun 2012-2015 dapat dilihat dari struktur

ekonomi Kota Banjarmasin. Dominasi kategorial diukur dari besarnya kontribusi

oleh masing-masing kategori ekonomi terhadap total PDRB Kota Banjarmasin.

Semakin besar sumbangan yang diberikan oleh suatu kategori terhadap total

PDRB mengindikasikan semakin kuat dominasi kategori tersebut dalam

menggerakkan perekonomian regional.

Selama empat tahun terakhir, kategori Industri Pengolahan memberikan

kontribusi terbesar terhadap pembentukan nominal PDRB Kota Banjarmasin.

Besarnya kontribusi ini tentu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi Kota Banjarmasin. Sehingga dinamika output atau nilai tambah kategori

ini akan berpengaruh secara berarti pada pertumbuhan ekonomi Kota

Banjarmasin.

Kontributor terbesar kedua adalah kategori Jasa Keuangan dan Asuransi.

Perekonomian Kota Banjarmasin yang ditopang oleh kategori perdagangan,

restoran, dan perhotelan ini terlihat dari dampak positifnya terhadap Pendapatan

Asli Daerah (PAD). Sampai akhir 2014, realisasi Hasil Pajak Daerah untuk Hotel

(52)

Bab III Potensi Sumber Daya

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 33

Gambar 3.1. Distribusi Persentase PDRB ADHB Tahun 2014 Menurut Lapangan Usaha

Kategori yang memberikan kontribusi terbesar ketiga adalah

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. Sekitar

12,43% PDRB Kota Banjarmasin disumbang dari kategori Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya kegiatan

perkreditan baik dari perbankan maupun korporasi finansial lain. Selain itu,

kegiatan real estate juga semakin marak di Kota Banjarmasin. Pada tahun 2014,

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang dikeluarkan oleh BTN mencapai 1.997 unit

atau mengalami kenaikan sekitar 19,58% (pada tahun 2012 mengalami kenaikan

(53)

Bab III Potensi Sumber Daya

ini juga berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah berupa pajak Reklame,

yang realisasinya pada tahun 2014 mencapai 117,75%.

Inflasi di Kota Banjarmasin pada tahun 2014 sebesar 7,16 persen, lebih

tinggi dibandingkan yang dicatat pada tahun 2013 yang mencapai 6,98 persen

dan tahun 2012 yang hanya mencapai 5,96 persen. Inflasi Kota Banjarmasin tahun

2014 sebesar 7,16 persen tercatat lebih rendah dari inflasi nasional yakni sebesar

8,36 persen. Peningkatan angka inflasi di tahun 2014 disebabkan oleh kenaikan

harga barang dan jasa hampir disemua paket komoditas sebagai dampak dari

kebijakan pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM subsidi pada tanggal

18 November 2014, dimana premium naik 30,76 persen dan solar sebesar 36,36

persen, dorongan ini ditambah pula adanya kenaikan tarif tenaga listrik untuk

kelompok pelanggan rumah tangga dengan. daya 1.300VA sampai dengan

5.500VA dengan kenaikan sebesar 10,46 persen sampai 11,37 persen untuk

golongan tarif R1/TR, dan 5,71 persen golongan tarif R2/TR, terhitung 1

November 2014.

3.5. KETENAGAKERJAAN

Komposisi penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan

usaha, memberikan gambaran roda perekonomian Kota Banjarmasin. Seperti

terlihat pada Tabel 3.5 menunjukkan sektor perdagangan, dan sektor jasa adalah

lapangan usaha yang banyak menyerap lapangan pekerjaan. Persentase

penduduk Kota Banjarmasin usia 15 tahun ke atas yang bekerja terbesar di sektor

perdagangan, hotel dan restoran sebesar 42,15 persen, sektor jasa-jasa dan

(54)

Bab III Potensi Sumber Daya

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 35

Tabel 3.6

Persentase Penduduk Kota Banjarmasin Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin Tahun 2014

Lapangan Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4)

Sumber : BPS Kota Banjarmasin (Survei Angkatan Kerja Nasional 2014)

Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah

dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan

berlangsungnya proses demografi. Dari sisi ketenagakerjaan, tingkat partisipasi

angkatan kerja (TPAK) Kota Banjarmasin pada Agustus 2014 berada di kisaran

angka sebesar 64,28 persen, dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang

bekerja mencapai 311.951 orang pada tahun 2014. Tingkat pengangguran

terbuka pada tahun 2014 (Agustus 2014) sebesar 6,02 persen, dengan jumlah

(55)

Bab III Potensi Sumber Daya

Tabel 3.7.

Kondisi Ketenagakerjaan, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, dan Tingkat Pengangguran Terbuka Kota Banjarmasin dan Kalimantan Selatan

Agustus 2013 - Agustus 2014

Kondisi Ketenagakerjaan

Agustus 2013 Agustus 2014

Banjarmasin Kalimantan

Selatan Banjarmasin

Kalimantan Selatan

(1) (2) (3) (4) (5)

Bekerja (jiwa) 284.685 1.830.813 293.171 1.867.462

Pengangguran (jiwa) 15.114 69.537 18.780 73.767

Angkatan Kerja (jiwa) 299.799 1.900.350 311.951 1.941.229

TPAK (%) 62,77 69,31 64,28 69,46

TPT (%) 5,04 3,66 6,02 3,80

(56)

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 37

BAB IV

SITUASI PEMBANGUNAN

MANUSIA

4.1. KESEHATAN

Undang-Undang No 36 Tahun 2014 tentang Kesehatan mencantumkan

azas pembangunan kesehatan adalah perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat,

perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender, dan

nondiskriminasi dan norma agama. Tujuan pembangunan kesehatan adalah

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai

investasi bagi pembangunan SDM yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Pencapaian status kesehatan dan gizi masyarakat merupakan kinerja

sistem kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan daerah serta

berbagai komponen masyarakat. Kinerja pembangunan kesehatan dicapai

melalui pendekatan enam sub sistem dalam sistem kesehatan nasional (SKN),

yaitu sub sistem : (1) upaya kesehatan; (2) pembiayaan kesehatan; (3) sumber

daya manusia kesehatan; (4) sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan; (5)

manajemen dan informasi kesehatan; (6) pemberdayaan masyarakat. Ke enam

sub sistem tersebut saling terkait dengan berbagai sistem lain diluar SKN antara

(57)

Bab IV Situasi Pembangunan Manusia

Untuk mencapai hal tersebut diperlukan upaya-upaya pencegahan dan

pemberantasan penyakit menular, penyehatan lingkungan dan pemukiman,

perbaikan gizi, penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan serta pelayanan

kesehatan ibu dan anak. Strategi yang ditempuh melalui pengelolaan kesehatan

terpadu yaitu dikembangkannya upaya lebih mendorong peran serta masyarakat,

peningkatan kualitas pelayanan, baik yang berkaitan dengan jangkauan maupun

kemampuannnya agar masyarakat terutama yang berpenghasilan rendah dapat

menikmati pelayanan yang berkualitas, terus memperhatikan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi kedokteran secara serasi dan bertanggung jawab,

pengadaan dan peningkatan kualitas sarana kesehatan, kemampuan dan

persebaran tenaga kesehatan dan tenaga penunjang kesehatan lainnya.

Sasaran yang ditetapkan dalam RPJMN 2010-2014 di bidang kesehatan

diantaranya adalah : (1) pemberian imunisasi dasar pada 90 persen balita pada

2014; (2) akses air bersih 67 persen penduduk dan akses terhadap sanitasi dasar

berkualitas 75 persen penduduk sebelum 2014; (3) angka kematian ibu sebesar

118 per 100 ribu kelahiran dan angka kematian bayi menjadi 24 per 1000

kelahiran hidup pada 2014, untuk wilayah provinsi Kalimantan Selatan angka

kematian bayi diharapkan dari 34 pada tahun 2010 menjadi 30 pada tahun 2014;

(4) penerapan asuransi kesehatan nasional untuk seluruh keluarga miskin 100

persen pada 2013 dan diperluas secara bertahap untuk keluarga Indonesia

lainnya antara 2013-2014; (5) peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB

(58)

Bab IV Situasi Pembangunan Manusia

Analisis Capaian Pembangunan Manusia Kota Banjarmasin Tahun 2014 39

4.1.1. Derajat Kesehatan Masyarakat

Menurut Henrik L. Blum

(www.depkes.go.id) peningkatan

derajat kesehatan masyarakat

yang dapat diukur dari tingkat

mortalitas dan morbiditas

penduduk dipengaruhi oleh

empat faktor penentu, yaitu:

faktor-faktor lingkungan (45

persen), perilaku kesehatan (30

persen), pelayanan kesehatan

(20 persen), dan kependudukan/keturunan (5 persen). Hubungan derajat

kesehatan digambarkan Henrik L. Blum dalam Gambar 4.1. Berdasarkan teori

tersebut faktor terbesar yang mempengaruhi derajat kesehatan seseorang yaitu

faktor lingkungan. Sepertinya memang sulit mewujudkan kehidupan yang sehat

jika tinggal di lingkungan yang tidak sehat. Kondisi lingkungan di Indonesia

sendiri tampaknya belum seluruhnya mencerminkan lingkungan yang sehat.

Berdasarkan data Susenas tahun 2012, masih terdapat 18,54 persen

rumah tangga di Indonesia yang tidak memiliki tempat buang air besar.

Kemudian sebanyak 39,13 persen tidak memiliki sumber air minum bersih dan

11,50 persen jenis lantai rumahnya masih tanah. Tentu hal ini perlu mendapat

perhatian yang besar karena jika masih banyak rumah tangga yang tinggal di

Gambar

Tabel 2.1.
Gambar 2.1 Status Pembangunan Manusia
Tabel 3.1. Jumlah Kelurahan dan Luas Wilayah Kota Banjarmasin Menurut Kecamatan Tahun 2014
Tabel 3.2. Jumlah Penduduk Kota Banjarmasin per Kecamatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

BAHAWASANYA negara kita Malaysia mendukung cita- cita untuk mencapai perpaduan yang lebih erat dalam kalangan seluruh masyarakatnya; memelihara satu cara hidup demokratik;

Misalkan titik D (a,b) merupakan suatu titik pada bidang kartesius, pencerminan terhadap titik D terhadap garis x=y menghasilkan bayang yaitu Dˈ(aˈ,bˈ) dengan aˈ= -b dan

purposive sampling dengan kriteria yang digunakan adalah: (1) Perusahaan sektor pertambangan yang melaporkan corporate social responsibility ( CSR ); (2) Memiliki data- data yang

Adanya peningkatan hasil belajar dengan model pembelajaran Make a Match pada peserta didik kelas II MI NU 18 Weleri Kabupaten Kendal dalam menyelesaikan soal pada

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal tetapi mungkin juga tidak, tergantung dari kesimpulan yang dikemukakan pada

Pengembangan memperoleh hasil validasi oleh ahli materi diperoleh skor rata-rata 4,758 termasuk kategori sangat valid, hasil validasi oleh ahli media 4,5, hasil validasi oleh

Pengaturan penyelesaian piutang terhadap 2 (dua) jenis piutang ini diperlakukan sama menurut UU Nomor 49 Tahun 1960. Namun demikian, telah terjadi perubahan dalam

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa perlakuan fermentasi tepung limbah biji durian dengan ragi tape (Saccharomyces cerevisiae) dan