• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGANGKATAN ANAK MENURUT HUKUM ADAT DAN AKIBAT HUKUMNYA DI SEMARANG - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGANGKATAN ANAK MENURUT HUKUM ADAT DAN AKIBAT HUKUMNYA DI SEMARANG - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

PENGANGKATAN ANAK MENURUT HUKUM ADAT DAN AKIBAT HUKUMNYA DI SEMARANG

ABSTRAK

Pengangkatan anak bukanlah masalah baru. Sejak zaman dahulu telah di lakukan pengangkatan anak dengan cara dan motivasi yang berbeda-beda. Dalam melaksanakan pengangkatan anak lebih banyak menggunakan hukum adat yang berlaku di masyarakat Indonesia dan hukum Islam yang merupakan konsekuensi dari masyarakat Indonesia yang sebagian besar beragama Islam. Seperti yang telah di ketahui bahwa Negara kita terdiri dari pulau-pulau dan tiap-tiap pulau terdiri dari bermacam-macam suku bangsa yang masing-masing suku bangsa mempunyai adat istiadat yang berbeda. Berdasarkan pandangan hidup masing-masing itulah maka berlakunya pengangkatan anak antar perorangan di dalam hukum adat terdapat keanekaragaman antar daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Di sinilah tentunya terdapat pula perbedaan pada masing-masing daerah tentang masalah akibat hukum yang di timbulkan.Bagaimana pelaksanaan pengangkatan anak di Semarang dan apa akibat hukum dalam pengangkatan anak menurut hukum adat di Semarang. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengangkatan anak di Semarang dan Untuk mengetahui bagaimana akibat hukum pengangkatan anak menurut hukum adat di Semarang.

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yuridis empiris, metode ini mempelajari ilmu hukum berdasarkan penelaahan terhadap pelaksanaan kaidah hukum yang berlaku dalam masyarakat. Data yang digunakan meliputi baik data sekunder maupun data primer. Analisis dilakukan secara deskriptif analisis.

Pelaksanaan pengangkatan anak di Semarang, dilakukan dengan menggunakan hukum adatnya yaitu hukum adat Jawa. Tata cara yang dimaksud adalah dengan cara penyerahan suka rela dari pihak orang tua kandung si anak kepada orang tua angkat. Dalam pelaksanaan pengangkatan anak tidak digunakan surat perjanjian (surat penyerahan). Walau demikian hubungan antara anak angkat dengan orang tua kandung tidak terputus dan anak angkat tetap mewarisi harta milik orang tua kandung.

(2)

administratif yaitu permohonan penetapan pengangkatan anak ke pengadilan, baik Pengadilan Agama maupun Pengadilan Negeri.

Kata kunci : Pengangkatan anak, hukum adat.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan pengangkatan anak berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, serta untuk

Akibat hukum dari perbuatan pengangkatan anak pada masyarakat Bali adalah anak yang sudah diangkat tidak mendapat hak waris dari orang tua kandungnya

Selain itu dalam pelaksanaan pengangkatan anak WNI oleh orang tua angkat WNA, Pemerintah tetap harus melakukan pengawasan terhadap anak yang diangkat dan orang

Konsekuensi hukum Penetapan Pengadilan terkait pengangkatan anak oleh orang tua tunggal adalah anak angkat yang diangkat secara adat bali dianggap sah secara hukum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengangkatan anak pada Masyarakat Adat Bali Perantauan di DKI Jakarta serta kedudukan anak

Penelitian ini bertujuan untuk memahami konsep pengangkatan anak dalam perspektif hukum Islam, untuk memahami status, alasan, dan akibat hukum apa yang timbul dengan adanya

Kedudukan anak angkat dalam keluarga menurut Hilman Hadikusuma dalam bukunya Hukum Kekerabatan Adat dinyatakan bahwa : “Selain pengurusan dan perwalian anak dimaksud

Pengangkatan anak adopsi dalam hukum Islam dan sistem hukum di Indonesia berpotensi menimbulkan dampak negatif pada keturunan, warisan, dan hal-hal lainnya yang bertentangan dengan ajaran Islam dan hukum yang