• Tidak ada hasil yang ditemukan

contoh kasus kepemimpinan pelayanan publik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "contoh kasus kepemimpinan pelayanan publik"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Permasalahan Kepemimpinan Nasional

Saat ini.

http://www.pusakaindonesia.org/permasalahan-kepemimpinan-nasional-saat-ini/

Era Reformasi tahun 1998 telah melahirkan pergantian beberapa kali kepemimpinan nasional di Indonesia. Mulai dari presiden Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati hingga kini dibawah tampuk Susilo Bambang Yudhoyono. Namun kemunculan pemimpin nasional di era reformasi ini masih jauh dari harapan masyarakat. Hal ini dikarenakan permasalahan kepemimpinan nasional yang terjadi di negeri ini belum menemukan jawaban. Beberapa permasalahan tersebut antara lain;

1) Kurangnya integitas sebagai pemimpin nasional. Pemimpin yang mempunyai integritas memiliki kepribadian yang mantab, tidak tercela, jujur dn dihormati orang lain. Pemimpin nasional ke depan dibutuhkan orang yang mempunyai integritas tinggi, artinya tingkat hubungannya dengan yang dipimpin menyatu berdasarkan pertimbangan “rasional transformatif” bukan “emosional transaksional”. Keadaan ini akan melahirkan pemimpin yang mempunyai sifat perpaduan karakter manajer, pemimpin dan negarawan (Manager, Leader, Statesman).Reformasi yang belum mantap dan kondisi dalam negeri baik politik, ekonomi, sosbud dan hankam yang masih lemah apabila tidak cepat membangun kepemimpinan yang kokoh maka negara kita akan semakin larut dan terpuruk dalam persaingan global yang semakin ketat.

2) Kurang dapat melepaskan diri dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Hal ini dilakukan untuk mengakomodasi kepentingan sesaat bagi dirinya dan orang dekatnya, terutama yang dianggap berjasa seperti tim suksesnya. Reformasi yang bergulir sampai saat ini melahirkan UU No 28 tahun 1999 tentang penyelenggara negara yang bersih yang bebas Korupsi, kolusi dan nepotisme. Tetapi pada tataran empirik menunjukkan kasus korupsi juga terus semakin meningkat. Kasus korupsi yang diduga melibatkan pejabat negara seperti para menteri, mantan menteri, gubernur, mantan gubernur, bupati dan sebagainya menunjukkan bahwa pejabat negara yang seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat dalam tertib hukum dan tertib sosial justru malah menjadi terdakwa dengan tuntutan tindak pidana korupsi. 3) Kurang memahami moral dan etika kepemimpinan. Implementasi etka dan moral pemimpin akan memberikan panduan bagi seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Krisis yang melanda bangsa Indonesia tidak lepas dari kemerosotan moral dan etika pemimpin. Kasus Bupati Garut, misalnya, yang menikah kilat dengan cara kawin siri selama 4 hari dan melakukan perceraian dengan istrinya melalui sms telah menuai kontroversi di masyarakat yang berujung pelengseran sang Bupati.

(2)

5) Lebih mengedepankan kepentingan partainya daripada aspirasi rakyat. Kenyataan di lapangan menunjukkan partai politik tidak bisa bebas bergerak , karena banyak keentingan yang membatasi. Partai politik pendukung pemerintah sulit untuk obyektif mengkritik kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Demikian juga parpol di luar pemerintah terhambat dan terkooptasi oleh kepentingan politiknya. Kasus bank Century dapat dijadikan contoh sulitnya mengedepankan kepentingan rakyat daripada kepentingan partai.

Prinsip demokrasi dalam ketatanegaraan kita adalah bagaimana partai politik menghasilkan kepemimpinan yang berkualitas, karena demokrasi akan berkualitas bila menghasilkan pemimpin yang berbobot. Masa depan demokrasi di tanah air sangat ditentukan oleh kesanggupan demokrasi sebagai incubator untuk menciptakan pemimpin nasional yang negarawan dan visioner. (DP)

Diskusikanlah:

1. Dari artikel diatas, dirumuskan beberapa permasalahan kepemimpinan nasional, dan salah satunya adalah: Kurang memahami moral dan etika kepemimpinan. Menurut kelompok Anda moral dan etika kepemimpinan yang seperti apa yang harus dimiliki oleh pemimpin bangsa?

2. Pilihlah 1 dari beberapa kasus profil pemimpin di Indonesia beserta kasusnya, lakukan analisa mengapa hal itu dapat terjadi?, dan apa dampak dari perilaku tersebut pada dirinya sendiri sebagai figur pemimpin, institusi yang dipimpin dan masyarakat, jelaskan jawaban Anda?

(3)

Kasus 1: Aceng Fikri, PPP: Istri 4 Itu Oke,

Istri 4 Hari Itu Aneh

PROFIL PEMIMPIN:

H. Aceng H.M. Fikri, S.Ag. (lahir di Garut, Jawa Barat, 6 September 1972; umur 41 tahun) atau yang lebih dikenal dengan Aceng Fikri adalah bupati Garut yang menjabat dari 2009 sampai 2013.

Aceng Fikri menjadi populer di media pada akhir 2012 karena kasus kawin siri singkat selama empat hari yang membuatnya harus menghadapi banyak hujatan massa. Akibat kasus ini, Aceng Fikri menjadi pejabat terpilih langsung pertama yang dimakzulkan secara paksa pada tanggal 1 Februari 2013.

Dia terpilih menjadi Bupati Garut setelah memenangi Pilkada Garut 2008 dalam dua putaran sebagai calon independen bersama Diky Candra, mengungguli kandidat dari PDIP-Partai Golkar dengan mengumpulkan 57 persen suara.[3]

Pada September 2011, Wakilnya Diky Candra menyatakan telah menyampaikan pengunduran diri karena ketidakharmonisan hubungan dengannya. Sebelum Pilkada, Diky dan Aceng berjanji untuk tidak membawa politik dalam jabatan pemerintahan mereka, dan Diky menilai Aceng Fikri telah mengkhianatinya dengan masuk ke Partai Golkar dan menjabat sebagai wakil ketua DPD Jabar dari partai tersebut.[4]

Terkait kontroversi sang bupati pada Desember 2012, partai Golkar menyatakan bahwa Aceng sudah dipecat dari kepengurusan Golkar, walaupun informasi ini masih simpang siur. Menurut Ketua DPD Partai Golongan Karya (Golkar) Jawa Barat, Irianto MS. Syarifudin, Aceng dipecat sejak kasus pemukulan terhadap ketua Pengurus Anak Cabang (PAC) Banjarwangi, Garut pada saat Musdalub di Garut, 24 Februari 2012, lalu.[5] Lantaran itu,

Aceng yang dipercaya mengawal Musdalub Golkar Garut akhirnya dipecat DPD Golkar Jabar.[6]

Pada tanggal 25 Februari 2013 Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan memberikan surat pemakzulan dari Kementerian Dalam Negeri kepada Aceng Fikri dan senjak saat itu dia resmi tidak menjadi Bupati Garut dan tugasnya di ambil alih oleh Wakilnya yaitu H. Agus Hamdani G.S., S.Pd.I.[7]

BERITA TERKAIT GAYA KEPEMIMPINANNYA:

Skandal mobil dinas

(4)

Skandal nikah kilat

Pada 14 Juli 2012, dia menikah lagi secara siri dengan seorang gadis berusia 18 tahun dengan mengaku sebagai duda.[2] Gadis bernama Fani Oktora itu kemudian diceraikan empat hari

kemudian, alasannya karena sang gadis disinyalir tidak perawan lagi setelah malam pertama mereka. Sang istri siri itu diceraikan Aceng hanya melalui pesan singkat.[9] Setelah perceraian

itu, Aceng sempat mengirim pesan singkat kepada Fani: "Hai perempuan jahat, aq minta sgla pemberian aq dikembalikan".[10]

Sang bupati sendiri menampik bahwa hubungannya dengan Fani adalah pernikahan. Menurutnya, yang terjadi adalah sebuah hubungan emosional atau perikatan dengan

komitmen yang disepakati kedua belah pihak. Dia menganggap bahwa masalah ini hanyalah politisasi dari lawan politiknya menjelang pilkada untuk menjegal dirinya.[11]

Belum selesai soal persoalan nikah siri kilat 4 hari dengan Fani Oktora, sang bupati kembali tersandung kasus pernikahan singkat. Kali ini, seorang wanita di Karawang, Jawa Barat, bernama Shinta Larasati mengaku dinikahi Aceng dengan usia pernikahan 2 bulan saja.[18]

Tapi cinta Aceng tak lama. Dia akhirnya memberikan surat talak atau cerai pada Shinta bulan Juni 2011 lalu. Lewat pesan blackberry messenger, talak itu dilayangkan. Tak jauh berbeda dengan Aceng yang menceraikan FO di Garut lewat SMS dengan alasan tidak perawan lagi.

[19] Namun, menurut sang bupati, isu menikah dengan Shinta, gadis Karawang hanyalah

sebatas black campaign karena tidak lama lagi Garut akan menggelar Pilkada.

Pada tanggal 3 Desember 2012, Bupati Garut Aceng HM Fikri sepakat berdamai dengan Fani Oktora.[20]

Jakarta - Kasus pernikahan Bupati Garut Aceng HM Fikri dengan Fanny Otora (18) menjadi isu nasional karena hanya bertahan selama empat hari. Tidak kurang warga masyarakat hingga Presiden SBY memperhatikan kasus itu. Desakan agar mengundurkan

diri pun berdatangan dari berbagai pihak.

"Beristri empat itu oke, tapi nikah empat hari itu aneh. Ini memang manusia langka juga ya," komentar Ketua Fraksi PPP DPR, Hasrul Azwar, di sela-sela diskusi RUU Antimiras di ruang fraksi PPP di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (12/12/2012). Dia memandang, tidak sepatutnya seorang bupati berbuat demikian. Meski tidak terkait langsung dengan kinerja pemerintahan daerah Garut, namun secara moral menceraikan istri yang baru dinikahi empat hari sebelumnya, bukan seseuatu yang dapat dibenarkan. "Harus lengser, dia tak menjadi panutan lagi. Harus dipecat! Harus ada sanksi sosial!" ujarnya.

(5)

Kasus 2: Suap Akil Mochtar, Hakim MK

Diperiksa KPK

PROFIL PEMIMPIN:

Dr. H. M. Akil Mochtar, S.H., M.H. (lahir di Putussibau, Kalimantan Barat, 18 Oktober 1960; umur 53 tahun)[2] adalah Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia periode 2013

dan Hakim Konstitusi periode 2008-2013. Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai anggota DPR RI periode 1999-2004, dan kemudian terpilih lagi untuk periode 2004-2009, juga sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR RI (bidang hukum, perundang-undangan, HAM dan keamanan) periode 2004-2006.[3] Akil bergabung menjadi Hakim Konstitusi pada tahun 2008,

dan terpilih sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi pada bulan April 2013 menggantikan Mahfud MD.[4], Namun karena terbukti terlibat dan menjadi tersangka dalam kasus

penyuapan sengketa Pilkada Kabupaten Lebak Banten, dia diberhentikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 5 Oktober 2013.

Muhammad Akil Mochtar lahir di Putussibau, Kalimantan Barat, pada tanggal 18 Oktober 1960. Setelah menyandang gelar Sarjana Hukum, Akil menjalani profesi sebagai seorang pengacara. Pada tahun 1998, Akil bergabung dengan Partai Golongan Karya dan terpilih sebagai anggota DPR RI periode 1999-2004 mewakili daerah pemilihan Kabupaten Kapuas Hulu, dengan perolehan 85 persen suara. Ia menjadi anggota DPR RI di Komisi II,

membidangi pemerintahan dalam negeri, otonomi daerah, aparatur negara, dan agraria. Akil kemudian terpilih lagi sebagai anggota DPR untuk periode 2004-2009, sekaligus menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR RI (bidang hukum, perundang-undangan, HAM, dan keamanan).[5]

Pada tahun 2008, bersamaan dengan dibukanya pendaftaran calon Hakim Konstitusi, Akil juga ikut mendaftar dan terpilih sebagai Hakim Konstitusi. Pada bulan April 2013, Akil terpilih sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi menggantikan Mahfud MD. Karena telah menjabat sebagai Ketua MK, sebagai Hakim Konstitusi, masa jabatan Akil berakhir pada tanggal 16 Agustus 2013. DPR kemudian memperpanjang masa jabatannya untuk periode kedua (2013-2018) sebagai Hakim Konstitusi.Ia diberhentikan sebagai ketua MK pada tanggal 5 Oktober 2013 terkait dengan kasus penyuapan sengketa Pilkada.[4]

BERITA TERKAIT GAYA KEPEMIMPINANNYA:

Kasus penyuapan sengketa Pilkada

(6)

Pada Rabu, 2 Oktober 2013, Akil ditangkap KPK di rumah dinasnya di Jakarta terkait dugaan menerima suap dalam penanganan gugatan pemilukada Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah dan Kabupaten Lebak, Banten[6]. Esok harinya, ia dan 5 orang lainnya resmi

ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK[7]. Kelima orang tersebut salah satunya Chairun Nisa,

anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar, bupati Gunung Mas Hambit Bintih, seorang pengusaha Tubagus Chaeri Wardana yang juga adik kandung Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah sekaligus suami dari Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany.

Pada saat melakukan penggeledahan di ruang kerja Akil di gedung Mahkamah Konstitusi, penyidik KPK menemukan narkoba dan obat kuat.[8] Barang bukti itu langsung diserahkan ke

pihak kepolisian dan ditangani pihak BNN.

Pada 5 Oktober, setelah menggelar pertemuan dengan beberapa pimpinan lembaga tinggi negara, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono resmi memberhentikan sementara Akil Mochtar dari posisi Ketua Mahkamah Konstitusi.

http://news.liputan6.com/read/762165/kasus-suap-akil-mochtar-hakim-mk-diperiksa-kpk

Liputan6.com, Jakarta : Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus mendalami perkara dugaan suap pengurusan gugatan sengketa Pilkada Lebak, Banten, di Mahkamah Konstitusi (MK). Kasus itu telah menjerat 3 orang sebagai tersangka, termasuk mantan Ketua MK Akil Mochtar yang diduga menerima suap.

Untuk menelusuri kasus tersebut, salah satu saksi yang akan diperiksa oleh penyidik KPK pada Senin (2/12/2013) ini adalah Hakim MK Maria Farida Indrati.

Mengenakan busana hijau, Maria yang telah tiba di gedung KPK tepat pukul 09.50 WIB enggan berkomentar banyak perihal perkara itu. Bahkan, ia mengaku tak tahu soal kasus yang juga sudah menjerat adik kandung Gubernur Atut, Tubagus Chaery Wardana tersebut.

"Saya belum tahu soal perkara Lebak," kata Maria Farida sambil masuk ke lobi gedung KPK. Perkara ini terungkap setelah penyidik KPK melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap Akil Mochtar di kediamannya yang terletak di Kompleks Widya Chandra, Jakarta pada 2 Oktober 2013 lalu.

Dalam operasi yang juga berhasil menangkap seorang anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar, Chairun Nisa, penyidik mengamankan uang tunai dalam bentuk dollar dan rupiah senilai Rp 3 miliar

KPK Sangkakan Ketua Nonaktif MK Lakukan TPPU

.

http://www.solopos.com/2013/10/26/kasus-akil-mochtar-kpk-sangkakan-ketua-nonaktif-mk-lakukan-tppu-459829

(7)

“Forum ekspose (gelar perkara) di KPK pada beberapa hari lalu setuju untuk meningkatkan surat perintah penyidikan (sprindik) TPPU atas tersangka AM (Akil Mochtar),” kata Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto melalui pesan singkat di Jakarta seperti dilansir Antara, Sabtu (26/10/2013).

Akil disangkakan pasal 3 Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 Jo Pasal 65 ayat (1) KUHP.

Ancaman pelanggar pasal tersebut adalah maksimal 20 tahun dan denda Rp10 miliar.

“KPK juga ingin mengucapkan terima kasi atas informasi yang diberikan publik atas aset dan kekayaan tersangka MA, juga tersangka lainnya seperti TCW (Tubagus Chaeri Wardana),” tambah Bambang.

Bambang memastikan bahwa KPK memblokir dan menyita aset dan rekening Akil. “Seluruh rekening yang diketahui KPK sudah diblokir dan sebagian aset yang sudah diketahui juga telah dilakukan upaya paksa sita,” ungkap Bambang.

Namun, pengacara Aki, Otto mengatakan penyitaan barang yang dilakukan KPK tidak ada kaitannya dengan pokok perkara karena melakukan penyitaan barang yang tidak ada kaitannya dengan pokok perkara.

“Persoalan sekarang barang diangkat (disita), dikembalikan, dan disita lagi, akan tetapi kepada Akil tidak pernah disebutkan (Pasal 12 B). Ini ke mana pasal ini? Dasar hukumnya di mana? Berarti sewenang-wenang,” kata Otto pada Jumat (25/10).

Otto bahkan menyatakan bahwa Akil dan tim pengacara belum diberi tahu tentang penerapan Pasal 12 B yang dijadikan pasal penyitaan dan penetapan Akil dengan sangkaan menerima gratifikasi.

Sebelumnya KPK sudah menerapkan pasal 12 huruf c atau pasal 6 ayat 2 Undang-undang No 31 tahun 1999 sebagaimana diubah UU No 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP tentang hakim yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili pada 3 Oktober 2013.

(8)

Kasus 3: Australia Sadap Petinggi RI,

Kerjasama Strategis Bisa Terganggu

http://fokus.news.viva.co.id/news/read/459849-australia-sadap-petinggi-ri--kerjasama-strategis-bisa-terganggu

PROFIL PEMIMPIN:

Jend.TNI (Purn.) Dr.H. Susilo Bambang Yudhoyono GCBAC (lahir di Tremas, Arjosari, Pacitan, Jawa Timur, Indonesia, 9 September1949; umur 64 tahun) adalah Presiden

Indonesia ke-6 yang menjabat sejak 20 Oktober2004. Ia, bersama Wakil Presiden

Muhammad Jusuf Kalla, terpilih dalam Pemilu Presiden 2004[1][2]. Ia berhasil melanjutkan

pemerintahannya untuk periode kedua dengan kembali memenangkan Pemilu Presiden 2009, kali ini bersama Wakil Presiden Boediono. Sehingga, sejak era reformasi dimulai, Susilo Bambang Yudhoyono merupakan Presiden Indonesia pertama yang menyelesaikan masa kepresidenan selama 5 tahun dan berhasil terpilih kembali untuk periode kedua.

Yudhoyono yang dipanggil "Sus" oleh orangtuanya dan populer dengan panggilan "SBY"[3],

melewatkan sebagian masa kecil dan remajanya di Pacitan. Ia merupakan seorang pensiunan militer. Selama di militer ia lebih dikenal sebagai Bambang Yudhoyono. Karier militernya terhenti ketika ia diangkat Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada tahun 1999 dan tampil sebagai salah seorang pendiri Partai Demokrat. Pangkat terakhir Susilo Bambang Yudhoyono adalah Jenderal TNI sebelum pensiun pada 25

September2000. Pada Pemilu Presiden 2004, keunggulan suaranya dari Presiden Megawati Soekarnoputri membuatnya menjadi presiden pertama yang terpilih melalui pemilihan langsung oleh rakyat Indonesia. Hal ini dimungkinkan setelah melalui amandemen UUD 1945.

Dalam kehidupan pribadinya, Ia menikah dengan Kristiani Herrawati yang merupakan anak perempuan ketiga Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo (alm), komandan RPKAD (kini Kopassus) yang turut membantu menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965.

Latar belakang dan keluarga

Ia lahir di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur pada 9 September 1949 dari anak pasangan Raden Soekotjo dan Siti Habibah. Dari silsilah ayahnya dapat dilacak hingga Pakubuwana serta memiliki hubungan dengan trah Hamengkubuwana II[4].

(9)

Agus adalah lulusan dari SMA Taruna Nusantara tahun 1997 dan Akademi Militer Indonesia tahun 2000. Seperti ayahnya, ia juga mendapatkan penghargaan Adhi Mekayasa dan seorang prajurit dengan pangkat Letnan Satu TNI Angkatan Darat yang bertugas di sebuah batalion infantri di Bandung, Jawa Barat. Agus menikahi Anissa Larasati Pohan, seorang aktris yang juga anak dari mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia. Sejak pertengahan 2005, Agus menjalani pendidikan untuk gelar master-nya di Strategic Studies at Institute of Defense and

Strategic Studies, Singapura. Anak yang bungsu, Edhie Baskoro lulus dengan gelar ganda

dalam Financial Commerce dan Electrical Commerce tahun 2005 dari Curtin University of

Technology di Perth, Australia Barat.

Masa kepresidenan

MPR pada periode 1999–2004 mengamandemen Undang-Undang Dasar 1945 UUD 1945 sehingga memungkinkan presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat. Pemilu presiden dua tahap kemudian dimenanginya dengan 60,9 persen suara pemilih dan terpilih sebagai presiden. Dia kemudian dicatat sebagai presiden terpilih pertama pilihan rakyat dan tampil sebagai presiden Indonesia keenam setelah dilantik pada 20 Oktober 2004 bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla. Ia unggul dari pasangan Presiden Megawati

Soekarnoputri-Hasyim Muzadi pada pemilu 2004.

Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN) sebagai prioritas penting dalam kepemimpinannya selain kasus terorisme global. Penanggulangan bahaya narkoba, perjudian, dan perdagangan manusia juga sebagai beban berat yang membutuhkan kerja keras bersama pimpinan dan rakyat.

Di masa jabatannya, Indonesia mengalami sejumlah bencana alam seperti gelombang tsunami, gempa bumi, dll. Semua ini merupakan tantangan tambahan bagi Presiden yang masih bergelut dengan upaya memulihkan kehidupan ekonomi negara dan kesejahteraan rakyat.

Susilo Bambang Yudhoyono juga membentuk UKP4R, sebuah lembaga kepresidenan yang saat ini diketuai oleh Kuntoro Mangkusubroto (Marsilam Simandjuntak pada saat

pembentukan) pada 26 Oktober 2006.[12] Lembaga ini pada awal pembentukannya mendapat

tentangan dari Partai Golkar seiring dengan isu tidak dilibatkannya Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pembentukannya serta isu dibentuknya UKP4R untuk memangkas kewenangan Wakil Presiden, tetapi akhirnya diterima setelah SBY sendiri menjelaskannya dalam sebuah keterangan pers.

BERITA TERKAIT GAYA KEPEMIMPINANNYA:

VIVAnews - Nila setitik, rusak susu sebelanga. Hubungan diplomatik Indonesia dan

Australia, yang beberapa tahun terakhir begitu bersahabat, kini menjadi panas. Hubungan itu terganggu setelah media massa internasional menulis rahasia yang dibocorkan Edward Snowden soal ulah Canberra memata-matai Indonesia. Indonesia, yang sering disebut para pemimpin Australia sebagai sahabat dekat dan mitra strategis, tentu saja marah dengan aksi intelijen itu.

(10)

beserta istri dan para pejabatnya pada 2009.

Kemarahan dari Jakarta terus berlanjut. Setelah memanggil pulang Duta Besar RI untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, dari Canberra, Presiden Yudhoyono mengungkapkan kemarahannya atas skandal penyadapan Australia ini melalui akun pribadinya di Twitter.

Bersama AS, tindakan Australia itu "Sangat mencederai kemitraan strategis dengan

Indonesia, sebagai sesama negara demokrasi," demikian tweet langsung dari SBY, yang dia tulis juga dalam bahasa Inggris.

Bahkan, akibat skandal itu, pemerintah RI tidak sekadar memanggil pulang Dubes Nadjib, melainkan juga akan, "Meninjau kembali sejumlah agenda kerjasama bilateral, akibat

perlakuan Australia yang menyakitkan itu," demikian lanjut SBY. Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa pun mengungkapkan bahwa skandal penyadapan ini bakal menurunkan derajat hubungan Indonesia dan Australia.

Kemarahan di Indonesia, yang selama ini belum puas atas penjelasan dari Canberra soal skandal penyadapan yang diungkap Snowden, tampaknya terus berlanjut. Perdana Menteri Tony Abbott hanya merasa menyesal atas apa yang dialami SBY soal penyadapan yang dikabarkan media massa, namun dia tidak bersedia minta maaf seperti yang dituntut beberapa pihak, termasuk dari kubu oposisi di Australia.

Alih-alih meminta maaf, Abbott malah mendukung apa pun yang sudah dilakukan pemerintahan sebelumnya dan saat ini untuk terus mengumpulkan informasi demi

kepentingan nasional Australia. Selama Abbott dan para pejabatnya belum minta maaf secara resmi atau memberi penjelasan yang memuaskan kepada Indonesia soal skandal penyadapan itu, hubungan kedua negara akan terus tegang.

Kerjasama Keamanan

Ketegangan bilateral ini pada akhirnya bisa mempengaruhi kerjasama strategis Indonesia dan Australia yang selama ini berlangsung erat. Dua faktor yang menjadi perhatian serius adalah kerjasama di bidang keamanan dan ekonomi. Apakah dua faktor yang selama ini mempererat hubungan kedua negara itu bisa langsung terganggu?

Pernyataan dari pejabat keamanan dan politisi di Indonesia mengisyaratkan bahwa kerjasama keamanan Indonesia dan Australia dalam waktu dekat bisa terganggu. Padahal, Australia selama ini menjadikan Indonesia sebagai mitra strategis dalam kerjasaman antiterorisme dan penyelundupan manusia.

(11)

Namun, Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Sutarman, sudah menyatakan siap menghentikan semua program kerjasama dengan Australia bila diperintahkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hal itu disampaikan Sutarman menanggapi terkuaknya penyadapan yang dilakukan intelijen Australia, Defense Signals Directorate (DSD).

"Polri punya kerjasama dengan Australia, tapi kalau Presiden memerintahkan dihentikan, akan laksanakan," kata Sutarman usai pertemuan Kapolri dengan Insan Pers di Mabes Polri, Jakarta, Selasa 19 November 2013.

Dalam sepuluh tahun terakhir, sejak Bom Bali I, kerjasama aparat keamanan Indonesia dan Australia menanggulangi teroris berjalan sangat erat. Australia mendukung pembentukan dan pelatihan Densus 88 yang berhasil menangkap banyak teroris di Indonesia, termasuk trio pengebom di Bali Oktober 2002.

Menurut Sutarman, kerjasama Polri dengan Australia saat ini adalah berupa peralatan dan perlengkapan milik Polri. Barang-barang tersebut adalah Jakarta Center for Law Enforcement (JCLEC) yang terletak di Semarang. Program penanggulangan trans national crime, people smuggling, trafficking in person, dan terorisme, semua itu dibantu oleh Australia.

Polri dan Australian Federal Police (AFP) juga memiliki program pelatihan dan dukungan laboratorium cyber crime Bareskrim dan laboratorium DNA di Cipinang guna pengungkapan kasus. "Kerjasama ini police to police cooperation. Kalau diminta berhenti, kami siap

berhenti," katanya.

Wakil Ketua Komisi I Bidang Pertahanan dan Luar Negeri DPR, Tubagus Hasanuddin, mengatakan, Indonesia tidak akan lumpuh tanpa kerjasama dengan Australia. Bahkan, menurut Tubagus, Indonesia juga memiliki 'kartu truf' untuk menggoyang Australia. Selain bisa menghentikan pasokan informasi jaringan teroris kepada Australia, lanjut Tubagus, Indonesia pun bisa tidak lagi membantu Australia soal penanggulangan imigran gelap.

"Kalau Indonesia seperti itu, kelabakan dia (Australia)," kata politisi PDIP itu.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi I lainnya, Ramadhan Pohan. Menurut dia, tanpa Australia, Indonesia akan terus berkembang.

"Jangan sekali-sekali berpikir kita karam tanpa Australia. Kita tidak bisa didikte sembari dilecehkan. Mereka hadapi pengungsi 15 ribu per tahun saja kelabakan, apalagi tanpa ada kerjasama," ujar dia.

(12)

terutama dalam menanggapi masalah penyelundupan manusia."

Pebisnis Optimistis

Sementara itu, kerjasama ekonomi dan perdagangan antara Indonesia dan Australia untuk sementara ini tampak tidak terganggu oleh ketegangan akibat skandal penyadapan ini. Para pejabat ekonomi dan pebisnis Indonesia berharap masalah ini bisa segera diatasi tanpa harus mengganggu iklim bisnis kedua negara.

“Hubungan ekonomi kedua negara tetap jalan,” kata Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa 19 November 2013. Menurutnya, kemitraan ekonomi harus berlangsung proporsional, jangan sampai terkendala renggangnya hubungan diplomatik Indonesia-Australia.

Meski demikian, Hatta menekankan pentingnya Australia memberikan penjelasan soal penyadapan yang mereka lakukan terhadap para pejabat negara RI. “Kepercayaan kami kepada sahabat, kepada tetangga, dicederai dengan ketidakpercayaan seperti itu. Kalau Menseneg disadap, presiden disadap, pembantu dekat presiden disadap, itu sudah masuk ke jantung pemerintahan. This is very serious,” kata dia.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengeluarkan pernyataan senada. Ia meminta penyadapan Australia terhadap Indonesia disikapi serius agar jangan sampai mengganggu kerjasama kedua negara di sektor ekonomi. “Indonesia bersama Australia menjalin hubungan di berbagai sektor, antara lain pertanian dan peternakan. Semua harus diukur,” kata dia.

Peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat itu berpendapat penyadapan merupakan bentuk pengkhianatan dahsyat yang mengganggu hubungan antarnegara. “Perlu ditindak tegas agar ke depannya tidak terjadi lagi,” ujar Gita.

Tapi Indonesia juga harus memikirkan juga kepentingan ekonomi nasional. “Misalnya bila ada pemikiran menghentikan impor sapi dari Australia, harus dikalkulasi bagaimana efeknya terhadap harga daging sapi domestik di RI, dan apakah daging kita cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional yang meningkat 15 persen setiap tahunnya,” kata Gita.

Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN), Chairul Tanjung, berpendapat aksi penyadapan yang dilakukan Australia tidak mengganggu iklim investasi kedua negara. Dia menganggap permasalahan ini lebih berkaitan dengan kepentingan politik.

Ditariknya Duta Besar Indonesia dari Australia tersebut, menurutnya, merupakan langkah yang tepat. Hal itu menunjukan pemerintah tegas menanggapi permasalahan ini. "Itu kan sebenarnya sebagai bentuk protes, terhadap sikap Australia, yang tidak bersahabat secara baik dengan Indonesia," ungkapnya.

(13)

mempengaruhi iklim bisnis dan investasi di Indonesia.

"Terkait investasi dan bisnis tidak ada itu kaitannya, saya tidak melihat itu. Tapi kita harus menunjukan sikap politik yang keras terhadap hal ini," katanya.

Bagi Australia, Indonesia adalah mitra dagang ke-12 dan pasar expor ke-11 terbesar. Sebaliknya, bagi Indonesia, Australia adalah mitra dagang terbesar ke 9 dan pasar expor terbesar ke 9. Sejalan dengan itu, investasi timbal balik antara kedua negara relatif kecil.

Meski sering panas dingin dalam berhubungan, diketahui, Indonesia adalah negara penerima bantuan terbesar dari Australia. Pada tahun 1976-1979, Australia menggelontorkan bantuan sebesar AU$86 juta untuk Indonesia. Bantuan itu berupa proyek, bantuan pangan, dan program pelatihan.

Untuk tahun ini saja, alokasi bantuan Australia untuk Indonesia tercatat sebesar Rp5,5 triliun atau AU$540 juta. Sektor pendidikan menjadi prioritas utama Australia bagi Indonesia, selain juga sektor kesehatan, infrastruktur, perlindungan sosial.

Selain itu, Australia menjadi negara tujuan belajar nomor dua bagi Indonesia, setelah Amerika Serikat. Jumlah warga Indonesia yang belajar di Australia pada tahun 1999

sebanyak 18.748, dan tahun 2000 17.626 orang. Namun, Australia adalah satu-satunya negara yang mengajarkan bahasa Indonesia di sekolah-sekolah. Seperti di New South Wales, dan juga di Universitas Monash di Melbourne.

Referensi

Dokumen terkait

untuk masyarakat yang kurang memadai dan kurang memenuhi standar di bidang pelayanan publik yaitu bidang kesehatan, dan peneliti berkeinginan untuk mengetahui

Penyelenggra pemerintah di kehidupan masyarakat cenderung diwarnai praktek-praktek maladministrasi, korupsi dan nepotisme(KKN), secara gamlang masyarakat pada saat itu

Saya tidak akan melakukan praktek korupsi, kolusi dan nepotisme dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau kelompok tertentu, menyalahgunakan wewenang,

Saya tidak akan melakukan praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau kelompok tertentu, menyalahgunakan

Pasal 423 KUHP yang diadopsi dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi adalah sebagai berikut: “Pegawai negeri yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri