• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI KARTU SIBIJAK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI PEMBELIAN DI NU SWALAYAN GAPURA SUMENEP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI KARTU SIBIJAK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI PEMBELIAN DI NU SWALAYAN GAPURA SUMENEP."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI KARTU SIBIJAK DALAM MENINGKATKAN

MOTIVASI PEMBELIAN DI NU SWALAYAN

GAPURA SUMENEP

SKRIPSI

Oleh :

ZAINORRAHMAN

NIM : C04212043

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Kontribusi Kartu Sibijak Dalam Meningkatkan Motivasi Pembelian Di NU Swalayan gapura sumenep” ini merupakan hasil penelitian kualitatif yang bertujuan menjawab pertanyaan tentang bagaimana penerapan kartu sibijak dalam meningkatkan motivasi pembelian di NU swalayan dan bagaimana kontribusi kartu sibijak dalam meningkatkan motivasi pembelian di NU swalayan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian lapangan (field rescarch), yang mana penelitian ini dalam bentuk lapangan yaitu dengan terjun langsung kelapangan untuk menggali data. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dengan pihak BMT NU, swalayan, dan responden pemegang kartu sibijak. Selain wawancara peneliti juga menggunakan observasi lapangan dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini menyatakan bahwa penerapan kartu sibijak yakni calon anggota terlebih dahulu harus menjadi anggota ( pemegang saham ) untuk mendapatkan sibijak. Kedua sibijak bisa memudahkan nasabah untuk berbelanja ke NU swalayan. Kartu sibijak bisa diambil manfaatnya oleh nasabah dan berkontribusi kepada NU swalayan dan pengurus Nahdatul Ulama sumenep.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i`

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ...viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 8

C. Batasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 10

G. Definisi Oprasional ... 11

H. Tinjauan Pustaka ... 12

I. Metode Penelitian ... 15

J. Sistematika Pembahasan ... 20

BAB II STRATEGI PEMASARAN, MOTIF PEMBELIAN DAN PRILAKU KONSUMEN ... 23

A. Strategi Pemasaran Produk ... 23

(8)

2. Perencanaan ... 25

3. Pelaksanaan ... 26

4. Pengendalian ... 27

B. Motif Pembelian... 27

C. Pengambilan Keputusan Pembelian... 31

1. Definisi pengambilan keputusan pembelian ... 32

2. Proses pengambilan keputusan pembelian ... 32

D. Perilaku Konsumen ... 36

1. Pengertian perilaku konsumen ... 36

2. Model perilaku konsumen ... 38

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen ... 39

BAB III PENERAPAN DAN KEGUNAAN KARTU SIBIJAK PADA ANGGOTA BMT NU GAPURA SUMENEP ... 45

A. Latar Belakang Dan Sejarah Berdirinya BMT NU Dan NU Swalayan Gapura Sumenep ... 45

1. Sejarah berdirinya BMT NU Gapura Sumenep ... 45

2. Visi Dan Misi BMT NU ... 49

B. Sejarah berdirinya NU Swalayan ... 51

1. Visi dan misi NU Swalayan ... 52

2. Struktur jabatan di NU Swalayan ... 53

C. Penerapan Kartu Siibijak ... 53

1. Tujuan NU swalayan menciptakan kartu sibijak ... 53

2. Ketentuan umum ... 55

3. Prosedur penjualan kartu sibijak ... 55

(9)

BAB IV ANALISIS KONTRIBUSI KARTU SIBIJAK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI PEMBELIAN DI NU SWALAYAN GAPURA

SUMENEP ... 62

A. Penerapan Kartu Sibijak Dalam Meningkatkan Motivasi Pembelian Di NU Swalayan Gapura Sumenep... 63

B. Kontribusi Kartu Sibijak Dalam Meningkatkan Motivasi Pembelian Di NU Swalayan Gapura Sumenep... 66

BAB V PENUTUP ... 70

A. KESIUMPULAN ... 70

B. SARAN ... 71

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia akhir-akhir ini pasar swalayan berkembang sangat

pesat. Swalayan adalah pelayanan sendiri oleh pembeli karena perusahaan

tidak menyediakan pramuniaga1, berarti pembeli mejalankan sendiri proses

pencarian produk yang akan dibelinya, menemukan, lalu mebandingkan dan

memilih yang sesuai dengan kebutuhan. Swalayan ini umumnya berbetuk

bangunan megah dimana berkumpul segala macam komoditas mulai

makanan, alat rumah tangga, tekstil dan garmen. Terus meningkat

menyebabkan tingkat persaingan di bidang bisnis retail yang ada semakin

ketat sehingga menuntut pihak pengusaha untuk menyusun kebijakan dalam

rangka menghadapi persaingan yang ada.

Data yang diperoleh di Asosiasi Koperasi Ritel Indonesia (AKRI)

Jawa Timur menyebutkan toko ritel milik koperasi di provinsi tersebut saat

ini sedikitnya 7.500 unit. Sebagian besar masih berupa toko konvensional,

dan asosiasi tersebut melalui dukungan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro

Kecil Menengah Jawa Timur terus memfasilitasi pembenahan menjadi

swalayan2.

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI

2m.bisnis.com.“ Koperasi Jadi Ritel Modern Beri Peluang Bisnis Distributor”.http://m.bisnis.com

(11)

2

Untuk memahami kebutuhan konsumen bukanlah pekerjaan mudah

dan sederhana, tetapi bukan suatu yang mustahil untuk dilakuka.

Menganalisis perilaku konsumen akan lebih mendalam dan berhasil apabila

perusahaan memahami manusia secara keseluruhan. Kekuatan faktor sosial

dan budaya serta prinsip-prinsip ekonomis dan strategis.

Namun kemudian yang terjadi dikalangan masyarakat daya membeli

di swalayan adalah harga, Faktor ini menjadi sangat penting terutama bagi

masyarakat dikalangan menengah ke bawah. Harga yang mereka cari

biasanya adalah harga yang lebih murah dibandingkan tempat berbelanja

lainnya dan sesuai dengan uang belanja mereka.

Di swalayan, meskipun tidak biasa di tawar namun swalayan

memiliki cara yang unik untuk menarik para pembeli. Yaitu dengan

penawaran diskon, setiap barang yang didiskon oleh swalayant umumnya

adalah barang-barang yang sering dibeli atau barang yang menjadi

kebutuhan pribadi bagi pembeli, contohnya adalah buku, pakaian, alat-alat

rumah tangga, dan kebutuhan pokok seperti beras, susu dan sebagainya.

Diskon yang ditawarkan di swalayan juga tidak sedikit mulai dari

30% sampai dengan 90%. Dengan diskon yang besar-besaran ini semakin

membuat pembeli berminat untuk berbelanja di swalayan ataupun

supermarket dan meninggalkan pasar tradisional. Sedangkan di pasar

tradisional, pembeli harus pandai-pandai menawar demi mendapatakan harga

yang sesuai dengan yang diharapakan. Dengan tawar menawar harga, sering

(12)

3

jual beli berjalan lama dan susah. Akhirnya harga yang didapat juga kurang

begitu memuaskan.

Di samping itu pedagang pasar tradisional juga jarang memberikan

potongan harga pada pembelinya, sehinggga dari keadaan tersebut banyak

pembeli yang beralih ke swalayan. Perubahan gaya hidup konsumen dalam

prilaku membeli barang ritel diantaranya dipengeruhi oleh kemudahan dan

penjaminan mutu dari pasar modern diantaranya : pertama melalui skala

ekonominya, pasar modern dapat menjual lebih banyak produk yang lebih

berkualitas dengan harga yang lebih murah. Kedua, informasi daftar harga

setiap barang tersedia dan dengan mudah diakses publik. Ketiga, pasar

modern menyediakan lingkungan berbelanja yang lebih nyaman dan bersih,

dengan jam buka yang lebih panjang, dan menawarkan aneka pilihan

pembayaran seperti kartu kredit untuk peralatan rumah tangga berukuran

besar. Keempat, produk yang dijual di pasar modern, seperti bahan pangan,

telah melalui pengawasan mutu dan tidak akan dijual bila telah kadaluarsa.

Apabila kebutuhan pelanggan dalam mengkonsumsi suatu jasa atau produk

dapat memenuhi rasa kebutuhan dan keinginannya maka kualitas yang

diberikan dipandang baik atau positif3.

Islam mengajarkan bila ingin memberikan hasil usaha baik berupa

barang maupun pelayanan/jasa hendaknya memberikan yang berkualitas,

(13)

4

jangan memberikan yang buruk atau tidak berkualitas kepada orang lain4.

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah 267 :

 sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.5”

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern

dewasa ini menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup yang

berkembang di masyarakat kita. Tidak hanya di kota metropolitan tapi sudah

merambah di kota kecil di tanah air. Sangat mudah menjumpai Swalayan

atau Minimarket, di sekitar tempat tinggal kita. Tempat-tempat tersebut

menjanjikan tempat yang nyaman dengan harga yang tidak kalah

menariknya.

Seperti yang terjadi di Kec. Gapura Kab. Sumenep sekarang ini,

terdapat beberapa Minimarket dan Swalayan di antaranya Basmalah

Swalayan, NU Swalayan dan tiga Indomaret. Sehingga masyarakat Gapura

sangat mudah untuk berbelanja dan mengatasi segala kebutuan sehari-hari.

4Fatchur Rochman Analisis Kepuasan Konsumen Pada Kualitas Layanan Mobile Banking GPRS Bank Syariah Mandiri Surabaya Barata, (Skripsi--Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2013), 1

5 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Asy

(14)

5

Keberadaan swalayan di Gapura itu tidak lepas dari berkembangnya

berbagai lembaga keuangan termasuk di kab. Sumenep. Saat ini

dilatarbelakangi oleh kebutuhan masyarakat akan lembaga keuangan yang

bisa mendukung perekonomian mereka. Lembaga keuangan tersebut

diharapkan bisa menyokong seluruh bagian masyarakat, mulai dari kalangan

atas, menengah, sampai bawah. Dalam keadaan seperti ini muncullah BMT

(Baitul Maal wat Tamwil) yang dirasa bisa mendukung perekonomian

masyarakat kalangan bawah dalam rangka meningkatkan derajat hidup

mereka. BMT dijalankan dengan landasan syariah, oleh sebab itu aspek

ekonomi yang dijalankan harus sesuai dengan kaidah Islam. BMT juga

berperan sebagai lembaga keuangan non bank syariah yang berperan sebagai

jalan untuk menghidupkan masjid sebagai pusat ekonomi umat sehingga

masyarakat yang selama ini bergantung terhadap rentenir bisa terbantu

dengan adanya BMT-BMT yang berdiri di tengah kalangan masyarakat.

Baitul Maal wat Tamwil Nahdatul Ulama (BMT NU) Gapura

merupakan salah satu lembaga keuangan yang berbasis syariah yang berada

di kota sumenep. Lembaga tersebut merupakan lembaga yang sangat popular

dikalangan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa penghargaan yang

dicapai oleh lembaga keuangan tersebut. Salah satunya adalah penghargaan

koperasi berprestasi tahun 2015, dan lain sebagainya6.

Selain itu dengan kesuksesan menjalankan dan kesemangatan yang

tinggi para pengurus dan direktur BMT NU Gapura Sumenep dalam hal

(15)

6

pengembangan perekonomian masyarakat setempat, BMT NU dapat

melebarkan jaringan sehingga bisa membuka cabang-cabang diluar daerah

Gapura misal Pragaan, Batang-Batang, dll. Selain itu, KSPPS BMT

Nahdatul Ulama Gapura juga melebarkan jaringan dengan bekerjasama

usaha lain, yakni sewa mobil dan toko swalayan di Gapura.

Dari berkembangnya lembaga keuangan syariah seperti yang

dijelaskan di atas maka munculah NU swalayan Gapura. Di swalayan ini

sebenarnya tidak jauh berbeda dengan swalayan lainnya misalkan basmalah,

indomart dll. Namun ada hal yang menarik di NU swalayan tersebut, yakni

adanya kartu SIBIJAK yang dikeluarkan oleh BMT NU.

Kartu SIBIJAK, merupakan kartu member yang dikeluarkan oleh

BMT NU Gapura Sumenep untuk mempermudah nasabah yang berbelanja di

NU swalayan tersebut. Disamping keunggulan layanan dan diskon tersebut

diatas, fasilitas yang didapatkan atas kartu SIBIJAK ini adalah bagi hasil,

pengganti uang tunai, dan banyak lainnya. Sistem yang ada di kartu sibijak

yang dikeluarkan oleh BMT NU Gapura ini untuk menghindari sistem bunga

adalah dengan cara menerapkan sistem bagi hasil atau profit and loss sharing

(PLS) untuk pembelian di NU swalayan. Sehingga dengan penawaran

fasilitas tersebut masyarakat tertarik untuk berbelanja di tempat NU

swalayan Gapura Sumenep.

Untuk itu, BMT NU harus mampu menjaga nasabahnya agar tetap

memberi kepercayaan terhadap BMT NU, sehingga kontribusi terhadap

(16)

7

Dengan melihat kondisi semacam ini swalayan harus mampu

menjaga pelanggan sehingga konsumen merasa puas dengan produk

SIBIJAK, konsumen yang tidak puas tentu tidak akan mengulangi atau tidak

memilih lagi produk yang sama sehingga timbul kekecewaan dan

ketidakpuasan, apalagi sekarang didukung dengan banyaknya pilihan

swalayan yang lainnya, sehingga membuat mereka memiliki banyak

perbandingan untuk memilih swalayan mana yang lebih sesuai dengan selera

dan keinginannya, karena faktor yang mempengaruhi konsumen dalam

membeli adalah unsur-unsur yang meliputi produk, harga, promosi,

pelayanan, fasilitas fisik dan lain-lain7.

Tingkat kepuasan/ketidakpuasan ini juga akan dipengaruhi oleh

evaluasi konsumen atas ekuitas pertukaran, serta oleh kontribusi mereka

terhadap kinerja produk, Evaluasi dilakukan berdasarkan penilaian

keseluruhan antara apa yang dialami dibandingkan dengan yang diharapkan8.

Begitu pula dengan BMT NU kepuasaan terhadap produk yang sudah

dikeluarkan kepada nasabah dengan system bagi hasil dan ganti uang, itu

bisa di lihat sejauh mana nasabah berbelanja di NU swalayan. Pada dasarnya

kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara tingkat kepentingan dan

kinerja atau hasil yang dirasakan9.

7Christina Whidya Utami, Strategi dan Implementasi Operasional Bisnis Ritel Modern di

Indonesia, (Jakarta : Salemba Empat, 2012), 4.

8Tatik Suryani, Perilaku Konsumen Implikasi Pada Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2008), 118.

(17)

8

Berdasarkan uraian latar belakang di atas tersebut maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “KONTRIBUSI KARTU

SIBIJAK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI PEMBELIAN DI NU

SWALAYAN GAPURA SUMENEP”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pembahasan latar belakang permasalahan dapat

diidentifikasi beberapa masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembelian di NU swalayan

Gapura sumenep

2. Bagaimana akad dan system bagi hasil dalam fasilitas kartu SIBIJAK

3. Prosedur penkontribusian kartu SIBIJAK terhadap NU Swalayan

4. Bagaimana fasilitas kartu SIBIJAK terhadap jumlah pembelian di NU

swalayan Gapura Sumenep.

5. Sistem pelayanan pembiayaan dan pengolahan data pembiayaan pada NU

swalayan Gapura Sumenep

6. Strategi pemasaran NU swalayan Gapura Sumenep

7. proses pengambilan keputusan konsumen untuk berbelanja terhadap

swalayan NU Gapura Sumenep

8. respons konsumen terhadap adanya kartu SIBIJAK di Swalayan NU

(18)

9

C. Batasan Masalah

Agar penulisan skripsi ini tidak menyimpang dan mengambang dari

tujuan yang semula direncanakan sehingga mempermudah mendapatkan data

dan informasi yang diperlukan, maka penulis menetapkan batasan-batasan

sebagai berikut:

1. Akad dan system bagi hasil dalam fasilitas kartu SIBIJAK yang ada di

BMT NU Gapura Sumenep

2. Implementasi penkontribusian SIBIJAK terhadap NU Swalayan Gapura

Sumenep.

3. System pelayanan pembiayaan terhadap responden dan pengolahan data

pembiayaan pada NU Swalayan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah

dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan kartu SIBIJAK dalam meningkatkan motivasi

pembelian di NU Swalayan Gapura Sumenep ?

2. Bagaimana kontribusi kartu SIBIJAK dalam meningkatkan motivasi

pembelian di NU Swalayan Gapura Sumenep ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang penulis ingin dicapai dalam Penelitian skripsi ini

(19)

10

1. Untuk mengetahui penerapan kartu SIBIJAK dalam meningkatkan

motivasi pembelian di NU Swalayan Gapura Sumenep.

2. Untuk mengetahui kontribusi kartu SIBIJAK dalam meningkatkan

motivasi pembelian di NU Swalayan Gapura Sumenep.

F. Manfaat Penelitian

Dengan melaksanakan penelitian ini, diharapkan akan memperoleh

manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretik

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi

pengembangan ilmu dan pengetahuan yang berkaitan dengan topic

penelitian yaitu meningkatkan motivasi pembelian di swalayan.

b. Selain itu juga sebagai bahan tambahan masukan untuk kepentingan

pengembangan ilmu bagi pihak-pihk tertentu guna menjadikan

penelitian ini sebagai acuan untuk penelitian lanjutan terhadap obyek

sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

a. Menambah wawasan bagi pihak bersangkutan mengenai kontribusi

kartu sibijak dalam meningkatkan keputusan pembelian.

b. Dengan mengetahui tingkat kontribusi kartu sibijak dalam

meningkatkan motivasi pembelian di swalayan akan menjadi masukan

(20)

11

meningkatkan citra swalayan agar keputusan pembelian konsumen

semakin meningkat dari tahun ke tahun.

G. Definisi Operasional

Untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini, penulis

mendefinisikan beberapa istilah dari judul skripsi, antara lain sebagai

berikut:

1. Kontribusi Kartu Sibijak

Kontribusi dapat berupa materi atau tindakan kemudian

memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap pihak lain.

Sedangkan kartu itu sendiri benda nyata yang dapat dilihat, diraba, dan

dirasakan, Karena kartu adalah benda ril, maka jenisnya cukup banyak

seperti SIBIJAK dari BMT NU.

2. Motivasi Pembelian di Swalayan

Motivasi pembelian, dorongan dari dalam diri konsumen untuk

melakukan suatu tindakan pembelian pada suatu produk dengan tujuan

untuk memenuhi kebutuhan konsumen karena adanya motif ingin

memiliki dan membutuhkan secara naluriah manusia untuk mencapai

suatu tujuan tertentu10.

Istilah swalayan sekarang popular digunakan sebagai supermarket

atau toko-toko modern, dimana pembeli biasa secara bebas mengambil

atau memilih barang yang mereka perlukan sesuai selera, sementara

(21)

12

petugas dan pramuniaga perannya sebagai fasilitator dalam swalayan

tersebut11.

H. Tinjauan Pustaka

Penelitian yang dilakukan ini berjudul “Kontribusi Kartu Sibijak

Dalam Meningkatkan Motivasi Pembelian Di NU Swalayan Gapura

Sumenep”. Penelitian ini tentu tidak lepas dari berbagai penelitian terdahulu

yang dijadikan sebagai pandangan dan juga referensi.

Pertama, penelitian dari M Rhendria yang meneliti tentang

“Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian (Studi

kasus pada konsumen Yamaha MIO PT Harpindo Jaya Semarang)”. Untuk

mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas produk, harga kompetetif,

dan citra merk terhadap keputusan konsumen dalam membeli sepeda motor

Yamaha MIO di Semarang12.

Kedua, penelitian dari Dian Puji Mariyanto yang meneliti tentang “

Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen (Studi Kasus

PT. Nav Karaoke Keluarga Manyar Ketoarjo Surabaya)”. Adapun tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah layanan jasa yang meliputi

Tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty berpengaruh

11 W.J.S poerwadarmita, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2006), 63. 12M Rhendria Dinawan “Analisis factor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian : Studi

(22)

13

baik secara simultan maupun parsial terhadap kepuasan konsumen pada PT.

NAV Karaoke Keluarga Manyar Kertoarjo Surabaya13.

Ketiga, Penelitian dari Oldy Ardhana, menyatakan bahwa skripsi

degan judul: “Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga dan Lokasi

Terhadap Kepuasan Pelanggan (Studi Kasus Pada Bengkel Caesar

Semarang)”. Penelitian ini bertujuan untuk menganilisis seberapa besar

pengaruh kualitas pelayanan, harga dan lokasi terhadap kepuasan pelanggan,

dimana objek penelitian ini Bengkel Caesar salah satu bengkel yang ada di

Semarang saat ini. Bengkel Caesar harus mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi kepuasan pelanggannya. Caesar harus membuat beberapa

perbaikan dan inovasi yang dapat meningkatkan kepuasan pelanggannya14.

Keempat, Penelitian dari Zen Nasihin Pengaruh Citra Swalayan

(Store Image) Terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen Pada

Bentar Swalayan Di Jl. Brigjen Katamso 401 – 403 Kecamatan Waru

Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini bertujuan Menguji dan menganalisis

Pengaruh Citra Swalayan (Store Image) yang meliputi lokasi toko,

Pelayanan, produk, Harga, Suasana toko, Karyawan toko dan promosi secara

Parsial dan secara Simultan terhadap pengambilan keputusan pembelian

konsumen dan juga untuk mengetahui faktor yang paling mempengaruhi

13 Dian Puji Ariyanto “pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen : Studi kasus

Pt. Naf Karaoke Keluarga Manyar kertoarjo Surabaya” (skripsi – Universitas Narotama, Surabaya, 2010).

14Oldy Ardhana, “Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga dan Lokasi Terhadap Kepuasan

(23)

14

keputusan pembelian konsumen pada Bentar Swalayan di Jl. Brigjen

Katamso 401-403, kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo15.

Kelima, penelitian dari Nurul Maulidah “Pengaruh Dana

Mudharabah Terhadap Tingkat Bagi Hasil Pada Koperasi Jasa Keuangan

Syariah Baitul Maal Wat Tamwil Nuansa Umat (KJKS BMT NU) Gapura

Sumenep”, menyimpulkan bahwasanya dana mudharabah mempunyai

hubungan yang positif, kuat dan berpengaruh secara signifikan terhadap

tingkat bagi hasil. Sehingga jika dana mudharabah bertambah maka bagi

hasil di BMT akan naik, atau sebaliknya jika dana mudharabah berkurang

maka dana mudharabah berkurang juga16.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu terletak

pada metode penelitian, objek yang diteliti, dan focus pembahasan. Dalam

penelitian yang saya angkat akan membahas tentang Kontribusi Kartu

Sibijak Dalam Meningkatkan Motivasi Pembelian Di NU Swalayan Gapura

Sumenep, dengan begitu perbedaan yang mencolok dari penelitian saya

dengan yang terdahulu adalah keinginan consumen untuk memutuskan

membeli kembali sehingga mempengaruhi keputusan pembelian di Swalayan

NU Gapura Suemenep.

15Zen Nasihin, Pengaruh Citra Swalayan (Store Image) Terhadap Pengambilan Keputusan

Pembelian Konsumen Pada Bentar Swalayan Di Jl. Brigjen Katamso 401 – 403 Kecamatan

Waru Kabupaten Sidoarjo” (Skripsi – UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2015).

16Nurul Maulidah, Pengaruh Dana Mudharabah terhadap tingkat bagi hasil pada koperasi jasa

(24)

15

I. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Yang dimaksud dengan jenis penelitian, penulis menggunakan

metode penelitian kualitatif (qualitatife research) adalah metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang

alamiah dan bersifat induktif berdasarkan faktor-faktor yang ditemukan

di lapangan17. Penulis akan berusaha menemukan dan menggali hal yang

berkaitan dengan kotribusi kartu SIBIJAK dalam meningkatkan motivasi

pembelian di NU Swalayan Gapura Sumenep. Baik dalam bentuk social

dan penunjang kesejahteraan masyarakat. Sehingga masyarakat bisa

mengetahui kekurangan dan kelebihan produk yang ada di NU Swalayan

Gapura.

2. Data Primer

Sesuai dengan rumusan masalah yang peneliti tulis dalam

penelitian ini, data mengenai penerapan kartu SIBIJAK dalam

meningkatkan motivasi pembelian di NU swalayan dan kontribusi kartu

SIBIJAK dalam meningkatkan motivasi pembelian di NU swalayan

Gapura Sumenep, yakni data perkembangan konsumen, data pemasaran,

dan data pemakai kartu SIBIJAK.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data

diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara

17Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D

(25)

16

dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden.

Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya

bisa berupa benda, gerak atau proses sesuatu. Apabila peneliti

menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatan yang menjadi

sumber data, sedangkan isi catatan subjek penelitian atau variabel

penelitian18.

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data

primer dan sekunder.

a. Sumber Primer

Yaitu sumber yang langsung memberikan data kepada penelitian19

atau sumber pertama. Data primer yang penulis gunakan dalam

penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan cara wawancara.

Dalam hal ini subjek penelitian yang dimaksud adalah pimpinan

Direktur BMT NU yang mengeluarkan kartu SIBIJAK, pimpinan NU

Swalayan, konsumen Swalayan. Sedangkan untuk jumlah dari sample

dalam penelitian ini sebanyak 150 responden dari 30% 450 responden

dalam waktu sehari selama 1 bulan, penulis juga mengambil 30% dari

jumlah 1.500 dari total rata-rata selama sehari yaitu 50 responden.

b. Sumber Sekunder

18

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 1996).129

19

(26)

17

Yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

peneliti20, yang dapat memberikan informasi atau data tambahan yang

dapat memperkuat data pokok, baik yang berupa manusia dengan cara

wawancara atau benda (majalah, buku, Koran dll)21. Dalam penelitian

ini yang menjadi data sekunder adalah dokumen-dokumen resmi,

buku-buku, hasil-hasil penelitian.

4. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data maka dalam penelitian ini metode yang

digunakan adalah :

a. Observasi

Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara

langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian.

Instrument yang dapat digunakan yaitu lembar pengamatan, panduan

pengamatan. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi

antara lain : ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan,

kejadian atau peristiwa waktu dan perasaan22. Alasan peneliti

melakukan observasi yaitu untuk menyajikan gambaran realistis

perilaku atau kejadian, menjawab pertanyaan, membantu mengerti

perilaku manusia dan evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap

aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

b. Metode Interview (wawancara)

20

Ibid, 57.

21 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R &D, (Bandung: Alfabeta, 2008). 225.

(27)

18

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang di

wawancarai tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan terlebih

dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain. Wawancara merupakan

alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan

yang diperoleh sebelumnya23. Metode pengumpulan data dengan cara

melakukan tanya jawab secara lisan kepada pihak yang akan diteliti

baik secara struktur maupun bebas yaitu dengan pihak direktur BMT

NU Gapura Sumenep, pengelola NU Swalayan Gapura Sumenep serta

konsumen.

Dalam hal ini penulis melakukan wawancara yang disesuaikan

dengan norma-norma cara melakukan interview, seperti; membawa

pedoman tentang hal-hal yang ditanyakan dengan cara menanyakan

beberapa pertanyaan kemudian satu persatu diperdalam dan

mengorek lebih lanjut sesuai dengan pembahasan. Yang mana dalam

penelitian ini merupakan wawancara untuk menjawab segala yang

ada dalam rumusan masalahh yang penulis teliti.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data

kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang

dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek24.

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk

23Ibid., 138

(28)

19

dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia yaitu berbentuk

surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, dan foto25.

Dokumentasi yang dimaksud adalah alat pengumpulan data tentang

kontribusi kartu SIBIJAK terhadap motivasi pembelian masyarakat,

kepuasaan pelanggan yang berupa dokumen dan catatan dari sumber

yang diteliti.

5. Teknik Pengolahan Data

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh

terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan

antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian26.

b. Organizing, yaitu menyusun dan mensistematiskan data tentang

penelitian yang diperoleh dalam kerangka uraian yang telah

direncanakan27.

c. Penemuan Hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh

dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran

fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari

rumusan masalah28.

6. Teknik analisis data

Setelah data terkumpul, maka untuk menganalisis digunakan teknik

deskriptif kualitatif. Tujuan dari metode ini adalah untuk membuat

deskripsi atau gambaran mengenai objek penelitian secara sistematis,

25 Juliansyah Noor, metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Desertai dan Karya Ilmiah, 141. 26 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R &D, 243.

(29)

20

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar

fenomena yang diselidiki29. Penelitian ini berorientasi memecahkan

masalah dengan melakukan pengukuran variabel independen dan

dependen, kemudian menganalisa data yang terkumpul untuk mencari

hubungan antar variabel.

Peneliti menggunakan teknik ini karena yang digunakan adalah

metode kualitatif, dimana memerlukan data untuk menggambarkan suatu

fenomena yang apa adanya. Sehingga benar salahnya, sudah sesuai

dengan peristiwa yang sebenarnya. Penelitian deskriptif disebut juga

penelitian ilmiah karena semua data yang diambil merupakan fenomena

apa adanya. Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis, diteliti, dan

disimpulkan sehingga pemecahan persoalan atau solusi tersebut dapat

berlaku secara umum.

J. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan aturan sekaligus kerangka

berfikir dalam penulisan skripsi, untuk lebih mudah memahami penulisan

skripsi ini, maka disusunlah sistematika pembahasan, antara lain:

Bab pertama, merupakan pendahuluan pada bab ini penulis

menguraikan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian ini, bagian awal

diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi

(30)

21

operasional, kajian pustaka, metodologi penelitian dan sistematika

pembahasan skripsi.

Bab kedua, berupa dasar kajian untuk menjawab permasalahan yang

ada pada penelitian ini. Dalam bab ini dibahas teori-teori yang menjadi dasar

pedoman tema penelitian yang diangkat Pada bab ini penulis menguraikan

tentang teori-teori tentang kontribusi, motif pembelian, pemasaran, prilaku

konsumen sebagai dasar kajian untuk menjawab permasalahan.

Bab ketiga, merupakan bahasan Kontribusi Kartu Sibijak Dalam

Meningkatkan Motivasi Pembelian Di NU Swalayan Gapura Sumenep,

penyajian data di lapangan yang akan menggambarkan tentang profil BMT

NU Gapura Sumenep dan NU Swalayan, mulai dari sejarah berdirinya BMT

NU Gapura Sumenep dan NU Swalayan, visi dan misinya, akad yang ada di

kartu SIBIJAK, motivasi masyarakat untuk membeli di NU Swalayan,

kontribusi SIBIJAK terhadap Swalayan dan BMT NU, pelayanan karyawan

Swalayan.

Bab keempat, membahas rangkaian tahapan penyusunan penelitian

ini selanjutnya merupakan bab analisis data, yakni memadukan antara teori

sebagaimana yang dijelaskan pada bab dua dengan apa yang peneliti

temukan di lapangan pada bab tiga sebagai hasil penelitian yang

digambarkan secara sistematis dan kritis.

Bab kelima, merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari

(31)

22

khususnya dalam tujuan pengembangan Swalayan untuk meningkatkan

(32)

BAB II

STRATEGI PEMASARAN, MOTIF PEMBELIAN DAN

PRILAKU KONSUMEN

A. Strategi Pemasaran Produk.

Strategi pemasaran sebagai suatu proses yang meliputi analisis,

perencanaan, implementasi, dan pengendalian. Mencakup gagasan, barang

dan jasa yang tujuaannya menghasilkan kepuasan bagi pihak-pihak yang

terlibat1. Strategi dalam pemasaran juga sebagai alat fundamental yang

direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan

keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki

dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran

tersebut, berikut penjelasan dalam suatu proses strategi pemasaran.

1. Analisa Strategi Pemasaran

Tujuan analisis untuk mempertajam gambaran masalah pemasaran

yang telah yang telah dirumuskan, sehingga pelaksana riset selanjutnya

lebih mudah dan terarah. Perusahaan-perusahaan berhasil biasanya

menganalisa, mengenali, menanggapi kebutuhan dan kecenderungan yang

belum terpenuhi dengan cara yang menguntungkan2.

1

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi Dan Pengendalian ( Jakarta : erlangga, 1996 ) 14.

(33)

24

Marius dalam bukunya dasar-dasar pemasaran mengemukakan

bahwa untuk menganalisa kesempatan pasar kegiatan tersebut dapat

dilakukan dengan penetrasi pasar dan penilaian kesempatan pasar, kedua

bagian ini sangat penting untuk perusahaan untuk memasarkan produk,

berikut penjelasannya.

Penetrasi pasar, langkah pertama yang perlu di pertimbangkan

adalah merk utama perusahaan apakah dapat mencapai penetrasi pasar

yang lebih luas yaitu penjualan yang semakin besar pada kelompok

pembeli sasaran yang sekarang tanpa merubah produk tersebut3.

Perusahaan perlu untuk mengadakan kegiatan penelitian dan

pengembangan yang baik untuk menghasilkan produk yang berbeda dari

pesaingnya sehingga mampu meraih pangsa pasar yang belum dikuasai

pesaing.

Tiga landasan strategi yang dikutip dalam buku Sofjan Assauri

yang dapat membantu penetrasi pasar memperoleh kesempatan untuk

bersaing dalam strategi pemasarannya. Merangsang, mempengaruhi, dan

menarik calon konsumen, Yaitu :

1) Perusahaan dapat mencoba untuk merangsang konsumen agar mereka

meningkatkan pembeliannya, pembelian dapat diuraikan sebagai

fungsi dari frekuensi pembelian di kalikan dengan jumlah pembelian

yang dilakukan. Suatu perusahaan dapat mendorong konsumennya

(34)

25

untuk membeli lebih sering sekaligus untuk membeli lebih banyak

pada setiap pembelian.

2) Perusahaan dapat meningkatkan usahanya dengan menarik atau

mempengaruhi konsumen saingan. Sarana yang digunakan tidak

berbeda dengan yang diuraikan pada butir satu di atas, perbedaannya

hanya pada sasaran atau target yang hendak dicapai yaitu pada

konsumen saingan.

3) Perusahaan dapat meningkatkan usahanya dengan menarik yang

bukan pemakai atau calon konsumen yang berapa dalam lingkungan

pasar. Sarana sebenarnya tidak berbeda dengan yang digunakan atau

yang terdapat pada butir satu di atas, perbedaannya terletak pada

sasaran atau target yang hendak dicapai yaitu para calon konsumen

dan yang bukan pemakai4.

Penilaian kesempatan pasar, hal ini bertujuan mengidentifikasi

kesempatan dan menentukan kesempatan mana yang tepat bagi

perusahaan. Namun demikian yang harus diperhatikan oleh setiap

perusahaan, bahwa setiap kesempatan yang baik dan menarik tidak

selamanya tepat bagi sebuah perusahaan5. Artinya, bahwa suatu

kesempatan pemasaran harus sesuai sasaran yang akan dicapai dan sumber

daya yang dimiliki perusahaan.

2. Perencanaan

(35)

26

Rencana pemasaran instrumen sentral untuk mengarahkan untuk

mengarahkan dan mengoordinasikan usaha pemasaran. Dengan

perkembangan begitu cepat dengan tingkat persaingan yang semakin berat

mengarahkan setiap perusahaan harus memandang ke depan dalam

menentukan langkahnya dan bagaimana usaha dan cara untuk

mencapainya6. Perusahaan biasanya mempersiapkan rencana tahunan

menggambarkan situasi pemasaran sekarang, tujuan perusahaan, strategi

pemasaran untuk tahun tersebut, program tindakan, anggaran dan

pengendalian. Rencana jangka panjang menggambarkan faktor-faktor dan

kekuatan-kekuatan utama yang mempengaruhi oraganisasi selama

beberapa tahun ke depan. Perencanaan strategik merupakan proses untuk

mengembangkan dan menjaga suatu kecocokan strategi diantara tujuan

dan kemampuan oragnisasi dengan peluang pemasaran yang selalu

berubah. Selain itu tugas dari pemasaran meliputi tiga tahap kegiatan,

yaitu Menetapkan Pembeli Sasaran, perkiraan jumlah penjualan,

kombinasi kebijakan pemasaran7.

3. Pelaksanaan

Adalah proses yang merubah strategi dan rencana pemasaran

menjadi tindakan pemasaran untuk mencapai sasaran. Implementasi

mencakup aktivitas sehari-hari, dari bulan ke bulan yang secara efektif

melaksanakan rencana pemasaran. Kegiatan ini membutuhkan program

tindakan yang menarik semua orang atau semua aktivitas serta struktur

6Ibid, 28-29.

(36)

27

organisasi formal yang dapat memainkan peranan penting dalam

mengimplementasikan strategi pemasaran.

4. Pengendalian

Berhasil tidaknya pelaksanaan kegiatan pemasaran suatu

organisasi atau perusahaan sangat tergantung pada kemampuan pimpinan

untuk mengarahkan dan mengendalikan semua kegiatan pelaksanaan di

bidang pemasaran. Pengendalian pemasaran merupakan dasar yang

penting bagi keberhasilan usaha di bidang pemasaran khususnya dan

organisasi atau perusahaan umumnya8. Ada beberapa tipe pengendalian,

diantaranya pengendalian rencana tahunan, pengendalian profitabilitas

dan pengendalian strategis.

B. Motif Pembelian

Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong

keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu9. Kecenderungan

untuk beraktivitas, dimulai dari dorongan dalam dirinya (drive) menuju

penyesuaian diri untuk memenuhi kebutuhan diri dan rasa puas.

Adapun macam-macam motif sebagai konsumen adalah sebagai

berikut :

8Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, 361.

9

(37)

28

a) Utilitarian shopping motivation, merupakan motivasi yang

didapatkan dengan pemikiran akan mendapatkan manfaat dari suatu

produk yang diinginkannya tersebut. Bisanya motivasi ini juga

didasarkan pada pemikiran yang benar-benar rasioonal dan objektif.

b) Hedonic shopping motivation, merupakan motivasi yang didasarkan

pada pemikiran subyektif atau emosional karena mencakup respon

emosional, kesenangan panca indera, mimpi, dan pertimbangan

estetis.

c) Patronage buying motive, merupakan pembelian barang yang

ditujukan kepada tempat atau toko tertentu. Hal ini timbul

dikarenakan layanan memuaskan, tempatnya dekat, banyak pilihan,

dan lain sebagainya10.

American encyclopedia menyatakan bahwa motif adalah

kecenderungan dalam diri seseorang yang membangkitkan topangan dan

tindakan. Motivasi meliputi faktor kebutuhan biologi dan emosional yang

hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia11.

Perilaku yang termotivasi diprakarsai pengaktifan kebutuhan atau

pengenalan kebutuhan12. Kebutuhan atau motif diartikan ketika ada

ketidakcocokan yang tidak memadai antara keadaan yang aktual dengan

keadaan yang diinginkan. Karena ketidakcocokan ini meningkat, hasilnya

10Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa ( Bandung : CV. Alfabeta, 2005 ) 97. 11Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen ( Jakarta : PT. Kharisma Putra, 2013 ) 26.

(38)

29

adalah pengaktifkan suatu kondisi penggairahan yang diacu sebagai

dorongan (drive). Semakin kuat dorongan tersebut, maka semakin besar pula

urgensi respon yang dirasakan.

Konsumen selalu dihadapkan pada persoalan biaya atau pengorbanan

yang akan dikeluarkan dan seberapa penting produk yang dibutuhkan dan

diinginkan13. Oleh karena itu, seseorang akan dihadapkan pada persoalan

motivasi dan pendorong untuk melakukan kegiatan guna mencapai suatu

tujuan.

Motif yang dimiliki tiap konsumen sangat berpengaruh terhadap

keputusan yang akan diambil. Dari hal itu, maka motif yang dimiliki oleh

konsumen terbagi dua kelompok besar, yakni :

1) Rasional motif

Rasional adalah menurut fikiran yang sehat, patut, layak. Motif

adalah sebab-sebab yang menjadi dorongan. Tindakan seseorang menjadi

rasional motif adalah suatu dorongan untuk bertindak menurut fikiran

yang sehat, patut, dan layak.

2) Emosional motif

Emosional adalah penuh dengan perasaan, jadi emosional motif

adalah motif yang dipengaruhi oleh perasaan14.

(39)

30

Berdasarkan pengertian diatas bahwa motif rasional memilih produk

berdasarkan kriteria yang objektif seperti ukuran, berat atau harga. Motif

rasional selalu mencari alternatif tebaik dalam setiap pemilihan produk yang

dilakukannya. Sedangkan motif emosional lebih mendasarkan pilihan pada

alasan-alasan yang lebih subjektif seperti kebanggaan, status kasih sayang

atau ketakutan. Asumsi yang mendasari perbedaan tersebut adalah bahwa

kriteria emosional tidak memaksimumkan kegunaan atau kepuasan.

Perspektif riset positivis memandang semua perilaku konsumen

digerakkan secara rasional dan mereka berusaha memisahkan penyebab

perilaku tersebut sehingga mereka dapat meramalkan dan mempengaruhi

perilaku tersebut di waktu yang akan dating.

Motif dalam pembelian muncul karena adanya kebutuhan yang belum

terpenuhi dan tujuan yang ingin dicapai. Kebutuhan menunjukkan

kekurangan yang dialami seseorang ada suatu waktu tertentu. Kebutuhan

dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku. Artinya jika

kebutuhan akibat kekurangan itu muncul, maka individu lebih peka terhadap

usaha motivasi para konsumen.

Secara garis besar kebutuhan konsumen dapat diklasifikasikan

sebagai berikut.

1) Fisiologis, dasar-dasar kelangsungan hidup, termasuk rasa lapar, haus, dan

kebutuhan hidup lainnya.

(40)

31

3) Afiliasi dan Pemilikan, kebutuhan untuk diterima oleh orang lain, menjadi

orang penting bagi mereka.

4) Prestasi, keinginan dasar akan keberhasilan dalam memenuhi tujuan

pribadi.

5) Kekuasaan, keinginan untuk mendapatkan kendali atas nasib sendiri dan

juga nasib orang lain.

6) Ekspresi Diri, kebutuhan untuk mengembangkan kebebasan untuk ekspresi

diri dan dipandang penting oleh orang lain.

7) Urutan dan Pengertian, keinginan untuk mencapai aktualisasi diri melalui

pengetahuan, pengertian, sistematisasi, dan pembangunan sistem lain.

8) Pencarian Variasi, pemeliharaan tingkat kegairahan fisiologis dan

stimulasi yang dipilih kerap di ekspresikan sebagai pencarian variasi.

9) Atribut sebab akibat, estimasi atau atribusi sebab akibat dari kejadian dan

tindakan15.

Maka dapat diketahui tercapainya tujuan yang diinginkan dapat

mengurangi kebutuhan yang belum terpenuhi. Penetapan tujuan adalah

proses kognitif dan keperluan praktis.

C. Pengambilan Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian adalah proses pengambilan keputusan dalam

pembelian dari sebelum membeli sampai setelah melakukan pembelian.

Dalam pemecahan masalah pembelian yang bersifat ekstensif calon pembeli

(41)

32

dapat bertolak dari keputusan mengenai penjual, karena ia ingin mendapat

keterangan dari penjual yang dipercaya.

1. Definisi Pengambilan Keputusan Pembelian

Keputusan adalah mencakup suatu pilihan di antara dua atau lebih

tindakan ( atau perilaku ) alternatif. Sedangkan pengambilan keputusan

pembelian konsumen adalah proses integrasi yang digunakan untuk

mengombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih

prilaku alternatif dan memilih satu di antaranya16. Pengambilan keputusan

pembelian mengambarkan pada seorang konsumen sedang melakukan

serangkaian langkah tertentu pada saat melakukan pembelian17.

2. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Proses pengambilan keputusan pembelian dalam bisnis ritel

memiliki prinsip dasar yang relatif berbeda dengan proses pengambilan

keputusan pada umumnya karena melewati dua tahapan yaitu

pengambilan keputusan yang terkait dengan piilihan terhadap ritel atau

toko dan keputusan pada barang dagangan18. Maka disini peran dari

pengusaha ritel untuk mempengaruhi pelanggan ketika melalui proses

pengambilan keputusan pembelian para pengusaha ritel didorong untuk

memberikan pelayanan toko yang baik dan juga memberikan barang

dagangan yang baik juga.

16J. Paul Petter dan Jerry C. Olson, Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran Edisis 9 ( Jakarta

: Salemba Empat, 2014 ) 162-164.

17Cristina Whidya Utami, Manajemen Ritel : Strategi Dan Implementasi Bisnis Modern Di

Indonesia Edisi 2, 45.

(42)

33

Dalam proses pengambilan keputusan pembelian konsumen melalui

beberapa tahapan, tahapan tersebut yang mempengaruhi proses

pengambilan keputusan pembelian konsumen yaitu meliputi pengenalan

kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian,

dan prilaku purna pembelian.

Sumber, Kathy, K.C. Mandy, Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi 3 jilid

Gambar, 2.1

Proses Pengambilan Keputusan

a) Pengenalan Masalah/Kebutuhan

Proses kebutuhan pembelian diawali oleh pengenalan masalah

atau kebutuhan. Kebutuhan itu dapat dirangsang oleh : Rangsangan

Internal, bila salah satu dari kebutuhan normal seseorang lapar, haus,

muncul pada tingkat yang cukup tinggi untuk menjadi dorongan.

Rangsangan Eksternal, rangsangan yang muncul dari orang lain, dari

lingkungan sekitar dan lain-lain19. Selain itu juga kebutuhan dapat

digolongkan sebagai kebutuhan fungsional dan kebutuhan psikologis

disebut kebutuhan emosional, motivasi yang dipengaruhi oleh emosi

berkaitan dengan perasaan, baik itu keindahan, gengsi atau perasaan

lainnya termasuk bahkan rasa iba dan rasa marah20.

(43)

34

b) Pencarian Informasi

Setelah kebutuhan itu dianggap sebagai masalah masalah yang

telah dipenuhi, muncul dalam diri konsumen perhatian yang

meningkat untuk barang-barang yang sedang dibutuhkannya. Sumber

informasi bisa berasal dari sumber pribadi ( keluarga, teman, kenalan,

tetangga ) sumber komersial atau niaga ( iklan, sales, penyalur,

kemasan produk, pameran ) sumber umum ( media, organisasi

konsumen ) dan sumber pengalaman21.

c) Keputusan pembelian

Dalam tahap keputusan membeli dimana konsumen secara

aktual membeli produk dengan memberikan peringkat merk-merk dan

bentuk maksud pembelian. Keputusan pembelian juga dipengaruhi

faktor sikap orang lain dan oleh faktor-faktor situasional yang tidak

diharapkan.

d) Perilaku Purna Pembelian

Perilaku purna beli merupakan tahap dalam proses keputusan

pembelian dimana konsumen melakukan tindakan lanjutan setelah

membeli berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan mereka22. Jadi

pada proses belanja tidak berakhir ketika pelanggan membeli suatu

produk. Setelah melakukan belanja pengguna melakukan produk

21Samsul Anam, Ahmad Khairul Hakim, Muhammad Ahsan, dan Airlangga Bramayudha,

Manajemen Pemasaran ( Surabaya : IAIN press, 2013 ) 64.

(44)

35

tersebut ddan mengevaluasi pengalaman tersebut apakah memuaskan

atau tidak memuaskan. Kepuasan adalah suatu evaluasi pasca

konsumsi tentang sebarapa baik suatu toko atau produk memenuhi

atau melebihi harapan pelanggan.

Proses membeli diawali dengan adanya kebutuhan. Kebutuhan timbul

karena adanya perbedaan antara keadaan yang sesungguhnya dengan keadaan

yang diinginkan. Dan dengan adanya masalah seperti itu Allah bersabda

Artinya : atau adakah kamu ( berbuat demikian ) bagaimanakah kamu mengambil keputusan ?23

Dalam ayat ini Allah mempertanyakan bagaimana manusia

mengambil keputusan terhadap apa yang telah diperbuatnya apakah sesuai

dengan syariat islam atau hanya mengikuti hawa nafsu.

Manusia hamba Allah yang lemah, diberi pengetahuan yang terbatas

dan tidak mengetahui perkara yang ghaib. Sehingga sangat membutuhkan

bantuan untuk mengambil keputusan yang tepat berbagai permasalahannya.

Dan tidak ada yang berhak diminta bantuan tentang masalah ini kecuali yang

menciptakan kita sehingga dengan kasih sayangnya24.

Seperti yang dijelaskan dalam pandangan islam tentang pengambilan

keputusan berdasarkan Q.S Al-Maidah ayat 100 yaitu :

23

AlQalam ayat 36, Al-Qur’an terjemahan.

24

(45)

meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka

bertaqwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar

kamu dapat keberuntungan “.25

D. Perilaku Konsumen

Dalam perilaku konsumen terdapat interaksi antara pemikiran,

perasaan, dan tindakan manusia, serta lingkungan. Semakin dalam suatu

perusahaan memahami bagaimana interaksi tersebut mempengaruhi

konsumen semakin baik perusahaan tersebut dalam memuaskan kebutuhan

dan keinginan konsumen serta memberikan value atau nilai bagi konsumen.

Perilaku konsumen dapat disarikan sebagai studi tentang proses

pengambilan keputusan oleh konsumen dalam memilih, membeli, memakai

serta memanfaatkan produk, jasa, gagasan, atau pengalaman dalam rangka

memuaskan kebutuhan dan hasrat konsumen.

1. Pengertian perilaku konsumen

Para ahli telah memaparkan beberapa definisi yang beragam

mengenai perilaku konsumen meskipun pada prinsipnya mengandung

makna yang sama. Menurut Sciffman dan Kanuk yang dikutip dalam buku

Ujang Sumarwan, perilaku konsumen adalah perilaku konsumen yang

(46)

37

diperlihatkan dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan

menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan

kebutuhan mereka26. Pada dasarnya adalah untuk memahami mengapa

konsumen melakukan hal yang mereka lakukan. Menurutnya, perilaku

konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologi yang

mendorong suatu tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika

membeli, menggunakan, dan menghabiskan.

Sedangkan menurut Kotler, perilaku konsumen adalah bidang ilmu

yang mempelajari cara individu, kelompok dan organisasi dalam memilih,

membeli, memakai, serta memanfaatkan barang, jasa, gagasan, atau

pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka27.

Seperti yang telah dikemukakan para ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang

dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan

dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan

barang-barang atau jasa ekonomi yang dapat dipengaruhi lingkungan.

Sehingga dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan pada saat konsumen

melakukan kegiatan sebelum, pada saat, dan sesudah membeli suatu

produk barang atau jasa yang melibatkan pemikiran dan perasaan.

26Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen ( Bogor : Ghalia Indonesia, 2014 ) 28.

27Philip Kotler dan John Bowen, Pemasaran, Perhotelan dan keparawisataan ( Jakarta : PT.

(47)

38

2. Model Perilaku konsumen

Sumber : Danang Sunyoto, Teori Kusioner dan Analisis Data untuk Pemasaran dan

Perilaku Konsumen

Gambar 2.2 Model Perilaku Konsumen

Dari gambar di atas menunjukkan adanya interaksi pemasar

dengan konsumennya. Komponen pusat dari model ini adalah pembuatan

keputusan konsumen yang terdiri dari proses merasakan dan mengevaluasi

informasi, mempertimbangkan bagaimana alternatif merk dapat

memenuhi kebutuhan konsumen dan pada akhirnya memutuskan merk apa

Umpan balik bagi konsumen

Umpan balik bagi

konsumen

Konsumen

individu

Pengaruh

lingkungan

Strategi

pemasaran

Pembuatan

keputusan

konsumen

Tanggapan

(48)

39

yang dibeli. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen

yang sebagai berikut :

a. Konsumen Individual

Pilihan untuk membeli suatu barang dipengaruhi oleh hal-hal yang

ada pada diri konsumen. Kebutuhan persepsi terhadapa karakteristik

merk, sikap, kondisi demografis, gaya hidup dan karakteristik

kepribadian individu akan mempengaruhi pilihan individu terhadap

berbagai alternatif merk yang tersedia.

b. Lingkungan Yang Mempengaruhi Konsumen

Pilihan-pilihan konsumen dipengaruhi oleh lingkungan yang

mengitarinya. Ketika seorang konsumen.

c. Stimulasi Pemasaran dan Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran yang lazim dikembangkan oleh pemasar yaitu

yang berhubungan dengan produk apa yang ditawarkan, penentuan

harga, strategi promosinya dan bagaimana melakukan distribusi produk

kepada konsumen28.

Keputusan konsumen juga sangat pengaruh dalam umpan balik

bagi konsumen, maka juga bisa dilihat sejauh mana konsumen

menanggapi suatu barang atau produk.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

28Danang Sunyoto, Teori Kusioner dan Analisis Data untuk Pemasaran dan Perilaku Konsumen (

(49)

40

Pembelian yang dilakukan oleh para konsumen sangat dipengaruhi

oleh berbagai karakteristik seperti faktor budaya, faktor sosial, faktor

pribadi, dan faktor psikologi29.

a. Faktor Budaya

Dalam kebudayaan merupakan suatu hal yang kompleks meliputi

kebiasaan, adat, moral, seni, kepercayaan, ilmu pengetahuan, dan

norma-norma yang berlaku pada masyarakat30.

Budaya adalah segala nilai, pemikiran, dan simbol yang

mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang

dan masyarakat. Produk dan jasa juga berperan penting dalam

mempengaruhi budaya, karena produk mampu membawa pesan yang

bermakna budaya31.

Beda dengan persepsi bagaimana seseorang individu memilih,

mengorganisasikan, dan menginterprentasikan masukan-masukan

informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Ada

empat jenis sub budaya yaitu Nasionalisme, Kelompok Keagamaan,

Kelompok Ras, Area Geografis.

b. Faktor Pribadi

Dalam keputusan saat membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik

pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap siklus hidup,

29Philip Kotler dan John Bowen, Pemasaran, Perhotelan dan Keparawisataan, 192.

(50)

41

pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, juga nilai

dan gaya hidup pembeli.

Usia berhubungan dengan selera orang terhadap suatu barang

seperti pakaian, property, rekreasi. Konsumsi terbentuk oleh siklus

hidup keluarga disetiap tahap siklus hidup akan memunculkan

kebutuhan yang berbeda.

Suatu pekerjaan seseorang juga mempengaruhi dalam pola

konsumsinya. Sedangkan pekerja kasar atau buruh tidak terlalu

membutuhkan banyak kebutuhan. Berbeda halnya dengan para

karyawan yang bekerja di kantoran bergedung tinggi yang

memerlukan banyak kebutuhan seperti jas, kemeja, dasi, celana dan

sepatu. Keadaan ekonomi seseorang juga mempengaruhi saat memilih

barang32. Masing-masing orang memiliki karakteristik kepribadian

yang berbeda-beda dalam mempengaruhi prilaku pembeliannya.

Kepribadian adalah ciri bawaan psikologis manusia yang khas

untuk menghasilkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan

lama terhadap rangsangan lingkungannya. Kepribadian dan konsep

diri akan mengacu pada karakteristik psikologi unik yang

menyebabkan respon yang relatif konsisten dan tahan lama terhadap

lingkungan diri sendiri.

32

(51)

42

c. Faktor Sosial

Selain faktor budaya dan faktor pribadi, perilaku konsumen juga

dapat dipengaruhi oleh faktor sosial. Seperti kelompok acuan,

keluarga, peran, dan status sosial.

Kelompok acuan atau referensi seseorang yang terdiri dari

kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun secara tidak

langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut.

Dalam kelompok ada yang memiliki pengaruh langsung yang

disebut kelompok keanggotaan yang merupakan kelompok primer

terdiri dari keluarga, teman, tetangga, rekan kerja, yang berinteraksi

secara langsung dan terus menerus. Sedangkan kelompok sekunder

adalah kelompok yang meliputi kelompok keagamaan, profesi, dan

asosiasi perdagangan yang cenderung formal dan tidak terlalu

membutuhkan interaksi yang terlalu rutin33. Keluarga merupakan

organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam

masyarakat dan para anggota menjadi kelompok acuan primer yang

paling berpengaruh.

d. Faktor Psikologis

Motivasi ( dorongan ) adalah kebutuhan yang cukup menekankan

untuk mengarahkan seseorang mencari cari memuaskan kebutuhan

tersebut. Kebutuhan berubah menjadi motivasi kalau merangsang

sampai tingkat itensitas yang mencukupi. Seseorang mencoba untuk

33

(52)

43

memuaskan kebutuhan yang paling penting, setelah kebutuhan

tersebut terpuaskan maka kebutuhan itu tidak lagi menjadi motivator

dan kemudian orang tersebut akan memuaskan kebutuhan yang lebih

penting selanjutnya.

Seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak demi mencapai

suatu tujuan. Bagaimana orang tersebut bertindak dipengaruhi oleh

persepsi mengenai situasi. Persepsi itu sendiri adalah proses yang

dilalui orang dalam memilih, mengorganisasikan, dan

mengintepresentasikan informasi. Orang dapat memiliki persepsi yang

berbeda dari objek yang sama karena adanya tiga proses persepsi,

yakni :

1) Perhatian yang selektif

2) Gangguan yang selektif

3) Mengingat kembali yang selektif

Faktor-faktor persepsi ini yaitu perhatian, gangguan, mengingat

kembali yang selektif, berarti bahwa para pemasar harus bekerja keras

agar pesan yang disampaikan bisa diterima34.

Jika seseorang konsumen sedang melakukan sebuah tindakan maka

dengan sendirinya mereka akan belajar35. Pembelajaran menggambarkan

perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari pengalaman,

pembelajaran berlangsung melalui saling pengaruh dari dorongan,

rangsangan, petunjuk, respon dan pembenaran. Keyakinan dan sikap,

34Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen, 13.

(53)

44

keyakinan adalah pemikiran yang deskriptif yang dimiliki seseorang

mengenai sesuatu36. Sedangkan sikap adalah evaluasi, perasaan dan

kecenderungan dari seseorang terhadap suatu objek atau ide yang relatif

konsisten.

Kita sekarang dapat menghargai berbagai kekuatan yang

memengaruhi prilaku konsumen. Keputusan membeli seseorang merupakan

hasil sesuatu hubungan yang saling memengaruhi antara faktor-faktor

budaya, sosial, pribadi, dan psikologi37. Banyak dari faktor ini tidak banyak

dipengaruhi oleh pemasar. Namun faktor-faktor ini sangat berguna untuk

mengidentifikasi pembeli-pembeli yang mungkin memiliki minat terbesar

terhadap suatu barang atau produk. Faktor-faktor ini dapat dipengaruhi oleh

pemasar dan dapat mengisyaratkan pada pemasar mengenai bagaimana

mengembangkan produk, harga, distribusi, dan promosi.

36

Philip Kotler dan John Bowen, Pemasaran, Perhotelan dan keparawisataan, 192.

37

(54)

BAB III

PENERAPAN DAN KEGUNAAN KARTU SIBIJAK PADA ANGGOTA

BMT NU GAPURA SUMENEP

A. Latar Belakang Dan Sejarah Berdirinya BMT NU Dan NU Swalayan Gapura

Sumenep

1. Sejarah Berdirinya BMT NU Gapura Sumenep

BMT NU lahir berangkat dari sebuah keprihatinan atas kondisi

masyarakat Sumenep pada umumnya dan masyarakat kecamatan Gapura

pada khususnya dimana kesejahteraan mereka tidak ada peningkatan

secara signifikan. Padahal etos kerja mereka cukup tinggi hal ini sesuai

dengan lagu Madura asapok angen abantal ombek (berselimut angin dan

berbantal ombak).

Adalah Masyarakat kecamatan Gapura Kab. Sumenep termasuk

pekerja keras, suami istri saling bahu membahu untuk memenuhi

kebutuhan hidup, akan tetapi kerja keras mereka tidak mampu

meningkatkan taraf hidupnya. Hal inilah yang membuat Nahdlatul Ulama

prihatin.Oleh karenanya, pada tahun 2003 Pengurus MWC. NU Gapura

memberikan tugas kepada Lembaga Perekonomian yang waktu itu

bertindak sebagai Ketua Lembaga Perekonomian adalah

Masyudi.Berangkat dari kesepakatan bersama, akhirnya Lembaga

Perekonomian mencanangkan Program Penguatan Ekonomi Kerakyatan

(55)

46

keninginan tersebut diperlukan adanya upaya secara konkret, sistematis,

dan terpadu guna mengatasi berbagai masalah ekonomi warga.

Untuk mewujudkan program tersebut, serangkaian upaya telah

dilakukan oleh Lembaga Perekononomian MWC NU Gapura, diawali

dengan pelatihan kewirausahaan ( 08-10 April 2003), Bincang Bersama

Alumni Pelatihan guna merumuskan Model Penguatan Ekonomi

Kerakyatan ( 13 Juni 2003 ), Temu Usaha (21 Nop. 2003), Lokakarya

Tanaman Alternatif selain Tembakau (13 Mei 2004 ) dan Lokakarya

Perencanaan Pembentukan BUMNU ( Badan Usaha Milik NU ).

Dari Lokakarya tersebut akhirnya ditemukan bahwa persoalan yang

sedang dihadapi oleh masyarakat kecil adalah lemahnya Akses

permodalan, lemahnya Pemasaran, dan lemahnya penguasaan Tekhnologi.

Selanjutnya peserta lokakarya sepakat bahwa yang perlu pertama kali

dientaskan adalah penguatan modal bagi usaha kecil dan mikro yang

selama ini kurang mendapatkan akses permodalan dan dikuasai oleh para

pemodal besar atau praktek rentener yang cenderung mencekik usaha

mereka.

Masyudi, selaku ketua Lembaga perekonomian NU kala itu,

menawarkan gagasan untuk mendirikan Baitul Maal wat Tamwil (BMT),

sebagai lembaga keuangan mikro syariah yang bergerak di bidang usaha

simpan pinjam bagi anggotanya. Gagasan ini berangkat dari sebuah

keprihatinan semakin merajelelanya peraktek rentenir. Informasi yang

Gambar

Gambar 2.2  Model Perilaku Konsumen

Referensi

Dokumen terkait

Metode pencampuran larutan terbukti dapat digunakan untuk mensintesis serbuk FeTiO3 selain itu metode pencampuran juga mempercepat pembentukan fasa FeTiO3 pada suhu

Bu araşt ı rmada, il eğitim denetmenlerinin ilk ve ortaokullar ı n yönetimi ve denetiminde bilgi iletişim teknolojilerinin etkililiği ile ilgili görüşleri incelenmiştir..

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kolerasi dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu hubungan,

[r]

Saat ini menjalani isolasi mandiri dalam pengawasan RSUD Provinsi Nusa Tenggara

Kelompok kerja guru pendidikan Agama Islam disingkat KKG PAI adalah wadah kegiatan profesional untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta untuk membina

Batuan merupakan material yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral dalam bentuk padatan, sehinggga analisa lebih lanjut untuk mengetahui jenis mineral apa

Tujuan kreatif dari perancangan buku fotografi esai sate ayam Blora, Jawa Tengah ini adalah untuk memperkenalkan kota Blora melalui kuliner khasnya dengan menonjolkan