• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIAPAN SMA NEGERI 7 PURWOREJO TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAHASA PRANCIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KESIAPAN SMA NEGERI 7 PURWOREJO TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAHASA PRANCIS."

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

Zachnas Damayani 10204241008

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS FAKULTAS BAHASA DAN SENI

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Le succès n’ est pas final, l’ échec n’ est pas fatal.

C’ est le courage de continuer qui compte.

Good things come to those who work their asses

off and never give up.

Selalu ada harapan bagi mereka yang berdoa.

(6)

vi Allah SWT

Atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya, atas segala keajaiban yang telah diberikan kepada saya, sembah syukur saya akan adanya karya tulis ini yang sebesar-besarnya.

Bapak Harsono dan Ibu Idayani

Terima kasih Pak, Bu atas semua doa, support, kasih sayang yang telah Bapak Ibu beri. Mungkin ini sedikit kado kecil yang bisa Mbak berikan untuk Bapak Ibu. Thank you so much, words can not be enough to tell you how much i love you.

Zachra Soniya Hardiyani Thanks for always supporting me, Dek! I love you..

Agus Hendrayana

Terima kasih untuk selalu ada di setiap keluh, kesah dan kebahagian yang ada di dalam perjalanan ini. Thanks for being my mood booster!

Sahabat-sahabatku

Petrik, Titin, Manda, Delima, Nonik

Terima kasih yaa, tanpa kalian tangisku tak kan menjadi senyum dan resahku tak kan menjadi pudar.

Dosen Pembimbing Rohali, M.Hum

Terima kasih Pak, telah membimbing saya dengan penuh kesabaran dan perhatian. Terima kasih atas pengarahan, masukan, dan bantuannya dalam penyusunan tugas akhir skripsi ini, juga atas sumbangan pemikiran, kritik, dan saran yang membangun sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Teman-teman Pendidikan Bahasa Prancis 2010

Nurul, Farida, Fari, Tofa, Afi, Resti, Hanifa, Nunun, Dora, Adel, Yuan, Ruri, Septi, Anis, Sanggar, Ari, Eva, Hamdan, Mas Yudi

(7)

vii

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kesiapan SMA Negeri 7 Purworejo Terhdap Implementasi Kurikulum 2013 Bahasa Prancis”.Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak bisa lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat wahab, M.Pd, M.A, selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Zamzani, M.Pd selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Bapak Rohali, M.Hum, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, sumbangan pemikiran, saran, masukan dan motivasi dalam penyusunan tugas akhir skripsi ini.

4. Ibu Alice Armini, M.Hum, selaku dosen pembimbing akademik, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama masa studi ini.

(8)

viii

Prancis di SMA Negeri 7 Purworejo yang telah membantu kelancaran proses penelitian.

8. Segenap responden di SMA Negeri 7 Purworejo yang penulis tidak sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk waktu, informasi dan bantuan yang telah diberikan.

9. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Semoga bantuan yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.

Peneliti menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan bahwa tugas akhir skripsi ini tentunya masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, krtitik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan oleh peneliti demi penyempurnaan tugas akhir skripsi ini. Semoga penulisan tugas akhir skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 20 Mei 2014

(9)

vii 10204241008

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui tingkat kesiapan SMA N 7 Purworejo dalam implementasi Kurikulum 2013 bahasa Prancis, dilihat dari segi komponen-komponennya yang berupa kepala sekolah, guru mata pelajaran bahasa Prancis, siswa dan sarana prasana; (2) mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi terhadap implementasi Kurikulum 2013 bahasa Prancis di SMA N 7 Purworejo. Kesiapan ini dilihat dari aspek pemahaman Kurikulum 2013, penerapan Kurikulum 2013, dan sarana prasarana.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan angket. Teknik analisis data kualitatif untuk instrumen wawancara dan angket adalah dengan model dari Miles dan Huberman. Teknik analisis data kuantitatif untuk instrumen observasi adalah dengan statistik deskriptif. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru mata pelajaran Bahasa Prancis, siswa kelas X IPS dan kelas X Bahasa.

(10)

x 10204241008

ÉXTRAIT

Les buts de cette recherche sont (1) de vérifier la préparation de l’SMA Negeri 7 Purworejo pour l’implémentation de Curriculum 2013 du français. On peut savoir sur les composants de lycée comme le chef de lycée, les professeurs de français, les lycéens et les infrastructures, (2)l’identifier les facteurs favorables et les facteurs défavorables de SMA Negeri 7 Purworejo au cours de l’implémentation de Curriculum 2013 du français. Cette préparation est analysée selon l’aspect de compréhension de Curriculum 2013, l’aspect d’application de Curriculum 2013, et les infrastructures.

Cette recherche est la recherche descriptive qui utilise des approches qualitatives et quantitatives. La collecte de données se réalise par l’observation, l’interview et l’enquête. La collection de données qualitatives pour l’instrument d’interview et l’enquête utilisent la technique de Miles et Huberman. La collection de données quantitatives de l’instrument d’observation utilise la technique de statistique de descriptive.

(11)
(12)

xii Bab III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

B. Bentuk Penelitian ... 45

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 46

D. Instrumen Penelitian ... 46

E. Teknik Pengumpulan Data ... 53

F. Uji Coba Instrumen ... 54

G. Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 61

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 64

C. Faktor Penghambat dan Penunjang ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 97

B. SARAN ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 100

RÉSUMÉ ... 112

(13)

xiii

Tabel 1 : Kompetensi Inti Kurikulum 2013 Jenjang SMA dan

MA ... 23 Tabel 2 : Struktur Kelompok Mata Pelajaran Wajib Kurikulum

2013 Jenjang SMA dan MA ... 26 Tabel 3 : Struktur Mata Pelajaran Wajib Menurut Jurusan

Kurikulum 2013 Jenjang SMA dan MA ... 27 Tabel 4 : Faktor Pendukung dan Tingkat Kesiapan Implementasi

(14)

xiv

(15)

xv Lampiran 2 : Instrumen Penelitian

Lampiran 3 : Hasil Wawancara Guru

Lampiran 4 : Hasil Wawancra Kepala Sekolah

Lampiran 5 : Hasil Wawancara Siswa

Lampiran 6 : Dokumentasi Penelitian

(16)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hal penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, kesehatan dan banyak aspek dalam kehidupan lainnya. Seperti yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa,

Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Menurut Ki Hajar Dewantara (melalui Siswoyo, 2008: 18), pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Hal ini berarti bahwa pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Maka, secara sederhana pendidikan dirumuskan sebagai aktivitas interaktif antara pendidik dan subjek-didik untuk mencapai tujuan baik dengan cara baik dalam konteks positif.

(17)

Begitu pula dalam bidang pendidikan. Pendidikan masa kini dituntut untuk berkembang menjadi semakin baik. Perubahan pada aspek pendidikan ditandai dengan adanya perubahan kurikulum, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Salah satu perubahan yang paling penting adalah perubahan kurikulum. Menurut Ensiklopedia Indonesia (melalui Gunawan, 2001: 10) kurikulum adalah suatu sistem penyampaian yang terdiri dari metode atau strategi yang dipakai untuk menyampaikan program pelajaran dalam suatu proses interaksi dan komunikasi antarguru, murid, dan bahan pelajaran. Menurut Salirawati, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pada definisi di atas, maka bisa disimpulkan bahwa kurikulum adalah sebuah pengalaman dari setiap pembelajaran dalam proses pendidikan guna mencapai tujuan umum dan khusus yang terencana dalam arahan yang lebih baik.

(18)

yang membuat pemerintah menjalankan kurikulum yang baru, yaitu Kurikulum 2013. Pada dasarnya, kurikulum 2013 masih hampir serupa dengan kurikulum lama yang biasa disebut KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Gambaran secara umum bahwa perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP adalah strategi penyampaian materi pembelajaran dengan berbagai pendekatan baru yang lebih inovatif dan menantang. Singkatnya, semua yang berkecimpung di dunia pendidikan harus melakukan sesuatu yang mampu merubah lingkungan belajar menjadi lebih inovatif, kondusif, dan menantang.

Selain menjadi bagian penting dalam pendidikan, kurikulum juga penting dalam menentukan keidealan sebuah sekolah. Sebuah sekolah tidak akan dikatakan ideal apabila aspek-aspek sekolah ideal tidak berjalan dengan baik. Beberapa aspek sekolah ideal antara lain kurikulum, kesiswaan, manajemen sarana dan prasarana, keuangan sekolah, tenaga kependidikan, dan hubungan dengan masyarakat. Oleh karena itu kurikulum menjadi salah satu bagian penting untuk menentukan sebuah sekolah menjadi sekolah yang ideal.

(19)

Menjadi sekolah unggulan di Kabupaten Purworejo, SMA Negeri 7 Purworejo tentunya memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik yang dimiliki para tenaga pengajar yang berkualitas dan peserta didik yang pandai. Hal ini dikarenakan, peserta didik yang diterima di SMA Negeri 7 Purworejo telah lolos dari seleksi penerimaan peserta didik baru yang secara ketat. Selain dari SDM guru dan peserta didik yang berkualitas, sarana dan prasarana pun cukup memadahi. Menurut hasil observasi yang penulis lakukan, SMA N 7 Purworejo memiliki banyak fasilitas yang mewadahi, contohnya dengan adanya fasilitas Bank To School, Hot Spot Area, Green House dan Pengelolaan Sampah yang sangat baik yang mungkin tidak dimiliki sekolah lain. SMA Negeri 7 Purworejo memiliki 29 ruang kelas untuk siswa kelas X, XI dan XII. Adapun jurusan yang dimiliki adalah IPA, IPS dan Bahasa. Diterapkannya kurikulum 2013 mulai tahun ajaran 2013/2014, penjurusan juga diterapkan pada siswa kelas X. Siswa kelas X sudah mendapatkan pelajaran sesuai dengan jurusan yang mereka pilih ketika mendaftar di SMA N 7 Purworejo.

Bahasa Prancis adalah mata pelajaran bahasa asing yang hingga sekarang masih tetap digunakan sejak SMA Negeri 7 Purworejo berdiri. Sebagai mata pelajaran muatan lokal, bahasa Prancis diajarkan kepada siswa dari kelas X, kelas XI IPS dan Bahasa, dan juga siswa kelas XII IPS dan Bahasa. Mulai tahun pelajaran 2013/2014, bahasa Prancis juga diajarkan pada siswa kelas X IPS dan Bahasa yang saat ini menggunakan kurikulum 2013.

(20)

prosedur pelaksanaan kurikulum 2013 dengan baik. Secara teori, kurikulum 2013 menuntut guru untuk mengubah strategi pembelajaran yg lebih menantang, menarik, dan menyenangkan, mengingat mata pelajaran dibuat lebih sedikit tapi dengan muatan materi yang lebih banyak melalui sistem tematik integratif dan peningkatan efektivitas pembelajaran pada satuan pendidikan dan penambahan waktu pembelajaran. Sistem tematik integratif ini jugalah yang harus dijalankan pada pembelajaran bahasa Prancis pada siswa kelas X yang menerapkan kurikulum 2013. Selain itu, untuk mendukung kelancaran kurikulum 2013 di SMA Negeri 7 Purworejo, salah satu aspek sekolah ideal seperti sarana dan prasarana juga perlu diperhatikan, meskipun sekolah sudah memiliki fasilitas-fasilitas yang lebih unggul dibanding sekolah lain.

Kurikulum 2013 ini akan berhasil apabila komponen-komponen sekolah berkerja sama dengan baik. Komponen-komponen sekolah adalah kesiapan kurikulum, kesiapan kepala sekolah, guru dan siswa, pengelolaan sarana dan prasarana. Selain itu, mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi SMA N 7 Purworejo terhadap implementasi Kurikulum 2013 juga menjadi hal penting yang harus diketahui. Berdasarkan latar belakang, maka judul penelitian skripsi ini adalah Kesiapan SMA N 7 Purworejo Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Bahasa Prancis.

B. Identifikasi Masalah

(21)

1. Banyak pihak yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar seperti guru, kepala sekolah, dan stakeholder lainnya yang terkait dengan dunia pendidikan yang merasa pesimis dengan pelaksanaan Kurikulum 2013. Bahkan, mereka berasumsi bahwa Kurikulum 2013 tidak akan berhasil. 2. Penerapan Kurikulum 2013 sangat tergantung pada keberadaan sarana

prasarana pendukung Kurikulum 2013.

3. Pemahaman guru, kepala sekolah dan stakeholder lainnya akan implementasi Kurikulum 2013 masih kurang, sebagai hasil implementasinya masih diragukan.

4. Pelaksanaan Kurikulum 2013 menghadapi kendala dan tantangan terutama berkaitan dengan kesiapan guru dan sekolah dalam pelaksanaanya.

5. Bahasa Prancis sebagai mata pelajaran pilihan diragukan dalam penerapannya Kurikulum 2013.

C. Batasan Masalah

Oleh karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana yang dimiliki penulis, penelitian ini dibatasi pada kesiapan komponen sekolah yaitu guru mata pelajaran bahasa Prancis, kepala sekolah, siswa dan sarana prasarana dalam implementasi Kurikulum 2013 bahasa Prancis di SMA Negeri 7 Purworejo.

D. Rumusan Masalah

(22)

1. Bagaimanakah kesiapan komponen sekolah seperti kepala sekolah, guru mata pelajaran bahasa Prancis, siswa dan sarana prasana terhadap implementasi kurikulum 2013 di SMA Negeri 7 Purworejo?

2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi terhadap implementasi kurikulum 2013 bahasa Prancis di SMA Negeri 7 Purworejo? E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat kesiapan SMA N 7 Purworejo dalam implementasi Kurikulum 2013 bahasa Prancis, dilihat dari segi komponen-komponennya yang berupa kepala sekolah, guru mata pelajaran bahasa Prancis, siswa dan sarana prasana.

2. Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi terhadap implementasi Kurikulum 2013 bahasa Prancis di SMA N 7 Purworejo.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan membawa manfaat yang secara umum dapat diklasifikasikan dalam dua manfaat, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

(23)

b. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan referensi bagi sekolah lain yang belum melaksanakan Kurikulum 2013 khususnya dalam mata pelajaran bahasa Prancis.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah referensi, wawasan dan pengalaman untuk melakukan penelitian selanjutnya.

b. Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam mengambil langkah-langkah untuk mengimplementasikan sebuah kurikulum yang baru pada sebuah sekolah.

c. Memberikan masukan bagi para pelaksana pembelajaran di SMA Negeri 7 Purworejo khususnya bahasa Prancis, untuk perbaikan pendidikan dan pengelolaan manajemen sekolah guna keberhasilan Kurikulum 2013

G. Batasan Istilah

Supaya penulis dan pembaca memiliki pemahaman yang sama atas penelitian ini, maka penulis membatasi beberapa istilah-istilah yang ada dalam penelitian ini, diantaranya adalah :

a. Kurikulum (Kurikulum 2013)

(24)

b. Bahasa Prancis

Bahasa Prancis merupakan salah satu mata pelajaran bahasa asing yang diajarkan di SMA Negeri 7 Purworejo. Bahasa Prancis menjadi mata pelajaran pokok bagi siswa kelas X, XI, dan XII jurusan IPS dan Bahasa, selain itu bahasa Prancis di SMA Negeri 7 Purworejo menjadi mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional untuk siswa kelas XII jurusan bahasa.

c. Kesiapan

Menurut Suharsimi Arikunto (2004:54), kesiapan adalah suatu kompetensi yang dimiliki seseorang agar siap untuk berbuat sesuatu.

d. Implementasi

(25)

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A.KESIAPAN

Menurut Arikunto (2004:54), “Kesiapan adalah suatu kompetensi sehingga seseorang yang mempunyai kompetensi tersebut memiliki kesiapan

yang cukup untuk berbuat sesuatu”. Hal ini berarti kesiapan adalah suatu

keadaan yang dialami seseorang dan orang tersebut telah siap untuk melaksanakan sesuatu.

Kesiapan juga berarti suatu kemampuan untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan tuntutan situasi yang dihadapi (Mulyasa,2008:53). Dalam hal ini berarti kesiapan merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan situasi kondisi yang ada. Kondisi yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh terhadap adanya kesiapan dan respon yang akan diberikan oleh seseorang tersebut. Hal ini sama dengan apa yang di

ungkapkan Slameto (2010:13), “Kesiapan adalah keseluruhan kondisi yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh

pada kecenderungan untuk memberi respon”. Singkatnya bahwa kesiapan

(26)

Dilihat dari pendapat-pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa kesiapan adalah suatu kondisi di mana seseorang bersedia, siap dan dapat melaksanakan sesuatu untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Kondisi seseorang tersebut juga mempengaruhi hasil dari tujuan yang diinginkan tersebut.

Apabila kesiapan dikaitkan dengan pelaksanaan kurikulum baru di sekolah, maka kesiapan adalah suatu kondisi yang dimiliki sebuah sekolah di mana sekolah tersebut beserta seluruh komponennya bersedia, siap dan dapat melaksanakan kurikulum baru untuk mencapai tujuan dari kurikulum baru tersebut. Kondisi yang dimiliki oleh sekolah tersebut mengenai kurikulum baru juga akan mempengaruhi hasil dari tujuan kurikulum yang diinginkan sekolah tersebut.

Slameto (2010:15) mengungkapkan beberapa prinsip dari kesiapan diantaranya yaitu,

1) Semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh mempengaruhi). 2) Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari

pengalaman.

3) Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan.

4) Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama masa pembentukan dan masa perkembangan.

Lebih lanjut menurut Slameto (2010:14), terdapat tiga aspek yang mempengaruhi kesiapan, aspek-aspek tersebut adalah,

(27)

b. Kebutuhan atau motif tujuan.

c. Keterampilan, pengetahuan, dan pengertian lain yang telah dipelajari.

Dapat disimpulkan bahwa kesiapan adalah suatu keadaan tertentu untuk melakukan suatu kegiatan. Dalam kesiapan perlu adanya sebuah keterikatan antar aspek-aspek yang saling mempengaruhi, kondisi fisik, mental dan emosional juga dapat dijadikan indikator dalam pencapaian hasil kesiapan tersebut. Untuk mendapatkan hasil yang baik dari sebuah kesiapan, maka keterampilan, pengetahuan dan motif tujuan dari sesuatu tersebut harus selalu di perhatikan oleh seseorang tersebut.

Hal ini juga sama jika dikaitkan dengan judul penelitian ini. Kesiapan sekolah dalam penerapan kurikulum baru akan mendapatkan hasil yang baik, apabila seluruh aspek atau komponen sekolah seperti kepala sekolah, guru, murid, ataupun sarana dan prasaranan yang ada di sekolah tersebut saling mempengaruhi, sekolah juga belajar dari pengalaman masa lalu ketika dahulu menerapkan sebuah kurikulum yang sebelumnya. Kemudian, sekolah juga harus tau akan tujuan yang diinginkan dari kurikulum baru tersebut. Selain itu, kondisi fisik, mental, dan emosional serta pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sekolah tersebut juga akan sangat mempengaruhi kesiapan sekolah tersebut dalam penerapan kurikulum baru.

B.KURIKULUM

(28)

pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali/penghargaan. Kemudian, pengertian tersebut diterapkan kedalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh siswa dari awal sampai akhir untuk memperoleh penghargaan berupa ijazah (Sudjana, 2005:4). Seorang siswa dapat dikatakan menempuh kurikulum pendidikan pada suatu jenjang pendidikan tertentu apabila siswa tersebut mengikuti proses pendidikan dari awal hingga akhir. Berakhirnya pendidikan yang ditempuh siswa biasanya ditandai dengan pemberian ijazah yang menandakan bahwa siswa tersebut telah selesai melaksanakan pendidikan sesuai dengan jenjangnya.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Didalam melaksanakan program pendidikan, hendaknya ada sebuah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Hal ini bertujuan agar program pendidikan yang akan dijalankan lebih terarah dan berjalan sesuai dengan alurnya. Apabila program pendidikan ini dijalankan sesuai dengan koridornya maka tujuan pendidikan yang dihapapkan pun akan lebih mudah untuk dicapai.

(29)

pelajaran itulah yang di maksud dengan kurikulum. Untuk mencapai pelaksanaan pembelajaran yang baik di kelas, seorang guru harus mempunyai metode atau strategi dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa supaya terjadi proses interaksi dan komunikasi yang baik antar guru, siswa dan materi pelajaran yang diajarkan.

Di dalam dunia pendidikan, kurikulum merupakan hal terpenting yang tidak bisa ditinggalkan karena kurikulum adalah alat keberhasilan proses pendidikan. Dalam perkembangannya, kurikulum dituntut untuk terus berubah mengikuti perbahan zaman untuk mendapatkan hasil pendidikan yang baik. Oleh karena itu, kurikulum bisa diartikan sebagai rencana proses pembelajaran yang disusun untuk melaksanakan pendidikan formal yang dapat digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan hasil pendidikan yang baik.

1. Landasan Kurikulum

Sebuah landasan sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan kurikulum, hal ini dikarenakan kurikulum merupakan hal yang pokok dan utama dalam pendidikan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pendidikan, maka perlulah adanya landasan yang kuat dan kokoh dalam pelaksanaan dan pengembangan kurikulum.

(30)

Dapat disimpulkan bahwa landasan pokok dalam pengembangan kurikulum adalah,

1) Landasan Filosofis

Maksud dari landasan filosofis adalah pentingnya filsafat dalam melaksanakan, membina dan mengembangkan kurikulum. Diungkapkan oleh Sudjana (2005:10) kata filsafat secara umum diartikan dengan cara berpikir yang radikal, menyeluruh, dan mendalam atau cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya.

Dalam dunia pendidikan, pandangan filsafat sangat diperlukan dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan karena ilmu filsafat akan mengarahkan arah ke mana peserta didik akan dibawa. Hal ini dikarenakan filsafat (pandangan hidup) yang di anut oleh suatu bangsa maupun perseorangan bisa berpengaruh pada tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Tujuan pendidikan sendiri ialah sebuah rumusan yang komprehensif tentang apa yang harus dicapai.

Salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan adalah kurikulum. Namun demikian, sebuah kurikulum di suatu negara akan berbeda-beda karena tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh ilmu filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa, maka kurikulum yang di anut akan mengikuti dasar filsafat yang ada di negara tersebut.

(31)

2) Landasan Psikologis

Landasan lain dalam pengembangan kurikulum adalah landasan psikologis. Terdapat hubungan yang erat antara kurikulum dan ilmu psikologis, karena kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan berkaitan dengan alat yang merubah peserta didik ke arah yang diharapkan oleh pendidikan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya, kurikulum perlu mempertimbangkan kajian-kajian yang terdapat pada ilmu psikologis. Landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum menuntut kurikulum untuk memperhatikan dan mempertimbangkan aspek peserta didik dalam pelaksanaan kurikulum sehingga nantinya pada saat pelaksanaan kurikulum apa yang menjadi tujuan kurikulum akan tercapai secara optimal, sebab perkembangan-perkembangan yang dialami peserta didik pada umumnya didapat dari proses belajar.

(32)

3) Landasan Sosiologis

Pendidikan adalah proses mempersiapkan individu agar menjadi warga negara yang di harapkan, dilihat dari segi sosiologi. Sedangkan dari segi

antropologi, pendidikan adalah “enkulturasi” atau pembudayaan. Menurut

Sukmadinata (2005:58) “Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul

manusia-manusia yang lain dan asing terhadap masyarakatnya, tetapi manusia yang lebih bermutu, mengerti dan mampu membangun masyarakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakterisrik kekayaan dan perkembangan masyarakat tersebut”. Jadi, supaya peserta didik menjadi warga masyarakat yang diharapkan, maka kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan harus mampu untuk memfasilitasi peserta didik aga mereka bisa bekerja sama, berinteraksi, dan beradaptasi dengan lingkungannya. Selain itu, karena landasan sosiologis berdasar pada asumsi-asumsi ilmu sosiologi dan antropologi, sebaiknya pengembangan kurikulum pun harus berdasar pada karakteristik sosial budaya yang membuat peserta didik mengaplikasikannya dalam program pendidikan. 4) Landasan Teknologis

(33)

hubungan timbal balik antar perkembangan teknologi industri dan perkembangan pendidikan, contohnya adalah banyaknya alat-alat canggih yang di produksi membuat peserta didik membutuhkan alat tersebut secara langsung maupun tak langsung dan sekaligus menuntut mereka untuk mempunyai sumber daya manusia yang andal untuk menggunakannya. Jika dilihat dari segi pendidikan, tujuan pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik agar mampu bersaing menghadapi masa depan. Oleh karena itu, perkembangan isi atau materi pendidikan, strategi dan materi pembelajaran serta sistem evaluasi dalam kurikulum hendaknya di sesuaikan juga dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.

2. Komponen Kurikulum

Kurikulum mempunyai komponen-komponen yang saling berkaitan dalam satu kesatuan utuh sebagai salah satu program pendidikan. Adapun komponen-komponennya yaitu,

a. Tujuan Kurikulum

Menurut Sudjana (2005:21), “tujuan kurikulum adalah tujuan dari setiap

program pendidikan yang akan diberikan kepada peserta didik”. Sebagai alat

untuk mencapai tujuan pendidikan, kurikulum harus mempunyai tujuan yang kuat untuk menggambarkan cita-cita yang diharapkan.

(34)

a) Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)

Adalah sumber dan pedoman dalam usaha penyelanenggaraan pendidikan yang bersumber dari sistem nilai pancasila yang telah dirumuskan dalam Undang-Undang no 20 tahun 2003, pasal 3, bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

b) Tujuan Institusional (TI)

Tujuan Institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan, atau dapat di definisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau menyelesaikan program di suatu lembaga pendidikan tertentu sesuai dengan jenjang pendidikannya.

c) Tujuan Kurikuler (TK)

Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik dalam setiap bidang studi atau mata pelajaran sehingga mencerminkan hakikat keilmuan yang ada di dalamnya.

(35)

atau hakikat keilmuan yang dipelajari oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuh.

d) Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP)

Tujuan pembelajaran merupakan bagian dari tujuan kurikuler, yaitu kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan. Karena guru sebagai orang yang mengerti keadaan, situasi, dan kondisi di lapangan, maka guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik setelah mereka selesai mengikuti pelajaran.

b. Komponen Isi atau Materi

Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan, maka perlu adanya isi kurikulum yang berkaitan dengan pengetahuan ilmiah dan pengalaman belajar yang harus diberikan kepada peserta didik. Penentuan isi kurikulum yang berkaitan dengan pengetahuan ilmiah dan pengalaman belajar harus di selaraskan dengan jenjang pendidikan yang ditempuh, perkembangan yang ada di masyarakat terkait dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

c. Komponen Metode atau Strategi

(36)

kerja, belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian penyusunan langkah – langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. (Sanjaya dan Andayani, 2011:53)

d. Komponen Evaluasi

Pengertian evaluasi kurikulum adalah untuk menilai apakah suatu kurikulum sebagai program pendidikan yang menentukan efisiensi, efektifitas, relevansi dan produktifitas program mencapai tujuan pendidikan atau tidak.

Pelaksanaan evaluasi kurikulum sebagai alat untuk melihat keberhasilan pencapaian tujuan dibagi kedalam dua jenis, yaitu

a. Tes

Tes digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan sesuatu. Sebagai contoh, dalam proses pembelajaran tes adalah hal yang umum yang dilakukan peserta didik. Tes biasa dilakukan dalam setiap akhir pembahasa suatu bab tertentu, setelah menempuh satu semester atau dalam akhir pembelajaran di setiap jenjang pendidikan.

Kriteria tes sebagai alat ukur adalah dengan validitas dan reliabilitas. Sebuah tes memiliki tingkat validitas apabila dapat mengukur yang hendak diukur, sedangkan tes memiliki tingkat reliabilitas apabila tes tersebut dapat menghasilkan informasi yang konsisten.

(37)

b. Nontes

Untuk menilai aspek tingkah laku seperti sikap, minat, dan motivasi, bisa menggunakan alat evaluasi yang berupa nontes. Macam-macam nontes sebagai alat evaluasi seperti wawancara, observasi, studi kasus, dan skala penilaian.

Evaluasi kurikulum juga bertujuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pendidikan dan strategi pelaksanaan program. Oleh karena itu, evaluasi kurikulum penting untuk selalu dilaksanakan agar tercipta pembaharuan atau penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya.

3. Peran dan Fungsi Kurikulum

Diungkapkan oleh Hamalik (2008), kurikulum mempunyai peranan yang sangat strategis dan penentu pencapaian tujuan pendidikan, terdapat tiga peranan yang sangat penting, yaitu

a) Peranan Konservatif

Pada hakikatnya, peranan konservatif menempatkan kurikulum yang berorientasi ke masa lampau. Peranan ini sifatnya sangat mendasar, disesuaikan dengan kenyataan bahwa pendidikan merupakan proses sosial.

b) Peranan Kreatif

(38)

kemampuan baru, serta cara berfikir yang baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya.

c) Peranan Kritis dan Evaliatif

Nilai dan budaya yang ada di masyarakat seiring berjalannya waktu pastilah mengalami perubahan, sehingga pewarisan nilai dan budaya perlu di wariskan sesuai dengan kondisi pada masa sekarang. Oleh karena itu perlulah peranan kritis dan evaluatif dalam perkembangan kurikulum dewasa ini. Kurikulum tidak hanya harus mewariskan nilai dan budaya yang ada tetapi kurikulum juga memiliki peranan untuk menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut.

(39)

C.IMPLEMENTASI KURIKULUM

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan. Dalam bidang pendidikan, implementasi kurikulum adalah pelaksanaan atau penerapan kurikulum yang telah dirancang dan didesain untuk kemudian dijalankan (Rino, 2010:28).

Menurut Susilo (2007:174) implementasi kurikulum adalah suatu proses ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan penetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap. Sebuah konsep, ide atau kebijakan baru tidak akan menemukan hasil yang ingin dicapai tanpa adanya sebuah penerapan atau implementasi. Hal ini berlaku juga pada adanya konsep atau ide baru dalam kurikulum, untuk mengetahui hasil dari konsep tersebut maka perlu diadakannya sebuah penerapan kurikulum atau implementasi kurikulum.

Dari dua pendapat yang ada maka dapat disimpulkan bahwa impelemtasi kurikulum merupakan aktualisasi kurikulum dalam proses pembelajaran secara langsung. Sebuah terapan nyata akan ide, konsep atau inovasi sebuah kurikulum terhadap proses pembelajaran yang ada.

(40)

Menurut Rusman (via Ali, 2010: 30) terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses implementasi kurikulum, adapun faktor-faktornya yaitu manajemen sekolah, pemanfaatan sumber belajar, penggunaan media belajar, penggunaan strategi dan model-model pembelajaran, kinerja guru, pemantauan pelaksanaan pembelajaran, dan manajemen peningkatan mutu pendidikan.

Pendapat lain diungkapkan oleh Sanjaya (2009: 197) bahwa implementasi kurikulum hanya mencakup empat faktor, yaitu guru, siswa, sarana prasarana, dan faktor lingkungan. Meskipun hanya mencakup empat faktor, namun keempat faktor tersebut merupakan faktor penting dan saling berkaitan. Tanpa adanya murid, seorang guru tidak akan bisa menerapkan sebuah kurikulum, begitu juga murid, tanpa adanya faktor lingkungan yang kondusif maka penerapan kurikulum pun tidak akan berjalan dengan sempurna.

Berdasarkan kedua pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penunjang keberhasilan proses implementasi kurikulum mencakup: kepala sekolah, guru, siswa, sarana prasarana, dan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah. Apabila semua faktor berjalan dengan baik tentulah akan didapatkan keberhasilan dalam proses implementasi kurikulum.

D.KURIKULUM 2013

1. Landasan Filosofis Kurikulum 2013

(41)

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini ditandai dengan adanya penembangan potensi peserta didik, contohnya pengembangan menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.

(42)

dan dikembangkan dalam bidang pendidikan sejak lampau sampai sekarang yang akan membentuk budaya dirinya, masyarakat dan bangsa yang sesuai dengan zaman dimana peserta didik mengembangkan dirinya.

Pendidikan sebagai suatu hal yang penting harus bisa memberikan efek positif yang akan membentuk dan mencerminkan karakter bangsa sesuai dengan masanya. Tahap pengembangan pendidikan pun harus selalu berubah kearah lebih baik dari masa lalu sampai masa kini. Contohnya pendidikan dalam ilmu, teknologi, budaya, ekonomi, sosial, politik yang dihadapi masyarakat, bangsa dan umat manusia semakin hari semakin berkembang kearah yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan di masanya. Hal ini karena, apabila pendidikan dalam berbagai cabang ilmu tidak berkembang sesuai dengan peradaban bangsa, maka akan banyak sekali hal-hal yang tidak bisa diterapkan lagi karena sudah terlalu tua untuk diterapkan dan tidak sesuai dengan apa yang terjadi di masyarakat pada masa kini. Dengan demikian, Kurikulum 2013 dibentuk atas dasar filosofi dalam mengembangkan adanya keterampilan yang semakin baik dari warisan budaya dan kehidupan masa kini yang dimiliki seseorang akan membawanya bisa bersaing dengan apa yang ada di masa kini atau mungkin di masa yang akan datang.

2. Karakteristik Kurikulum 2013

(43)

a) mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;

b) sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;

c) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;

d) memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

e) kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran;

f) kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;

(44)

3. Struktur Kurikulum 2013

a. Komponen Inti Kurikulum 2013

Inti dari Kurikulum 2013 adalah adanya upaya penyederhanaan dan tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Oleh karena itu, kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan.

Hal ini bertujuan untuk mendorong peserta didik menjadi lebih baik dalam melakukan proses pembelajaran di kelas (bertanya, menjawab, berkomumikasi, dan bereksperimen). Peserta didik juga akan paham dan mengetahui dengan jelas apa yang telah mereka terima di kelas.

Inti kurikulum bisa dilihat dari obyek yang menjadi pembelajaran dan penyempurnaan Kurikulum 2013 yaitu pada fenomena alam, sosial, seni dan budaya. Dengan adanya pendekatan tematik-integratif diharapkan peserta didik memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik dan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, untuk bersaing dan siap menghadapi era globalisasi.

(45)

Berikut adalah tabel kompetensi inti Kurikulum 2013 untuk jenjang SMA dan MA;

(46)

sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

(47)
(48)

b. Struktur Mata Pelajaran Kurikulum 2013

Menurut Dokumen Kurikulum 2013, untuk menerapkan konsep kesamaan antara SMA dan SMK maka dikembangkan kurikulum Pendidikan Menengah yang terdiri atas Kelompok mata pelajaran Wajib dan Mata pelajaran Pilihan. Mata pelajaran wajib sebanyak 9 (sembilan) mata pelajaran dengan beban belajar 18 jam per minggu.

Mata pelajaran pilihan untuk jenjang SMA merupakan pilihan akademik. Mata pelajaran pilihan ini memberikan corak kepada fungsi satuan pendidikan dan di dalamnya terdapat pilihan sesuai dengan minat peserta didik. Beban belajar di SMA untuk Tahun X, XI, dan XII masing-masing 43 jam belajar per minggu. Satu jam belajar adalah 45 menit.

Struktur Kurikulum untuk jenjang SMA yang berupa kelompok mata pelajaran wajib sebagai berikut;

Tabel 2: Struktur Kelompok Mata Pelajaran Wajib Kurikulum 2013 Jenjang SMA dan MA

Mata Pelajaran Kelas

X XI XII Kelompok Wajib

Kelompok A

1

1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

3 3 3

2

(49)

Kewarganegaraan

8 Prakarya dan Kewirausahaan (termasuk muatan lokal)

Jumlah jam pelajaran Kelompok Wajib

24 24 24

Kelompok Peminatan

Matapelajaran peminatan akademik (untuk SMA)

18 20 20

(50)

pelajaran yang merupakan pokok bahasan jurusan tersebut dan tidak boleh mengambil mata pelajaran di luar jurusan. Untuk pilihan antar kelompok peminatan dan bebas berarti peserta didik memiliki keterbukaan untuk belajar di luar kelompok mereka.

Nama jurusan atau kelompok peminatan di Kurikulum 2013 ini diubah dari IPA, IPS dan Bahasa menjadi Matematika dan Sains, Sosial, dan Bahasa. Nama-nama ini tidak diartikan sebagai nama kelompok disiplin ilmu karena adanya berbagai pertentangan fisolosfis pengelompokan disiplin ilmu. Berdasarkan filosofi rekonstruksi sosial maka nama organisasi kurikulum tidak terikat pada nama disiplin ilmu.

Berikut adalah tabel daftar mata pelajaran wajib tempuh untuk masing-masing jurusan atau kelompok peminatan dalam Kurikulum 2013;

Tabel 3: Struktur Mata Pelajaran Wajib Menurut Jurusan Kurikulum 2013 Jenjang SMA dan MA

MATA PELAJARAN Kelas

X XI XII Kelompok Wajib 23 23 23 Peminatan Matematika dan Sains

I 1 Matematika 3 4 4

2 Biologi 3 4 4

3 Fisika 3 4 4

(51)

Peminatan Sosial

II 1 Geografi 3 4 4

2 Sejarah 3 4 4

3 Sosiologi dan Antropologi 3 4 4

4 Ekonomi 3 4 4

Peminatan Bahasa

III 1 Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 4 2 Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 4 3 Bahasa dan Sastra Asing

Lainnya

3 4 4

4 Sosiologi dan Antropologi 3 4 4 Mata Pelajaran Pilihan

Pilihan Pendalaman Minat atau Lintas Minat 6 4 4 Jumlah Jam Pelajaran Yang Tersedia 73 75 75 Jumlah Jam Pelajaran Yang harus Ditempuh 41 43 43

(52)

c. Faktor Keberhasilan Kurikulum 2013

Jika digambarkan, maka kerangka pikir faktor keberhasilan kurikulum 2013 adalah sebagai berikut

Gambar 1: Kerangka Pikir Faktor Penunjang Kurikulum 2013

Kesesuaian kompetensi PTK dengan kurikulum dan buku teks merupakan faktor penentu dari kurikulum yang kemudian didukung oleh faktor-faktor pendukung seperti ketersediaan buku sebagai bahan ajar dan sumber belajar yang mengintegrasikan standar pembentuk kurikulum, penguatan peran pemerintah dalam pembinaan dan pengawasan, serta penguatan manajemen dan budaya sekolah. Baik faktor penentu maupun faktor penunjang saling berperan aktif dalam pelaksanaan kurikulum yang di jalankan oleh peserta didik.

(53)

Keberhasilan penerapan kurikulum yang ditunjang oleh faktor penentu dan penunjang itulah akan tersedianya lulusan yang kompeten.

d. Faktor Pendukung Implementasi Kurikulum 2013

Dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah perlu adanya faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan tersebut dan masing-masing faktor bersinergi membentuk satu kesatuan yang utuh, tiap-tiap faktor tidak dapat berdiri sendiri karena peran faktor tersebut saling mempengaruhi. Beberapa faktor pendukung dan tingkat kesiapan implementasi Kurikulum 2013 menurut Jurnal Pengembangan Kurikulum 2013 berupa:

Tabel 4: Faktor Pendukung dan Tingkat Kesiapan Implementasi Kurikulum 2013

No Komponen Tingkat Kesiapan

1 Sarana Prasarana Tidak ada kebutuhan sarpras khusus [dapat menggunakan yang sudah ada] 2 Siswa Tidak ada prasyarat khusus bagi siswa

karena mulai pada awal jenjang Tidak memerlukan tambahan biaya pribadi bagi siswa

(54)

sehingga dapat disiapkan oleh penerbit]

4 Guru Materi : Sebagian besar materi adalah sama dengan kurikulum yang lalu Proses Pembelajaran : Disiapkan melalui pelatihan

Proses Penilaian : Disiapkan melalui pelatihan

5 Kepala/PengawasSekolah Disiapkan melalui pelatihan terkait dengan instructional leadershipnya 6 Manajemen Sekolah Khusus SMA/K, diperlukan

manajemen sekolah yang disiapkan melalui panduan dan pelatihan

E.PENELITIAN TERDAHULU

(55)

a. Proses Implementasi KTSP mata pelajaran Sains masik tetap bertumpu pada pendekatan produk, bukan proses sains.

b. Faktor-faktor yang menghambat kelancaran proses implementasi KTSP mata pelajaran Sains kelas IV SD Muhammadiyah Condong Catur adalah jumlah siswa keseluruhan masih banyak, jam mata pelajaran Sains masih kurang banyak, sarana laboratorium terbatas, dan evaluasi pembelajaran siswa dilakukan oleh Diknas. Faktor pendukung berupa kepemimpinan sekolah yang tangguh, guru-guru berorientasi pada prestasi, iklim sekolah yang kondusif dan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan sekolah.

c. Terdapat tiga strategi yang digunakan untuk menyukseskan implementasi mata pelajaran sains, yaitu penataan guru sesuai dengan mata pelajaran, berupaya meningkatkan kapasitas guru secara terus-menerus, dan memanfaatkan IT untuk memperlancar proses pembelajaran.

d. Kriteria untuk menilai diajukan oleh para pelaksana kurikulum.

(56)

proses kesiapan proses implementasi Kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa Prancis.

Penelitian yang relevan selanjutnya adalah penelitian dengan judul Implementasi KBK dan Kendala yang Dihadapi Pengelola Madrasah Aliyah Nadhatul Wathan Pancor Lombok Timur oleh Muhammad Taufiq. Hasil penelitiannya berupa:

a. Kepala Madrasah berupaya mensosialisasikan KBK dengan cara: mengirim guru-guru mengikuti workshop, seminar, dan pelatihan KBK lainnya, serta sosialisasi dilakukan pada saat Madrasah melakukan rapat guru dan komite sekolah. Semua berupaya menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing, namun demikian masih ada guru yang belum menjalan KBK dengan pedoman yang ada, sehingga proses belajar siswa di Madrasah Aliyah Nadhatul Wathan Pancor Lombok Timur belum mengalami perubahan yang signifikan.

b. Persiapan pembelajaran dilakukan guru dengan membuat silabus dan ringkasan yang dibagikan kepada siswa. Pembelajaran menekankan pada prinsip memotivasi siswa dengan metode seperti ceramah, penugasan, diskusi, permainan, dan praktek. Sistem penilaiannya pun sudah dijalankan sesuai dengan prinsip KBK yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor, meski belum berjalan secara optimal.

(57)

banyaknya jumlah siswa dalam satu kelas, minimnya koleksi buku-buku dan minimnya anggaran yang tersedia.

d. Upaya-upaya yang dilakukan kepala Madrasah adalah dengan melakukan pertemuan intensif, diskusi secara formal dan non formal supaya guru lebih menyadari tugas dan tanggung jawabnya, selain itu juga melakukan penambahan kelas dan menjalin kerja sama dengan instansi lain yang terkait dengan bidang pendidikan.

Persamaan penelitian milik Muhammad Taufiq dengan penelitian ini adalah bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena yang terjadi tentang bagaimana kesiapan sekolah dan pelaksanaan kurikulum pada pembelajaran. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, pada penelitian ini mencari kendala yang dihadapi dan upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulanginya. Selain itu penelitian ini mempunyai subyek penelitian meliputi staff sekolah dan petugas perpustakaan, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis tidak.

F. KERANGKA PIKIR

(58)

Dalam penerapan kurikulum, terdapat beberapa faktor yang saling berkaitan. Faktor-faktor tersebut yaitu kepala sekolah, guru, siswa dan sarana prasarana. Apabila semua faktor tersebut berjalan dengan baik, maka implementasi kurikulum yang di terapkan di sekolah tersebut bisa berhasil, dan apabila terdapat ketidak sinambungan antar faktor yang berpengaruh menghambat proses implementasi kurikulum di sekolah maka bisa dikatakan gagal.

Keterkaitan antara faktor-faktor tersebut diperjelas dengan bagan sebagai berikut,

Gambar 2: Kerangka Pikir Penelitian

G.PERTANYAAN PENELITIAN

Berdasarkan dari pembahasan mengenai kesiapan SMA N 7 Purworejo terhadap implementasi kurikulum 2013 bahasa Prancis, maka selanjutnya dapat dibuat pertanyaan dengan rincian sebagai berikut,

Kepala sekolah, guru, siswa, sarana dan prasarana

Implementasi Kurikulum

(59)

1. Bagaimanakah implementasi Kurikulum 2013 bahasa Prancis di SMA N 7 Purworejo?

2. Apakah implementasi Kurikulum 2013 bahasa Prancis di SMA N 7 Purworejo sudah berjalan sesuai dengan aturan yang ada pada Departemen Pendidikan Nasional?

3. Faktor apakah yang menghambat dan menunjang implementasi Kurikulum 2013 bahasa Prancis di SMA N 7 Purworejo?

(60)

45 A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini diadakan di SMA N 7 Purworejo. Dipilihnya SMA N 7 Purworejo sebagai lokasi penelitian karena SMA N 7 Purworejo merupakan sekolah menengah atas di Kabupaten Purworejo yang memiliki jurusan bahasa terbaik yang mengajarkan bahasa Prancis kepada siswa siswinya dan merupakan salah satu sekolah yang saat ini menerapkan Kurikulum 2013.

Rencana kegiatan penelitian guna pengambilan data dilaksanakan dalam jangka waktu dua minggu, selama pertengahan Maret 2014.

B. Jenis Penelitian

(61)

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pelaksana kurikulum yang merupakan komponen sekolah, seperti kepala sekolah, guru mata pelajaran bahasa Prancis, dan siswa kelas X IPS dan Bahasa. Subjek dalam penelitian ini diperlukan untuk memperoleh kesimpulan. Sedangkann objek dari penelitian ini berupa kurikulum yang dilaksanakan dan sarana prasarana yang ada di SMA N 7 Purworejo

D. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006: 134) yang dimaksud instrumen adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan pengumpulan data agar menjadi mudah dan sistematis. Maka, instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan peneliti guna membantu dan mempermudah dalam pengumpulan data penelitian.

Terdapat tiga macam instrumen dalam penelitian ini yaitu lembar observasi, lembar angket dan lembar wawancara. Menurut Sugiono (2008:121) gabungan dari instrumen observasi, angket dan wawancara dapat digunakan untuk mendapatkan data yang lengkap, akurat, dan konsisten.

(62)

pertanyaan. Dalam setiap butir pertanyaan, disediakan empat pilihan jawaban yang berupa Tidak Layak, Cukup Layak, Layak dan Sangat Layak. Lembar observasi dua adalah lembar untuk mengobservasi kegiatan pembelajaran di kelas yang telah menerapkan Kurikulum 2013. Lembar ini juga diuraikan dalam beberapa indikator dan butir pertanyaan dengan alternatif jawaban seperti Tidak Maksimal, Belum Maksimal, Cukup Maksimal, dan Maksimal.

Instrumen angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010:194). Dalam penelitian ini, angket diberikan kepada guru bahasa Prancis dan kepala sekolah sebagai responden. Angket ini berisi tentang kesiapan sekolah terhadap Kurikulum 2013 yang dibagi dalam beberapa indikator dan pada setiap indikator terdapat sub indikator yang berupa pertanyaan atau pernyataan. Angket ini dibagi ke dalam tiga indikator yaitu pemahaman Kurikulum 2013, pengaplikasian Kurikulum 2013 dan faktor penunjang serta faktor penghambat.

Tabel 5. Daftar Aspek Instrumen Angket

No Indikator Sub Indikator

1 Pemahaman Kurikulum 2013

(63)

Dimana dan jumlah mengikuti sosialisasi Kurikulum 2013

a. Depdiknas b. Provinsi

c. Kabupaten atau Kota d. Kecamatan

e. Kepala Sekolah

Kejelasan isi sosialisasi Kurikulum 2013 Mempunyai dokumen Kurikulum 2013 Kejelasan isi dan kelengkapan dokumen Kurikulum 2013

Mempunyai silabus Kurikulum 2013 Kejelasan isi dan kelengkapan silabus Kurikulum 2013

Pemahaman Penyusunan RPP Kendala Penyusunan RPP 2 Penerapan Kurikulum

2013

Penerapan RPP

Keefektivan jam pelajaran Evaluasi pembelajaran Hasil Evaluasi Pembelajaran Respon Siswa

(64)

Faktor Penunjang

Angket ini terbagi dalam dua jenis dipandang dari cara menjawabnya, beberapa sub indikator berupa angket terbuka, namun banyak yang berupa angket tertutup. Angket terbuka adalah angket yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri, sedangkan angket tertutup adalah angket yang sudah terdapat alternatif jawaban, sehingga responden hanya memilihnya (Arikunto, 2010:195).

Instrumen yang ketiga adalah pedoman wawancara yang akan diajukan kepada kepala sekolah, guru bahasa Prancis dan siswa kelas X IPS dan bahasa. Wawancara kepada siswa kelas X IPS dan bahasa hanya diajukan kepada beberapa siswa saja atau sampel siswa. Pengambilan sampel siswa ini menggunakan teknik random sampling karena peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel (Arikunto, 2010:177). Terdapat tiga kelas untuk kelas X IPS dan satu kelas X bahasa yang masing-masing kelas mempunyai sekitar 28-30 siswa. Sebelum melakukan teknik random sampling, peneliti sudah menentukan banyaknya jumlah sampel terlebih dahulu, peneliti sudah memutuskan bahwa akan ada dua anak di masing-masing kelas sebagai sampel, kemudian pengambilan sampel ini menggunakan teknik undian. Teknik ini dilakukan empat kali, yaitu dengan melakukan satu kali pengundian untuk mendapatkan dua sampel di tiap-tiap kelas.

(65)

1. Aspek Kurikulum

Responden : Kepala Sekolah (KS), Guru mata pelajaran bahasa Prancis (GP), Siswa (S)

1) Sejak kapan SMA N 7 Purworejo menggunakan Kurikulum 2013? (KS) (GP)

2) Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terhadap penerapan Kurikulum 2013 khususnya untuk mata pelajaran bahasa Prancis di SMA N 7 Purworejo? (KS) (GP)

3) Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti diklat atau pelatihan Kurikulum 2013? (KS) (GP)

4) Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti diklat atau pelatihan Kurikulum 2013 khususnya untuk mata pelajaran bahasa Prancis? (KS) (GP) 5) Apakah sekolah melakukan sosialisasi Kurikulum 2013 sebelum

mulai menerapkannya? (KS)

6) Bagaimanakah respon bapak ibu guru terhadap pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMA N 7 Purworejo? (KS)

7) Apakah guru telah mendapatkan informasi dan pemahaman yang jelas dan lengkap tentang Kurikulum 2013 khususnya untuk mata pelajaran bahasa Prancis? (KS)

8) Apakah kalian mengetahui kurikulum apa yang di terapkan dalam pembelajaran kalian saat ini? (S)

(66)

2. Aspek Penerapan Kurikulum 2013

Responden : Kepala Sekolah (KS), Guru mata pelajaran bahasa Prancis (GP), Siswa (S)

1) Apakah guru bahasa Prancis memiliki kemampuan teknis dalam merencanakan, membuat, dan melaksanakan RPP sesuai dengan Kurikulum 2013? (KS)

2) Apakah Ibu membuat RPP sesuai dengan Kurikulum 2013? Atau masih menggabungkannya dengan kurikulum KTSP? (GP)

3) Dalam penyusunan RPP apakah Ibu membuatnya sendiri atau bekerja sama dengan guru bahasa Prancis lainnya? (GP)

4) Apakah ada kendala dalam pembuatan RPP yang sesuai dengan Kurikulum 2013? (GP)

5) Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran bahasa Prancis yang menerapkan Kurikulum 2013? (GP)

6) Kurikulum 2013 menuntut guru untuk memberikan pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning), lalu apa usaha yang Ibu lakukan untuk membuat suasana pembelajaran menyenangkan? (GP) 7) Apakah mata pelajaran bahasa Prancis merupakan pelajaran yang

kalian sukai? (S)

8) Mengapa kalian menyukai/tidak menyukai mata pelajaran bahasa Prancis? (S)

(67)

10) Apakah kalian menyukai metode mengajar guru mata pelajaran bahasa Prancis? (S)

11) Apakah kalian mendapatkan kesulitan saat belajar bahasa Prancis di kelas? (S)

3. Aspek Sarana dan Prasarana

Responden : Kepala Sekolah (KS), Guru mata pelajaran bahasa Prancis (GP), Siswa (S)

1) Apakah sekolah sudah mendapatkan buku-buku pelajaran yang sesuai dengan Kurikulum 2013? (KS) (GP)

2) Jika iya, apa pendapat Ibu terhadap isi buku tersebut? Apakah sesuai jika diterapkan di kelas? (GP)

3) Jika tidak, apa yang Ibu lakukan supaya pembelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013? (GP)

4) Apakah fasilitas pembelajaran bahasa Prancis yang kalian dapatkan sudah baik? Alasannya? (S)

4. Aspek Faktor Penunjang dan Penghambat

Responden : Kepala Sekolah (KS) dan Guru mata pelajaran bahasa Prancis (GP)

(68)

2) Menurut Bapak/Ibu, apakah yang menghambat pelaksanaan Kurikulum 2013 khususnya untuk mata pelajaran bahasa Prancis? 3) Menurut Bapak/Ibu, apakah yang menunjang pelaksanaan Kurikulum

2013 khususnya untuk mata pelajaran bahasa Prancis?

4) Apa harapan Bapak/Ibu terhadap pelaksanaan Kurikulum 2013 khususnya untuk mata pelajaran bahasa Prancis di SMA N 7 Purworejo?

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data berupa teknik observasi, teknik wawancara dan teknik angket.

1. Observasi

Pengumpulan data yang pertama adalah dengan melakukan observasi langsung di sekolah. Peneliti melakukan observasi partisipasif dimana peneliti akan mengamati dan mengikuti proses penelitian secara langsung dengan sumber data penelitian. Peneliti akan melakukan observasi di dalam kelas pada saat pembelajaran bahasa Prancis berlangsung. Selain itu, peneliti juga melakukan obsevasi pada kondisi-kondisi sarana dan prasarana terkait dengan Kurikulum 2013.

2. Angket

(69)

akan mengjawab pertanyaan atau pernyataan dengan memilih salah satu dari macam-macam jawaban yang sudah disediakan.

3. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) dan terwawancara (interviewee) denga maksud tertentu. Pewawancara dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan terwawancara meliputi kepala sekolah, guru mata pelajaran bahasa Prancis dan siswa kelas X IPS dan Bahasa. Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dari angket.

F. Uji Coba Instrumen

Instrumen penelitian sangat berpengaruh akan hasil data yang didapatkan. Data merupakan hal terpenting dalam sebuah penelitian karena benar tidaknya data akan menentukan mutu dari sebuah penelitian. Maka, untuk mendapatkan data yang baik dalam sebuah penelitian yang berkualitas diperlukan instrumen penelitian yang baik dan tepat. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu kualitatif dan kuantitatif, oleh karena itu validitas dan reliabilitas data juga akan dibagi dalam dua pendekatan. Untuk instrumen lembar observasi menggunakan pendekatan kuantitatif, sedangkan untuk instrumen angket dan wawancara menggunakan pendekatan kualitatif. 1. Validitas Pendekatan Kuantitatif

(70)

instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Pengujian dilakukan melalui analisis butir soal, yaitu mengkorelasikan skor yang ada dalam setiap butir soal dengan skor total. Prosedur pengujian dilakukan dengan cara menganalisis setiap item dalam lembar observasi dengan mengkorelasikan skor item (x) dengan skor total (y). Untuk itu digunakan teknik korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut:

= NΣXY − (ΣX) (ΣY)

{ NΣX − (ΣX ) } { NΣY − (ΣY ) }

Keterangan :

: koefisien korelasi X dan Y : jumlah responden

Ʃ : jumlah harga skor butir

Ʃ : jumlah harga skor total

Ʃ : produk dari X dan Y

Syarat minimum butir dalam instrumen untuk dianggap valid adalah r = 0,3. Jadi jika korelasi antara butir dengan dengam skor kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Perhitungan analisis validitas instrumen dengan bantuan program Statical Product and Service Solutions (SPSS)

(71)

Menurut Arikunto (2006: 29) seseorang dikatakan dapat dipercaya apabila orang tersebut selalu berbicara ajeg, tidak berubah-ubah pembicaraanya dari waktu ke waktu. Hal ini sama dengan reliabilitas yang mempunyai arti kemantapan, konsistensi, keteramalan dan ketetapan. Begitu pula dengan instrumen, selain harus valid instrumen juga harus mempunyai kadar reliabilitas yang tinggi. Hal itu berarti bahwa instrumen harus tetap dan tidak berubah-ubah.

Rumus yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah rumus Alpha Cronbach karena skor yang digunakan berbentuk skala likert. Rumusnya adalah:

=

− 1 1 −

Ʃ

Keterangan:

: indeks keandalan : banyak butir pertanyaan

Ʃ : jumlah varian butir : jumlah varian total

3. Validitas dan Reliabilitas Pendekatan Kualitatif

(72)

dengan cara: (1) membandingkan data hasil pengamatan dan hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi; (3) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Tahap selanjutnya adalah dengan teknik analisis data dengan triangulasi teknik. Peneliti melakukan triangulasi teknik dengan membandingkan data dari teknik pengumpulan data yang telah dilakukan yaitu teknik angket dan teknik wawancara.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik analisis data statistik deskriptif. Dipilihnya teknik analisis data statistik deskriptif karena hasil data penelitian ini berupa akumulasi data dasar dalam bentuk deskripsi, bukan menguji hipotesis, mencari ramalan ataupun penarikan simpulan. Dalam penelitian ini, teknik analisis data dibagi menjadi dua, yaitu teknik analisis data kuantitatif dan teknik analisis data kualitatif. 1. Data Kuantitatif

Untuk menggambarkan karakteristik setiap variabel penilitian digunakan bentuk distribusi frekuensi, pengukuran tendensi sentral (mean, median, dan modus), dan kecenderungan variabel untuk mengkategorikan

skor tiap variabel. Menurut Hasan (2005: 43) dalam distribusi frekuensi, terdapat tiga langkah pengerjaan, yaitu

(73)

Kelas interval didapat dengan menggunakan rumus Sturges K = 1+3,3 log n

Keterangan :

K = Jumlah kelas interval N = Jumlah data

Log = Logaritma b. Menghitung Rentang Data

Rumus untuk menghitung rentang data adalah Rentang = skor tertinggi–skor terendah

c. Menentukan Panjang Kelas

Untuk menentukan panjang kelas, peneliti menggunakan rumus Panjang kelas = rentang dibagi jumlah kelas

Tahap selanjutnya dalam teknik analisis data statistik ini adalah kecenderungan variabel yaitu dengan mengkategorikan skor yang didapat kedalam kelas rendah, sedang dan tinggi. Pengkategorian ini diperoleh berdasarkan mean ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut,

Mi =1

2(skor tertinggi + skor terendah)

SDi =1

6 (skor tertinggi− skor terendah)

Hasil dari data frekuensi yang didapat dapat disajikan dalam bentuk tabel. Hal ini di gunakan untuk mempermudah pembacaan data.

(74)

Teknik analisis data kalitatif untuk data angket dan wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik analisis data oleh Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2009:246) bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif fan berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Dalam teknik analisis ini, terdapat empat langkah analisis data yang berupa:

a. Pengumpulan Data

Data yang dianalisis merupakan data yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Data-data tersebut berisi tentang apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan ditemui selama proses penelitian berlangsung.

b. Reduksi Data

Setelah melakukan pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah reduksi data. Reduksi data adalah proses memilih hal-hal pokok, menyederhanakan permasalahan dan memfokuskannya pada hal-hal yang penting dan dapat dikategorisasi sesuai dengan fokus penelitian.

c. Penyajian Data

(75)

d. Penarikan Simpulan

Penarikan simpulan ini didapatkan setelah melakukan verifikasi dengan cara melakukan peninjauan kembali sambil mencocokan dengan catatan lapangan agar memperoleh pemahaman yang tepat. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh memiliki tingkat validitas yang kuat.

Apabila digambarkan, maka langkah-langkah analisis data menurut Miles dan Huberman adalah sebagai berikut

Gambar 3. Teknik analisis data oleh Miles dan Huberman Pengumpulan

Data

Sajian Data

Reduksi Data

(76)

97 A. Kesimpulan

1. Kesiapan SMA Negeri 7 Purworejo Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Bahasa Prancis

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian terhadap kesiapan SMA Negeri 7 Purworejo terhadap implementasi Kurikulum 2013 Bahasa Prancis, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa secara umum kesiapan SMA Negeri 7 Purworejo terhadap implementasi Kurikulum 2013 Bahasa Prancis berada dalam kategori sedang atau cukup siap. Penjabaran masing-masing aspek adalah sebagai berikut.

a. Aspek Pemahaman Kurikulum 2013

Gambar

Tabel 1. Kompetensi Inti Kurikulum 2013 Jenjang SMA dan MA
Tabel 2: Struktur Kelompok Mata Pelajaran Wajib Kurikulum 2013
Tabel 3: Struktur Mata Pelajaran Wajib Menurut Jurusan Kurikulum 2013
Gambar 1: Kerangka Pikir Faktor Penunjang Kurikulum 2013
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berjudul Iklan Pond‟s White Beauty Melalui Media Televisi dan Perilaku Konsumen (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Iklan Pond‟s White Beauty Melalui

Aplikasi untuk Susunan Tata Surya digunakan untuk memberikan informasi tentang angkasa raya yang dapat menarik minat dan bakat di bidang astronomi, karena penyampaian

Berdasarkan pembahasan mengenai penelitian yang telah dibahas maka Sistem Informasi Aplikasi Penjualan hanphone di Toko Bedjo Store, dapat diambil kesimpulan yaitu:

[r]

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa batang sawit nonpro- duktif memiliki potensi sangat besar sebagai bahan baku bioetanol dan

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 keluarga poligami (dalam hal ini suami yang memiliki dua istri), dengan demikian subyek dalam penelitian ini terdiri dari

Grafik pengaruh faktor C terhadap beban maksimum Berdasarkan Gambar diatas, dapat dilihat pada grafik bahwa rasio tulangan 0,8 % berada dibawah dari rasio tulangan 1,6 %