KONSEP MENJAGA KESEHATAN REPRODUKSI
MENURUT AL-
QUR’A
N
Skripsi:
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Oleh:
KHOIRUL BARIYAH
NIM: E33211087
PRODI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
JURUSAN AL-QURAN DAN HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
ABSTRAK
Khoirul Bariyah, Konsep Menjaga Kesehatan Reproduksi Menurut Al-Qur’ān
(Studi Penafsiran Tematik Kontekstual), masalah yang diteliti dalam penelitian ini
adalah: 1. Bagaimana konsep menjaga kesehatan reproduksi menurut Al-Qur’an. 2.
Bagaimana penafsiran kontekstual atas Ayat-ayat tentang kesehatan reproduksi? .
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ayat-ayat al-Qur’ān yang berhubungan
dengan kesehatan reproduksi, serta penjelasan penafsiran yang kontekstual dari para
mufassir, sehingga dapat diketahui bahwa al-Qur’ān memang memperhatikan terhadap
kesehatahan reproduksi.
Penelitian ini dilakukan karena banyak yang belum mengetahui bahwa dalam al-Qur’ān telah lama membahas tentang kesehatan reproduksi sebelum para ilmuan
tentang kesehatan menelitinya. Konsep yang ada didalam al-Qur’ān ada empat, yaitu:
etika berhubungan seksual, larangan ber-KB dengan alat kontrasepsi, problem-problem kehamilan dan melahirkan, serta larangan berzina. Semua konsep tersebut di ambil dari al-Qur’ān dan dari penjelasan dari penafsiran yang kontekstual dari para mufassir.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa para mufassir mempunyai pemahaman yang berkaitan dengan ilmu kesehatan, seperti dalam surat al-Baqarah: 222 yang membahas tentang larangan benggauli istri ketika haid, apabila seorang suami melakukan hubungan seksual ketika istrinya sedang haid, akan mengakibatkan Sakit pada alat-alat peranakan perempuan, masuknya elemen haid kedalam anggota fital laki-laki akan menyebabkan kencing nanah. Allah melarang untuk homoseksual yaitu berhubungan dengan sesama jenis laki-laki dengan laki-laki, seperti dalam surat asy-Syu’ara’: 165-166. Akibat dari perbuatan tersebut adalah penyakit AIDS. Problem disaat masa kehamilan dan proses melahirkan, seperti yang terdapat dalam surat
al-Ahqof: 15, bahwa sang ibu mengandungnya dengan susah payah, sambil mengalami
aneka kesulitan bermula dari mengidam, dengan aneka gangguan fisik dan psikis, dan
melahirkannya dengan susah payah setelah berlalu masa kehamilan. Dalam surat al-An’am: 151. Dalam penafsiran dijelaskan bahwa ayat ini berhubungan dengan adanya gagasan baru dari dunia modern, yaitu tentang “Keluarga Berencana.” Program KB tersebut pastilah menggunakan alat atau obat, yang disebut kontrasepsi, sedangkan alat atau obat-obat tersebut dapat merusak pada kesehatan fisik maupun psikis. Dalam surat al-Isra’: 32. Menjelaskan berzina adalah perbuatan yang buruk dan nyata yang menimbulkan keruskan, diataranya adalah Timbulnya penyakit-penyakit yang amat berbahaya seperti sifilis dan gonore. Percampuran dan kekacauan nasab.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii
SURAT PERNYATAAN ... iv
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiii
... BAB I. PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1
B. Penegasan Judul ... 8
C. Identifikasi dan batasan masalah ... 9
D. Rumusan masalah ... 10
F. Manfaat Penelitian ... 11
G. Kajian pustaka ... 12
H. Metode penelitian ... 13
I. Sistematika pembahasan ... 17
BAB II. KESEHATAN REPRODUKSI A. Pengertian Kesehatan Reproduksi ... ... .. 18
B. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi ... . 34
C. Hak-hak Kesehatan Reproduksi ... . 39
D. Islam dan Kesehatan Reproduksi ... 42
BAB III. KONSEP MENJAGA KESEHATAN REPRODUKSI MENURUT AL-QUR’AN A. Etika Berhubungan Seksual ... . 44
B. Problem dalam Kehamilan dan Melahirkan ... 58
C. Anjuran Menyusui... 64
D. Larangan ber-KB dengan Alat Kontrasepsi ... 70
E. Larangan Berzina ... 84
Bab V. PENUTUP A. Kesimplan ... 91
B. Saran-saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap muslim meyakini bahwa Islam adalah suatu agama yang
membawa petunjuk demi kebahagiaan pribadi dan masyarakat serta kesejahteraan
mereka didunia dan diakhirat.1 Para ulama Islam sepakat bahwa ajaran agama
Islam bertujuan untuk memelihara lima hal pokok, yaitu: agama, jiwa, akal,
kehormatan (keturunan), dan kesehatan. Mengenai isyarat tentang kesehatan yang
ada didalam al-Quran2 diantaranya adalah anjuran untuk menjaga kebersihan, dan
permasalahan gizi yang merupakan pertahanan terhadap kesehatan seseorang.
Termasuk juga tentang kesehatan reproduksi.3
Kesehatan bagi manusia berhubungan dengan jasmani dan rohani,
apabila salah satu dari keduanya tersebut sakit maka yang lainpun akan juga
terganggu. Termasuk kesehatan reproduksi, dimana reproduksi ini merupakan
komponen terpenting pada tubuh seseorang.
Sejarah konsep kesehatan reproduksi pertama kali di Brasilia pada awal
tahun 1970, dalam kongres tentang kesehatan perempuan. Dalam kongres tersebut
1
Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran : Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Jakarta: Mizan, 2009), 446
2
Al-Quran adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pngetahuan. Al-quran diturunkan Allah kepada Rasul-Nya yaitu Muhammad saw. Untuk dijadikan pedoman hidup bagi umat manusia terutama kepada umat Islam. Lihat Manna’ Khalil Al-Qattan, Mabahis fi ‘Ulumil Quran, penerjemah: Mudzakir AS, Studi Ilmu-ilmu Quran, cet.4 (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2011), 1
3
2
disadari bahwa kemajuan dalam teknologi mencegah kehamilan, yaitu pemakaian
kontrasepsi (pil kontrasepsi), karena ternyata dapat menimbulkan beagai dampak
terhadap kesehatan perempuan, yang bukan hanya terhadap proses ovulasi dan
menstruasi saja tetapi juga kesehatan perempuan tersebut lebih luas, yang
kemudian disebut sebagai kesehatan reproduksi.4
Kesehatan reproduksi mencakup tiga komponen yaitu, kemampuan
(ability), keberhasilan (succces), dan keamanan (safety). Keamanan berarti dapat
berproduksi. keberhasilan berarti dapat menghasilkan anak sehat yang tumbuh dan
berkembang. Keamanan berarti semua proses reproduksi termasuk hubungan seks,
kehamilan, persalinan, kontrasepsi, dan abortus seyogyanya bukan merupakan
aktifitas yang berbahaya.5
Kesehatan reproduksi yang terjadi di masyarakat sangat memprihatinkan,
banyak kasus kehamilan yang tidak diiginkan yang mengakibatkan pada tindakan
aborsi, padahal aborsi itu merupakan suatu tindakan yang membahayakan ibu
maupun bayi. Karena tindakan tersebut bisa menyebabkan terjadinya penyakit
seperti infeksi pada saluran reproduksi.
Kesehatan reproduksi ibu dan bayi baru lahir meliputi perkembangan
berbagai organ reproduksi mulai dari sejak dalam kandungan, bayi, remaja,
wanita usia subur, klimatrium, menopause, hingga meninggal. Kondisi kesehatan
seorang ibu hamil mempengaruhi kondisi kesehatan organ-organ reproduksi bayi
yang dilahirkannya. Termasuk didalamnya kondisi kesehatan reproduksi remaja
4
Ahmad Nurcholish, dkk, Seksualitas dan Agama “Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Agama-agama”, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo). 30
5
3
yang termasuk pada saat pertama anak perempuan mengalami haid atau menarche
yang bisa beresiko timbulnya anemia, perilaku seksual yang mana bila kurang
mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dapat tertular penyakit
hubungan seksual, termasuk HIV/AIDS. Selain itu juga menyangkut kehidupan
remaja memaasuki masa perkawinan. Remaja yang menginjak masa dewasa bila
kurang pengetahuan dapat mengakibatkan risiko kehamilan usia muda yang mana
mempunyai risiko terhadap ibu hamil dan janinnya.6
Adanya fakta yang dilaporkan dari berbagai institusi kesehatan,
menunjukkan bahwa kesehatan reproduksi di Indonesia masih sangat rendah.
Sejumlah indikator untuk hal ini dapat di tunjuk antara lain: AKI (Angka
Kematian Ibu) di Indonesia masih tertinggi di Asean. Menurut survei Demografi
Kesehatan Indonesia 2002-2003, angka kematian ibu di Indonesia adalah 307 per
100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi (AKB) tercatat 35 per
1.000 per kelahiran hidup. Depkes menargetkan pada tahun 2009 AKI menjadi
226 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 26 per 1.000 kelahiran hidup.7
Aborsi tidak aman sangat meningkat. Dr. Budi Santoso dari Divisi
Fertilitas Endrokinologi Reproduksi Obstretri dan Ginekolog Fakultas Kedokteran
Unair-RSUD Dr. Soetomo mengatakan: “bahwa di Indonesia ada 1’5 juta ibu
yang menjalani aborsi yang tidak aman.” ODHA (orang dengan HIV/AIDS)
semakin bertambah dan meluas. Kanker rahim dan payudara masih banyak, relasi
seksual tidak sehat semakin menggejala, dan kekerasan dalam rumah tangga juga
masih fenomenal. Catatan Tahunan Komnas Perempuan melaporkan bahwa tahun
6
Ibid,. 5
7
4
2012 jumlah KTP yang dilaporkan sebanyak 216.156 orang. Jumlah ini meningkat
tajam dari tahun sebelumnya (181%). Dan pada tahun sebelumnya, Kekerasan di
ranah personal (KDRT) adalah yang tertinggi, mencapai 8.315 kasus (66%).
Sementara kekerasan di ranah komunitas, mencapai 2.493 kasus. Jenis dan bentuk
yang paling banyak adalah kekerasan seksual (2.521 kasus). Komnas Perempuan,
Catahu, Jakarta, 7 Maret 2013.8 Sedangkan pada tahun 2014 terdapat 501.400
kasus HIV/AIDS. Pendeerita HIV/AIDS sudah terdapat di 32 provinsi dan 300
kabupaten/kota. Penderita di temukan terbanyak pada usia produktif, yaitu 15-29
tahun. Padahal pengurangan kasus HIV/AIDS merupakan salah satu target
Millennium Development Goals (MDGs).9
Penyakit seksual dianggap sebagai penyakit yang sulit diobati. Diantara
penyakit yang disebabkan karena perbuatan amoral yang biasa disebut dengan
HIV (AIDS). Banyaknya perbuatan amoral juga menyebabkan banyak penyakit,
seperti sifilis, gonore, dan herpes yang munculnya seperti wabah seks yang
menyebar dengan cepat. Penyakit tersebut pertama kali muncul di Amerika pada
tahun 1979.10
Masalah HIV/AIDS lebih tepat juga disebut sebagai cobaan, ujian yang
buruk atau peringatan Tuhan kepada manusia. Adanya suatu cobaan dan ujian
yang buruk ini, Tuhan memperingatkan agar semua orang waspada dan
berhati-hati, serta menghindari dan menjaga diri dari tindakan negatif dan dari
8
Ibid, 124
9
Ibid, 126
10
Abdel Daem Al-Kaheel, Tahasia Medis dalam Al-Quran dan Hadis “Operasi Tanpa
5
faktor yang menyebabkan penularannya. Seperti dalam al-Qur’an Surat Al-Anfal
ayat 25, yaitu:
Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya.11
Maka dari pencegahan merupakan langkah yang lebih baik dari pada
mengobati. Sebelum seseorang terserang oleh suatu penyakit, ada baiknya jika
terlebih dahulu mencegah agar penyakit itu tidak terjadi pada dirinya. Seperti
yang telah dibahas permasalahan diatas yaitu kesehatan pada organ reproduksi
terutama bagi perempuan. Dalam ilmu kesehatan telah dibahas panjang lebar
tentang kesehatan reproduksi seperti, tentang hak-hak reproduksi, faktor
terjadinya suatu penyakit pada organ reproduksi, dan lain sebagainya.
Selain pernyataan dari aspek ilmu kesehatan, al-Quran sangat
memperhatikan terhadap kesehatan manusia, seperti kesehatan fisik, kesehatan
mental dan kesehatan masyarakat. Apabila salah satu kesehatan fisik, mental, dan
masyarakat terganggu maka kondisi kesehatan seseorang pun tentu saja tidak akan
utuh. Al-Quran sangat menganjurkan kebersihan seperti kebersihan jasmani
diantaranya, yaitu kebersihan pakaian, kebersihan rumah, saluran air serta
kebersihan makanan dan minuman.12
11
Al-Qur’an, [08]:25
12
6
Kesehatan reproduksi yang ada dalam al-Quran yaitu mengenai
seksualitas, homoseksual, kontrasepsi, kehamilan, menyusui dan juga mengenai
aborsi. Dimana tindakan seks bebas, hamil diluar nikah yang akhirnya melakukan
tindakan aborsi sudah banyak terjadi pada masyarakat. Ayat-ayat yang membahas
tentang konsep menjaga kesehatan reproduksi yang ada dalam al-Quran adalah
tentang larangan berhubugan dengan istri ketika haid, anjuran berhbungan pada
tempatnya dan masih banyak ayat-ayat yang menerangkan hal tersebut, seperti
yang ada dalam surat al-Baqarah ayat 222 :
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. apabila mereka telah Suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.13
Penafsiran para ulama tafsir klasik, menafsirkan ayat diatas yaitu: Haid
adalah suatu kotoran atau tempat kotoran, maka jauhilah wanita-wanita,
maksudnya jangan bersetubuh dengan mereka, (diwaktu haid) atau pada
tempatnya, (dan janganlah kamu mendekati mereka) dengan maksud bersetubuh.14
13
Al-Qur’an, [02]: 222
14
7
Dan apabila terlanjur bersetubuh pada istrinya diwaktu haidh. Maka ia telah
berdosa dan harus minta ampun kepada Allah serta membayar kafarat sebanyak
satu dinar atau setengah dinar, dalam hadis yang diriwayatkan Tirmidzi
disebutkan “jika darah masih berwarna merah maka harus bayar satu dinar, dan
jika warna darahnya kuning, maka harus membayar setengah dinar.”15
Sedangkan penafsiran para ulama kontemporer mengenai ayat 222
menjelaskan bahwa keadaan peribadi seorang perempuan menurut ayat ini, ketika
dia sedang haidh bukanlah merupakan hal yang najis seperti orang-orang yahudi
katakan. Bahkan apabila melakukan hal-hal seperti berciuman itu tidak di larang
karena dia bukan tempat yang najis untuk di sentuh. Namun yang tidak boleh di
sentuh adalah bersetubuh, sebab saat itu tengah ada pembersihan dalam
rahimnya.16 Karena haid mengakibatkan gangguan terhadap fisik dan psikis
wanita, juga pria. Secara fisik, dengan keluarnya darah yang segar,
mengakibatkan gangguan pada jasmani wanita.17 Dan hal ini diakui pula oleh
pengetahuan kedokteran modern. Para dokter mengatakan :”Bersenggama di masa
haid itu, menimbulkan macam-macam bahaya.” Yaitu sebagai berikut: Sakit pada
alat-alat peranakan perempuan, dan juga menimbulkan radang rahim pada indung
telur, sehingga sangat berbahaya untuk kesehatannya. Dan juga masuknya elemen
15
Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Kassir, Juz 1 al-Fatihah-al-Baqarah, penerjemah Bahrun Abu Bakar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002), 424
16
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz 1-2, (Jakarta: Pusaka Panjimas, 1982), 261
17
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an vol 1”,
8
haid ke dalam anggota fital laki-laki yang akan mengakibatkan kencing nanah dan
sifilis apabila baksil-baksilnya terdapat pada darah perempuan.18
Dari penjelasan tafsir di atas, menjelaskan bahwa konsep menjaga
kesehatan reproduksi dalam al-Quran telah di jelaskan. Meskipun sebagian
penafsiran dari para mufassir klasik tidak begitu membahas ayat tersebut pada
pendekatan ilmu kedokteran, ilmu kesehatan atau tentang kesehatan reproduksi,
namun dari penafsiran para mufassir kontemporer telah banyak menjelaskan
berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan tentang konsep menjaga
kesehatan reproduksi dalam al-Qur’an.
B. Penegasan Judul
Agar tidak menyimpang apa yang dimaksud, dengan judul “Konsep
Menjaga Kesehatan Reproduksi Dalam Al-Quran” maka di sini perlu dijelaskan
dan dibatasi pengertian dari judul skripsi.
Adapun uraian yang terkandung dari judul skripsi tersebut adalah sebagai
berikut:
Konsep : dalam bahasa Indosnesia mempunyai arti, pengertian, pendapat
(paham), rancangan, cita-cita dan sebagainya. Dan yang kita pakai
arti dari kata “konsep” dalam judul skripsi ini adalah arti “pendapat
(paham)”.19
18
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz 1, (Semarang: Toha Putra, 1993) 201
19
9
Kesehatan : berawal dari kata sehat yang memilik arti baik seluruh badan serta
bagian-bagiannya bebas dari sakit.20 Dan menurut WHO (1992)
adalah sutu keadaan baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas
penyakit atau kelemahan.21 Sedangkan kesehatan adalah keadaan
sejaahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU Kesehatan No.23
Tahun 1992)22
Reproduksi : berasal dari kata “re” yang artinya kembali, kata produksi yang
artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi
mempunyai arti sutu proses kehidupan manusia dalam
menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya. Sedangkan
yang disebut organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi
untuk reproduksi manusia.23
Dengan demikian maka, konsep menjaga kesehatan reproduksi dalam
al-Qur’an adalah pendapat al-Qur’an tentang bagaimana caranya agar sistem (organ)
reproduksi pada laki-laki maupun perempuan dapat berreproduksi sesuai fungsi
dan prosesnya secara sehat, tanpa adanya suatu hal yang menghalangi dan
merusak sistem reproduksi keduanya.
C. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang ada, dapat diambil beberapa permasalahan yang
bisa diidentifikasikan, diantaranya adalah permasalahan Kesehatan Reproduksi
20
Ibid., 1011
21
Marmi, Kesehatan Reproduksi..., 1
22
Ibid,. 2
23
10
yang mencakup, ruang lingkup, faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
reproduksi, serta hak-hak reproduksi terutama bagi kaum perempuan. Dan juga
permasalahan yang terjadi pada masyarakat seperti terjadinya penyakit pada
saluran reproduksi, kematian ibu dan bayi pada saat proses persalinan maupun
setelahnya, tindakan aborsi yang terjadi pada usia remaja akibat dari adanya
kehamilan yang tidak dikehendaki, juga efek samping dari penggunaan
kontrasepsi pada wanita maupun pria yang juga berakibat pada kerusakan pada
saluran reproduksi. Serta penafsiran dari beberapa mufassir diatas mengenai ayat
yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi ternyata tidak relevan dengan apa
yang dihadapi oleh masyarakat pada saat ini. Meskipun penafsiran para ulama
tafsir klasik tidak memberikan penjelasan mengenai ayat diatas dengan
pendekatan ilmu kesehatan, namun dari para ulama kontemporer telah
membahasnya dengan panjang lebar. Karena reproduksi merupakan komponen
terpenting pada tubuh seseorang, maka selain penjelasan dari ilmu kedokteran
atau ilmu kesehatan, harus disertai pula penjelasn dari al-Quran.
D. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah, dapat ditarik rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep menjaga kesehatan reproduksi menurut Al-Qur’an?
2. Bagaimana penafsiran kontekstual atas Ayat-ayat tentang kesehatan
11
E. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini diantaranya:
1. Untuk menjelaskan konsep menjaga kesehatan reproduksi menurut
Al-Qur’an.
2. Untuk mengetahui penafsiran kontekstual atas Ayat-ayat tentang kesehatan
reproduksi
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan keilmuan
dalam bidang tafsir. Agar hasil penelitian ini jelas dan berguna untuk
perkembangan ilmu pengetahuan, maka perlu dikemukakan kegunaan dari
penelitian ini.
Adapun kegunaan hasil dari penelitian ini ada dua yaitu:
1. Kegunaan secara teoritis
Hasil penelitian ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan yang kemudian diharapkan dapat menambah khazanah
pengetahuan ilmu keagamaan khususnya mengenai menjaga kesehatan
reproduksi.
2. Kegunaan secara praktis
Implementasi penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi
dalam memberikan penjelasan mengenai konsep menjaga kesehatan
reproduksi pada setiap manusia, sehingga masyarakat dapat lebih memahami
12
merusaka organ-organ reproduksinya. Serta dapat mengetahui konsep
menjaga keseshatan reproduksi yang berlandaskan dan bersumber dari
Al-Qur’an.
G. Kajian Pustaka
Telaah pustaka dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahuikeorisinilan penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini,
setelahdilakukan telaah pustaka menemukan beberapa karya yang membahas
masalahyang serupa dengan penelitian ini, diantaranya:
1. Konsep Menjaga Kesehatan Dalam Al-Quran karya Khurratul Islamiyah ini
merupakan skripsi pada Fakultas Ilmu Ushuluddin tahun 1997. dalam
penelitiannya peneliti membahas tentang konsep menjaga kesehatan dalam
al-Quran, dimana agar kita tetap hidup sehat maka kita harus menjaga
kesehatan, bukan hanya kesehatan jasmani namun juga kesehatan rohani,
keduanya harus dijaga dengan seimbang. Penulis menjelaskan bahwa betapa
pentingnya kesehatan bagi kehidupan, dan kesehatan itu lebih berharga dari
pada harta. Penulis juga membahas tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan
kesehatan seperti tentang menjaga makanan dan minuman supaya tidak
berlebih-lebihan, karena jika berlebihan akan menyebabkan berbagai
penyakit.
2. Skripsi karya Nasria Putriani, mahasiswi program studi ilmu keperawatan
Universitas Diponegoro Semarang, 2010 dengan judul “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Di SMA
13
N1 Mojogedang mengetahui tentang kesehatan reproduksi melalui informasi,
media massa, orang tua, teman dan diskusi.1
3. Buku yang berjudul Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita karya Eny
Kusmiran yang diterbitkan oleh Selemba Medika, buku ini membahas tentang
kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan reproduksi wanita.
4. Skripsi karya Muhammad Syafi’i, mahasiswa Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dengan judul “Kontribusi
Nilai-Nilai Islam Dalam Kesehatan Reproduksi Bagi Pasangan Suami Istri
(Perspektif Pendidikan Islam)” dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
nilai-nilai islam memberikan kontribusi dalam kesehatan reproduksi bagi
seluruh lapisan masyarakat, dengan memberikan anjuran untuk meningkatkan
kualitas hidup keluarganya sehingga keluarga mereka akan mendapatkan
kasih sayang yang cukup dengan cara tidak melakukan hubungan intim ketika
istri sedang menstruasi, tidak melakukan hubungan intim lewat dubur dan
menjaga jarak kehamilan.
Dari beberapa karya di atas, menunjukkan bahwasannya belum ada
yang membahas penelitian terkait dengan konsep menjaga kesehatan reproduksi
dalam al-Quran.
H. Metode Penelitian
1. Model Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif yang dimaksudkan untuk mendapatkan
data tentang kerangka ideologis, epistimologis, dan asumsi-asumsi
metodologis pendekatan terhadap kajian tafsir dengan menelusuri secara
14
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah library research (penelitian kepustakaan) yaitu
penelitian yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data
penelitiannya.24 Dengan cara mencari dan meneliti ayat yang dimaksud,
kemudian mengelolanya memakai keilmuan tafsir.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode tafsir Tematik
(Maudhu’i) merupakan metode penafsiran untuk memahami ayat-ayat
al-Quran dengan memfokuskan pada Mauwdhu’ (tema) yang telah ditetapkan
dengan mengkaji secara serius tentang ayat-ayat yang terkait dengan tema
tersebut.25 yaitu suatu cara menafsikan al-Quran dengan mengambil tema
tertentu, lalu mengumpulkan ayat-ayat yang terkait dengan tema tersebut,
kemudian di jelaskan satu-persatu dari sisi semantisnya dan, penafsirannya,
dihubungkan satu dengan yang lain, sehingga membentuk suatu gagasan yang
utuh dan komprehensip mengenai pandangan al-Quran terhadap tema yang
dikaji.26
Adapun langkah-langkah metode tematik, sebagai berikut: Pertama,
menetapkan masalah yang akan dibahas. Kedua, menghimpun ayat-ayat yang
berkaitan dengan masalah tersebut. Ketiga, menyusun runtutan ayat secara
kronologis sesuai dengan urutan pewahyuannya serta pemahaman tentang
asbabun nuzulnya (jika memungkinkan), memahami ayat-ayat tersebut dalam
24
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Yogyakarta: Buku Obor, 2008), 1.
25
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Quran dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea Press, 2014),63
26
15
surahnya masing-masing. Disinilah teori ilmu munasabah menjadi sangat
penting. Keempat, menyusun pembahasan dengan kerangka yang sempurna
sesuai dengan problem akademis dalam penelitian ini. Kelima, melengkapi
dengan hadis-hadis yang relevan dan penjelasan dari para ahli kesehatan.
Keenam, mencermati kembali penafsiran ayat-ayat tentang konsep menjaga
kesehatan reproduksi tersebut secara keseluruhan dan mencari pemaknaan
yang relevan dan aktual untuk konteks kekinian terkait dengan masalah
kesehatan reproduksi.27
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini adalah dengan
dengan menggunakan metode dokumentasi. Mencari data mengenai hal-hal
atau variable berupa catatan, buku, kitab, dan lain sebagainya. melalui metode
dokumentasi, diperoleh data-data yang berkaitan dengan penelitian
berdasarkan konsep-konsep kerangka penulisan yang telah dupersiapkan
sebelumnya.28
Untuk mendukung tercapainya data penelitian di atas, pilihan akan
akurasi literatur sangat mendukung untuk memperoleh validitas dan kualitas
data, karenanya sumber data yang menjadi obyek penelitian ini adalah:
a) Sumber data primer
Adapun data primer dalam penelitian ini, yaitu:
- Mushaf Al-Qur’an dan Terjemah, oleh Departemen Agama RI
27
Ibid., 61-62
28
16
- Tafsir al-Misbah, oleh Quraish Shihab
- Tafsir al-Maraghi, oleh Mustafa al-Maraghi
- Tafsir al-Azhar, oleh Hamka
- Tafsir fi dzilal al-Qur’an, oleh Sayyid Qutub
b) Sumber data sekunder, yaitu: Kesehatan Reproduksi, oleh Marmi.
Pendidikan Kesehatan dalam Al-Quran, oleh Nina Aminah. Kesehatan
Reproduksi Remaja Dan Wanita, oleh Eny Kusmiran. Seksualitas dan
Agama “Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Agama-agama”, oleh
Ahmad Nurcholis, dan lain-lain.
5. Teknik Analisa Data
Semua data yang terkumpul, baik primer maupun sekunder
diklasifikasi dan dianalisis sesuai dengan sub bahasan masing-masing.
Selanjutnya dilakukan telaah mendalam atas karya-karya yang memuat objek
penelitian dengan menggunakan analisis isi, yaitu suatu teknik sistematik
untuk menganalisis isi pesan dan mengelolahnya dengan tujuan menangkap
pesan yang tersirat dari satu atau beberapa pernyataan.29Selain itu, analisis isi
dapat juga berarti mengkaji bahan dengan tujuan spesifik yang ada dalam
benak peneliti.
29
17
I. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Untuk lebih memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, maka penulisan ini
disusun atas lima bab sebagai berikut :
Bab I berisikan pendahuluan yang meliputi; latar belakang masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, penegasan judul, alasan memilih judul, tujuan penelitian,
metodologi penelitian, lalu kemudian dilanjutkan dengan sistematika pembahasan.
Bab II berisikan tentang pengertian kesehatan reproduksi, Ruang Lingkup
Kesehatan Reproduksi, Hak-hak Kesehatan Reproduksi, dan Kesehatan
Reproduksi.
Bab III berisikan tentang penafsiran serta analisis terhadap ayat-ayat tentang etika
berhubungan seksual, problem dalam kehamilan dan melahirkan, ajuran menyusui,
larangan ber-kb dengan alat kontrasepsi, dan larangan berzina.
18
BAB II
KESEHATAN REPRODUKSI
A. Pengerian Kesehatan Reproduksi
1. Definisi Kesehatan Reproduksi
Kata kesehatan berasal dari kata sehat, pengertian sehat menurut
WHO (1992) adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial
tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.1 Kata sehat dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah baik seluruh badan serta bagian-bagiannya
bebas dari sakit.2
Kesehatan adalah keadaan Sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU
Kesehatan No.2 Tahun 1992).3
Reproduksi, secara sederhana, dapat diartikan sebagai kemampuan
untuk “membuat kembali.” Dalam kaitannya dengan kesehatan, reproduksi
diartikan sebagai kemampuan seseorang memperoleh keturunan (beranak).
Sehingga, kesehatan reproduksi berkaitan erat dengan masalah seksualitas.4
Istilah reproduksi berasal dari kata “re” yang artinya kembali, kata
produksi yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi
1
Marmi, Kesehatan Reproduksi,...1
2
Pustaka Basaha, Kamus Besar Bahasa Indonesia,...1011
3
Ibid., 2
4
19
mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan
keturunan demi kelestarian hidupnya. Sedangkan yang disebut organ
reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk reproduksi manusia.5
Reproduksi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengembangbiakan
atau keturunan,6 yang berkaitan erat dengan masa depan manusia. Ialah
menentukan keberlangsungan dan keberadaan manusia dimuka bumi ini.
Jumlah manusia baru, yang akan menggantikan manusia lama, tidak bisa tidak
hanya di tentukan oleh reproduksi ini. Andai manusia tidak lagi bereproduksi,
maka lenyaplah masa depan manusia.7
Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan
kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan
sistem dan fungsi, serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas
dari penyakit atau kecacatan (ICPD, 1994).8
Kesehatan reproduksi didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik,
mental, dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan) dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta
fungsi dan prosesnya.9
5
Marmi, Kesehatan Reproduksi,...2
6
Reproduksi adalah perbiakan, dan sisem reproduksi dibedakan atas jantan dan betina, yang terdiri dari: 1) alat kelamin utama, 2) alat kelamin tambahan. Alat kelamin utama terdiri dari: gonad(Testis atau ovarium). Alam kelamin tambahan terdiri dari: saluran kelenjar, dan pengantar gamet. Wildan Yatim, Kamus Biologi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999). 742
7
Ahmad Nurcholis, Seksualitas dan Agama,... 1
8
Eny Kusmiran, Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita, (Jakarta: Selemba Medika, 2011), 94
9
20
Dari definisi tersebut menunjukkan bahwa kesehatan reproduksi
mempersyaratkan adanya jaminan bagi seseorang akan kehidupan seks yang
aman dan nyaman, adanya kebebasan yang disertai tanggung jawab untuk
menentukan kapan melakukan hubungan seksnya, serta kapan dan seberapa
banyak dia akan mempunyai anak. 10
Dalam pengertian kesehatan reproduksi tersebut, ada beberapa hal yang
dapat di perhatikan. Pertama, dari kata sehat, yang bukan semata-mata sebagai
pengertian dalam ilmu kedokteran (klinis), tetapi juga sebagai pengertian sosial
(masyarakat). Seseorang yang sehat bukan saja memiliki tubuh dan jiwa yang
sehat. Tetapi juga dapat bermasyarakat secara baik. Pengertian sehat ini, di
akui oleh undang-undang No.32 Tahun 1992 tentang kesehatan.11 Kedua,
kesehatan reproduksi bukan menjadi masalah seseorang saja, tetapi juga
menjadi keluarga, masyarakat dan agama. Kesehatan reproduksi menjadi
masalah yang cukup serius sepanjang hidup, terutama bagi perempuan, selain
karena rawan terpapar penyakit, juga kondisi sosial yang memungkinkan
memperlakukan dirinya kurang adil.12
2. Organ Reproduksi Manusia
Sistem reproduksi adalah sekelompok struktur terorganisir yang
memungkinkan penciptaan, atau reproduksi, kehidupan baru bagi spesies.
reproduksi pada makhluk hidup dibedakan menjadi dua yaitu reproduksi
seksual dan aseksual. Reproduksi seksual adalah reproduksi yang dihasilkan
10
Ahmad Nurcholish, dkk, Seksualitas dan Agama,...123
11
Zohra Andi Baso, Kesehatan Reproduksi,... 2
12
21
dari hubungan seksual antara dua jnis kelamin. Sedangkan reproduksi aseksual
adalah reproduksi yang tanpa disertai hubungan seksual.13 Reproduksi manusia
adalah seksual, yang berarti bahwa baik laki-laki dan seorang perempuan
memberikan kontribusi materi genetik dalam pembentukan individu baru.14
Sistem reproduksi perempuan berada di dalam tubuh, sedangkan
reproduksi laki-laki kebanyakan berada di luar tubuh perbedaan fungsional
antara kedua sistem adalah bahwa wanita dirancang untuk memelihara bayi
tumbuh untuk bertahan hidup di dunia, sedangkan reproduksi laki-laki hanya
untuk memproduksi sperma dan mengirimkannya.
a. Organ Reproduksi Laki-laki
Organ reproduksi laki-laki terdiri dari organ reproduksi luar, organ
reproduksi dalam, dan saluran reproduksi (saluran pengeluaran).
1. Organ Reproduksi luar
a. Penis
Terdiri atas jaringan-jaringan otot, jaringan spons yang lembut,
pembuluh darah, dan jaringan saraf. Fungsinya yaitu, untuk kopulasi
(hubungan antara alat kelamin jantan dan betina untuk memudahkan
semen masuk ke dalam organ reproduksi betina). Penis diselimuti oleh
selaput tipis yang nantinya akan di operasi pada saat khitan/sunat.
Badan penis terdiri atas tiga rongga silindris (sinus) jaringan erektil.
1. Dua rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus,
terletak bersebelahan.
13
Ahmad Nurcholish, 56
14
22
2. Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi uretra.
Jika rongga tersebut terisi darah, maka penis menjadi lebih besar,
kaku, dan tegak (mengalami ereksi).15
b. Buah zakar
Terdiri atas buah zakar yang didalamnya terdapat sepasang testis dan
bagian-bagian lainnya. Kulit luarnya disebut skrotum. Skrotum berfungsi
melindugi testis, serta mengatur suhu yang sesuai dengan spermatozoa
(sel sperma)
Testis berbentuk lonjong dengan ukuran sebesar buah zaitun dan
terleak didalam skrotum. Biasanya estis kiri agak lebih rendah dari testi
kanan. Testis memiliki dua fungsi, yaitu menghasilkan sperma dan
membuat testosteron (hormos seks pria yang utama).16
c. Skrotum (kantung pelir)
Merupakan kantung yang didalam berisi testis. Skrotum berjumlah
sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri yang dibatasi oleh sekat
yang berupa jaringan ikat dan otot polos (otot dartos). Otot dartos
berfungsi untuk menggerakkan skrotum sehingga dapa mengerut dan
mengendur.
Dalam skrotum juga terdapat serat-serat otot lurik dinding perut yang
disebut otot kremaster. Otot ini bertindak sebagai pengatur suhu
lingkungan testis agar kondisinya stabil. Proses pembentukan sperma
15
Ayu Febri Wulanda, Biologi Reproduksi, (Jakarta: Salemba Medika, 2011), 8
16
23
(spermatogenesis) mmbutuhkan suhu yang stabil, yaitu beberapa derajat
lebih rendah dari pada suhu tubuh.
Skroum merupakan kantong berkulit tipis yang menelilingi dan
melindungi testis. Skroum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu
untuk testis agar sperma terbentuk secara normal, testis harus memiliki
suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh. Otot
kremaster pada dinding skrotum akan mengendur dan mengencang
sehingga testis menggantung lebih jauh dari tubuh (dan suhunya menjadi
lebih dingin) atau suhu lebih dekat ketubuh (suhunya menjadi lebih
hangat).17
2. Organ Reproduksi Dalam
a. Testis
Testis adalah kelenjar-kelnjar kelamin, berjumlah sepasang dan akan
menghasilkan sel-sel sperma, serta hormon testosteron. Skroum dapat
menjaga suhu testis. Jika suhu terlalu panas, skroum mengembang, jika
suhu dingin maka skrotum mengerut sehingga testis lebih hangat.
Testis (gonad jantan) berbenuk oval dan terletak didalam kantung pelir
(skrotum). Testis berjumlah sepasang (testis = jamak). Testis terdapat
dibagian tubuh sebelah kiri dan kanan. Testis kiri dan kanan dibatasi
oleh suatu sekat yang terdiri atas serat jaringan ikat dan otot polos.
17
24
Fungsi testis secara umum merupakan alat untuk mereproduksi sperma
dan hormon kelamin jantan yang disebut testosteron. 18
b. Tubulus seminiferus
Pada bagian dalam testis terdapat saluran-saluran yang disebu saluran
penghasil sperma (tubulus semiferus). Dinding dalam saluran terdiri atas
jaringan epitel dan jaringan ikat. Pada jaringan epitelium terdapat:
Sel di dinding tubulus seminferus fungsi
Sel induk sperma Calon sperma
Sel sertoli Memberi makan sperma
Sel leydig Menghasilkan hormon testosteron
3. Saluran Reproduksi (Saluran Pengeluaran)
Saluran reproduksi adalah tempat sperma keluar atau jalan berupa lubang
kecil yang menghubungkan organ dalam. Saluran pengeluaran pada organ
reproduksi dalam pria terdiri atas epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi,
dan uretra.19
a. Epididimis
Berupa saluran panjang berkelok yang keluar dari testis. Pididimis
berjumlah sepasang disebelah kanan dan kiri. Epididimis berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara sperma sampai matang dan
bergerak menuju vas deferens. Epididimis terletak di atas testis dan
18
Ibid, 10
19
25
meupakan saluran sepanjang enam meter. Epididimis mengumpulkan
sperma dari testis dan menyediakan ruang, serta lingkungan untuk
proses pematangan sperma.20
b. Vas deferens
Berupa saluran panjang dan lurus mengangkut sperma ke vesika
seminalis. Vas deferns atau saluran sperma (duktus deferns) merupakan
saluran yang lurus yang mengarah ke atas dan merupakan lanjutan dari
epididimis. Vas deferens tidak menempel pada testis dan ujung
salurannyaterdapat didalam kelenjar prostat. Vas deferens berfungsi
sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididimis menuju kantung
semen atau kantung mani (vesikula seminalis).
Vas deferens merupakan saluran yang membawa sperma dari
epididimis. Saluran ini berjalan ke bagian belakang prostat lalu masuk
kedalam uretra dan membentuk duktus ejakulatorius. Struktur lainnya
(misalnya pembuluh darah dan saraf) berjalan bersama-sama vas
deferens dan membentuk korda spermatika.21
c. Saluran ejakulasi
Merukan saluran yang pendek dan menghubungkan vesikula
seminalis dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan
sperma agar masuk kedalam uretra. Ejakuasi terjadi pada saat mencapai
klimaks, yaitu ketika gesekan pada glans penis dan rangsangan lainnya
mengirimkan sinyal ke otak dan korda spinalis.
20
Ibid,.
21
26
Saraf merangsang kontraksi otot di sepanjang saluran epididimis dan
vas deferens, vesikula seminalis dan prostat. Kontraksi ini mendorong
semen kepada uretra. Selanjutnya kontraksi otot disekeliling uretra akan
mendorong semen keluar dari penis. Leher kandung kemih. Setelah
terjadi ejakulasi (atau setelah rangsangan berhenti), arteri mengancam
dan vena mengendur. Akibatnya aliran darah yang masuk ke arteri
berkurang dan alirandarah yang keluar dari vena bertambah, sehingga
penis menjadi lunak.
d. Uretra. Merupakan saluran panjang terusan dari saluran ejakulasi dan
terdapat di penis.22
b. Organ Reproduksi Perempuan
Alat reproduksi dalam wanita terdiri dari atas ovarium, saluran
reproduksi, uterus, dan vagina.
1. Ovarium
Ovarium terletak pada daerah pinggung sebelah kiri dan kanan. Didalam
ovarium terdapat kelenjar endokrin penghasil hormon dan sel tubuh
sebagai penghasil ovum (sel telur)
2. Saluran reproduksi
Saluran reproduksi pada wanita adalah oviduk atau tuba fallopi. Oviduk
merupakan tempat terjadinya fertilisasi. Fertilisasi akan menghasilkan
22
27
zigot yang akan bergerak menuju uterus. Gerakan zigot menuju uterus
dibantu oleh silia pada oviduk dan gerak otot dinding oviduk.23
1. Genitalia Eksterna
a. Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri
atas mons pubis, labia mayora, klitoris, hymen, vestibulum, orifisium
uretra eksternum, serta kelenjar-kelenjar pada bagian dinding vagina.
b. Mons pubis/mons veneris
Lapisan lemak dibagian anterior simfisis os pubis. Pada masa pubertas
daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
c. Labia Mayora (bibir besar)
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak
menganduk pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada
pria. Ligamentrum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora.
Pada bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada komisura
posterior).24
d. Labia minora (bibir kecil)
Bagian ini merupakan suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam labia
mayor. Kedua bibir kecil ini bertemu dan membentuk preputium klitoridis
pada bagian depan (di atas klitoris), dan dibawah membentuk klitoris
23
Ibid, 13
24
28
frenulum klitoridis. Pada bagian belakang kedua labia minor juga bertemu
dan membentuk fossa navikulare.25
e. Klitoris
Besar bagian ini kira-kira sebesar biji kacang hijau, tertutup oleh
preputium klitoridis, dan terdiri atas glans kltoridis, korpus klitorodis, dan
dua buah krurayang menggantungkan klitoridis ke os pubis. Glans
klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan urat
saraf sehigga sangat sensitif.26
f. Vestibulum
Daerah dengan batas atas klitoris, batas bawah fourchet, dan batas literal
labia minora. Berasal dari sinus urogenital tedapat enam lubang/orifisium,
yaitu orifisium uretra eksternum introitus vagina, duktus grandula
Bartholin kanan-kiri, dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan
vagina terdapat fossa navicularis.27
g. Introitus vagina
Tiap wanita mempunyai vagina dengan bentuk dan ukuran yang
berbeda-beda. Pada seorang virgo (perawan) selalu dilindungi oleh labia minor, jika
kedua bibir kecil ini dibuka, barulah terlihat, dan ditutupi oleh selaput dara
(himen).
25
Ari Sulistyawati, Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, (Jakarta: Salemba Medika, 2009), 12
26
Ibid,.
27
29
h. Orifisium uretra
Pada bagian vulva (1-1,5 cm di bawah klitoris) ditemukan orifisium uretra
eksterna berbentuk membujur 4-5 mm, dan tidak jarang sukar ditemukan
karena tertutup oleh lipatan selaput vagina.
i. Perineum. Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm.
j. Kelenjar bartholin
Pada bagian kiri dan kanan bawah, dekat fossa navikulare terdapat
kelenjar Bartholini. Kelenjar ini berdiameter ± 1 cm, terletak di bawah
otot konstriktor kunni, dan saluran kecil panjang 1,5-2 cm yang bermuara
di vulva, tidak jauh dari fossa navikulare. Saat koitus, kelenjar ini
mengeluarkan getah lendir.28
2. Genetalia Interna
a. Vagina
Setelah melewati introitus vagina, ditemukan suatu saluran yang
merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus. Dindingnya
terdiri atas lipatan. Lipatan otot yang disebut rugae. Setelah proses
persalinan rugae akan berkurang karena proses peregangan ketika
kelahiran bayi. Panjang vagina 9-13 cm. Fungsi vagina adalah sebagai
jalan keluarnya darah menstruasi, tempat masuknya penis dan sperma yang
diejakulasikan saat koitus, dan sebagian jalan lahir bayi.29
28
Sulistyawati, Asuhan Kebidanan,...12-13
29
30
b. Uterus
Uterus merupakan tempat untuk tumbuh dan berkembangnya buah
kehamilan (janin). Bagian ini berada di dalam rongga panggul dengan
letak anterfleksi jika melengkung ke depan. Dalam keadaan tidak hamil
uters memiliki panjang 7-7,5 cm; lebar 5,25 cm; dan tebal 2,5 cm. Bagian
uterus terdiri atas fundus disebelah prosimal, kopus sebagai bagian terbesar
yang berkontraksi, isthmus merupakan daerah kecil yang menyempit, dan
serviks atau porsio yang biasa disebut sebagai mulut rahim. Mulut rahim
merupakan bagian terbawah uterus sebagai jalan lahir yang mengalami
pembukaan saat proses persalinan.
Ada dua bagian pada serviks yang merupakan batas antara segmen
bawah rahim dan segmen atau rahim. Di bagian atas terdapat ostium yang
merupakan batas atas segmen bawah rahim dan menghubungkan uterus
dengan vagina. Uterus terdiri atas tiga tiga lapisanyaitu sebagian berikut.
Endrometrium : lapisan mukosa di sebelah dalam.
Miometrium : lapisan tengah
Perimetrium : lapisan penutup di sebelah luar
Isthmus adalah bagian uterus antara serviks dan korpus uteri yang
merupakan bagian tersempit dari uterus. Dinding belakang uterus
seharusnya diliputi oleh peritoneum visarale yang membentuk suatu
31
penting ketika terjadi suatu penyakit karena rongga akan menonjol jika ada
cairan, darah, atau tumor. 30
c. Ligamentum
Ligametrum merupakan jaringan ikat yang berfungsi untuk
menyokong uretra agar selalu dalam posisi yang baik. Beberpa ligametrum
tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Ligamentrum Cardinale
Terdapat dua bagian ligamentrum cardinale, yaitu kanan dan kiri.
Berfugsi untuk mencegah agar uterus tidak turun. Terdiri atas jaringan
ikat, berjalan dari serviks dan puncak vagina kearah lateral dinding
pelvis.
2. Ligamentum Uterosakral
Ligamentum uterosakral memiliki dua bagian, kanan dan kiri. Berfungsi
untuk menahan supaya uterus tidak banyak bergerak. Ligamentum ini
terdiri atas jaringan ikat dan serviks pada bagian belakang ke arah os.
Sakrum kiri dan kanan
3. Ligamentum Rotundum
Terdiri atas dua bagian, kanan dan kiri. Berfungsi untuk menahan uterus
agar dalam posisi antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kanan
dan kiri ke daerah lingual kanan dan kiri. Kehamilan terkadang
menimbulkan rasa sakit didaerah inguinal ketika ibu melakukan
perubahan posisi dari berdiri ke duduk yang terlalu cepat. Hal tersebut
30
32
dikarenakan uterus berkontraksi kuat dan ligamentum rotundum
menjadi kencang serta mengadakan tarikan pada daerah ingunal.
Keluhan yang dirasakan pasien adalah adanya rasa nyeri ketika
dipegang. Pada perabaan teraba jaringan ikat yang mengencang pula.31
4. Ligamentum Latum
Bagian ini terdiri atas dua bagian, yaitu kanan dan kiri. Ligamentum ini
merupakan bagian yang meliputi tuba, berjalan dari uterus ke arah sisi,
dan tidak banyak mengandung jaringan ikat. Pada bagian dorsal
terdapat ovarium kanan dan kiri. Ligamentum tidak mempunyai fungsi
yang berarti selain untuk memfiksasi uterus.
5. Liga Infudibulopelvikum
Berfungsi untuk menahan tuba fallopi agar selalu berada di tempatnya.
Ligamentum ini berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis.
6. Ligamentum Ovarii Propium
Terdiri atas dua bagian, yaitu kanan dan kiri. Berfungsi untuk menahan
ovarium.32
d. Ovarium (Indung Telur)
1. Ukuran
Besarnya kurang lebih sebesar ibu jari tangan.
Memiliki panjang 4 cm; lebar dan tebal 1,5 cm.
2. Struktur ovarium terdiri atas:
31
Ibid, 15-16
32
33
Korteks (bagian luar). Terdapat folikel primordial, korpus luteum
dan albikans.
Medula (bagian dalam). Terdapat pembuluh darah, limfe, sedikit otot
dan saraf.
3. Ovarium berjumlah dua buah yaitu kanan dan kiri.
4. Diperkirakan pada wanita terdapat kira-kira 100.000 folikel primer
yang setiap bulannya akan dikeluarkan satu atau dua buah. Dalam
perkembangannya folokel primer akan berubah menjadi folikel de
Graaf. Folikel ini merupakan bagian terpenting dari ovarium.
5. Letak dan posisi ovarium
Pinggir atasya berbuhungan dengan mesovarium, pinggir bawahnya
bebas, permukaan belakangnya menuju keatas dan kebelakang,
sedangkan permukaan depannya menuju ke bawah dan kedepan. Ujung
yang dekat pada tuba terletak lebih tinggi dari pada ujung yang dekat
pada uterus, dan tidak jarang diselubungi oleh beberapa fimbrae dari
infindibulum. Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan
uterus dan liga mentrum ovarii propium.33
e. Tuba Falopii
1. Merupakan organ tubuh maskuler dengan panjang sekitar 12 cm, dan
diameternya antara 3-8 mm.
2. Terdiri atas:
Pars interstitialis, terdapat di dinding uterus
33
34
Pars ithmika, bagian sempit di medial
Pars ampularis, agak lebar sebagai tempat konsepsi serta
Infindibulum, bagian ujung dan ada fimbrie.
3. Bagian luar tuba diliputi peritoneum visarale yang merupakan bagian
dari ligamentrum latum. Otot dinding tuba terdiri atas (adri luar
kedalam) otot longitudinal dan otot sirkuler. Lebih ke dalam lagi
ddidaptkan selaput yang berlipat-lipat dengan beberapa sel khas yang
bersekresi dan besilia, berfungsi untuk menyalurkan sel telur atau hasil
konsepsi ke dalam kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh
getaran rambut getar tersebut.34
B. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
Ruang lingkup kesehatan reproduksi sangatlah luas, sesuai dengan
definisi di atas, karena mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir
hingga mati. Dalam uraian tentang ruang lingkup keseehatan reproduksi yang
lebih rinci digunakan pendekatan siklus hidup (life-cycle approach), sehingga
diperoleh komponen pelayanan yang nyata dan dapat dilaksanakan. Secara lebih
luas, ruang lingkup kespro meliputi:
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2. Keluarga Berencana
3. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR),
termasuk PMS-HIV/AIDS
4. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi
34
35
5. Kesehatan reproduksi remaja
6. Pencegahan dan Penanganan Infertilitas
7. Kanker pada Usia Lanjut dan Osteoporosis
8. Berbagai aspek Kesehatan Reproduksi lain misalnya kanker serviks,
mutilasi genetalia, fistula, dan lain-lain.35
Dalam pendekatan siklus hidup dikenal lima tahap, beberapa pelayanan
kesehatan reproduksi dapat diberikan pada tiap tahapan berikut ini.
1. Konsepsi
a. Perlakuan sama terhadap janin laki-laki/perempuan
b. Pelayanan antenatal, persalinan, dan nifas yang aman, serta pelayanan
bayi baru lahir.36
c. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: pengutamaan jenis
kelamin, BBLR, kurang gizi (malnutrisi).37
2. Bayi dan anak
a. ASI ekslusif dan penyapihan yang layak
b. Tumbuh kembang anak dan pemberian makanan dengan gizi seimbang
c. Imunisasi, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), dan Manajemen
Terpadu Bayi Muda (MTBM)
d. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan
e. Pendidikan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang sama
pada anak laki-laki/perempuan.38
35
Marmi, Kesehatan Reproduksi,...14
36
Intan Kumalasari, Kesehatan Reproduksi,... 1
37
36
f. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: pengutamaan jenis
kelamin, sunat perempuan, kurang gizi (malnutrisi), kesakitan dan
kematian BBLR, penyakit lain disemua usia dan kekerasan.
g. Pendekatan yang dilakukan: pendidikan kekerasan, kesehatan
lingkungan, pelayanan kesehatan primer, imunisasi, pelayanan antenatal,
persalinan, pstnatal, menyusui serta pemberian suplemen, dan
lain-lain.39
3. Remaja
Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10-19 tahun dan
merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Peristiwa
penting yang terjadi pada gadis remaja adalah datangnya haid pertama yag
dinamakan menarche. Secara tradisi, menarche di anggap sebagai tanda
kedewasaan, dan gadis yang mengalaminya dianggap sudah tiba waktunya
untuk melakukan tugas-tugas sebagai wanita dewasa, dan siap dinikahkan.
Pada usia ini wanita mengalami perubahan dramatis, karena mulai
memproduksi hormon-hormon seksual yang akan mempengaruhi
pertumbuhan dan pekembangan sistem reproduksi.40
a. Gizi seimbang
b. Informasi tentang kesehatan reproduksi
c. Pencegahan kekerasan seksual
38
Ibid,.
39
Ibid, 17
40
37
d. Pencegahan terhadap ketergantungan narkotik, psikotropika, dan zat
adiktif
e. Perkawinan pada usia yang wajar
f. Pendidikan dan peningkatan keterampilan
g. Peningkatan penghargaan diri
h. Penigkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman.41
i. Masalah yang ditemui meliputi: seks komersial, pelecehan seksual,
penyalahgunaan obat (alkohol, obat, tembakau), kekerasan gender,
praktik tradisional berbahaya, perilaku seks yang tidak aman, kehamilan
remaja, aborsi tidak aman, ISR/IMS/HIV/AIDS.
j. Pendekatan yang dapat dilakukan meliputi; konseling tentang perubahan
hukum atau sosial, pendidikan kesehatan, deteksi, pencegahan,
pengobatan, kontrasepsi yang sesuai, pemberian suplemen, pendidikan
dalam keluarga, konseling dan lain-lain.42
4. Usia subur
Usia dewasa muda, yaitu antara 18 sampai 40 tahun, setiap
dihubungkan dengan masa subur, karena pada usia ini kehamilansehat
paling mungkin terjadi. Pada masa iini merupakan usia produktif dalam
menapak karir yang pnuh kesibukan di luar rumah. Di usia ini wanita harus
lebih memperhatikan kondisi tubuhnya agar selalu dalam kondisi prima,
sehingga jika terjadi kehamilan dapat berjalan dengan lancar dan bayi yang
dilahirkan pun sehat. Pada periode ini masalah kesehatan berganti dengan
41
Intan Kumalasari, Kesehatan Reproduksi,... 2
42
38
gangguan kehamilan, kelelahan kronis akibat merawat anak, dan tuntutan
karir. Kanker, kegemukan, depresi, dan penyakit serius tentu mulai
mengrogori tubuhnya.43
a. Kehamilan dan persalinan yang aman
b. Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi
c. Menjaga jarak kehamilan dan jumlah kehamilan dengan penggunaan alat
kontrasepsi atau KB
d. Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
e. Pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas
f. Pencegahan dan penanggulangan maslah aborsi secara rasional
g. Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
h. Pencegahan dan manajemen infertilitas.44
5. Usia lanjut
Seseorang dianggap lanjit usia (lansia) adalah setelah mencapai usia
60 tahun. Inilah merupakan masalah yang paling rentan diserang berbagai
penyakit degeneratif dan penyakit berat lainnya. Sangat penting bagi wanita
untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya secara teratur. Prioritas
utamanya adalah menjaga agar tubuh tetap sehat dengan mengatur pola
makan yang benar, dan minum suplemen yang dibutuhkan tubuh. Selain itu
olahraga ringan dan tetap aktif secara intlektual.45
a. Perhatian terhadap menopause/andropause
43
Ibid,.
44
Intan, Kesehatan Reproduksi,... 2
45
39
b. Perhatian pada penyakit utama degeneratif, termasuk rabun, gangguan
mobilias dan osteoporosis
c. Deteksi dini kanker rahim dan kanker prostat.
C. Hak-hak Kesehatan Reproduksi
Sebelum berbicara lebih rinci tentang hak-hak reproduksi perempuan,
dapat dipahami terlebih dahulu bahwa dalam Islam hak-hak reproduksi
perempuan tidak lain adalah hak-hak yang harus dijamin pemenuhannya karena
fungsi reproduksinya. Hak-hak ini secara kualitatif seimbang dengan hak-hak
yang dimiliki oleh kaum lelaki (suami/ayah) sebagai pengemban fungsi
reproduksi (pencari nafkah). Seperti yang ada dalam al-Qur’an dinyatakan:
Dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan
kelebihan daripada isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.46
Dan perempuan sebagai pengemban (yang menjalankan) fungsi
reproduksinya, seorang perempuan/ibu memiliki hak-hak yang harus dipenuhi
oleh sang ayah (suami). Ada tiga hak kaum perempuan/ibu sebagai pengemban
fungsi reproduksi, yaitu:
46
40
1. Hak jaminan kesehatan dan keselamatan. Hak ini sangatlah mutlak bagi
kaum perempuan, karena mengingat resiko yang sangat besar dan bisa
terjadi pada kaum perempuan dalam menjalankan fungsi-fungsi
reproduksinya, mulai dari menstruasi, berhubungan seks, mengandung,
melahirkan, dan menyusui.47
2. Hak jaminan kesejahteraan, yang bukan saja hanya pada saat
proses-proses vital reproduksi seperti (mengandung, mlahirkan,, dan
menyususi), tetapi juga diluar masa-masa itu dalam statusnya sebagai
istri dan ibu dari anak-anak, seperti dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat
233, mejelaskan bahwa ayah memiliki tanggung jawab untuk
menanggung belanja dan pakaian isteri ataupun jandanya yang tengah
menyusukan anaknya itu dengan sebaik-baiknya (ma’ruf), yaitu sesuai
dengan (standard) yang layak dalam kehidupan perempuan itu, dan
kemampuan sang saumi.48 Yang paling penting adalah tidak
menelantarkan salah satu dari keluarganya. Dan jika terjadi yang
demikian dan istri yang bersangkutan tidak rela, maka agama akan
membukakan pintu bagi yang bersangkutan untuk menuntut keadilan,
termasuk pisah atau diceraikan, jika memang keadaannya memang
benar-benar memaksanya.49
3. Hak ikut mengambil keputusan yang menyangkut kepentingan
perempuan (istri) khususnya yang berkaitan dengan proses-proses
47
Masdar F. Mas’udi, Islam dan Hak-hah Reproduksi Perempuan: “Dialog Fiqih
Pemberdayaan”, (Bandung: Mizan, 1997), 75
48
Hamka, Tafsir al-Azhar,.. 310
49
41
reproduksi. Adanya hak yang ketiga disini lebih jelas merujuk kepada
al-Qur’an surat Al-Syu’ara’ ayat 38 yaitu tentang bagaimana suatu
keputusan yang menyangkut pihak-pihak dalam lingkup apa pun harus
diambilnya suatu keputusan. Jadi tidak ada suatu keputusan yang
menyangkut orang lain bisa di ambil hanya satu pihak, begitu juga urusan
reproduksi antara suami istri.50
Hak reproduksi adalah hak setiap individu dan pasangan untuk
menentukan kapan mempunyai anak, berapa jumlah anak, dan jarak antara anak
yang dikehendaki. Dalam hal ini hak reproduksi terkait erat dengan sistem, fungsi
dan proses produksi. Sedangkan hak reproduksi perorangan adalah hak yang
dimiliki oleh setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan (tanpa memandang
perbedaan kelas sosial, suku, umur, agama, dan lain-lain) untuk memutuskan
secara bebas dan bertanggung jawab (kepada diri, keluarga, dan masyarakat)
mengenai jumlah anak, jarak antar anak, serta penentuan waktu kelahiran anak
dan akan melahirkan. Hak reproduksi ini didasarkan pada pengakuan akan
hak-hak asasi manusia yang diakui di dunia internasional (Depkes RI,2002).51
Menurut dokumen Internasional Conference on Population and
Development (ICPD) Kairo 1994, hak reproduksi mencakup hal-hal sebagai
berikut:
1. Hak untuk mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
2. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
50
Ibid, 77
51
42
3. Hak atas kebebasan berpikir dan membuat keputusan tentang kesehatan
reproduksi
4. Hak untuk memutuskan jumlah dan jarak kelahiran