SKRIPSI
Oleh :
Rizka Hayyu Fadlillah NIM: D77213096
PROGRAM STUDI PGMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
ABSTRAK
Rizka Hayyu Fadlillah, 2017. Penggunaan Strategi Permainan Perebutan Benteng Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Mufrodat Dalam Materi A'd}o>u al-Usroti Mata Pelajaran Bahasa Arab Siswa Kelas III MI
AlKarimah Surabaya.
Penelitian ini di latarbelakangi oleh rendahnya keterampilan siswa dalam menyimak mufrodat yang disebabkan oleh kurang siapnya siswa dalam melakukan kegiatan menyimak dan kurang fokusnya siswa dalam pembelajaran menyimak karna siswa lebih terfokus dengan mainan yang mereka bawa.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1). Bagaimana tingkatan keterampilan menyimak mufrodat siswa kelas III MI Al karimah Surabaya? 2).
Bagaimana penggunaan strategi permainan perebutan benteng dalam
pembelajaran bahasa Arab materi A'd}o>u al-Usroti (Anggota Keluarga)di kelas III
MI Al Karimah Surabaya? 3). Bagaimana peningkatan keterampilan menyimak
mufrodat dengan menggunakan strategi permainan perebutan benteng pada mata
pelajaran Bahasa Arab di kelas III MI AlKarimah Surabaya?
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Dengan model Kurt Lewin yang terdiri dari dua Siklus, setiap siklusnya terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data terdiri dari observasi, wawancara, tes dan non tes.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan : (1). keterampilan menyimak mufrodat siswa sangat perlu untuk dilakukan peningkatan dibuktikan dari prosentase siswa mencapai KKM sebesar 17,86, dan 82,14% siswa belum mampu mencapai KKM. (2). Penerapan permainan perebutan benteng untuk
meningkatkan keterampilan menyimak mufrodat dalam materi A'd}o>u al-Usroti
pelajaran bahasa Arab kelas III MI Al Karimah Surabaya berjalan dengan baik.
Hal ini dibuktikan dari hasil observasi aktivitas guru pada siklus I sebesar 84,38% dan dinyatakan dalam predikat baik (B), dan meningkat pada siklus II dengan prosentase sebesar 93,75% dan dinyatakan dengan predikat sangat baik (SB). Dan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I sebesar 76,66% dan dinyatakan dengan predikat cukup (C), dan meningkat pada siklus II dengan hasil prosentase sebesar 86,66 dan dinyatakan dengan predikat sangat baik (SB). 3). peningkatan keterampilan menyimak mufrodat dengan menggunakan strategi permainan
perebutan benteng pada mata pelajaran bahasa Arab di kelas III MI Al Karimah
Surabaya. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 69,77 dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 64,8% dan dinyatakan dengan predikat cukup (C), kemudian nilai rata-rata kelas meningkat pada siklus II yakni sebesar 81,20 dengan prosentase ketuntasan belajar siswa sebesar 82,14% dan dinyatakan dalam predikat baik (B).
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN MOTTO ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... iv
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
D. Tindakan yang dipilih ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Lingkup Penelitian ... 9
G. Signifikasi Penelitian ... 10
BAB II. KAJIAN TEORI A. Hakikat Pembelajaran Bahasa Arab ... 12
1. Pengertian Pembelajaran ... 12
2. Pengertian Bahasa Arab ... 15
3. Pengertian Pembelajaran Bahasa Arab ... 16
5. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Arab ... 19
6. Keterampilan Pembelajaran Bahasa Arab ... 20
B. Hakikat Keterampilan Menyimak ... 21
1. Pengertian Keterampilan ... 22
2. Pengertian Menyimak ... 22
3. Pengertian Keterampilan Menyimak... 23
4. Tujuan Pembelajaran Menyimak ... 24
5. Tingkat Keterampilan Menyimak ... 26
6. Tahapan dalam latihan Menyimak ... 26
7. Tes Keterampilan Menyimak ... 28
8. Langkah-langkah Pembelajaran Keterampilan Menyimak ... 29
C. Mufrodat ... 30
1. Pengertian Mufrodat... 30
2. Menyimak Mufrodat ... 31
3. Tes Mufrodat ... 32
4. Mufrodat Anggota Keluarga ... 33
D. Strategi Permainan Perebutan Benteng ... 34
1. Pengertian Permainan... 35
2. Jenis dan Tujuan Permainan... 37
3. Pengertian Permainan Perebutan Benteng ... 37
4. Langkah-langkah Permainan Perebutan Benteng ... 39
5. Kelebihan dan Kekurangan Permainan Perebutan Benteng... 41
BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian... 43
B. Setting Penelitian dan Subjek Penelitian... 45
C. Variable yang diselidiki ... 46
D. Rencana Tindakan ... 46
F. Teknik Analisis Data ... 54
G. Indikator Kinerja ... 57
H. Tim Peneliti dan Tugasnya... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 59
B. Pembahasan ... 93
BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 99
B. Saran ... 101
DAFTAR PUSTAKA ... 103
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 106
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang perlu melakukan interaksi
dengan manusia lain. Kegiatan interaksi ini membutuhkan alat, sarana atau
media yaitu bahasa.1 Bahasa adalah realitas yang tumbuh dan berkembang
sesuai dengan tumbuh kembangnya manusia pengguna bahasa itu. realitas
bahasa dalam kehidupan ini semakin menambah kuatnya eksitensi
manusia sebagai makhluk berbudaya dan beragama antara lain ditunjukkan
oleh kemampuannya memproduksi karya-karya besar berupa sains,
teknologi, dan seni yang tidak terlepas dari peran-peran bahasa yang
digunakannya.2
Dalam buku Pembelajaran Bahasa Arab MI yang di tulis oleh
Taufik menjelaskan bahwasanya Bahasa Arab merupakan salah satu
bahasa asing yang belakangan ini banyak ditekuni oleh masyarakat untuk
dipelajari dan ditelaah, baik yang berorientasi pada pendekatan normatif
dan spiritualis dengan berkeyakinan bahwa bahasa arab merupakan agama
karena al-Qur’an diturunkan dengan bahasa arab, maupun melalui
1
Anang Santoso, dkk, Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia SD, (Banten: Universitas Terbuka, 2013), 1.3.
2
pendekatan edukatif dan komsutif, yang beranggapan bahwa bahasa Arab
merupakan bahasa yang patut dikaji secara mendalam untuk mengetahui
kajian histories dan estetikanya. 3
Dari paparan di atas bahwasanya bahasa merupakan sarana atau
media komunikasi yang digunakan manusia untuk melakukan interaksi
dengan manusia lainnya dalam menjalani relaita kehidupan. Kita perlu
mengakaji atau mempelajari bahasa arab karena bahasa arab adalah bahasa
Al-Qur’an yang mana kita sebagai seorang yang beragama islam tidak
lepas dari Al-Qur’an dan al-Hadits yang mana tersaji dalam bentuk bahasa
Arab.
Bahasa Arab dan Al-Qur’an merupakan dua unsur yang tidak dapat
dipisahkan, keduanya memilki hubungan yang sangat erat, dimana bahasa
Al-Qur’an adalah bahasa Arab. Hal ini telah Allah tegaskan di dalam
firman-Nya yang berbunyi: “Dan demikianlah Kami Wahyukan kepadamu
Al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada
Ummul Qura (penduduk mekah) dan penduduk (negeri-negeri)
sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul
(kiamat) yang tidak ada keraguan padanya”. (QS. Asy Syura’ : 7).4 Maka
3
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif dan Inovatif Berbasis ICT ), (Surabaya: PMN Surabaya, 2011), 1.
4
untuk menguasai isi Al-Qur’an seseorang harus mengetahui bahasa Arab
dengan baik dengan cara mempelajarinya.
Penerapan pembelajaran bahasa arab di Indonesia dilaksanakan
dari tingakat pendidikan dasar yang berbasis Islam seperti Madrasah
Ibtidaiyah. Bahkan Sekolah Dasar Islam, yang mana dikemas dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Sama halnya dengan yang terjadi
di MI Al Karimah Surabaya, Bahasa Arab menjadi mata pelajaran agama,
dan pelaksanaan pembelajaran Bahasa Arab di kelas III dilaksanakan pada
hari kamis yang mana itu masuk di jadwal khusus pembelajaran agama.
Pembelajaran Bahasa Arab di MI Al Karimah tidak diajarkan di
kelas pemula seperti kelas I dan II melainkan baru diajarkan di kelas III.
Hal ini berbeda dari beberapa Madrasah lainnya yang mana pembelajaran
Bahasa Arab sudah diperkenalkan sejak kelas I. Karena di MI Al Karimah
baru mengadakan pembelajaran Bahasa Arab di kelas III, maka
pengetahuan siswa kelas III dapatkan dalam pembelajaran Bahasa Arab
masih dasar. Sehingga materi pembelajaran Bahasa Arab yang diajarkan di
kelas III lebih mengarah pada pengenalan mufrodat.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang sudah peneliti
lakukan di kelas III MI Al Karimah Surabaya pada mata pelajaran bahasa
Arab, guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam proses
pembelajaran. Meskipun hanya menggunakan metode ceramah dan tanya
dan kartu yang dapat menarik perhatian siswa. Namun guru menyadari
bahwa media saja tidak cukup untuk menarik perhatian siswa5
Karakteristik siswa kelas III MI AL Karimah Surabaya yang
hiperaktif dan satu siswa yang berkebutuhan khusus sangat perlu
diperhatikan, karena hal itu mempengaruhi proses pembelajaran, sehingga
guru harus berusaha lebih keras dalam mengkondisikan siswa. Tidak
jarang tujuan pembelajaran tidak tercapai dalam proses pembelajaran. Hal
ini terjadi saat pembelajaran bahasa Arab dalam keterampilan menyimak.
Saat guru melafalkan beberapa mufrodat tidak jarang guru mengulangi
kembali mufrodat yang telah dilafalkan. Hal ini terjadi karena siswa
kurang memperhatikan dan butuh sedikit waktu untuk siswa dalam
menyerap apa yang dilafalkan guru dengan tulisan yang ada di LKS
mereka. Guru juga mengakui bahwa guru kurang melatih keterampilan
menyimak siswa secara maksimal.
Dari hasil pretes yang dilakukan peneliti di kelas III dengan jumlah
28 siswa, tidak semua siswa mencapai KKM yang bernilai 70, hanya 5
siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM, dan dalam bentuk prosentase
ketuntasan dinyatakan 17,86% siswa mampu mencapai KKM, dan 82,14%
siswa belum mampu mencapai KKM. Sehingga dari hasil tersebut dapat
5
disimpulkan bahwa keterampilan menyimak mufrodat siswa sangat perlu
untuk dilakukan peningkatan.
Keterampilan menyimak merupakan keterampilan bahasa pertama
yang dilakukan oleh seseorang yang mulai belajar suatu bahasa tertentu.
Dengan proses menyimak, seseorang akan dapat mengukur tingkat
kesulitannya dalam belajar suatu bahasa karena dari sana dapat dipahami
dialeknya, pola pengucapannya, struktur bahasa dan lain sebagainya.6
Dari paparan diatas keterampilan menyimak sangatlah penting
dalam proses pembelajaran bahasa arab, karena keterampilan menyimak
adalah keterampilan yang perlu dipelajari sebelum menguasai
keterampilan berbahasa lainnya. Jika dalam keterampilan menyimak masih
rendah, maka perlu adanya peningkatan keterampilan menyimak tersebut.
Peningkatan keterampilan menyimak bisa dilakukan dengan usaha untuk
membuat proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan bisa menarik
perhatian siswa. Karena masa anak-anak adalah masa bermain maka dalam
pembelajaran kita bisa mendesain pembelajaran dengan sebuah permainan,
dengan permainan proses pembelajaran akan menjadi lebih menyenangkan
dan diharapkan tujuan pembelajaran bisa tercapai.
Permainan adalah setiap kontes antara para pemain yang
berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu pula.7 Dalam proses pembelajaran yang
berperan sebagai pemain adalah peserta didik dan guru berperan sebagai
pemandu dalam permainan, sedangkan aturan-aturan yang ditetapkan akan
mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran. Banyak permainan yang
sesuai dengan peningkatan keterampilan menyimak salah satunya yaitu
permainan perebutan benteng.
Permainan perebutan benteng merupakan permainan yang diilhami
dari permainan “benteng-bentengan” yang akrab bagi anak Surabaya
waktu masih kecil.8 Hasil penelitian yang dilakukan Silvia Ayu Maslukhah
dan Achmad Lutfi (2014) menunjukkan bahwa permainan tradisional
Bentengan efektif sebagai media pembelajaran pada Tatanama Senyawa,
terbukti permainan tradisional Bentengan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dan aktivitas siswa yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan
ketuntasan klasikal sebesar 50,3%. Aktifitas siwa diketahui presentase
rata-rata sebesar 90,7%, di dukung dengan presentase respon siswa
sebesar 96,5% sehingga berdasarkan hal tersebut, permainan tradisional
Bentengan layak dan efektif digunakan sebagai media pembelajaran Tata
Nama Senyawa kelas X SMA.9
7
Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007), 75.
8
Warsono & Hariyanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), 258.
9
Dari latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian
tindakan kelas dengan judul : “ Penggunaan Strategi Permaianan
Perebutan Benteng Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Mufrodat Dalam Materi A’d{a’ al-Usrah Mata Pelajaran Bahasa Arab Siswa Kelas III MI Al Karimah Surabaya”.
B. Batasan Masalah
Pada penelitian ini materi yang dipelajari oleh sisiwa kelas III MI
AlKarimah Surabaya yaitu Menyimak mufrodat A’d{a’ al-Usrah (Anggota
Keluarga).
C. Rumusan Masalah
Dari latar yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat keterampilan menyimak mufrodat siswa kelas
III MI Al karimah Surabaya?
2. Bagaimana penerapan strategi permainan perebutan benteng untuk
meningkatkan keterampilan menyimak mufrodat dalam
pembelajaran bahasa Arab materi A’d{a’ al-Usrah (Anggota
3. Bagaimana peningkatan keterampilan menyimak mufrodat dengan
menggunakan startegi permainan perebutan benteng pada mata
pelajaran Bahasa Arab di kelas III MI AlKarimah Surabaya?
D. Tindakan yang Dipilih
Berdasarkan Latar Belakang dan Rumusan Masalah di atas
tindakan dipilih menggunakan permainan perebutan benteng untuk
mengatasi masalah rendahnya keterampilan menyimak siswa di kelas III
MI Al Karimah Surabaya. Penerapan permaianan perebutan benteng ini
diharapkan akan dapat memberikan suasana pembelajaran yang
menyenangkan, dan diharapkan dengan permainan ini peserta didik akan
antusias dalam kegiatan menyimak yang mana sebelumnya peserta didik
kurang tertarik dalam menyimak karena penggunaan metode yang kurang
bervariasi dari guru. Selain itu permainan perebutan benteng ini
diharapkan mampu meningkatakan keterampilan menyimak siswa. Karena
perminan perebutan benteng ini menggunakan sistem perang pertanyaan
yang mengandalkan keterampilan mendengar siswa yang pasti akan
terlatih. Dengan demikian permainan perebutan benteng diterapkan untuk
meningkatkan keterampilan menyimak siswa kelas III MI Al Karimah
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan Latar Belakang dan Rumusan Masalah di atas maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat keterampilan menyimak
mufrodat siswa klas III MI Al Karimah Surabaya
2. Untuk mengetahui penerapan permainan perebutan benteng
untuk meningkatkan keterampilan menyimak mufrodat dalam
pembelajaran Bahasa Arab materi A’d{a’ al-Usrah (Anggota
Keluarga) di kelas III MI Al Karimah Surabaya.
3. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan menyimak
mufrodat dengan menggunakan permainan perebutan benteng
mata pelajaran Bahasa Arab di kelas III MI Al Karimah
Surabaya.
F. Lingkup Penelitian
Agar lingkup penelitian mengarah pada tujuan yang akan dicapai,
maka dari latar belakang masalah di atas dibuat lingkup penelitian sebagai
berikut:
1. Subyek penelitian adalah siswa kelas III di MI Al Karimah Surabaya
2. Implementasi (pelaksanaan) penelitian ini menggunakan permainan
perebutan benteng untuk meningkatkan keterampilan menyimak pada
pelajaran Bahasa Arab.
3. KD 4.1 Menirukan bunyi (mufrodat) terkait topik: A’d{a’ al-Usrah
4. Indikator yang akan dicapai adalah:
4.1.1 Melafalkan bunyi mufrodat A’d{a’ al-Usrah
4.1.2 Memperagakan mufrodat A’d{a’ al-Usrah yang telah disimak
4.1.3 Menuliskan kembali mufrodat A’d{a’ al-Usrah yang telah
disimak
4.1.4 Menerjemahkan mufrodat A’d{a’ al-Usrah yang telah disimak
melalui gambar.
G. Signifikasi Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Peserta didik
a. Peserta didik menjadi lebih mudah dalam menerima dan
memahami informasi yang diberikan guru.
b. Meningkatkan keaktifan peserta didik untuk ikut serta
2. Guru
Guru mendapatkan variasi baru dalam melaksanakan proses
pembelajaran sehingga peserta didik menjadi lebih aktif dan
antusis dalam mengikuti pembelajaran.
3. Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan lebih dalam bentuk
karya ilmiyah yang berupa tulisan serta landasan dalam
mengajar Bahasa Arab.
4. Pembaca
Ditemukannya permainan baru yang bisa digunakan
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakikat Pembelajaran Bahasa Arab 1. Pengertian Pembelajaran
Menurut Heru Kurniawan Pembelajaran adalah suatu proses
pengondisian yang bertujuan untuk aktif belajar dalam ruang kelas.10
Pembelajaran juga merupakan proses membelajarkan siswa sehingga
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru yang tumbuh
saat seorang individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan,
dan terjadi disetiap waktu.11 Slavin juga berpendapat bahwa
pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan dalam diri seseorang
yang disebabkan oleh pengalaman. Perubahan yang terjadi bersifat
permanen, artinya bahwa perubahan yang terjadi bukan serta merta
namun proses interaksi dan pengalaman yang sistematis. Proses
pembelajaran terjadi dalam tiga ranah kompetensi yaitu efektif (sikap),
psikomotorik (keterampilan), dan kognitif (pengetahuan).12
Menurut Acep Kurniawan yang ditulis dalam bukunya yag
berjudul Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab Kegiatan
10
Heru Kurniawan, Pembelajaran Menulis Kreatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), 5.
11
Anang Santoso, Matari dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD, (Banten: Universitas Terbuka, 2013), 1.20.
12
pembelajaran yaitu proses yang identik dengan kegiatan mengajar
yang dilakukan guru sebagai arsitek kegiatan belajar, agar terjadi
kegiatan belajar.13 Pendapat tersebut diperjelas dengan pendapat Jihad
dan Haris bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri
dari kombinasi dua aspek yaitu belajar dan mengajar. Belajar merujuk
pada apa yang harus dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar
berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi
pelajaran. Sedangkan menurut Suherman pembelajaran merupakan
proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar
peserta didik dalam rangka perubahan perilaku.14 Oleh karena itu,
pembelajaran dapat diartikan sebagi suatu proses komunikasi yang
memilki tujuan tercapainya perubahan perilaku melalui interaksi antara
pendidik dengan peserta didik dan antar peserta didik.
Dalam buku Belajar dan Pembelajaran yang ditulis oleh
Suyono dan Hariyanto dijelaskan bahwa Pembelajaran dikondisiskan
agar mampu mendorong kreativitas anak secara keseluruhan, membuat
siswa aktif, mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan
berlangsung dalam kondisi menyenangkan. Oleh sebab itu setiap
pengajar dalam melaksanakan pembelajaran harus berlandaskan:
1) Belajar adalah sangat penting dan sangat menyenangkan.
13
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,..., 32.
14
2) Anak patut dihargai dan disayangi sebagai pribadi yang
unik.
3) Anak hendaknya menjadi pelajar yang aktif.
4) Anak perlu merasa nyaman di kelas, dan dirangsang untuk
selalu belajar. Hendaknya tidak ada tekanan dan
ketegangan.
5) Anak harus memiliki rasa memilki dan kebanggaan di
dalam kelas. hal ini dapat dilakukan misalnya dengan
memajang (display) hasil karya (portofolio) mereka di
kelas. Mereka perlu dilibatkan dalam merancang kegiatan
belajar dan boleh membawa bahan-bahan dari rumah.
6) Guru merupakan narasumber (fasilitator, mediator), bukan
polisi atau dewa. Anak harus menghormati guru. Anak
bukan robot, karena robot kecil tidak akan belajar, dan juga
tidak kreatif.
7) Guru memang harus kopeten, tetapi tidak perlu sempurna.
8) Anak perlu merasa bebas untuk mendiskusikan masalah
secara terbuka baik dengan guru maupun dengan teman
sebaya. Ruang kelas adalah milik mereka dan mereka
berbagi tanggung jawab untuk mengaturnya.
9) Kerja sama bernilai lebih daripada kompetisi, walau pada
10)Pengalaman belajar (learning experience) hendaknya dekat
dan berasal dari pengalaman yang diperoleh dari dunia
nyata (real world).15
2. Pengertian Bahasa Arab
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang paling banyak
digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi. Sekitar 200.000.000
umat manusia menggunakan bahasa Arab. Bahasa ini digunakan secara
resmi oleh kurang lebih 20 negara. Dan karena itu merupakan bahasa
kitab suci dan tuntunan agama umat Islam sedunia, maka tentu saja
bahasa Arab merupakan bahasa yang paling besar pengaruhnya bagi
ratusan juta muslim sedunia, yang berkebangsaan Arab maupun
bukan.16
Dalam buku Bahasa Arab dan Metode pengajarannya yang
ditulis oleh azhar arsyad bahasa Arab merupakan salah satu bahasa
asing yang belakangan ini banyak ditekuni oleh masyarakat untuk di
pelajari dan ditelaah, baik yang beorientasi pada pendekatan normatif
dan spiritualis dengan keyakinan bahwa bahasa arab merupakan
bahasa agama karena al-Qur’an diturunkan dengan menggunakan
bahasa arab, maupun melalui pendekatan edukatif dan konsumtif, yang
15
Suyono & Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Rosdakarya, 2012), 209-210.
16
beranggapan bahwa bahasa arab merupakan bahasa yang patut dikaji
secara mendalam untuk mengetahui kajian histories dan estetikanya.17
3. Pengertian Pembelajaran Bahasa Arab
Pembelajaran bahasa asing adalah sebuah proses yang
kompleks dengan berbagai fenomena yang pelik sehingga tidak
mengherankan kalau hal ini bisa mempunyai arti yang berbeda bagi
setiap orang.18 Salah satunya pembelajaran Bahasa Arab, dari
penjelasan mengenai pengertian pembelajaran dan bahasa Arab di atas
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Arab adalah proses
interaksi antara peserta didik dan guru dalam proses belajar bahasa
Arab dengan tujuan memudahkan peserta didik dalam memahami
bahasa Arab beserta ruang lingkupnya.
Dalam pembelajaran bahasa Arab, mata pelajaran yang kita
pelajari dan kaji pastinya adalah bahasa Arab yang merupakan mata
pelajaran bahasa yang diarahkan untuk mendorong, membimbing,
mengembangkan, dan membina kemampuan serta menumbuhkan
sikap positif terhadap bahasa Arab, baik reseptif maupun produktif.
Kemampuan reseptif yaitu kemampuan untuk memahami pembicaraan
orang lain dan memahami bacaan. Kemampuan produktif yaitu
kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi baik secara
17
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif dan Inovatif Berbasis ICT )..., 1.
18
lisan maupun secara tertulis. Kemampuan bahasa arab serta sikap
positif terhadap bahasa Arab tersebut sangat penting dalam membantu
memahami sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan al-Hadits, serta
kitab-kitab berbahasa Arab yang berkenaan dengan Islam bagi peserta
didik. Untuk itu bahasa arab di Madrasah dipersiapkan untuk
pencapaian kompetensi dasar berbahasa, yang mencakup empat
keterampilan berbahasa yang diajarkan secara integral, yaitu
menyimak (maharatu al-istima’), berbicara (maharatu al-kalam),
membaca (maharatu al-qira’ah), dan menulis (maharatu al-kitabah).19
Pada tingkat pendidikan dasar (elementary) dititik beratkan
pada kecakapan menyimak dan berbicara sebagai landasan berbahasa
diajarkan secara seimbang. Pada tingkat pendidikan menengah
(intermediate), keempat kecakapan berbahasa diajarkan secara
seimbang. Adapun pada tingkat pendidikan lanjut (advance)
dikonsentrasikan pada kecakapan membaca dan menulis, sehingga
peserta didik diharapkan mampu mengakses berbagai referensi
berbahasa Arab.20
19
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 165 Tahun 2014, Tentang Kurikulum 2013 Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab pada Madrasah.
20
4. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab
Tujuan utama pembelajaran bahasa Asing adalah
mengembangkan kemampuan pelajar dalam menggunakan bahasa itu
baik lisan maupun tulis. Tujuan pendidikan bahasa Arab bisa diketahui
melalui tujuan pembelajarannya. Dalam arti sempit dan konkret wujud
pendidikan bahasa Arab adalah pembelajaran bahasa Arab itu sendiri.
Tujuan pembelajaran bahasa secara berarti menumbuhkan kemampuan
bahasa Arab. Dengan pembelajaran bahasa secara terus menenerus
dapat diperoleh keterampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara,
membaca dan menulis.21
Tujuan pembelajaran bahasa Arab bagi pihak pendidik adalah agar
dapat menjadikan bahasa Arab mudah dikuasai oleh pelajar.
Sedangkan tujuan bagi pihak pelajar adalah agar dapat menguasai
bahasa Arab.22
Mata pelajaran bahasa Arab sendiri memilki tujuan sebagai beikut:
1) Megembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab,
baik lisan maupun tulis, yang mencakup empat kecakapan
berbahasa, yakni menyimak (istima’), berbicara (kalam), membaca
(qira’ah), dan menulis (kitabah).
21
Bisri Mustofa & Abdul Hamid, Metode & Strategi Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), 5.
22
2) Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya bahasa Arab sebagai
salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar,
khususnya dalam mengkaji sumber-sumber ajaran Islam.
3) Mengembangkan pemahaman tentang saling berkaitan antar
bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan
demikian peserta didik diharapkan memilki wawasan lintas budaya
dan melibatkan diri dalam keragaman budaya.23
Tujuan mempelajari bahsa Arab di Indonesia termotivasi untuk
tujuan agama, yaitu untuk mengkaji dan memperdalam ajaran Islam
dari sumber-sumber yang berbahasa Arab, seperti al-Qur’an, al-Hadits,
kitab-kitab turats, dan lain-lainnya. Karena itu muncullah istilah
pembelajaran bahasa arab untuk studi islam. Selain untuk studi Islam,
masih banyak tujuan lain dari belajar bahas Arab; ada untuk tujuan
bisnis, diplomatik, haji, dan lain sebagianya. Setiap orang yang
mempelajari bahasa Arab memiliki tujuan berbeda-beda sesuai dengan
yang ingin dicapainya.24
5. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Arab
Ruang lingkup pelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah
meliputi tema-tema tentang perkenalan, peralatan madrasah, pekerjaan,
alamat, keluarga, anggota badan, di rumah, di kebun, di Madrasah, di
23
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Tahun 2013, Tentang Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, 37
24
laboratorium, diperpustakaan, di kantin, jam, kegiatan sehari-hari,
pekerjaan rumah, dan rekreasi.25
6. Keterampilan Pembelajaran Bahasa Arab
Kemampuan menggunakan bahasa dalam dunia pengajaran
bahasa disebut keterampilan berbahasa. Keterampilan tersebut ada
empat, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan
menulis. Keterampian menyimak dan membaca dikategorikan ke
dalam keterampilan reseptif, sedangkan keterampilan berbicara dan
menulis dikategorikan ke dalam keterampilan produktif.
Dalam bukunya yang berjudul metodologi pembelajaran bahasa
Arab Acep Hermawan menjelaskan bahwa Empat keterampilan saling
berkaitan satu sama lain, sebab dalam memperoleh keterampilan
bahasa, biasanya ditempuh melalui hubungan yang teratur, mula-mula
pada masa kecil seorang anak belajar menyimak bahasa, kemudian
berbicara, setelah itu ia belajar membaca dan menulis. Keempat
keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan yang
tunggal. Selanjutnya setiap keterampilan itu erat pula kaitannya dengan
proses-proses yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang
mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa,
semakin cerah dan jelas pula pikirannya. Megembangkan keterampilan
25
berbahasa dapat berarti mengembangkan keterampilan berpikir,
keterampilan ini hanya diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek
dan banyak latihan.26
B. Hakikat Keterampilan Menyimak 1. Pengertian Keterampilan
Keterampilan yaitu kemampuan untuk menggunakan akal,
fikiran, ide dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah atau
membuat suatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan
sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut. Keterampilan/kemampuan
tersebut pada dasarnya akan lebih baik bila terus diasah dan dilatih
untuk menaikkan kemampuan sehingga menjadi ahli atau menguasai
dari salah satu bidang keterampilan yang ada. Keterampilan perlu
dilatih sehingga mampu melakukan sesuatu, tanpa adanya latihan dan
proses pengasahan akal, fikiran tersebut tidak akan bisa menghasilkan
sebuah keterampilan yang khusus atau terampil, karena keterampilan
bukan lah bakat yang bisa saja didapat tanpa melalui proses belajar
yang intesif dan merupakan kelebihan yang sudah diberikan semenjak
lahir.27
26
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab..., 129-130
27
Guru Keterampilan, 6 November, 2016,
2. Pengertian Menyimak
Dalam buku Keterampilan Dasar Berbahasa yang ditulis oleh
Jauharoti Alfin dijelaskan bahwa menyimak (mendengarkan) bukanlah
merupakan kegiatan yang sederhana. Mendengarkan merupakan
kegiatan yang kompleks yang mencakup komponen-komponen
persepsi dan pengetahuan linguistik untuk membantu memahami
wacana yang disajikan. Mendengar merupakan proses dinamis yang
menggunakan informasi dari pembicara, pendengar, latar, dan interaksi
untuk membentuk makna.28
Sedangkan menurut Henry Guntur Tarigan, Menyimak adalah
suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan
penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami
makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui
ujaran atau bahasa lisan.29
Para lingusitik membedakan antara mendengar (sima’),
menyimak (istima’). Mendengar hanyalah menerima suara yang tanpa
adanya perhatian dan unsur kesengajaan, seperti suara bising dan atau
hiruk pikuk di jalan raya. Sedangka menyimak adalah menuntut
28
Jauharoti Alfin, Keterampilan Dasar Berbahasa, (Surabaya: Pustaka Intelektual, 2009), 2
29
adanya kesengajaan dan perhatian dalam mendengarkan segala
sesuatu.
Abdul Majid Sayyid Ahmad Mansur menjelaskan, ada empat
unsur dalam menyimak yang mana keempat unsur tersebut harus
saling mengisi dan tidak boleh dipisah-pisahkan, yaitu:
a. Memahami makna secara umum
b. Memahami pembicaraan dan berinteraksi
c. Mengevaluasi dan mengkritik pembicaraan
d. Menggabungkan isi yang diterima dengan pengalaman individu
yang telah dimilki.30
3. Pengertian Keterampilan Menyimak
Mendengar (menyimak) merupakan suatu keterampilan
berbahasa pertama yang dilakukan oleh seseorang yang mulai belajar
suatu bahasa tertentu, baik yang dialami oleh sesorang bayi yang baru
mulai berbicara ataupun orang dewasa yang akan mempelajari bahasa
orang lain. Dengan proses menyimak, seseorang akan dapat mengukur
tingkat kesulitannya dalam belajar suatu bahasa karena dari sana dapat
dipahami dialeknya, pola pengucapannya, struktur bahasa dan lain
sebagainya.31
30Abd. Wahab Rosyidi, dan Mamlu’atul Ni’mah,
Memahami Konsep Dasar Berbahasa Arab, (Malang: UIN-Maliki Press, 2011), 84.
31
Dalam buku Pengajaran Bahasa Komukatif Teori dan Praktek
yang ditulis oleh Furqanul Aziz & Chaedar Alwalsilah mengatakan
bahwasanya banyak pihak menganggap bahwa menyimak merupakan
keterampilan yang paling penting diantara keterampilan lain melalui
akivitas ini siswa bisa memperoleh kosakata dan gramatika, disamping
tentunya pengucapan yang baik. Pentingnya menyimak dalam interaksi
komunikatif memang sangat nyata. Untuk dapat terlibat dalam suatu
komunikasi, seseorang harus mampu memahami dan mereaksi apa
yang harus dikatakan. Konsekuensinya, selain terlibat dalam
aktivitas-aktivitas interaksional, pembelajar perlu melatih keterampilan
menyimak.32
4. Tujuan Pembelajaran Menyimak
Tujuan menyimak secara umum yaitu, untuk membedakan dan
menemukan unsur-unsur fonetik dan struktur kata lisan, untuk
menemukan dan memperkenalkan bunyi-bunyi, kata-kata, atau ide-ide
baru kepada penyimak. 33
Tujuan pembelajaran menyimak dalam bahasa arab antara lain:
1) Dapat mengetahui dan membedakan bunyi dalam bahasa Arab
2) Dapat membedakan harakat (tanda baca) yang dibaca panjang
dan di baca pendek
32
Furqanul Aziez & Chaedar Alwasilah, Pengajaran Bahasa komunikatif Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), 81-82
33
3) Mampu mebedakan kesamaan dua bunyi yang hampir sama
4) Memahami hubungan tanda baca dan tulisan
5) Mengetahui kata-kata yang di tasydid (digandakan) dan
ditanwin
6) Mendengar dan memahami suatu kata ketika sedang berbicara
7) Memahami arti kata karena proses penggantian dan penyamaan
dalam kata bahasa arab
8) Memahami penggunaan kata dalam bahasa
9) Memahami pola penggunaan kata-kata dalam bahasa Arab baik
yang digunakan utuk kata ganti laki-laki, perempuan, hitungan,
waktu dan lain-lain.34
Sedangkan menurut Akhmad Fuad Ulyan dalam buku Memahami
Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab disebutkan sebagai berikut:
1) Mampu menyimak, perhatian, dan terfokus pada materi yang di
dengar
2) Mampu mengikuti apa yang didengar dan menguasainya sesuai
dengan tujuan menyimak
3) Mampu memahami apa yang didengar dari ucapan penutur
dengan cepat dan tepat
4) Menanamkan kebiasaan mendengar sesuai dengan nilai-nilai
sosial dan pendidikan yang sangat penting
34
5) Menanamkan segi keindahan pada saat menyimak
6) Mampu mengetahui makna kosakata sesuai dengan bentuk
perkataan yang di dengar
7) Mampu menetapkan kebijaksanaan atas perkataan yang
didengar dan menetapkan keputusan yang sesuai.35
5. Tingkatan Keterampilan Menyimak
Abdul Wahab Rosyidi menjelaskan dalam bukunya yag
berjudul Memahami Konsep Dasar berbahasa Arab,
Keterampilan mendengar terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:
1) Mendengar bunyi-bunyi kata tanpa membekas dalam pikiran.
2) Mendengar setengah-setengah.
3) Mendengar dengan mulai merangkai ide.
4) Menyimak untuk menentukan ide pokok dan ide-ide
pendukungnya.
5) Menyimak untuk disikapi dan dikritisi.
6) Menyimak sampai hanyut dalam perasaan.36
6. Tahapan dalam Latihan Menyimak
Dalam meningkakan keterampilan menyimak, kita perlu
melakukan latihan menyimak yang dibagi menjadi beberapa tahapan
diantaranya:
35
Abd. Wahab Rosyidi, dan Mamlu’atul Ni’mah, Memahami Konsep Dasar Berbahasa Arab)..., 84.
36
1) Latihan pengenalan (identifikasi), pada tahap pertama ini bertujuan
agar siswa dapat mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa arab secara
tepat.37
2) Latihan mendengarkan dan menirukan, setelah siswa mengenal
bunyi-bunyi-bunyi bahasa Arab melalui ujaran-ujaran yang
didengarnya, ia kemudian dilatih untuk mengucapkan dan
memahami makna yang dikandung oleh ujaran tersebut. hal ini
menunjukkan walaupun latihan menyimak bertujuan untuk melatih
pendengaran, tapi dalam praktek selalu diikuti dengan latihan
pengucapan dan pemahaman. Jadi setelah siswa mengenal
bunyi-bunyi bahasa Arab melalui ujaran-ujaran yang didengarnya, ia
kemudihan dilatih untuk mengucapkan dan memahami makna
yang terkandung dalam ujaran tersebut. 38
3) Latihan mendengar dan membaca, guru mendengarkan materi
bacaan yang sudah direkam dan siswa membaca teks (dalam hati)
mengikuti materi yang diperdengarkan.39
4) Latihan mendengar dan memahami, mendengarkan-memahami itu
bukan merupakan suatu proses yang pasif, melainkan suatu proses
yang aktif dalam mengkonstruksikan suatu pesan dari sesuatu arus
bunyi.40 latihan mendengarkan untuk pemahaman ini
bertingkat-tingkat dan dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik, antara
lain yaitu:
a. Latihan mendengar dengan melihat. Dalam latihan ini guru
menyediakan gambar yang mencerminkan arti dan isi materi
yang di dengar peserta didik. Dan peserta didik mulai memilih
gambar sesuai dengan apa yang telah mereka dengar.
b. Latihan mendengarkan dengan memperagakan. Dalam latihan
ini, peserta didik diminta melakukan gerakan atau tindakan non
verbal sebagai jawaban terhadap stimulus yang diperdengarkan
oleh guru.
c. Latihan mendengarkan dengan memperoleh informasi.41
7. Tes Keterampilan Menyimak
Macam tes keterampilan menyimak dijelaskan dalam buku
Metodologi Pengajaran bahasa Arab diantaranya: 42
1. Melafalkan ulang kata yang diperdengarkan
2. Mengidentifikasi bunyi
3. Membedakan bunyi yang mirip
4. Menentukan makna kata melalui gambar
40
Mukhsin Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Berbahasa & Apresiasi Sastra, (Malang: Yayasan Asih Asah Asuh Malang (Y A3 malang), 1990), 8
41
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab,..., 142-143
42
5. Menentukan makna kalimat melalui gambar
6. Merespon ujaran berupa kalimat melalui gerak
7. Memahami teks sederhana dalam bentuk dialog
8. Memahami teks sederhana dalam bentuk narasi.
8. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Menyimak.
Dalam pelaksanaan pembelajaran menyimak perlu
menggunakan metode Audiolingual yang mana sangat mengutamakan
drill (pengulangan). Dalam Audiolingual yang berdasarkan pendekatan
struktural itu, bahasa yang diajarkan dicurahkan pada lafal kata, dan
latihan berkali-kali secara intensif pola-pola kalimat.43
Dalam pembelajaran menyimak dapat diselenggarakan melalui
beberapa langkah sebagi berikut:
1) Pendahuluan, meliputi dorongan untuk menyimak, penyampaian
pentingnya menyimak atau penjelasan sekilas pada peserta didik
tentang materi pelajaran yang akan diberikan serta tujuan
pembelajarannya.
2) Penyampaian materi, meliputi apa dan bagaimana materi dapat
sampai dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditargetkan.
3) Memperbanyak peserta didik dengan pajanan linguistik yang dapat
dilihat untuk membantu proses memahami istima’. Pajanan
43
tersebut bisa berupa gambar, ataupun tulisan guru sendiri tentang
daftar kata-kata baru yang sulit. Hal ini dimaksudkan bila peserta
didik di tengah-tengah pelajaran mengalami kesulitan, maka ia
dapat melihat kembali tulisan atau pajanan yang ada.
4) Memberikan waktu untuk diskusi mengenai materi yang telah
diberikan kepada siswa.
5) Menugaskan pada sebagian peserta didik untuk menyimpulkan apa
yang telah dibicarakan.
6) Menilai performansi bahasa peserta didik dengan memberikan
pernyataan-pernyataan yang terkait dengan tujuan atau isi pokok
materi.44
C. Mufrodat
1. Pengertian Mufrodat
Istilah kata sering kita dangar dan sering kita gunakan. bahkan
kata kata ini hampir setiap hari dan setiap saat selalu kita gunakan
dalam segala kesempatan dan untuk segala keperluan.45 Dan kita perlu
untuk mengkaji dan mempelajari kata. Hal ini juga terjadi pada kata
dalam Bahasa Arab, Mufrodat (Kosa Kata) merupakan salah satu unsur
bahasa yang harus dikuasai oleh pembelajar bahasa asing untuk dapat
44
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif dan Inovatif Berbasis ICT),..., 47-48
45
memperoleh kemahiran berkomunikasi dengan bahasa tersebut.46 Dan
sesungguhnya siswa yang yang sedang belajar bahasa apapun dituntut
untuk mengetahui mufrodat bahasa yang sedang dipelajari, tanpa
mengetahui mufrodat kiranya sulit bahkan tidak mugkin siswa akan
mampu menguasai keterampilann berbahasa yang dimaksud.47
2. Menyimak Mufrodat
Aktifitas pembelajaran mendengarkan mufrodat berorientasi
pada kemampuan siswa menirukan dan membedakan setiap kata dalam
bahasa Arab dengan baik. Oleh karena itu, ada dua hal yang bisa
lakukan oleh guru untuk latihan mendengarkan kosa kata diantaranya
yaitu:
a. Istima’ al-Mufrodat al Munfaridah
Yaitu mendengarkan beberapa kosa kata (al-Mufrodat)
yang Lafadznya anatara satu kosa kata dengan kosa kata lainnya
tidak berdekatan makhraj dan sifatnya.
b. Istima’ al-Mufrodat al-Mutaqaribah
Yaitu aktifitas mendengarkan kosa kata (al-Mufrodat) yang
berdekatan makhraj dan sifatnya. Sehingga dalam pembelajaran ini
46
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab,..., 126
47
diperlukan ketelitian yang lebih dari seorang pembelajar agar dapat
membedakan dengan benar beberapa kosa kata tersebut.48
3. Tes Mufrodat
Mufrodat (kosa kata) sebagai salah satu bagian penting dari
komponen bahasa, baik penggunaan bahasa secara lisan maupun secara
tertulis, dan merupakan salah satu basis pengembangan kemampuan
berbahasa Arab. Tes Mufrodat adalah jenis tes yang berkaitan dengan
penguasaan makna kosakata bahasa Arab, disamping kemampuan
menggunakannya pada konteks atau tempat yang tepat dalam suatu
wacana bahasa Arab.
Tujuan utama pembelajaran mufrodat bahasa Arab adalah
sebagai berikut: a) Memperkenalkan kosakata baru kepada siswa, baik
melalui bahan bacaan maupun faham al-Masmu’, b) melatih siswa
untuk dapat melafalkan kosakata itu dengan baik dan benar karena
pelafalan yang baik dan benar mengantarkan kepada kemahiran
berbicara dan membaca secara baik dan benar pula, c) memahami
makna kosakata, baik secara denotatif atau leksikal, d) Mampu
mengapresiasi dan memfungsikan mufrodat itu dalam berekspresi lisan
(berbicara) maupun tulisan (mengarang) sesuai dengan konteksnya
yang benar.
48
Teknik yang dapat digunakan guru untuk menjelaskan arti
kosakata dan sekaligus dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk
mengukur kemampuan siswa dalam penguasaan makna kosa kata
bahasa Arab diantaranya:
a) Menunjukkan benda yang dimaksud seperti mendatangkan
sampelnya atau benda aslinya.
b) Memperagakan.
c) Memberi padanan (sinonim)
d) Memberi lawan kata
e) Memberikan asosiasi makna
f) Menyebutkan kata akar dan derivasinya
g) Meminta siswa membaca berulang kali
h) Membuka dan mencari makna kata dalam kamus
i) Menerjemahkan kosakata dalam bahasa Ibu.49
4. Mufrodat Anggota Keluarga
Mufrodat (Kosa Kata) yang terdapat pada materi A'dho>u
Al-Usroti (Anggota Keluarga) anatara lain:
ٌ بَا
:
Ayahٌ مُا
:
Ibu49
ٌ دَج
:
Kakekٌ ةَدَج
:
Nenekٌ خَا
:
Saudara Laki-lakiٌ تْخُا
:
Saudara Perempuanٌ مَع
:
Pamanٌ ةَمَع
:
BibiD. Permainan Perebutan Benteng 1. Pengertian Permainan
Permainan (games) setiap kontes antara para pemain yang
berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pula. Setiap permainan harus
mempunyai empat komponen utama yaitu:
1) Adanya pemain (Pemain-pemain),
2) Adanya lingkungan di mana para pemain berinteraksi,
3) Adanya aturan-aturan main, dan
4) Adanya tujuan-tujuan tertentu yang ingin di capai.50
Dunia anak adalah duni bermain. Di mana dan dengan siapa
mereka berkumpul, di situ pula akan muncul permainan. melalui
bermain mereka akan mengenal sekaligus belajar berbagai hal tentang
50
kehidupannya, juga dapat melatih keberanian dan menumbuhkan
kepercayaan diri, baik dengan mempergunakan alat (Peraga) atau tidak
memakainya.51 Permainan sebagai media pembelajaran melibatkan
siswa dalam proses pengalaman dan sekaligus menghayati tantangan,
mendapat inspirasi, terdorong untuk kreatif, dan berinteraksi dalam
kegiatan dengan sesama siswa dalam melakukan permainan ini.52
Rasulullah SAW telah lebih dahulu mengajarkan bagaimana
seharusnya memerlakukan anak-anak dengan memberi contoh
menimang dan memanjakan cucu-cucunya, Hasan dan Husain,
bermain kuda-kudaan, bermain ciluk ba, dan lain sebaginya.53 Imam
al-Ghazali berpendapat, “Hendaknya anak kecil diberi kesempatan
bermain. Melarangnya bermain dan menyibukkannya dengan belajar
terus menerus akan mematikan hatiya, mengurangi kecerdasannya, dan
membuatnya jemu terhadap hidup sehingga ia akan sering mencari
alasan untuk membebaskan diri dari keadaaan sumpek ini”. Jika
seorang Nabi dan seorang sufi menganjurkan agar anak-anak diberi
kesempatan bermain, maka dipastikan bahwa bermain dalam konteks
51
Andang Ismail, Education Games Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan Edukatif, (Yogyakarta: Pilar Media, 2006), 3
52
Utomo Dananjaya, Media Pembelajaran Aktif, (Bandung: NUANSA CENDEKIA, 2013), 165-166
53
aktivitas yang menyenangkan dan bermuatan pndidikan adalah metode
yang sangat efektif bagi pendidikan anak. 54
Permainan edukatif, yaitu suatu kegiatan yang sangat
menyenangkan dan dapat merupakan cara atau alat pendidikan yang
bersifat mendidik. Permainan edukatif bermanfaat untuk meingkatkan
kemampuan berbahasa, berpikir, serta bergaul dengan lingkungan.55
Secara umum permaianan edukatif dapat dirumuskan tujuanya sebagai
berikut:
1) Untuk mengembangkan konsep diri (Self Concept),
2) Untuk mengembangan kreativitas,
3) Untuk mengembangkan komunikasi,
4) Mengembangkan aspek fisik dan motorik,
5) Mengembangkan aspek sosial,
6) Mengembangkan aspek emosi atau kepribadian,
7) Mengembangkan aspek kognisi,
8) Mengasah ketajaman penginderaan,
9) Mengembangkan keterampilan olah raga dan menari.56
54
Anna Farida, dkk, Sekolah yang Menyenangkan Metode Kreatif Mengajar dan Pengembangan Karakter Siswa, (Bandung: Nuansa, 2012), 44
55
Andang Ismail, Education Games Menjadi cerdas dan ceria dengan permainan Edukatif..., 119
56
2. Jenis dan Tujuan Permainan
Berdasarkan subjek dan ruangnya, terdapat 5 jenis permainan
diantaranya, Permainan bayi, Permainan Individual (Peorangan),
Permainan Sosial (Tetangga). Permainan Tim, dan Permainan dalam
ruangan. Dan berdasarkan struktur geografisnya, jenis permainan anak
terbagi menjadi 2 yaitu permainan anak kota dan permainan anak desa.
Bermanfaat tidaknya suatu permainan tergantung kepada
desain permainan itu sendiri. Jika desainnya bagus, banyak sekali
aspek pelajaran yang bisa diambil dari kegiatan bermain. Adapun
tujuan permainan dalam buku Pepen Supendi dan Nurhidayat
diantaranya yaitu: Kerja sama kelompok, menyegarkan suasana,
mencairkan suasana, membangun komunikasi yang efektif, persepsi,
dan pelajaran.57
3. Pengertian Strategi Permainan Perebutan Benteng
Permainan perebutan benteng merupakan struktur pembelajaran
kooperatif yang mana masuk dalam strategi. Permainan ini diilhami
dari permainan tradisional yang akrab bagi anak-anak Surabaya waktu
masih kecil dengan sebutan “Benteng-bentengan”58 dan merupakan
permainan dalam implementasi pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan oleh Hariyanto. Dan di daerah kulon Progo permainan
57
Pepen Supendi & Nurhidayat, 50 Permainan Indoor dan Outdoor Mengasyikkan, (Jakarta: Penebar Swadaya Grup, 2016), 13-14
58
semacam ini di namakan “Raton”, dan di daerah lain menaminya
dengan nama “Jeg-jegan”.59
Pada esensinya permainan perebutan benteng termasuk jenis
permainan tim, anggotan tiap timnya bergantung pada jumlah anak
yang main. Anak-anak membagi diri dalam kelompok-kelompok.
Jumlah siswa dibagi menjadi dua secara rata sama dengan permainan
kecil bentengan yang ditulis oleh Sasaminta Christina dkk dalam
bukunya yag berjudu permainan kecil.60 Mereka kemudian memilih
benteng sendiri untuk kelompoknya. Benteng bisa berupa pohon, ujung
pagar, tiang listrik, atau sudut suatu tembok, dan lain sebagianya
tergantung pada kesepakatan anak-anak.anak mula-mula harus
menempelkan tangannya pada benteng, tanda penguasaan benteng.
Mereka kemudian akan berusaha merebut benteng dari kelompok
lain.61
Permainan perebutan benteng yang dikembangkan oleh
Hariyanto merupakan permainan yang memiliki tujuan yang hampir
sama dengan permainan benteng pertahanan yang ditulis oleh Melvin
L. Silberman dalam bukunya yang berjudul Active Learning 101 Cara
Belajar Siswa aktif hal ini dibuktikan dari beberapa prosedure yang
59
Sukirman Dharmamulya, Permainan Tradisional Jawa Sebuah Upaya Pelestarian, (Purwanggan: KEPEL PRESS, 2005), 179
60
Sasaminta Christina Yuli Hartati, dkk, Permainan Kecil, (malang: Wineka Media, 2012), 59
61
ditunjukkan dalam permainan pertahanan benteng yang mana siswa
membuat sebuah benteng yang mampu dipertahankan hal ini
mengandalkan keahlian siswa dalam bekerja sama membuat karya
benteng yang kuat dengan mengandalkan ide-ide disetiap
kelompoknya. 62
4. Langkah-langkah Permainan Perebutan Benteng
Langkah-langkah dari permainan perebutan benteng akan
dijelaskan sebagai berikut:
1) Guru menjelaskan esensi pembelajaran, melakukan presentasi
singkat bahan ajar. Hal ini guru menjelaskan dan menunjukkan
mufrodat mengenai nama-nama anggota keluarga.
2) Siswa dibagi menjadi dua kelompok, misalkan A dan B
(dengan jumlah pemain yang ditentukan).
3) Setiap kelompok siswa ditugasi untuk berdiskusi membuat
sejumlah pertanyaan terkait bahan ajar. Hal ini terkait dengan
mufrodat yang mereka pelajari.
4) Guru menyediakan setumpuk kartu pada kelompok, setiap
siswa bertanggung jawab pada satu kartu yang mana mereka
tuliskan mufrodat nama-nama penyakit serta maknanya.
62
5) Kelompok sisiwa beserta guru ke luar kelas, ke halaman
sekolah.
6) Mereka memilih sudut atau bentengnya sendiri-sendiri. Mereka
boleh menamai kelompoknya sendiri.
7) Guru berkata “Mulai”
8) Siswa yang siap dari salah satu kelompok keluar dari
bentengnya, misalnya dari benteng A, ia segera disambut oleh
sesorang siswa dari kelompok (benteng) yang lain, misal dari
benteng B. Secara otomatis akan terjadi perang dari dua
kelompok tersebut.
9) Siswa yang keluar terlebih dulu harus mampu menjawab atau
menirukan dan memperagakan mufrodat yang telah di baca
kelompok dari benteng kedua. Jika ia tidak mampu, ia
dianggap mati. Sebaliknya, jika ia mampu menjawab
pertanyaan atau melakukan perintah, maka si penanya atau si
pemerintah yang mati. Demikian akan berlanjut perang
pertanyaan atau perintah antar dua kelompok tersebut sampai
salah satu kelompok kehabisan anggota dan bentengnya dapat
direbut oleh kelompok yang lain. Perebut benteng dapat
10)Refleksi, tetap di luar kelas.
11)Masuk kelas kembali.63
5. Kelebihan dan Kekurangan Permainan Permainan memilki kelebihan diantaranya:
1) Permainan adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan
dan sesuatu yang menghibur.
2) Permainan mempunyai kemampuan untuk melibatkan siswa
dalam proses belajar aktif.
3) Permainan dapat memberikan umpan balik secara langsung.
4) Keterampilan yang dipelajarai lewat permainan jauh lebih
mudah untuk diterapkan dikehidupan nyata sehari-hari daripada
keterampilan-keterampilan yang diperoleh lewat penyampaian
pelajaran secara biasa.
5) Permainan bersifat luwes. Salah satu sifat permainan yang
menonjol adalah keluwesannya. Permainan dapat dipakai untuk
berbagai tujuan pendidikan dengan mengubah sedikit-sedikit
alat, aturan maupun persoalannya.
6) Permainan dapat dengan mudah dibuat dan diperbanyak.
Membuat permainan yang baik tidak memerlukan seseorang
yang ahli. Guru/tutor ataupun siswa/warga belajar sendiri dapat
membuatnya. Bahan-bahannya pun tak perlu mahal-mahal,
63
bahan-bahan bekaspun dapat dipakai. Malahan banyak
permainan yang tidak memerlukan peralalatan sama sekali.
Mahalnya bahan atau biaya membuat permainan bukanlah
ukuran baik jeleknya suatu permainan
Selain kelebihan permainan juga memilki kekurangan diantaranya:
1) Tidak semua topik dapat disajikan melalui permainan
2) Memerlukan banyak waktu
3) Penentuan kalah menang dapat berakibat negatif
4) Mungkin juga terjadi pertengkaran
5) Mengganggu ketenangan belajar di kelas-kelas lain.64
64
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian
Tindakan Kelas (Clashroom Action Research). Menurut Prof. Suharsimi
Arikunto, PTK merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan yang sengaja ditimbulkan yang terjadi dalam sebuah kelas
secara bersama.65 Sedangkan menurut Sethepen Kemmis, PTK adalah
sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan,
yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari
tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, memperbaiki kondisi
dimana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan, serta dilakukan
secara kolaboratif.66
Dalam pengembangannya ada empat model PTK, yang
masing-masing model tersebut memiki nama yang sama dengan pengembangnya,
yakni: model Kurt Lewin, model Stephen Kemmis dan Mc Taggart, model
Elliot, dan model Ebbut. Keempat model itu dapat dipilih sebagi acuan,
65
Jasman Jalil, Panduan Mudah Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2014), 6
66
dengan mempertimbangkan bahwa penelitian tindakan kelas memiliki
permasalahan yang sangat variatif dan bersifat individual. 67
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model
Model Kurt Lewwin, dalam satu siklusnya terdiri dari empat langkah
pokok, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) aksi atau tindakan (acting),
(3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting).68 Empat tahap
tersebut tergambarkan dalam gambar berikut ini:
Gambar Prosedur PTK 3.1
Untuk mengatasi suatu permasalahan yang telah ditemukan, peneliti
perlu melakukan lebih dari satu siklus. Siklus-siklus tersebut saling terkait dan
67
Fauti Subhan, Penelitisn Tindakan Kelas, (Sidoarjo: Qithos Digital Press, 2013), 39
68
berkelanjutan. Siklus kedua, dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang kurang
berhasil dalam siklus pertama.
B. Setting Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat penelitian,
waktu penelitian dan siklus PTK sebagai berikut:
a. Tempat Penelitian : Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
di MI Al Karimah Surabaya.
b. Waktu Penelitian : Semester genap tahun ajaran 2016-2017
c. Siklus PTK : PTK ini dilaksanakan melalui dua siklus,
setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan,
tindakan, pengamatan, dan refleksi. Melalui kedua siklus
tersebut dapat diamati peningkatan keterampilan menyimak
mufrodat materi A'd}o>u al-Usroti (Anggota Keluarga) mata
pelajaran bahasa Arab dengan menggunakan strategi permainan
perebutan benteng.
2. Subjek Penelitian
Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III
MI Al Karimah Surabaya tahun ajaran 2016-2017 dengan jumlah
Menirukan bunyi (mufrodat) terkait topik: A'd}o>u al-Usroti
(Anggota Keluarga)
C. Variabel yang Diselidiki
Variabel-variabel yang menjadi sasaran dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah:
1. Variabel input : Siswa kelas III MI Al Karimah Surabaya
2. Variabel proses : Strategi Permainan Perebutan Benteng
3. Variabel output : Peningkatan Keterampilan menyimak mufrodat
materi A'd}o>u al-Usroti (Anggota Keluarga)
D. Rencana Tindakan
Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan beberapa siklus.
Setiap siklus meliputi perencanaan (Planning), pelaksanaan tindakan
(acting), pengamatan (Observation), dan refleksi (reflecting). Namun
sebelum peneliti melakukan siklus I, peneliti melaksananakan prasiklus
untuk mengetahui hasil awal tingkat keterampilan menyimak siswa kelas
III MI Al-Karimah Surabaya. Adapun rencana tindakan pada setiap siklus
diuraikan sebagai berikut:
1. Pra Siklus
Pada siklus ini peneliti menyusun RPP yang belum menerapkan
berlangsung. Selain itu, peneliti juga menyiapkan pre test untuk
mengetahui hasil awal dari tingkat keterampilan menyimak mufrodat.
2. Siklus I
a. Tahap Perencanaan (Planning)
1) Membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan
permainan perebutan benteng.
2) Membuat instrumen pembelajaran (RPP, lembar materi, lembar
observasi)
3) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang telah
diperlukan dikelas ketika proses pembelajaran berlangsung
seperti media pembelajaran, dan bintang kepribadian.
b. Tahap Tindakan (acting)
Pada tahap tindakan ini peneliti telah melakukan scenario
pembelajaran yang terdapat pada RPP dalam keadaan yang actual
yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
a) Kegiatan Awal
1) Guru mengucapkan salam
2) Guru menyapa siswa dengan menanyakan kabar
3) Guru memimpin berdoa bersama
4) Guru melakukan apresepsi dengan menanyakan,
“Dengan siapa kalian tinggal di rumah?” siswa
mereka. “siapakah mereka semua itu?”, tanya guru
kembali. Guru menjelskan bahwa yang mereka
sebutkan adalah anggota keluarga yang akan dipelajari
pada pertemuan hari ini.
5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b) Kegiatan Inti
1) Guru menunjukkan media Big Paper kepada siswa
2) Siswa mengamati media Big Paper yang disediakan
guru
3) Siswa menyebutkan apa saja mufrodat yang ada di
dalam media
4) Guru menjelaskan materi mengenai A'd}o>u al-Usroti
(Anggota Keluarga)
5) Guru membagi siswa menjadi dua kelompok
6) Guru memberikan setumpuk kartu disetiap kelompok
7) Setiap kelompok dibimbing untuk menulis mufrodat
A'd}o>u al-Usroti (Anggota Keluarga) di setiap kartu
yang diberikan.
8) Guru mengajak siswa keluar kelas
9) Setiap kelompok memilih wilayah benteng
10)Guru menjelaskan cara permainan dan membacakan
aturan permainan
11)Guru memimpin permainan
12)Guru melakukan penilaian pada indikator 4.1.1
Melafalkan bunyi mufrodat A'd}o>u al-Usroti (Anggota
Keluarga) dan 4.2.2 Memperagakan mufrodat A'd}o>u
al-Usroti (Anggota Keluarga) yang telah didengar
13)Siswa memainkan permainan benteng dengan cara
perang perintah untuk menyimak mufrodat.
14)Guru menentukan pemenang dari hasil permainan yang
dilakukan.
15)Siswa diminta masuk kembali ke dalam kelas
16)Siswa mengerjakan tes tulis yang diberikan guru.
c) Kegiatan Penutup
1) Siswa menyampaikan apa saja yang mereka dapatkan
dalam pembelajaran
2) Guru memberikan penguatan
3) Guru memberikan pesan kepada siswa
4) Guru dan siswa membaca do’a penutup majlis
c. Tahap Observasi
Pada tahap observasi ini, kegiatan yang dilakukan oleh
peneliti adalah mengamati kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan permainan perebutan benteng, kinerja guru praktikan
selama proses pembelajaran, antusias siswa dalam mengikuti
KBM, keaktifan siswa dalam bertanya pada proses pembelajaran,
dan antusias siswa dalam menyimak mufrodat menggunakan
permainan perebutan benteng.
d. Tahap Refleksi
Menganalisis hasil observasi dan hasil tes siklus 1, serta
membuat kesimpulan atas penerapan permainan perebutan benteng
dalam meningkatkan keterampilan menyimak mufrodat
nama-nama penyakit di MI Al Karimah Surabaya.
3. Siklus II
a. Tahap Perencanaan (planning)
Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil
refleksi pada siklus pertama.
b. Tahap Tindakan (acting)
guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
permainan perebutan benteng berdasarkan rencana pembelajaran
c. Tahap Observasi (Observation)
Tim peneliti melakukan pengamatan terhadap aktifitas
pembelajaran yang menggunakan permainan perebutan benteng
seperti siklus pertama.
d. Tahap Refleksi
Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan
siklus kedua seperti pada siklus pertama, serta menganalisi untuk
membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran dalam
meningkatkan keterampilan menyimak mufrodat materi anggota
Keluarga melalui penerapan permainan perebutan benteng siswa
kelas III MI Al Karimah Surabaya.
E. Teknik Pengumulan Data
Teknik pengumpulan data ini menggunakan deskriptiif kualitatif.
Pada pengumpulan data dilakukan setiap siklus dimulai dari awal sampai
akhir pembelajaran. Dalam pengumpulan data ini peneliti menggunakan
beberapa teknik yaitu: observasi, tes dan non tes, wawancara, dan
dokumentasi.
a. Observasi
Observasi merupakan alat penilaian yang banyak digunakan
untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses yang terjadi