SKRIPSI
Oleh :
Rany Dwi Cahyaningtyas NIM D77213089
PROGRAM STUDI PGMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Nama
: Rany Dwi CahyaningtyasNIM
tD772BA8:9Jurusan/Prodi : Pendidikan IslamlPendirlikan Guru Madrasah Ibtidaiyah EGMI)
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa PTK yang saya tulis
ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan ataupikiran orang lain yang saya akui sebagai hCIil tulisan ataupikirarr saya sendid.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa PTK ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Surabayq
2l
Judiiz0nNama
NIM Judul
: Rany Dwi Cahyaningtyas
:D77213A89
: PENERAPAN STRATEGI HOLLYWOOD SQUARE DALAM
MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI IPA KELAS V MI TARBTYATUS SHIBYAN SURABAYA
Ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.
Pembimbing
I
Surabaya,
2l
luli20l7
Pembimbing
II
W
Zudan Rosyidi. SS. MANIP. 1 98 1 03232009t21004 NrP. 197309102007}n0fi
E-Mail id
Nama
NIM
Fakultas/Jurusan
E-mail address
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akadernika UIN Sunan Ampel Suabaya, yang bertandatangan di bawah ini, saya:
'
R^nt--l
$_N\ 9AH--r,qN-!ygTI,+S
:
p
77
2t
808q
,
.]AP_PIYtH
dal
K€gl|ru^^l
/?6yl
'
PAN\
,
c,+r{YA
@
onnntL "coM
Demi pangembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Perpustakaan
UIN SunanAmpel Surabaya, Hak Bebas Royalti Non-EksHusif atas karya ilmiah :
Msekripsi El Tesis fl
Desertasi
E
lain-lain(...
...)yang beriudul :
PF NEPA PAN
sT?ffie6t
Hotll
tWD
s&u4PE
DALN,^
nr€AtlN
6-trerr4
t/
?9ufi1!A tt
ltU
r,t#TeH
l?rt
K6L/tr
V
lr
IThPb
lriTlt
S
!-.1lby
aN
tof4S_6nrt)
Beserta perangkat yang dipedukan @ila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini
Petpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya bethak menyimpan, mengalih-media/format-kan,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data (daabase),
mendistribusikannya, danmenampilkan/mempublikasikannya di Intemet atau media lain secara fulltextunatkkepentingan
akademis tanpa petlu meminta iiin dad saya selama tetap mencanturnkan narna szy^ sebagai
penulis/pcncipta dan atau penerbit yang bersangkutan.
Saya bersedia untuk menanggung secara pdbadi, tanpa melibatkan pihak Perpusakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta
dalam karya ilmiah saya ini.
Demikian pemyataan iri yrrg saya buat dengan sebenamya.
Sumbaya,
ABSTRAK
Rany Dwi Cahyaningtyas. Penerapan Strategi Hollywood Square dalam Meningkatkan Pemahaman Materi IPA kelas V MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya. Skripsi, Program Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah UIN Sunan Ampel Surabaya, Pembimbing I Zudan Rosyidi, SS. MA dan Pembimbing II Sulthon Mas’ud, S.Ag, M.Pd.I.
Latar belakang dari penelitian ini adalah rendahnya pemahaman siswa pada mata pelajaran IPA materi proses pembentukan tanah di MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya. Penyebabnya yaitu strategi dan metode pembelajaran yang digunakan berpusat pada guru sehingga siswa hanya mencapai tingkat kognitif berupa menghafal. Dari hasil wawancara, siswa mengaku kesulitan dalam menjelaskan proses pembentukan tanah, membedakan jenis-jenis pelapukan batuan serta jenis-jenis batuan.
Rumusan Masalah dari penelitian ini yaitu: (1) bagaimana penerapan strategi Hollywood Square pada mata pelajaran IPA materi proses pembentukan tanah pada siswa kelas V MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya? (2) Bagaimana peningkatan pemahaman materi proses pembentukan tanah setelah penerapan strategi Hollywood Square pada siswa kelas V MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya? Tujuan dari penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah diatas yaitu dapat mengetahui penerapan strategi Hollywood square dalam meningkatkan pemahaman materi proses pembentukan tanah pada siswa kelas V MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya.
Metode penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model Kurt Lewin sebanyak 2 siklus. Subjek penelitian yaitu siswa kelas V MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya berlokasi di jln Asemrowo gang mulya no 12 Surabaya. Teknik pengumpulan data yaitu tes tulis, observasi, wawancara serta dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pada nilai akhir dari hasil observasi aktivitas guru dari 67,7 (kurang) pada siklus I menjadi 95 (sangat baik) pada siklus II. Selain itu, nilai akhir dari hasil observasi aktivitas siswa juga mengalami peningkatan dari 62,5 (kurang) pada siklus I menjadi 92 (sangat baik) pada siklus II. (2) Pemahaman siswa terhadap materi proses pembentukan tanah mengalami peningkatan Pada siklus I, nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 60,67 (cukup) dan pada siklus II sebesar 81,14 (baik). Sedangkan ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 57% (cukup) pada siklus I menjadi 85,71% (sangat baik) pada siklus II.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... v
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR RUMUS ... xv
DAFTAR DIAGRAM ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tindakan yang Dipilih ... 9
D. Tujuan Penelitian ... 9
F. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan tentang Pemahaman 1. Pengertian Pemahaman ... 12
2. Indikator Pemahaman ... 13
3. Tingkatan-tingkatan dalam Pemahaman ... 14
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemahaman ... 16
B. Tinjauan tentang Pembelajaran IPA 1. Pengertian Pembelajaran IPA ... 18
2. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di MI ... 18
3. Tujuan Pembelajaran IPA di MI ... 19
4. Materi Proses Pembentukan Tanah... 20
C. Tinjauan tentang Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 25
2. Pemilihan Strategi Pembelajaran ... 26
3. Strategi Hollywood Square a. Pengertian Strategi Hollywood Square ... 27
b. Tujuan Strategi Hollywood Square ... 27
c. Langkah-langkahStrategi Hollywood Square ... 27
d. Kelebihan dan kelemahan Strategi Hollywood Square ... 31
B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian ... 34
C. Variabel yang Diselidiki ... 35
D. Rencana Tindakan ... 36
E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 41
F. Indikator Kinerja ... 57
G. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 59
B. Pembahasan ... 91
BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 102
B. Saran ... 103
DAFTAR PUSTAKA ... 104
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 106
RIWAYAT HIDUP ... 107
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Guru Sebelum Tindakan ... 43
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Guru Setelah Tindakan ... 43
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Siswa Sebelum Tindakan ... 44
Tabel 3.4 Pedoman Wawancara Siswa Setelah Tindakan ... 44
Tabel 3.5 Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 46
Tabel 3.6 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 48
Tabel 3.7 Kisi-Kisi Tes Tulis Materi Proses Pembentukan Tanah ... 51
Tabel 3.8 Soal Tes Tulis Materi Proses Pembentukan Tanah ... 51
Tabel 3.9 Kriteria Nilai Akhir Aktivitas Guru dan Siswa ... 54
Tabel 3.10 Kriteria Tingkat Keberhasilan Nilai Rata-Rata Kelas ... 55
Tabel 3.11 Kriteria Tingkat Ketuntasan Belajar ... 56
Tabel 4.1 Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I ... 70
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Prosedur PTK Model Kurt Lewin ... 33
Gambar 4.1 Aktivitas Siswa Saat Kegiatan Eksplorasi ... 62
Gambar 4.2 Aktivitas Siswa saat Berdiskusi ... 65
Gambar 4.3 Aktivitas Saat Afda Mengambil Pertanyaan ... 66
Gambar 4.4 Aktivitas Saat Royyan Mengambil Pertanyaan ... 67
Gambar 4.5 Aktivitas Selebriti Saat Menjawab Pertanyaan ... 68
Gambar 4.6 Aktivitas Siswa Saat Mengerjakan Lembar Kerja ... 70
Gambar 4.7 Aktivitas Saat Apersepsi ... 76
Gambar 4.8 Aktivitas Guru Menetapkan Garis Besar Materi ... 76
Gambar 4.9 Aktivitas Guru Mengumpulkan Pertanyaan ... 77
Gambar 4.10 Aktivitas Saat Selebritis Menjawab Pertanyaan ... 81
Gambar 4.11 Aktivitas Saat Fikri Mengambil Pertanyaan ... 82
DAFTAR RUMUS
Rumus 1 Nilai Akhir Observasi Guru Dan Siswa ... 53
Rumus 2 Nilai Tes Tulis Siswa ... 54
Rumus 3 Nilai Rata-Rata Kelas ... 55
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1Peningkatan hasil observasi aktivitas guru ... 95
Diagram 4.2 Peningkatan hasil observasi aktivitas siswa ... 96
Diagram 4.3 Peningkatan hasil nilai rata-rata kelas ... 97
Diagram 4.4 Peningkatan tingkat persentase ketuntasan belajar ... 98
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Profil Sekolah
Surat Izin Penelitian dari Fakultas
Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian dari Sekolah
Kartu Bimbingan
Lampiran 2: Hasil Wawancara Guru dan Siswa
Lembar Observasi Guru dan Siswa Siklus I
Hasil Validasi Dokumen RPP dan Butir Soal Siklus I
RPP Siklus I
Daftar Nilai Siklus I
Hasil Lembar Kerja Siklus I
Lampiran 3: Lembar Observasi Guru dan Siswa Siklus II
Hasil Validasi Dokumen RPP dan Butir Soal Siklus II
RPP Siklus II
Daftar Nilai Siklus II
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari
tentang alam beserta isinya. IPA juga merupakan salah satu disiplin ilmu yang
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA tidak hanya berisi konsep dan fakta mengenai alam tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan dan memiliki sifat alamiah. Dari konsep
dan fakta mengenai alam, manusia dapat memanfaatkan IPA untuk membantu
dalam memenuhi kebutuhan melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasi. Untuk itulah, sebuah pembelajaran IPA mulai dikenalkan dari
pendidikan dasar, menengah hingga lanjutan.
Pembelajaran IPA di sekolah dasar dirancang untuk memberikan
kemudahan bagi anak untuk mengeksploitasi lingkungan dan segala sumber
belajar lainnya.1 Maka dari itu, desain pembelajaran IPA yang diterapkan di
sekolah dasar menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara
langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan
sikap ilmiah yang dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa muncul secara
alamiah. Pembelajaran IPA di sekolah dasar meliputi pengenalan makhluk
hidup beserta proses kehidupan, benda/materi, energi beserta perubahannya
dan bumi beserta alam semesta.2 Dengan mempelajari IPA, siswa sekolah
dasar akan memiliki sikap peka terhadap lingkungan sekitar sekaligus memiliki
rasa ingin tau mengenai proses-proses perubahan yang terjadi dialam seperti
proses pembentukan tanah.
Dalam materi proses pembentukan tanah, siswa diharapkan dapat
memenuhi kompetensi dasar berupa mendeskripsikan proses pembentukan
tanah karena pelapukan. Dari kompetensi tersebut, siswa diharapkan dapat
menjelaskan proses pembentukan tanah karena proses pelapukan, menjelaskan
jenis pelapukan dan menjelaskan jenis-jenis batuan berdasarkan proses
terbentuknya. Pada tahapan ini, guru memiliki peran penting dalam proses
pemahaman siswa mengenai proses pembentukan tanah. Guru dapat membuat
perencanaan pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan model,
metode, strategi dan media pembelajaran yang menarik.
Kondisi ideal yang diharapkan tidak mudah ditemukan di sekolah dasar.
Salah satu contohnya adalah siswa kelas V MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya
memiliki tingkat pemahaman mata pelajaran IPA materi pembentukan tanah
tergolong rendah. Di dalam kelas V terdapat 21 siswa, hampir 60% siswa
memiliki pemahaman yang rendah terhadap materi proses pembentukan tanah.3
Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa yang
bersangkutan. Berdasarkan wawancara tersebut, beberapa siswa kurang tepat
2 Badan Standar Nasional Pendidikan, Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.(Jakarta:BNSP,2006), 161
dalam menjelaskan proses pembentukan tanah dan membedakan jenis-jenis
pelapukan batuan seperti perbedaan pelapukan fisika dengan biologi ataupun
pelapukan fisika dengan kimia. Selain itu, mereka kesulitan dalam
membedakan jenis batuan berdasarkan proses terbentuknya seperti perbedaan
terbentuknya batuan sedimen dengan batuan malihan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti, pembelajaran IPA
yang dilakukan guru mata pelajaran IPA di MI Tarbiyatus Shibyan
menggunakan strategi pembelajaran langsung dan berpusat pada guru. Metode
pembelajaran yang digunakan yaitu ceramah, mencatat dan menghafal. Dalam
tingkat kognitif Bloom, menghafal merupakan tingkat kognitif sebelum tingkat
pemahaman. Siswa belum belajar pada tingkat pemahaman yang memiliki
indikator menjelaskan kembali atau menguraikan konsep mengenai proses
pembentukan tanah.
Strategi pembelajaran langsung yang diterapkan oleh guru membuat
siswa hanya mendengarkan dan melihat gambar yang ada dalam buku. Dari
hasil modifikasi teori active learning , Mel Silberman atas pernyataan Confius
bahwa:
what I hear, I forget.
what I hear and see, I remember a little.
What I hear, see and ask quastion about or discuss with someone else, I begin to understand.
What I hear, see, discuss and do, I acquire knowledge and skill.
What I teach to another, I master
Apa yang saya dengar, saya lupa.
Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman, saya mulai paham.
Apa yang saya dengar, lihat, diskusi dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya menguasainya.4
Dari pernyataan tersebut, Mel Silberman menghendaki peran siswa tidak hanya
mendengar melainkan melihat supaya lebih paham walau sedikit,
mendiskusikannya agar memahami, melakukannya agar memperoleh
pengetahuan dan mengajarkannya agar menguasainya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa strategi pembelajaran aktif dapat juga menumbuhkan nilai
karakter seperti rasa ingin tahu, komunikatif, tanggungjawab dan kepedulian
sosial.
Oleh karena itu, guru memerlukan strategi pembelajaran aktif yang
membuat siswa aktif melakukan kegiatan diskusi dan menyampaikan pendapat
dalam proses pembelajaran. Agar siswa tertarik mengikuti pembelajaran aktif,
maka guru harus dapat menciptakan pembelajaran tersebut menjadi
pembelajaran yang menyenangkan pula. Pembelajaran yang menyenangkan
merupakan pembelajaran dimana siswa tidak merasa tertekan dan terpaksa.
Pelaksanaan pembelajaran yang menyenangkan biasanya menggunakan
kombinasi permainan di dalamnya. Dengan begitu siswa akan tertarik dan aktif
dalam proses pembelajaran.
Untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi proses
pembentukan tanah pada siswa kelas V MI Tarbiyatus Shibyan, maka
dipilihlah alternatif pemecahan masalah yaitu menggunakan strategi
pembelajaran Hollywood Square. Strategi Hollywood Square merupakan
strategi pembelajaran yang mengkombinasikan permainan di dalamnya.
Hollywood Square merupakan sebuah permainan tanya jawab yang dilakukan
di depan kelas dengan menggunakan kartu yang akan ditempelkan pada tubuh
siswa yang pertanyaannya berhasil dijawab.
Stategi ini sesuai untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam
kemampuan tanya jawab dan dapat menimbulkan keberanian dalam
mengemukakan pendapat. Mengingat siswa sebagai objek penelitian memiliki
karakteristik pasif karena guru yang selama ini hanya memberikan strategi
pembelajaran langsung maka dengan menggunakan strategi Hollywood Square,
siswa yang memiliki karakter pasif dalam pembelajaran akan menjadi aktif
untuk melakukan tanya-jawab dan diskusi dalam kelas. Diharapkan dengan
terlibatnya siswa dalam pembelajaran membuat siswa tidak hanya mengingat
namun memahami materi pelajaran.
Selain itu, dalam strategi ini terdapat unsur permainan yang dapat
membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Dengan pembelajaran
menyenangkan maka akan mendorong siswa menjadi aktif dan tertarik untuk
berpartisipasi dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, proses tanya-jawab
dengan karakter mata pelajaran IPA yang mengharapkan siswa untuk memiliki
rasa ingin tahu secara alamiah.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa strategi Hollywood Square
dapat menjadi alternatif untuk membuat pembelajaran IPA menjadi optimal,
maka dari itu peneliti melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Strategi
Hollywood Square Dalam Meningkatkan Pemahaman Materi IPA Kelas V
MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya”
Penggunaan strategi Hollywood Square telah dipertimbangkan peneliti
dari penelitian-penelitian terdahulu untuk mengetahui keefektifan strategi
tersebut. Pada penelitian terdahulu, strategi Hollywood Square hanya
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA. Hasil belajar tidak hanya
mencakup aspek pemahaman saja, namun dalam mengukur pemahaman sudah
pasti memiliki hasil belajar. Penelitian strategi Hollywood Square pernah
dilakukan oleh Aisyah Normariza pada tahun 2010 dengan judul
“Peningkatkan Hasil Belajar Sains Dengan Strategi Hollywood Square
Pada Siswa Kelas III SD Negeri 013 Tampan Pekanbaru”. Subjek
penelitian siswa kelas III C yaitu berjumlah 40 siswa terdiri dari 22 siswa
perempuan dan 18 siswa laki-laki. Penelitian ini menggunakan 3 siklus yang
masing-masing siklus memiliki tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan
refleksi. Dalam tindakan, peneliti membuat RPP dengan materi pokok bumi
lembar kerja siswa kemudian meminta siswa membuat pertanyaan untuk
penerapan strategi Hollywood Square.
Dalam siklus I, beberapa siswa terlihat takut dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan kontestan. Dalam siklus II terjadi peningkatan
kepercayaan diri siswa dalam membuat dan menjawab pertanyaan namun
dalam pelaksanaan pembelajaran ada beberapa siswa yang bercakap-cakap
sendiri. Dalam siklus III semua siswa aktif berpartisipasi dengan baik dalam
KBM. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai hasil belajar
pada siswa meningkat dari siklus I yaitu 65%, siklus II yaitu 78,75% dan siklus
III yaitu 97,5%. Untuk mendukung hasil belajar secara optimal, persentase
hasil aktivitas siswa menjadi meningkat seperti pada siklus I yaitu 62,71%,
siklus II 72,08% dan siklus III 81,25%.5
Selain itu, Yulia Andryani juga melakukan penelitian serupa dengan
judul “Penerapan Strategi Hollywood Square Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPS Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Pada
Murid Kelas V SDN 027 Payungsekaki Pekanbaru.” Subjek penelitian
siswa kelas Subjek penelitian siswa kelas III C yaitu berjumlah 44 siswa terdiri
dari 20 siswa perempuan dan 24 siswa laki-laki. Penelitian ini menggunakan 2
siklus yang masing-masing siklus memiliki tahapan perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi. Dalam tindakan, peneliti membuat RPP dengan materi
5Aisyah Normariza, “Peningkatkan Hasil Belajar Sains Dengan Strategi Hollywood Square Pada
perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Guru menggunakan media
pembelajaran berupa gambar tokoh-tokoh dari pahlawan nasional untuk
menciptakan pembelajaran yang menarik.
Dalam pelaksanaan siklus I, keaktifan siswa cukup rendah dan rasa
kepercayaan diri yang dimiliki siswa juga rendah. Pada siklus II, guru
membimbing siswa yang memiliki kepercayaan diri rendah sehingga semua
siswa dapat aktif dalam KBM. Dari hasil penelitian tersebut ketuntasan belajar
siswa meningkat seperti pada sebelum siklus yaitu 45,4%, siklus I yaitu
86,36%, siklus II yaitu 100%.6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penelitian ini
difokuskan pada permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan strategi Hollywood Square pada mata pelajaran IPA
materi proses pembentukan tanah pada siswa kelas V MI Tarbiyatus
Shibyan Surabaya?
2. Bagaimana peningkatan pemahaman materi proses pembentukan tanah
setelah penerapan strategi Hollywood Square pada siswa kelas V MI
Tarbiyatus Shibyan Surabaya?
6Yulia Andryani, “Penerapan Strategi Hollywood Square Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS
C. Tindakan yang dipilih
Tindakan yang dipilih untuk menyelesaikan rumusan masalah diatas
yaitu dengan menggunakan strategi Hollywood Square untuk meningkatkan
pemahaman siswa. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian
tindakan kelas dengan menggunakan model PTK Kurt Lewin melalui siklus.
Peneliti memilih strategi Hollywood Square sebagai pemecahan masalah
karena diharapkan siswa dapat meningkatkan aktivitas dalam kemampuan
tanya jawab dan dapat menimbulkan keberanian dalam mengemukakan
pendapat. Terlibatnya siswa dalam pembelajaran dapat membuat siswa tidak
hanya mengingat namun memahami materi pelajaran. Pemilihan Strategi
Hollywood Square sebagai alternatif pemecahan masalah juga telah sesuai
dengan materi proses pembentukan tanah yang memerlukan pemahaman lebih
mengenai jenis-jenis batuan dan proses pembentukan tanah karena pelapukan
batuan.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui penerapan strategi Hollywood Square dalam pembelajaran
IPA materi proses pembentukan tanah pada siswa kelas V MI Tarbiyatus
2. Mengetahui peningkatan pemahaman materi proses pembentukan tanah
setelah penerapan strategi Hollywood Square pada siswa kelas V MI
Tarbiyatus Shibyan Surabaya.
E. Lingkup Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian Peningkatan
Pemahaman Mata Pelajaran IPA Materi Proses Pembentukan Tanah dengan
strategi Hollywood Square pada kelas V MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya
memiliki batasan-batasan agar bisa terfokus pada masalah yang dimiliki.
Batasan-batasan tersebut meliputi :
1. Subjek penelitian yaitu siswa kelas V MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya.
2. Penelitian difokuskan kepada mata pelajaran IPA dengan materi proses
pembentukan tanah.
3. Standar Kompetensi
7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan
penggunaan sumber daya alam.
4. Kompetensi Dasar
7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan
5. Indikator
7.1.1 Menjelaskan proses pembentukan tanah yang disebabkan karena
proses pelapukan batuan.
7.1.3 Menjelaskan jenis-jenis batuan berdasarkan proses terbentuknya.
F. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa : dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, hasil belajar
dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA khususnya materi proses
pembentukan tanah di MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya.
2. Bagi guru : sebagai masukan dalam meningkatkan keterampilan memilih
strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Selain itu,
sebagai masukan dalam menciptakan kegiatan pembelajaran yang aktif,
efektif dan menyenangkan.
3. Bagi peneliti : dapat digunakan untuk memperkaya wawasan mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran serta sebagai wahana untuk
memecahkan permasalahan pembelajaran yang ada di kelas.
4. Bagi sekolah : dapat dijadikan masukan kepada pihak sekolah untuk
meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPA khususnya mengenai
KAJIAN TEORI
A.Tinjauan tentang Pemahaman
1. Pengertian Pemahaman
Bloom berpendapat bahwa terdapat tiga jenis perilaku pemahaman,
pertama terjemahan suatu pengertian yang berarti seseorang dapat
mengkomunikasikan ke dalam bahasa lain, istilah lain atau menjadi bentuk
lain. Kedua merupakan perilaku interpretasi yang melibatkan komunikasi
sebagai penataan konfigurasi pemahaman ide yang memungkinkan
memerlukan penataan kembali ide-ide ke dalam konfigurasi baru dalam
pikiran individu. Ketiga, perilaku ekstrapolasi mencakup pemikiran atau
prediksi yang dilandasi oleh pemahaman kecenderungan atau kondisi yang
dijelaskan dalam komunikasi.7
Menurut W.S Winkel dalam bukunya menjelaskan bahwa
pemahaman dalam ranah kognitif mencakup kemampuan untuk menangkap
makna dan arti dari bahan yang dipelajari.8 Dari pernyataan tersebut, dapat
diketahui bahwa siswa dikatakan mamahami jika dapat menarik makna dari
suatu pesan yang disampaikan guru ataupun dari pengalaman belajar
mereka.
Anas Sudijono mengungkapkan bahwa pemahaman merupakan
kemampuan mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai
segi.9 Siswa yang hanya mengetahui sesuatu tanpa bisa mengungkapkan
kembali dengan kata-kata sendiri secara rinci belum dapat dikatakan
memahami sesuatu. Jika siswa memahami pembelajaran maka hasil belajar
tersebut akan terekam lama di dalam otak.
Jadi pemahaman merupakan kemampuan siswa menyerap materi
pelajaran yang telah dipelajari dan mampu mengetahui serta
mengungkapkan kembali secara lebih rinci mengenai materi tersebut.
Pemahaman memiliki tingkat lebih tinggi daripada mengetahui, sehingga
jika siswa memahami akan merekam hasil pembelajaran lebih lama daripada
sekedar mengetahui.
2. Indikator pemahaman
Indikator merupakan salah satu tolok ukur untuk mengukur berbagai
macam perubahan yang terjadi secara langsung ataupun tidak langsung.
Adapun indikator pemahaman dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Menguraikan
b. Memberikan contoh
c. Mengklasifikasikan
d. Menyimpulkan
e. Menduga
f. Membandingkan
g. Menjelaskan.10
Dari beberapa indikator diatas dapat dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran IPA misalnya seperti
menguraikan kembali dengan kata-kata sendiri mengenai materi pelajaran,
menemukan contoh ilustrasi konsep atau prinsip-prinsip dalam IPA,
mengklasifikasikan beberapa contoh konsep IPA dalam kehidupan
sehari-hari, menuliskan kembali materi pelajaran yang telah diperoleh saat
pembelajaran, mengambil kesimpulan dari materi pelajaran,
membandingkan proses-proses alam berdasarkan pengamatan dan
menjelaskan sebab dan pengaruh terjadinya perubahan-perubahan alamiah
yang terjadi. Indikator pemahaman yang sesuai untuk mengukur tingkat
pemahaman materi proses pembentukan tanah yaitu menjelaskan kembali
proses pembentukan tanah, jenis-jenis pelapukan dan jenis-jenis batuan
berdasarkan proses terbentuknya.
3. Tingkatan-tingkatan dalam pemahaman
Pemahaman merupakan salah satu tingkatan dalam taksonomi
kognitif bloom yang tingkatannya lebih tinggi daripada pengetahuan. Bloom
menguraikan taksonomi ranah kognitif menjadi enam yaitu pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.11 Pemahaman sendiri
memiliki beberapa tingkatan yaitu :
a. Pemahaman tingkat rendah. Pemahaman tingkat rendah yaitu
pemahaman penerjemahan, misalnya menerjemahkan dari kalimat
bahasa inggris ke dalam bahasa Indonesia, mengartikan slogan,
mengartikan lambang sampai dengan menerapkan prinsip-prinsip
tertentu seperti prinsip kerja dalam memasang rangkaian listrik.
b. Pemahaman tingkat madia. Pemahaman tingkat madia yaitu pemahaman
penafsiran, seperti menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan
yang diketahui berikutnya, menghubungkan beberapa bagian dari grafik
dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok
sampai membedakan kalimat aktif dengan pasif dengan menghubungkan
pengetahuan tentang subjek, predikat dan objek.
c. Pemahaman tingkat tinggi. Pemahaman tingkat tinggi yaitu pemahaman
ekstrapolasi, seperti kemampuan melihat dibalik yang tertulis/tersurat,
dapat membuat perkiraan tentang konsekuensi dari suatu kejadian
sampai memperluas persepsi terkait dengan waktu, dimensi dan kasus.12
Dari beberapa tingkatan pemahaman tersebut memiliki kata kerja
operasional seperti menerjemahkan, mengartikan, menerapkan,
menghubungkan, membedakan dan memperkirakan. Masing-masing kata
11 Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi…, 31
kerja tersebut dapat di gunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat
pemahaman siswa.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman
Keberhasilan dalam proses belajar-mengajar yang di lakukan oleh
guru dan siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut bisa
berasal dari dalam diri individu atau berasal dari lingkungan sekitar.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemahaman dan keberhasilan
pembelajaran yaitu : 13
a. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri individu yang
mempengaruhi pembelajaran. Faktor-faktor internal meliputi :
1) Faktor fisiologis, berhubungan dengan kondisi fisik individu seperti
kesehatan jasmani. Kondisi tubuh yang lemah dapat menghambat
tercapainya hasil belajar yang maksimal. Menjaga kesehatan tubuh
dan panca indera merupakan hal yang perlu dilakukan karena panca
indera adalah pintu masuk bagi segala informasi yang diterima atau
ditangkap oleh manusia.
2) Faktor psikologis, berhubungan dengan psikis dari diri individu
seperti kecerdasan atau intelegensi siswa, motivasi, minat, sikap
dan bakat.
13 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta : Ar-Ruzz
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor dari luar individu seperti
lingkungan. Faktor-faktor eksternal meliputi :
1) Lingkungan sosial meliputi lingkungan sosial sekolah, masyarakat
dan keluarga. Lingkungan sekolah yang memiliki hubungan
harmonis antara guru, administrasi dan teman-teman menjadi
pendorong siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Lingkungan
masyarakat yang memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya
pendidikan juga dapat menjadi motivasi siswa untuk belajar dengan
baik lagi. Lingkungan keluarga yang harmonis juga dapat
mendorong siswa untuk malakukan aktivitas belajar dengan baik
pula.
2) Lingkungan non-sosial meliputi lingkungan alamiah, instrumental,
dan materi pelajaran. Lingkungan alamiah berhubungan dengan
kondisi udara, sinar matahari dan suasana dalam kelas. Sedangkan
faktor instrumental berhubungan dengan perangkat belajar seperti
gedung, alat-alat sekolah, fasilitas belajar, lapangan olahraga,
kurikulum sekolah, aturan-aturan sekolah, buku panduan, silabus
dan lain sebagainya. Faktor yang terakhir adalah faktor materi
pelajaran yang disesuaikan dengan usia perkembangan siswa dan
B.Tinjauan tentang Pembelajaran IPA
1. Pengertian Pembelajaran IPA
Pembelajaran merupakan akumulasi dari konsep mengajar
(teaching) dan konsep belajar (learning).14 Dalam pembelajaran terjadi
interaksi siswa, guru dan sumber belajar untuk saling bertukar informasi.
IPA merupakan rumpun ilmu yang memiliki karakteristik khusus
yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual baik berupa kenyataan atau
kejadian dan hubungan sebab-akibatnya.15 Menurut Volk & Ramsey, IPA
mengandung dua elemen utama yaitu proses dan produk yang saling
mengisi satu sama lain.16 Sebagai proses, IPA adalah rangkaian kegiatan
ilmiah yang menghasilkan suatu pengetahuan ilmiah yang disebut dengan
produk seperti fakta, konsep, prinsip, generalisasi, teori dan
hukum-hukum.
Jadi, pembelajaran IPA merupakan interaksi antara siswa, guru dan
sumber belajar mengenai peristiwa alam beserta makhluk hidup yang
tinggal di dalamnya.
2. Ruang lingkup Pembelajaran IPAdi MI
Ruang lingkup pembelajaran IPA di MI meliputi aspek-aspek
berikut yaitu :17
14 LAPIS PGMI, Perencanaan Pembelajaran paket I, (Surabaya : Amanah Pustaka, 2009), 7 15 Asih Widi Wisudawati, Metodologi Pembelajaran IPA, (Jakarta : Bumi Aksara, 2014), 22 16 Siti Fatonah dan Zuhdan K. Prasetyo, Pembelajaran Sains, (Yogyakarta : Ombak, 2014), 7 17 Badan Standar Nasional Pendidikan, Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan seperti manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan
b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi cair, padat dan gas.
c. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana
d. Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya dan
benda-benda langit lainnya.
3. Tujuan Pembelajaran IPA di MI
Menurut Permendiknas no 22 tahun 2006, Pembelajaran IPA di
SD/MI memiliki beberapa tujuan agar siswa memiliki kemampuan :18
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling memepengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
4. Materi Proses Pembentukan Tanah
Tanah yang ada di lingkungan kita ternyata berasal dari bebatuan.
Batu-batuan mengalami pelapukan menjadi butiran-butiran halus.
Butiran-butiran halus mengumpul menjadi tanah. Batu-batuan di bumi sangat
benyak jenisnya. Setiap jenis batu mempunyai tingkat pelapukan yang
berbeda. Sebelum proses pelapukan tanah, kita ketahui jenis bebatuan.
a. Jenis-jenis Batuan
Batuan adalah salah satu komponen penyusun tanah. Di
permukaan bumi terdapat berbagai jenis bebatuan. Di antara batuan
banyak terdapat perbedaan. Setiap batuan memiliki sifat dan ciri
khusus. Perbedaan-perbedaan bebatuan tergantung pada
kandungannya. Contoh kandungan dalam bebatuan yaitu zat besi,
nikel, tembaga, emas dan bahan-bahan lain. Bahan-bahan ini
dinamakan mineral. Terbentuknya bebatuan ada tiga jenis,
magma), batuan endapan (batuan sedimen), dan batuan malihan
(batuan metamorf).
1) Batuan beku
Batuan ini terbentuk dari pembekuan lava atau magma.
Lava dalam bentuk cair yang keluar dari gunung api. Lava cair
akan membeku dan membentuk batuan beku. Batuan beku
dibagi menjadi dua macam. Batuan beku dalam (intrusi) adalah
batuan beku yang mengendap di bawah permukaan bumi.
Contohnya batu diorite dan batu granit. Adapun batuan beku
luar (ekstrusi) mengendap di atas permukaan bumi. Contohnya
batu apung dan batu obsidian.
2) Batuan endapan/sedimen
Batuan ini terbentuk karena proses pengendapan. Bentuk
batuan ini berlapis-lapis. Batuan ini berasal dari batuan yang
mengalami pelapukan, erosi dan kemudian lapukannya diangkut
air, udara atau es yang mengendap dalam cekungan endapan.
Contoh batuan endapan adalah batu kapur, batu konglomerat,
dan batu pasir.
3) Batuan malihan/metamorf
Batuan malihan adalah batuan yang berasal dari
terjadi karena adanya tekanan dan panas. Contoh batuan malihan
adalah batu marmer (berasal dari batu gamping) dan batu tulis
(berasal dari batu serpih).
b. Pelapukan Batuan menjadi Tanah
Tanah merupakan bagian dari kerak bumi. Tanah sangatlah
penting bagi makhluk hidup. Semua makhluk hidup bergantung pada
tanah. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Tanah
mempunyai ukuran dan kesuburan yang berbeda-beda. Tanah terdiri
atas bagian-bagian tertentu yang merupakan hasil pelapukan bahan
dan sisa-sisa makhluk hidup. Pelapukan dapat terjadi karena
perbedaan suhu dan hujan.
Pelapukan ini dinamakan pelapukan fisika. Pelapukan juga
disebabkan oleh makhluk hidup. Pelapukan ini dinamakan pelapukan
biologi. Batuan yang mengalami pelapukan akan lapuk dan hancur
seperti tanah. Pelapukan ini berlangsung berjuta-juta tahun yang lalu.
1) Pelapukan fisika
Penyebab pelapukan fisika dikarenakan faktor alam.
Contohnya faktor panas (suhu) angin dan air. Faktor suhu secara
cepat dapat menyebabkan pelapukan. Saat terik matahari
bebatuan dapat mengembang. Pada saat dingin bebatuan akan
menyusut. Pergantian panas dan dingin mengakibatkan bebatuan
Angin juga dapat mengakibatkan pelapukan bebatuan.
Batu yang sering kena angin kencang mengakibatkan
pengikisan. Pengikisan pada batu mengakibatkan erosi. Erosi
yang berkepanjangan membuat batu menjadi padang pasir.
Sehingga terjadilah padang pasir yang terbentang luas.
Air juga berpengaruh terhadap pelapukan. Air hujan
yang terus-menerus mengakibatkan pengikisan pada bebatuan.
Contoh lain, ombak di laut membentur batu di pantai. Bebatuan
di pantai akan terkikis karena benturan ombak. Bebatuan sekian
lama akan semakin habis karena terkikis.
2) Pelapukan biologi
Pelapukan secara biologi disebabkan karena kegiatan
makhluk hidup. Misalnya: tumbuhan atau lumut dan bakteri.
Tumbuhan yang hidup di bebatuan bisa memecahkan batu.
Contohnya di pinggir selokan terdapat tumbuhan. Selokan yang
ditembok akan retak bila tumbuhan semakin besar.
3) Pelapukan kimia
Pelapukan kimia terjadi oleh pengaruh zat kimia. Zat
kimia misalnya oksigen, karbondioksida, dan uap air. Besi
menjadi berkarat karena bereaksi dengan oksigen dan uap air.
Batuan dapat terkikis dan lapuk karena air hujan. Air hujan
air hujan dapat meningkat oleh gas-gas buangan industri. Gas
buangan industri tersebut misalnya belerang dioksida. Belerang
dioksida dapat bereaksi dengan uap air dan gas-gas lain di udara.
Hal ini mengakibatkan terjadinya hujan asam. Hujan asam
semakin mempercepat pelapukan batuan. Akibat hujan asam
dapat dilihat pada patung-patung di tempat terbuka, seperti
patung-patung yang ada pada candi Prambanan.19
Materi proses pembentukan tanah pada pembelajaran IPA di
MI tercantum dalam Permendiknas no 22 tahun 2006 tentang standar
isi satuan pendidikan dasar dan menengah. Standar kompetensi dan
kompetensi dasar materi daur air adalah sebagai berikut :
Standar kompetensi :
7.Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya
dengan penggunaan sumber daya alam.
Kompetensi Dasar
7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan
Dari kompetensi dasar tersebut, dapat dikembangkan
indikator-indikator yang lebih spesifik untuk mengukur ketercapaian
pembelajaran seperti :
19 Wiwik Winarti dan Joko Winarto, Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD kelas V, (Jakarta : Mefi
7.1.1 Menjelaskan proses pembentukan tanah yang disebabkan karena
proses pelapukan.
7.1.2 Menjelaskan jenis-jenis pelapukan batuan.
7.1.3 Menjelaskan jenis batuan berdasarkan proses terbentuknya.
C.Tinjauan tentang Strategi Pembelajaran
1. Pengertian Strategi pembelajaran
Stategi pembelajaran merupakan gabungan dua kata yaitu strategi
dan pembelajaran. Strategi berasal dari kata benda dan kata kerja dalam
bahasa Yunani. Dalam kata benda, strategos merupakan gabungan kata
stratos (militer) dengan ago (memimpin). Dalam kata kerja, stretego
artinya merencanakan (to plan).20 Sedangkan pembelajaran adalah
kegiatan terencana yang mengkondisikan atau merangsang seseorang agar
bisa belajar dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. 21
apabila digabung maka strategi pembelajaran adalah rencana yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang merangsang seseorang agar bisa belajar
dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Menurut Suyadi, strategi dalam konteks pendidikan merupakan
serangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan.
Sehingga dapat diartikan bahwa strategi pembelajaran adalah
langkah yang ditempuh guru untuk memanfaatkan sumber belajar yang
ada, guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.22
Menurut Kozma dalam buku Wahjudi Djaja, strategi pembelajaran adalah
setiap kegiatan yang dipilih dan dapat memberikan fasilitas atau bantuan
kepada siswa dalam meuju tercapainya tujuan pembelajaran.23
Jadi, strategi pembelajaran adalah rencana tentang langkah-langkah
kegiatan yang didesain oleh guru untuk membantu siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
2. Pemilihan Strategi pembelajaran
Dalam memilih strategi pembelajaran yang digunakan, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :24
a. Tujuan pembelajaran. Dalam memilih strategi pembelajaran harus
disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai seperti aspek kognitif,
afektif atau psikomotor. Selain itu harus memperhatikan kompleksitas
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
b. Bahan atau materi pembelajaran. Strategi pembelajaran juga harus
disesuaikan dengan bahan pelajaran yang berupa fakta, konsep, hukum
atau teori tertentu.
22 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013),
14
23 Wahjudi Dajaja, Desain Pembelajaran (Yogyakarta : Ombak, 2012), 73
24 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (jakarta :
c. Kondisi siswa. Strategi pembelajaran harus sesuai dengan kondisi
kematangan siswa, minat atau gaya belajar siswa.
3. Strategi Hollywood Squares
a. Pengertian Strategi Hollywood Square
Strategi Hollywood Squares merupakan strategi pembelajaran
yang didasarkan pada tayangan kuis TV yang pernah populer
“Hollywood Squares”. Hollywood Squares merupakan permainan
berupa Tanya jawab yang dilakukan didepan kelas serta menggunakan
kartu yang akan ditempelkan pada tubuh siswa yang berhasil
menjawab pertanyaan. Strategi ini dibuat untuk lebih menghidupkan
kelas serta menyenangkan bagi siswa dan untuk memperdalam proses
belajar dan memperkuat ingatannya.25
b. Tujuan dari Strategi Hollywood Square
Tujuan dari strategi ini yaitu untuk mengajak siswa
memperdalam proses belajar-mengajar dan memperkuat ingatan
dengan proses tanya-jawab dan diskusi yang dilakukan di dalam kelas.
c. Langkah-langkah Strategi Hollywood Square
Dalam strategi Hollywood Squares diperlukan satu pembawa
acara yaitu guru yang akan mengarahkan permainan kuis, dua siswa
25Lidya Hastika, “Penerapan strategi Hollywood Squares untuk meningkatkan hasil belajar siswa
sebagai kontestan, Sembilan siswa sebagai selebritis dan siswa lain
yang tidak ditunjuk sebagai penonton serta membantu kontestan
dalam menentukan jawaban. Strategi pembelajaran ini membantu
siswa menjadi aktif dalam pembelajaran. Berikut adalah
langkah-langkah dalam strategi Hollywood Squares :
1)Guru memerintahkan tiap siswa untuk menuliskan dua atau tiga
pertanyaan yang terkait dengan mata pelajaran, pertanyaannya
bisa dalam format ganda, benar/salah, atau isian.
2)Guru mengumpulkan pertanyaan. Jika ada yang menghendaki,
tambahkan beberapa pertanyaan dari guru
3)Simulasikan format tayangan permainan tic-tac-toe yang
merupakan jenis permainan yang memiliki 9 buah ruang (3x3)
berbentuk kotak yang bersekat (bidak). Permainan ini
menggunakan dua symbol pemain yaitu X atau O, yang
digunakan dalam Hollywood Squares. Tatalah tiga kursi didepan
kelas. Perintahkan tiga siswa untuk duduk dilantai didepan kursi,
tiga duduk dikursi dan tiga lagi berdiri di belakangnya.
4)Berikan kepada Sembilan “selebriti” itu sebuah kartu dengan tanda
X tercetak di satu sisi dan tanda O di sisi lain untuk ditempelkan
ke tubuh mereka bila pertanyaannya berhasil di jawab.
memilih anggota dari “celebrity squares” untuk menjawab
pertanyaan permainan.
6)Ajukan pertanyaan kontestan secara bergiliran. Kontestan
menjawab dengan “setuju” atau “tidak setuju” kepada tanggapan
selebritis manakala mereka berusaha membentuk tic-tac-toe.
7)Siswa lain yang tidak terlibat dalam permainan diberi kartu yang
menyatakan “setuju” di satu sisi lain dan “tidak setuju” di sisi lain
untuk diberikan kepada kontestan untuk membantu mereka dalam
membuat keputusan. 26
Bentuk tic-tac-toe dalam strategi Hollywood Squares adalah :
X X
X X X
X X
Berikut adalah formasi strategi Hollywood Squares di dalam kelas :
SISWA 1
(sebagai selebritis) (sebagai selebritis) SISWA 2 (sebagai selebritis) SISWA 3 SISWA 4
(sebagai selebritis) (sebagai selebritis) SISWA 5 (sebagai selebritis) SISWA 6 SISWA 7
(sebagai selebritis) (sebagai selebritis) SISWA 8 (sebagai selebritis) SISWA 9
26 Melvin L. Siberman, Active Learning 101 cara belajar siswa aktif, (Bandung : Nuasnsa
cendikia, 2013), 267
Siswa 10
(Sebagai kontestan 1) (sebagai pembawa Guru acara)
Siswa 11 (Sebagai kontestan 2)
Peran masing-masing pemain adalah :
a)Siswa yang bertindak sebagai kontestan memiliki peran yaitu :
(1) Membentuk tic-tac-toe dengan menunjuk selebriti untuk
menjawab pertanyaan dari guru.
(2) Berhak mendengarkan saran lain dari penonton.
(3) Setelah mendengar saran, kontestan menjawab pertanyaan dari
guru dengan kata “setuju” atau “tidak setuju” atas penyataan
yang diungkapkan oleh selebritis.
b)Siswa yang bertindak sebagai selebriti memiliki peran yaitu
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh kontestan.
c)Siswa yang berperan sebagai penonton memiliki peran yaitu
memberikan saran untuk menjawab pertanyaan dari guru dengan
kata “setuju” atau “tidak setuju” atas penyataan yang
diungkapkan oleh selebritis.
d)Guru yang berperan sebagai pembawa acara memiliki peran yaitu
memberikan pernyataan untuk dijawab oleh kontestan. Sisa siswa sebagai
penonton sekaligus pemberi
saran .
Sisa siswa sebagai penonton
d. Kelebihan dan kekurangan dari strategi Hollywood Square
1) Adapun kelebihan strategi Hollywood Square yaitu:
a) Mendorong siswa menjadi lebih aktif
b) Mendorong siswa untuk lebih berani dalam mengeluarkan
pendapat
c) Memberikan pembelajaran yang bermakna pada pengealaman
pelajaran yang diterima oleh siswa
2) Sedangkan kelemahan strategi Hollywood Square yaitu:
a) Membutuhkan waktu yang banyak
b) Membuat siswa menjadi rebut
c) Siswa yang tidak mengerti akan sulit untuk ikut aktif dalam
proses pembelajaran.27
27Lidya Hastika, “Penerapan strategi Hollywood Squares untuk meningkatkan hasil belajar siswa
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A.Metode Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) atau disebut dengan Classroom Action Reseach (CAR).
Secara etomologi, Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari kata Penelitian,
Tindakan dan Kelas. Penelitian adalah sebuah kegiatan mencermati suatu objek
menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat dalam rangka meningkatkan mutu dari suatu hal
yang penting bagi peneliti. Tindakan adalah kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu dengan berbentuk rangkaian siklus kegiatan dalam
penelitian ini. Kelas merupakan sekelompok siswa yang menerima pelajaran
dari guru dalam waktu bersamaan.28 Dari tiga kata tersebut apabila dirangkai
akan membentuk pengertian bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu
pencermatan terhadap rangkaian siklus kegiatan yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas.
Menurut Asrori, Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian
yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk
memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih
berkualitas sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik.29
Selain itu, dengan dilaksanakannya PTK akan meningkatkan profesionalisme
guru dalam proses belajar mengajar di kelas.
Jenis Penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan model PTK Kurt Lewin. Kurt Lewin menyatakan bahwa satu
siklus terdiri dari empat langkah yaitu Perencanaan (Planning), Aksi atau
tindakan ( acting), Observasi (observing) dan refleksi (reflecting). 30
Berikut merupakan gambar prosedur PTK Kurt Lewin:
dst
Gambar 3.1
Prosedur PTK Model Kurt Lewin
29 Mohammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung : Wacana Prima, 2007), 6 30 Zainal Aqib, Penelitian…, 21
Identifikasi Masalah
Tindakan
(Acting) Perencanaan
(Planning)
Observasi
(Observing) Refleksi
(Reflectin g)
Perencanaan Ulang
Siklus I
[image:47.612.121.499.253.680.2]Berikut ini merupakan penjelasan dari prosedur PTK Kurt Lewin:
1. Perencanaan (planning). Kegiatan yang dilakukan adalah membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan fasilitas dari
sarana pendukung yang diperlukan di kelas, mempersiapkan instrumen
penelitian untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan
hasil tindakan.
2. Tindakan (acting). Dalam tahap ini, peneliti melaksanakan tindakan yang
telah dirumuskan pada RPP dalam situasi aktual yang mencakup kegiatan
awal, inti dan penutup.
3. Observasi (observing). Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati
perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, memantau
kegiatan diskusi/kerjasama antar siswa dalam kelompok, mengamati
pemahaman tiap siswa terhadap penguasaan materi pembelajaran yang
telah dirancang sesuai dengan tujuan PTK.
4. Refleksi (reflecting). Kegiatan yang dilakukan yaitu mencatat hasil
observasi, mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran,
mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusun
rancangan siklus berikutnya, sampai tujuan PTK dapat dicapai.
B.Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di MI Tarbiyatus Shibyan Jl.
tersebut sebagai lokasi penelitian karena sekolah tersebut dekat dengan rumah
peneliti sehingga mempermudah melakukan penelitian. Selain itu, PTK di
sekolah tersebut yaitu untuk memperbaiki praktik pengajaran dikelas. Waktu
penelitian akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2016/2017
tepatnya dengan penentuan waktu yang tergantung kesepakatan dengan pihak
sekolah terutama guru.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V MI Tarbiyatus Shibyan yang
berjumlah 21 orang dengan rician laki-laki sebanyak 7 anak dan perempuan 14
anak. Karakteristik siswa di MI Tarbiyatus Shibyan ini berbeda-beda karena
latar belakang siswa dan suku yang berbeda pula. Mayoritas siswa di MI
Tarbiyatus Shibyan merupakan suku madura karena lingkungan sekolah juga
berada di tengah-tengah masyarakat madura dan jawa.
C.Variabel yang Diselidiki
Variabel yang menjadi sasaran dalam PTK ini adalah meningkatkan
pemahaman mata pelajaran IPA materi proses pembentukan tanah dengan
strategi Hollywood Squares pada siswa kelas V MI Tarbiyatus Shibyan
Surabaya. Di dalam variabel tersebut terdapat beberapa variabel yaitu:
a. Variabel input yaitu siswa kelas V MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya tahun
pelajaran 2016/2017.
c. Variabel output yaitu peningkatan pemahaman mata pelajaran IPA materi
proses pembentukan tanah.
D.Rencana Tindakan
Sesuai dengan prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang telah
disebutkan diatas, maka akan dilakukan penelitian dengan menggunakan
menggunakan model siklus. Penelitian ini menggunakan 2 siklus, diantaranya:
1. Siklus I
a. Perencanaan tindakan
Dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah:
1) Membuat kesepakatan dengan guru mengenai waktu pelaksanaan
perbaikan dan kesepakatan bahwa peneliti akan mempraktekkan
RPP dan guru bertindak sebagai observer.
2) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengenai
penerapan strategi Hollywood Squares dalam mata pelajaran IPA
materi proses pembentukan tanah.
3) Mempersiapkan alat dan sumber pembelajaran.
4) Membuat instrumen penelitian berupa lembar observasi guru dan
lembar observasi aktivitas siswa.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran untuk mengukur pemahaman
b. Pelaksanaan tindakan
Dalam tahap ini, peneliti melakukan tindakan yang sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai berikut:
1) Kegiatan awal
a) Guru mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa bersama
b) Guru memeriksa kehadiran siswa.
c) Guru memberikan ice breaking kepada siswa berupa tepuk
tanah, batu dan air.
d) Guru membuat apresepsi mengenai proses pemebentukan tanah.
Guru membawa batu dan serpihan batu. (guru menanyakan
kepada siswa apakah yang terjadi jika serpihan batu terkumpul
selama bertahun-tahun?)
e) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.
2) Kegiatan inti
a) Guru menetapkan pokok-pokok materi atau garis besar materi
yang akan disampaikan kepada siswa.
b) Siswa diminta membaca materi mengenai proses pembentukan
tanah.
c) Siswa membuat satu pertanyaan mengenai materi proses
pemebentukan tanah.
d) Guru mengumpulkan pertanyaan dan menambahkan beberapa
e) Guru dapat menambahkan beberapa pertanyaan mengenai
materi proses pembentukan tanah.
f) Guru memilih secara acak 9 siswa. 3 siswa pertama
diperintahkan untuk membentuk 3 banjar, 3 siswa kedua
berbaris di belakang 3 siswa pertama, 3 siswa ketiga berbaris
dibelakang 3 siswa kedua. 9 siswa tersebut bertindak sebagai
selebritis. Siswa tersebut memiliki peran yaitu menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh kontestan.
g) Berikan kepada 9 selebritis sebuah kartu dengan tanda X dan O
untuk ditempelkan di tubuh mereka bila pertanyaan berhasil
dijawab.
h) Guru memilih secara acak 2 siswa sebagai kontestan dan
membagi sisa siswa untuk menjadi pendukung dari 2 kontestan.
Kontestan bertugas membentuk tic-tac-toe dengan menunjuk
selebriti untuk menjawab pertanyaan dari guru.
i) Guru mengajukan pertanyaan kepada kontestan secara
bergiliran. Kontestan menjawab dengan “setuju” atau “tidak
setuju” kepada tanggapan selebritis manakala mereka berusaha
membentuk tic-tac-toe.
j) Siswa lain yang tidak terlibat dalam permainan diberi kartu yang
lain untuk diberikan kepada kontestan untuk membantu mereka
dalam membuat keputusan.
k) Siswa yang berhasil membentuk tic-tac-toe akan mendapatkan
poin.
l) Permainan akan dilakukan sampai 3 kali putaran.
m) Setelah selesai, guru memberikan umpan balik dan penguatan
positif dalam bentuk lisan, tulisan maupun isyarat terhadap
keberhasilan hasil kerja siswa.
n) Setelah permainan selesai, siswa diminta mengerjakan lembar
kerja.
o) Guru bersama siswa mengoreksi jawaban siswa sambil
memberikan jawaban yang tepat.
p) Setelah selesai, guru memberikan umpan balik dan penguatan
positif dalam bentuk lisan, tulisan maupun isyarat terhadap
keberhasilan hasil kerja siswa.
q) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman.
3) Kegiatan penutup
a) Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran
hari ini.
b) Guru bersama siswa mengakhiri pelajaran dengan berdo’a
c) Guru mengucapkan salam.
c. Pengamatan
Dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan yaitu mengamati
proses pembelajaran mata pelajaran IPA materi proses pembentukan
tanah dengan menggunakan strategi Hollywood square. Hal-hal yang
diamati meliputi aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran dengan
mengisi lembar pengamatan instrumen lembar observasi guru dan
lembar aktivitas siswa.
d. Refleksi
Dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah mencatat hasil
pengamatan terhadap tindakan siklus I, mengevaluasi hasil dari
tindakan siklus I, menganalisis hasil pembelajaran, mencatat
kelemahan-kelemahan selama tindakan berlangsung untuk dijadikan
bahan penyusun rancangan siklus berikutnya. Apabila hasil yang
diperoleh belum sesuai harapan, maka akan dilakukan siklus
selanjutnya.
2. Siklus II
a. Perencanaan tindakan
Peneliti bersama guru membuat perencanaan pembelajaran (RPP)
b. Pelaksanaan tindakan
Dalam tahap ini, peneliti melakukan tindakan berdasarkan RPP
dari hasil refleksi siklus I.
c. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan saat pelaksanaan siklus II seperti yang
dilakukan siklus I yaitu mengamati aktivitas guru dan siswa selama
pembelajaran dengan mengisi lembar pengamatan.
d. Refleksi
Refleksi yang dilakukan saat pelaksanaan siklus II seperti yang
dilakukan siklus I serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan
pembelajaran IPA dengan menggunakan strategi Hollywood Square.
E.Data dan Cara Pengumpulannya
1. Data
Penelitian tindakan kelas merupakan satu jenis penelitian yang
menggunakan metode campuran (mixed method) yaitu metode kuantitatif
dan kualitatif. Metode penelitian campuran merupakan desain penelitian
yang terfokus pada mengumpulkan, menganalisis dan menggabungkan
data kuantitatif dan kualitatif.31 Berikut merupakan data yang diperlukan
dalam penelitian ini:
a. Data kualitatif
Data kualitatif adalah kumpulan informasi deskriptif yang
dikonstruksi dari percakapan atau dalam bentuk naratif berupa
kata-kata.32 Data kualitatif pada penelitian ini yaitu:
1)Materi yang disampaikan dalam Penelitian Tindakan Kelas.
2)Pendekatan yang dipakai dalam penelitian Tindakan Kelas.
b. Data kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang berupa angka-angka.
Adapun yang termasuk dalam data kuantitatif pada penelitian ini,
meliputi:
1) Data jumlah siswa kelas V
2) Data nilai siswa
3) Data nilai akhir aktivitas guru dan siswa
2. Teknik pengumpulan data
Data kualitatif dan kuantitatif yang diperlukan dalam penelitian ini
dikumpulkan melalui beberapa teknik yaitu:
a. Wawancara merupakan suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di
dalam kelas dilihat dari sudut pandang orang lain.33 Peneliti melakukan
wawancara dengan siswa dan guru IPA kelas V MI Tarbiyatus Shibyan
32Ibid, 101
33 Rochati Wiriaatmadja, Metode penelitian tindakan kelas, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
untuk mengumpulkan data tentang pemahaman siswa mengenai materi
proses pembentukan tanah sebelum dan sesudah penelitian dilakukan.
Berikut merupakan pedoman wawancara guru sebelum tindakan
[image:57.612.140.515.231.564.2]dilakukan:
Tabel 3.1
Pedoman Wawancara Guru Sebelum Tindakan
PEDOMAN WAWANCARA GURU SEBELUM TINDAKAN
Nama guru : Waktu wawancara : Tempat wawancara :
Pertanyaan :
1. Berapa jumlah siswa kelas V ?
2. Dalam pembelajaran IPA, pada materi manakah yang menurut siswa paling sulit?
3. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
4. Apakah pada materi tersebut nilai siswa sudah banyak yang diatas KKM?
5. Berapakah nilai KKM untuk mata pelajaran IPA?
6. Apakah kendala ketika proses belajar mengajar berlangsung? 7. Strategi pembelajaran apa yang biasanya digunakan guru
dalam pembelajaran IPA?
8. Pernahkah sebelumnya guru menggunakan strategi edukatif dalam proses belajar mengajar mata pelajaran IPA?
Berikut pedoman wawancara guru setelah tindakan dilakukan:
Tabel 3.2
Pedoman Wawancara Guru Setelah Tindakan
PEDOMAN WAWANCARA GURU SETELAH TINDAKAN
Pertanyaan :
1. Bagaimana menurut Ibu tentang pengaplikasian strategi
pembentukan tanah.?
2. Menurut ibu apa keuntungan dari pengapikasian strategi
Hollywood Squre dalam pembelajaran IPA materi proses
pembentukan tanah.?
3. Adakah kesulitan yang didapat pada saat mengajar dengan menggunakan strategi Hollywood Squre ?
4. Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi Hollywood Squre ?
5. Bagaimana kesan Ibu terhadap penggunaan strategi Hollywood
Squre dalam pembelajaran kali ini?
[image:58.612.136.510.104.549.2]Berikut pedoman wawancara siswa sebelum tindakan dilakukan:
Tabel 3.3
Pedoman Wawancara Siswa Sebelum Tindakan
PEDOMAN WAWANCARA SISWA SEBELUM TINDAKAN
Pertanyaan :
1. Apakah kamu sudah mempelajari tentang proses pembentukan tanah. Jika dapat, jelaskan!
2. Dapatkah kamu menyebutkan macam-macam jenis batuan berdasarkan proses pembentukannya? Jika dapat, sebutkan! 3. Apakah kamu dapat menjelaskan 3 proses pelapukan dalam
proses pembentukan tanah? Jika dapat, jelaskan!
4. Berapa nilai yang kamu dapatkan ketika mengikuti ulangan harian IPA?
5. Dalam pembelajaran IPA, pernahkan kamu belajar bersama gurumu dengan menggunakan permainan dan diskusi?
Berikut pedoman wawancara siswa setelah tindakan dilakukan :
Tabel 3.4
Pedoman Wawancara Siswa Setelah Tindakan
PEDOMAN WAWANCARA SISWA SETELAH TINDAKAN
Pertanyaan :
2. Kesulitan apakah yang kalian hadapi ketika mempelajari materi proses pembentukan tanah?
3. Bagaimana menurut kalian terhadap pembelajaran IPA materi proses pembentukan tanah dengan menggunakan strategi
Hollywood Square?
4. Apakah kalian lebih memahami materi ini dengan menggunakan strategi Hollywood Square ini?
5. Dan bagaimana kesan kalian dalam mempelajari materi proses pembentukan tanah. menggunakan strategi Hollywood Square?
b. Observasi merupakan cara mengumpulkan data dengan mengamati
perilaku, peristiwa atau mencatat karakteristik fisik dalam pengaturan
alamiah.34 Dalam penelitian ini, kegiatan observasi dilakukan selama
proses pembelajaran dengan menggunakan strategi Hollywood Square
melalui instrumen pengamatan aktivitas guru dan siswa Model lembar
observasi yang digunakan adalah jenis rating scale. Rating Scale adalah
skala yang menggunakan jawaban skala skor 1, 2, 3, dan 4. Dalam
penelitian ini skor 1 diartikan sebagai sangat tidak baik (tidak
dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak efektif, tidak tepat waktu), skor 2
diartikan sebagai tidak baik (dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak efektif,
tidak tepat waktu),