• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan strategi Hollywood Square dalam meningkatkan pemahaman materi IPA kelas V MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan strategi Hollywood Square dalam meningkatkan pemahaman materi IPA kelas V MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya."

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

Rany Dwi Cahyaningtyas NIM D77213089

PROGRAM STUDI PGMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)

Nama

: Rany Dwi Cahyaningtyas

NIM

tD772BA8:9

Jurusan/Prodi : Pendidikan IslamlPendirlikan Guru Madrasah Ibtidaiyah EGMI)

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa PTK yang saya tulis

ini benar-benar

merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai hCIil tulisan ataupikirarr saya sendid.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa PTK ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Surabayq

2l

Judiiz0n
(3)
(4)

Nama

NIM Judul

: Rany Dwi Cahyaningtyas

:D77213A89

: PENERAPAN STRATEGI HOLLYWOOD SQUARE DALAM

MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI IPA KELAS V MI TARBTYATUS SHIBYAN SURABAYA

Ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Pembimbing

I

Surabaya,

2l

luli20l7

Pembimbing

II

W

Zudan Rosyidi. SS. MA

NIP. 1 98 1 03232009t21004 NrP. 197309102007}n0fi

(5)

E-Mail id

Nama

NIM

Fakultas/Jurusan

E-mail address

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akadernika UIN Sunan Ampel Suabaya, yang bertandatangan di bawah ini, saya:

'

R^nt--l

$_N\ 9AH--r,qN-!ygTI,+S

:

p

77

2t

808q

,

.]AP_PIYtH

dal

K€gl|ru^^l

/?6yl

'

PAN\

,

c,+r{YA

@

onnnt

L "coM

Demi pangembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Perpustakaan

UIN SunanAmpel Surabaya, Hak Bebas Royalti Non-EksHusif atas karya ilmiah :

Msekripsi El Tesis fl

Desertasi

E

lain-lain

(...

...)

yang beriudul :

PF NEPA PAN

sT?ffie6t

Hotll

tWD

s&u4PE

DALN,^

nr€At

lN

6-trerr4

t/

?9ufi1!A tt

ltU

r,t

#TeH

l?rt

K6L/tr

V

lr

I

ThPb

lriTlt

S

!-.1

lby

aN

tof4S_6nrt)

Beserta perangkat yang dipedukan @ila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini

Petpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya bethak menyimpan, mengalih-media/format-kan,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data (daabase),

mendistribusikannya, dan

menampilkan/mempublikasikannya di Intemet atau media lain secara fulltextunatkkepentingan

akademis tanpa petlu meminta iiin dad saya selama tetap mencanturnkan narna szy^ sebagai

penulis/pcncipta dan atau penerbit yang bersangkutan.

Saya bersedia untuk menanggung secara pdbadi, tanpa melibatkan pihak Perpusakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta

dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian pemyataan iri yrrg saya buat dengan sebenamya.

Sumbaya,

(6)

ABSTRAK

Rany Dwi Cahyaningtyas. Penerapan Strategi Hollywood Square dalam Meningkatkan Pemahaman Materi IPA kelas V MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya. Skripsi, Program Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah UIN Sunan Ampel Surabaya, Pembimbing I Zudan Rosyidi, SS. MA dan Pembimbing II Sulthon Mas’ud, S.Ag, M.Pd.I.

Latar belakang dari penelitian ini adalah rendahnya pemahaman siswa pada mata pelajaran IPA materi proses pembentukan tanah di MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya. Penyebabnya yaitu strategi dan metode pembelajaran yang digunakan berpusat pada guru sehingga siswa hanya mencapai tingkat kognitif berupa menghafal. Dari hasil wawancara, siswa mengaku kesulitan dalam menjelaskan proses pembentukan tanah, membedakan jenis-jenis pelapukan batuan serta jenis-jenis batuan.

Rumusan Masalah dari penelitian ini yaitu: (1) bagaimana penerapan strategi Hollywood Square pada mata pelajaran IPA materi proses pembentukan tanah pada siswa kelas V MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya? (2) Bagaimana peningkatan pemahaman materi proses pembentukan tanah setelah penerapan strategi Hollywood Square pada siswa kelas V MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya? Tujuan dari penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah diatas yaitu dapat mengetahui penerapan strategi Hollywood square dalam meningkatkan pemahaman materi proses pembentukan tanah pada siswa kelas V MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya.

Metode penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model Kurt Lewin sebanyak 2 siklus. Subjek penelitian yaitu siswa kelas V MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya berlokasi di jln Asemrowo gang mulya no 12 Surabaya. Teknik pengumpulan data yaitu tes tulis, observasi, wawancara serta dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pada nilai akhir dari hasil observasi aktivitas guru dari 67,7 (kurang) pada siklus I menjadi 95 (sangat baik) pada siklus II. Selain itu, nilai akhir dari hasil observasi aktivitas siswa juga mengalami peningkatan dari 62,5 (kurang) pada siklus I menjadi 92 (sangat baik) pada siklus II. (2) Pemahaman siswa terhadap materi proses pembentukan tanah mengalami peningkatan Pada siklus I, nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 60,67 (cukup) dan pada siklus II sebesar 81,14 (baik). Sedangkan ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 57% (cukup) pada siklus I menjadi 85,71% (sangat baik) pada siklus II.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... v

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR RUMUS ... xv

DAFTAR DIAGRAM ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tindakan yang Dipilih ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

(8)

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan tentang Pemahaman 1. Pengertian Pemahaman ... 12

2. Indikator Pemahaman ... 13

3. Tingkatan-tingkatan dalam Pemahaman ... 14

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemahaman ... 16

B. Tinjauan tentang Pembelajaran IPA 1. Pengertian Pembelajaran IPA ... 18

2. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di MI ... 18

3. Tujuan Pembelajaran IPA di MI ... 19

4. Materi Proses Pembentukan Tanah... 20

C. Tinjauan tentang Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 25

2. Pemilihan Strategi Pembelajaran ... 26

3. Strategi Hollywood Square a. Pengertian Strategi Hollywood Square ... 27

b. Tujuan Strategi Hollywood Square ... 27

c. Langkah-langkahStrategi Hollywood Square ... 27

d. Kelebihan dan kelemahan Strategi Hollywood Square ... 31

(9)

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian ... 34

C. Variabel yang Diselidiki ... 35

D. Rencana Tindakan ... 36

E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 41

F. Indikator Kinerja ... 57

G. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 59

B. Pembahasan ... 91

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 102

B. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 106

RIWAYAT HIDUP ... 107

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Guru Sebelum Tindakan ... 43

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Guru Setelah Tindakan ... 43

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Siswa Sebelum Tindakan ... 44

Tabel 3.4 Pedoman Wawancara Siswa Setelah Tindakan ... 44

Tabel 3.5 Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 46

Tabel 3.6 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 48

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Tes Tulis Materi Proses Pembentukan Tanah ... 51

Tabel 3.8 Soal Tes Tulis Materi Proses Pembentukan Tanah ... 51

Tabel 3.9 Kriteria Nilai Akhir Aktivitas Guru dan Siswa ... 54

Tabel 3.10 Kriteria Tingkat Keberhasilan Nilai Rata-Rata Kelas ... 55

Tabel 3.11 Kriteria Tingkat Ketuntasan Belajar ... 56

Tabel 4.1 Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I ... 70

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Prosedur PTK Model Kurt Lewin ... 33

Gambar 4.1 Aktivitas Siswa Saat Kegiatan Eksplorasi ... 62

Gambar 4.2 Aktivitas Siswa saat Berdiskusi ... 65

Gambar 4.3 Aktivitas Saat Afda Mengambil Pertanyaan ... 66

Gambar 4.4 Aktivitas Saat Royyan Mengambil Pertanyaan ... 67

Gambar 4.5 Aktivitas Selebriti Saat Menjawab Pertanyaan ... 68

Gambar 4.6 Aktivitas Siswa Saat Mengerjakan Lembar Kerja ... 70

Gambar 4.7 Aktivitas Saat Apersepsi ... 76

Gambar 4.8 Aktivitas Guru Menetapkan Garis Besar Materi ... 76

Gambar 4.9 Aktivitas Guru Mengumpulkan Pertanyaan ... 77

Gambar 4.10 Aktivitas Saat Selebritis Menjawab Pertanyaan ... 81

Gambar 4.11 Aktivitas Saat Fikri Mengambil Pertanyaan ... 82

(12)

DAFTAR RUMUS

Rumus 1 Nilai Akhir Observasi Guru Dan Siswa ... 53

Rumus 2 Nilai Tes Tulis Siswa ... 54

Rumus 3 Nilai Rata-Rata Kelas ... 55

(13)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1Peningkatan hasil observasi aktivitas guru ... 95

Diagram 4.2 Peningkatan hasil observasi aktivitas siswa ... 96

Diagram 4.3 Peningkatan hasil nilai rata-rata kelas ... 97

Diagram 4.4 Peningkatan tingkat persentase ketuntasan belajar ... 98

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Profil Sekolah

Surat Izin Penelitian dari Fakultas

Surat Tugas Pembimbing Skripsi

Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian dari Sekolah

Kartu Bimbingan

Lampiran 2: Hasil Wawancara Guru dan Siswa

Lembar Observasi Guru dan Siswa Siklus I

Hasil Validasi Dokumen RPP dan Butir Soal Siklus I

RPP Siklus I

Daftar Nilai Siklus I

Hasil Lembar Kerja Siklus I

Lampiran 3: Lembar Observasi Guru dan Siswa Siklus II

Hasil Validasi Dokumen RPP dan Butir Soal Siklus II

RPP Siklus II

Daftar Nilai Siklus II

(15)

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

tentang alam beserta isinya. IPA juga merupakan salah satu disiplin ilmu yang

berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

sehingga IPA tidak hanya berisi konsep dan fakta mengenai alam tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan dan memiliki sifat alamiah. Dari konsep

dan fakta mengenai alam, manusia dapat memanfaatkan IPA untuk membantu

dalam memenuhi kebutuhan melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat

diidentifikasi. Untuk itulah, sebuah pembelajaran IPA mulai dikenalkan dari

pendidikan dasar, menengah hingga lanjutan.

Pembelajaran IPA di sekolah dasar dirancang untuk memberikan

kemudahan bagi anak untuk mengeksploitasi lingkungan dan segala sumber

belajar lainnya.1 Maka dari itu, desain pembelajaran IPA yang diterapkan di

sekolah dasar menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara

langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan

sikap ilmiah yang dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa muncul secara

alamiah. Pembelajaran IPA di sekolah dasar meliputi pengenalan makhluk

hidup beserta proses kehidupan, benda/materi, energi beserta perubahannya

(16)

dan bumi beserta alam semesta.2 Dengan mempelajari IPA, siswa sekolah

dasar akan memiliki sikap peka terhadap lingkungan sekitar sekaligus memiliki

rasa ingin tau mengenai proses-proses perubahan yang terjadi dialam seperti

proses pembentukan tanah.

Dalam materi proses pembentukan tanah, siswa diharapkan dapat

memenuhi kompetensi dasar berupa mendeskripsikan proses pembentukan

tanah karena pelapukan. Dari kompetensi tersebut, siswa diharapkan dapat

menjelaskan proses pembentukan tanah karena proses pelapukan, menjelaskan

jenis pelapukan dan menjelaskan jenis-jenis batuan berdasarkan proses

terbentuknya. Pada tahapan ini, guru memiliki peran penting dalam proses

pemahaman siswa mengenai proses pembentukan tanah. Guru dapat membuat

perencanaan pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan model,

metode, strategi dan media pembelajaran yang menarik.

Kondisi ideal yang diharapkan tidak mudah ditemukan di sekolah dasar.

Salah satu contohnya adalah siswa kelas V MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya

memiliki tingkat pemahaman mata pelajaran IPA materi pembentukan tanah

tergolong rendah. Di dalam kelas V terdapat 21 siswa, hampir 60% siswa

memiliki pemahaman yang rendah terhadap materi proses pembentukan tanah.3

Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa yang

bersangkutan. Berdasarkan wawancara tersebut, beberapa siswa kurang tepat

2 Badan Standar Nasional Pendidikan, Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.(Jakarta:BNSP,2006), 161

(17)

dalam menjelaskan proses pembentukan tanah dan membedakan jenis-jenis

pelapukan batuan seperti perbedaan pelapukan fisika dengan biologi ataupun

pelapukan fisika dengan kimia. Selain itu, mereka kesulitan dalam

membedakan jenis batuan berdasarkan proses terbentuknya seperti perbedaan

terbentuknya batuan sedimen dengan batuan malihan.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti, pembelajaran IPA

yang dilakukan guru mata pelajaran IPA di MI Tarbiyatus Shibyan

menggunakan strategi pembelajaran langsung dan berpusat pada guru. Metode

pembelajaran yang digunakan yaitu ceramah, mencatat dan menghafal. Dalam

tingkat kognitif Bloom, menghafal merupakan tingkat kognitif sebelum tingkat

pemahaman. Siswa belum belajar pada tingkat pemahaman yang memiliki

indikator menjelaskan kembali atau menguraikan konsep mengenai proses

pembentukan tanah.

Strategi pembelajaran langsung yang diterapkan oleh guru membuat

siswa hanya mendengarkan dan melihat gambar yang ada dalam buku. Dari

hasil modifikasi teori active learning , Mel Silberman atas pernyataan Confius

bahwa:

what I hear, I forget.

what I hear and see, I remember a little.

What I hear, see and ask quastion about or discuss with someone else, I begin to understand.

What I hear, see, discuss and do, I acquire knowledge and skill.

What I teach to another, I master

Apa yang saya dengar, saya lupa.

(18)

Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman, saya mulai paham.

Apa yang saya dengar, lihat, diskusi dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya menguasainya.4

Dari pernyataan tersebut, Mel Silberman menghendaki peran siswa tidak hanya

mendengar melainkan melihat supaya lebih paham walau sedikit,

mendiskusikannya agar memahami, melakukannya agar memperoleh

pengetahuan dan mengajarkannya agar menguasainya. Hal tersebut

menunjukkan bahwa strategi pembelajaran aktif dapat juga menumbuhkan nilai

karakter seperti rasa ingin tahu, komunikatif, tanggungjawab dan kepedulian

sosial.

Oleh karena itu, guru memerlukan strategi pembelajaran aktif yang

membuat siswa aktif melakukan kegiatan diskusi dan menyampaikan pendapat

dalam proses pembelajaran. Agar siswa tertarik mengikuti pembelajaran aktif,

maka guru harus dapat menciptakan pembelajaran tersebut menjadi

pembelajaran yang menyenangkan pula. Pembelajaran yang menyenangkan

merupakan pembelajaran dimana siswa tidak merasa tertekan dan terpaksa.

Pelaksanaan pembelajaran yang menyenangkan biasanya menggunakan

kombinasi permainan di dalamnya. Dengan begitu siswa akan tertarik dan aktif

dalam proses pembelajaran.

(19)

Untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi proses

pembentukan tanah pada siswa kelas V MI Tarbiyatus Shibyan, maka

dipilihlah alternatif pemecahan masalah yaitu menggunakan strategi

pembelajaran Hollywood Square. Strategi Hollywood Square merupakan

strategi pembelajaran yang mengkombinasikan permainan di dalamnya.

Hollywood Square merupakan sebuah permainan tanya jawab yang dilakukan

di depan kelas dengan menggunakan kartu yang akan ditempelkan pada tubuh

siswa yang pertanyaannya berhasil dijawab.

Stategi ini sesuai untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam

kemampuan tanya jawab dan dapat menimbulkan keberanian dalam

mengemukakan pendapat. Mengingat siswa sebagai objek penelitian memiliki

karakteristik pasif karena guru yang selama ini hanya memberikan strategi

pembelajaran langsung maka dengan menggunakan strategi Hollywood Square,

siswa yang memiliki karakter pasif dalam pembelajaran akan menjadi aktif

untuk melakukan tanya-jawab dan diskusi dalam kelas. Diharapkan dengan

terlibatnya siswa dalam pembelajaran membuat siswa tidak hanya mengingat

namun memahami materi pelajaran.

Selain itu, dalam strategi ini terdapat unsur permainan yang dapat

membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Dengan pembelajaran

menyenangkan maka akan mendorong siswa menjadi aktif dan tertarik untuk

berpartisipasi dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, proses tanya-jawab

(20)

dengan karakter mata pelajaran IPA yang mengharapkan siswa untuk memiliki

rasa ingin tahu secara alamiah.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa strategi Hollywood Square

dapat menjadi alternatif untuk membuat pembelajaran IPA menjadi optimal,

maka dari itu peneliti melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Strategi

Hollywood Square Dalam Meningkatkan Pemahaman Materi IPA Kelas V

MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya

Penggunaan strategi Hollywood Square telah dipertimbangkan peneliti

dari penelitian-penelitian terdahulu untuk mengetahui keefektifan strategi

tersebut. Pada penelitian terdahulu, strategi Hollywood Square hanya

digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA. Hasil belajar tidak hanya

mencakup aspek pemahaman saja, namun dalam mengukur pemahaman sudah

pasti memiliki hasil belajar. Penelitian strategi Hollywood Square pernah

dilakukan oleh Aisyah Normariza pada tahun 2010 dengan judul

“Peningkatkan Hasil Belajar Sains Dengan Strategi Hollywood Square

Pada Siswa Kelas III SD Negeri 013 Tampan Pekanbaru”. Subjek

penelitian siswa kelas III C yaitu berjumlah 40 siswa terdiri dari 22 siswa

perempuan dan 18 siswa laki-laki. Penelitian ini menggunakan 3 siklus yang

masing-masing siklus memiliki tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan

refleksi. Dalam tindakan, peneliti membuat RPP dengan materi pokok bumi

(21)

lembar kerja siswa kemudian meminta siswa membuat pertanyaan untuk

penerapan strategi Hollywood Square.

Dalam siklus I, beberapa siswa terlihat takut dalam menjawab

pertanyaan yang diberikan kontestan. Dalam siklus II terjadi peningkatan

kepercayaan diri siswa dalam membuat dan menjawab pertanyaan namun

dalam pelaksanaan pembelajaran ada beberapa siswa yang bercakap-cakap

sendiri. Dalam siklus III semua siswa aktif berpartisipasi dengan baik dalam

KBM. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai hasil belajar

pada siswa meningkat dari siklus I yaitu 65%, siklus II yaitu 78,75% dan siklus

III yaitu 97,5%. Untuk mendukung hasil belajar secara optimal, persentase

hasil aktivitas siswa menjadi meningkat seperti pada siklus I yaitu 62,71%,

siklus II 72,08% dan siklus III 81,25%.5

Selain itu, Yulia Andryani juga melakukan penelitian serupa dengan

judul “Penerapan Strategi Hollywood Square Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar IPS Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Pada

Murid Kelas V SDN 027 Payungsekaki Pekanbaru.” Subjek penelitian

siswa kelas Subjek penelitian siswa kelas III C yaitu berjumlah 44 siswa terdiri

dari 20 siswa perempuan dan 24 siswa laki-laki. Penelitian ini menggunakan 2

siklus yang masing-masing siklus memiliki tahapan perencanaan, tindakan,

observasi dan refleksi. Dalam tindakan, peneliti membuat RPP dengan materi

5Aisyah Normariza, “Peningkatkan Hasil Belajar Sains Dengan Strategi Hollywood Square Pada

(22)

perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Guru menggunakan media

pembelajaran berupa gambar tokoh-tokoh dari pahlawan nasional untuk

menciptakan pembelajaran yang menarik.

Dalam pelaksanaan siklus I, keaktifan siswa cukup rendah dan rasa

kepercayaan diri yang dimiliki siswa juga rendah. Pada siklus II, guru

membimbing siswa yang memiliki kepercayaan diri rendah sehingga semua

siswa dapat aktif dalam KBM. Dari hasil penelitian tersebut ketuntasan belajar

siswa meningkat seperti pada sebelum siklus yaitu 45,4%, siklus I yaitu

86,36%, siklus II yaitu 100%.6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penelitian ini

difokuskan pada permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan strategi Hollywood Square pada mata pelajaran IPA

materi proses pembentukan tanah pada siswa kelas V MI Tarbiyatus

Shibyan Surabaya?

2. Bagaimana peningkatan pemahaman materi proses pembentukan tanah

setelah penerapan strategi Hollywood Square pada siswa kelas V MI

Tarbiyatus Shibyan Surabaya?

6Yulia Andryani, “Penerapan Strategi Hollywood Square Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS

(23)

C. Tindakan yang dipilih

Tindakan yang dipilih untuk menyelesaikan rumusan masalah diatas

yaitu dengan menggunakan strategi Hollywood Square untuk meningkatkan

pemahaman siswa. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian

tindakan kelas dengan menggunakan model PTK Kurt Lewin melalui siklus.

Peneliti memilih strategi Hollywood Square sebagai pemecahan masalah

karena diharapkan siswa dapat meningkatkan aktivitas dalam kemampuan

tanya jawab dan dapat menimbulkan keberanian dalam mengemukakan

pendapat. Terlibatnya siswa dalam pembelajaran dapat membuat siswa tidak

hanya mengingat namun memahami materi pelajaran. Pemilihan Strategi

Hollywood Square sebagai alternatif pemecahan masalah juga telah sesuai

dengan materi proses pembentukan tanah yang memerlukan pemahaman lebih

mengenai jenis-jenis batuan dan proses pembentukan tanah karena pelapukan

batuan.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui penerapan strategi Hollywood Square dalam pembelajaran

IPA materi proses pembentukan tanah pada siswa kelas V MI Tarbiyatus

(24)

2. Mengetahui peningkatan pemahaman materi proses pembentukan tanah

setelah penerapan strategi Hollywood Square pada siswa kelas V MI

Tarbiyatus Shibyan Surabaya.

E. Lingkup Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian Peningkatan

Pemahaman Mata Pelajaran IPA Materi Proses Pembentukan Tanah dengan

strategi Hollywood Square pada kelas V MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya

memiliki batasan-batasan agar bisa terfokus pada masalah yang dimiliki.

Batasan-batasan tersebut meliputi :

1. Subjek penelitian yaitu siswa kelas V MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya.

2. Penelitian difokuskan kepada mata pelajaran IPA dengan materi proses

pembentukan tanah.

3. Standar Kompetensi

7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan

penggunaan sumber daya alam.

4. Kompetensi Dasar

7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan

5. Indikator

7.1.1 Menjelaskan proses pembentukan tanah yang disebabkan karena

proses pelapukan batuan.

(25)

7.1.3 Menjelaskan jenis-jenis batuan berdasarkan proses terbentuknya.

F. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa : dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, hasil belajar

dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA khususnya materi proses

pembentukan tanah di MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya.

2. Bagi guru : sebagai masukan dalam meningkatkan keterampilan memilih

strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Selain itu,

sebagai masukan dalam menciptakan kegiatan pembelajaran yang aktif,

efektif dan menyenangkan.

3. Bagi peneliti : dapat digunakan untuk memperkaya wawasan mengenai

hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran serta sebagai wahana untuk

memecahkan permasalahan pembelajaran yang ada di kelas.

4. Bagi sekolah : dapat dijadikan masukan kepada pihak sekolah untuk

meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPA khususnya mengenai

(26)

KAJIAN TEORI

A.Tinjauan tentang Pemahaman

1. Pengertian Pemahaman

Bloom berpendapat bahwa terdapat tiga jenis perilaku pemahaman,

pertama terjemahan suatu pengertian yang berarti seseorang dapat

mengkomunikasikan ke dalam bahasa lain, istilah lain atau menjadi bentuk

lain. Kedua merupakan perilaku interpretasi yang melibatkan komunikasi

sebagai penataan konfigurasi pemahaman ide yang memungkinkan

memerlukan penataan kembali ide-ide ke dalam konfigurasi baru dalam

pikiran individu. Ketiga, perilaku ekstrapolasi mencakup pemikiran atau

prediksi yang dilandasi oleh pemahaman kecenderungan atau kondisi yang

dijelaskan dalam komunikasi.7

Menurut W.S Winkel dalam bukunya menjelaskan bahwa

pemahaman dalam ranah kognitif mencakup kemampuan untuk menangkap

makna dan arti dari bahan yang dipelajari.8 Dari pernyataan tersebut, dapat

diketahui bahwa siswa dikatakan mamahami jika dapat menarik makna dari

suatu pesan yang disampaikan guru ataupun dari pengalaman belajar

mereka.

(27)

Anas Sudijono mengungkapkan bahwa pemahaman merupakan

kemampuan mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai

segi.9 Siswa yang hanya mengetahui sesuatu tanpa bisa mengungkapkan

kembali dengan kata-kata sendiri secara rinci belum dapat dikatakan

memahami sesuatu. Jika siswa memahami pembelajaran maka hasil belajar

tersebut akan terekam lama di dalam otak.

Jadi pemahaman merupakan kemampuan siswa menyerap materi

pelajaran yang telah dipelajari dan mampu mengetahui serta

mengungkapkan kembali secara lebih rinci mengenai materi tersebut.

Pemahaman memiliki tingkat lebih tinggi daripada mengetahui, sehingga

jika siswa memahami akan merekam hasil pembelajaran lebih lama daripada

sekedar mengetahui.

2. Indikator pemahaman

Indikator merupakan salah satu tolok ukur untuk mengukur berbagai

macam perubahan yang terjadi secara langsung ataupun tidak langsung.

Adapun indikator pemahaman dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

a. Menguraikan

b. Memberikan contoh

c. Mengklasifikasikan

d. Menyimpulkan

e. Menduga

(28)

f. Membandingkan

g. Menjelaskan.10

Dari beberapa indikator diatas dapat dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran IPA misalnya seperti

menguraikan kembali dengan kata-kata sendiri mengenai materi pelajaran,

menemukan contoh ilustrasi konsep atau prinsip-prinsip dalam IPA,

mengklasifikasikan beberapa contoh konsep IPA dalam kehidupan

sehari-hari, menuliskan kembali materi pelajaran yang telah diperoleh saat

pembelajaran, mengambil kesimpulan dari materi pelajaran,

membandingkan proses-proses alam berdasarkan pengamatan dan

menjelaskan sebab dan pengaruh terjadinya perubahan-perubahan alamiah

yang terjadi. Indikator pemahaman yang sesuai untuk mengukur tingkat

pemahaman materi proses pembentukan tanah yaitu menjelaskan kembali

proses pembentukan tanah, jenis-jenis pelapukan dan jenis-jenis batuan

berdasarkan proses terbentuknya.

3. Tingkatan-tingkatan dalam pemahaman

Pemahaman merupakan salah satu tingkatan dalam taksonomi

kognitif bloom yang tingkatannya lebih tinggi daripada pengetahuan. Bloom

menguraikan taksonomi ranah kognitif menjadi enam yaitu pengetahuan,

(29)

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.11 Pemahaman sendiri

memiliki beberapa tingkatan yaitu :

a. Pemahaman tingkat rendah. Pemahaman tingkat rendah yaitu

pemahaman penerjemahan, misalnya menerjemahkan dari kalimat

bahasa inggris ke dalam bahasa Indonesia, mengartikan slogan,

mengartikan lambang sampai dengan menerapkan prinsip-prinsip

tertentu seperti prinsip kerja dalam memasang rangkaian listrik.

b. Pemahaman tingkat madia. Pemahaman tingkat madia yaitu pemahaman

penafsiran, seperti menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan

yang diketahui berikutnya, menghubungkan beberapa bagian dari grafik

dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok

sampai membedakan kalimat aktif dengan pasif dengan menghubungkan

pengetahuan tentang subjek, predikat dan objek.

c. Pemahaman tingkat tinggi. Pemahaman tingkat tinggi yaitu pemahaman

ekstrapolasi, seperti kemampuan melihat dibalik yang tertulis/tersurat,

dapat membuat perkiraan tentang konsekuensi dari suatu kejadian

sampai memperluas persepsi terkait dengan waktu, dimensi dan kasus.12

Dari beberapa tingkatan pemahaman tersebut memiliki kata kerja

operasional seperti menerjemahkan, mengartikan, menerapkan,

menghubungkan, membedakan dan memperkirakan. Masing-masing kata

11 Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi…, 31

(30)

kerja tersebut dapat di gunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat

pemahaman siswa.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman

Keberhasilan dalam proses belajar-mengajar yang di lakukan oleh

guru dan siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut bisa

berasal dari dalam diri individu atau berasal dari lingkungan sekitar.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemahaman dan keberhasilan

pembelajaran yaitu : 13

a. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri individu yang

mempengaruhi pembelajaran. Faktor-faktor internal meliputi :

1) Faktor fisiologis, berhubungan dengan kondisi fisik individu seperti

kesehatan jasmani. Kondisi tubuh yang lemah dapat menghambat

tercapainya hasil belajar yang maksimal. Menjaga kesehatan tubuh

dan panca indera merupakan hal yang perlu dilakukan karena panca

indera adalah pintu masuk bagi segala informasi yang diterima atau

ditangkap oleh manusia.

2) Faktor psikologis, berhubungan dengan psikis dari diri individu

seperti kecerdasan atau intelegensi siswa, motivasi, minat, sikap

dan bakat.

13 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta : Ar-Ruzz

(31)

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor dari luar individu seperti

lingkungan. Faktor-faktor eksternal meliputi :

1) Lingkungan sosial meliputi lingkungan sosial sekolah, masyarakat

dan keluarga. Lingkungan sekolah yang memiliki hubungan

harmonis antara guru, administrasi dan teman-teman menjadi

pendorong siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Lingkungan

masyarakat yang memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya

pendidikan juga dapat menjadi motivasi siswa untuk belajar dengan

baik lagi. Lingkungan keluarga yang harmonis juga dapat

mendorong siswa untuk malakukan aktivitas belajar dengan baik

pula.

2) Lingkungan non-sosial meliputi lingkungan alamiah, instrumental,

dan materi pelajaran. Lingkungan alamiah berhubungan dengan

kondisi udara, sinar matahari dan suasana dalam kelas. Sedangkan

faktor instrumental berhubungan dengan perangkat belajar seperti

gedung, alat-alat sekolah, fasilitas belajar, lapangan olahraga,

kurikulum sekolah, aturan-aturan sekolah, buku panduan, silabus

dan lain sebagainya. Faktor yang terakhir adalah faktor materi

pelajaran yang disesuaikan dengan usia perkembangan siswa dan

(32)

B.Tinjauan tentang Pembelajaran IPA

1. Pengertian Pembelajaran IPA

Pembelajaran merupakan akumulasi dari konsep mengajar

(teaching) dan konsep belajar (learning).14 Dalam pembelajaran terjadi

interaksi siswa, guru dan sumber belajar untuk saling bertukar informasi.

IPA merupakan rumpun ilmu yang memiliki karakteristik khusus

yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual baik berupa kenyataan atau

kejadian dan hubungan sebab-akibatnya.15 Menurut Volk & Ramsey, IPA

mengandung dua elemen utama yaitu proses dan produk yang saling

mengisi satu sama lain.16 Sebagai proses, IPA adalah rangkaian kegiatan

ilmiah yang menghasilkan suatu pengetahuan ilmiah yang disebut dengan

produk seperti fakta, konsep, prinsip, generalisasi, teori dan

hukum-hukum.

Jadi, pembelajaran IPA merupakan interaksi antara siswa, guru dan

sumber belajar mengenai peristiwa alam beserta makhluk hidup yang

tinggal di dalamnya.

2. Ruang lingkup Pembelajaran IPAdi MI

Ruang lingkup pembelajaran IPA di MI meliputi aspek-aspek

berikut yaitu :17

14 LAPIS PGMI, Perencanaan Pembelajaran paket I, (Surabaya : Amanah Pustaka, 2009), 7 15 Asih Widi Wisudawati, Metodologi Pembelajaran IPA, (Jakarta : Bumi Aksara, 2014), 22 16 Siti Fatonah dan Zuhdan K. Prasetyo, Pembelajaran Sains, (Yogyakarta : Ombak, 2014), 7 17 Badan Standar Nasional Pendidikan, Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan

(33)

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan seperti manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan

b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi cair, padat dan gas.

c. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana

d. Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya dan

benda-benda langit lainnya.

3. Tujuan Pembelajaran IPA di MI

Menurut Permendiknas no 22 tahun 2006, Pembelajaran IPA di

SD/MI memiliki beberapa tujuan agar siswa memiliki kemampuan :18

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling memepengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan

(34)

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

4. Materi Proses Pembentukan Tanah

Tanah yang ada di lingkungan kita ternyata berasal dari bebatuan.

Batu-batuan mengalami pelapukan menjadi butiran-butiran halus.

Butiran-butiran halus mengumpul menjadi tanah. Batu-batuan di bumi sangat

benyak jenisnya. Setiap jenis batu mempunyai tingkat pelapukan yang

berbeda. Sebelum proses pelapukan tanah, kita ketahui jenis bebatuan.

a. Jenis-jenis Batuan

Batuan adalah salah satu komponen penyusun tanah. Di

permukaan bumi terdapat berbagai jenis bebatuan. Di antara batuan

banyak terdapat perbedaan. Setiap batuan memiliki sifat dan ciri

khusus. Perbedaan-perbedaan bebatuan tergantung pada

kandungannya. Contoh kandungan dalam bebatuan yaitu zat besi,

nikel, tembaga, emas dan bahan-bahan lain. Bahan-bahan ini

dinamakan mineral. Terbentuknya bebatuan ada tiga jenis,

(35)

magma), batuan endapan (batuan sedimen), dan batuan malihan

(batuan metamorf).

1) Batuan beku

Batuan ini terbentuk dari pembekuan lava atau magma.

Lava dalam bentuk cair yang keluar dari gunung api. Lava cair

akan membeku dan membentuk batuan beku. Batuan beku

dibagi menjadi dua macam. Batuan beku dalam (intrusi) adalah

batuan beku yang mengendap di bawah permukaan bumi.

Contohnya batu diorite dan batu granit. Adapun batuan beku

luar (ekstrusi) mengendap di atas permukaan bumi. Contohnya

batu apung dan batu obsidian.

2) Batuan endapan/sedimen

Batuan ini terbentuk karena proses pengendapan. Bentuk

batuan ini berlapis-lapis. Batuan ini berasal dari batuan yang

mengalami pelapukan, erosi dan kemudian lapukannya diangkut

air, udara atau es yang mengendap dalam cekungan endapan.

Contoh batuan endapan adalah batu kapur, batu konglomerat,

dan batu pasir.

3) Batuan malihan/metamorf

Batuan malihan adalah batuan yang berasal dari

(36)

terjadi karena adanya tekanan dan panas. Contoh batuan malihan

adalah batu marmer (berasal dari batu gamping) dan batu tulis

(berasal dari batu serpih).

b. Pelapukan Batuan menjadi Tanah

Tanah merupakan bagian dari kerak bumi. Tanah sangatlah

penting bagi makhluk hidup. Semua makhluk hidup bergantung pada

tanah. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Tanah

mempunyai ukuran dan kesuburan yang berbeda-beda. Tanah terdiri

atas bagian-bagian tertentu yang merupakan hasil pelapukan bahan

dan sisa-sisa makhluk hidup. Pelapukan dapat terjadi karena

perbedaan suhu dan hujan.

Pelapukan ini dinamakan pelapukan fisika. Pelapukan juga

disebabkan oleh makhluk hidup. Pelapukan ini dinamakan pelapukan

biologi. Batuan yang mengalami pelapukan akan lapuk dan hancur

seperti tanah. Pelapukan ini berlangsung berjuta-juta tahun yang lalu.

1) Pelapukan fisika

Penyebab pelapukan fisika dikarenakan faktor alam.

Contohnya faktor panas (suhu) angin dan air. Faktor suhu secara

cepat dapat menyebabkan pelapukan. Saat terik matahari

bebatuan dapat mengembang. Pada saat dingin bebatuan akan

menyusut. Pergantian panas dan dingin mengakibatkan bebatuan

(37)

Angin juga dapat mengakibatkan pelapukan bebatuan.

Batu yang sering kena angin kencang mengakibatkan

pengikisan. Pengikisan pada batu mengakibatkan erosi. Erosi

yang berkepanjangan membuat batu menjadi padang pasir.

Sehingga terjadilah padang pasir yang terbentang luas.

Air juga berpengaruh terhadap pelapukan. Air hujan

yang terus-menerus mengakibatkan pengikisan pada bebatuan.

Contoh lain, ombak di laut membentur batu di pantai. Bebatuan

di pantai akan terkikis karena benturan ombak. Bebatuan sekian

lama akan semakin habis karena terkikis.

2) Pelapukan biologi

Pelapukan secara biologi disebabkan karena kegiatan

makhluk hidup. Misalnya: tumbuhan atau lumut dan bakteri.

Tumbuhan yang hidup di bebatuan bisa memecahkan batu.

Contohnya di pinggir selokan terdapat tumbuhan. Selokan yang

ditembok akan retak bila tumbuhan semakin besar.

3) Pelapukan kimia

Pelapukan kimia terjadi oleh pengaruh zat kimia. Zat

kimia misalnya oksigen, karbondioksida, dan uap air. Besi

menjadi berkarat karena bereaksi dengan oksigen dan uap air.

Batuan dapat terkikis dan lapuk karena air hujan. Air hujan

(38)

air hujan dapat meningkat oleh gas-gas buangan industri. Gas

buangan industri tersebut misalnya belerang dioksida. Belerang

dioksida dapat bereaksi dengan uap air dan gas-gas lain di udara.

Hal ini mengakibatkan terjadinya hujan asam. Hujan asam

semakin mempercepat pelapukan batuan. Akibat hujan asam

dapat dilihat pada patung-patung di tempat terbuka, seperti

patung-patung yang ada pada candi Prambanan.19

Materi proses pembentukan tanah pada pembelajaran IPA di

MI tercantum dalam Permendiknas no 22 tahun 2006 tentang standar

isi satuan pendidikan dasar dan menengah. Standar kompetensi dan

kompetensi dasar materi daur air adalah sebagai berikut :

Standar kompetensi :

7.Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya

dengan penggunaan sumber daya alam.

Kompetensi Dasar

7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan

Dari kompetensi dasar tersebut, dapat dikembangkan

indikator-indikator yang lebih spesifik untuk mengukur ketercapaian

pembelajaran seperti :

19 Wiwik Winarti dan Joko Winarto, Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD kelas V, (Jakarta : Mefi

(39)

7.1.1 Menjelaskan proses pembentukan tanah yang disebabkan karena

proses pelapukan.

7.1.2 Menjelaskan jenis-jenis pelapukan batuan.

7.1.3 Menjelaskan jenis batuan berdasarkan proses terbentuknya.

C.Tinjauan tentang Strategi Pembelajaran

1. Pengertian Strategi pembelajaran

Stategi pembelajaran merupakan gabungan dua kata yaitu strategi

dan pembelajaran. Strategi berasal dari kata benda dan kata kerja dalam

bahasa Yunani. Dalam kata benda, strategos merupakan gabungan kata

stratos (militer) dengan ago (memimpin). Dalam kata kerja, stretego

artinya merencanakan (to plan).20 Sedangkan pembelajaran adalah

kegiatan terencana yang mengkondisikan atau merangsang seseorang agar

bisa belajar dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. 21

apabila digabung maka strategi pembelajaran adalah rencana yang berisi

tentang rangkaian kegiatan yang merangsang seseorang agar bisa belajar

dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Menurut Suyadi, strategi dalam konteks pendidikan merupakan

serangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan.

Sehingga dapat diartikan bahwa strategi pembelajaran adalah

(40)

langkah yang ditempuh guru untuk memanfaatkan sumber belajar yang

ada, guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.22

Menurut Kozma dalam buku Wahjudi Djaja, strategi pembelajaran adalah

setiap kegiatan yang dipilih dan dapat memberikan fasilitas atau bantuan

kepada siswa dalam meuju tercapainya tujuan pembelajaran.23

Jadi, strategi pembelajaran adalah rencana tentang langkah-langkah

kegiatan yang didesain oleh guru untuk membantu siswa dalam mencapai

tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.

2. Pemilihan Strategi pembelajaran

Dalam memilih strategi pembelajaran yang digunakan, ada

beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :24

a. Tujuan pembelajaran. Dalam memilih strategi pembelajaran harus

disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai seperti aspek kognitif,

afektif atau psikomotor. Selain itu harus memperhatikan kompleksitas

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

b. Bahan atau materi pembelajaran. Strategi pembelajaran juga harus

disesuaikan dengan bahan pelajaran yang berupa fakta, konsep, hukum

atau teori tertentu.

22 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013),

14

23 Wahjudi Dajaja, Desain Pembelajaran (Yogyakarta : Ombak, 2012), 73

24 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (jakarta :

(41)

c. Kondisi siswa. Strategi pembelajaran harus sesuai dengan kondisi

kematangan siswa, minat atau gaya belajar siswa.

3. Strategi Hollywood Squares

a. Pengertian Strategi Hollywood Square

Strategi Hollywood Squares merupakan strategi pembelajaran

yang didasarkan pada tayangan kuis TV yang pernah populer

Hollywood Squares”. Hollywood Squares merupakan permainan

berupa Tanya jawab yang dilakukan didepan kelas serta menggunakan

kartu yang akan ditempelkan pada tubuh siswa yang berhasil

menjawab pertanyaan. Strategi ini dibuat untuk lebih menghidupkan

kelas serta menyenangkan bagi siswa dan untuk memperdalam proses

belajar dan memperkuat ingatannya.25

b. Tujuan dari Strategi Hollywood Square

Tujuan dari strategi ini yaitu untuk mengajak siswa

memperdalam proses belajar-mengajar dan memperkuat ingatan

dengan proses tanya-jawab dan diskusi yang dilakukan di dalam kelas.

c. Langkah-langkah Strategi Hollywood Square

Dalam strategi Hollywood Squares diperlukan satu pembawa

acara yaitu guru yang akan mengarahkan permainan kuis, dua siswa

25Lidya Hastika, “Penerapan strategi Hollywood Squares untuk meningkatkan hasil belajar siswa

(42)

sebagai kontestan, Sembilan siswa sebagai selebritis dan siswa lain

yang tidak ditunjuk sebagai penonton serta membantu kontestan

dalam menentukan jawaban. Strategi pembelajaran ini membantu

siswa menjadi aktif dalam pembelajaran. Berikut adalah

langkah-langkah dalam strategi Hollywood Squares :

1)Guru memerintahkan tiap siswa untuk menuliskan dua atau tiga

pertanyaan yang terkait dengan mata pelajaran, pertanyaannya

bisa dalam format ganda, benar/salah, atau isian.

2)Guru mengumpulkan pertanyaan. Jika ada yang menghendaki,

tambahkan beberapa pertanyaan dari guru

3)Simulasikan format tayangan permainan tic-tac-toe yang

merupakan jenis permainan yang memiliki 9 buah ruang (3x3)

berbentuk kotak yang bersekat (bidak). Permainan ini

menggunakan dua symbol pemain yaitu X atau O, yang

digunakan dalam Hollywood Squares. Tatalah tiga kursi didepan

kelas. Perintahkan tiga siswa untuk duduk dilantai didepan kursi,

tiga duduk dikursi dan tiga lagi berdiri di belakangnya.

4)Berikan kepada Sembilan “selebriti” itu sebuah kartu dengan tanda

X tercetak di satu sisi dan tanda O di sisi lain untuk ditempelkan

ke tubuh mereka bila pertanyaannya berhasil di jawab.

(43)

memilih anggota dari “celebrity squares” untuk menjawab

pertanyaan permainan.

6)Ajukan pertanyaan kontestan secara bergiliran. Kontestan

menjawab dengan “setuju” atau “tidak setuju” kepada tanggapan

selebritis manakala mereka berusaha membentuk tic-tac-toe.

7)Siswa lain yang tidak terlibat dalam permainan diberi kartu yang

menyatakan “setuju” di satu sisi lain dan “tidak setuju” di sisi lain

untuk diberikan kepada kontestan untuk membantu mereka dalam

membuat keputusan. 26

Bentuk tic-tac-toe dalam strategi Hollywood Squares adalah :

X X

X X X

X X

Berikut adalah formasi strategi Hollywood Squares di dalam kelas :

SISWA 1

(sebagai selebritis) (sebagai selebritis) SISWA 2 (sebagai selebritis) SISWA 3 SISWA 4

(sebagai selebritis) (sebagai selebritis) SISWA 5 (sebagai selebritis) SISWA 6 SISWA 7

(sebagai selebritis) (sebagai selebritis) SISWA 8 (sebagai selebritis) SISWA 9

26 Melvin L. Siberman, Active Learning 101 cara belajar siswa aktif, (Bandung : Nuasnsa

cendikia, 2013), 267

(44)

Siswa 10

(Sebagai kontestan 1) (sebagai pembawa Guru acara)

Siswa 11 (Sebagai kontestan 2)

Peran masing-masing pemain adalah :

a)Siswa yang bertindak sebagai kontestan memiliki peran yaitu :

(1) Membentuk tic-tac-toe dengan menunjuk selebriti untuk

menjawab pertanyaan dari guru.

(2) Berhak mendengarkan saran lain dari penonton.

(3) Setelah mendengar saran, kontestan menjawab pertanyaan dari

guru dengan kata “setuju” atau “tidak setuju” atas penyataan

yang diungkapkan oleh selebritis.

b)Siswa yang bertindak sebagai selebriti memiliki peran yaitu

menjawab pertanyaan yang diberikan oleh kontestan.

c)Siswa yang berperan sebagai penonton memiliki peran yaitu

memberikan saran untuk menjawab pertanyaan dari guru dengan

kata “setuju” atau “tidak setuju” atas penyataan yang

diungkapkan oleh selebritis.

d)Guru yang berperan sebagai pembawa acara memiliki peran yaitu

memberikan pernyataan untuk dijawab oleh kontestan. Sisa siswa sebagai

penonton sekaligus pemberi

saran .

Sisa siswa sebagai penonton

(45)

d. Kelebihan dan kekurangan dari strategi Hollywood Square

1) Adapun kelebihan strategi Hollywood Square yaitu:

a) Mendorong siswa menjadi lebih aktif

b) Mendorong siswa untuk lebih berani dalam mengeluarkan

pendapat

c) Memberikan pembelajaran yang bermakna pada pengealaman

pelajaran yang diterima oleh siswa

2) Sedangkan kelemahan strategi Hollywood Square yaitu:

a) Membutuhkan waktu yang banyak

b) Membuat siswa menjadi rebut

c) Siswa yang tidak mengerti akan sulit untuk ikut aktif dalam

proses pembelajaran.27

27Lidya Hastika, “Penerapan strategi Hollywood Squares untuk meningkatkan hasil belajar siswa

(46)

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A.Metode Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) atau disebut dengan Classroom Action Reseach (CAR).

Secara etomologi, Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari kata Penelitian,

Tindakan dan Kelas. Penelitian adalah sebuah kegiatan mencermati suatu objek

menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau

informasi yang bermanfaat dalam rangka meningkatkan mutu dari suatu hal

yang penting bagi peneliti. Tindakan adalah kegiatan yang sengaja dilakukan

dengan tujuan tertentu dengan berbentuk rangkaian siklus kegiatan dalam

penelitian ini. Kelas merupakan sekelompok siswa yang menerima pelajaran

dari guru dalam waktu bersamaan.28 Dari tiga kata tersebut apabila dirangkai

akan membentuk pengertian bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu

pencermatan terhadap rangkaian siklus kegiatan yang sengaja dimunculkan dan

terjadi dalam sebuah kelas.

Menurut Asrori, Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian

yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk

memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih

(47)

berkualitas sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik.29

Selain itu, dengan dilaksanakannya PTK akan meningkatkan profesionalisme

guru dalam proses belajar mengajar di kelas.

Jenis Penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan model PTK Kurt Lewin. Kurt Lewin menyatakan bahwa satu

siklus terdiri dari empat langkah yaitu Perencanaan (Planning), Aksi atau

tindakan ( acting), Observasi (observing) dan refleksi (reflecting). 30

Berikut merupakan gambar prosedur PTK Kurt Lewin:

dst

Gambar 3.1

Prosedur PTK Model Kurt Lewin

29 Mohammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung : Wacana Prima, 2007), 6 30 Zainal Aqib, Penelitian…, 21

Identifikasi Masalah

Tindakan

(Acting) Perencanaan

(Planning)

Observasi

(Observing) Refleksi

(Reflectin g)

Perencanaan Ulang

Siklus I

[image:47.612.121.499.253.680.2]
(48)

Berikut ini merupakan penjelasan dari prosedur PTK Kurt Lewin:

1. Perencanaan (planning). Kegiatan yang dilakukan adalah membuat

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan fasilitas dari

sarana pendukung yang diperlukan di kelas, mempersiapkan instrumen

penelitian untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan

hasil tindakan.

2. Tindakan (acting). Dalam tahap ini, peneliti melaksanakan tindakan yang

telah dirumuskan pada RPP dalam situasi aktual yang mencakup kegiatan

awal, inti dan penutup.

3. Observasi (observing). Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati

perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, memantau

kegiatan diskusi/kerjasama antar siswa dalam kelompok, mengamati

pemahaman tiap siswa terhadap penguasaan materi pembelajaran yang

telah dirancang sesuai dengan tujuan PTK.

4. Refleksi (reflecting). Kegiatan yang dilakukan yaitu mencatat hasil

observasi, mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran,

mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusun

rancangan siklus berikutnya, sampai tujuan PTK dapat dicapai.

B.Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di MI Tarbiyatus Shibyan Jl.

(49)

tersebut sebagai lokasi penelitian karena sekolah tersebut dekat dengan rumah

peneliti sehingga mempermudah melakukan penelitian. Selain itu, PTK di

sekolah tersebut yaitu untuk memperbaiki praktik pengajaran dikelas. Waktu

penelitian akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2016/2017

tepatnya dengan penentuan waktu yang tergantung kesepakatan dengan pihak

sekolah terutama guru.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V MI Tarbiyatus Shibyan yang

berjumlah 21 orang dengan rician laki-laki sebanyak 7 anak dan perempuan 14

anak. Karakteristik siswa di MI Tarbiyatus Shibyan ini berbeda-beda karena

latar belakang siswa dan suku yang berbeda pula. Mayoritas siswa di MI

Tarbiyatus Shibyan merupakan suku madura karena lingkungan sekolah juga

berada di tengah-tengah masyarakat madura dan jawa.

C.Variabel yang Diselidiki

Variabel yang menjadi sasaran dalam PTK ini adalah meningkatkan

pemahaman mata pelajaran IPA materi proses pembentukan tanah dengan

strategi Hollywood Squares pada siswa kelas V MI Tarbiyatus Shibyan

Surabaya. Di dalam variabel tersebut terdapat beberapa variabel yaitu:

a. Variabel input yaitu siswa kelas V MI Tarbiyatus Shibyan Surabaya tahun

pelajaran 2016/2017.

(50)

c. Variabel output yaitu peningkatan pemahaman mata pelajaran IPA materi

proses pembentukan tanah.

D.Rencana Tindakan

Sesuai dengan prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang telah

disebutkan diatas, maka akan dilakukan penelitian dengan menggunakan

menggunakan model siklus. Penelitian ini menggunakan 2 siklus, diantaranya:

1. Siklus I

a. Perencanaan tindakan

Dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah:

1) Membuat kesepakatan dengan guru mengenai waktu pelaksanaan

perbaikan dan kesepakatan bahwa peneliti akan mempraktekkan

RPP dan guru bertindak sebagai observer.

2) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengenai

penerapan strategi Hollywood Squares dalam mata pelajaran IPA

materi proses pembentukan tanah.

3) Mempersiapkan alat dan sumber pembelajaran.

4) Membuat instrumen penelitian berupa lembar observasi guru dan

lembar observasi aktivitas siswa.

5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran untuk mengukur pemahaman

(51)

b. Pelaksanaan tindakan

Dalam tahap ini, peneliti melakukan tindakan yang sesuai

dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai berikut:

1) Kegiatan awal

a) Guru mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa bersama

b) Guru memeriksa kehadiran siswa.

c) Guru memberikan ice breaking kepada siswa berupa tepuk

tanah, batu dan air.

d) Guru membuat apresepsi mengenai proses pemebentukan tanah.

Guru membawa batu dan serpihan batu. (guru menanyakan

kepada siswa apakah yang terjadi jika serpihan batu terkumpul

selama bertahun-tahun?)

e) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

2) Kegiatan inti

a) Guru menetapkan pokok-pokok materi atau garis besar materi

yang akan disampaikan kepada siswa.

b) Siswa diminta membaca materi mengenai proses pembentukan

tanah.

c) Siswa membuat satu pertanyaan mengenai materi proses

pemebentukan tanah.

d) Guru mengumpulkan pertanyaan dan menambahkan beberapa

(52)

e) Guru dapat menambahkan beberapa pertanyaan mengenai

materi proses pembentukan tanah.

f) Guru memilih secara acak 9 siswa. 3 siswa pertama

diperintahkan untuk membentuk 3 banjar, 3 siswa kedua

berbaris di belakang 3 siswa pertama, 3 siswa ketiga berbaris

dibelakang 3 siswa kedua. 9 siswa tersebut bertindak sebagai

selebritis. Siswa tersebut memiliki peran yaitu menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh kontestan.

g) Berikan kepada 9 selebritis sebuah kartu dengan tanda X dan O

untuk ditempelkan di tubuh mereka bila pertanyaan berhasil

dijawab.

h) Guru memilih secara acak 2 siswa sebagai kontestan dan

membagi sisa siswa untuk menjadi pendukung dari 2 kontestan.

Kontestan bertugas membentuk tic-tac-toe dengan menunjuk

selebriti untuk menjawab pertanyaan dari guru.

i) Guru mengajukan pertanyaan kepada kontestan secara

bergiliran. Kontestan menjawab dengan “setuju” atau “tidak

setuju” kepada tanggapan selebritis manakala mereka berusaha

membentuk tic-tac-toe.

j) Siswa lain yang tidak terlibat dalam permainan diberi kartu yang

(53)

lain untuk diberikan kepada kontestan untuk membantu mereka

dalam membuat keputusan.

k) Siswa yang berhasil membentuk tic-tac-toe akan mendapatkan

poin.

l) Permainan akan dilakukan sampai 3 kali putaran.

m) Setelah selesai, guru memberikan umpan balik dan penguatan

positif dalam bentuk lisan, tulisan maupun isyarat terhadap

keberhasilan hasil kerja siswa.

n) Setelah permainan selesai, siswa diminta mengerjakan lembar

kerja.

o) Guru bersama siswa mengoreksi jawaban siswa sambil

memberikan jawaban yang tepat.

p) Setelah selesai, guru memberikan umpan balik dan penguatan

positif dalam bentuk lisan, tulisan maupun isyarat terhadap

keberhasilan hasil kerja siswa.

q) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan

pemahaman.

3) Kegiatan penutup

a) Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran

hari ini.

b) Guru bersama siswa mengakhiri pelajaran dengan berdo’a

(54)

c) Guru mengucapkan salam.

c. Pengamatan

Dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan yaitu mengamati

proses pembelajaran mata pelajaran IPA materi proses pembentukan

tanah dengan menggunakan strategi Hollywood square. Hal-hal yang

diamati meliputi aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran dengan

mengisi lembar pengamatan instrumen lembar observasi guru dan

lembar aktivitas siswa.

d. Refleksi

Dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah mencatat hasil

pengamatan terhadap tindakan siklus I, mengevaluasi hasil dari

tindakan siklus I, menganalisis hasil pembelajaran, mencatat

kelemahan-kelemahan selama tindakan berlangsung untuk dijadikan

bahan penyusun rancangan siklus berikutnya. Apabila hasil yang

diperoleh belum sesuai harapan, maka akan dilakukan siklus

selanjutnya.

2. Siklus II

a. Perencanaan tindakan

Peneliti bersama guru membuat perencanaan pembelajaran (RPP)

(55)

b. Pelaksanaan tindakan

Dalam tahap ini, peneliti melakukan tindakan berdasarkan RPP

dari hasil refleksi siklus I.

c. Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan saat pelaksanaan siklus II seperti yang

dilakukan siklus I yaitu mengamati aktivitas guru dan siswa selama

pembelajaran dengan mengisi lembar pengamatan.

d. Refleksi

Refleksi yang dilakukan saat pelaksanaan siklus II seperti yang

dilakukan siklus I serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan

pembelajaran IPA dengan menggunakan strategi Hollywood Square.

E.Data dan Cara Pengumpulannya

1. Data

Penelitian tindakan kelas merupakan satu jenis penelitian yang

menggunakan metode campuran (mixed method) yaitu metode kuantitatif

dan kualitatif. Metode penelitian campuran merupakan desain penelitian

yang terfokus pada mengumpulkan, menganalisis dan menggabungkan

data kuantitatif dan kualitatif.31 Berikut merupakan data yang diperlukan

dalam penelitian ini:

(56)

a. Data kualitatif

Data kualitatif adalah kumpulan informasi deskriptif yang

dikonstruksi dari percakapan atau dalam bentuk naratif berupa

kata-kata.32 Data kualitatif pada penelitian ini yaitu:

1)Materi yang disampaikan dalam Penelitian Tindakan Kelas.

2)Pendekatan yang dipakai dalam penelitian Tindakan Kelas.

b. Data kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data yang berupa angka-angka.

Adapun yang termasuk dalam data kuantitatif pada penelitian ini,

meliputi:

1) Data jumlah siswa kelas V

2) Data nilai siswa

3) Data nilai akhir aktivitas guru dan siswa

2. Teknik pengumpulan data

Data kualitatif dan kuantitatif yang diperlukan dalam penelitian ini

dikumpulkan melalui beberapa teknik yaitu:

a. Wawancara merupakan suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di

dalam kelas dilihat dari sudut pandang orang lain.33 Peneliti melakukan

wawancara dengan siswa dan guru IPA kelas V MI Tarbiyatus Shibyan

32Ibid, 101

33 Rochati Wiriaatmadja, Metode penelitian tindakan kelas, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,

(57)

untuk mengumpulkan data tentang pemahaman siswa mengenai materi

proses pembentukan tanah sebelum dan sesudah penelitian dilakukan.

Berikut merupakan pedoman wawancara guru sebelum tindakan

[image:57.612.140.515.231.564.2]

dilakukan:

Tabel 3.1

Pedoman Wawancara Guru Sebelum Tindakan

PEDOMAN WAWANCARA GURU SEBELUM TINDAKAN

Nama guru : Waktu wawancara : Tempat wawancara :

Pertanyaan :

1. Berapa jumlah siswa kelas V ?

2. Dalam pembelajaran IPA, pada materi manakah yang menurut siswa paling sulit?

3. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?

4. Apakah pada materi tersebut nilai siswa sudah banyak yang diatas KKM?

5. Berapakah nilai KKM untuk mata pelajaran IPA?

6. Apakah kendala ketika proses belajar mengajar berlangsung? 7. Strategi pembelajaran apa yang biasanya digunakan guru

dalam pembelajaran IPA?

8. Pernahkah sebelumnya guru menggunakan strategi edukatif dalam proses belajar mengajar mata pelajaran IPA?

Berikut pedoman wawancara guru setelah tindakan dilakukan:

Tabel 3.2

Pedoman Wawancara Guru Setelah Tindakan

PEDOMAN WAWANCARA GURU SETELAH TINDAKAN

Pertanyaan :

1. Bagaimana menurut Ibu tentang pengaplikasian strategi

(58)

pembentukan tanah.?

2. Menurut ibu apa keuntungan dari pengapikasian strategi

Hollywood Squre dalam pembelajaran IPA materi proses

pembentukan tanah.?

3. Adakah kesulitan yang didapat pada saat mengajar dengan menggunakan strategi Hollywood Squre ?

4. Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi Hollywood Squre ?

5. Bagaimana kesan Ibu terhadap penggunaan strategi Hollywood

Squre dalam pembelajaran kali ini?

[image:58.612.136.510.104.549.2]

Berikut pedoman wawancara siswa sebelum tindakan dilakukan:

Tabel 3.3

Pedoman Wawancara Siswa Sebelum Tindakan

PEDOMAN WAWANCARA SISWA SEBELUM TINDAKAN

Pertanyaan :

1. Apakah kamu sudah mempelajari tentang proses pembentukan tanah. Jika dapat, jelaskan!

2. Dapatkah kamu menyebutkan macam-macam jenis batuan berdasarkan proses pembentukannya? Jika dapat, sebutkan! 3. Apakah kamu dapat menjelaskan 3 proses pelapukan dalam

proses pembentukan tanah? Jika dapat, jelaskan!

4. Berapa nilai yang kamu dapatkan ketika mengikuti ulangan harian IPA?

5. Dalam pembelajaran IPA, pernahkan kamu belajar bersama gurumu dengan menggunakan permainan dan diskusi?

Berikut pedoman wawancara siswa setelah tindakan dilakukan :

Tabel 3.4

Pedoman Wawancara Siswa Setelah Tindakan

PEDOMAN WAWANCARA SISWA SETELAH TINDAKAN

Pertanyaan :

(59)

2. Kesulitan apakah yang kalian hadapi ketika mempelajari materi proses pembentukan tanah?

3. Bagaimana menurut kalian terhadap pembelajaran IPA materi proses pembentukan tanah dengan menggunakan strategi

Hollywood Square?

4. Apakah kalian lebih memahami materi ini dengan menggunakan strategi Hollywood Square ini?

5. Dan bagaimana kesan kalian dalam mempelajari materi proses pembentukan tanah. menggunakan strategi Hollywood Square?

b. Observasi merupakan cara mengumpulkan data dengan mengamati

perilaku, peristiwa atau mencatat karakteristik fisik dalam pengaturan

alamiah.34 Dalam penelitian ini, kegiatan observasi dilakukan selama

proses pembelajaran dengan menggunakan strategi Hollywood Square

melalui instrumen pengamatan aktivitas guru dan siswa Model lembar

observasi yang digunakan adalah jenis rating scale. Rating Scale adalah

skala yang menggunakan jawaban skala skor 1, 2, 3, dan 4. Dalam

penelitian ini skor 1 diartikan sebagai sangat tidak baik (tidak

dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak efektif, tidak tepat waktu), skor 2

diartikan sebagai tidak baik (dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak efektif,

tidak tepat waktu),

Gambar

  Gambar 3.1
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Guru Sebelum Tindakan
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Siswa Sebelum Tindakan
  Tabel 3.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menghasilkan bahwa penerapan internal sistem informasi akuntansi penggajian untuk outsourcing masih terdapat beberapa kendala seperti otorisasi dokumen

Apabila nilai D lebih besar dari D 0 maka distribusi teoritis yang digunakan. untuk menentukan persamaan distribusi tidak

menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul ‘’ PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN LAMTORO (Leucaena leucocephala) TERHADAP AKTIVITAS, KAPASITAS MAKROFAG DAN JUMLAH

Hasil pengamatan bobot segar total tanaman (Tabel 3) Parameter pengamatan bobot segar total tanaman menunjukkan pengaruh nyata pada setiap perlakuan, pemberian

INFORMACIJE I DIGITALNA TEHNOLOGIJA: Iz domene Informacije i digitalna tehnologija učenici će naučiti što je to računalo, na koji način radi, koji su njegovi dijelovi te na

5 Saya ingin berkreasi dengan ide dan gagasan yang saya miliki dalam usaha saya.. 6 Saya ingin menciptakan lapangan usaha

Dari 4 hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu, belum ada yang membahas mengenai kekerasan simbolik dalam iklan politik televisi yang akan

Data dianalisis secara deskriptif dan analisis varian dua jalan (ANAVA dua jalan) yang dilanjutkan dengan Uji Tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Terdapat