• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah perkembangan kesenian Tanjidor di Desa Lembor Brondong Lamongan Jawa Timur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sejarah perkembangan kesenian Tanjidor di Desa Lembor Brondong Lamongan Jawa Timur."

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana dalam Progam Strata Satu (S-1)

Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI)

Oleh:

Roudlotul Immaroh

NIM: A02213085

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul Sejarah Perkembangan Kesenian Tanjidor di Desa

Lembor Brondong Lamongan ini memfokuskan pembahasannya pada hal-hal sebagai

berikut: 1. Bagaimana keberadaan Desa Lembor Brondong Lamongan?, 2. Bagaimana

kesenian tanjidor di Desa Lembor Brondong lamongan?, 3. Bagaimana Sejarah

perkembangan kesenian tanjidor di Desa Lembor Brondong Lamongan?.

Penelitian ini disusun dengan menggunakan pendekatan etnohistori yang

bertujuan untuk mendeskripsikan secara kronologis mengenai sejarah perkembangan

kesenian tanjidor di Desa Lembor Brondong Lamongan. Adapun metode yang

digunakan pada penelitian ini ialah metode penelitian etnografi dan metode

etnohistori. Kedua metode ini digunakan untuk meninjau kejadian di masa sekarang

dan kejadian di masa lampau terkait dengan kesenian tanjidor, sehingga dapat

diketahui secara pasti bagaimana sejarah perkembangan kesenian tersebut.

(7)

ABSTRACT

The undergratuated thesis entitled History Development of Tanjidor Art in

Lembor Village Brondong Lamongan, focuses discussion on the following matters are:

1. What is the existence of Lembor Village Brondong Lamongan ?, 2. What is

tanjidor art in Lembor Village Brondong lamongan ?, 3. What is History of artistic

development Tanjidor in Lembor Village Brondong Lamongan ?.

This research was arranged using an ethnographical approach that goals to

describe about the development history of tanjidor art in Lembor Village Brondong

Lamongan. The method used in this research is the method of ethnographic research

and etnohistori method. Both methods are used to review current events and past

events related to tanjidor art. So it can be known exactly how the history of the

development of art.

(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... ix

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang ... 1

B.

Rumusan Masalah ... 12

C.

Tujuan Penelitian ... 12

D.

Kegunaan Penelitian ... 13

E.

Pendekatan dan Kerangka Teori ... 14

F.

Penelitian Terdahulu ... 17

G.

Metode Penelitian ... 19

H.

Sistematika Bahasan ... 27

BAB II KEBERADAAN DESA LEMBOR BRONDONG LAMONGAN

A.

Sejarah Berdirinya Desa Lembor Brondong Lamongan ... 30

(9)

C.

Kondisi

Sosial-Budaya

Masyarakat

Desa

Lembor

Brondong

Lamongan ... 41

BAB III KESENIAN

TANJIDOR

DI

DESA

LEMBOR

BRONDONG

LAMONGAN

A.

Asal-Usul Kesenian Tanjidor di Indonesia ... 50

B.

Latar Belakang Berdirinya Kesenian Tanjidor di Desa Lembor Brondong

Lamongan ... 59

C.

Alat Musik dan Prosesi Pertunjukan Kesenian Tanjidor di Desa Lembor

Brondong Lamongan ... 64

BAB IV SEJARAH PERKEMBANGAN KESENIAN TANJIDOR DI DESA

LEMBOR BRONDONG LAMONGAN MULAI TAHUN 1952-2017

A.

Kesenian Tanjidor Periode I Tahun 1952-1975 ... 79

B.

Kesenian Tanjidor Periode II Tahun 1985-1995 ... 84

C.

Kesenian Tanjidor Periode III Tahun 1995-2007 ... 89

D.

Kesenian Tanjidor Periode IV Tahun 2007-2017 ... 94

BAB V PENUTUP

A.

Kesimpulan ... 97

B.

Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Indonesia sering disebut sebagai negara yang

gemah ripah loh jinawi

atau dalam bahasa Indonesianya adalah kekayaan alam yang melimpah ruah.

1

Dilihat dari aspek geografisnya, negara Indonesia terbentang dari Sabang

sampai Merauke, dan tidak sedikit pula pulau yang ada di dalamnya. Mulai

dari beberapa pulau besar seperti Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, hingga

Irian Jaya. Tidak hanya itu saja, ribuan pulau kecil juga mengiringi alam

Indonesia.

2

Maka tidak heran bila kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

sangatlah besar dan banyak ragamnya, baik itu kekayaan alam hayati maupun

non hayati. Terbukti dengan banyaknya potensi yang dihasilkan oleh alam

Indonesia,

mulai

dari

pertanian,

perkebunan,

peternakan,

hingga

pertambangan.

Selain kekayaan alam yang dimiliki oleh negara ini, ternyata Indonesia

juga mempunyai beraneka ragam etnik, suku, ras, agama, hingga seni dan

budaya. Keberagaman budaya dan seni yang dimiliki oleh negara ini,

menjadikan negara Indonesia sebagai negara yang unik dan menarik.

Kebudayaan dan kesenian yang tumbuh dan berkembang di Indonesia adalah

merupakan kebudayaan dan kesenian yang memang lahir di Indonesia atau

1Hamidistc, “Gemah Ripah Loh Jinawi Toto Tentrem Kerto Raharjo”

, dalam

https://hamidistc.wordpress.com/2013/01/25/gemah-ripah-loh-jinawi-toto-tentrem-kerto-raharjo/ (16 Februari 2017)

2

(11)

hasil akulturasi dari luar yang dibawa oleh para terdahulu. Bangsa Indonesia

memiliki ciri dan corak tersendiri terkait dengan kebudayaan dan kesenian.

Dimana pada setiap kebudayaan dan kesenian satu, berbeda dengan yang

lainnya.

Kesenian merupakan unsur dari kebudayaan yang

universal dan

dipandang dapat meningkatkan atau menonjolkan sifat dan mutu.

3

Kesenian

berasal dari kata seni yang bermakna karya, cipta, rasa, dan karsa manusia

untuk memberi rasa nikmat atau keindahan.

4

Menurut bahasa Indonesia, seni

berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti pemujaan, permintaan atau

pencarian dengan hormat dan jujur. Seni yang berasal dari kata art (Latin) dan

art (Inggris) bermakna kemahiran. Pendapat lain juga menyatakan bahwa kata

seni berasal dari bahasa Belanda yaitu

Genie, dalam bahasa Latinnya adalah

Genius

atau jenius berati kemampuan luar biasa yang dimiliki atau dibawa

seseorang sejak lahir.

5

Menurut Ki Hajar Dewantara, seni merupakan curahan

pengalaman dan perasaan batin manusia yang diungkapkan melalui media seni

dan memiliki unsur keindahan sehingga dapat menggerakkan jiwa dan

perasaan manusia.

6

Antara seni dan kesenian memiliki persamaan dan

keterkaitan tersendiri, seni adalah bagian dari kesenian, seni berada dalam

lingkup yang kecil dan kesenian itu sendiri berada dalam lingkup yang besar.

Seni mengungkapkan bermacam-macam parasaan, imajinasi, khayalan,

gambaran, naluri pikiran manusia yang semuanya berpusat pada nilai estetis di

3

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), 202.

4

Joko Triprasetya, el al. Ilmu Budaya Dasar MKDM, cet 1 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), 93.

5

Diah Lathifah, Harry Sulastiana, Pendidikan Seni 1, cet 1 (Bandung: PT. Ganesa Exact, 1994), 8.

6Putrasena, “Seni dan Kesenian”, dalam http://blog.isi

(12)

dalamnya. Seni lahir atas dorongan nilai keindahan yang tercurahkan terhadap

apa saja yang ada. Maka dari itu, seni mengungkapkan keluhuran dan

keindahan manusia, kelucuan, keanehan, kegembiraan, dan kekejaman.

Kesenian adalah dunia ide dan rasa yang berselimut estetika yang

manifestasinya disebut karya seni. Sedangkan mengenai bentuk dan isinya

tergantung pada jenis seninya, apakah seni tari, seni musik, seni teater, seni

rupa, seni sastra dan lain sebagainya. Seni tidak sama, tapi tidak seluruhnya

berbeda dengan sains dan teknologi, maka cipta dalam seni mengandung

pengertian keterpaduan antara kreativitas, penemuan dan motivasi yang sangat

dipengaruhi oleh rasa (emotion, feeling).

7

Selain itu seni merupakan bagian

hidup dari manusia, seni juga manifestasi dan refleksi daripada kehidupan

manusia itu sendiri.

Seni dalam Islam pun juga dianggap dapat meningkatkan derajat dan

kemulyaan manusia, bukan seni yang dapat menjerumuskan manusia dalam

kehinaan. Sebab Islam sendiri sebenarnya adalah agama yang realistis. Islam

memperhatikan tabiat dan kebutuhan manusia, baik itu yang bersifat jasmani,

rohani, akal dan perasaannya, yang semuanya itu sesuai dengan kebutuhan

manusia dalam batasan-batasan yang seimbang. Jika olah raga adalah

kebutuhan jasmani, beribadah sebagai kebutuhan rohani, ilmu pengetahuan

sebagai kebutuhan akal, maka seni merupakan kebutuhan rasa (intuisi). Oleh

karena itu, umat Islam juga tidak berbeda dengan umat lainnya yang hidup

dengan karunia akal budi dan perasaan. Sebab dengan kedua hal tersebut

setiap manusia mampu berfikir dan mersakan segala hal yang tertangkap oleh

7
(13)

panca indera, seta berkreasi dalam berbagai bentuk ciptaan dan penemuan,

baik yang non seni maupun yang bersifat seni. Dengan kata lain umat Islam

juga mempunyai hak dan posisi yang sama dengan umat lainnya dalam hal

seni dan berkesenian.

Hal ini sesuai dengan konsep ajaran Islam yang terdapat dalam

Al-Qur’an

surat An-Nahl ayat 78 yang memerintahkan manusia untuk

memanfaatkan faktor estetika yang telah dikaruniakan oleh Allah kepadanya.

Bahkan Allah SWT sendiri mengakui bagaimana peran sebuah hasil karya seni

seperti syair puisi dapat menjadikan sang penyairnya menjadi penghuni neraka

ataupun penghuni surga. Demikian pentingnya kedudukan seni serta seniman

itu sendiri dalam merubah dan menciptakan sebuah kebudayaan, hingga Allah

SWT mencantumkan nama salah satu surat dalam Al-

Qur’an dengan jenis

profesi kesenimanan, yaitu Al-Quran Surat As-

Syu’Ara yang artinya adalah

Para Penyair.

8

Selain itu masih ada lagi faktor yang menjadikan kedudukan kesenian

semakin penting bagi kehidupan manusia, khususnya umat Islam. Seperti

halnya seni sebagai media dakwah atau proses penyampaian suatu pesan religi,

seni sebagai proses untuk memenuhi panggilan kepada yang lebih

menghidupkan manusia, seni sebagai media untuk mensyukuri nikmat dan

kebesaran Allah baik yang terdapat di alam semesta maupun yang terdapat

pada kreasi manusianya, dan juga seni sebagai kegiatan penyeimbangan antara

badan dan jiwa manusia yang dapat diterapkan pada berbagai kegiatan.

9

Maka

8Lintas Gayo, “(Resensi Buku) Dalil

-Dalil Seni-Budaya Dalam Islam”, dalam

http://lintasgayo.co/2014/05/18/resensi-buku-dalil-dalil-seni-budaya-dalam-islam (4 Maret 2017)

9

(14)

dari sinilah dapat disimpulkan bahwa berkreasi seni adalah merupakan

jawaban positif terhadap panggilan yang lebih menghidupkan.

Seni memiliki banyak manfaat bagi kelangsungan hidup manusia di

berbagai aspeknya. Seperti halnya:

1.

Seni dapat dipandang sebagai pesan religi atau keagamaan. Contohnya :

kaligrafi, busana muslim/muslimah, peralatan keagamaan dan lagu-lagu

kerohanian. Seni juga sering digunakan untuk sebuah upacara keagamaan,

kelahiran, kematian, pernikahan dan lain sebagainya, contohnya :

pertunjukan wayang dalam upacara keagamaan atau pernikahan.

2.

Seni sebagai media pendidikan dan pengajaran. Dapat dilihat dalam

pendidikan kesenian atau pendidikan musik, misalkan Ansambel atau

Angklung dan gamelan. Selain itu seni juga kerap digunakan dalam proses

pembelajaran misalnya pada perlatan dan perlengkapan sekolah anak,

buku bergambar dan lain sebagainya.

3.

Seni dan kesenian juga menjadi media pemersatu yang bernilai sosial dan

kerjasama. Misalnya saja dalam pagelaran musik atau teater yang

didalamnya terdapat sistem kerjasama, interaksi dan hal-hal yang bersifat

sosial lainnya. Baik itu bagi si pelaku maupun para pendukung kegiatan

tersebut.

(15)

5.

Seni sebagai sarana melepas kejenuhan atau mengurangi kesedihan.

Seperti melihat pertunjukan atau turut terjun dalam suatu pertunjukan

untuk berekspresi ataupun menghibur seseorang.

6.

Seni sebagai media ekspresi seniman dalam menyajikan karyanya baik

untuk hal yang komersial maupun tidak, seperti : musik kontemporer, tari

kontemporer, dan seni rupa kontemporer. Selain itu seni bagi para seniman

juga sebagai pertunjukan yang tidak bisa dinikmati pendengar/pengunjung

lain, karena hanya bisa dinikmati oleh para seniman dan komunitasnya

saja. Kebanyakan para seniman menciptakan sebuah karya seni tanpa

memperhitungkan kegunaannya, sebab bagi mereka seni hanya digunakan

sebagai media ekspresi diri.

10

7.

Seni sebagai media perniagaan. Sebab dalam proses penciptaannya

seorang seniman memang memberikan pengecualian terhadapnya, selain

sebagai media ekspresi juga memasukan pertimbangan dalam aspek

kegunaannya, seperti : perlengkapan/peralatan rumah tangga dan lain-lain.

8.

Seni untuk kesehatan, seperti pengobatan menggunakan metode yang

dinamakan sound healing atau al-

„ilāj bi al

-

awt atau terapi suara.

Umumnya pengobatan ini sering menggunakan suara sebagai media

terapinya, berbagai macam suara digunakan baik itu berupa nyanyian,

instrumen musik ataupun suara dari para pasien itu sendiri. Alfred Tomatis,

seorang dokter perancis mengemukakan bahwa indera pendengaran adalah

indera yang paling penting diantara indera manusia lainnya. Sebab saraf

pendengaran dapat berkomunikasi dengan semua otot dalam tubuh

10
(16)

sehingga memunculkan keseimbangan tubuh, fleksibilitas dan kemampuan

penglihatan. Selain itu Fabien Maman, seorang peneliti sekaigus musisi

menyatakan bahwa setiap not skala musik dapat mempengaruhi medan

elektromagnetik sel dalam tubuh. Hal ini terbukti ketika ia melakukan

suatu penelitian dengan meletakkan sel-sel darah dari tubuh seseorang dan

menghadapkannya pada berbagai macam suara.

11

Berbicara tentang kesenian, tentu tidak akan lepas dari sejarah dan

perkembangannya. Di Indonesia seni ditata dalam tiga lingkungan yang

tumpang tindih dan diatur dalam zaman-zaman sejarah Indonesia secara

kronologis.

Lingkungan pertama sering disebut „Warisan’, meliputi ciptaan

-ciptaan seni dari Masa Prasejarah Indonesia dan sejarah kuno yang

dilestarikan. Seperi batu, baik bergambar maupun berbentuk (patung, lukisan

pada dinding kuburan maupun benda-benda prasejarah, peralatan rumah

tangga dan pemujaan), logam, perunggu (pedang, gendang), kayu (patung dan

peralatan rumah tangga) dan seringkali tanah liat atau bahan-bahan yang tahan

lama.

Lingkungan kedua disebut dengan „Tradisi

-

Tradisi Yang Hidup’,

meliputi seni rupa, seni tari, pertunjukan (wayang kulit, drama klasik, teater

boneka kayu, serta wayang topeng), dan lain sebagainya. Umumnya, tradisi

yang hidup ini berasal dari wilayah-wilayah Indonesia yang bukan Islam

(seperti Jawa dan Bali), yang konsepsi-konsepsi bentuk dan isinya diabadikan,

walaupun kerap diterapkan pada medium yang baru. Lingkungan ketiga

meliputi „Seni Modern’ yang kontemporer, yaitu sebuah fenomena urban yang

telah berkembang terutama di Jawa. Manifestasinya berpisah tetapi hadir

11
(17)

bersama dengan bentuk-bentuk tradisi yang vital seperti halnya pada seni lukis,

patung, kesusastraan modern, panggung dan layar, serta tari.

12

Sejarah perkembangan kesenian di Indonesia, dibagi menjadi lima

periode menurut Claire Holt. Pertama ialah masa Prasejarah, dilanjut dengan

masa Hindu-Budha (awal abad ke 1-16), Islam (abad ke 7-8), Kolonial (abad

ke 16 sampai dengan 1945), kemudian masa Kemerdekaan.

13

Ada pula yang

menyatakan bahwa perkembangan seni di Indonesia terbagi menjadi beberapa

periode, diantaranya adalah zaman prasejarah atau primitif, zaman klasik,

zaman tradisional, zaman modern, dan zaman kontemporer. Seperti yang

sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa seni yang tumbuh dan berkembang di

Indonesia merupakan perpaduan antara seni asli Indonesia dengan seni yang

dibawa oleh para pendatang terdahulu. Begitu juga yang terjadi dengan seni

Islam di Indonesia, yang awalnya dibawa oleh para pedagang islam terdahulu

yang datang ke Indonesia dan lambat laun mulai berkembang serta memiliki

tempat tersendiri bagi masyarakat Indonesia.

Dalam perkembanganya, kesenian Islam yang ada di Indonesia juga

mengalami proses penyesuaian atau pencampuran dengan kesenian setempat

yang sudah ada jauh sebelum kedatangan Islam. Umumnya, kesenian Islam

Indonesia di bawa oleh para pedagang Islam yang datang ke Indonesia sejak

abad ke 7-8 M.

14

Para pedagang tersebut berasal dari Arab, Gujarat dan India,

yang kemudian membangun permukiman di sepanjang pantai Timur Sumatera

12

Claire Holt, Melacak Jejak Perkembangan Seni Di Indonesia, terj Art in Indonesia; Continuities and Change (Bandung: Arti.line untuk MSPI (Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia), 2000), XXIX-XXX.

13

Ibid.

14Espada, “Perkembangan Seni Budaya Islam di Indonesia”, dalam

(18)

dan Aceh. Selanjutnya berkembang dan menyebar secara bertahap melalui

kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Dan dengan hadirnya kesenian Islam di

Indonesia, menambah keragaman budaya dan seni yang dimiliki negara ini.

Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa kesenian

memiliki fase atau masa yang berbeda. Namun, dari fase atau masa yang

berbeda itulah menjadikan kesenian terus berkembang seiring dengan

perubahan dan perkembangan zaman. Inilah yang menjadi salah satu faktor

kenapa

dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengangkat judul „Sejarah

Perkembangan Kesenian Tanji

dor di Desa Lembor Brondong Lamongan’

.

Karena selain sebagai media untuk mengungkapkan berbagai hal yang terkait

dengan kesenian tanjidor tersebut. Penulis juga berusaha untuk memahami

suatu kesenian dengan meninjau dari sisi sejarahnya.

(19)

ensiklopedi, tanjidor sendiri berarti kelompok pemusik yang memainkan

alat-alat musik berdawai.

15

Berbeda dengan pengertian tanjidor pada umumnya, kesenian tanjidor

di desa Lembor Brondong Lamongan lebih cenderung pada permainan musik

tabuh yang alat musik utamanya sejenis bedug namun lebih kecil atau sering

dikenal dengan alat musik jedor. Di desa Lembor jedor merupakan sebutan

dari alat musik sejenis gendang atau bedug yang biasanya dimainkan dengan

cara dipukul atau ditabuh dengan menggunakan alat tabuh sejenis kayu. Kata

Jedor ini, muncul sebagai wujud dari bunyi alat musik yang berbentuk

menyerupai gendang atau bedug tersebut yang ketika dipukul berbunyi

jedor-jedor

16

atau mirip seperti bunyi bedug. Hal ini juga yang membuat beberapa

kesenian dengan alat musik utamanya jedor disebut dengan kesenian tanjidor.

Seperti halnya pada kesenian jedor didesa Lembor yang dijuluki dengan „Seni

Tradisional Tanjidor Desa Lembor Brondong Lamongan’.

Keberadaan kesenian tanjidor di desa Lembor Brondong Lamongan ini

sudah terbilang cukup lama, mulai dari tahun 1952 kesenian ini muncul dan

terus berkembang hingga saat ini. Penggagas kesenian ini ialah

bapak Mu’in

,

Kaslan, Mutasam, Soen’an, dan Ma’

sum, dan diantara kelima penggagas di

atas bapak Mu’in yang pada saat itu

menjabat sebagai seorang carik sangat

berperan penting dalam proses tumbuh kembangnya kesenian tersebut. Sebab

selain sebagai salah satu pelopor kesenian tanjidor di desa Lembor Brondong

15

Beawiharta, Thomas B. Ataladjar, “Tanjidor”, dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid 16 (Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka, 1991), 82.

16Kasti’an,

(20)

Lamongan, Carik Mu’in juga

merupakan pembuat alat musik jedor untuk

pertama kalinya.

Kesenian tanjidor mulai hadir di Desa Lembor Brondong Lamongan

berawal dari rasa keingintahuan sebagian masyarakat desa tentang kesenian

pencak silat yang pada pertunjukannya sering ditampilkan bebarengan dengan

kesenian tanjidor. Di samping itu tidak adanya kesenian yang dimiliki oleh

desa Lembor saat itu, membuat

Carik Mu’in mengajak warga desa untuk

belajar dan berguru tentang kesenian tersebut di daerah Ujung Pangkah Gresik.

Pada saat itu Ujung Pangkah merupakan daerah yang terkenal dengan

kesenian jedor serta kepiawaiannya dalam memainkan kesenian ini.

17

Meski

belajar dari daerah tersebut, tetap saja hal itu tidak membuat kesenian tanjidor

yang ada di desa Lembor menjadi sama persis dengan kesenian tanjidor yang

ada di Ujung Pangkah Gresik. Terbukti dengan adanya penambahan tokoh

Weden

atau Gendruwon

18

yang disajikan pada saat pertujukan kesenian

tanjidor saja (perayaan Agustusan).

19

Sama halnya dengan kesenian tanjidor di desa-desa lain, tanjidor di

desa ini juga menggunakan beberapa alat musik pendukung lainnya seperti

gendang, rebana, kadang juga dikolaborasikan dengan gong dan gamelan.

Biasanya kesenian ini kerap ditampilkan saat perayaan Agustusan, nikahan,

khitanan dan perayaan-perayaan lainnya. Para pemain kesenian ini akan

memainkan berbagai pertunjukan yang disesuaikan dengan kondisi acaranya.

17

Kaslan, Wawancara, Lembor, 28 Februari 2017.

18

Weden atau Gendruwon : sebutan untuk seorang tokoh yang ada pada kesenian jedor yang berasal dari kata Wedi (bahasa Indonesia : takut) atau Genderuwo : makhluk ghoib yang biasanya menakut-nakuti manusia dan berwujud buruk rupa (dalam cerita rakyat). Suraji, Wawancara, Lembor, 26 Januari 2017.

19

(21)

Semisal saja pada acara nikahan atau khitanan, umumnya kesenian tanjidor

akan diundang guna memeriahkan acara tersebut dengan membawakan iringan

musik beserta sholawat dan tembang Jawa yang berisi petuah ataupun

pengetahuan.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat ditarik beberapa rumusan

masalah agar penelitian ini lebih mengarah dan akurat, adapun beberapa

permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1.

Bagaimana keberadaan desa Lembor Brondong Lamongan?

2.

Bagaimana kesenian tanjidor di desa Lembor Brondong Lamongan?

3.

Bagaimana sejarah perkembangan kesenian tanjidor di desa Lembor

Brondong Lamongan?

C.

Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini tentunya peneliti mempunyai maksud dan tujuan

yang diharapkan, adapun tujuan penelian ini adalah sebagai berikut:

1.

Untuk mengetahui keberadaan desa Lembor Brondong Lamongan.

2.

Untuk mengetahui kesenian tanjidor di desa Lembor Brondong Lamongan.

3.

Untuk mengetahui sejarah perkembangan kesenian tanjidor di desa

(22)

D.

Kegunaan Penelitian

Dari setiap hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat

memberikan manfaat dan kegunaan yang baik di masa mendatang. Baik itu

bagi objek yang diteliti, ataupun pelaku penelitian khususnya, maupun juga

bagi seluruh kompenen yang bersangkutan. Adapun manfaat dan kegunaan

yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.

Sisi keilmuan akademik

a.

Diharapkan agar hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagi

intelektual muda dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya

tentang sejarah kesenian Islam dalam bentuk yang lebih baik lagi.

b.

Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat menjadi perbandingan bagi

pihak yang ingin mengkaji atau meneliti serta mengembangkan ilmu

pengetahuan khususnya tentang sejarah kesenian.

c.

Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk memperkuat teori yang

berkaitan dengan ilmu pengetahuan khususnya dibidang sejarah

kesenian.

d.

Diharapkan pula dapat menjadi sumber pengetahuan di bidang sejarah

kesenian.

e.

Serta, sebagai bahan dokumen untuk penelitian lebih lanjut, dan untuk

menambah literatur bahan pustaka khususnya di perpustakaan UIN

Sunan Ampel Surabaya. Tidak lupa juga sebagai kelengkapan dalam

persyaratan untuk memperoleh gelar S-1 di Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya.

(23)

a.

Diharapkan agar penelitian ini dapat disumbangkan sebagai sarana

untuk memajukan dan membangun Indonesia semakin baik di

kedepannya, khususnya di bidang kesenian.

b.

Dapat menjadi masukan bagi masyarakat yang mencintai kesenian,

khususnya kesenian Islam Indonesia.

E.

Pendekatan dan Kerangka Teori

Dalam suatu penelitian sejarah, pendekatan merupakan tahapan yang

harus dilakukan atau di masukkan dalam penelitian. Sebab dengan

menggunakan pendekatan, penelitian sejarah dapat menjelaskan berbagai hal

dari berbagai segi. Baik dari segi mana suatu kajian sejarah akan dilakukan,

ataupun dari segi yang lainnya. Deskripsi dan rekonstruksi yang diperoleh

akan banyak ditentukan oleh jenis pendekatan yang digunakan. Oleh karena

itu ilmu sejarah banyak menggunakan berbagai bidang dalam disiplin ilmu

untuk menunjang studi dan penelitiannya. Dalam ilmu sejarah hal ini sudah

diperkenalkan sejak awal dan disebut sebagai ilmu bantu sejarah.

20

Begitu juga dengan kerangka teori yang sangat dibutuhkan dalam

penelitian sejarah. Sebab dalam penelitian sejarah tidak bisa lepas dari

penggunaan suatu teori sebagai kerangka berfikir dan analisis guna membedah

fenomena di dalamnya. Hal ini bertujuan supaya kerangka teori dapat menjadi

panduan atau rambu agar pemikiran yang dicurahkan dalam suatu penelitian

sejarah memiliki tujuan yang jelas dan terarah, serta tidak menyimpang dan

melebar ke dalam ranah yang tidak jelas. Teori adalah kreasi intelektual, yang

20Bina Syifa, “Pendekatan Metode Penelitian Sejarah”, dalam

(24)

menjelaskan beberapa fakta yang telah diteliti dan diambil prinsip umumnya.

Menurut Poerwadarminta, teori adalah asas-asas dan hukum-hukum umum

yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan.

21

Dalam penulisan skripsi yang berjudul „Sejarah Perkembangan

Kesenian Tanji

dor di Desa Lembor Brondong Lamongan’

ini, penulis

menggunakan

pendekatan

etnohistori

sebagai

alat

bantu

dalam

mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan sejarah perkembangan

kesenian tersebut. Pendekatan etnohistori berawal dari ide yang

mengintegrasikan antara pendekatan etnografi (dalam antropologi) dan

pendekatan historiografi (dalam ilmu sejarah). Dimana dalam penggabungan

dua pendekatan tersebut menghsilkan satu pendekatan baru yang disebut

dengan pendekatan etnohistori.

22

Pendekatan ini biasanya digunakan untuk

meninjau sejarah peradaban manusia dari segi yang berbeda.

Perbedaan pendekatan etnohistori dengan pendekatan lainnya jelas

terlihat pada penyajian hasil penelitiannya. Pada penelitian yang menggunakan

pendekatan etnohistori lebih bersifat mengumpulkan sekaligus menciptakan

data melalui pembacaan terhadap beberapa sumber yang berkaitan langsung

dengan objek yang diteliti. Sumber-sumber tersebut bisa berupa cerita rakyat,

tradisi lokal, sejarah lisan, musik, karya sastra, bahasa, material arkeologi,

dokumen atau arsip, biografi, buku harian, hasil wawancara, serta

sumber-sumber lain yang dapat membantu. Dengan menggunakan beberapa sumber-sumber

diatas sebagai media pengumpulan data, diharapkan agar para sejarawan dan

21

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), 1054.

22Ahmad Nashih Luthfi, et al., “Etnohistori”, dalam

(25)

antropolog dapat menafsirkan dengan jelas dan pasti, tanpa ada unsur

kepemihakan terkait dengan hasil penelitiannya.

23

Pada penelitian sejarah yang menggunakan pendekatan etnohistori juga

menawarkan jenis-jenis teori sejarah yang berbeda dari biasanya. Sebab pada

penelitian yang menggunakan pendekatan ini, percaya bahwa peristiwa sejarah

ditentukan oleh budaya, dan perubahan budaya juga ditentukan oleh sejarah.

Artinya keduanya saling berkaitan antara satu sama lainnya, yang pada

akhirnya membentuk sebuah proses transformasi.

24

Kemudian penerapan pendekatan etnohistori dalam penelian ini ialah

bertujuan untuk mengungkapkan atau mendeskripsikan secara kronologis

mengenai sejarah perkembangan kesenian tanjidor di Desa Lembor Brondong

Lamongan. Mulai dari latar belakang berdirinya, faktor-faktor yang

mempengaruhi proses berdirinya, serta hal-hal yang berkaitan dengan sejarah

kesenian tersebut, hingga perkembangannya sampai saat ini.

Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori

continuity and change. Menurut Nur Syam, teori continuity and change adalah

teori yang mencoba melihat fenomena gerakan yang terjadi sebagai sebuah

kesinambungan dan perubahan terutama dalam sejarah Islam.

25

Dalam praktek

penelitian mengenai sejarah perkembangan kesenian tanjidor di Desa Lembor

Brondong Lamongan, teori kesinambungan dan perubahan yang digunakan

dapat dijadikan sebagai kerangka berfikir untuk memahami suatu kejadian

yang mempengaruhi perkembangan kesenian tersebut. Selain itu, teori ini juga

23

Ibid.

24

Ibid.

25

(26)

diharapkan mampu mengarahkan pembahasan yang ada pada penelitian ini.

Karena dalam penelitian ini penulis berusaha mengungkapkan kejadian yang

saling berkaitan antara masyarakat dengan kesenian tanjidor di desa Lembor

Brondong Lamongan. Kemudian dari keterkaitan itulah yang akan menjadikan

suatu perubahan bagi kesenian tersebut ataupun bagi masayarakat setempat.

Salah satu contoh bukti adanya kesinambungan dan perubahan yang

terjadi antara masyarakat Desa Lembor dengan kesenian tanjidor di Desa

Lembor ialah adanya perubahan ataupun penambahan pada prosesi

pertunjukan kesenian tanjidor, baik berupa alat musik, ataupun proses

penyajian dalam pertunjukannya. Hal ini disebabkan karena terjadinya

hubungan antara manusia yang sebagai pelaku kesenian dengan kesenian

tanjidor itu sendiri. Kemudian bagi kehidupan masyarakatnya sendiri ialah,

berubahnya perilaku hidup ataupun prilaku sosial baik personal maupun

kelompok menjadi pribadi yang memiliki jiwa sosial tinggi. Namun selain itu

masih ada hal yang tetap sama dalam diri masyarakat Desa Lembor, yaitu

masih tertanamnya rasa cinta terhadap Nabi Muhammad Saw.

F.

Penelitian Terdahulu

Kesenian Tanjidor merupakan suatu kajian yang menarik untuk

dibahas dalam penelitian sejarah Islam, sebab dalam kesenian ini juga

terkandung unsur-unsur Islam yang mendidik. Seperti halnya dengan

penelitian yang

judul “Sejarah Perkembangan Kesenian

Tanjidor di Desa

Lemb

or Brondong Lamongan” yang mencoba untuk menjelaskan dan

(27)

sejarah, pengetahuan kesenian maupun pengetahuan Islam. Adapun beberapa

penelitian terdahulu yang terkait dengan kesenian diatas adalah sebagai

berikut:

1.

Kesenian Jaran Jenggo di Desa Solokuro Kabupaten Lamongan. Ditulis

oleh Ismawati, Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora,

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tahun 2014. Dalam

skripsi ini membahas tentang sejarah dan hal-hal yang terkait dengan

kesenian jaran jenggo.

2.

Sejarah Pertunjukan Wayang Kulit; Studi Tentang Fungsi Seni dalam

Penyebaran Islam di Jawa Timur. Ditulis oleh Abdul Zaim, Sejarah

Peradaban Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel tahun 2011.

Dalam skripsi ini membahas tentang seni pertunjukan wayang kulit terkait

dengan fungsi seni dalam penyebaran Islam di Jawa Timur.

3.

Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Kesenian Wayang Kulit di Desa

Karangrejo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan. Ditulis oleh

Istiqomah, Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora,

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tahun 2006. Dalam

skripsi tersebut membahas bagaimana sejarah pertumbuhan dan

perkembagan kesenian wayang kulit tersebut.

(28)

tentang perkembangan kesenian tari tersebut serta nialai-nilai Islam yang

terkandung dalam seni tari tersebut.

5.

Periodisasi Sejarah Seni di Indonesia yang ditulis oleh Claire Holt dalam

bukunya Melacak Jejak Perkembangan Seni Di Indonesia, terj Art in

Indonesia; Continuities and Change, 2000.

6.

Tanjidor Sebagai Kebudayaan Orang Portugis yang menetap di Indonesia

ditulis oleh Paramita R. Abdurachman Bunga dalam bukunya Angin

Portugis Di Nusantara; Jejak-Jejak Kebudayaan Portugis Di Indonesia,

2008.

G.

Metode Penelitian

Pada penelitian seajarah kualitaif ini, penulis menggunakan metode

etnografi dan etnohistori untuk membantu kelangsungan penelitian. Kedua

metode ini digunakan untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan

kesenian tanjidor baik di masa lalu maupun dimasa sekarang. Sehingga

penulis dapat dengan mudah menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul

Sejarah Perkembangan Kesenian Tanjidor di Desa Lembor Brondong

Lamongan ini. Metode pertama yang digunakan dalam penelitian ini ialah

metode etnografi yaitu suatu aturan dan prinsip-prinsip yang sistematis dalam

mengumpulkan sumber-sumber secara efektif, dengan tujuan untuk

memahami makna tindakan dari kejadian yang sedang menimpa suatu

kelompok. Biasanya dalam metode ini menggunakan media observasi dan

wawancara dalam proses pengumpulan data atau sumbernya.

26

26
(29)

Sedangkan metode kedua ialah metode etnohistori. Etnohistori sendiri

ialah studi mengenai kebudayaan baru yang sudah lewat berdasarkan

cerita-cerita yang ditinggalkan oleh para penjelajah benua, misionaris, serta

pedagang, dengan menganalisis dokumen-dokumen seperti yang berhubungan

dengan arsip dan lain-lain.

27

Metode ini merupakan penggabungan antara

metode etnografi (dalam ilmu antropologi) dengan metode historiografi

(dalam ilmu sejarah). Di mana dalam metode etnografi sendiri lebih mengarah

pada penelitian terkait dengan kehidupan suatu masyarakat atau dengan kata

lain penelitian tentang pola kebudayaan manusia. Berbeda dengan metode

histeriografi atau metode histori merupakan metode atau tahapan-tahapan

penelitian yang dilakukan untuk merekonstruksi kejadian atau peristiwa di

masa lampau melalui jejak-jejak yang ditinggalkan, jejak-jejak tersebut sering

disebut dengan sumber sejarah. Dalam penelitian sejarah, metode ini

digunakan untuk mendapatkan hasil penelitian yang sistematis dan objektif

dengan mengumpulkan, menilai, memeriksa dan mensintesiskan bukti sejarah

untuk menetapkan fakta dan mencapai kesimpulan yang dapat dipertahankan

(seringkali dalam hubungan hipotesis tertentu).

Adapun terkait dengan penelitian ini, maka penerapan dari kedua

metode tersebut adalah sebagai berikut:

1.

Metode etnografi, digunakan untuk meninjau secara langsung kejadian

yang sedang terjadi pada kesenian tanjidor di Desa Lembor Brondong

Lamongan saat ini. Dengan demikian maka penulis dapat mendeskripsikan

bagaimana perkembangan kesenian tersebut dengan mudah. Karena dalam

27
(30)

jenis penelitian ini lebih metinik beratkan pada kondisi atau kejadian yang

sedang terjadi di lingkungan masyarakat atau lapangan penelitian. Oleh

sebab itu untuk menyelesaikan dan memperoleh data terkait dengan

penelitian tersebut penulis menggunakan dua tahapan atau langkah yang

biasa digunakan dalam penelitian etnografi. Adapun kedua langkah

tersebut ialah:

a.

Observasi atau pengamatan, merupakan proses pencarian data atau

sumber yang diperoleh melalui pengamatan inderawi. Dalam hal ini

proses pengumpulan data dilakukan dengan cara mencatat semua

gejala-gejala, fenomena atau kejadian pada objek penelitian secara

langsung dilapangan.

28

Dalam prakteknya, penulis melakukan

observasi atau pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui

kejadian, fenomena atau gejala yang ada sehingga dapat

mempengaruhi perkembangan kesenian tanjidor di desa Lembor

Brondong Lamongan.

b.

Wawancara, merupakan proses pencarian sumber atau data yang

diperoleh dari pitutur lisan, tanya jawab atau interview kepada

responden secara langsung atau tatap muka.

29

Terkait dengan hal ini,

biasanya para peneliti kerap melakukan stenografi, rekaman audio,

rekaman video, atau catatan tertulis sebagai media pengumpulan data.

Dalam prakteknya penulis melakukan wawancara terhadap pelaku

kesenian, baik salah satu tokoh penggagas kesenian tanjidor sendiri

28

Rendy Wirajuniarta, “Metode Etnografi”, dalam

http://rendywirajuniarta.blogspot.co.id/2010/06/metode-etnografi_15.html (12 April 2017)

29

(31)

atau para pemain kesenian saat ini. Selain itu penulis juga melakukan

wawancara terhadap masyarakat setempat sebagai salah satu media

untuk menguatkan data terkait dengan sejarah perkembangan kesenian

tanjidor di Desa Lembor Brondong Lamongan.

2.

Metode etnohistori, digunakan untuk meninjau kejadian atau kondisi

kesenian tanjidor di masa lampau guna mengungkapkan sejarah kesenian

tanjidor di desa Lembor Brondong Lamongan melalui jejak-jejak

peninggalan dan sumber-sumber sejarah yang bersangkutan. Pada jenis

penelitian ini sumber-sumber yang biasanya digunakan seperti sumber

benda, sumber lisan dan sumber tulisan. Adapun langkah-langkah untuk

memperoleh sumber-sumber tersebut penulis menggunakan tahapan atau

langkah-langkah yang biasa digunakan dalam penelitian sejarah,

30

seperti:

a.

Heuristik (pengumpulan data atau sumber)

Suatu proses yang dilakukan oleh para peneliti untuk

mengumpulkan sumber-sumber, data-data, atau jejak sejarah. Karena

dalam penelitian sejarah, sumber merupakan hal yang paling utama

yang akan menentukan bagaimana aktualitas masa lalu manusia bisa

dipahami oleh orang lain.

31

Dalam pencarian sumber dan pengumpulan

data, penulis memperoleh sumber primer dan skunder melalui

berberapa proses atau cara, seperti melakukan studi kepustakaan,

dokumenter, dan dokumentasi.

30

Hasan Utsman, Metode Penelitian Sejarah, terj Minhaj Al-Bahtsi Al-Tarikhi (Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana Dan Sarana PTA/IAIN, 1986), 16.

31

(32)

1)

Studi Kepustakaan merupakan suatu proses pencariaan data atau

sumber yang diperoleh dari dokumen atau hasil penelitian

terdahulu dan berbagai buku-buku atau karya tulis ilmiah yang

berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.

32

Dalam

prakteknya penulis melakukan pencarian data atau sumber dari

beberapa buku atau karya tulis yang terkait dengan kesenian

tanjidor.

2)

Dokumenter adalah proses pencarian sumber yang didapat dari

hasil laporan tertulis suatu peristiwa yang isinya terdiri dari

berbagai penjelasan dan pemikiran mengenai peristiwa tersebut

yang sengaja ditulis sebagai data atau bukti tertulis. Dokumen

dalam arti umum juga menunjukkan semua manuskrip yang

mengandung data sejarah tidak terbatas pada tulisan di atas kertas

saja, tetapi juga berupa tulisan-tulisan resmi atau semi resmi seperti

beberapa keputusan; perjanjian; persetujuan; korespondensi politik;

tulisan-tulisan yang menyinggung masalah ekonomi, adat

kebiasaan norma-norma dan tradisi rakyat; arsip dan lain

sebagainya.

33

Dalam prakteknya penulis menggunakan surat

keputusan dari pemerintah setempat, yang menyatakan bahwa seni

tradisional tanjidor desa Lembor Brondong Lamongan telah diakui

oleh pemerintah kota setempat sebagai kesenian milik desa Lembor.

32

James Danandjaja, Antropologi Psikologi; Teori, Metode dan Sejarah Perkembangannya, cet 2. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1994), 102.

33

(33)

Bahkan sudah dibentuk sistem kepengurusan kesenian tanjidor di

desa Lembor Brondong Lamongan.

3)

Dokumentasi adalah proses pencarian sumber yang didapat dari

pengumpulan informasi dalam bidang pengetahuan yang terkait

dengan pembahasan dalam suatu penelitian. Dalam hal ini, sumber

atau data dapat dikumpulkan dalam bentuk foto atau gambar,

kutipan koran atau bahan referensi yang lain. Di sini penulis

menggunakan media gambar atau foto saat prosesi pertunjukan

kesenian tanjidor desa Lembor Brondong Lamongan untuk

membantu medeskripsikan bagaimana prosesi pertunjukan tersebut

berlangsung.

Kemudian di antara sumber atau data yang didapat dari

penilitian di atas adalah sebagai berikut:

a)

Sumber Primer adalah sumber yang berkaitan langsung dengan

peristiwa yang akan diteliti dan waktu pembuatannyapun tidak jauh

dari waktu peristiwa itu terjadi.

34

Ada juga yang menyatakan

bahwa sumber primer adalah sumber yang diperoleh dari seorang

saksi yang melihat dengan mata kepalanya sendiri atau saksi

dengan bantuan panca indera lain seperti alat mekanis yang hadir

pada peristiwa yang sedang diceritakannya.

35

Dalam penelitian ini

sumber primer yang diperoleh berupa keterangan atau penjelasan

34

Andri Pradinata, “Metode Penelitian Sejarah (Metode Sejarah)”, dalam

http://andripradinata.blogspot.co.id/2013/02/metode-penelitian-sejarah-metode-sejarah.html (15 Maret 2017)

35

(34)

dari salah satu pelopor kesenian tanjidor di desa Lembor Brondong

Lamongan. Selain itu juga ada sumber benda berupa alat musik

kesenian tanjidor seperti jedor dan gendang yang merupakan alat

musik pertama dan masih digunakan hingga sekarang.

b)

Sumber Skunder adalah sumber yang diperoleh dari orang kedua

seperti pendengar cerita dari saksi peristiwa tanpa melihat langsung

kejadiannya atau sumber-sumber lain yang berhubungan namun

pembuatannya jauh dari waktu terjadinya peristiwa.

36

Dalam

penelitian ini sumber skunder yang di dapat berupa surat keputusan

dari pemerintah dan keterangan atau penjelasan dari para pemain

kesenian tanjidor di desa Lembor Brondong Lamongan saat ini.

Ditambah dengan beberapa sumber tertulis berupa buku-buku yang

berkaitan dengan kesenian tanjidor.

b.

Kritik Sumber atau Verifikasi

Suatu kegiatan meneliti atau menilai sumber-sumber yang

didapat untuk memperoleh kejelasan apakah sumber tersebut kredibel

(valid/terbukti) atau tidak, dan apakah sumber tersebut autentik (asli)

atau tidak. Pada metode sejarah, proses ini terbagi menjadi dua

klasifikasi, yaitu kritik intern dan kritik ektern. Kritik intern adalah

suatu upaya yang dilakukan oleh sejarawan untuk melihat apakah

sumber tersebut cukup kredibel atau tidak, sedangkan kritik ektern

adalah suatu upaya yang dilakukan oleh sejarawan untuk melihat

36
(35)

apakah sumber yang didapatkan autentik atau tidak.

37

Dalam hal ini,

peneliti berusaha melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap

keaslian serta kebenaran sumber-sumber yang didapat terkait dengan

pembahasan skripsi berjudul Sejarah Perkembangan Kesenian Tanjidor

di Desa Lembor Brondong Lamongan.

c.

Interpretasi atau Penafsiran

Upaya sejarawan untuk melihat kembali sumber-sumber yang

didapat, apakah sumber tersebut saling berhubungan antara satu

dengan yang lainnya. Dengan demikian sejarawan dapat memberikan

penafsiran atau pandangan teoritis terhadap peristiwa sejarah.

38

Dalam

hal ini, peneliti berusaha membandingkan sumber-sumber yang

didapatkan dari penelitian, terkait pembahasan skripsi berjudul Sejarah

Perkembangan Kesenian Tanjidor di Desa Lembor Brondong

Lamongan, kemudian menafsirkannya menjadi satu kesatuan yang

harmonis dan masuk akal.

d.

Historiografi

Merupakan tahap terakhir dari kegiatan penelitian sejarah untuk

menyusun atau menuliskan kembali sejarah yang ada, dengan cara

merangkai

fakta-fakta

dari

hasil

penelitian,

kemudian

menginterpretasikannya dalam sebuah pemikiran yang masuk akal.

39

Dalam hal ini, peneliti berusaha menuliskan kembali sejarah yang ada

dengan bantuan sumber-sumber yang diperoleh dari penelitian, baik itu

37

Utsman, Metode Penelitian Sejarah, terj Minhaj Al-Bahtsi Al-Tarikhi, 79.

38

Ibid., 159-162.

39

(36)

sumber tertulis, pustaka, wawancara maupun hal-hal yang terkait

dengan pembahasan skripsi berjudul Sejarah Perkembangan Kesenian

Tanjidor di Desa Lembor Brondong Lamongan.

H.

Sistematika Bahasan

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penulis

membagi sistematika bahasannya menjadi lima bab pembahasan. Di antaranya

adalah : bab pertama, pendahuluan; bab kedua, pembahasan mengenai

keberadaan Desa yang diteliti; bab ketiga, pembahasan mengenai Kesenian

Tanjidor di Desa Lembor Brondong Lamongan. Sedangkan pada bab keempat,

pembahasan mengenai Sejarah Perkembangan Kesenian Tanjidor di Desa

Lembor Brondong Lamongan Tahun mulai dari berdirinya kesenian tersebut

hingga sekarang ini. Kemudian di bab terakhir atau kelima merupakan

penutup atau kesimpulan dari skripsi ini. Adapun untuk memperjelas

sistematika bahasan dalam skripsi ini akan dijabarkan sebagai berikut.

Pada bab pertama, menjelaskan tentang pendahuluan sebagai pembuka

sebelum membahas lebih dalam lagi mengenai kesenian tanjidor di Desa

Lembor Brondong Lamongan. Adapun poin-poin yang ada pada bab ini ialah

Latar Belakang Masalah sebagai pijakan dalam penulisan skripsi ini,

kemudian dilanjutkan dengan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Kegunaan Penelitian, Pendekatan dan Kerangka Teori, Penelitian Terdahulu,

Metode Penelitian, dan Sistematika Bahasan.

(37)

memasukkan pembahasan ini pada bab kedua, supaya dalam pembahasan ini

sedikit banyak dapat memberikan gambaran terkait dengan kondisi sosial dan

budaya di desa tersebut, sehingga di desa tersebut masih terdapat kesenian

yang sudah cukup jarang adanya. Diantara pembahasan yang masuk dalam

bab ini adalah tentang Sejarah Berdirinya Desa Lembor Brondong Lamongan,

Letak Geografis Desa Lembor Brondong Lamongan, dan Kondisi

Sosial-Budaya Masyarakat Desa Lembor Brondong Lamongan.

Pada bab ketiga, penulis akan membahas tentang Kesenian Tanjidor di

Desa Lembor Brondong Lamongan. Diantara pembahasan yang masuk dalam

bab ini ialah Asal-Usul Kesenian Tanjidor di Indonesia sebagai pembuka

tentang kesenian tanjidor yang sudah berkembang hingga ke Desa Lembor

Brondong Lamongan. Kemudian pada sub bab selanjutnya akan di khususkan

dalam Latar Belakang Berdirinya Kesenian Tanjidor di Desa Lembor

Brondong Lamongan. Dilanjutkan tentang pembahasan mengenai Alat Musik

dan Prosesi Kesenian Tanjidor di Desa Lembor Brondong Lamongan.

(38)

Kesenian Tanjidor Tahun 1995-2007, dan masih berlanjut hingga beberapa

tahun terakhir ini yang sudah merupakan periode ke empat Kesenian Tanjidor

antara tahun 2007-2017.

(39)

BAB II

KEBERADAAN DESA LEMBOR BRONDONG LAMONGAN

A.

Sejarah Berdirinya Desa Lembor Brondong Lamongan

Desa adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia yang berada

di bawah kecamatan, dan dipimpin oleh Kepala Desa. Desa biasanya terdiri

dari beberapa unit permukiman kecil yang disebut kampung atau dusun,

namun bisa juga desa hanya terdiri dari satu unit permukiman saja. Menurut

Kamus Bahasa Indonesia, desa ialah sebuah wilayah yang dihuni oleh

sejumlah keluarga yang berada di luar kota dan mempunyai sistem

pemerintahan sendiri serta dikepalai oleh seorang Kepala Desa.

1

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang sebuah

Desa, disebutkan bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat

setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang sebuah Desa, ditentukan bahwa Desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan hak tradisional

1
(40)

yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

2

Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal

usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan desa

dapat berupa penggabungan beberapa desa, atau bagian desa yang

bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih, dan

bisa juga melalui pembentukan desa di luar desa yang telah ada. Desa juga

dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan berdasarkan

prakarsa Pemerintah Desa bersama BPD (Badan Permusyawaratan Desa)

dengan memperhatikan saran dan pendapat dari masyarakat setempat. Desa

yang berubah menjadi Kelurahan, Lurah dan Perangkatnya diisi dari pegawai

negeri sipil. Desa yang berubah statusnya menjadi Kelurahan, kekayaannya

menjadi kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan

untuk kepentingan masyarakat setempat.

3

Begitu juga dengan desa Lembor, yang pada awalnya berada di sebelah

barat desa Lembor sekarang ini dengan jarak tempuh kurang lebih 1,5 KM.

Menurut sumber tertulis yang berupa sejarah lisan dari para tetua terdahulu,

4

pada bulan Oktober sekitar tahun 1300 M desa Njanjangan

5

yang merupakan

cikal bakal dari desa Lembor saat ini, sedang mengalami kekeringan akibat

musim kemarau yang panjang. Dalam musim kemarau panjang itu,

masyarakat desa mengalami kesusahan dalam berbagai hal terlebih pada

pasokan air untuk kebutuhan sehari-hari yang semakin hari semakin berkurang.

2Wikipedia, “Pengertian Desa”, dalam

https://id.wikipedia.org/wiki/Desa (13 April 2017)

3

Ibid.

4Soen’an, “

Dokumen Sejarah Cikal-Bakal Desa”, dalam Sejarah Singkat Terjadinya Desa Lembor (Lembor, 31 Mei 1995).

(41)

Jangankan untuk bertanam dan lain sebagainya, untuk kebutuhan rumah

tanggapun dirasa sangat susah pada saat itu. Kebiayasaan masyarakat yang

hanya mengandalkan hujan sebagai sarana pemenuhan kebutuhan air,

membuat masyarakat desa ini kreatif untuk menciptakan tempat penampungan

air. Namun karena minimnya peralatan dan perabotan pada waktu itu,

akhirnya masyarakat berusaha dengan cara membuat lubangan besar pada

tanah pemukiman mereka dengan kedalaman rata-rata 2-3 meter sebagai

tempat menampung air hujan yang disebut tlogo atau telaga.

Ternyata usaha tersebut tidak membuahkan hasil yang maksimal saat

musim kemarau panjang itu datang, ditambah dengan tidak adanya sumber air

di sekitar desa, bahkan di dalam telaga kalipun. Hal ini menjadikan desa

tersebut benar-benar akan mengalami paceklik dan kekeringan yang parah bila

tidak segera ditemukan solusinya. Dalam situasi yang seperti itu, masyarakat

desa merasa kebingungan, segala cara mulai dilakukan dari membuat sumur

untuk mencari sumber air namun tidak keluar airnya, hingga mencari sumber

air kebeberapa tempat namun tidak kunjung ditemukan juga sumber tersebut.

Kalaupun ada sumber air yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan air

masyarakat desa pasti sangatlah jauh dan dalam hutan tempatnya.

Mengingat kondisi yang sudah sedemikian susahnya, akhirnya

masyarakat desa berduyung-duyung datang ke rumah seorang

demang

6

yang

bernama bapak Uto. Mendengar keluhan masyarakat desa, pak Uto berusaha

mencari solusi agar masyarakat desa tersebut kembali mendapatkan air dan

tidak lagi mengalami kekeringan yang sedemikian parah ketika sedang musim

6
(42)

kemarau panjang. Kemudian untuk memecahkan masalah ini, pak Uto yang

selaku demang kala itu mencoba memanggil tokoh-tokoh desa yang

terkemuka dan mengajak berunding bersama-sama dengan masyarakat desa

untuk memikirkan nasib desa yang sedang mengalami kekeringan ini.

Tokoh-tokoh tersebut bernama bapak Djumat dan bapak Roniyah, kedua orang ini

dikenal sebagai orang yang pintar di kalangan masyarakat desa. Setelah

melakukan perundingan di rumah Kademangan, akhirnya mereka memutuskan

untuk mencari sumber air di suatu tempat.

Namun dirasa tidak memungkinkan bila semua masyarakat desa

berangkat mencari sumber air tersebut, dan pak Uto yang selaku kepala daerah

juga tidak bisa meninggalkan desa dengan kondisi yang seperti itu. Maka

mereka memutuskan untuk mengutus seseorang melakukan perjalanan

mencari sumber air di suatu tempat. Melihat kondisi sekitar yang masih sepi

dan dikelilingi hutan lebat, tidak memungkinkan kalau hanya satu orang saja

yang berangkat mencari sumber air. Alhasil pak Uto dan masyarakat desa

memberi kepercayaan kepada pak Djumat dan pak Roniyah untuk pergi

mencari sumber air di luar desa. Sebab merekalah yang berani dan dirasa

dapat membantu masyarakat untuk mengatasi masalah ini. Selain itu, menurut

mereka pribadi yang merasakan bahwa hidup tanpa air itu sangatlah sulit. Oleh

karena itu mereka setuju dan menerimanya.

(43)

Tapi jika mereka pulang dengan membawa kabar kurang bahagia, mereka

akan merasa malu dan bersalah kepada pak Uto serta masyarakat yang telah

memberi kepercayaan lebih kepada mereka. Akhirnya mereka memutuskan

untuk beristirahat sejenak sambil berfikir dan berdoa agar segera menemukan

sumber air yang sudah lama dicarinya. Setelah lelah keduanya hilang, mereka

kembali melakukan perjalanan memasuki hutan lebat tersebut. Ditengah

perjalanan, mereka teringat akan ucapan orang zaman dulu, yang menyatakan

bahwa “Di

mana ada gunung, pasti di

dalamnya menyimpan sumber air”.

Kemudian mereka berusaha mencari gunung yang ada di sekitar mereka, dan

selang beberapa waktu mereka mendengar suara anak kecil yang sedang

berteriak kegirangan. Mendengar suara itu mereka memutuskan untuk mencari

sumber suara tersebut.

Namun karena terlalu fokus pada suara yang mereka dengar itu, pak

Djumat dan pak Roniyah terus berjalan tanpa sadar bahwa mereka telah

terpisah satu sama lain dan sedang berjalan sendiri-sendiri. Selang beberapa

waktu kemudian, pak Djumat berhasil menemukan keberadaan sumber suara

tersebut yang ternyata adalah suara anak-anak penggembala dari desa sebelah

(Desa Sendangharjo) yang sedang asik bermain air di sendang

7

sekitar gunung.

Setelah itu, barulah pak Djumat sadar bahwa ia telah terpisah dengan pak

Roniyah. Karena pak Djumat tidak mengetahui posisi pak Roniyah saat itu,

maka ia mencoba memanggil-manggil pak Roniyah. Tapi panggilan pak

Djumat tidak juga mendapat respon dari pak Roniyah dan ditunggu-tunggu

juga tidak muncul sosok pak Roniyah dihadapannya. Merasa takut dan

7
(44)

waswas kalau pak Roniyah akan semakin jauh terpisah darinya, apalagi

melihat kondisi disekitarnya yang juga merupakan rawa-rawa, akhirnya pak

Djumat meminta tolong kepada anak-anak penggembala itu untuk membatu

memanggilkan pak Roniyah. Kareana suara mereka yang lantang dan

terdengar

gembar-gembor,

8

akhirnya pak Roniyah dapat menemukan

keberadaan mereka.

Setelah itu, pak Djumat dan pak Roniyah memutuskan untuk kembali

ke desa karena sudah berhasil menemukan sumber air yang berupa sendang di

sekitar gunung. Sesampainya di desa, mereka langsung menuju ke rumah

Kademangan untuk melaporkan apa yang di dapat dari perjalanannya mencari

sumber air. Mendengar kabar tersebut, pak Uto langsung memanggil seluruh

masyarakat untuk berkumpul di depan rumah Kademangan dan

mengumumkan kabar yang membahagiakan itu. Namun, usai mendengar

kabar tersebut masyarakat kembali bingung dengan cara yang harus mereka

gunakan untuk mengambil air di sumber itu. Kalaupun mereka membuat jalan

alternatif sebagai penghubung antara desa menuju ke sumber air tersebut,

dirasa kurang efektif, apalagi kondisi sumber air yang berada jauh dari desa

dan masih harus melewati hutan panjang ketika akan menuju kesana.

Untuk mengatasi masalah tersebut, pak Uto dan masyarakat desa serta

kedua tokoh yang telah berhasil menemukan sumber air, melakukan diskusi

dan musyawarah untuk memperoleh jalan terbaik tanpa melewati hutan yang

panjang itu. Hingga terbentuklah kesepakatan yang menyatakan bahwa

mereka harus pindah ketempat yang dekat dengan sumber air itu, atau dengan

8
(45)

kata lain pindah desa. Setelah perpindahan desa selesai, tidak serta merta

persoalan yang mereka hadapi juga ikut selesai. Mereka harus berdiskusi lagi

untuk memikirkan nama yang cocok dan sesuai dengan desa yang baru mereka

tempati itu. Keesokan harinya mereka kembali berkumpul untuk

membicarakan nama desa baru itu. Karena teringat akan jasa yang dilakukan

oleh pak Djumat dan pak Roniyah, serta masyarakat desa juga sudah

menganggap bahwa merekalah yang dengan susah payah membantu desa

mengatasi kekeringan. Maka masyarakat desa dan pak Uto selaku demang

menyerahkan wewenang secara penuh kepada pak Djumat dan pak Roniyah

untuk memberikan nama desa yang ditinggali mereka saat ini.

(46)

Mendengar penjelasan terkait dengan nama yang dibentuk oleh pak

Djumat dan pak Roniyah, maka pak Uto serta masyarakat langsung sepakat

dan senang. Setelah masalah nama desa yang sudah terselesaikan, masalah

kembali datang menimpa masyarakat desa Lembor yang tidak lama dibentuk

itu. Air pada sumber yang ditemukan ternyata lama-kelamaan semakin

berkurang dan masyarakat takut kalau sumber tersebut akan habis, sehingga

mereka kembali mengalami kekeringan lagi. Mendapat masalah seperti ini,

kepala daerah serta seluruh masyarakat segera mengambil tindakan untuk

bersama-sama menggali dan memperlebar sumber tersebut agar semakin

dalam sehingg semakin banyak air yang keluar dari sumber itu. Setelah

diperdalam dan diperlebar, ternyata sumber air tersebut malah semakin meluap

dan mengeluarkan air yang begitu besar sehingga terjadi banjir dan

menggenangi desa. Karena kondisi desa yang miring, maka air yang meluap

dari sumber tersebut tidak berhenti begitu saja di desa Lembor. Air tersebut

terus mengalir ke barat desa, bahkan sampai ke wilayah bekas desa Lembor

yang dulu atau desa Njanjangan dan membuat wilayah tersebut dan sekitarnya

menjadi benowo atau rawa-rawa.

(47)

memperkecil titik atau pangkal sumber itu ialah pohon aren

9

, namun selain

menggunakan pohon, masyarakat juga menggunakan tapas aren (duk).

10

Setelah itu sumber tersebut tidak mengeluarkan air dalam jumlah besar lagi,

tapi tetap bisa memenuhi kebutuhan air masyarakat desa Lembor, sebab air

dari sumber tersebut terus keluar, perlahan tapi pasti. Sejak kejadian ini,

sumber tersebut dinamakan Sendang Aren atau sendang yang ditancapi pohon

aren. Dan sampai saat ini, Sendang Aren masih menjadi pemasok air yang

utama bagi kebutuhan sehari-hari masyarakat desa Lembor.

B.

Letak Geografis Desa Lembor Brondong Lamongan

Desa Lembor merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

Brondong bagian barat daya Kabupaten Lamongan provinsi Jawa Timur,

Indonesia. Desa yang berada di kaki perbukitan Rahtawu dan dikelilingi oleh

hutan jati ini berjarak kurang lebih 2 KM dari Jalan Daendels

11

atau jalan

utama yang menghubungkan antara kota Lamongan dengan kota-kota lain di

sepanjang utara Pulau Jawa. Kemudian jarak antara Desa Lembor dengan

Kecamatan Brondong sendiri kurang lebih sekitar 10 KM, dengan waktu

9

Pohon arena atau enau merupakan salah satu jenis tanaman palam yang memiliki bentuk fisik mirip dengan phon kelapa sawit, dengan buah yang kecil dan daun yang lebar -lebar. Pohon yang memiilki

nama latin “arenga pinnata” ini merupakan salah satu jenis pohon yang dapat dimanfaatkan seluruh

bagian tubuhnya, mulai dari daun, buah hingga batang kayunya. Seperti umbut batangnya mengandung sagu yang dapat dimakan, ijuknya untuk atap rumah dan lain sebagainya, niranya disadap untuk gula (gula aren). Biasanya pohon ini hidup di daerah asia tropis. Hasan Alwi, et al., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), 64.

10

Kain berserat yang terbuat dari pohon aren. Suwarmi, Wawancara, Lembor, 14 April 2017.

11

Jalan Daendels atau Jalan Raya Pos adalah jalan yang panjangnya kurang lebih 1000 km yang terbentang sepanjang utara Pulau Jawa, dari Anyer sampai Panarukan. Jalan ini, dibangun pada masa pemerintahan Gubernur-Jenderal Herman Willem Daendels. Oleh karena itu, jalan ini dinamai Jalan

(48)

tempuh 20 menit. Sedangkan jarak desa Lembor ke Kabupaten Lamongan

sekitar 55 KM dengan waktu tempuh 70 menit.

12

[image:48.595.143.545.254.719.2]

Karena jarak desa yang tidak terlalu jauh dengan jalan raya, maka tidak

menetup kemungkinan bahwa Desa Lembor masih berbatasan dengan

desa-desa lain. Seperti halnya Desa Sendangharjo yang berada di sebelah timur

Desa Lembor dan berbatasan secara langsung. Desa Tlogoretno yang berada di

sebelah barat Desa Lembor, namun terpisah oleh ladang dan persawahan desa.

Di sebelah utara berbatasan dengan Desa Brengkok yang terpisah oleh ladang

dan perkebunan desa. Kemudian di sebelah selatan Desa Lembor, juga

berbatasan dengan Desa Gelap yang terpisah oleh hutan negara. Meskipun

batasan antar desa-desa tersebut tidak terjadi secara langsung atau dengan kata

lain masih terpisah dengan hutan, sawah dan perkebunan. Berikut gambar peta

wilayah Desa lembor Brondong Lamongan:

Gambar 2.1 Tampak peta wilayah Desa Lembor Brondong Lamongan

(49)

Desa Lembor memiliki luas wilayah sekitar 4.391.456 ha/m

2

, yang

terdiri dari wilayah pemukiman, persawahan, perkebunan, hutan dan lain

sebagainya. Untuk wilayah pemukiman sendiri, luasnya mencapai 197.250

ha/m

2

. Wilayah ladang atau tegalan, luasnya mencapai 1.542.329 ha/m

2

, dan

luas perkebunannya sekitar 127.175 ha/m

2

. Kemudian untuk

wilayah

persawahan, luasnya mencapai 4.005.252 ha/m

2

yang terdiri dari 2.491.313

ha/m

2

sawah tadah hujan dan selebihnya menggunakan sistem pengairan desel.

Selanjutnya untuk wilayah hutan, luasnya mencapai 620.000 ha/m

2

.

13

Dilihat

dari penjelasan di atas, maka Desa Lembor tergolong dalam wilayah atau

daerah pertanian dan hutan negara. Terbukti dari data yang terkait dengan

profil Desa Lembor yang menyatakan bahwa hampir sebagian besar wilayah

di desa ini merupakan wilayah persawahan atau hutan negara.

Meski wilayah pemukiman di desa ini tidak terlalu luas, namun jumlah

penduduk yang ada di Desa Lembor terbilang cukup banyak karena mencapai

2.525 jiwa, yang terdiri dari 1.277 jiwa penduduk laki-laki dan 1.248 jiwa

penduduk perempuan. Dengan jumlah penduduk terseut, maka jumlah kepala

keluarga (KK) yang ada di desa ini mencapai 1.238 KK yang tersebar dalam

03 RW (Rukun Warga) dan 12 RT (Rukun Tetangga).

14

Kemudian secara klimatologis, Desa Lembor merupakan desa yang

masuk dalam kategori desa yang beriklim tropis. Dimana terdapat dua musim

dalam setiap tahunnya yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan

di desa ini, umumnya terjadi setiap bulan Desember sampai bulan April.

Dengan rata-rata jumlah hari hujan dalam setiap bulannya bisa mencapai

13

Dokumen Desa, Profil Desa Lembor Tahun 2016 (Lembor, 18 Mei 2017).

(50)

15 hari dengan curah hujan sekitar 764 mm

2

. Selanjutnya untuk musim

kemarau di Desa Lembor biasanya terjadi pada bulan Mei sampai bulan

November. Keluar dari kondisi klimatologi desa, ternyata Desa lembor

mempunyai udara yang cukup sejuk dipagi hari. Apalagi bila melihat letak

desa yang berada di kaki perbukitan Rahtawu dengan ketinggian dari

permukaan lautnya sekitar 118 mdpl. Kemudian untuk rata-rata suhu

hariannya adalah sekitar 35ºC.

15

C.

Kondisi Sosial-Budaya Masyarakat Desa Lembor Brondong Lamongan

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya terkait dengan pengertian

desa, maka wajar jika masyarakat desa memiliki karakteristik yang berbeda

dengan mayarakat perkotaan. Adapaun karakteristik dari masyarakat desa

ialah sebagai berikut:

1.

Masyarakat desa cender

Gambar

Gambar 2.1 Tampak peta wilayah Desa Lembor Brondong Lamongan
Gambar 2.2 Tampak lambang Desa Lembor  Brondong Lamongan
Gambar 4.2 Tampak dua buah gendang yang merupakan gendang pertama dan masih digunakan hingga sekarang dalam kesenian tanjidor Desa Lembor Brondong Lamongan
Gambar 4.4 Tampak empat buah rebana yang digunakan sebagai alat musik  dalam kesenian tanjidor di Desa Lembor Brondong Lamongan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Majelis taklim sebagai modal sosial dapat memerankan dirinya secara lebih aktif dalam mengartikulasikan Islam yang bukan hanya menjadi spirit dan etik aqidah,

Gambar 4.2 Flowchart Pengeluaran Kas yang Diusulkan untuk PT Arraudhah Wisata Imani Palembang.. 4.5.3 Analisis Sistem Akuntansi Atas Piutang Kas Kas Mengggunakan Flowchart Pada

Membuat sistem manajemen untuk membantu mempermudah pengelolaan arsip sewa toko dan tlasaran pada UPT Pasar Minulyo Kab.. DASAR

Ada beberapa faktor-faktor pehambatan humas dalam peningkatan citra sekolah oleh humas SMA Negeri 5 Lubuklinggau, beberapa hambatan yang terjadi adalah

Leguminous yang dapat digunakan sebagai tanaman penutup tanah cukup banyak jenisnya tetapi dalam penggunaannya perlu dipertimbangkan selain dapat bermanfaat memperbaiki

Definisi operasional dari judul penelitian yang telah diambil peneliti dalam memilih variabel penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam

(Prawirohardjo, 1999) Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Post Sectio Caesaria dengan letak sungsang adalah masa setelah melahirkan janin dengan cara pembedahan

masih aktif di kegiatan Rohani Islam (Rohis) ketika di SMA, kemudian ketika masuk di Perguruan Tinggi Islam kami juga ditawarkan dengan konsep Islam yang sesungguhnya